PeneraPan eTika PrOFesi PeTuGas rekam medis di rumaH sakiT umum daeraH kOTa surakarTa TaHun 2013

  

PeneraPan eTika PrOFesi PeTuGas rekam medis

di rumaH sakiT umum daeraH kOTa

surakarTa TaHun 2013

  1 2 3

anggita saputri , sri sugiarsi , Hari Wujoso

1 2,3 mahasiswa aPikes mitra Husada karanganyar , dosen aPikes mitra Husada karanganyar 1 2 3

saputrianggita98@yahoo.com , srisugiarsi@yahoo.com , osojuwirah@gmail .com

  

ABSTRACT

Seeing that the patient’s medical record document storage is not aligned with the terminal digit iling system on the

storage shelf. This illustrates that the medical records oficer pay less attention to the application of professional

ethics so that the conidentiality of information Pasian less well preserved and has not been regulated in the written

SOPs governing the storage, the provision of the individual’s identity information and the release of medical

information. Based on these studies the goal of researchers is to analyze the application of professional ethics

in the medical record oficer General Hospital Surakarta. His research is descriptive. Objects in this study were

6 oficers in hospitals Surakarta. Instrument in this study using the interview guide. Data processing techniques

with data reduction, display and veriication of data. Data analysis is descriptive. The results showed that the

ethics oficer in the medical record patient medical record document storage with centralized storage system

using the terminal digit iling system alignment, information related to the identity of the individual to the family

or outside parties with no issue just information or answer directly and medical records oficers the release of

patient medical information conducted in accordance with professional ethics and the low in the release of patient

medical information.

  Conclusions This study is the oficial medical record not apply professional ethics in the

patient’s medical record document storage in accordance with professional ethics of medical recording, medical

record oficer has implemented professional ethics in the provision of information related to individual or social

identity of the patient, in order to guard against the leakage of information associated with individual or social

identity of patients and medical records oficers have applied professional ethics in the release of patient medical

information, in accordance with the low and release of information theory. Suggested to medical records clerk at

General Hospital Surakarta, to avoid things that are not desirable in the release of medical information, the oficer

should be able to anticipate the way make a statement to the patient or others about the exposure of the patient’s

medical record document content.

  Medical Recorder Professional Ethics Keywords :

  8 (2005-2012) Bibliography :

aBsTrak

  Melihat bahwa penyimpanan dokumen rekam medis pasien belum disejajarkan dengan sistem terminal digit illing pada rak penyimpanan. Hal ini menggambarkan bahwa petugas rekam medis kurang memperhatikan penerapan etika profesi sehingga kerahasiaan informasi pasian kurang terjaga dengan baik dan belum diatur dalam SOP secara tertulis yang mengatur tentang penyimpanan, pemberian informasi identitas individu dan pelepasan informasi medis. Berdasarkan penelitian tersebut tujuan peneliti adalah menganalisis penerapan etika profesi petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Objek dalam penelitian ini adalah

  6 petugas di RSUD Kota Surakarta. Instrumen pada penelitian ini dengan menggunakan pedoman wawancara. Teknik pengolahan data dengan reduksi data, data display dan veriication. Analisis data adalah deskrptif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika petugas rekam medis dalam penyimpanan dokumen rekam medis pasien dengan sistem penyimpanan secara sentralisasi menggunakan sistem penjajaran terminal digit illing, informasi yang terkait identitas individu kepada keluarga ataupun pihak luar dengan tidak mengeluarkan informasi begitu saja atau menjawab secara langsung dan petugas rekam medis dalam pelepasan informasi medis asien dilakukan sesuai dengan etika profesi dan alur dalam pelepasan informasi medis pasien. Simpulan penelitian ini adalah petugas rekam medis belum menerapkan etika profesi dalam penyimpanan dokumen rekam medis pasien sesuai dengan etika profesi perekam medis, petugas rekam medis telah menerapkan etika profesi dalam pemberian informasi yang terkait dengan identitas individu atau sosial pasien, guna menjaga agar tidak terjadi pembocoran informasi yang terkait dengan identitas individu atau sosial pasien dan petugas rekam medis telah menerapkan etika profesi dalam pelepasan informasi medis pasien, sesuai dengan alur dan teori pelepasan informasi. Disarankan kepada petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelepasan informasi medis, sebaiknya petugas harus bisa mengantisipasi dengan cara membuatkan surat pernyataan kepada pasien atau pihak lain tentang pemaparan isi dokumen rekam medis pasien.

