Jurnal SCRIPTA Vol. 1 Edisi V. Hal 23 28
Rematik Penyakit Orang Tua, Siapa Bilang?
Sarah Chairani Zakirah P.
Edisi V
Volume 1
Jurnal Mahasiswa Kedokteran Indonesia SCRIPTA
Volume 1, Edisi V, September 2017
SCRIPTA merupakan jurnal ilmiah yang terdiri atas karya karya tulis ilmiah (artikel penelitian, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus,dan artikel penyegar) yang penulisnya ialah mahasiswa kedokteran se-indonesia. Jurnal ini dikelola oleh Divisi Jurnal Standing Commitee on Research Exchange Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. SCRIPTA menjadi salah satu sarana publikasi karya tulis mahasiswa kedokteran Indonesia yang diharapkan mampu meningkatkan motivasi, minat dan bakat dalam bekarya baik dalam bentuk penelitian dan penulisa artikel penyegar
Pelindung
Penanggung Jawab
Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K) Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pembina
DR. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes
Mitra Bestari
Prof. dr. Aznan lelo, Sp. FK, PhD dr. Datten Bangun, M.Sc, Sp.FK Prof. Delfi Lutan, M. Sc, Sp.OG (K)
dr. Amira Permatasari, Sp. P Prof. Dr. H. Harun Al Rasyid, Sp.PD, Sp.GK
dr. Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP
dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ Prof. dr. Tamsil Syafiuddin, Sp. P (K)
dr. T. Ibnu Alferraly, Sp. PA (K) dr. Almaycano Ginting, M. Kes
dr. Hasanul Arifin, Sp.An
Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK dr. Ricke Loesnihari, Sp. PK (K) dr. Lita Feryawati, M. Kes
Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK dr. Putri C Eyanoer, MS. Epi, PhD
dr. Yetty Machrina, M. Kes
Direktur Eksekutif
Sekretaris Eksekutif
Syahri Hidayat Harahap
Dearni Anggita Purba
Pimpinan Redaksi
Sekretaris Redaksi
Said Fachlefi
Dara Hanifa Rahman
Tim Hubungan Masyarakat Tim Tata Letak dan Ilustrasi
Tommy Giovani Desky
Muhammad Furqan
Hermawan
Olivia Zahrah Vincent Winata
Tim Editor Tim Percetakan dan Distribusi
Fadilah Oliv Khairina
Alifia Zahrah
Sukma Purnama
Fadillah Oliv Khairina
Lulu Chotim Amsari
Jurnal Mahasiswa Kedokteran Indonesia
Penelitian
Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas untuk Swamedikasi di Puskesmas Kedai Durian
1 2 Maulana Jamil Nasution 3 , Tri Widyawati , Alfansuri Kadri
ABSTRAK
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan. Perilaku swamedikasi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang informasi penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada penderita rawat jalan di Puskesmas Kedai Durian, Kecamatan Medan Johor. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 278 penderita rawat jalan yang dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Penilaian tingkat pengetahuan dan perilaku melalui teknik wawancara dengan kuesioner terstruktur. Pengetahuan responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Perilaku responden dibagi menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan dari 278 responden, sebanyak 139 orang (50,0%) memiliki pengetahuan baik, 100 orang (36,0%) memiliki pengetahuan sedang dan 39 orang (14,0%) lainnya memiliki pengetahuan kurang. Penilaian tingkat perilaku responden terhadap penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi menunjukkan 155 orang (55,8%) memiliki perilaku baik dan 123 orang (44,2%) memiliki perilaku kurang mengenai penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi. Pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai swamedikasi dipengaruhi perkembangan informasi dan pendidikan kesehatan. Responden memiliki tingkat pengetahuan dan perilaku yang baik tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi. Terdapat korelasi yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi, dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,050).
Kata kunci: Pengetahuan, perilaku, obat bebas, obat bebas terbatas, swamedikasi
1 Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Indonesia
2 Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Indonesia
3 Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Indonesia 3 Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Indonesia
merupakan upaya Kesehatan merupakan hak asasi
Swamedikasi
yang dilakukan manusia dan salah satu unsur yang harus [6] sendiri. Dalam penatalaksanaan
pengobatan
diwujudkan demi kesejahteraan bersama. swamedikasi, masyarakat memerlukan Oleh karena itu semua unsur kesehatan
pedoman yang terpadu agar tidak terjadi baik itu pelayanan, fasilitas, barang dan
kesalahan pengobatan (medication error). obat harus dapat diterima dalam kualitas
Obat-obat yang termasuk dalam golongan yang baik dalam masyarakat. [1] Konferensi obat bebas dan bebas terbatas relatif aman
Alma Ata pada tahun 1978 mengenai digunakan untuk pengobatan sendiri kesehatan primer menyatakan bahwa obat [5] (swamedikasi).
merupakan komponen yang penting untuk Sejumlah 35,2% rumah tangga di mencegah atau mengobati penyakit, serta
Indonesia menyimpan obat untuk meningkatkan [2] kesehatan. Berdasarkan swamedikasi. Dari 35,2 % rumah tangga
strategi Kementerian Kesehatan Republik yang menyimpan obat tersebut, proporsi Indonesia tahun 2015 - 2019 ke-7 untuk
35,7% menyimpan obat keras dan 27,8% meningkatkan pengawasan obat dan
menyimpan antibiotik. Dari jumlah makanan, maka obat sebagai alat
tersebut, 81,9% menyimpan obat keras dan kesehatan dalam pemanfaatannya harus
86,1% menyimpan antibiotika yang tepat, aman dan rasional sesuai dengan [7] diperoleh tanpa resep. Sedangkan indikasi. [3] Efek samping, manfaat dan proporsi rumah tangga di Sumatera Utara
biaya merupakan hal yang harus yang menyimpan obat keras sebanyak diperhatikan dalam penggunaan obat.
