Pentingnya Penegakan Hukum Dalam Masyarakat Indonesia
PENEGAKAN HUKUM DALAM MASYARAKAT INDONESIA
Imron Rosyadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai
ABSTRAK
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam masyarakat Indonesia, sulit untuk tumbuh dan
berkembang selama hukumnya sendiri tidak memuaskan, selama aparat penegak hukumnya lemah dan bisa dibeli,
selama pengadilan bukan tempat untuk mencari kebenaran dan keadilan. Problema penegakan hukum di
Indonesia sangat diwarnai oleh uang, perlakuan yang diskriminatif, dijadikan komoditas politik, sehingga muncul
persepsi dimasyarakat yang menyatakan penegakan hukum dilakukan secara tebang pilih. Semua pihak
mempunyai peran dalam pembenahan penegakan hukum di Indonesia. Orang tua yang menyarankan kepada
anaknya agar mematuhi aturan sejak usia belia. Bahkan individu yang terkena proses hukum dapat menahan diri
untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat melemahkan penegakan hukum.________________________________________ Keywords: Kepatuhan, penegakan, peraturan
PENDAHULUAN
Dalam kondisi sepeti ini muncul pertanyaan ditengah-tengah Ditengah-tengah berbagai masyarakat “mengapa hukum sulit pemberantasan kejahatan yang marak ditegakkan?”, “apakah hukum di dari segi jenis, kuantitas dan kualitas,
Indonesia sudah mati?”. Masyarakat berbagai pihak mengeluhkan seolah tidak dapat memahami penegakan hukum di Indonesia. mengapa hukum tidak dapat
Berbagai media massa berfungsi (dis fungction) sebagai mana memberitakan aparat penegak hukum yang diharapkan. yang terkena sangkaan dan dakwaan korupsi atau suap. Mafia peradilan
Keprihatinan masyarakat atas marak dituduhkan karena putusan penegakan hukum memunculkan badan peradilan dapat diatur. sejumlah analisa dan lontaran ide bagi
Hukum seolah dapat dimainkan perbaikan. diplintir, bahkan hanya berpihak pada mereka yang memiliki status
Dalam konteks demikian sosial yang tinggi. tulisan ini akan membahas beberapa
Tidak terlalu berlebihan bila permasalahan mendasar dan berbagai kalangan menilai penegakan penegakan hukum di Indonesia. hukum lemah dan telah kehilangan
Pertama, mengapa penegakan hukum kepercayaan masyarakat. Masyarakat penting dalam kehidupan menjadi apatis, mencemooh, dan masyarakat?, kedua, apa problem dalam keadaan tertentu kerap yang dihadapi penegakan hukum di melakukan proses pengadilan jalanan Indonesia?.
(street justice).
METODE PENELITIAN
Pendekatan masalah dilakukan dengan cara Pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan dalam arti menelaah kaedah-kaedah atau norma- norma dan aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
Data yang digunakan dalam menunjang penelitian adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat dari bahan-bahan perpustakaan, peraturan perundang- undangan yang berlaku dan teori- teori yang ada dalam literatur yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam masyarakat. Selain data sekunder, penulis mempergunakan data empiris dengan cara mengamati kesadaran hukum masyarakat dan pelaksanaan penegakan hukum dalam masyarakat.
Tindak lanjut dari pengum- pulan dan pengelolaan data, dilaku- kan analisis data secara kualititif yaitu dengan memberikan arti dan kemudian diuraikan dengan kalimat perkalimat secara jelas serta dihubungkan untuk menjawab permasalahan yang ada untuk ditarik kesimpulan sehingga dapat memberi- kan gambaran secara umum terhadap permasalahan yang dibahas
HASIL PENELITIAN Kesadaran Mematuhi Hukum Ma- syarakat Indonesia.
Budaya hukum, dalam pengertian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ada, sulit untuk tumbuh dan berkembang selama hukumnya sendiri tidak memuaskan, selama aparat penegak hukumnya lemah dan bisa dibeli, selama pengadilan bukan tempat untuk mencari kebenaran dan keadilan.
