PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA BANK UMUM SYARIAH DENGAN ANALISIS RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS AND CAPITAL - Perbanas Institutional Repository

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA BANK UMUM SYARIAH
DENGAN ANALISIS RISK PROFILE, GOOD CORPORATE
GOVERNANCE, EARNINGS AND CAPITAL

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi

Oleh:
ERIKA PERMATA YASTYNDA
NIM: 2012310741

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2016

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA BANK UMUM SYARIAH
DENGAN ANALISIS RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,
EARNINGS AND CAPITAL
Erika Permata Yastynda

STIE Perbanas Surabaya
Email: erikayastynda@gmail.com
Dra. Nur Suci I. Mei Murni, Ak., M.M.CA
STIE Perbanas Surabaya
Email: nursuci@perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34–36
Surabaya
ABSTRACT
This study aims to predict financial distress on Islamic Banks (BUS) using the ratio RGEC.
The CAMEL ratio consist of Non Performing Financing (NPF), Financing to Debt Ratio
(FDR), Good Corporate Governance (GCG), Return On Assets (ROA), Net Interest Margin
(NIM), and Capital Adequacy Ratio (CAR). The research data was obtained from published
financial statements of each Islamic Banks (BUS) in Indonesia during the observation
period of 2013 – 2014, the entire population of this study uses 11 banks. This study is use a
logistic regression analysis as the analysis test tool. Of the 11 samples of Islamic banks
were used in this study, showed six Islamic banks indicated financial distress and five banks
were non financial distress. The results obtained by using the ratio of NPF in 2014. The
results of this study indicate that LDR, GCG, ROA, and CAR do not affect in significant on
the probability to predict financial distress on Islamic Banks (BUS).While the ratio NIM
influential in significant on the probability to predict financial distress on Islamic Banks

(BUS) in Indonesia
Key words : financial distress, RGEC, financial ratio, bank umum syariah.
PENDAHULUAN
Pembanguan perekonomian di
Indonesia erat kaitannya dengan dunia
perbankan. Dunia perbankan adalah salah
satu
sumber
pemasukan
dalam
membangun sistem perekonomian dan
keuangan
Indonesia
karena
dapat
berfungsi sebagai intermediary institution
yaitu lembaga yang mampu menyalurkan
kembali dana yang dimiliki oleh unit
ekonomi yang surplus kepada unit-unit
ekonomi yang membutuhkan bantuan

dana atau defisit. Kasmir (2009:25),
menyatakan bahwa bank adalah lembaga
keuangan
yang
kegiatan
utamanya
menerima simpanan, tabungan, giro, dan
deposito, sebagai tempat untuk menukar

uang, memindahkan uang atau menerima
segala bentuk pembayaran dan setoran
seperti pembayaran telepon, uang kuliah
dan
pembayaran
lainnya.
Perbankan
Syariah
sendiri
telah
mengalami

perkembangan yang sangat pesat secara global
pada tahun 1996, sistem keuangan Islam
memiliki aset 137 miliar dolar AS.
Pengembangan
sebuah
sistem
perbankan
berbasis
Islam secara
politis di Indonesia
akhirnya diakui
sebagai bagian dari upaya tujuan
pembangunan nasional
yaitu
untuk
mencapai terciptanya masyarakat adil
dan
makmur berdasarkan
demokrasi
ekonomi. Hal ini antara ditandai dengan

1

peran
aktif
pemerintah
dalam
mengembangkan
industri
perbankan
syariah yang diharapkan akan mampu
menjadi
langkah
awal
bagi
pengembangan
sistem ekonomi yang
berlandaskan
pada
nilai
keadilan,

kebersamaan,
pemerataan,
dan
kemanfaatannya yang sesuai dengan
prinsip
syariah.
Peran
aktif
ini
diturunkan
tidak saja dalam level
kebijakan
perundangan,
tetapi juga
masuk dalam ranah praktis yang pada
akhirnya
akan berpengaruh kepada
perekonomian masyarakat. Karena adanya
peran dan pengaruh bank syariah dari
masyarakat, tidak menutup kemungkinan

bahwa bank akan memiliki masalah
terhadap
keuangannya
yang
akan
menyebabkan financial distress atau
kebangkrutan bank.
Selain krisis moneter, salah
satu permasalahan yang terjadi di dunia
perbankan adalah kredit macet. Salah satu
bank yang menjadi perhatian dalam dunia
perbankan adalah Bank Victoria. Tidak
hanya pada bank konvensionalnya saja
yang mengalami kredit macet sebesar
5,4% pada September 2010, bank Victoria
Syariah juga menjadi perhatian kerena
persentase kredit macet atau NPF yang
selalu diatas 5% disetiap tahunnya. Pelaku
industri
perbankan

sejatinya
sudah
mengetahui bahwa laju penyaluran kredit
yang melambat dalam dua tahun terakhir
berpotensi memperbesarnya rasio kredit
bermasalah.
Rustam
(2013:57)
mengemukakan bahwa Negara-negara
lain terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan
tingginya
rasio
NPF
sehingga
menyebabkan
kegagalan
sejumlah Bank Umum Syariah contohnya
adalah di Negara Turki, Mesir, Afrika
Selatan yang dimana kegagalan sejumlah

Bank Umum Syariah di Negara ini karena
manajemen yang buruk, perilaku buruk,
dan misspresentasi, kemudian Rustam
(2013:58) mengemukakan bahwa moral
hazard (ancaman moral) biasa terjadi
pada pembiayaan bagi hasil karena
ketidaksempurnaan
informasi
petugas

melihat
level usaha
nasabah dan
terbatasnya informasi sehingga tingginya
NPF bisa disebabkan karena beberapa
faktor salah satunya adalah kesalahan
Bank
dalam
melakukan
monitoring

terhadap nasabahnya apabila hal ini
dilakukan terus menerus tanpa adanya
perbaikan dalam tata kelola perusahaan
yang baik dalam industri Perbankan
Syariah maka kegagalan Ban Umum
Syariah di Indonesia akan terjadi seperti
di Negara turki, Mesir, dan Afrika
Selatan.
Pada tanggal 25 Oktober 2011
dikeluarkan peraturan No.13/1/PBI/2011
yang berisi tentang perubahan metode
RGEC
untuk
menggantikan metode
CAMELS. Metode RGEC adalah sebuah
penilaian tingkat kesehatan bank umum
yang menggantikan metode CAMELS.
Metode ini juga biasa disebut dengan
sistem penilaian RBBR (Risk Based Bank
Rating), yang mana terdiri dari 4 faktor

pengukuran yaitu Risk profile, Good
Corporate Governance, Earning, dan
Capital (RGEC).
Berdasarkan data diatas maka
dalam penelitian ini akan menganalisis
rasio keuangan di dalam laporan
keuangan
Bank
yang
merupakan
informasi yang penting dan akurat untuk
menganalisis financial distress Bank
Umum Syariah. Rasio keuangan yang
akan digunakan oleh peniliti adalah: rasio
Financing to Debt Ratio (FDR), rasio
Good Corporate Governance (GCG),
rasio Return On Assets (ROA), rasio Net
interest
margin
(NIM),
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR).
Adanya
informasi ini diharapkan dapat membantu
banyak pihak untuk mengevaluasi dan
memperbaiki
kinerja
perusahaan
Perbankan Syariah serta akan mengambil
tindakan yang perlu dilakukan untuk
menghindari atau mengatasi hal tersebut.