  Kata Kunci : Etika Profesi Perekam Medis Kepustakaan : 8 (2005-2012) PendaHuluan

  Etika berarti kumpulan nilai yang dimaksud adalah kode etik profesi sedangkan profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis, memerlukan pendidikan dan pelatihan cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus pada pelayanan.

  Sumber hukum yang dapat dijadikan acuan dalam masalah kerahasiaan suatu informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada Peraturan Bab Iv tentang Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan

  pasal 10 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan No.269/ MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis yang berbunyi “informasi identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, oleh petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan”. Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan masing-masing profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah sakit) agar tidak saling berbenturan. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi dalam pelayanan kesehatan dan diharapkan antar profesi kesehatan dapat melaksanakan kerjasama, serta mampu mengetahui tentang etika sebagai perekam medis yang mempunyai peranan penting dalam menunjang pelaksanaan sistem kesehatan nasional. Maka seorang petugas wajib menjalankan kewajibannya sesuai standar profesinya. Berdasarkan pengamatan awal yang sudah dilakukan oleh peneliti, melihat bahwa penyimpanan dokumen rekam medis pasien belum disejajarkan dengan sistem

  terminal digit illing pada rak penyimpanan dan dapat

  dijangkau oleh orang yang tidak memiliki kewenangan terhadap isi maupun informasi rekam medis. Hal ini menggambarkan bahwa petugas rekam medis kurang memperhatikan penerapan etika profesi sehingga kerahasiaan informasi pasian kurang terjaga dengan baik dan belum diatur dalam SOP secara tertulis yang mengatur tentang penyimpanan, pemberian informasi identitas individu dan pelepasan informasi medis. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Penerapan Etika Profesi Petugas Rekam Medis” di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta.

  Etika sebagai ilmu pengetahuan mengenai perilaku moral manusia sedangkan profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis, memerlukan pendidikan dan pelatihan cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan. Etika profesi ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan

  (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat

  berdasarkan prinsip (tanggung jawab) moral yang ada (Ide, 2012). Menurut (Bertens, 2007) profesi adalah suatu moral community yang memiliki cita-cita dan nilai bersama-sama.

  Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya. Selain itu kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Sebaiknya suatu kode etik profesi di buat oleh profesi itu sendiri dan kode etik tidak efektif bila di buat oleh atasan atau intansi pemerintah karena tidak akan hidup dan di jiwai oleh kalangan profesi itu sendiri. Supaya bisa berfungsi dengan baik suatu kode etik harus bisa menjadi hasil self-regulation (pengaturan diri) dari profesi. Pelaksanaan kode etik berhasil dengan baik haruslah di awasi secara terus menerus, serta kode etik harus mengandung sanksi-sanksi jika melangar kode etik. Kode etik perekam medis yaitu pedoman untuk sikap dan perilaku perekam medis dalam menjalankan tugas serta mempertanggung jawabkan segala tindakan profesi baik kepada sesama profesi, pasien, maupun masyarakat luas. Kode etik memegang peranan penting dari suatu profesi untuk menjamin suatu moral profesi di mata masyarakat .

  Pemilikan rekam medis telah tercantum dalam UU RI No.29 tentang Praktik Kedokteran pada pasal 46 ayat (1) menyatakan “Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.

  Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MENKES/PER/III/2008 bab v pasal 12 berisi tentang ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan catatan atau

  dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atas

  persetujuan secara tertulis dari pasien surat keluarga pasien yang berhak untuk itu. Menurut (Depkes RI, 2006), bahwa informasi medis dapat diberikan, apabila pasien menandatangani serta memberikan kuasa kepada pihak ketiga untuk mendapatkan informasi medis mengenai dirinya.

