Karya tulis dan ilmiah kebudayaan

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karuniaNyalah, karyailmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunyaAdapun
tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi
Budaya, pada semester IV, di tahun ajaran 2008, dengan judul Etos, Fokus dan
UnsurKebudayaan Suku Jambi di Indonesia. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan
mampu untuk lebih mengenal tentang etos dan kebudayaan yang berkembang di Jambi, yang
merupakan salah satu provinsi di Indonesia dan seringkali luput dari pengamatan kita sebagai
masyarakat Indonesia.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena
itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Djaya, yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami setiap saat.
2. Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak membantu, Keluraga
besar Juliana Tanjung atas kesediannya memberikan waktu untuk melakukan
pengamatan, Fraida, Novi dan Yanuar atas wawancaranya, serta semua pihak yang
ikut membantu dalam pencarian data dan informasi, baik secara langsung maupun

tidak langsung, cetak maupun elektronik, yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu. Terima kasih atas semuanya.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya
ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri
bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui adat dan kebudayaan dari seluruh
provinsi yang ada di Indonesia, karena kita adalah bagian dari keluarga besar bangsa
Indonesia tercinta.

Tim Penyusun

ABSTRAK
Karya ilmiah yang berjudul Etos, Fokus dan Unsur Kebudayaan Suku Jambi di Indonesia ini
membahas keseluruhan tentang kebudayaan Jambi, yang terkadang sering luput dari
pandangan kita sebagai Warga Negara Indonesia. Bagaimana perkembangannya dari tahun ke
tahun apakah mengalami perbedaan secara adat karena perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi ataukah tetap berjalan seperti dahulu (mulai terbentuknya). Contoh Karya Tulis
Ilmiah

Tujuan pemulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberitahukan kepada orang banyak
tentang etos, fokus dan kebudayaan dari suku Jambi, agar mereka semua dapat mengetahui
keberagaman kebudayaan dari setiap suku-suku di Indonesia secara luas dan menyeluruh,
termasuk salah satunya adalah suku Jambi.
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan melakukan Studi
Pustaka. Kami mencari bahan-bahan tentang kebudayaan Jambi lewat Internet, juga melalui
buku-buku ensiklopedia tentang kebudayaan dan keanekaragaman suku di Indonesia. Tidak
hanya itu, untuk memperkuat penelitian ini, kami juga melakukan pengamatan secara
langsung dengan salah satu keluarga Jambi di Jakarta selama dua hari. Dengan ikut tinggal
bersama-sama mereka dan mengamati tingkah laku mereka. Kami juga melakukan
wawancara, baik secara langsung kepada warga jambi yang tinggal di Jakarta maupun secara
tidak lagsung seperti wawancara melalui telepon, email, dan chatting lewat internet kepada
warga Asli Jambi yang tinggal di Jambi.
Berdasarkan hasil penelitian, kami mengetahui bahwa kebudayaan suku Jambi di Indonesia
sendiri ternyata masih berbau adat leluhur yang kental dengan nilai dan norma-norma istiadat
seadri dulu. Ini terus berlangsung sampai sekarang. Tetapi kerap dengan perubahan dan
kemajuan teknologi, Jambi juga ikut diramaikan dengan warga pendatang, khususnya dari
cina, Sehingga unsur-unsur kebudayaan Jambi terkadang berbaur dengan adat kebudayaan
Cina.


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang
di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari
setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun
Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat
hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui
tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui
dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga
karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.
Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang
tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat
dijadikan ”berita utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di ekplorasi
adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara
(Batak). Untuk itu, kami disini ingin menyajikan liputan yang tidak kalah menarik, yang
berasal dari suku Jambi.
B. Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi Kebudayaan Jambi maka, kami menarik beberapa

masalah dengan berdasarkan kepada :
1. Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada kebudayaan Jambi. Sehingga
kurangya pengetahuan masyarakat tentang Suku Jambi.
2. Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang suku Jambi yang dijadikan contoh oleh
para pengajar.
C. Pembatasan Masalah
Karena cangkupan kebudayaan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan,
maka kami hanya membataskan penelitian hanya dari segi Tujuh Unsur Kebudayaan dan Etos
Kebudayaan dari Suku Jambi. Serta perkembangnnya sampai dengan sekarag ini.
D. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
”Bagaimana Etos dan Unsur Kebudayaan Jambi serta Perkembangannya sekarang ini?”
E.Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia termasuk
didalamnya adalah pengajar dan pelajar agar lebih memahami tentang Etos, Fokus dan Unsur
Kebudayaan Suku Jambi di Indonesia.