2

RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Menurut
Myers
(1984),
pecking order theory menyatakan bahwa
”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi justru tingkat hutangnya
rendah,
hal
tersebut
dikarenakan
perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi memiliki sumber dana dari dalam
yang berlimpah.” Dalam pecking order
theory dibagi menjadi 2 pendanaan yaitu
pendanaan yang diperoleh dari dalam dan
pendanaan yang diperoleh
dari luar.
Pada umumnya suatu bank lebih
menyukai pendanaan dari dalam seperti
modal sendiri daripada pendanaan dari
luar . Jika pendanaan dari luar pada
akhirnya diperlukan pada bank tersebut,
maka bank tersebut tentu saja akan
memilih pendanaan yang paling aman
terlebih dahulu hingga yang paling
berisiko.
Pada teori ini juga dikatakan
turunnya nilai suatu bank merupakan
akibat tingginya rasio hutang ini (Weston
dan Copeland, 1992). Semakin tinggi
rasio hutang maka akan mengakibatkan
semakin besar resiko yang akan dihadapi 3.
bank tersebut. Bank yang tadinya masuk
dalam kategori non financial distress
dapat berubah menjadi financial distress.
Apabila kondisi ini dialami secara terus
menerus maka kondisi bank tersebut akan
semakin terpuruk dan hal tersebut
berujung pada potensi kebangkrutan yang
dihadapi suatu bank.
Pengertian Bank
Menurut Kasmir, 2009:25,
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang
kegiatan
utamanya
menerima
simpanan giro, tabungan dan deposito,
bank juga dikenal sebagai tempat untuk
menukar uang, memindahkan uang atau
menerima segala bentuk pembayaran.
Pengertian bank menurut PAPI (2008)
“Bank adalah suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak-

pihak yang memiliki kelebihan dana
(surplus unit) dengan pihak-pihak yang
memerlukan dana (deficit unit), serta
sebagai
lembaga
yang
berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Lembaga keuangan syariah di
Indonesia khususnya perbankan syariah
mulai berkembang dengan pesat sejak
tahun 1999 yaitu setelah berlakunya
Undang-undang nomor 7 tahun 1992
tentang perbankan. Sesuai perundanganundangan yang berlaku, bank syariah
dikategorikan sebagai lembaga keuangan
bank dan dibawah pembinaan dan
pengawasan
Bank
Indonesia.(wiroso:2010)
Perbankan syariah memiliki
tujuan yang sama seperti perbankan
konvensional,
yaitu
agar
lembaga
perbankan
dapat
menghasilkan
keuntungan dengan cara meminjamkan
modal, menyimpan dana, membiayai
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang sesuai. Prinsip hukum Islam
melarang unsur-unsur di bawah ini dalam
transaksi-transaksi perbankan tersebut
1.
Perniagaan atas barang-barang yang
haram,
2.
Bunga (riba)
Perjudian
dan
spekulasi yang
disengaja, serta
4.
Ketidak jelasan dan manipulatif.
Laporan Keuangan
Indikasi terjadinya kesulitan
keuangan atau financial distress dapat
diketahui dari kinerja keuangan suatu
perusahaan. Kinerja keuangan dapat
diperoleh dari informasi akuntansi yang
berasal dari laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan laporan mengenai
posisi kemampuan dan kinerja keuangan
perusahaan serta informasi lainnya yang
diperlukan
oleh
pemakai
informasi
akuntansi. Laporan keuangan merupakan
suatu informasi yang sangat penting
dalam proses penilaian suatu perusahaan,
sehingga dengan rasio keuangan yang
terdapat dalam suatu laporan keuangan
dapat mengungkapkan kondisi keuangan
perusahaan.
3

Menurut Endang (2012;4) dalam
Orchid (2009) salah satu sumber
informasi mengenai kondisi financial
distress dapat dilihat menggunakan rasio
keuangan melalui laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan teknik
analisa untuk membantu mengevaluasi
laporan keuangan perusahaan dengan
menggabung-gabungkan
angka-angka
didalam atau antara laba-rugi dan neraca.
Penilaian Tingakat Kesehatan Bank
Penilaian kesehatan Bank
tidak hanya dilakukan untuk Bank
Konvensional tetapi juga dilakukan untuk
menilai kesehatan Bank Umum Syariah
untuk Bank Umum Syariah maupun Bank
perkreditan rakyat syariah. Hal ini
dilakukan agar dapat memberi gambaran
atau kondisi yang lebih tepat mengenai
kondisi Bank saat ini dan yang Akan
datang. Kesehatan bank menurut Kasmir,
2008:4 adalah kemampuan suatu bank
untuk menjalankan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan dapat
memenuhi kewajibannya dengan sebaikbaiknya dengan cara yang sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Tingkat
kesehatan bank merupakan kepentingan
semua pihak terkait, yaitu pemilik dan
pengelola bank, masyarakat pengguna
jasa bank, dan bank Indonesia selaku
pembina dan pengawas bank-bank yang
ada di Indonesia (Sunarti, 2011:144) yang
dikutip Heidy Arrvida 2014. Dari
penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa bank harus menjalankan kegiatan
dan memenuhi kewajibannya dengan baik
sesuai dengan aturan Bank Indonesia,
sehingga dapat dilakukan perhitungan
rasio yang menunjukkan bank dalam
keadaan sehat atau kurang sehat, yang
mana hasil kesehatan bank
akan
berpengaruh terhadap pihak terkait dalam
mengambil keputusan.
Pengaruh Financing to Debt Ratio
(FDR) terhadap Financial Distress
Financing to Debt Ratio
(FDR) menyatakan sebuah rasio keuangan
yang hasilnya berasal dari perbandingan
dana pihak ketiga yang dihimpun bank