Bagi masyarakat Indonesia, lemah kuatnya penegakan hukum oleh aparat akan menentukan persepsi ada tidaknya hukum. Bila penegakan hukum oleh aparat lemah, masyarakat akan mempersepsikan hukum sebagai tidak ada dan seolah-olah mereka dalam hutan rimba. Sebaliknya, bila penegakan hukum oleh aparat kuat dan dilakukan secara konsisten, barulah masyarakat mempersepsikan hukum ada dan akan tunduk. Dalam konteks demikian masyarakat Indonesia masih dalam masyarakat yang “takut” pada (aparat penegak) hukum dan belum apat dikatgorikann sebagai masyarakat yang “taat” pada hukum. Pada masyarakat yang takut pada hukum, masyarakat tidak akan tunduk pada hukum bila penegakan hukum lemah, inkonsisten dan tidak dapat dipercaya. Oleh karenanya penegakan hukum yang tegas dan berwibawa dalam kehidupan hukum masyarakat Indonesia sangat diperlukan.
Sebagai contoh sederhana yang dapat dikemukakan untuk membedakan masyarakat yang taat pada hukum dengan masyarakat yang takut pada hukum terkait dengan masalah lalu lintas. Sikap pengen- dara terhadap lampu pengantur lalu lintas (traffic light) dijalan raya pada saat jam menunjukkan pukul satu pagi. Bila lampu lalu lintas menyala merah dan pengendara berhenti maka pengendara tersebut dikategorikan sebagai individu yang taat pada hukum.
Namun bila pengendara tersebut tidak berhenti meskipun dia tahu, meskipun tidak ada ancaman apapun maka pengendara tersebut dikategorikan sebagai individu yang takut pada hukum. Contoh diatas merupakan cermin dan sikap kebanyakan individu di Indonesia. Masyarakat yang takut pada hukum, bukan masyarakat yang patuh pada hukum.
Pentingnya Penegakan Hukum Dalam Masyarakat Indonesia
Yang dimaksud dengan penegakan hukum itu ialah pelaksanaan hukum secara konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari- hari. Dalam bahasa asing kita juga mengenal berbagai peristilahan seperti : Rechts toe passing hand having (Belanda), Law enforcement, application (Amerika).
Dalam struktur kenegaraan modern, maka tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh komponen eksekutif dan dilaksanakan oleh birokrasi eksekutif tersebut, sehingga disebut juga birokrasi penegakan hukum. Sejak negara itu mencampuri banyak kegiatan dan pelayanan dalam masyarakat, maka memang campur tangan hukum juga makin intensif, seperti dalam bidang kesehatan, perumahan, produksi dan pendidikan. Tipe negara yang demikian itu dikenal sebagai Welfare state . Eksekutif dengan birokraksinya merupakan bagian dari mata rantai untuk mewujudkan rencana yang tercantum dalam (peraturan) hukum yang menagani bidang-bidang tersebut.
Bagi masyarakat Indonesia, lemah kuatnya penegakan hukum oleh aparat akan menentukan persepsi ada tidaknya hukum. Bila penegakan hukum oleh aparat lemah, masyarakat akan mempersepsikan hukum sebagai tidak ada dan seolah amereka berada dalam hutan rimba. Sebaliknya bila penegakan hukum oleh aparat kuat dan dilakukan secara konsisten, barulah mempersepsikan hukum ada dan akan tunduk. Dalam konteks demikian masyarakat Indonesia masih dalam taraf masyarakat yang “takut” pada (aparat penegak) hukum dan belum dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang “taat” pada hukum. Pada masyarakat yang takut pada hukum, masyarakat tidak akan tunduk pada hukum bila penegakan hukum lemah, inkonsisten, dan tidak dapat dipercaya. Oleh karenanya penegakan hukum yang tegas dan berwibawa dalam kehidupan hukum masyarakat Indonesia sangat diperlukan.
Sayang pada saat ini masyarakat Indonesia masih jauh untuk dapat dikategorikan sebagai masyarakat dimana hukum telah terinternalisasi dalam sikap individu. Bila masyarakat demikian terwujud, penegakan hukum tidak perlu dilakukan setiap saat dan setiap sudut.
