BAB III Gambaran Data Praktek A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai - Tata Cara Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Lebih di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

  BAB III Gambaran Data Praktek A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 berbeda dengan Pajak Penjualan (PPn) yang digantikannya. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan

  nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap perpindahan/pertukarang barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak berganda. Untuk barang yang tergolong mewah, pajak berganda ini masih diberlakukan dengan adanya Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

1. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah Sebagai berikut :

  a. Pajak Pertambahan Nilai Merupakan Pajak Tidak Langsung Pemikul beban pajak dengan penangung jawab atas pembayaran pajak kekas Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak. Sedangkan penanggung jawab atas pembayaran pajak kekas Negara adalah pengusaha kena pajak yang bertindak selaku penjual barang kena pajak atau pengusaha jasa kena pajak.

  b. Pajak Objektif Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya keadaan, peristiwa, atau perbuatan hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama objek pajak.

  c. Multi Stage Tax Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari tingkat pabrikan (manufactured) kemudian ditingkat pedagang (whosaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

  d. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Faktur Pajak Sebagai konsekuensi penggunaan metode kredit untuk menghitung Pajak

  Pertambahan Nilai yang terutang maka pada setiap penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, pengusaha kena pajak bersangkutan diwajibkan untuk membuat faktur pajak sebagi bukti pemungutan pajak.

  e. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Barang Kena Pajak

  Pajak pertambahan nilai hanya dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dilakukan di dalam negeri.

  f. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral Netralisai pajak pertambahan nilai (PPN) dibentuk oleh dua factor, yaitu : 1. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.

  2. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (Destination Principle)

  Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal dua prinsip pemungtan yaitu :

  1. Prinsip tempat asal (Origin Principle) : PPN dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

  2. Prinsip tempat Tujuan (destination Principle) : PPN dipungut ditempat barang atau jasa dikonsumsi g. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambahnya saja.

B. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

  

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan adanya dasar

  pengenaan pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan

  tarif pajak dengan DPP .

  Yang dimaksud dengan DPP adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai import, nilai eksport, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, pergantian, nilai eksport, dan nilai import adalah sebagai berikut :

  1. Harga jual Harga jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

  Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam pengertian potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka menjualkan BKP.

  2. Penggantian Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

  3. Nilai Eksport Nilai import adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk import BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.

  Nilai import yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga patokan import atau cost insurance freight (CIF) sebagai dasar perhitungan bea masuk ditambah dengan semua biaya dan pungutan lain menurut ketentuan perundang- undangan pabean.

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Tarif Pajak Pertambahan (PPN) diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang PPN, yaitu sebagai berikut :

  a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% ( sepuluh persen)

  b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% diterapkan atas :

  1. Eksport Barang Kena Pajak Berwujud

  2. Eksport Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan

  3. Eksport Jasa Kena Pajak

  c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah

C. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

  1. Pajak Masukan

  Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 24 pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau perolehan jasa kena pajak dan/atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan/atau import barang kena pajak.

  2. Pajak Keluaran

Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 25 pajak keluaran adalah

  Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak, eksport barang kena pajak berwujud, eksport barang kena pajak tidak berwujud dan/atau eksport jasa kena pajak.

D. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

  

Menurut surat edaran DIRJEN pajak Nomor SE-75/PJ/2008 tanggal 16

  desember 2008 menyampaikan salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-48/PJ/2008 tentang tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai dengan cara :

  1. Meneliti kelengkapan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai berupa faktur pajak dan/atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.

  2. Bukti-bukti atau dokumen pendukung untuk menguiji keabsahan faktur pajak sebagaimana dimaksud dalam butir 1 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak.

  3. Saat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah saat diterimanya SPT massa PPN dengan cara mengisi kolom yang telah tersedia atau diterimanya surat permohonan dalam hal permohonan disampaikan melalui surat tersendiri.