F. Tujuan Penulisan
Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi

para remaja dalam pemahaman tentang Etos, Fokus dan Unsur Kebudayaan Suku Jambi di
Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan Jambi
2. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan Jambi.
G. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode
observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik wawancara, dan teknik studi kepustakaan
atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media
masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.
H. Hipotesis
Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup melakukan
pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun keyakinan atau hipotesis
tersebut adalah “Kurangya pemahaman masyarakat terhadan suku-suku di Indonesia yang
sering luput dari perhatian mereka” Hal ini, menjadi salah satu faktor yang paling dominan
untuk dapat dikatakan sebagai “penyebab”.
I. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu satu bulan. Dimulai dari pengumpulan
data, kegiatan lapangan hingga penulisan hasil akhir penelitian.
J. Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan. Bab

ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, kegunaan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi
penelitian, sampai terahir kepada sistematika penelitian. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang
berisi tentang kerangka teoritis yang terdiri dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh ahli.
Bab berikutnya, kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu
tentang Etos, Fokus dan Kebudayan Suku jambi di Indonesia. Termasuk didalamnya biodata
dari para narasumber kami.
Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, penulis
menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai
apa yang baiknya kita lakukan agar tetap memahami kebudayaan dari setiap suku bangsa di
indonseia.

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Definisi Kebudayaan
1. Definisi Etimologis
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi dan akal). Sedangkan, dalam bahasa Inggris, kebudayaan berarti
culture yang berasal dari bahasa Latin colere yang artinya mengolah atau mengerjakan tanah

atau bertani.
2. Definisi Konseptual
Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terdapat
pengetahuan, kepercayaanm kesenian, moral, hokum, adapt istiadat, dan kemampuan lainnya
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelarman Soemadi
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia.
Ralph Linton
Kebudayaaan adalah keseluruhan pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan
kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tingkah laku, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
3. Definisi Operasional
Kebudayaan adalah sekumpulan adat, tradisi, nilai, norma, dan tata cara hidup yang
dijalankan oleh suatu kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Misalnya adapt dari orang tua ke anak-anaknya; setiap hari sabtu minggu adalah hari untuk
keluarga berkumpul. Tiddak ada kegiatan yang tidak dilakukan bersama-sama. Pergi, makan,
dan lain-lain dilakuan bersama-sama.

B. Definisi Masyarakat
1. Definisi Etimologis
Masyarakat sebagai terjemahan dari istilah society (dalam bahasa Inggris) yang berasal dari
bahasa Latin, yaitu societas yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas
diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat
dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap
anggotanya memiliki perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan.
2. Definisi Konseptual
Emile Durkheim
Masyarakat adalah suatu kenyataan obyektif individu-individu yang merupakan anggota-

anggotanya.
Max Weber
Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan
nilai-nilai dominan dalam warganya.
Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun
perkembangan adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah secara
ekonomis.
Conrad Kottack

Masyarakat adalah hidup yang terorganisir di dalam kelompok.
Carol and Melvin Ember
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu, bicara dalam bahasa
yang sama yang tidak secara umum dimengerti oleh orang-orang di sekitarnya.
3. Definisi Operasional
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup dalam suatu lingkungan yang sama
dengan cukup lama, mandiri, memiliki kebudayaan yang sama dan turut serta memiliki
kegiatan dalam lingkungan tersebut
C. Definisi Sosiologi
1. Definisi Etimologis
Menurut Auguste Comte, istilah sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius
merupakan bahasa Latin yang berarti kawan atau teman. Sedangkan, logos merupakan bahasa
Yunani yang berarti kata atau berbicara. Jadi, sosiologi memiliki arti berbicara mengenai
masyarakat.
2. Definisi Konseptual
William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan
kondisi.
Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaah pada kehidupan kelompok dan produk
kehidupan kelompok tersebut.
Selo Soemardjan dan Soelarman Soemadi
Sosiologi adalah ilmu kenasyarakatan yang mempelajari struktur social, proses social
termasuk perubahan social.
Pitirim Sorokin
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari:

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya
gejala ekonomi, agama, keluarga, dan moral.
2. Hubungan dan pengaruh timbale balik antara gejala sosial dan gejala non-sosial,
misalnya gejala geografis dan biologis.
3. Ciri-ciri umum semua jenis gelaja sosial yang lainnya
3. Definisi Operasional
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup dalam suatu lingkungan yang sama
dengan cukup lama, mandiri, memiliki kebudayaan yang sama dan turut serta memiliki
kegiatan dalam lingkungan tersebut