85,4% dan antibiotika sebanyak 87,0% Pengawasan [8] dan edukasi kepada yang diperoleh tanpa resep dokter.
masyarakat mengenai
Penggunaan obat keras yang tidak penggunaan obat perlu dilakukan untuk
kecermatan
tepat indikasi memiliki efek yang tidak menghindari
diinginkan lebih besar dibandingkan obat
penyalahgunaan. [5] bebas dan obat bebas terbatas. Obat adalah bahan atau paduan bahan,
Kesalahan penggunaan obat keras termasuk produk biologi yang digunakan
menyebabkan gangguan fungsi hati dan untuk memengaruhi atau menyelidiki
ginjal sebagai organ yang terlibat dalam sistem fisiologi atau keadaan patologi
proses metabolisme dan ekskresi obat. dalam rangka penetapan diagnosis,
Begitu juga halnya dengan penggunaan pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
antibiotik yang tidak tepat indikasi sangat peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
rentan menimbulkan resistensi dan untuk manusia. [4] Berdasarkan tingkat
pemusnahan bakteri keamanannya, obat dibagi menjadi empat [5] patogen.
mempersulit
jenis kategori, dua diantaranya yaitu obat Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” bebas dan obat bebas terbatas merupakan [8] dari manusia. Terjadi setelah seseorang
dua kategori yang termasuk di dalamnya. melakukan pengindraan terhadap suatu Obat bebas adalah obat yang dijual bebas [9] objek tertentu. Sebagian besar
di pasaran, relatif aman dan dapat dibeli pengetahuan didapatkan dari proses indra tanpa menggunakan
penglihatan yaitu mata dan indra sedangkan obat bebas terbatas yaitu obat
resep
dokter,
pendengaran yaitu telinga. Pengetahuan yang sebenarnya temasuk kedalam
merupakan suatu elemen penting pencetus golongan obat keras namun masih dapat
terjadinya suatu tindakan dan pengetahuan dijual atau dibeli tanpa resep dokter. [10,11] akan berjalan selaras dengan perilaku.
Penggunaannya relatif aman apabila sesuai Pengukuran atau penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau Penggunaannya relatif aman apabila sesuai Pengukuran atau penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
dalam penelitian sampai jumlah subyek responden. [9] Perilaku manusia adalah hasil yang dibutuhkan terpenuhi.
dari berbagai pengalaman serta interaksi
besar sampel manusia dengan lingkungan yang terwujud
Penghitungan
menggunakan rumus untuk sampel dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
penelitian kategorik atau data proporsi
tindakan. [15,16] dengan populasi terbatas, yakni: Penelitian sebelumnya oleh Pratiwi
pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
1−α/2 . p. (1 − p) pengetahuan
N. Z 2
(N − 1). d 2 2 +Z α swamedikasi masih terbatas dan kesadaran
n=
1− . p. (1 − p) 2 untuk membaca label pada kemasan obat juga masih rendah. Rentannya masyarakat
masyarakat
tentang
Pada penelitian ini ditetapkan nilai α akan informasi komersial obat tanpa
sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) diimbangi dengan pemberian informasi
sehingga nilai Z(1- α/2) adalah 1,96. obat yang benar menyebabkan penggunaan
Peneliti menetapkan nilai p sebesar 50% obat yang tidak rasional. [12,13]
dan nilai d 5%. Berdasarkan survei awal Data ini membuktikan bahwa
yang telah dilakukan peneliti, maka besar sebagian perilaku
di populasi adalah 1.009 orang (jumlah Indonesia masih berjalan secara tidak
swamedikasi di
rata-rata penderita rawat jalan yang rasional dan hingga saat ini belum ada data
berobat di Puskesmas Kedai Durian, mengenai penggunaan obat bebas dan obat
Kecamatan Medan Johor per bulannya). bebas terbatas di Kecamatan Medan Johor.
Besar sampel pada penelitian ini adalah Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
278 orang dengan rentang usia 20 tahun melakukan penelitian mengenai tingkat
hingga 70 tahun. Kriteria inklusi pada pengetahuan
penelitian ini adalah (i) penderita rawat penggunaan obat bebas dan obat bebas
dan
perilaku tentang
jalan di Puskesmas Kedai Durian terbatas untuk swamedikasi pada penderita
Kecamatan Medan Johor, (ii) sadar rawat jalan di Puskesmas Kedai Durian,
(Compos mentis), (iii) kooperatif, (iv) Kecamatan Medan Johor.
berbahasa Indonesia, dan (v) tidak ada gangguan jiwa. Pasien emergensi, pikun
METODE
dan tidak dapat berbicara dikeluarkan dari sampel.
Jenis penelitian
ini
adalah
observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan
pengetahuan dan perilaku responden mengenai penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi. Pada penelitian ini peneliti tidak memberi perlakuan
pengukuran terhadap variabel penelitian dilakukan hanya satu kali pada saat yang
bersamaan. [14] Penelitian dilakukan di Puskesmas Kedai Durian, Kecamatan
Medan Johor (Gambar 1) pada bulan
Maret 2016 hingga Desember 2016. Gambar 1. Lokasi Penelitian: Penarikan sampel menggunakan teknik
Puskesmas Kedai Durian, Kecamatan consecutive sampling, semua subyek yang
Medan Johor.
Berdasarkan hasil yang dipaparkan, Kuesioner yang digunakan merupakan
sebagian besar responden berjenis kelamin kuesioner tingkat pengetahuan dari
perempuan (59,0%). Proses pengambilan penelitian sebelumnya oleh saudari Nidhya
keputusan pada perempuan sangat Septiayu Eka Putri tahun 2010 dan modul
lingkungan dan Direktorat Bina Penggunaan Obat
dipengaruhi
oleh
membutuhkan waktu lebih lama. Selain Rasional Departemen Kesehatan Republik
itu, penelitian sebelumnya mengenai jenis Indonesia tahun 2008 yang telah
kelamin sebagai variabel moderasi dalam dimodifikasi.
hubungan kualitas pelayanan pusat Kuesioner ini telah diuji validitas
kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan dan reliabilitasnya dengan menggunakan
kepercayaan pasien, sebuah model SPSS versi 23.0. Hasil uji validitas
konseptual oleh Tri Rakhmawati pada konstruk dengan Person Corelation dan uji
tahun 2016, membuktikan bahwa laki-laki reliabilitas
lebih berorientasi kepada outcome Cronbach. sedangkan perempuan lebih berorientasi kepada proses, hal itu membuat
perempuan lebih memilih berobat di
HASIL DAN DISKUSI
puskesmas dibanding membeli obat [17] sendiri.