  Secara umum informasi yang didapat dari rekam medis bersifat rahasia. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dengan dokter yang wajib dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depkes, RI. 2006). Menurut (Hanaiah, 2008) informasi yang terdapat dalam rekam medis bersifat rahasia. Pasien tentu mengharapkan apa yang ditulis dokter yang bersifat rahasia bagi dirinya tidak dibaca oleh kalangan lain. Sedangkan rahasia medis adalah rahasia milik pasien (Guwandi, 2005).

  Dalam memaparkan isi dokumen rekam medis milik pasien kepada orang lain atau pihak tertentu, kita sebagai petugas rekam medis harus mengetahui alur dan prosedur memaparkan isi dokumen rekam medis milik pasien. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya kita sebagai petugas harus bisa mengantisipasi dengan cara membuatkan surat pernyataan kepada pasien atau pihak lain tentang pemaparan isi dokumen rekam medis pasien (Rustiyanto, 2009).

  Penerapan Etika Profesi Petugas Rekam ... (Anggita Saputri, dkk)

  meTOde PeneliTian

  2. Analisis data Analisis deskriptif adalah memaparkan hasil-hasil dari penelitian sesuai dengan keadaan sebenarnya, yang dibandingkan dengan teori yang terkait etika profesi perekam medis kemudian diambil suatu kesimpulan tanpa melakukan uji statistik

  dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada 2 angka kelompok akhir. Dalam kegiatannya petugas rawat jalan dan rawat inap menaruh dokumen di rak penyimpanan dengan benar yaitu dokumen rekam medis yang telah selesai digunakan, maka dikembalikan ke bagian penyimpanan untuk disusun sesuai dengan 2 angka akhir, setelah itu dokumen disimpan di dalam rak penyimpanan dengan menggunakan terminal digit iling atau 2 angka kelompok akhir. Akan tetapi sebagian dokumen rekam medis

  (folder), dengan menggunakan sistem penjajaran Terminal Digit filling yaitu mensejajarkan folder/

  Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta menggunakan sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara menyatukan formulir-formulir rekam medis milik seorang pasien ke dalam satu kesatuan

  sentralisasi. Dengan sistem penjajaran terminal digit iling.

  Berdasarkan observasi, petugas rekam medis dalam menyimpan dokumen rekam medis pasien dengan menggunakan sistem penyimpanan yang telah ditentukan yaitu dengan sistem penyimpanan

  1. Penerapan etika profesi petugas rekam medis dalam penyimpanan dokumen rekam medis

  Hasil

  kesimpulan tentang penerapan etika profesi petugas rekam medis.

  Jenis penelitian menggunakan metode penelitian

  c. Veriication adalah Melakukan penarikan

  Memaparkan atau menyajikan hasil penelitian dalam bentuk narasi kemudian dilakukan interpretasi data.

  1. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Reduksi Data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting dalam penerapan etika profesi petugas rekam medis.

  Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data menurut (sugiyono, 2010) data primer yaitu jenis data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yang diteliti, sedangkan pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara mendalam yaitu mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam tentang penerapan etika profesi kepada petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta.

  Instrumen pada penelitian ini dengan menggunakan pedoman wawancara dengan memberikan pertanyaan kepada petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta.

  Objek pada penelitian ini adalah 6 petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta. Subjek pada penelitian ini adalah etika profesi petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta.

  suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini menggambarkan tentang penerapan etika profesi petugas rekam medis secara langsung dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Deinisi Konsep penerapan etika profesi adalah pelaksanaa etika profesi perekam medis yang dilihat dari penyimpanan, pemberian informasi yang terkait identitas individu dan pelepasan informasi medis.

  deskriptif yaitu menggambarkan atau menganalisis

b. Data Display atau penyajian data adalah

  pasien masih tertata di bawah dan di taruh di atas kardus. Hal ini belum sesuai dengan penerapan etika profesi perekam medis yang mana dalam penyimpanan dokumen rekam medis pasien harus sesuai dengan etika dalam menyimpan dan mensejajarkan dokumen rekam medis pasien berdasarkan sistem yang digunakan yaitu Straight Numberical ( nomor langsung), Middle Digit ( angka tengah) dan Terminal Digit filling System (angka akhir).