Problema Penegakan Hukum
Di Indonesia secara tradisional institusi hukum yang melakukan penegakan hukum adalah kepolisian, Kejaksaan, Badan Peradilan dan Advokat. Diluar institusi tersebut masih ada, diantaranya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Imigrasi.
Problema dalam penegakan hukum yang dihadapi oleh Indonesia perlu untuk dipotret dan petakan. Tujuannya agar para pengambil kebijakan dapat mengupayakan jalan keluar.
Berikut adalah sejumlah problema penegakan hukum yang dihadapi oleh Indonesia yang sebenarnya, telah banyak disampaikan oleh para ahli, pakar, birokrat diberbagai forum:
Problem Pada Pembuatan Peraturan Perundang-undangan
Problema Pada Pembuatan Peraturan Perundang-undangan tidak memberi perhatian yang cukup apakah aturan yang nantinya bisa dijalankan atau tidak. Pembuat Peraturan Perundang-undangan sadar maupun tidak telah mengambil asumsi aturan yang dibuat akan dengan sendirinya dapat berjalan.
Peraturan perundang- undangan seringkali dibuat secara tidak realistis. Ini terjadi terhadap pembuatan Peraturan Perundanng- undangan yang merupakan pesanan elit politik, negara asing maupun Lembaga Keuangan Internasional. Disini Peraturan Perundang- undanngan dibuat sebagai komoditas.
Masyarakat Pencari Kemenangan Bukan Keadilan.
Masyarakat Indonesia terutama yang berada dikota-kota besar bila mereka berhadapan dengan proses hukum akan melakukan berbagai upaya agar tidak dikalahkan atau terhindar dari hukuman. Kenyatan ini mengindikasikan keadilan sebagai kemenangan, tidak heran bila semua upaya akan dilakukan, baik yang sah maupun yang tidak, semata-mata untuk mendapat kemenangan.
Tipologi masyarakat mencari kemenangan merupakan problem bagi penegakan hukum, terutama bila aparat penegak hukum kurang berintegritas dan rentan disuap, masyarakat pencari kemenangan akan memanfaatkan kekuasaan dan uang agar memperleh kemenangan atau terhindar dari hukuman. Tipologi masyarakat seperti ini tentunya berpengaruh secara signifikan terhadap lemahnya pengetahuan hukum.
Uang Yang Mewarnai Penegakan Hukum
Disetiap lini penegakan hukum, aparat dan pendukung aparat penegak hukum, sangat rentan dan terbuka peluang bagi praktek korupsi atau suap. Uang dapat berpengaruh pada saat polisi melakukan penyidikan perkara. Dengan uang, pasal sebagai dasar sangkaan dapat diubah-ubah sesuai dengan jumlah uang yang ditawarkan. Pada tingkat penuntutan, uang bisa berpengaruh terhadap diteruskan tidaknya penuntutan oleh penuntut umum. Apabila penuntutan diteruskan, uang dapat berpengaruh pada seberapa berat tuntutan yang akan dikenakan.
Di intitusi peradilan dari peradilan yang terendah dan tertinggi, uang berpengaruh pada putusan yang akan diterbitkan oleh hakim. Uang dapat melepaskan atau membebaskan seorang terdakwa. Bila terdakwa dinyatakan bersalah, dengan uang, hukuman bisa diatur agar serendah dan seringan mungkin. Bahkan dilembaga pemasyarakatan uang juga berpengaruh. Bagi mereka yang memiliki uang akan mendapatkan perlakuan baik dan manusiawi.
Penegakan Hukum Yang Diskriminatif
Penegakan hukum seolah hanya berpihak pada si kaya tetapi tidak pada si miskin. Bahwa hukum berpihak pada mereka yang memiliki jabatan dan koneksi dan pada pejabat hukum atau akses pada keadilan. Ini semua karena mentalitas aparat penegak hukum yang lebih melihat kedudukan seseorang dimasyarakat atau status sosialnya dari pada apa yang diperbuat oleh orang yang menghadapi proses hukum.