Usia 20 – 30 tahun adalah kategori Tabel 1. Karakteristik
usia paling banyak (29,9%), data ini responden
hasil penelitian
(n / %) n=278
sebelumnya
mengenai hubungan
Jenis Kelamin
karakteristik pasien dengan kepuasan Laki-laki
pasien rawat jalan di Puskesmas Perempuan
Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat
Usia
oleh Asep Dian Abdilah dan Muhamad 20 – 30
Ramdan yang membuktikan bahwa 31 – 40
kelompok usia yang paling banyak 41 – 50
fasilitas pelayanan 51 – 60
menggunakan
kesehatan adalah kelompok umur lima 61 – 70
tahun (balita) dan usia 30 [18] – 35. Hal ini
Pekerjaan
Tidak dipengaruhi oleh kemampuan puskesmas
bekerja untuk mendapatkan kepuasan atas Pegawai
pelayanan yang diberikan. negri/swas
Sebagian besar responden pada ta
penelitian ini bekerja sebagai pegawai Guru
negeri dan pegawai swasta (43,9%), sesuai Pelajar
dengan penelitian sebelumnya, kelompok Ibu rumah
yang bekerja lebih banyak memanfaatkan tangga
pelayanan kesehatan dan puas atas (IRT)
dibandingkan dengan Pedagang
pelayanannya
kelompok yang tidak bekerja. [18] Supir
Responden paling banyak memiliki SD
Pendidikan
tingkat pendidikan SMA/SMK (60,8%), SMP
hal ini sesuai dengan hasil analisis SMA
hubungan antara pengetahuan dan tingkat D2/D3
pendidikan dengan tingkat kepuasan S1/S2
pasien jaminan kesehatan masyarakat di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil
Manado oleh Christine Laurina Louisa pelayanan kesehatan dari puskesmas Manabuat tahun 2013, bahwa 70,6% [19,20] dengan baik.
pendidikan yang baik akan memanfaatkan
Tabel2.Distribusi Skor : Pengetahuan Responden
pengertian obat bebas
5 Pengetahuan lambang
atau simbol obat bebas
7 Pengetahuan efek
samping obat bebas
pengertian obat bebas
terbatas 9 Pengetahuan lambang
atau simbol obat bebas
terbatas 10 Pengetahuan efek
samping obat bebas
terbatas 11 Pengetahuan tentang
salah satu peringatan
obat bebas terbatas
Keterangan :
b. Skor 1 : Jawaban salah
a. Skor 0 : Tidak menjawab
c. Skor 2 : Jawaban benar
bebas. Untuk pengetahuan mengenai responden mengenai penggunaan obat
pengertian obat bebas terbatas responden bebas dan obat bebas terbatas mencakup
yang mendapatkan skor 2 sebanyak 153 pengertian, simbol atau lambang, efek
orang (55,0%), sebanyak 92 orang (33,1%) samping, serta tanda peringatan khusus
lainnya obat bebas. Berdasarkan tabel 2 mendapatkan skor 0. Sebanyak 149 orang didapatkan sebanyak 185 orang (66,5%)
(53,6%) mendapatkan skor 2, 112 orang memiliki skor pengetahuan 2, 79 orang
(40,3%) mendapatkan skor 2 dan 17 orang (28,4%) mendapatkan skor 1 dan 14 orang
(6,1%) lainnya mendapatkan skor 0 untuk
pengetahuan mengenai lambang atau pengetahuan mengenai pengertian obat
(5,0%) mendapatkan skor 0 untuk
simbol dari obat bebas terbatas. bebas. Untuk pengetahuan mengenai
Berdasarkan tabel 5.5. diatas juga dapat lambang atau simbol obat bebas sebanyak
dilihat sebanyak 152 orang (54,7%) 167 orang (60,1%) mendapatkan skor 2,
mendapatkan skor 2, sebanyak 94 orang sebanyak 81 orang (29,1%) mendapatkan
(33,8%) mendapatkan skor 1 dan 32 orang skor 1 dan 30 orang (0,8%) lainnya
(11,2%) lainnya mendapatkan skor 0 untuk mendapatkan skor 0. Sebanyak 148 orang
pengetahuan mengenai efek samping dari (53,2%) memiliki skor pengetahuan 2, 100
obat bebas terbatas. Sedangkan untuk orang (36,0%) mendapatkan skor 1 dan 30
pengetahuan tentang salah satu peringatan orang (10,8%) mendapatkan skor 0 untuk
dari obat bebas terbatas didapatkan pengetahuan mengenai efek samping obat
sebanyak 145 orang (52,5%) mendapatkan 5 sebanyak 145 orang (52,5%) mendapatkan 5
kemasan obat.
lainnya mendapatkan skor 0. Tabel 5. Data Kuantitatif :Tingkat Tabel 3. Data Kuantitatif :Tingkat
Perilaku Responden(n = 278) Pengetahuan Responden(n = 278)
Tingkat Perilaku
n (%) Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan tabel 5 diperoleh Tabel 3 menunjukkan dari 278
gambaran perilaku 278 responden tentang responden, 139 orang (50,0%) memiliki penggunaan obat bebas dan obat bebas tingkat pengetahuan yang baik, 100 orang terbatas sebagai swamedikasi. Sebanyak (36,0%) memiliki pengetahuan yang 155 orang (55,8%) memiliki perilaku baik, sedang dan 39 orang (14,0%) lainnya dan 123 orang (44,2%) lainnya memiliki memiliki tingkat pengetahuan yang kurang perilaku kurang dalam penggunaan obat mengenai penggunaan obat bebas dan obat bebas dan obat bebas terbatas sebagai bebas terbatas.
swamedikasi.
Tabel 4. Distribusi Skor : Perilaku Hasil penelitian ini berbeda dengan
Responden penelitian sebelumnya mengenai gambaran
pengetahuan
ibu-ibu di Posyandu
No. Isi Skor
Kelurahan Polonia tentang penggunaan
Pert
0 1 2 obat bebas dan obat bebas terbatas oleh
pada tahun 2010 yang
a-an n % n % n %
mendapatkan hasil tingkat pengetahuan 15 Membac
sedang, dalam penelitian ini diperoleh
a 2 9, 7 bahwa sebagian besar responden memiliki
3 9 4 tingkat pengetahuan dan perilaku yang obat
kemasan 6 4 3
baik tentang penggunaan obat bebas dan 17 Mengiku
obat bebas terbatas untuk swamedikasi, hal ti
ini dipengaruhi oleh semakin luasnya
penyebaran informasi peredaran obat n pada
3 4 6 terutama golongan obat bebas dan obat kemasan
obat bebas terbatas melalui media, semakin gencar penyuluhan dan edukasi mengenai
Dari Tabel 4 diperoleh data dari cara penggunaan obat yang baik serta 278 responden sebanyak 179 orang
terbukanya rasa ingin tahu masyarakat (64,4%) mendapatkan skor 2, sebanyak 73
mengenai kesehatan diri membuat tingkat orang (26,3%) mendapatkan skor 1 dan 26
masyarakat tentang orang (9,4%) lainnya mendapatkan skor 0
pengetahuan
penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tergolong baik. Begitu juga
untuk kepatuhan membaca kemasan obat. Tabel 5.8. juga menunjukkan dari 278
masyarakat mengenai responden sebanyak 174 orang (62,6%)
perilaku
swamedikasi yang baik dipengaruhi oleh mendapatkan skor 2, sebanyak 76 orang
beberapa faktor yaitu pengetahuan,
(27,3%) mendapatkan skor 1 dan 28 orang kecerdasan, persepsi, emosi dan motivasi.
(10,1%) lainnya mendapatkan skor 0 untuk 6
Tabel 6. Pengujian hubungan antara Kementerian Kesehatan tahun pengetahuan dengan perilaku swamedikasi
2015-2019. Jakarta: Kementerian
rs hitung Signifikansi
rs tabel(df=98,
Keputusan
Kesehatan RI; 2015. p. 47. α=0,05) 4. Menteri
Kesehatan Republik
Tolak H 0 Indonesia. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Pengujian hipotesis pada tabel 6
nomor 35 tahun 2014 tentang menggunakan korelasi spearmen untuk
standar pelayanan kefarmasian di mengetahui hubungan antara tingkat
apotek. Jakarta: Kementerian pengetahuan dan perilaku penggunaan
Kesehatan RI; 2014. p. 3. obat bebas dan obat bebas terbatas untuk
Bina Farmasi swamedikasi.
5. Direktorat
Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Responden
KESIMPULAN
Alat
Pedoman penggunaan obat bebas pengetahuan dan perilaku yang baik
memiliki
tingkat
dan obat bebas terbatas. Jakarta: tentang penggunaan obat bebas dan obat
Departemen Kesehatan RI; 2006. bebas terbatas untuk swamedikasi.
p. 11-22.
6. World Health Organization. The disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Berdasarkan pengujian
ini
dapat
role of the pharmacist in self-care yang signifikan antara tingkat pengetahuan
and self-medication . Geneva: dengan perilaku penggunaan obat bebas
World Health Organization; 1998. dan
2-6. available swamedikasi. Dengan kata lain, semakin
obat bebas
from: http://apps.who.int/medicined baik tingkat pengetahuan seseorang
ocs/en/d/Jwhozip32e/3.3.html tentang penggunaan obat bebas dan obat
7. Departemen Kesehatan Republik bebas terbatas maka semakin baik juga
Indonesia. Riset kesehatan dasar perilaku swamedikasi seseorang.
2013. Jakarta: 2013. p. 37-42. available
from: www.litbang.depkes.go.id
UCAPAN TERIMA KASIH
8. Notoatmodjo
S. Metodologi penelitian kesehatan.
Jakarta: Kepada kedua orang tua dan seluruh
Rineka Cipta; 2012. p. 1. keluarga atas segala dukungannya selama
9. Notoatmodjo S. Pendidikan dan ini.
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
10. Pratiwi PN, Pristianty L, Noorrizka
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku
G,
Impian
1. World Health
swamedikasi obat anti inflamasi Human right fact sheets. Geneva:
Organization.
non-steroid oral pada etnis United Nations; 2008. p. 3.
thionghoa di Surabaya. Jurnal
2. Balkan S, Baud F, Boissière V, Farmasi Komunitas. 2014; 1(2):
Burny ME, Chappuis F, Coutin
36-40.
DA, Pristianty L, practical guidelines. 2013 ed.
AS, et al., editors. Essential drugs
11. Ananda
Rachmawati H. Hubungan tingkat Paris: Médicins San Frontières;
dan perilaku 2013. p. 5.
pengetahuan
swamedikasi
obat natrium
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rencana
strategis strategis
model
konseptual. Quality
12. Hermawati D. Pengaruh edukasi Magement Review. 2016; 1(1): 43- terhadap tingkat pengetahuan dan
rasionalitas
18. Abdilah A, Ramdan M. Hubungan swamedikasi pengunjung di dua
penggunaan
obat
pasien dengan apotek Kecamatan Cimanggis,
karakteristik
kepuasan pasien rawat jalan di Depok. Jakarta: Skripsi UI; 2012.
Puskesmas
Sindangkerta
13. Badan Pengawas Obat dan Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Makanan Republik Indonesia.
Kesehatan Stikes A. Yani. 2009; Menuju swamedikasi yang aman.
61-64
InfoPOM. 2014; 15(1): 3-5.
19. Maabuat CL, Maramis FR,
14. Putri NS. Gambaran pengetahuan Sondakh RC. Hubungan antara ibu-ibu di Posyandu Kelurahan
dan tingkat Polonia Kecamatan Medan Polonia
pengetahuan
dengan tingkat Kota Medan tentang penggunaan
pendidikan
kepuasan pasien jaminan kesehatan obat bebas dan obat bebas terbatas.
di Puskesmas Medan: Karya Tulis Ilmiah USU;
masyarakat
Wawonasa Kecamatan Singkil 2010.
Manado.
Jurnal Kesehatan
15. Dahlan MS. Besar sampel dan cara
Universitas Sam pengambilan
Masyarakat
Ratulangi. 2013; 3-4. penelitian
sampel
dalam
20. Asiah MD. Hubungan tingkat kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Salemba
kedokteran
dan
pendidikan dengan pengetahuan Medika; 2013.
kesehatan reproduksi ibu rumah
16. Wahyuni AS. Statistika kedokteran tangga di Desa Rukoh Kecamatan (disertai aplikasi dengan SPSS).
Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal Jakarta:
Universitas Syiah Kuala. 2013; 3- Communication; 2008.