2. Penerapan etika profesi petugas rekam medis dalam pemberian informasi yang terkait dengan identitas individu/sosial.

  Petugas rekam medis dalam pemberian informasi yang terkait dengan identitas pasien kepada pihak yang membutuhkan walaupun itu keluarga pasien sendiri atau orang lain tidak secara langsung. Bila ada pihak luar yang menanyakan identitas pasien yang sudah pulang atau tidak lagi menjalani perawatan maka petugas tidak mengeluarkan informasi begitu saja atau menjawab secara langsung. Menurut Depkes (2006) dalam pemberian informasi harus mengikuti prosedur yang berlaku, informasi medis dapat diberikan, apabila pasien menandatangani serta memberi pihak kuasa kepada pihak ketiga untuk mendapatkan informasi medis mengenai dirinya. Sedangkan alur pemberian informasi rekam medis kepada pihak ke-3 (Asuransi, pengadilan, dll), Rustiyanto mengatakan bahwa yang pertama harus ada surat kuasa dari pasien. Pemegang kuasa harus menunjukkan identitas diri (sebagai karyawan suatu perusahaan asuransi), kemudian harus memperoleh ijin dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan setelah disetujui oleh komite medis dan rekam medis. Untuk data sosial boleh disampaikan tanpa perlu memperoleh ijin pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dicontohkan dalam pelayanan, Jika ada pihak luar (asuransi) menanyakan, misalnya : “mbak pasien demam berdarah yang kecamatannya banjarsari itu atas nama siapa saja?” Maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat surat permohonan resmi untuk klaim asuransi dari pasien demam berdarah. Kemudian petugas mengatakan “setelah itu saya menegakkan formulir kuasa, ada kuasa dari pasien yaitu tanda tangan pasien”. Setelah itu saya menginformasikan ke pelayanan medik rumah sakit atas ijin dari pelayanan medik rumah sakit, saya bisa memberitahukan apa yang dibutuhkan oleh pihak asuransi. Jika ada keluarga pasien yang datang ke rumah sakit, yang akan menanyakan, misalnya: “mbak lokasi dari pasien x tersebut berada diruang atau kelas perawatan apa?”.

  Maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan bertanya untuk kepentingan apa bapak atau ibu menanyakan hal itu, apakah ada hubungan dengan pasien. Jika dirasa perlu dan ada hubungan dengan pasien, saya langsung mencarikan data pasien tersebut di dalam komputer. Setelah mendapatkan datanya saya langsung memberitahukan ruang kelas perawatan tersebut kepada keluarga pasien. Hal ini sesuai dengan kompetensi rekam medis dan etika profesi perekam medis dalam pemberian informasi yang terkait dengan identitas individu atau sosial pasien. Dalam Pasal 5 kode etik profesi rekam medis, yang berbunyi “Setiap pelaksana rekam medis dan informasi kesehatan selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak kerahasiaan perorangan pasien dalam memberikan informasi yang terkait dengan identitas individu atau sosial”.