  4. Kelengkapan permohonan restitusi dapat disampaikan secara lengkap bersamaan dengan penyampaian permohonan atau disusulkan setelah disampaikannya permohonan pengembalian tetapi tidak melampaui jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan pengembalian diterima.

  5. Mengingat bahwa batas waktu penyelesaian permohonan pengembalian bagi PKP yang memenuhi persyaratan tertentu adalah 12 (duabelas) bulan, sedangkan PKP selain PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu diberikan waktu untuk memenuhi kelengkapan permohonan selama 1 bulan, dengan demikian jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian pembayaran pajak untuk PKP selain PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu, oleh KPP praktis hanya 11 bulan.

  6. Dalam rangka pelayanan kepada wajib pajak, kepala kpp dapat menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan restitusi kepada PKP agar permohonan pengembalian yang diajukannya dapat segera diproses. Dalam hal kepala KPP menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan restitusi, disarankan agar surat tersebut disampaikan melalui faksimili sehingga PKP dapat segera memenuhi.

  7. Dalam hal PKP selain PKP criteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu tidak menyampaikan atau kurang menyampaikan kelengkapan permohonan restitusi sampai dengan jangka waktu untuk memenuhi kelengkapan permohonan pengembalian berakhir, maka permohonan pengembalian diproses berdasarkan kelengkapan yang ada/diterima.

  8. Dalam hal permohonan pengembalian PKP diproses berdasarkan kelengkapan yang ada/diterima, maka kepala KPP harus memberitahukan kepada PKP dengan menerbitkan surat pemberitahuan penyelesaian permohonan pengembalian diproses dengan berdasarkan kelengkapan yang ada/diterima.Penerbitan Surat Pemberitahuan oleh kepala KPP paling lambat adalah saat disampaikannya permberitahuan hasil pemeriksaan.

  9. Dalam meneliti kelengkapan permohonan restitusi yang diterimanya, petugas atau pemeriksa pajak agar mencocokan kelengkapan tersebut dengan lembar checklist bukti/dokumen kelemngkapan permohonan pengembalian PPN yang dibuat PKP. Selain itu, petugas atau pemeriksa pajak juga harus mencantumkan jumlah masing-masing dokumen yang diterima. Demikian juga apabila terdapat kelengkapan yang masih harus disampaikan agar diberitahukan kepada PKP.

  10. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (duabelas) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap.

  11. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh PKP kriteria tertentu harus menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian.

  12. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh PKP yang memenuhi persyaratan tertentu harus menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan pengembalian.

E. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

  

Menurut ketentuan Undang undang KUP Nomor 16 tahun 2009 surat

  ketetapan pajak diterbitkan apabila :

  1. Pajak Penghasilan (PPh), apabila jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

  2. Pajak Pertambahan Nilai (PPn), apabila jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, apabila terdapat pajak yang terutang yang dipungut oleh pemungut PPn, maka yang dimaksud dengan jumlah yang terutang adalah jumlah pajak keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh pemungut PPn tersebut.

  3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), apabila pengusaha kena pajak mengekspor barang kena pajak yang tergolong mewah yang telah dibayar pajak penjualan atas barang mewahnya pada saat perolehan barang kena pajak yang tergolong mewah, sepanjang pajak penjualan atas barang mewah tersebut belum ditambahkan kedalam harga barang kena pajak yang bersangkutan atau dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perundang-undangan.

  Surat ketetapan pajak lebih bayar tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas surat pemberitahuan yang disampaikan wajib pajak yang disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

BAB IV EVALUASI A. Prosedur Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar Setelah diperhitungkan seluruh jumlah pajak yang sebenarnya terutang

  dengan jumlah kredit pajak dan hasilnya menunjukkan jumlah kredit pajak yang lebih besar dari pada pajak yang terhutang atau pajak yang telah dibayar, pengusaha kena pajak berhak meminta kembali kelebihan pembayaran pajak tersebut, dengan catatan tidak memiliki hutang pajak yang meliputi seluruh jenis pajak. 1. prosedur pengembalian pajak pertambahan nilai lebih bayar adalah :

  a. Wajib pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak Wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak ke KPP Medan Polonia dengan cara menyampaikan Surat