Bamboedoea
17. Rakhmawati T. Jenis kelamin sebagai vaiabel moderasi dalam hubungan
kualitas
pelayanan
kesehatan masyarakat (puskesmas)
Jurnal Mahasiswa Kedokteran Indonesia
Penelitian
Prevalensi Asma pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2014/2015
1 Ida Katarina 2 , Zuhrial Zubir
ABSTRAK
Latar Belakang: Asma adalah penyakit atopik dengan gejala klinis yang bervariasi. Penelitian tentang prevalensi asma masih jarang dilakukan di Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Utara. Tujuan: Mengetahui prevalensi asma pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara T.A. 2014/2015 Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dan pengumpulan sampel penelitian dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner modifikasi ECRHS. Peneliti membagikan kuesioner kepada 384 mahasiswa dengan 96 responden tiap tahun angkatan. Hasil pengumpulan data dalam bentuk data primer. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi mahasiswa yang pernah menderita asma sebesar 14.3%. Prevalensi mahasiswa yang sedang menderita asma sebesar 6.5%. Prevalensi asma pada perempuan 14.6% dan laki-laki 13.9%. Mahasiswa berkewarganegaraan Indonesia yang menderita asma sebesar 12.7%, sedangkan mahasiswa berkewarganegaraan Malaysia yang menderita asma sebesar 21.4%. Responden asma yang mempunyai riwayat komorbid atopik sebesar 76.4% dan responden asma yang mempunyai riwayat keluarga atopik sebesar 78.2%. Kesimpulan: Prevalensi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2014/2015 adalah 14.3%. Kata Kunci : Asma , Kota Medan, Mahasiswa , Prevalensi
ABSTRACT
Background: Asthma is an atopic disease with clinical presentation varies. Researches of asma prevalence are rarely done in Indonesia, specifically on North Sumatera. Objective: To find prevalence of asthma in Students of Faculty of Medicine, University of North Sumatera Term 2014/2015 Method: This research is a descriptive study with cross-sectional approach and used stratified random sampling technique to collect samples. The research used modified ECRHS questionnaire. Researcher collected data on 384 college students with 96 students in each grade. Data collected in this research is categorized as primary data. Results: Research shows that lifetime asthma prevalence is 14.3%. Current asthma prevalence is 6.5%. Asthma affects girls (14.6%) and boys (13.9%). Percentage of Indonesian students that develop asthma is 12.7%, meanwhile, percentage of Malaysian students developing asthma is 21.4%. The percentage of asthmatics that have developed other atopic co-morbid is 76.4% and asthmatics that have family history of atopic diseases is 78.2%. Conclusion: Prevalence of Asthma in Students of Faculty of Medicine, University of North Sumatera Term 2014/2015 is 14.3%
Keywords: Asthma , College Students , Medan City, Prevalence
2 Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2 Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
membuktikan bahwa tingginya prevalensi Asma dikenal sebagai suatu penyakit
mahasiswa yang kronis dengan gejala klinis yang bervariasi
asma
pada
merupakan dewasa muda. Oleh karena itu, dan rekuren. Gejala klinis asma yang khas
peneliti berminat untuk melakukan adalah sesak napas yang berulang dan
penelitian mengenai prevalensi asma pada suara mengi (wheezing). Gejala ini ber-
mahasiswa Universitas Sumatera Utara variasi pada tiap-tiap orang berdasarkan
T.A. 2014/2015.
tingkat keparahan dan frekuensi. 1
Sampai saat ini, penyakit asma masih
METODE
sulit didefinisikan secara pasti. Beberapa
studi epidemiologi mengalami kesulitan untuk melakukan screening akibat masalah
Jenis penelitian ini adalah penelitian tersebut. Hasil penelitian ISSAC tahun
deskriptif dengan pendekatan cross- 2001-2002 menyatakan prevalensi asma di
sectional. Penelitian dilakukan di kampus Indonesia sebesar 8.7-11.4%. 3 Badan riset Fakultas Kedokteran USU Medan.
kesehatan nasional,
Pengambilan data dilakukan pada bulan mendapati prevalensi asma di provinsi
RISKESDAS,
September hingga Oktober 2014. Sumatera Utara sebesar 1.82%. 4 Oemiati
Populasi dalam penelitian ini adalah mendapati prevalensi asma di Indonesia
seluruh mahasiswa di Fakultas Kedokteran sebesar 24 3.32%. Menurut
Universitas Sumatera Utara. Sampel prevalensi asma pada siswa SLTP usia 13-
Yunus,
penelitian berjumlah 384 mahasiswa.
dipilih dengan 8.9%. 2 Pada studi anak SLTP dengan
14 tahun se-Jakarta Timur adalah sebesar
Sampel
penelitian
menggunakan metode stratified random kuesioner ISAAC di kota Semarang oleh
sampling.
Widodo, didapatkan prevalensi anak yang Metode pengumpulan data dengan pernah menderita asma sebesar 5.4%. 7 mengisi kuesioner modifikasi ECRHS.
Estimasi sekitar 300 juta penduduk di Kuesioner terdiri dari sembilan pertanyaan dunia menderita asma dan akan bertambah
dengan tambahan dua sub pertanyaan. menjadi 400 juta pada tahun 2025, oleh
Kuesioner yang dipakai telah diuji karena urbanisasi penduduk. 8
reliabilitas sebelum Kota Medan merupakan ibukota
validitas
dan
dibagikan kepada responden. Pengolahan Provinsi Sumatera Utara dan merupakan
data dilakukan dengan menggunakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
program SPSS (Statistical Product and Jakarta dan Surabaya. Asma merupakan
Service Solution ).
penyakit yang mengancam hidup. Penyakit asma menyebabkan disabilitas sebesar 1%
HASIL
penduduk dunia per tahun. satu dari 250
orang di dunia meninggal karena asma. 5
Selain itu, apabila asma terjadi pada usia Hasil penelitian pada Tabel 1 dewasa muda akan memengaruhi tingkat
menunjukkan bahwa sebanyak 55 produktivitas penderita.
responden (14.3%) pernah menderita asma Fakultas Kedokteran Universitas
sepanjang hidupnya (lifetime asthma) dan Sumatera Utara merupakan salah satu dari
25 sampel (6.5%) sedang menderita asma universitas
(current asthma).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan
peneliti didapati bahwa satu dari 20
Asma
Ya(orang)
Tidak(orang)
Total(orang)
Lifetime Asthma
384 (100%) Current Asthma
Tabel 1. Distribusi Asma pada Sampel
asma yang memiliki komorbid asma Dari tabel 2, 55 orang yang pernah
sebanyak 42 orang, diantaranya yang menderita asma sepanjang hidupnya terdiri
mempunyai komorbid rinitis saja sebanyak dari 19 orang (13.9%) laki-laki dan 36
21 orang (38.2%), yang mempunyai orang (85.4%) perempuan. Tabel 2 juga
komorbid eksema saja sebanyak 11 orang menunjukkan
(20%) dan yang mempunyai komorbid berkewarganegaraan Indonesia, sebanyak
rinitis ditambah eksema sebanyak 10 orang 12.7% responden pernah menderita asma,
(18.2%). Sebanyak 43 responden (78.2%) sedangkan
yang pernah menderita asma mempunyai berkewarganegaraan Malaysia, sebesar
dari
70 sampel
riwayat atopik (rinitis, eksema, atau asma) 21.4% pernah menderita asma sepanjang
dalam keluarganya.