BAB III
PEMBAHASAN

A. Unsur Kebudayaan
1. Sistem Agama
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yang kemudian disusul dengan
agama Budha dan Kristen protestan. Mungkin ini juga karena dipengaruhi oleh warga
pendatang yang datang ke Jambi yang kebanyakan berasal dari keturunan Cina atau
TiongHua. Dalam tabel dibawah ini, dapat kita lihat persentase agama yang dianut
masyarakat Jambi.
2. Sistem Bahasa
Bahasa Jambi adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang digunakan khususnya
di wilayah Jambi bagian selatan, Provinsi Riau.
Ada dua kontroversi mengenai bahasa Jambi dengan Melayu. Sebagian pakar bahasa
menganggap ini sebagai dialek melayu karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk
tuturan didalamnya. Sedangkan yang lain justru beranggapan, bahasa ini merupakan bahasa
mandiri yang berbeda dengan Melayu.
Orang Jambi senang menggunakan kata-kata arif serta pepatah-pepatah. Kata-kata kiasan
umumnya berpedoman pada alam sekitarnya. Ketinggian martabat seseorang juga dapat
ditandai dengan kemahirannya menggunakan kata-kata arif dan kiasan. Mereka tidak
mengenal adanya perbedaan bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Bila didengarkan dengan seksama, maka bahasa Jambi terdengar hampir serupa dengan
bahasa Padang, yang selalu diakhiri dengan kata ”o”. Hal ini mungkin dikarenakan suku
Jambi dan suku Padang terletak dalam satu pulau yang sama yaitu, Kepulauan Sumatra.
3. Sistem Kekerabatan Bilateral
4. Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berladang dan melaut Di Jambi sendiri
kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka didominasi
oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani,
sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada
lahan kosong.
Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan,
begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-usaha tambahan ini biasanya
dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya.
Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman
sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari
pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan
adapula yang berdagang bahan-bahan material.

5. Sistem Pengetahuan
Jambi memiliki adat istiadat yang berdasarkan hukum islam sehingga secara garis besar
segala pengetahuan dasar budaya Jambi bersumber pada ajaran Al-Quran. Sistem
pengetahuan mereka juga dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional. Pengetahuan dasar ini
mereka terapkan pada segala aspek kehidupan, termasuk kehidupan pertanian dan
pengobatan.
Pengetahuan tentang pertanian mereka terapkan terhadap alam, terutama yang berkaitan
dengan musim.
Masyarakat Jambi terutama merka yang tinggal di pedalaman juga memakai obat-obat
tradisional dalam proses penyembuhan orang sakit. Mereka menggunakan beberapa jenis
tumbuhan alam dan minyak alami untuk dijadikan ramuan obat, misalnya ramuan obat untuk
menyembuhkan penyakit demam yang berupa daun sitawar, sedingin, kumapai. Cekun,
kunyit polai, dan jerangau. Di samping itu, juga digunakan berbagai jenis jeruk, akar kayu,
bunga-bungaan, kepala muda, pinang, dll. Untuk bahan penangkal atau jimat kadang mereka
menggunakan sisa-sisa besi dan benang warna. Benda-benda ini baru dapat dijadikan obat
dan berkhasiat setelah dimantrai dukun. Hal ini dilakukan karena pengaruh dari kepercayaan
tradisional. Mereka percaya bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat atau setan yang
merasuk dalam tubuh. Cara penyembuhannya adalah dengan mengusir roh tersebut yangbiasa
dilakukan oleh dukun. Sambil mengobati orang yang sakit itu, ia melakukan doa ritual.
Biasanya ia membakar kemenyan sambil mengucapkan jampi-jampi. Beberapa doa
penyembuhan lainnya digunakan bahasa Arab dan kadang-kadang ayat Al-Quran.
Bahkan, peristiwa melahirkan pun dapat ditangani dengan pengetahuan tradisional yang
mereka miliki. Perempuan yang siap untuk melahirkan anak diberi minuman tradisional
untuk memudahkan proses melahirkan. Sebetulnya, perempuan yang akan melahirkan
ditolong oleh 2 orang. Seorang yang mendorong anak dari kandungan dan seorang yang
menerima anak pada saat keluar dari kandungan. Walaupun demikian, aturan medis modern
menolak melahirkan anak seperti yang digambarkan diatas, tetapi kelihatannya orang Jambi
yang tinggal di pedalaman sudah cukup lama menggunakan metode ini, tidak membahayakan
kesehatan si perempuan atau si anak.