  Pemberitahuan masa PPN dilengkapi dengan faktur pajak dan/atau dokumen yang kedudukannya dipersamakandengan faktur pajak, SPT tersebut diberi centang pada kolom restitusi.

  b. Penerimaan Surat Permohonan Petugas TPT menerima surat permohonan kemudian menelitia semua kelengkapan sesuai dengan ketentuan. Apabila surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, wajib pajak boleh melengkapinya nanti asal tidak melewati jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan restitusi diterima. Kemudian petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas TPT kemudian merekan surat permohonan tersebut dan dilanjutkan mengirim permohonan beserta berkasnya ke seksi pengawasan dan konsultasi

  c. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima berkas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

  Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang memiliki wilayah kerja tempat pengusah kena pajak berdomisili menerima dan menugaskan account representative (AR) untuk memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak apakah memang terdapat kelebihan pembayaran pajak. Kemudian account repsesentative miminta informasi hutang pajak ke seksi penagihan, jika pengusaha yang bersangkutan terdaftar juga di KPP lain maka account representative akan meminta informasi hutang pajak tempat pengusaha kena pajak terdaftar dengan membuat surat pengantar.

  d. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di seksi penagihan atau KPP lain Kepala seksi penagihan menerima surat permintaan konfirmasi data tunggakan pajak dari unit lain yang telah didisposisikan kepada kepala kantor maupun dari seksi terkait, kemudian menugaskan pelaksana seksi penagihan untuk meneliti dan membuat surat jawaban data tunggakan dan surat pengantar. Setelah pelaksana seksi penagihan meneliti data tunggakan pengusaha kena pajak, apakah telah benar semua, kemudian membuat konsep surat jawaban dan surat pengantar untuk unit lain. Seksi penagihan atau KPP terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang pajak kepada account representative.

  e. Account representative kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang diterima, baik dari seksi penagihan maupun KPP lain.

  Apabila terdapat tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pimindah bukuan, pemindah bukuan ini bertujuan untuk memperhitungkan jumlah kelebihan pajak dengan tunggakan pajak yang masih ada. Apabila masih terdapat kelebihan pembayaran pajak proses dilanjutkan dengan melengkapai data Nothit SKPKPP, SKPKPP, dan SPMKP. Data kemudian diproses melalui case management. Account representative kemudian mencetak dan memaraf nothit SKPKPP, kemudian menyampaikannya kepada kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Setelah mendapatkan nothit SKPPKPP kepala seksi pengawasan dan konsultasi meneliti dan memaraf nothit SKPKPP sebagai tanda memberikan persetujuan pada system atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan nothit SKPKPP tersebut kepada kepala kantor pelayanan pajak. f. Kepala kantor pelayanan pajak Memaraf nothit SKPKPP sebagai tanda memberikan persetujuan atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP. Kemudian kepala seksi pelayanan menerima nothit SKPKPP menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk mencetak dokumen persetujuan.

  g. Pencetakan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

  Jika setelah dilakukan perhitungan dengan hutang pajak yang masih tersisa dan kelebihan pembayaran pajak yang dimiliki oleh pengusaha kena pajak masih ada maka kelebihan tersebut akan dikembalikan dengan menerbitkan surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (SKPKPP) untuk setiap jenis pajak yang memiliki kelebihan pembayaran dan diterbitkan untuk setiap masa pajak atau tahun pajak. Atas dasar SKPKPP, Kepala KPP menerbitkan SPMKP untuk setiap jenis pajak dan masa pajak atau tahun pajak atas nama Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima atau diterbitkannya SKPLB, SKPKPP dan SPMKP dicetak oleh pelaksana seksi pelayanan. SPMKP dibuat dalam rangkap 4 dengan tujuan sebagai berikut : a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN

  b. Lembar ke-3 untuk wajib pajak yang bersangkutan, dan

  c. Lembar ke-4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP Adapun lembar ke-3 yang diserahkan kepada KPPN dikembalikan kepada KPP yang menerbitkan SPMKP.

  h. Setelah SKPPKP dan SPMKP diteliti dan diparaf oleh kepala seksi pelayanan kemudian disampaikan kepada Kepala KPP. Kepala KPP menyetujuinya dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP, kemudian SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di seksi pelayanan kemudian disampaikan kepada wajib pajak dan kantor pelayanan perbendaharaan Negara (KPPN) melalui sub bagian umum.