hidupnya. Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa prevalensi responden
Tabel 2. Distribusi Lifetime Asthma berdasarkan Karakteristik Subjek
Karakteristik Subjek Lifetime Asthma Tidak asma (orang) Total (orang)
(orang)
Jenis kelamin Laki-laki
247 (100%) Kewarganegaraan WNI
70 (100%) Komorbid Tanpa komorbid
211 (54.9%) Komorbid rinitis
79 (20.6%) Komorbid eksema
55 (14.3%) Komorbid rinitis dan eksema 10 (18.2%)
Riwayat Atopik Keluarga Ada
164 (42.7%) Tidak ada
perbedaan diet dan faktor lingkungan, Dari hasil penelitan sebanyak 14.3%
seperti polusi udara dan alergen. 11,12 pernah menderita asma sepanjang
hidupnya (lifetime asthma) dan 6.5% Penderita asma terdiri dari 13.9% laki- sedang menderita asma (current asthma).
laki dan 85.4% perempuan. Hal ini sejalan Hal ini sejalan dengan hasil survei
yang dilakukan nasional New York dimana terdapat 10.3%
dengan
survei
mendapati perempuan sampel diatas usia 18 tahun yang
RISKESDAS
(4.6%) lebih banyak menderita asma
menderita lifetime asthma dan 7,6% 4 dibanding laki-laki (4.4%). Laporan sampel
Lawson mendapati bahwa perempuan asthma. 6 Berdasarkan
berusia 16-18 tahun beresiko 2.13 kali Rosamarlina di SLTP Jakarta Timur tahun
penelitian
lebih besar menderita asma daripada laki-
2008 mendapati prevalensi asma pada 23 laki. Hasil survei nasional di New York
anak 13-15 tahun sebesar 13.4%. 19 mendapati sebesar 8.7% laki-laki dan Sedangkan menurut hasil RISKESDAS
11.8% perempuan berusia diatas 18 tahun
tahun 2013 mendapati prevalensi asma 6 yang pernah menderita asma. Sebelum sebesar 2.4% di wilayah Sumatera Utara.
pubertas, prevalensi asma lebih tinggi pada RISKESDAS mendapati sebesar 5.6%
laki-laki dibanding perempuan. Perbedaan sampel umur 15-24 tahun yang menderita
ini dimulai semenjak masa gestasi. Paru asma. 4 Perbedaan presentase ini bisa pada fetus laki-laki lebih lambat matur dan
diakibatkan karena penggunaan instrumen surfaktan diproduksi pada usia gestasi penelitian yang berbeda. RISKESDAS,
yang lebih lanjut. Laki-laki pada masa survei nasional Texas dan New York
kanak-kanak juga mudah tersensitisasi menegakkan seseorang menderita asma
pada faktor alergen. Keadaan ini berbalik berdasarkan riwayat diagnosa pasien oleh
setelah memasuki masa remaja. Perubahan dokter sebelumnya dan riwayat gejala
ini dikarenakan onset gejala asma pada asma dalam 12 bulan terakhir. Sedangkan
perempuan lebih lama dibanding laki-laki. Rosamarlina menggunakan instrumen
Perempuan sering terlambat didiagnosis kuesioner yang berbeda, yaitu kuesioner
dan diberikan terapi setelah asma
ISAAC. 20 Selain akibat penggunaan memburuk (sindrom Yentl). Leynaert instrumen yang berbeda, perbedaan
dan Christiano mengungkapkan bahwa persentase bisa disebabkan oleh target
penyebab perbedaan diantara dua sampel yang berbeda. Rosamarlina
disebabkan karena melakukan penelitian pada siswa SLTP
kelompok
ini
hiperresponsif bronkhial pada perempuan, berusia
diameter saluran napas, paparan alergen
RISKESDAS melakukan penelitian pada 9,10 dan faktor hormonal. Serat-C yang seluruh lapisan umur pada masyarakat,
berperan pada refleks batuk juga diteliti mulai dari golongan bayi dibawah 1 tahun
meningkat sensitifitasnya pada perempuan. sampai lansia berusia diatas 75 tahun. 4,19 Serat ini berperan dalam proses inflamasi
Faktor lain yang mempengaruhi adalah dari saluran napas, hipersekresi mukus dan Faktor lain yang mempengaruhi adalah dari saluran napas, hipersekresi mukus dan
komorbid rinitis saja sebanyak 38.2%, dua kelompok tersebut. Kegiatan memasak
yang mempunyai komorbid eksema saja dan membersihkan rumah meningkatkan
sebanyak 20% dan yang mempunyai paparan perempuan terhadap paparan
komorbid rinitis ditambah eksema
sebanyak 18.2%. Penelitan Sastrawan hormonal, hormon perempuan memegang
alergen 9 dalam ruangan. Dari segi
menemukan sebanyak 57.2% pelajar desa peranan dalam ekspresi asma, dengan
menderita asma yang meningkatkan
Tenganan
mempunyai komorbid rinitis dan 17.1% napas. 10 pelajar asma yang mempunyai riwayat Tabel 2 menunjukkan 12.7% 13 eksim. Fitriani melakukan penelitian
hiperesponsif
saluran
responden berkewarganegaraan Indonesia pada anak-anak 13-14 tahun di Jakarta dan 21.4% responden berkewarganegaraan
Selatan dan menyimpulkan sebanyak Malaysia
44.7% anak-anak asma yang mempunyai sepanjang hidupnya. Hasil penelitian
riwayat rinitis dan 2.5% anak-anak asma tersebut sejalan dengan hasil ISAAC fase 14 yang mempunyai riwayat eksema.
tiga. ISAAC melakukan penelitian
penyakit atopi bisa prevalensi asma di tiga kota di Indonesia,
Peningkatan
dihubungkan dengan teori hygiene yaitu Bali (9.6%), Bandung (12.1%) dan
hypothesis dan atopic march. Teori Semarang (13.3%). Sedangkan penelitian
hygiene hypothesis menyebutkan semakin tiga kota di Malaysia dilakukan di Kota
jarang anak-anak mengalami penyakit Bharu (12%), Alor Setar (17%) dan Klang
infeksi, semakin tinggi resiko anak Valley(21.6%). 3 Faktor yang dapat tersebut menderita penyakit atopik, seperti memengaruhi adalah diet, pendapatan 1 asma, rinitis, dan eksema. Selain itu,
perkapita, imunisasi dan interaksi antara mekanisme non-IgE juga mempunyai genetik-lingkungan. Pada survei singkat
peran. Sebagai contoh, sensitisasi alergen yang dilakukan peneliti, mahasiswa
pada barier epidermal yang rusak Malaysia kurang memerhatikan kebersihan
menyebabkan perkembangan penyakit tempat tinggal. Hal ini terjadi karena
eksema. Sensitisasi kutan ini kemudian mahasiswa
menjadi sistemik dan menimbulkan mengontrak rumah/kos dan hidup mandiri
Malaysia
umumnya
penyakit atopik lain seperti rinitis alergi. di Indonesia. Padahal sebelum pindah ke 15 Fenomena ini disebut “atopic march”.