dengan perbandingan jumlah kredit yang
disalurkan. Menurut Wicaksana (2011)
yang dikutip Adhistya, Financing to Debt
Ratio (FDR) berguna untuk menilai
likuiditas dalam suatu bank dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberi bank
dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi
FDR, maka probabilitas bank mengalami
kebangkrutan
akan
semakin
besar,
disebabkan karena adanya kredit yang
tidak bisa diatasi oleh bank. Pernyataan
ini didukung oleh penelitian Christiana
(2013)
yang
menyatakan
bahwa
Financing to Debt Ratio (FDR)
berpengaruh
positif
terhadap
kebangkrutan. Penelitian ini memberikan
pernyataan bahwa FDR memberikan
pengaruh kepada bank dalam hal
profitabilitas, Sehingga semakin tinggi
kredit maka semakin mendapatkan bunga,
tetapi jika kredit yang diberikan terlalu
tinggi maka akan mengganggu likuiditas
bank. Pernyataan ini juga didukung oleh
penelitian Wicaksana (2011) yang mana
LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebangkrutan bank.
H1 : FDR berpengaruh negatif
terhadap kondisi financial distress.
Pengaruh Good Corporate Governance
(GCG) terhadap Financial Distress
Dibentuknya Good Corporate
Governance bertujuan untuk menjaga
hubungan dewan komisaris, pemegang
saham dan dewan direksi agar lebih baik,
dengan
tercapainya
tujuan
yang
diinginkan. Penilaian ini didasarkan atas 3
aspek, yaitu : Governance structure,
Governance process, Governance output.
Governance process mencakup fungsi
kepatuhan bank, penanganan benturan
kepentingan,
penerapan fungsi audit
intern dan ekstern, penerapan manajemen
risiko
termasuk sistem pengendalian
intern, penyediaan dana kepada pihak
terkait dan dana besar, serta rencana
strategis bank. Sedangkan Governance
stucture mencakup pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi serta kelengkapan dan
pelaksanaan tugas komite. Aspek terakhir
4

governance output mencakup transparansi
kondisi keuangan dan non keuangan,
laporan
pelaksanaan
GCG
yang
memenuhi
prinsip
Transparancy,
Accountability,
Responsibility,
Indepedency, dan Fairness (jurnal Ni putu
noviantini:2015). Jika Good Corporate
Governance bertambah baik, maka
berpengaruh
negatif
terhadap
kebangkrutan.
Pernyataan
ini
juga
didukung oleh penelitian Ni Putu
Noviantini (2015) yang mana kepemilikan
manajerial, dewan direksi, kepemilikan
institutional yang semakin banyak akan
dapat menangani masalah perusahaan
yang terjadi, artinya berpengaruh negatif
terhadap kebangkrutan bank.
H2 : GCG berpengaruh negatif
terhadap kondisi financial distress.
Pengaruh Return On Asset (ROA)
terhadap Financial Distress
Return on Aasset (ROA)
adalah rasio yang perhitungannya dari
rata-rata total asset bank yang berguna
untuk mengukur kemampuan sebuah bank
dalam mendapatkan laba sebelum pajak
(Almalia dan Kristiadji, 2003) di jurnal
Adhistya (2013). Total aset yang biasanya
dipakai untuk mengukur ROA adalah
jumlah aset produktif yang terdiri dari
penempatan
surat-surat
berharga,
contohnya surat berharga pasar uang,
penempatan pada call money atau money
market
dan
penempatan
berharga
sertifikat
bank
Indonesia
(Dendawijaya,2005:119)
dalam
jurnal
Lusia estina (2014). Semakin besar Return
on Asset (ROA) dalam suatu bank, maka
juga semakin besar keuntungan yang
didapatkan oleh suatu bank serta semakin
baik juga posisi keuangan bank tersebut
(Dendawijaya,2009)
yang
dikutip
Christiana 2013. Pernyataan di atas juga
didukung dari penelitian Kun ismawati
(2015) dimana Return on Asset (ROA)
berpengaruh
negatif
terhadap
kebangkrutan bank, artinya kebangkrutan
bank semakin kecil serta posisi bank
semakin baik. Pernyataan ini juga
didukung oleh Christiana (2013) didasari

oleh aset bank yang tinggi yangmana
dialokasikan kepada pinjaman dapat
dikendalikan dengan baik oleh bank.
H3 : ROA berpengaruh negatif
terhadap kondisi financial distress.
Pengaruh Net Interest Margin (NIM)
terhadap Financial Distress
Net
Interest
margin
merupakan rasio yang menggambarkan
tingkat efisiensi yang didapatkan suatu
bank untuk pengelolaan aktiva bersih dan
pendapatan
bunga
(Zainul
arifin).
Semakin besar rasio NIM maka
pandapatan bunga atas aktiva produktif
yang
di kelola
bank
mengalami
peningkatan,
sehingga
bank
dalam
keadaan
bangkrut
semakin
kecil.
Pernyataan ini juga didukung oleh
penelitian
Adhistya
(2013)
yang
menyatakan bahwa NIM
berpengaruh
negatif terhadap kebangkrutan, peneliti
beranggapan bahwa nilai rasio bank
secara
umum
baik
atau
aktiva
produktifnya
untuk
menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Penelitian ini
juga didukung oleh penelitian Vidiyarto
yang mana Net Interest Margin (NIM)
berpengaruh
negatif
terhadap
kebangkrutan bank, menurut peneliti hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya
pendapatan bunga bersih karena diterima
dari aktivitas lain dan pinjaman yang
diberi bank.
H4 : NIM berpengaruh positif terhadap
kondisi financial distress.
Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap Financial Distress
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR) adalah rasio yang digunakan
variabel Capital dalam penelitian yang
dilakukan. Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk
menunjang
aktiva
yang
mengandung atau menghasilkan risiko
(Noviantini,2015).
Sedangkan menurut
Kasmir (2008:198) menjelaskan Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang
menjelaskan seberapa jauh dana modal
5

sendiri bank baik dari sumber-sumber di
luar bank, seperti dana masyarakat,
pinjaman
(utang),
dan
lain-lain
membiayai seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain).
Jika Capital Adequacy ratio (CAR)
semakin besar, maka resiko terjadinya
kebangkrutan akan mengecil. Pernyataan
ini didukung
oleh penelitian Kun
Ismawati (2014), yang mana Capital
Adequacy Ratio
(CAR) berpengaruh
negatif terhadap kebangkrutan bank, yang
artinya bank mempunyai potensi yang
kecil untuk mengalami kebangkrutan. Hal
ini menandakan bahwa kenaikan faktor
permodalan tidak mempunyai pengaruh

terhadap kebangkrutan bank. Pernyataan
ini juga
didukung
oleh penelitian
Adhistya (2013), yangmana Capital
Adequacy Ratio (CAR) mempunyai
pengaruh negatif , yang artinya Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan menunjukkan
CAR di sebuah bank dari tahun ke tahun
sangat baik dan kemungkinan bangkrut
sangat kecil. Berdasarkan ketentuan dari
Bank Indonesia tersebut, bank yang sehat
harus memiliki CAR paling sedikit 8%,
sehingga probabilitas bank mengalami
kondisi bermasalah semakin kecil (SE BI
No. 7/10/DPNP 31 Maret 2005).
H5 : CAR berpengaruh negatif
terhadap kondisi financial distress.

Gambaran kerangka pemikiran yang
mendasari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
FDR
GCG

-

0 = non financial distress

-

1 = financial distress

ROA
NIM
CAR
Gambar 1
Kerangka
Pemikiran

METODE PENELITIAN
Jenis,Sumber Data dan Pemilihan
Sampel Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis rancangan
penelitian
dalam
bentuk
kuantitatif.
Penelitian kuantitatif ini sangat memerlukan
adanya
hipotesis
dalam pengujiannya,
dimana itu yang akan menentukan tahapan

dalam
proses
berikutnya
(Suwarno,
2006;258). Penelitian ini menggunakan data
sekunder
berupa
laporan
keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Data yang
telah terkumpul dan tertabulasi kemudian
diolah lebih lanjut untuk mendapatkan
kesimpulan yang mendukung atau menolak
hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
Data diperoleh dari website resmi BEI yaitu
6

www.idx.co.id. Penelitian ini menggambil
sampel dengan metode purposive sampling.
Kriteria-kriteria dalam pemilihan sampel
adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan
31 Desember 2014.
2. Laporan keuangan yang disajikan telah
diaudit dari tahun 2010-2014.
3. Laporan keuangan menyajikan data
yang lengkap sesuai dengan variabelvariabel yang digunakan.
4. Perusahaan
pertambangan
yang
mengalami laba bersih sebelum pajak
negatif selama dua tahun berturut-turut
sebagai kelompok perusahaan yang
dikategorikan
mengalami
financial
distress dan perusahaan yang tidak
mengalami laba bersih sebelum pajak
negatif selama dua tahun berturut-turut
dikategorikan sebagai perusahaan yang
tidak mengalami financial distress.
Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen (Financial Distress)
Financial distress merupakan suatu keadaan
atau kondisi perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan. Hal ini bisa disebabkan
oleh banyak hal, bisa saja karena
ketidakmampuan
perusahaan
dalam
membayar
kewajiban
jangka
pendek
ataupun panjangnya, atau juga karena
perusahaan
kurang
bisa
mengelola
persediaan ataupun arus kas perusahaan, dan
masih banyak lagi penyebab dari financial
distress. Variabel ini menggunakan variabel
dummy dengan pengukuran :
1 (satu)
0 (nol)

= Perusahaan yang mengalami
financial distress
= Perusahaan yang mengalami
non financial distress

Dalam penelitian ini kriteria perusahaan
yang dikategorikan mengalami financial
distress yaitu perusahaan yang mengalami
laba bersih sebelum pajak negatif selama
dua tahun berturut-turut sesuai dengan
penelitian Evanny (2012).

Variabel Independen (Rasio Keuangan)
Sesuai dengan permasalahan
hipotesis di atas, untuk mengetahui apakah
analisis RGEC dapat digunakan dalam
penilaian financial distress pada bank
umum syariah, maka dalam penelitian ini
digunakan lima variabel independen yang
mempengaruhi nilai probabilitas. Variabel
Independen metode RGEC yaitu terdiri dari
:
1. Profil Risiko
Financing to Debt Ratio (FDR)
adalah sebuah indikator untuk mengukur
likuiditas kas dengan membagikan jumlah
kredit yang diberi oleh bank (tidak untuk
bank lain) kepada dana pihak ketiga.
Apabila bertambah tinggi rasio FDR, maka
semakin rendah likuiditas dari sebuah bank,
maka bank mengalami Finacial Distress,
hal ini dikarenakan jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi
lebih besar (Dendawijaya, 2009). Adapun
rumus untuk Financing to Debt Ratio (FDR)
:

2. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance
(GCG) adalah prinsip yang mengarahkan,
mengendalikan dan menilai manajemen
perbankan untuk mencapai keseimbangan
antara
kekuatan
serta
kewenangan
perusahaan
dalam
memberikan
pertanggungjawabannya
kepada
para shareholder. Dalam penelitian ini,
GCG dapat dikategorikan ke dalam 5
peringkat :
1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), dengan
nilai komposit < 1,5 mencerminkan
kondisi Bank yang secara umum sangat
sehat sehingga dinilai sangat mampu
menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis
dan faktor eksternal
2. Peringkat Komposit 2 (PK-2) dengan
nilai komposit 1,5 < komposit < 2,5
7

mencerminkan
kondisi Bank
yang
secara umum sehat
sehingga dinilai
mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan faktor eksternal lainnya.
3. Peringkat
kompsit 3( PK-3) dengan
nilai komposit 2,5 < komposit < 3,5,
menjamin kondisi bank secara umum
cukup sehat sehingga dinilai cukup
mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan faktor eksternal lainnya.
4. Peringkat Komposit 4 (PK-4) dengan
nilai komposit 3,5 < komposit < 4,5
mencerminkan
kondisi Bank
yang
secara umum kurang sehat sehingga
dinilai kurang mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal.
5. Peringkat Komposit 5 (PK-5) dengan
nilai komposit 4,5 < kompost < 5 yang
mencerminkan kondisi bank yang secara
umum tidak sehat
sehingga dinilai
tidak mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan
kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
3. Return On Asset (ROA)
Return
On
Asset
(ROA)
merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur bagaimana pihak manajemen
bank dalam menghasilkan bruto ataupun
laba sebelum pajak dari rata rata total aset
bank. ROA dirumuskan dengan :

4. Net Interest Margin (NIM)
Semakin besar NIM, maka semakin
meningkat
pendapatan
bunga
aktiva
produktif yang dikelola oleh bank, maka
kemungkinan bank dalam suatu masalah
menjadi kecil. Rasio ini dirumuskan :

5. Capital (Permodalan)
Dalam melakukan perhitungan
permodalan, bank wajib mengacu kepada
ketentuan bank Indonesia yang mengatur
mengenai Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum bagi bank
umum.
Aspek
penilaian
permodalan,
yaitu
penilaian
terhadap
pengelolaan permodalan dan
tingkat kecukupan permodalan. Semakin
besar penempatan dana pada aset berisiko
tinggi,
maka
semakin
rendah
rasio
kecukupan
modal.
Sebaliknya
jika
penempatan dana pada asset yang berisiko
rendah dapat menaikkan tingkat kecukupan
modal. Sebagaimana ditetapkan peraturan
bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal 7
ayat 2 dalam pasal 6 huruf d bahwa
permodalan (Capital) dapat diukur dengan
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan
rumus :

TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis awal dalam penelitian
ini sebelum dilakukan pengujian hipotesis
adalah analisis dekriptif. Analisis deskriptif
digunakan
untuk
mengetahui
tentang
gambaran
variabel-variabel
yang
ada
didalam penelitian. Dengan menggunakan
analisis deskriptif maka dapat diperoleh
informasi yaitu mean atau rata-rata, standar
deviasi, maximum atau nilai tertinggi pada
data, dan minimum atau nilai terendah pada
data, varian, sum, range, kurtosis, dan
skewness (kemencengan distribusi) (Imam,
2013:19).
Selanjutnya
analisis
regresi
logistik dimana memiliki tujuan yaitu
memprediksi besar variabel terikat terhadap
masing-masing variabel bebas yang sudah
diketahui
nilainya.
Kemudian
menguji
kelayakan model regresi, menganalisis daya
klasifikasi model prediksi serta menguji
hipotesis. Model persamaan analisis regresi
logistik dalam penelitian ini sebagai berikut:
Log {(

