LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN P (3)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
POST PARTUM SECTIO CAESARIA
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFENISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan
abdomen dan dinding uterus (Nugroho, Taufan. 2011).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
& Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang
ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih
(Dewi Yusmiati, 2007).
B. FAKTOR PREDISPOSISI/PENYEBAB
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan Sectio caesaria adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor Sectio caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab

Sectio caesaria sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis

tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,

kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.

b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

C. PATOFISIOLOGI


 Panggul sempit

 Sectio caesaria

Post Anesthesi

 Luka Post Operasi

 Post partum nifas
 Distensi kandung kemih

Penurunan medula oblongata
 Penurunan kerja pons Jaringan terputus

 Jaringan terbuka

Proteksi kurang 
 Edema dan memar di uretra
 Penurunan

kerja ototMerangsang
eliminasi area sensorik
Penurunan refeks
batuk
 Invasi bakteri

Gangguan
rasa nyaman
 Penurunan peristaltik
usus
 Penurunan sensitivitas dan sensasi kandu
 Akumulasi sekret
 Resiko Infeksi
Nyeri

Konstipasi
kefektifan bersihan jalan napas

Gangguan eliminasi urin


Penurunan progesteron & estrogen

Psikologi

Kontraksi uterus
 Involusi

Penambahan anggota baru

Merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan pertumbuhan

Adekuat 
 Pengeluaran lochea

Masa krisis
Tidak adekuat
Perdarahan

Tuntutan anggota baru


Perubahan pola peran
Peningkatan hormon prolaktin

Bayi menangis

Gangguan pola tidur
Merangsang laktasi oksitosin

 Hemoglobin ↓
Kekurangan vol. cairan & elektrolit

Ejeksi ASI

 Kurang O2
 KelemahanResiko syok hipovolemik
Defisit perawatan diri

Efektif

Tidak efektif


Nutrisi bayi terpenuhi
Bengkak

Kurang informasi tentang perawatan payudara

Bayi kurang mebndapat ASI

Defisiensi pengetahuan

Ketidakefektifan pemberian ASI

D. KLASIFIKASI
1. Menurut NANDA (2015) operasi SC dapat dibedakan menjadi :
a. Sectio caesaria abdomen
Seksio secara transperitonealis:
1) Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
2) Sectio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim

3) Sectio caesaria ekstraperitonealis,yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
b. Sectio caesaria vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesaria dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3) Sayatan huruf T (T-incision)
c. Sectio caesaria klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang

memiliki

banyak

perlengketan

organ


cara

ini

dapat

dipertimbangkan.
Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan

d. Sectio caesaria ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen

bawah rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan:
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka lebih mudah
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap

baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum
4) Perdarahan berkurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang/lebih kecil
Kekurangan:
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan

arteri uterina terputus

sehingga mengakibatkan

perdarahan yang banyak
2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi
E. GELAJA KLINIS
1. Plasenta previa sentralis dan latealis (posterior)
2. Panggul sempit
Holemer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah
CV = 8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapt melahirkan
janin yang normal, harus diselesaikan dengan Sectio caesaria. CV antara 8-10
cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan Sectio
caesaria sekunder
3. Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
panggul
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklamsi dan hipertensi

9. Malpresentasi janin:
a. Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat
1) Bila ada kesempitan panggul, maka Sectio caesaria adalah cara yang
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
Sectio caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan caracara lain
b. Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada:
1) Panggul sempit
2) Primigravida
3) Janin besar dan berharga
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain
tidak berhasil
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e. Gemelli, menurut Eastman Sectio caesaria dianjurkan:
1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
2) Bila terjadi interlock (locking of the twins)
3) Distosia oleh karena tumor
4) Gawat janin, dan sebagainya

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2.

Pemantauan EKG

3.

JDL dengan diferensial

4.

Elektrolit

5.

Hemoglobin/Hematokrit

6.