Indonesia, kebersihan lingkungan mereka Sebanyak 78.2% responden yang di Malaysia tetap terjaga. Selain itu,
pernah menderita asma mempunyai tingkat polusi di Indonesia juga lebih
riwayat atopik (rinitis, eksema, atau asma) tinggi dari Malaysia. Jerrett mendapati ada
dalam keluarganya. Penelitian yang hubungan antara karbon monoksida dan
dilakukan Anuradha mendapati sebanyak munculnya asma (HR=1.29). 23 Asap 59.16% penderita asma mempunyai rokok juga diteliti berhubungan dengan 16 riwayat atopik pada keluarga. Prasad
kejadian asma. 25 Dalam hal ini, hipotesis mengemukakan sebesar 40.4% anak-anak kebersihan (hygiene hypothesis) berperan,
asma berusia 5-14 tahun di Lucknow yang dimana seseorang yang lebih terjaga
riwayat atopik kebersihannya di awal masa kehidupan 17 keluarga. Menurut analisis univariat yang
mempunyai
lebih rentan menderita penyakit atopik di dilakukan Werff, seseorang dengan kehidupannya. 11,12 riwayat keluarga
ORMDL3 diduga mempunyai asosiasi seseorang menderita asma 2.5-5.8 kali 12 terhadap kejadian asma.
Atopik meningkatkan
resiko
lebih besar dibanding orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga atopik. 18 Gen
KESIMPULAN
Kedokteran Universtias Berdasarkan hasil penelitian dari
Fakultas
Sumatera Utara.
data yang diperoleh, adapun kesimpulan
2. dr. Zuhrial Zubir, Sp. PD,K-AI, selaku yang dapat diambil dalam penelitian
dosen pembimbing saya yang telah adalah sebagai berikut:
banyak membantu dan memberikan
1. Prevalensi responden yang pernah saran-saran selama penyusunan karya menderita
tulis ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah Kedokteran Universitas Sumatera
ini dapat diselesaikan dengan baik. Utara tahun ajaran 2013/2014 sebesar
3. dr. Delyuzar, Sp. PA (K) dan dr. Rina 14,3%. Prevalensi responden yang
Amelia, MARS selaku dosen penguji sedang menderita asma sebesar 6.5%.
yang telah meluangkan waktu dan
2. Prevalensi asma hampir sama pada pemikiran untuk kesempurnaan karya perempuan dan laki-laki. Prevalensi
tulis ilmiah ini.
perempuan yang menderita asma
4. Para dosen dan staf pegawai di sebesar 13.9% dan prevalensi laki-laki
Fakultas Kedokteran yang menderita asma sebesar 14.6%.
Lingkungan
Universitas Sumatera Utara.
3. Persentase asma pada responden
5. Rasa hormat dan terima kasih yang berkewarganegaraan Indonesia sebesar
tiada terhingga saya persembahkan 12.7%, sedangkan persentase asma
kepada orang tercinta, Ayahanda pada responden berkewarganegaraan
Slamet dan Ibunda Elly Yanti Wangsa Malaysia sebesar 21.4%.
atas doa, dukungan dan nasihat yang
4. Persentase responden penderita asma telah diberikan kepada saya. yang mempunyai komorbid penyakit
mahasiswa Fakultas atopik lainnya (rinitis dan eksema)
6. Seluruh
Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebesar 76.4%.
atas
bantuannya
dalam proses
5. Prevalensi responden asma yang pengumpulan data penelitian ini. mempunyai riwayat keluarga atopik sebesar 78.2%.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan
UCAPAN TERIMA KASIH
berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya
Puji dan syukur penulis panjatkan tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ini kehadirat Allah SWT yang telah
dapat berguna bagi kita semua. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
REFERENSI
Karya tulis ilmiah ini berjudul
“Prevalensi asma pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran
Universitas
1. National Heart, Lung and Blood
Sumatera Utara
tahun
ajaran
Institute, 2007. National Asthma
Education and Prevention Program penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis
Dalam
penyelesaian
Expert Panel Report 3: Guidelines banyak menerima bantuan dari berbagai
for the Diagnosis and Management pihak.
of Asthma Summary Report 2007. menyampaikan ucapan rasa terima kasih
Untuk itu penulis
ingin
from: dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada:
Available
http://www.nhlbi.nih.gov/guideline
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah s/asthma/asthsumm.pdf . [Accessed Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan
11 May 2014].
2. Yunus, F., Antaria, R., Rasmin, M.,
8. To, T. et al, 2012. Global asthma Mangunnegoro, H., Jusuf, A., dan
prevalence in adults: findings from Bachtiar, A., 2003. Asthma
the cross-sectional world health prevalence among high school
survey, BMC Public Health 12 : students in East Jakarta, 2001,
based on ISAAC questionnaire,
9. Leynaert, B., Bousquet, J., Henry, Med J Indones 12(3):178−186. C., Liard, R., dan Neukirch, F.,
3. ISAAC, 2013. ISAAC Phase Three
Is Bronchial Data .
Hyperresponsiveness More http://isaac.auckland.ac.nz/phases/p
Available
from:
Frequent in Women than in Men?. hasethree/results/results.php American Journal Of Respiratory
[Accessed 7 April 2014]. and Critical Care Medicine
4. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Riset
156:1413-1420
Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013 .
10. Christiano, L., 2010. Asthma in Badan
Women .Available from Pengembangan
Penelitian
dan
: http://www.asthma.partners.org/ne Kementerian Kesehatan RI.
Kesehatan
wfiles/CristianoAsthmaInWomen.h
5. Masoli, M. D. Fabian, S. Holt et al, tml [Accessed 19 November 2014] 2004. Global Burden of Asthma.
11. Beasley R., Ellwood, P., dan Available
Asher, I., 2003. International http://www.ginasthma.org/local/upl
from:
Patterns of the prevalence of oads/files/GINABurdenReport_1.p
pediatric asthma: The ISAAC
df [Accessed 23 June 2014] program. Pediatric Clinics of
50: 539-553. National Asthma Survey New
6. National Asthma Survey, 2003. North America
12. Subbarao, P., Mandhane, P.J., dan York State Summary Report.
Sears, M.R., 2009. Asthma: Available
epidemiology, etiology and risk http://www.health.ny.gov/statistics/
from:
factors. CMAJ: e181-e189. ny_asthma/pdf/national_asthma_su
13. Sastrawan, I.G.P., Suryana, K., dan
07 Rai, I.B.N., 2008. Prevalensi Asma December 2014]
rvey_nys.pdf [Accessed
Bronkial Atopi pada Pelajar di
7. Widodo, P., 2004. Hubungan Desa Tenganan. J Peny Dalam antara Rinitis Alergi dengan faktor-
faktor risiko yang mempengaruhi
14. Fitriani, F., Yunus, F., Rasmin, M., pada siswa SLTP kota Semarang
2011. Prevalens Asma Pada Siswa usia
Usia 13-14 Tahun Dengan mempergunakan
Menggunakan Kuesionor ISSAAC International Studi of Asthma and
kuesioner
dan Uji Provokasi Bronkus di Allergies in Childhood (ISAAC).