)} = a + b1 Xi1 + b2 Xi2

+ b3 Xi3 + b4 Xi4 + b5 Xi5 . . .+ bn Xin
8

Dengan ketentuan sebagai berikut :
X1 = Financing to Debt Ratio (FDR)
X2 = Good Corporate Governance (GCG)
X3 = Return on Assets (ROA)
X4 = Net Interest margin (NIM)
X5 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan
gambaran Analisis deskriptif digunakan
untuk
mengetahui
tentang
gambaran
variabel-variabel
yang
ada
didalam
penelitian. Hasil analisis deskriptif dari
masing- masing variabel penelitian.
Dalam
penelitian
ini
menganalisis tingkat kesehatan bank umum
syariah. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis rasio-rasio
keuangan RGEC pada penilaian tingkat
kesehatan bank yang meliputi: Non
Performing Financing (NPF) (variabel
dependen) serta Financing to Debt Ratio
(FDR), Good Corporate Governance
(GCG), Return On Assets (ROA), Net
interest margin (NIM), Capital Adequacy
Ratio (CAR) (variabel independen).
Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive S tatistics
N

M in

M ax

M ean

257.08 103.733

Std.
Deviation

FDR

44

80.11

GCG

44

1.2

2.2

1.523

29.08927
.2792

ROA

44

.50

5.21

1.6766

.90907

NIM

44

.91

11.66

6.6527

2.33231

CAR

44

11.10

70.97

21.9495

15.00314

Valid N
44
(listwise)

Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16

Tabel 1 menjelaskan bahwa
terdapat 44 sampel (N) yang menunjukkan
nilai minimum , nilai maksimum, mean, dan
Std. Deviation masing – masing variabel
pada penelitian ini.

Dari Tabel 1 dapat diketahui nilai
standar deviasi untuk variabel independen
Financing to Debt Ratio (FDR) sebesar
29,08927 nilai ini lebih kecil dari nilai ratarata (mean) sebesar 103,7330. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa nilai rata rata
rasio FDR pada tahun 2013 memiliki tingkat
penyimpangan yang rendah artinya semakin
rendah tingkat nilainya maka semakin
rendah pula variasi datanya, hal ini berarti
data untuk FDR cukup baik.
Nilai standar deviasi pada Tabel
1 untuk variable GCG
senilai 0,2792
sedangkan nilai rata – ratanya sebesar 1.523,
yang artinya nilai standar deviasi variabel
GCG lebih kecil dari nilai rata-rata yang
dapat diartikan bahwa data homogen atau
data dari variabel GCG tinggi sehingga
dapat dikatakan cukup baik.
Nilai standar deviasi pada Tabel
1 untuk variabel independen ROA sebesar
0,90907, nilai ini lebih kecil dari nilai ratarata (mean) sebesar 1,6766, hal ini berarti
data untuk Return on Assets (ROA) cukup
baik karena memiliki tingkat penyimpangan
data yang rendah artinya semakin rendah
tingkat
nilai
penyimpanganny
maka
semakin rendah pula variasi datanya.
Tabel 1 juga menunjukan bahwa
nilai standar deviasi variabil NIM memiliki
nilai 2,33231 lebih rendah dari nilai rata –
ratanya yaitu sebesar 6,6527 yang artinya
nilai rata rata rasio NIM memiliki tingkat
penyimpangan yang rendah, semakin rendah
nilai penyimpangannya
maka
semakin
rendah pula variasi datanya, hal ini berarti
data untuk NIM dapat dikatakan cukup baik.
Nilai standar deviasi untuk
variabel independen CAR berdasarkan tabel
1 yakni sebesar 15,00314, nilai ini lebih
kecil dari nilai rata-rata sebesar 21,9495, hal
ini
berarti
CAR
memiliki
tingkat
penyimpangan data yang rendah yang
artinya semakin rendah tingkat nilai
penyimpangannya maka semakin rendah
pula variasi datanya.data untuk CAR cukup
baik.

9

Tabel 2
HASIL ANALISIS REGRESI LOGISTIK
-2 Log Likelihood (Block 0)
-2 Log Likelihood (Block 1)
Hosmer and Lemeshow's
Goodness of Fit Test (Sig.)
Nagelkerke R 2
Total Daya Klasifikasi (% )

60.633

45.709
0,147
0,385
95,2

Variabel

Koefisien
(B)

Sig.

FDR

-.021

.350

GCG

-1.185

.633

ROA

.751

.296

NIM

-.568

.011

CAR

.096

.147

Constant
-.021
.256
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16

Uji kelayakan model
1) Log likelihood value
Nilai -2
Log
Likehood
begining Block 0 adalah sebesar 60.633
sedangkan nilai -2 Log Likehood pada
tabel 4.8 block 1 adalah sebesar 45.709.
Dengan demikian, dari hipotesis dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima yaitu
model yang dihipotesiskan fit dengan data
dimana rasio keuangan dapat digunakan
untuk mempredikasi kondisi financial
distress, karena nilai -2 Log Likehood pada
block 0 mengalami penurunan pada block
1
2) Nagelkerke R2
Nagelkerke‟s
R
square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox
dan Snell untuk memastikan bahwa
nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1
(satu). Nilai nagelkerke‟s R2 dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada
multiple regression. Dapat dilihat dari
output SPSS nilai nagelkerke‟s R2 sebesar
0,385 yang berarti variabel dependen dapat
dijelaskan
oleh
variabel independen

sebesar 38,5%, yang artinya bahwa
variabilitas dari variabel independen pada
bank umum syariah periode 2013-2014
dapat
menjelaskan
variabilitas
dari
variabel dependen senilai 38,5% atau
0,385 dan sisanya sebesar 61,5% yang
tidak dimasukkan atau tidak diikutsertakan
di dalam model.
3) Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
fit test
Berguna
untuk
menguji
hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model. Apabila nilai
Statistics Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit lebih besar dari 0.05,
maka hipotesis nol dapat diterima yang
artinya model dapat memprediksi nilai
observasi penelitian serta dikatakan model
dapat diterima karena adanya kecocokan
dengan data observasi yang dilakukan
dalam penelitian.
Apabila nilai Statistik
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test statistics sama dengan atau kurang
dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang

artinya ada perbedaan signifikan antara
model dengan nilai observasinya sehingga
Goodness fit model tidak baik karena
model tidak dapat memprediksi nilai
observasi dalam penelitian.
Uji Wald Test
Berdasarkan tabel 2, variabel bebas yang
masuk dalam model adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Financing to Debt Ratio
(FDR), variabel ini memiliki nilai
signifikansi 0,350 > 0,05.
2. Variabel Good Corporate Governance
(GCG) , variabel ini memiliki nilai
signifikansi 0,633 > 0,05.
3. Variabel Return on Assets (ROA),
variabel ini memiliki nilai signifikansi
0,296 > 0,05.
4. Variabel Net Interest Margin (NIM),
variabel ini memiliki nilai signifikansi
0,011 < 0,05.
5. Variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR), variabel ini memiliki nilai
signifikansi 0,147 > 0,05.
Dengan demikian model penelitian yang
dapat disimpulkan kedalam persamaan
sebagai berikut :
(

)

(-1,185GCG) (0,761ROA)
+ (-0,568NIM) + 0,096CAR
Tabel klasifikasi
Matriks
kualifikasi
akan
menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress.
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui
bahwa bank yang non financial distress
terdiri dari 24 data, sedangkan dari hasil
observasi dapat diketahui hanya ada 18
data yang merupakan non financial
distress. Jadi ketepatan klasifikasi sebesar
75%. Sedangkan,
jumlah bank yang

mengalami kondisi financial distress
terdiri dari 20 data, dan hasil dari observasi
hanya terdapat hanya 13 data. Sehingga
ketepatan klasifikasi sebesar 65%.
Sehingga secara keseluruhan
model ini memiliki ketepatan klasifikasi
sebesar 70,5%. Dari
44 data yang
diobservasi, hanya ada 37 observasi yang
tepat pengklasifikasiannya oleh model
regresi logistik.
PEMBAHASAN
1) Financing to Deposit Ratio(FDR)
Hasil dari regresi logistik logistik
terhadap variabel Fnancing to Deposit
Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan dalam memprediksi kondisi
financial distress karena memiliki nilai
signifikan sebesar 0,35. Berdasarkan tanda
koefisien regresi FDR memiliki tanda
negatif maka dapat disimpulkan bahwa
semakin
tinggi
rasio
ini
maka
kemungkinan terjadinya financial distress
juga semakin tinggi disebabkan rasio ini
mengukur
perbandingan
jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh pihak
bank dengan dana yang diterima oleh bank
atau
rasio
ini dapat menunjukkan
kemampuan bank dalam hal likuiditas
bank tersebut. Dan rasio ini belum dapat
memprediksi probabilitas financial distress
bank. Penelitian ini memiliki hasil yang
berbeda dengan penelitian dari Ismawati
(2015) yang menyatakan bahwa bahwa
LDR berpengaruh positif signifikan dalam
memprediksi financial distress, sedangkan
dengan penelitian Agus Baskoro (2014)
penelitian ini sama – sama menyatakan
bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan
dalam memprediksi financial distress.
Menurut teori Pecking Order
Theory yang diungkapkan dari Myers
(1984) menjelaskan bahwa perbankan
yang memiliki profitabilitas tinggi maka
kemungkinan memiliki nilai rasio hutang
kecil dengan sumber dana yang berlimpah.
Pada nyatanya walaupun suatu perbankan
tersebut memiliki tingkat profitabilitas
yang tinggi belum tentu bahwa di
dalamnya memiliki sumber dana yang

11

berlimpah. Pada variabel Fnancing to
Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Financial Distress.
Dari hasil penelitian tersebut dapat
diindikasikan bahwa kemampuan bank
dalam menyediakan dana dengan modal
yang dimiliki oleh bank itu sendiri maupun
dana yang dapat dihimpun dari masyarakat
dikatakan kurang baik.
Good Corporate Governance (GCG)
Pada pengujian variabel Good
Corporate Governance (GCG) ditemukan
bukti bahwa tidak adanya pengaruh Good
Corporate Governance (GCG) dalam
memprediksi Financial Distress. Hal
tersebut
dikarenakan variabel Good
Corporate Governance (GCG) memiliki
tingkat
signifikan
0,633.
Hal
ini
mengindikasikan
rata-rata
keseluruhan
bank telah menjalankan usahanya sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG yang telah
diatur dengan baik dan juga hal ini
dibuktikan dengan nilai mean yang
dihasilkan pada hasil satistik deskriptif
keseluruhan bank sebesar 1.523. Variabel
GCG mempunyai nilai koefisien negatif
negatif, maka dapat dinyatakan variabel
GCG berpengaruh negatif terhadap kondisi
financial distress dikarenakan tata kelola
perusahaan yang cukup baik, sehingga
dapat menghindari kesalahan-kesalahan di
dalam perusahaan dan memberikanan
dampak yang baik pada keuangan bank.
Hal ini sesuai dengan teori yang telah
diuraikan serta sesuai dengan hasil
penelitia dari Oktita Earning (2013).
Teori
kebangkrutan
mendefinisikan
kegagalan dalam dalam beberapa arti,
Martin et.al (1995) yaitu kegagalan
keuangan (financial failure) Kegagalan
keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi
antara dasar arus kas. Jika dihubungan
dengan hasil penelitian maka variabel
Good Corporate Governance (GCG) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Financial
Distress. Hal ini menunjukkan bahwa
secara keseluruhan kinerja dari perbankan
sudah cukup baik walaupun ada beberapa
rasio yang menunjukkan berpengaruh
2)

terhadap financial distress. Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
Good
Corporate Governance (GCG) masuk
dalam kategori non financial distress,
dimana tentu saja Good Corporate
Governance
(GCG)
jauh
dari
kemungkinan kebangkrutan.
Return on Asset (ROA)
Dari
hasil
regresi
logistik
variabel ROA tidak memiliki pengaruh
yang
signifikan
dalam
memprediksi
kondisi financial distress karena memiliki
nilai signifikan sebesar 0,296, > 0,05
maka dinyatakan bahwa hipotesis kedua
dari variabel ROA (H3) tidak diterima
untuk memprediksi financial distress pada
Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil dari penelitian
Christiana Kurniasari (2013).
Pada nilai koefisien, ROA
memiliki nilai positif sebebsar 0.751
menandakan variabel ROA berpengaruh
positif terhadap kondisi financial distress.
Rasio ROA digunakan untuk mengukur
keuntungan yang dicapai bank dalam
penggunaan asset dan apabila rasio ROA
ini
semakin
besar
maka
dapat
diindikasikan
pula
pada
besarnya
penggunaan asset yang akan berdampak
dalam pemerolehan profitabilitas atau
keuntungan
bank
tersebut
untuk
mendukung kegiatan operasionalnya dan
permodalan.
Perbankan
yang
memiliki
profitabilitas (laba sebelum pajak) tinggi
maka kemungkinan memiliki nilai rasio
hutang kecil dengan sumber dana yang
berlimpah, dimana jika dikaitkan dengan
hasil penelitian pada bank umum syariah
maka nilai variabel Return On Aset (ROA)
tidak berpengaruh dalam memprediksi
Financial
Distress
hal
tersebut
mengindikasikan bahwa variabel Return
On Aset (ROA) rata-rata kesuluruhan bank
untuk menghasilkan laba sudah cukup
baik. Sehingga bank devisa diindikasikan
memiliki rasio hutang yang rendah dan
sumber dana yang berlimpah hal ini sesuai
3)

12

dengan teori pecking
order
diungkapkan dari Myers (1984).