B. Penetapan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

  Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diatur dalam pasal 17 KUP Nomor 16 tahun 2009 dimana setelah dilakukan pemeriksaan dan ternyata jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang harus dibayar maka Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar.

  Setelah dilakukannya penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pajak dari wajib pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang KUP pasal 17c nomor 16 tahun 2009 harus menerbitkan surat menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 2 (dua) bulan sejak surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

  Apabila setelah lewat jangka waktu keputusan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tetapi DJP tidak memberikan jawaban, maka permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan. Selanjutnya surat ketetapan pajak lebih bayar harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan sejak berakhirnya jangka waktu tersebut. Apabila surat ketetapan pajak lebih bayar terlambat diterbitkan dari waktu yang ditetapkan, maka kepada pengusaha kena pajak akan diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan. Dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan diterbitkannya surat ketetapan pajak lebih bayar. Sedangkan untuk pengusaha kena pajak kriteria tertentu, setelah dilakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, DJP wajib menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterima permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima untuk pajak pertambahan nilai. Setelah memberikan surat keputusan pengembalian kelebihan pendahuluan pembayaran pajak , DJP boleh melakukan pemeriksaan untuk meyakinkan kebenaran data yang disampaikan oleh wajib pajak kriteria tertentu. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan ternyata pengusa kena pajak tersebut mengalami kekurangan bayar pajak, maka DJP berhak untuk menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar, dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

  C. Wajib Pajak yang Mendapatkan SKPLB TABEL I Bulan Tahun 2010 Tahun 2011 Januari 6

  6 Februari 4

  6 Maret -

  7 April 5 4 Mei 7 1 Juni 4 4 Juli 5 11 Agustus 7

  7 September 2

  6 Oktober -

  2 November 3

  5 Desember 2

  3

  TOTAL

45 PKP

  62 PKP

  Dari data table penerbitan SKPLB diatas, terdapat peningkatan jumlah wajib pajak yang mendapatkan restitusi setelah terjadinya proses pemeriksaan atau proses penelitian. Semua wajib pajak yang mendapatkan restitusi proses penerbitan SKPLB tepat waktu, sehingga tidak ada wajib pajak yang mendapatkan imbalan bunga.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab diatas, dapat ditarik

  kesimpulan bahwa : 1. prosedur permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak melalui tingkat permohonan sampai penerbitan SPMKP berjalan cukup panjang dan melalui proses seleksi yang ketat. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan yang terjadi sehingga dapat merugikan Negara.

  2. Permohonan pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan oleh wajib pajak sendiri dengan cara melampirkan faktur pajak atau dokumen yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak dan mengisi kolom restitusi yang tersedia pada surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai di Kantor Pelayanan Pajak wajib pajak dikukuhkan.

B. SARAN

  Berdasarkan pembahasan-pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka dapat disampaikakan beberapa saran sebagai berikut :

  1. Mekanisme pengkreditan pajak masukan harus dikuasai oleh wajib pajak sendiri, karena jika wajib pajak menguasai mekanisme pengkreditan pajak masukan, maka ia dapat memperhitungkan sendiri apakah pajak masukan yang dibayarnya lebih bayar apa kurang bayar.

  2. Wajib pajak diharapkan agar selalu mengikuti perkembangan dalam perpajakan, dikarenakan peraturan-peraturan perpajakan terus berkembang sejalan waktu untuk mendapatkan peraturan-peraturan yang lebih memudahkan dalam proses perpajakan.