Jakarta Selatan. J Respir Indo 31 Semarang: Fakultas Kedokteran
(2): 81-89
Universitas Diponegoro.
15. Portelli, M.A., Hodge, E., Sayers, identified by genome wide I., 2014. Genetic risk factors for the
association. Available from : development of allergic disease http://onlinelibrary.wiley.com/doi/
Epidemiological Study on 10.1111/cea.12327/pdf [Accessed
Bronchial Asthma. Indian J Allergy
8 December 2014] Asthma Immunol 2011 25(2): 85-
16. Anuradha, A., Kalpana, V.L.,
Narsingarao,
S.,
Prevalensi Asma Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2014/2015
17. Prasad, R., Verma, S.K., Ojha, S. , in Cuban. J Investig Allergol Clin Srivastava,
A Immunol 23(6): 415-420. Questionnaire Based Study of
V.K.,
2007.
22. Jerrett, M., et al, 2008. Traffic- Bronchial Asthma in Rural
Related Air Pollution and Asthma Children of Lucknow. Indian J
Onset in Children: A Prospective Allergy Asthma Immunol 2007 Cohort Study with Individual
18. Burke, W., Fesinmeyer, M., Reed, Environmental Health Perspectives K., Hampson, L., Carlsten, C,2003.
(116)10: 1433-1438. Family History as a Predictor of
23. Lawson, J.A., Janssen, I., Bruner, Asthma Risk. Am J Prev Med 2003
M.W., Hossain,A., dan Pickett, W., 24(2): 160-169
2014. Asthma incidence and risk
factors in a national longitudinal Dianiati,K.S., 2010. Prevalens
sample of adolescent Canadians: a Asma
prospective cohort study.BMC Kuesioner ISAAC dan Perilaku
bronchial
Berdasarkan
Pulmonary Medicine (14)51. Merokok pada Siswa SLTP di
24. Oemiati, R., Sihombing, M., dan Daerah Industri Jakarta Timur. J
Qomariah, 2010. Faktor-faktor Respir Indo 30(2):75-84
yang
Berhubungan dengan
20. Choi, I.S. 2011. Gender-Specific Penyakit Asma di Indonesia, Media Asthma Treatment. Allergy Asthma
Litbang Kesehatan 20(1): 41-49. & Immunology Research 3(2): 74-
25. Broekema, M., et al, 2009. Airway
80. Epithelial Changes in Smoker but
21. Werff S.D.V.D et al, 2013. Not in Ec-Somkers with Asthma. Prediction of Asthma by Common
Am J Respir Crit Care Med 180: Risk Factors: A Follow-up Study
1170 –1178.
Jurnal Mahasiswa Kedokteran Indonesia Tinjauan Pustaka
Potensi Quercetin pada Teh Benalu Mangga (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.) sebagai Inovasi Preventif dan Kuratif Hipertensi
Priady Wira Prasetia 1 ,
ABSTRAK
Hipertensi (HTN) merupakan salah satu kondisi medis kronis yang jarang disertai dengan gejala. Menurut World Health Organization (WHO) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki riwayat hipertensi. Meskipun, perkembangan pengobatan hipertensi sangat membantu, kita masih perlu mencari pengobatan dengan herbal sehingga pasien tidak mengandalkan obat medis yang bisa menimbulkan efek samping. Salah satu obat herbal untuk hipertensi adalah benalu mangga. Benalu mangga mengandung quercetin, dimana quercetin berfungsi sebagai agen vasodilator. Quercetin mampu bekerja langsung pada otot polos pembuluh arteri dengan menstimulasi atau mengaktivasi Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF), tidak meningkatkan konsentrasi Ca 2+ intraselular untuk mencegah sel otot polos arteri berkontraksi. Quercetin dapat bertindak sebagai Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, yang menghambat konversi Angiotensin I menjadi Angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat, dan menghambat Antidiuretic Hormone (ADH). Quercetin dapat memperbaiki disfungsi endotel dan zat antioksidan alami. Metode mikroenkapsulasi adalah teknologi untuk melapisi substansi inti dan dapat mencegah perubahan warna dan bau, dan stabilitas maintain dalam jangka panjang.
Kata kunci: hipertensi, mikroenkapsulasi, teh benalu mangga, quercetin.
ABSTRACT
Hypertension (HTN) is one of the chronic medical condition that is rarely accompanied by any symptoms. World Health Organization(WHO), nearly a billion people have a history of hypertension. Although, the progression in hypertension treatment is very helpful, we still need to find herbal medications so the patients are not relying to medical drugs which can cause adverse effects. One of the herbal medications for hypertension is mango mistletoe. Mango mistletoe contains quercetin, which has function as a vasodilator agent. Quercetin can work directly through arterial smooth muscles by stimulating or activating Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF), not increasing of intracellular Ca 2+ concentration to preventing arterial smooth muscle cells contracted. Quercetin could act as Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, which stops the conversion to Angiotensin II which is a potent vasoconstrictor, and inhibit Antidiuretic Hormone (ADH). Quercetin can fix endothelial dysfunction and a natural antioxidants agent. Microencapsulation method is a technology for coating a core substance and can prevent discoloration and odor, and mantain stability in the long term.
Keywords : hypertension, microencapsulation, mango mistletoe tea, quercetin ,
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
fibrin. Dengan peningkatan tekanan darah Hipertensi (HTN) merupakan salah
yang parah, dapat terjadi cedera endotel satu kondisi medis kronis yang jarang
dan nekrosis fibrinoid pada arterioles. disertai dengan gejala. Hipertensi adalah
Proses ini menyebabkan iskemia dan faktor risiko utama untuk infark miokard,
pelepasan mediator vasoaktif tambahan gagal jantung, stroke, penyakit arteri
yang menghasilkan lingkaran setan dari perifer, aneurisma aorta, penyakit ginjal
cedera yang terus berlanjut. Sistem renin- kronis, dan merupakan kelainan metabolik
sering diaktifkan, yang
angiotensin