Golongan darah

7.

Urinalisis

8.

Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9.

Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

10. Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1.

Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

2.

Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

3.

Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan

4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
4) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
6.

Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.

7.

Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

H. KOMPLIKASI
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2. Perdarahan, disebabkan karena
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada wanita pasca partum Sectio caesaria meliputi:
1.

Identitas Pasien dan penanggung jawab/suami

2.

Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, No. CM, tanggal MRS, Tanggal pengkajian, sumber
informasi.

3.

Penanggung jawab/suami

4.

Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.

5.

Alasan dirawat

6.

Yang terdiri atas: alasan MRS dan keluhan saat dikaji

7.

Riwayat Masuk Rumah Sakit

8.

Yang terdiri atas: keluhan utama (saat MRS dan sekarang), riwayat
persalinan sekarang (diuraikan kala I sampai dengan kala IV dan keadaan
bayi saat lahir: APGAR score, BB, Lingkar kepala,lingkar dada, lingkar
perut, dan lain-lain).

9.

Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
b. Yang terdiri atas: umur menarche dan siklusnya, banyak darah, lama
menstuasi, keluhan saat menstruasi, dan HPHT).
c. Riwayat pernikahan
d. Yang terdiri atas: banyak pernikahan yang dilakukan dan lama
pernikahan berapa tahun
e. Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu

f. Riwayat keluarga berencana
g. Yang terdiri atas: jenis KB yang digunakan dan lama pemakaian,
masalah selama penggunaan KB, rencana KB yang akan digunakan
berikutnya
10. Pola Fungsional Kesehatan
11. Yang terdiri atas:
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
b. Pola metabolik-nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas-latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola persepsi-kognitif
g. Pola konsep diri-persepsi diri
h. Pola hubungan peran
i. Pola reproduktif-seksualitas
j. Pola toleransi terhadap stres-koping
k. Pola keyakinan-nilai
12. Pemeriksaan Fisik
Yang terdiri atas: Keadaan umum (GCS, tingkat kesadaran, TTV, BB), head
to toe,
13. Data Penunjang
Yang terdiri atas: pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
14. Diagnosa Medis
15. Pengobatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan (mukus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
3. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui
4. Gangguan eliminasi urine
5. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
6. Resiko Infeksi b.d faktor risiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
7. Defisit perawatan diri mandi, makan, eliminasi b.d kelelahan postpartum.
8. Konstipasi
9. Resiko syok (hipovolemik)
10. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

1.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

NOC

NIC

Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan untuk
mepertahankan kebersihan jalan nafas

1. Respiratory status :
Ventilation
2. Respiratory status :
airway patency
Kriteria Hasil

Airway Suction

Faktor yang berhubungan:
1. Lingkungan
a. Perokok pasif
b. Menghisap asap
c. Merokok
2. Obstruksi jalan napas
a. Spasme jalan napas
b. Mokus dalam jumlah berlebihan
c. Eksudat dalam jalan alveoli
d. Materi asing dalam jalan napas
e. Adanya jalan napas buatan
f. Sekresi tertahan/sisa sekresi
g. Sekresi dalam bronki
3. Fisiologis
a. Jalan napas alergik
b. Asma
c. PPOK
d. Hiperplasi dinding bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi neuromuskular

1. Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara napas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan
napas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas dan frekuensi
napas dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
napas

1. Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning
3. Informasikan pada klien dan
keluaraga tentang suction
4. Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan
5. Berikan Oksigen dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
7. Anjurkan px untuk istirajat dan
nafas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen
9. Ajarkan px bagaimana cara
menggunakan suction
10. Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila px menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi
oksigen dll.

Airway management
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan px utk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasikan px perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7. auskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10 berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
11 Atur intake untuk ciran
mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dalam status
oksigen

2.

Nyeri akut

NOC

NIC

Definisi: Pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian
rupa
(International
Association for the study of pain):
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung