Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENGAJUAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

O L E H

NAMA : ABIDAH SARI LUBIS NIM : 102600049

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan senantiasa memberikan petunjuk kepada Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul "Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan" ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Dmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini Penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya Tugas Akhir ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ihnu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ihnu Politik Universitas Sumater Utara selaku Dosen Pembimbing Penulis.

3. Ibu Arlina, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.


(3)

4. Bapak Irwansyah Lubis, S.E., M.Si selaku Tulang Penulis dan Supervisor dan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. Terima kasih banyak Tulang yang sudah banyak membimbing Penulis dalam segala hal. Semoga Tulang sehat selalu dan disayangi Allah SWT selalu dan selamanya. Aamiin.

5. Teristimewa terima kasih/banyak kepada Ayahanda Taufik Syaqban Lubis dan Mama tercinta Lily Mardiah Lubis, yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, mendoakan, mendampingi, dan menyemangati anak-anaknya. Semoga Allah SWT mengampuni dosa keduanya, menyayangi, mengasihi, dan memberkahi mereka selalu terutama Mama. Aamiin.

6. Terima kasih kepada adekku tersayang Zulkhairi Lubis yang sudah banyak membantu Penulis dalam dukungan moral, spiritual, dan lain-lainnya. Mudah-mudahan Allah SWT membuat dirimu sukses dalam segala hal.

7. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Keluarga Lubis (Opung, Nenek, Tulang terutama Tulang Irwansyah Lubis S.E.M.Si, Nangtulang, dan sepupuku) dan Kak Butet atas dukungan, bantuan, doa dan kasih sayangnya. Semoga Allah SWT memberkahi kita selalu. Aamin.

8. Buat seluruh Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan terima kasih atas dukungan dan ilmu pengetahuan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.


(4)

9. Buat teman-temanku Wina, Fanny, Sarah, dan Sari terima kasih banyak karena selama 3 (tiga) tahun ini sudah mau menjadi sahabat dan saudara perempuanku selama ini. Semoga di masa mendatang kita berlima bertemu dan berkumpul dengan kita semuanya menjadi orang yang sukses pendidikan, karir, jodoh, kesehatan, agamanya, dan kebemntungannya. Aamiin. Kura-Kura 59, You Will Always Win.

10. Buat teman-teman Tax B 2010 semuanya terima kasih banyak sudah menjadi keluarga, sahabat, teman,/dan kakak/abangku untuk selama ini. Percayalah, sampai kapan pun kalian'selamanya tetap di dalam ingatan ini dengan segala keunikan kalian semuanya. Semoga kita berjumpa lagi dalam keadaan bahagia, membawa berita bahagia juga, sukses dalam segala hal terutama pendidikan dan kariernya, dan kita semua dalam lindungan Allah SWT selalu dan selamanya. Aamin.

11. Buat semua dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU terima kasih banyak buat ilmu yang diberikan, suntikan moral, pengalamannya, sarannya, nasihatnya, dan lain-lainnya yang membuat Penulis dan teman-teman lebih memahami dunia pajak dan hal lainnya yang tadinya kami tidak tahu. Semoga Bapak, Ibu, Kakak, dan Abang dosen dilimpahi berkah selalu oleh Allah SWT. Aamin.

12. Buat teman-teman, Dosen, dan Pelaksana Brevet Angkatan Ke-5 Tax Centre FISIP USU, terima kasih atas kebersamaan dan ilmunya. Semoga kami dapat


(5)

menjadi konsultan pajak yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain, dan kami dapat mengaplikasikannya ke kehidupan kami.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata Penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan berkah-Nya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I (PENDAHULUAN). ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6

C. Uraian Teoritis ... 8

D. RuangLingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

E. MetodePrkatikKerjaLapnganMandiri ... 12

F. Metode Pengumpulan Data ... 14

G. SistematikaPenulisan ... 15

BAB II (GAMBARAN UMUM OBJEKPKLM) ... 17

A. Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia ... 17

B. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Belawan ... 18

C. Visi danMisi KPP Pratama Medan Belawan ... 21

D. Strukur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 23

E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan ... 24


(7)

G. Gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 34

BAB III (GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK) A. KetentuanUmum ... 35

B. PajakPertambahanNilai ... 39

C. Restitusi PajakPertambahanNilai ... 49

BAB IV (ANALISA DAN EVALUASI) A. Gambaran Umum Penerimaan PPN dan Restitusi PPN ... 78

B. Proses Pelaksanaan Pengajuan Permohonan Restitusi PPN ... 79

C. JanjiLayananPenyelesaian ... 82

D. Masalah Yang Sering Timbul dan Penyebabnya ... 91

E. Pemecahan Masalah ... 92

BAB V(PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 98


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Ditinjau dari sejarah, masalah pajak sudah ada sejak zaman dahulu walaupun pada saat itu namanya bukan "pajak" tetapi masih merupakan pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada pemimpinnya. Perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi upeti yang sifat pemberiannya dipaksakan dalam arti bahwa itu bersifat "wajib" dan ditetapkan secara sepihak oleh Negara, Dengan kata lain "pajak" yang semula merupakan pemberian berubah menjadi pungutan, dan hal ini dianggap wajar karena kebutuhan negara akan dana semakin besar dalam rangka untuk memelihara kepentingan negara yaitu untuk mempertahankan negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh maupun untuk melaksanakan pembangunan. Dengan demikian sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang ekonomi, sosial, dan kenegaraan.

Masalah pajak adalah masalah masyarakat, negara, dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti atau harus berurusan dengan pajak, dan oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat harus


(9)

mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas pengenaan pajak, jenis-jenis pajak, atau macam-macam pajak yang berlaku di negaranya, dan tata cara pembayaran pajak serta hak dan kewajiban wajib pajak.

Sejak Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di dalam pasal 9 ayat 4 dibahasmengenai "Restitusi Pajak Pertambahan (PPN) " dan Peraturan Menteri Keuangan / (PMK Nomor 72 /PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010) tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Setiap ada permohonan restitusi PPN dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) kepada pihak fiskus, maka pihak fiskus berkewajiban memberikan pelayananan sesegera mungkin dan Direktorat Jenderal Pajak harus menerbitkan surat ketetapan paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak dilakukan penelitian atau pemeriksaan terhadap wajib Pajak.

Oleh karena itu di dalam Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 di mana di dalam ketentuan pasal 9 ayat 4 dibatasi bahwa kelebihan PPN hanya dapat dipindahbukukan atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Dan sebelum Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memberikan restitusi PPN kepada PKP terlebih


(10)

dahulu pemerintah melakukan penelitan dan pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pajak yang diajukan oleh PKP.

Secara kronologis, sejarah perkembangan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia meliputi:

a. Pajak Pembangunan I

Pajak Pembangunan I atau PPb I dipungut secara resmi pada 1 Juli 1947 atas usaha rumah makan, penginapan, dan penyerahan jasa di rumah makan dan PPb I resmi menjadi pajak daerah sejak tahun 1957.

b. Pajak Peredaran Tahun 1950

Pajak Peredaran ini agak berbeda pengenaannya karena didasarkan atas penyerahan barang dan jasa yang dilakukan di Indonesia dengan menggunakan satu tarif 2,5 % ( dua setengah persen) dan besifat kumulatif.

c. Pajak Penjualan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 1953 sebagai dasar hukum pemungutan pajak penjualan yang dikenal dengan Pajak Penjualan ( PPN 1951 ). Pemungutan PPN 1951 ini menggunakan Single Stage Tax pada tingkat pabrikan.

d. Pajak Pertambahan Nilai

Sistem kumulatif pada Pajak Penjualan 1951 direformasi dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(11)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam dalam negeri ( di dalam Daerah Pabean ), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. PPN dikenakan terhadap hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannnya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.

Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan sistem faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan atau penyerahan jasa yang terutang pajak. Apabila dalam suatu masa pajak, PPN yang dibayar oleh PKP pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak (JKP) ternyata lebih besar daripada PPN yang dipungut, maka kelebihan PPN tersebut dikompensasikan. Sedangkan yang dikembalikan hanyalah kelebihan PPN untuk masa pajak pada akhir tahun buku PKP yang bersangkutan.

Dalam menghitung besarnya pajak yang terutang, terdapat 3 (tiga) metode antara lain:


(12)

a. Addiction Method

Besarnya PPN dihitung dari tarif dikalikan seluruh penjumlahan nilai tambah, dengan syarat setiap Pengusaha Kena Pajak harus mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya yang dikeluarkan.

b. Subtraction Method

Pada metode ini, PPN yang terutang dihitung dari tarif dikalikan selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian.

c. Credit Method

Dalam metode ini harus dicari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang dipungut pada saat penjualan.

Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai jumlah Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) yang harus dihasilkan oleh Wajib Pajak diperlukan informasi yang lengkap dan benar tentang penghasilan pajak itu sendiri. Untuk itu diperlukanlah kejujuran dari Wajib Pajak itu sendiri dalam melakukan kewajiban perpajakannya.

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan restitusi yang lebih nyata. Di samping itu juga penulis mengharapkan penyusunan laporan PKLM ini dapat membantu, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis ingin mengetahui realita yang sebenarnya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul


(13)

PKLM dnegan mengambil topik : "TATA CARA PENGAJUAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN".

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Secara spesifik tujuan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

a. Untuk mengetahui data lapangan mengenai Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajuan restitusi PPN yang sebenarnya.


(14)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Manfaat yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) ini adalah :

2.1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah ilmu pengetahuan bagi diri sendiri khususnya tentang Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.

b. Untuk memahami bagaimana melaksanakan restitusi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak.

c. Untuk mendorong mahasiswa dan mahasiswi untuk mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa dan mahasiswi sebagai tenaga ahli yang siap pakai.

2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

a. Sebagai bahan pendukung pengambilan keputusan dalam masalah yang berhubungan dengan pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. b. Dalam memperoleh ide-ide dan upaya dalam penghitungan Pajak


(15)

c. Adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ), mahasiswa dan mahasiswi dituntut sumbangsihnya terhadap instansi berupa masukan-masukan yang bersifat membangun.

2.3. Bagi Program Diploma HI Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara ( USU )

a. Sebagai bahan masukan bagi yang membutuhkan terutama mengenai Tata Cam Pengajuan Restitusi PPN

b. Agar lebih mudah memahami bagaimana permasalahan yang timbul dalam restitusi PPN.

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

1.1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum ( Suandy, 2009: 10).


(16)

1.2. Prof. Dr. P. J. A. Adriani

luran kepada negara ( dapat dipaksakan ) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan ( Suandy, 2009:10).

1.3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan fungsi pajak adalah :

a. Fungsi Budgetair ( Penerimaan )

Sebagai sumber utama untuk membiayai pengeluaran umum dan public investment (investasi publik).

b. Fungsi Regulasi ( Mengatur )

Sebagai alat kebijakan pemerintah dalam mengatur bidang ekonomi, sosial, dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.


(17)

Misalnya : Pemerintah ingin mendorong ekspor maka tarif ekspor dikenakan 0%.

2. Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN )

Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak ( BKP ) dan/atau Jasa Kena Pajak ( JKP ) di dalam negeri ( di dalam daerah Pabean ), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa yang dikehanakan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 dan perubahannya.

3. Definisi Pengusaha Kena Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

4. Definisi Restitusi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ( PMK Nomor 72 /PMK.03 72010 Tanggal 31 Maret 2010) pasal 2 kelebihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:


(18)

a. Kelebihan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 dalam pasal 9 ayat (4a), ayat (4b), dan ayat (4c) Undang-Undang PPN; atau

b. Kelebihan Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak yang t&golong mewah yang diekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang PPN, dalam hal ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Dalam memberikan pelayanan yang mudah dan cepat dalam pengambilan keputusan dan pemberian restitusi PPN kepada Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, penulis akan membahas secara rinci mengenai:

1. Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan


(19)

2. Pelaksanaan pengajuan restitusi Pajak Pertambahan Nilai. 3. Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan restitusi. 4. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai dan restitusi.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang berhubungan dengan judul yang diambil, maka penulis menggunakan teknik-teknik, sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupu literatur lain yang berhubungan dengan Pengajuan Restitusi.


(20)

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, mengenai Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Dalam observasi ini penulis memberikan suatu surat pengantar untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) dan melakukan pengamatan terhadap data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai melalui:

a. Data Primer ( bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan).

b. Data Sekunder ( bersumber dari buku-buku ilmiah, dan Undang-Undang yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai).

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis akan menuliskan secara sistematis terhadap sumber data sesuai dengan fakta-fakta yang ada secara faktual dan cermat kemudian menganalisanya untuk mencapai kesimpulan.


(21)

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide )

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. 2. Daftar Observasi ( Observation Guide )

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi ( Optional)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan prosedur Pengajuan Restitusi Pajak Petambahan Nilai, dan meminta berbagai dokumen dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(22)

G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB H : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Struktur Organisasi Kantor PKLM, dan Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai.

BAB III: GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

Pada bab ini penulis menguraikan tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pengertian Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ), subjek dan objek PPN, pengecualian PPN, dasar pengenaan.


(23)

tarif dan tata cara penghitungan PPN serta hal-hal yang berhubungan dengan restitusi.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Bab ini berisikan tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai pelaksanaan pengajuan restitusi PPN, masalah yang sering timbul, penyebabnya dan pemecahan masalah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(24)

BAB II

GAME ARAN UMUM OBJEK PKLM

A. Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia

Negara Indonesia yang merupakan bekas jajahan pemerintah Hindia Belanda, undang-undang perpajakan merupakan warisan dari penjajahan tersebut. Sejarah Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu :

1. Periode Sebelum Kemerdekaan

Periode sebelum kemerdekaan ini diawali sejak Indonesia dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda, peraturan perundang-undangan perpajakan dibuat semata-mata hanya menghimpun dana sebesar-besarnya bagi pemerintah dalam rangka mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya ditanah air Indonesia.

2. Periode Sesudah Kemerdekaan Periode ini dibagi atas dua tahap, yaitu :

a. Dimulai tanggal 17 Agustus 1945 s.d 31 Desember 1983 b. Dimulai tanggal 01 Januari 1984 s.d sekarang

Peraturan perundang-undangan yang berlaku pada masa periode sebelum kemerdekaan masih tetap berlaku setelah kemerdekaan. Namun dilakukan beberapa perubahan disesuaikan dengan tuntutan rakyat


(25)

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Walaupun ada perubanan dan tambahan tetapi pada dasarnya masih berlandaskan pada falsafah warisan.

Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inpeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung mulai bulan juni 1976 sampai dengan sekarang Kantor Inpeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak.

B. Sejarah Singkat Berdiriaya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di lingkungan Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara dan berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.

KPP Pratama Medan Belawan meliputi kecamatan : 1. Kecamatan Medan Belawan

2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Labuhan 4. Kecamatan Medan Deli

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan


(26)

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal

Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja KPP Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A.

2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30.

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan 2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran

Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A.


(27)

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A.

Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan menjadi tiga, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Kemudian dengan SK No. 04/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan.


(28)

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A Medan.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan.

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 A Medan.

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 17 A Medan.

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro 7. Nomor 30 A Medan.

Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sedangkan mengenai hal lainnya tidak ada yang berubah.

C. Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and Time-


(29)

Based). DJP membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur daripada visi-visi sebelumnya.

Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:

VISI

"Menjadi institusipemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wttayah Asia Tenggara"

Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

MISI

"Menyelenggarakanfungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang' Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara


(30)

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adala untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur "line and staff organization" atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan ftmgsi bukan jenis pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan Medan Deli

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh


(31)

seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.

Adapun Seksi/Sub.Bagian Umum dan Kelompok Fungsional tersebut sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan. 3. Seksi Pelayanan.

4. Seksi Pemeriksaan. 5. Seksi Penagihan. 6. Seksi Ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2. 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3. 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4. 11. Kelompok Jabatan Fungsional.

E. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan

Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61.


(32)

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan dan perhutanan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

11. Pelaksanaan intensifikasi 12. Pembetulan ketetapan pajak 13. Pelaksanaan administrasi kantor

Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:


(33)

a. KepalaKantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan KARIKPA. Maka kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum :

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait.

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin. 4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai.

5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai. c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. 2. Penyajian informasi perpajakan.


(34)

4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan. 5. Pelayanan dukungan teknis komputer. 6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.

7. Pelaksanaan SI DIP serta penyiapan laporan kinerja. d. Seksi Pelayanan

1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya.

4. Memberikan penyuluhan perpajakan. 5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak.

6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan. e. Seksi Penagihan

1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya.

Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita Pajak adalah :


(35)

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS). 2. Memberitahukan Surat Paksa (SP).

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP).

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.

f. Seksi Pemeriksaan

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Ketentuan yang mengatur pemeriksaan pajak adalah:

1. Tata Cara Pemeriksaan Pajak terdapat pada Pasal 31 UU KUP, KMK No. 545/KMK.04/2000, PMK No. 123/PMK.03/2006.

2. Tata Cara Penyegelan terdapat pada Pasal 30 UU KUP, Keputusan DJP No. 343/PJ/2002.


(36)

3. Tata Cara Pemeriksaan Sederhana Kantor dan Lapangan terdapat pada Keputusan DJP No. 741/PJ/2001.

4. Tata Cara Pemeriksaan Lapangan terdapat pada Keputusan DJP No. 722/PJ/2001, PER-123/PJ/2006.

5. Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan terdapat pada Keputusan DJP No. 02/PJ.7/1990, Kep-272/PJ/2002.

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. 2. Pendataan objek dan subjek pajak.

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dan wajib pajak terdaftar.

2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

3. Penyusunan profil wajib pajak. 4. Menganalisis kinerja wajib pajak.

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi basil keputusan banding .


(37)

7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Lnpor.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar. 1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)

a. Kelurahan Kampung Besar b. Kelurahan Martubung c. Kelurahan Sei Mati d. Kelurahan Pekan Labuhan e. Kelurahan Tangkahan f. Kelurahan Nelayan Indah

2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II) a. Kelurahan Labuhan Deli

b. Kelurahan Rengas Pulau c. Kelurahan Terjun

d. Kelurahan Tanah 600 e. Kelurahan Paya Pasir

3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III) a. Kelurahan Tanjung Mulia

b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir c. Kelurahan Mabur


(38)

e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Hilir

4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV) a. Kelurahan Sicanang

b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia d. Kelurahan Belawan I

e. Kelurahan Belawan II f. Kelurahan Bagan Deli III

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

F. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode Desember 2012 berjumlah sebanyak 44.120 Wajib Pajak, yang terdiri dari :


(39)

Tabel 1

No Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahim 2012 Jumlah

1 Orang Pribadi 42.430

2 Badan 1.609

3 Bendaharawan 171

Jumlah 44.120

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Belawan yang tercapai sampai Desember 2012 adalah :

Tabel 2 No. Jenis

Pajak Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan Bruto

SPMKP Realisasi Penerimaan

Netto 1 PPhNon

Migas

199.639.820.000 175.275.145.652 127.128.773 175.148.016.879

2 PPNdan PPnBM

-28.995.120.000 249.957.840.513 141.701.200.836 108.256.639.677

3 Total 170.664.700.000 425.232.986.165 141.828.329.609 283.404.656.556

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Penerimaan Tahun 2012 Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIP A) sebanyak 4 orang.