Jenis Tumbuhan Yang Bermanfaat Bagi Orang Rimba
1. Tubo ubi √ Umbi
2. Duku √ Buah
3. Durian √ Buah
4. Manggis √ Buah
5. Aren √ Buah
6. Petai √ Buah
7. Bayih √ Batang
8. Manau √ Batang
9. Rotan sabut √ Batang
10. Rotan tebu-tebu √ Batang
11. Rotan gelang √ Batang
12. Rotan balam √ Batang

13. Bedaro putuh √ Akar
14. Selasih √ Akar
15. Sirih hutan √ daun
16. Ketepeng √ Daun
17. K. Sakit pinggang √ Kulit
18. Pisang-pisang √ Batang
19. Keduduk √ Buah
20. Kayu pengasih √ Batang
2. Jenis (Species) Tumbuhan Obat-Obatan Yang Dimanfaatkan Orang Rimbo Sungai Keruh
Dan Sungai Serdang
1. Bedaro Putih Euracum Equesitifilia - Jarang
2. Kayu Bengkak Belum Terindentifikasi - Jarang
3. Kayu Obat Kepala Belum Terindentifikasi - Jarang
(Sumber: Hasil Penelitian Kerinci Seblat Integrated Conservation and Development Project
Kerjasama Pusat Penelitian IAIN Sulthan Thaha Syaufuddin Jambi Tahun 1999)

6. Sistem Teknologi (Peralatan dan perlengkapan hidup)
A. Busana Tradisional Melayu Jambi
Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah
sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi.
Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain dan baju
tanpa lengan.
Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian
betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan
kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala.
Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah
daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian
perhiasan sebagai pelengkapnya.

B. Pakaian Adat Pria
Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak
ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar
menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan
julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.
Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian
pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan bungo runci
di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, dapat berupa bunga

asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut
tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan
tangan.
Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian
tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati,
sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup
bagian bawah disebut cangge (celana).
Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah
menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di
pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang
melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat
dari logam celupan berlukiskan naga kuning.
Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan janganlah
diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari songket warna
merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif bunga berangkai clan
beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada
ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning.
Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk
sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya
diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjagajaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk
melindungi kaki saat berjaalan.
C. Pakaian Adat Wanita
Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket clan selendang songket warna
merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan
bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.
Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian
dalam diberi kertas karton agar keras.
Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan
dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi
sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.
Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh
pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau
gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung
bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan
cincin kijang atau capung.
Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing
lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban.

Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku beban bahannya berasal dari
permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular
melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng
sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk bulatan.
Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada), pending dan
sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang dikenakan pria.
Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.
Contoh Karya Tulis Ilmiah
D. Pakaian Baselang
Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar. Pembedaan ini
mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang dikenakan para gadis.
Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakan berfungsi ganda sebagai pakaian upacara
maupun bekerja.
Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah lutut (tanggung)
dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -selendang warna merah
dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti ani-ani clan kiding (tempat
padi).
Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam rangkaian upacara
tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun lebih bagus.
Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman benang emas dan
umbai-umbai di ujungnya.
7. Sistem Kesenian
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat
dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun
nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit,
ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat
penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya
adalah hasil tenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora.
Salah satu kesenian yang cukup populer adalah seni Randai. Seni Randai merupakan
perpaduan antara Kaba, lagu, tari, dan sandiwara. Selain Randai, seni yang cukup terkemuka
adalah Rarak Godang, Kayat, Zikir, dan Kaba. Sedangkan alat musik yang digunakan adalah
calempong, ogung gong, dan gendang. Seni sastra yang berkembang antara lain pantun,
pepatah, dan Kayat.
Untuk memperkuat dan memelihara adat istiadat yang ada pada masyarakat Jambi, ada
berbagai kegiatan kesenian dan sosial budaya kerap di lakukan, antara lain:
 Tradisi Berdah (dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak bencana)

 Kenduri Seko (bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris, tombak, Al
Kitab dalam bentuk Ranji–ranji Kuno)
 Mandi Safar (dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk
menolak bala)
 Mandi Belimau Gedang (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan
menyucikan dan mengharumkan diri)
 Ziarah Kubur (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan arwah
leluhur)
Ada berbagai macam jenis tari-tarian, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tari Sumbe (Tarian persembahan untuk para dewa)
Tari Rangguk (Tarian anak pesta rakyat)
Tari Musik Mumkin (Tari untuk permainan musik orang buta)
Tari Lesung Gilo (Tari untuk permainan lesung diiringi mantra-mantra)
Tari Bakisa (Tarian menumbuk padi)
Tari Asik (Tarian untuk mengusir bala penyakit)
Tari JapinTari HadrahTari RanggukTari Aek Sakotak.