  PemBaHasan

1. Penerapan etika profesi petugas rekam medis dalam penyimpanan dokumen rekam medis

  Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta menggunakan sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara menyatukan formulir-formulir rekam medis milik seorang pasien ke dalam satu kesatuan

  (folder), dengan menggunakan sistem penjajaran Terminal Digit filling yaitu mensejajarkan folder/

  dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada 2 angka kelompok akhir. Dalam kegiatannya petugas rawat jalan dan rawat inap menaruh dokumen di rak penyimpanan dengan benar yaitu dokumen rekam medis yang telah selesai digunakan, maka dikembalikan ke bagian penyimpanan untuk disusun sesuai dengan 2 angka akhir, setelah itu dokumen disimpan di dalam rak penyimpanan dengan menggunakan terminal digit iling atau 2 angka kelompok akhir. Akan tetapi sebagian dokumen rekam medis pasien masih tertata di bawah dan di taruh di atas kardus. Hal ini belum sesuai dengan penerapan etika profesi perekam medis yang mana dalam penyimpanan dokumen rekam medis pasien harus sesuai dengan etika dalam menyimpan dan mensejajarkan dokumen rekam medis pasien berdasarkan sistem yang digunakan yaitu Straight Numberical ( nomor langsung), Middle Digit ( angka tengah ) dan Terminal Digit filling System (angka akhir).

  2. menjaga kerahasiaan pasien dalam pemberian informasi yang terkait dengan identitas individu/ sosial

  Petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakrta dalam pemberian informasi kepada keluarga, saudara atau kerabat dekat ataupun pihak luar berdasarkan pada teori yang diketahui dan tidak mengeluarkan informasi begitu saja atau menjawab secara langsung.

  Menurut Depkes (2006) dalam pemberian informasi harus mengikuti prosedur yang berlaku, informasi medis dapat diberikan, apabila pasien menandatangani serta memberi pihak kuasa kepada pihak ketiga untuk mendapatkan informasi medis mengenai dirinya. Sedangkan alur pemberian informasi rekam medis kepada pihak ke-3 (Asuransi, pengadilan, dll), Rustiyanto mengatakan bahwa yang pertama harus ada surat kuasa dari pasien. Pemegang kuasa harus menunjukkan identitas diri (sebagai karyawan suatu perusahaan asuransi), kemudian harus memperoleh ijin dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan setelah disetujui oleh komite medis dan rekam medis. Untuk data sosial boleh disampaikan tanpa perlu memperoleh ijin pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dicontohkan dalam pelayanan, Jika ada pihak luar (asuransi) menanyakan, misalnya : “mbak pasien demam berdarah yang kecamatannya banjarsari itu atas nama siapa saja?” Maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat surat permohonan resmi untuk klaim asuransi dari pasien demam berdarah. Kemudian petugas mengatakan “setelah itu saya menegakkan formulir kuasa, ada kuasa dari pasien yaitu tanda tangan pasien”. Setelah itu saya menginformasikan ke pelayanan medik rumah sakit atas ijin dari pelayanan medik rumah sakit, saya bisa memberitahukan apa yang dibutuhkan oleh pihak asuransi. Jika ada keluarga pasien yang datang ke rumah sakit, yang akan menanyakan, misalnya : “mbak lokasi dari pasien x tersebut berada diruang atau kelas perawatan apa?”. Maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan bertanya untuk kepentingan apa bapak atau ibu menanyakan hal itu, apakah ada hubungan dengan pasien. Jika dirasa perlu dan ada hubungan dengan pasien, saya langsung mencarikan data pasien tersebut di dalam komputer. Setelah mendapatkan datanya saya langsung memberitahukan ruang kelas perawatan tersebut kepada keluarga pasien. Petugas mengatakan : “karena ada teori tersebut” maka dari itu saya bisa menerapkan etikanya. Etika itu sebagai penyambung antara kebijakan dan protab yang akan dibuat. Teori yang dimaksud adalah Depkes (2006) yang menyebutkan bahwa dalam pemberian informasi harus mengikuti prosedur yang berlaku dan informasi medis dapat diberikan, apabila pasien menandatangani serta memberi kuasa kepada pihak ketiga untuk mendapatkan informasi medis mengenai dirinya.

  Hal ini sesuai dengan kompetensi rekam medis dan etika profesi perekam medis dalam pemberian informasi yang terkait dengan identitas individu atau sosial pasien. Dalam Pasal 5 kode etik profesi rekam medis, yang berbunyi “Setiap pelaksana rekam medis dan informasi kesehatan selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak kerahasiaan perorangan pasien dalam memberikan informasi yang terkait dengan identitas individu atau sosial”.