(40)

Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 3

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Sub Bagian Umum 8

2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9

3 Pelayanan 11

4 Penagihan 3

5 Pemeriksaan 4

6 Ekstensifikasi Perpajakan 4

7 Pengawasan dan Konsultasi I 6

8 Pengawasan dan Konsultasi II 6

9 Pengawasan dan Konsultasi III 6

10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6

11 Fungsional 10

Jumlah 73


(41)

(42)

BAB III

GAMBARAN DATA OBJEK P AJAK

A. KETENTUAN UMUM 1. Pengertian Pajak

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terlebih dahulu kita mengetahui arti pajak yang sebenamya.

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adrian! (Waluyo, 2009: 2) adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. (Mardiasmo, 2009: l)adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.


(43)

Dan yang terakhir berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan unutk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi (Waluyo, 2009 : 6), terdapat adanya 2 (dua) fungsi pajak yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfiingsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukkannya pajak sebagai salah satu sumber dana Anggaran Pendapatan Belanja Negeri (APBN) penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak digunakan sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh :


(44)

i. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka meningkatkan in vestas baik investasi dalam negeri maupun investasi asing.

ii. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.

iii. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewar/ untuk produk impor dalam rangka melindungi produk-produk dalam negeri.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak ( Waluyo, 2009: 17) dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: A. Official Assesment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assesment System adalah sebagai berikut:

• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. • Wajib Pajak bersifat pasif.


(45)

B. Self Assesement System

Sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya :

• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

• Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

• Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. C. Withholding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:

• Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.


(46)

B. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )

Menurut Mulyo Agung dalam bukunya "Perpajakan Indonesia Seri PPN Dan PPnBM Teori Dan Aplikasi:2011" (Agung, 2011 : 4) Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri (di dalam Daerah Pabean) baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa.

Menurut Erly Suandy dalam bukunya "Hukum Pajak:2008 (Suandy, 2008 : 57) Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.

Dari pengertian Pajak Pertambahan Nilai di atas, ada beberapa hal yang melekat pada Pajak Pertambahan Nilai (Agung, 2011 : 6) yaitu :

a) Pajak Pertambahan Nilai sebagai Pajak Objektif

Artinya pemungutan PPN ini berdasarkan objek tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

b) PPN sebagai Pajak Tidak Langsung

Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain. Namun dari segi yuridis tanggung


(47)

jawab penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak (pemikul beban).

c) PPN dipungut dengan menggunakan Faktur Pajak

Metode yang digunakan adalah Credit Method atau Metode Kredit di mana Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan PPN. Namun sejak 1 April 2013 dengan adanya PENG-04/PJ.09/2013 tentang Tata Cara Penomoran Faktur Pajak (1 April 2013) maka sekarang Kantor Pelayanan Pajak yang , bertugas untuk menerbitkan Faktur Pajak.

d) PPN sebagai Pajak Konsumsi

PPN sebagai Pajak Konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri (dalam daerah Pabean).

2. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )

a. Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Subjek PPN ada 2 (dua) yaitu Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor


(48)

barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari Luar Daerah Pabean.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini. Untuk mencari siapa subjek pajak tersebut dari masing-masing objek PPN tersebut (Agung, 2011 : 9), terdapat pihak yang paling dekat dengan objek PPN tersebut.