Upaya Pembenahan
Sebagaimana telah diuraikan dalam problema penegak hukum, penegakan hukum di Indonesia sangat diwarnai oleh uang, perlakuan yang diskriminatif dan perasaan sungkan dari pada aparat penegak hukum. Belum lagi penegakan hukum dijadikan komoditas politik. Sebagai akibat dari semua ini tidak terlalu aneh bila presepsi muncul dimasyarakat yang menyatakan penegakan hukum dilakukan secara tebang pilih. Untuk menghindari kesan tebang pilih dalam melakukan penegakan hukum perlu meletakna fundamen yang kuat agar aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dapat menjaga konsistensi, paling tidak semua pihak, termasuk pemerintah, dapat menciptakan suasana kandusif agar penegakan hukum dilakukan secara konsisten.
Pembenahan terhadap manusia, hukum harus dilakukan secara manusiawi. Pembenahan sedapat mungkin tidak menyinggung harga diri, bahka merendahkan diri mereka yang terkena kebijakan. Pembenahan manusia menyangkut sikap tindak. Sikap tindak yang telah lama berakar akan sulit untuk diubah dalam sekejap.
Dalam pembenahan penega- kan hukum, penting untuk disadari dan diintensifkan partisipasi publik. Partisipasi publik tidak sekedar melibatkan lembaga swadaya masyarakat, tapi para individu yang ada dalam masyarakat. Semua pihak mempunyai peran dalam pembena- han penegakan hukum di Indonesia. Setiap individu Indonesia akan memiliki peran dan kontribusi besar. Mulai dari hal kecil, seperti setiap individu tunduk pada hukum bukan karena takut, tetapi karena taat. Orang tua yang mengarahkan kepada anak agar mematuhi aturan sejak usia belia. Bahkan individu yang terkena proses hukum dapat menahan diri untuk tidak melakukan tindakan- tindakan yang dapat melemahkan memiliki integritas dan kejujuran serta penegakan hukum. keberanian dan ketegasan sehingga dapat menegakkan keadilan dan
SIMPULAN DAN SARAN kebenaran yang hakiki. Bagi
masyarakat di Indonesia hendaknya
Simpulan
perlu memiliki rasa kesadaran hukum Penegakan hukum dan yang tinggi, guna terwujudnya penumbuhan kesadaran huykum masyarakat yang tertib, aman, adil, adalah dua hal yang harus terus dan damai. menerus dilakukan jika ingin menciptakan masyarakat yang tertib
DAFTAR PUSTAKA
dan harmonis. Berarti harus ada konsistensi dari aparat penegak Komisi Hukum Nasional, 2003, hukum dalam menjalankan tugasnya Kebijakan Reformasi Hukum (suatu dan pendidikan akan pentinnya rekomendasi), Penerbit KHN, menegakkan aturan ditengah Jakarta. masyarakat. Proses penegakan
IKAHI, 2006, Majalah Hukum Tahun ke hukum di Indonesia belum dapat
XXI No. 244, Jakarta.
berjalan dengan baik sehingga belum dapat memenuhi rasa keadilan Satjipto Rahardjo, S.H., DR, Prof, 1991, masyarakat. Penyebabnya adalah
Ilmu Hukum, Penerbit PT. Citra
adanya indikasi mafia peradilan yang Aditya Bakti, Bandung. melakukan jual-beli perkara, adanya intervensi eksekutif dan legistalive
Romli Atmasasmita, S.H, LLM, 1992, terhadap lembaga yudikatif,
Teori dan Kapita Selekta
peraturan yang tumpang tindih dan Kriminologi, PT. Eresco, Bandung. tidak efektifnya fungsi pengawasan yang ada.
Undang-Undang Nomor 31, Tahun 1999 Jo, Undang-Undang
Saran
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Para penegak hukum dalam
Pemberantasan Tindak Pidana menjalankan tugasnya hendaknya Korupsi. berdasarkan pertimbangan yang matang memiliki hati nurani,