Contoh:
Peralatan Tari Rangguk ( tarian tradisional dari Jambi )
1. Rebana
Berbagai ukuran. Jumlahnya bergantung jumlah pemain (biasanya 5—10 orang). Dalam
suatu pertunjukkan mereka duduk melingkar, menabuh rebana, berpantun dan menganggukanggukan kepala.
2. Rangguk
Pada mulanya rangguk hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Biasanya di sore hari dan
bertempat di beranda rumah (setelah seharian bekerja di sawah atau kebun). Tujuannya
adalah sebagai pelepas lelah dan sekaligus hiburan. Kaum perempuan tidak diperkenankan
untuk melakukan tarian ini (tabu). Selaras dengan perkembangan zaman, fungsi rangguk juga
mengalami perubahan. Jika pada mulanya hanya sekedar sebagai hiburan, maka kini menjadi
sebuah tarian khusus untuk upacara penyambutan tamu. Para pemainnya pun juga tidak lagi
duduk secara melingkar, tetapi berdiri (berbaris) sambil mengangguk-anggukkan kepala
kepada setiap tamu yang datang, melantunkan berbagai macam pantun selamat datang, dan
mengiring tamu sampai ke tempat yang telah ditentukan (depan pintu balai desa).
Kesenian dari jambi sendiri yangpaling dikenal oleh masyarakat luas adalah Batik Jambi
yang paling terkenal di daerah Sumatra. Tapi juga sering di ekspor keluar negeri bahkan
cukup terkenal pula di Indonesia.

B.Etos Kebudayaan
Etos kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang seringkali memancarkan suatu watak yang
khas tertentu yang tampak dari luar, seperti yang tampak oleh orang dari kebudayaan lain.
Watak khas tersebut seruingkali terlihat dari gaya tingkah laku, kegemaran, dan berbagai
benda budaya hasil karya masyarakat tersebut. Di Jambi sendiri etos kebudayaanya hampir
serupa dengan suku-suku lain yang tinggal di Pulau Sumatra, bisa kita lihat dari etos
kebudayaan suku Batak, yaitu cenderung keras, berbahasa kasar (kencang), dan berparas
sangar. Tapi terkadang ada juga yang mirip dengan etos dari suku padang yaitu, raut
wajahnya angkuh, dan tidak ramah, dan suka perhitungan (pelit).
C.Fokus Kebudayaan
Fokus kebudayaan adalah suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang
merupakan unsur pokok dalam kebudayaan mereka sehingga unsur itu disukai oleh sebagian
besar warga masyarakatnya dan dengan demikian mendominasi banyak aktivitas dalam
kehidupan masyarakat tersebut. Fokus kebudayaan jambi adalah dapat dilihat dari segi sistem
mata pencahariannya yaitu kebanyakan, bahkan hampir semua masyarakatnya hidup sebagai
petani.
D. Biodata Narasumber
Nama
: Juliana Tanjung
Jenis Kelamin : Female
Usia
: 23 Tahun
Agama
: Budhha
Status
: Mahasiswi & karyawati
Suku Bangsa : Jambi - Chinese
Anak ke
: Tiga
Dari
: Lima Bersaudara
Pendidikan : Trisakti University
Accounting, S1
Profesi : Karyawati
Jabatan : Accounting Staff
Lama bekerja : 1 Tahun
Nama : Farida
Jenis Kelamin : Female
Usia : 27 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jambi - Asli
Anak ke : Pertama
Dari : Dua Bersaudara
Pendidikan : Jambi University, S1
Informatika Teknologi,
Profesi : Karyawati
Jabatan : Head Of I.T
Lama Bekerja : 3 Tahun

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarat: Rineka Cipta.
Chodwich, bruce A., dkk. 1991. Terjemahan Dr. sulistia M.L., dkk. Metode Penelitian Ilmu
Pengetahuan. IKIP Semarang Press.
Rahmat, Jalahudin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S
Patmono, S.K. 1996. Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia.
Sumber Lain:
http://www.tamanmini.com/anjungan/jambi/daerah
http://www.tekkomdik-sumbar.org/sjh_pdd_sumbar_pendh.html
Hasil wawancara langsung dari:
Juliana Tanjung
Novi Permata Sari
Farida