  Petugas di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta dalam pelepasan informasi medis tentang visum et repertum untuk keperluan keluarga pasien. Dalan hal ini petugas rekam medis telah menerapkan etika profesi dalam pelepasan informasi medis. Salah satu kompetensi rekam medis adalah hukum dan etika profesi.

  Hal ini sesuai, Menurut Ery Rustiyanto (2009) dalam pelepasan atau memaparkan isi dokumen rekam medis milik pasien kepada orang lain atau pihak tertentu, kita sebagai petugas rekam medis harus mengetahui alur dan prosedur memaparkan isi dokumen rekam medis pasien.

  Adapun contoh, Misalnya: “ ada salah satu keluarga pasien datang ke rumah sakit dengan kepentingan Visum et Repertum pasien X yang meninggal disini dan keluarganya tidak percaya kalau meninggalnya secara wajar”. Apabila di minta pihak selain pasien sendiri, maka langkah yang dilakukan adalah menginformasikan ke pelayanan medik rumah sakit tentang visum et

  repertum pasien dengan simbol x dan meminta

  persetujuan dari pelayanan medik rumah sakit, karena isi dokumen adalah milik pasien sedangkan berkas rekam medis adalah milik rumah sakit. Kemudian petugas mengatakan : “Atas ijin dari pelayanan medik rumah sakit, saya bisa membuatkan visum itu disertai dengan adanya surat permohonan resmi dari kepolisian (legal), tidak boleh hanya dari keluarga pasien saja. Sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan medik sebagai koordinator pelayanan dan yang bertanggung jawab atas informasi itu adalah direktur rumah sakit. Hal ini sesuai dengan penerapan etika profesi perekam medis dalam pelepasan informasi medis. Sumber hukum yang dapat dijadikan acuan dalam masalah kerahasiaan suatu informasi medis yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada

3. Penerapan etika profesi petugas rekam medis dalam pelepasan informasi medis.

  pasal 48 UU RI No. 29 tentang Praktik Kedokteran yaitu mengenal “Rahasia Kedokteran”pada ayat (1) bahwa “setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran”. Sedangkan pada ayat (2) menyatakan bahwa “Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak yaitu visum et repertum, sesuai dengan alur hukum, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan memaparkan isi dokumen rekam medis pasien. ketentuan perundang-undangan.

  daFTar PusTaka Bertens. 2007. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. simPulan DepDikNas, RI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

  1. Petugas rekam medis belum menerapkan etika Jakarta: PT Gramedia Graha Utama. profesi dalam penyimpanan dokumen rekam medis pasien sesuai dengan etika profesi perekam medis.

  DepKes, RI. 2006. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan

  2. Petugas rekam medis telah menerapkan etika Rekam Medis/Medical Record Rumah Sakit. profesi dalam pemberian informasi yang terkait Jakarta: Depkes RI. dengan identitas individu atau sosial pasien Yng

  Guwandi, J. 2005. Rahasia Medis. Jakarta : Balai terdapat dalam Pasal 5 kode etik profesi rekam Penerbit FKUI. medis, yang berbunyi “Setiap pelaksana rekam

  Hanaiah, J. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum medis dan informasi kesehatan selalu menjunjung

  Kesehatan. Jakarta : EGC.

  tinggi doktrin kerahasiaan dan hak kerahasiaan perorangan pasien dalam memberikan informasi Ide, A. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan yang terkait dengan identitas individu atau sosial”,

  Kesehatan. Yogyakarta : Gresia Book Publisher.

  guna menjaga agar tidak terjadi pembocoran Rustiyanto, E. 2009. Etika Profesi Perekam Medis dan informasi yang terkait dengan identitas individu

  Informatika Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

  atau sosial pasien.

  Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian (Pendekatan

  3. Petugas rekam medis telah menerapkan etika

  Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:

  profesi dalam pelepasan informasi medis pasien Alfabeta.