yang

Net Interest Margin (NIM)
Berdasarkan hasil dari uji
regresi logistic (Tabel 4.2) terhadap
variabel Net Interest Margin (NIM),
menyatakan
bahwa
variabel
NIM
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap financial distress pada bank
umum syariah karena mempunyai nilai
signifikan sebesar 0,011 < 0,05 , maka
dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga
dari variabel NIM (H4) dapat diterima
untuk memprediksi financial distress.
Variabel NIM itu sendiri juga memiliki
nilai koefisien yang negatif hal ini
disebabkan oleh pendapatan bunga atas
aktiva produktif pada bank tersebut
bernilai
rendah.
Dengan
demikian
mengindikasikan bahwa semakin kecil
rasio
ini maka dapat menurunkan
pendapatan bunga atas aktiva produktif
yang dikelola bank sehingga kemungkinan
bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar atau kemungkinan bank mengalami
financial distress semakain tinggi.
Berdasarkan
teori
yang
diungkapkan
oleh
Myers
(1984)
menjelaskan bahwa perbankan yang
memiliki
profitabilitas
tinggi
maka
kemungkinan memiliki nilai rasio hutang
kecil dengan sumber dana yang berlimpah,
dimana
pendapatan
bunga
bersih
merupakan salah satu profitabilitas yang
dimiliki bank. Jika dikaitkan dengan hasil
penelitian maka nilai variabel Net Interest
Margin (NIM) berpengaruh signifikan
terhadap Financial Distress. Dengan
demikian
dapat
dindikasikan
bahwa
kemampuan bank umum syariah kurang
baik dalam pengelolahan pendapatan
bunga bersih yang diperoleh bank sehingga
dapat memiliki rasio hutang yang tinggi.
Hasil penelitian ini
sesuai
dengan hasil dari penelitian Vidyarto
(2012) yang menyatakan bahwa NIM
berbepangruh negatif terhadap financial
distress.
4)

Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dari hasil uji regresi logistik
menunjukkan variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR)
tidak memiliki pengaruh
yang
signifikan
dalam
memprediksi
financial distress bank ummum syariah
kerena nilai signifikan 0,147 dan memiliki
koefisien regresi yang positif yaitu sebesar
0,096. Penelitian ini sesuai dengan hasil
dari penelitian Kun Ismawati (2015), tetapi
penelitian ini tidak sesuai dengan teori
yang menjelaskan mengenai hubungan
antara CAR dengan kondisi financial
distress
karena
hasil
penlitian
menunjukkan
hasil postif sedangkan
berdasarkan teori adalah negatif. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
pernyataan ini tidak cocok dengan teori
yang
telah
diuraikan
sebelumnya.
Perkembangan CAR pada bank umum
syariah pada tahun 2013 rata-rata
mengalami penurunan seperti PT bank
Victoria syariah pada bulan Maret 2013
mempunyai nilai CAR 26,58% namun
pada bulan Desember 2013 mengalami
penurunan sebesar 18,40% dan bank ini
tergolong
financial
distress
maka
disimpulkan kemampuan bank dalam
menanggung
resiko
dari
setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko dapat
dikatakan sangat baik, karena nilai
rasionya selalu di atas 8% (Sesuai
ketentuan Bank Indonesia).
Berdasarkan
teori
kebangkrutan
sebagai
kegagalan
didefinisikan dalam beberapa arti, Martin
et.al (1995) yaitu kegagalan keuangan
(financial failure) Kegagalan keuangan
bisa diartikan sebagai insolvensi antara
dasar arus kas. Insolvensi yang dimaksud
adalah dalam ukuran sebagai kekayaan
bersih negatif dalam neraca konvensional
atau nilai sekarang. Kegagalan keuangan
dapat juga berarti bahwa modal yang
dimiliki
perbankan
cukup
untuk
menunjang
aktiva
perbankan.
Pada
penelitian ini varaiabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap Financial Distress, hal
mengidentifikasikan bahwa kemampuan
5)

13

yang dimiliki bank umum syariah untuk
pengalokasian dana pada aktiva bank
sesuai dengan tingkat risikonya. Tentu saja
kondisi ini merupakan salah satu hal yang
cukup baik bagi dunia perbankan syariah,
dimana bank tersebut tidak masuk dalam
kategori Financial Distress.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN
SARAN
Berdasarkan pengujian analisis
yang telah dilakukan dalam penelitian ini
dan disertai dengan penjelasan serta
pembahasan mengenai analisis dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan
bahwa Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh yang signifikan
dari rasio keuangan FDR, GCG, ROA,
NIM, dan CAR dengan financial distress
bank umum syariah di Indonesia. Data
yang digunakan pada penelitian ini adalah
data laporan keuangan bank umum syariah
tahun 2013 – 2014 yang diambil dari
website resmi masing – masing bank.
Jumlah populasi pada penelitian ini yaitu
11 bank. Analisa data pada penelitian ini
menggunakan model persamaan regresi
logistik dan uji beda dengan alat bantu
statistik SPSS 16. Dari penelitian ini, tidak
semua Ha diterima. Variabel yang
berpengaruh
dalam
menjelaskan
kebangkrutan bank adalah NIM. Sesuai
dengan hasil uji logit pada penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan
bank disebabkan karena kemampuan bank
untuk mengelola aktiva produktif dalam
menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Hal ini terlihat dari nilai signifikan NIM
untuk keseluruhan bank umum syariah
pada tahun 2013 pada tabel 4.3 sebesar
0.011% yang mengindikasikan bahwa ratarata kemampuan bank untuk mengelola
aktiva produktif dalam menghasilkan
pendapatan bunga bersih belum maksimal
yang menyebabkan biaya bunga yang
ditanggung
relatif lebih
tinggi dari
pendapatan bunga sehingga probabilitas
bank mengalami kebangkrutan menjadi
tinggi.

Terdapat
beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini yang
diuraikan sebagai berikut :
1.Penelitian ini memiliki keterbatasan pada
pengukuran kategori kelompok Bank
umum syariah yang mengalami kondisi
financial distress dan kondisi non
financial distress yang hanya didasarkan
pada satu ukuran indeks yaitu rasio NPF
> 5%
2.Sampel dalam penelitian ini terbatas
pada 11 Bank Umum Syariah dan tidak
membedakan antara Bank devisa dan
Bank nondevisa yang berbeda secara
operasional
3.Periode penelitian cukup pendek hanya
pada periode 2013-2014, periode
pengamatan yang lebih panjang mungkin
akan diperoleh tingkat probabilitas
financial distress yang lebih akurat.
4.Variabel independen yang digunakan
hanya dari segi keuangan saja yaitu lima
rasio keuangan, yaitu FDR, GCG, ROA,
NIM, dan CAR sedangkan masih banyak
rasio dan aspek lain yang mempengaruhi
financial distress Bank Umum Syariah
yaitu seperti PDN ( posisi Devisa Netto)
dan GWM (Giro Wajib Minimum)
5.Keterbatasan informasi laporan GCG
yang hanya dapat diperoleh akhir tahun
saja, tidak seperti laporan keuangan yang
dapat diperoleh setiap tiga bulan sekali.
Berdasarkan
keterbatasan
yang ada, maka saran untuk peneliti yang
melanjutkan penelitian ini adalah :
1. Mengingat
bahwa
variabel-variabel
independen dalam penelitian ini belum
sepenuhnya
mewakili
variaebel
dependen, maka penelitian selanjutnya
diharapkan
dapat
menambahkan
variabel-variabel lain yang memiliki
pengaruh dalam memprediksi kondisi
financial distress, seperti Risiko Pasar,
Risiko Strategis, Risiko Kepatuhan,
Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil,
dan Risiko Investasi
2. Untuk
Penelitian
selanjutnya
diharapkan memperpanjang periode

14

penelitian
dan
mempertimbangkan
faktor selain rasio keuangan dan GCG
3. Untuk
penelitian
selanjutnya,
diharapkan dapat mengganti atau
menambahkan
ukuran
lain
yang
digunakan
untuk
menggambarkan
kondisi financial distress suatu Bank
Umum Syariah.
4. Untuk penelitian selanjutnya, variabel
independen yang digunakan tidak
hanya variabel keuangan saja, namun
dapat menggunakan variabel nonkeuangan seperti kondisi ekonomi
menggunakan
tingkat
inflasi.
Tujuannya agar penelitian dapat lebih
akurat.
DAFTAR RUJUKAN
Almilia, Luciana S dan Herdiningtyas,
Winny. 2005. Analisis Rasio
CAMEL Terhadap Prediksi
Kondisi Bermasalah Pada
Lembaga Perbankan Periode
2000– 2002, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol 7, No. 2.
Hal. 131-147.
Afriyeni, E. (2013). Model Prediksi
Financial
Distress
Perusahaan. POLI
BISNIS, 4(2),
01-10.
Anggraeni,O.(2011). Penilaian
tingkat
kesehatan
Bank
dengan
Menggunakan Metode Camel pada
PT. Bank Pembangunan Daerah
Jawa
tengah
tahun
20062009 (Doctoral
dissertation,
Universitas Diponegoro).
Azlina, N. 2015. Analisis Rasio Keuangan
dengan
Metode
Z-Score
(altman) dan Camel untuk
Memprediksi
Potensi
Kebangkrutan pada Perusahaan
Perbankan yang Listing di
BEI. Jurnal Online Mahasiswa
(JOM)
Bidang
Ilmu
Ekonomi, Vol.1. No.2. Hal. 115.
Baskoro, Agus. 2014. Analisis Rasio-rasio
Keuangan untuk Memprediksi

Financial distress Bank devisa
Periode 2006–2011. Journal of
Business and Banking, Vol. 4
No.1, 105-116
Diaprina, S. R., & Suhartono, S. 2014.
Analisis
Klasifikasi
Kredit
Menggunakan Regresi Logistik
Biner
Dan
Radial
Basis
Function Network di Bank
„X‟Cabang Kediri. Jurnal Sains
dan Seni ITS, Vol. 3 No 2.
Hal.218-223
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan SPSS, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
IBM SPSS, Semarang: Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
_____________. 2013. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
IBM SPSS 21 Update PLS
Regresi. Semarang: Universitas
Diponegoro
Herdinigtyas, W., & Almilia, L. S. (2006).
Analisis Rasio CAMEL Terhadap
Prediksi Kondisi Bermasalah Pada
Lembaga Perbankan Perioda 20002002.Jurnal
Akuntansi
dan
keuangan, 7(2), pp-131.
Hosen, M. N., & Nada, S. 2014.
Pengukuran Tingkat Kesehatan
dan Gejala Financial distress
Bank Umum Syariah. jurnal
economia, Vol. 9 No. 2. Hal.
215-226.
Ismawati, K., & Istria, P. C. 2015.
Detektor Financial distress
Perusahaan
Perbankan
Indonesia. Jurnal
Ekonomi
Bisnis
dan
Kewirausahaan, Vol. 4. No 1.
Hal. 6-29.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga
Keuangan
Lainnya,
Edisi
Revisi, Cetakan 14. Jakarta:
Rajawali Pers

15

Kurniasari, Christiana dan Ghozali, Imam.
2013. Analisis Pengaruh Rasio
Camel Dalam Memprediksi
Financial Distress Perbankan
Indonesia Periode 2009-2012,
Diponegoro
Journal
Of
Accounting Vol. 2. No 3. Hal 110.
Lailutfah,
Ika.
2013
"Menganalisis
Kesehatan Perbankan Dengan
Metode Camel Pada Bank
Konvensional Di Bursa Efek
Indonesia." Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen, Vol. 2. No 5. Hal.
1-18.
Mansouri, S., & Dastoori, M. 2013. Credit
Scoring Model for Iranian
Banking
Customers
and
Forecasting Creditworthiness
of
Borrowers. International
Business Research, Vol.6. No.
10. Hal 25-39.
Prajtno, T. 2009. Model Prediksi
Kepailitan Bank Umum di
Indonesia. Jurnal
Trikonomika, Vol. 8. No.1. Hal.
14-21.
Rahman, Rashidah Abdul, and Mazni
Yanti Masngut. 2014 "The Use
Of “CAMELS” In Detecting
Financial Distress Of Islamic
Banks In Malaysia." Journal of
Applied Business Research
(JABR), Vol.30. No.2. Hal 445452.
Rivai, Veithzal; Sofyan Basir; Sarwono
Sudarto;
Arifiandy Permata
Veithzal. 2013. Commercial
Bank Management: Manajemen
Perbankan dari Teori ke
Praktik, edisi 1, cetakan 1.
Jakarta: Rajawali Pers
Rustam,
Bambang
Riyanto,
2013.
Manajemen Risiko Perbankan
Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Scott, W. R. 2012. Financial accounting
theory. Sixth Edition. Pearson
Education Canada.

Singgih Santoso 2000. Analisis SPSS Pada
Statistik Parametrik, Jakarta:
Kompas Gramedia.
Surat Edaran Bank Indonesia PBI Nomor
13/ 30 /DPNP 16 Desember
Tahun 2011
Surat Edaran Bank Indonesia PBI nomor
13/24/DPNP 25 Oktober tahun
2011
Suwarno, Bambang, Prof. H. MA. Ph.D,
2006, Cara Menggunakan dan
Memakai Analisis Jalur (Path
Analysis), Bandung, Alfabeta.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan
Syariah.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/s
yariah/Documents/UU_21_08_Sya
riah.pdf
Wiroso, 2011, Akuntansi Transaksi
Syariah,
penerbit
Ikatan
Akuntansi Indonesia, Jakarta.
Yessi, N. P. N. P. 2015. Analisis Tingkat
Kesehatan
Bank
Dengan
Menggunakan
Pendekatan
Rgec (Risk Profile, Good
Corporate
Governance,
Earnings, Capital) Studi Pada
Pt Bank Sinar Harapan Bali
Periode
2010-2012. Jurnal
Administrasi
Bisnis, 1(1)

16

17

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPERATIF TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS DAN, CAPITAL (RGEC)

3 12 71

ANALISIS PENGGUNAAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, AND CAPITAL (RGEC) DALAM MENGUKUR KESEHATAN BANK PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2012-2014

0 1 16

ANALISIS RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, CAPITAL UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

ANALISIS RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, CAPITAL UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

ANALISIS UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, AND CAPITAL (RGEC) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LOGISTIK (LOGIT) - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

ANALISIS UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, AND CAPITAL (RGEC) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LOGISTIK (LOGIT) - Perbanas Institutional Repository

0 1 18

ANALISIS UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, AND CAPITAL (RGEC) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LOGISTIK (LOGIT) - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN RISK, EARNINGS DAN CAPITAL PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SIDOARJO - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, CAPITAL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, CAPITAL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 18