No. Objek PPN Pihak Yang Dekat

Dengan Objek PPN

Subjek Pajak Keterangan

1 Penyerahan BKP Penjual & pembeli Penjual (PKP)

Pilihan UU PPN Pasal 1 Angka 15

2 Penyerahan JKP Penjual & pembeli Penjual (PKP)

3 Penyerahan Aktiva Bekas (Pasall6DUUPPN)

Penjual & pembeli Penjual (PKP)

4 EksporBKP Eksportir & pembeli di

Luar Negeri (LN)

Eksportir (PKP) Penjual ada di LN, di luar yurisdiksi


(49)

5 Impor BKP Importir &

penjual di LN

Importir (PKP/Non

PKP)

perpajakan Indonesia

6 Pemanfaatan BKP Tidak

Berwujud dari luar DaerahPabean Pihakyang memanfaatkan di Dalam Negeri (DN) dan penjual BKP tidak berwujud di LN

Pihak yang memanfaatkan

diDN (PKP/Non

PKP)

7 Pemanfaatan JKP dari

Luar Daerah Pabean

Pihak yang memanfaatkan

di DN & penjual JKP di

LN Pihak yang memanfaatkan diDN (PKP/Non PKP)

8 Kegiatan membangun

sendiri oleh Orang Pribadi/Badan tidak dalam kegiatan usaha/pekerjaannya Pihak yang membangun sendiri baik OP/Badan Pihak yang membangun sendiri baik OP/Badan (PKP/Non PKP) Satu-satunya pihak yang paling dekat dengan Objek


(50)

b. Objek Pajak Pertambahan Nttai

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai ada 2 yaitu Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini atau lebih tepatnya barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, dan Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini atau lebih tepatnya setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN & PPnBM. Untuk lebih lengkapnya di dalam Pasal 4 Undang-Undang No.42 Tahun 2009 PPN dikenakan atas :

• penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;


(51)

• penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

• pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

• ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

• ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan • ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

c. Pengecualian Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan Undang-Undang No.42 Tahun 2009 barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) adalah:

• Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya;

• Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

• Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, waning, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik


(52)

yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan

• Uang, emas batangan, dan surat berharga

Sedangkan jasa yang tidak dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini adalah:

• jasa pelayanan kes9hatan medis; • jasa pelayanan social;

• jasa pengiriman surat dengan perangko; • jasa keuangan;

• jasa asuransi; • jasa keagamaan; • jasa pendidikan;

• jasa kesenian dan hiburan;

• jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

• jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara di luar negeri;

• jasa tenaga kerja; • jasa perhotelan;


(53)

• jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menajalankan pemerintahan secara umum;

• jasa penyediaan tempat parkir;

• jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; • jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

• jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

3. Dasar Pengenaan PPN, Tarif dan Tata Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dasar pengenaan PPN (Agung, 2011 : 30) meliputi:

• Harga Jual, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

• Penggantian, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pemberi Jasa karena


(54)

penyerahan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

• Nilai Impor, yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam pertauran perundang-undangan untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurtrt UU ini.

• Nilai Ekspor, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen) bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan (Mardiasmo, 2009: 279).

Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal (Mardiasmo, 2009 : 280).


(55)

c. Tata Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai dihitung dengan cara (Djuanda, 2011 :98)

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Namun tata cara perhitungan ini dapat dibagi 2 yaitu:

• Dalam hal penyerahan BKP hanya terutang PPN, maka jumlah PPN yang dipungut adalah 10/110 bagian dari jumlah pembayaran.

DPP = Tarif Pajak PPN 100% +Tarif PPN

x Harga Kontrak

• Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut, di samping terutang PPN juga terutang PPnBM, maka jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut adalah sebagai berikut:

DPP = Tarif Pajak PPN + Tarif PPnBM 100% + Tarif PPN +Tarif PPnBM


(56)

C. RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 1. Dasar Hukum Restitusi PPN

a. Undang-Undang No. 42 Tahun 2009

UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang mengatur restitusi dapal dilihat pada pasal 11 yang berbunyi:

1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 17B, Pasal 17C, atau Pasal 17D dikembalikan, dengan ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

2) Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Penetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung


(57)

diperhitungkan untuk melunasi utang terlebih dahulu utang pajak tersebut.

3) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan pembayarn pajak diterima sehubungan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana diirfaksud dalam pasal 17 ayat (1), atau sejak diterbitkannya Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dan pasal 17B, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17C atau Pasal 17D, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatlan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, atau sejak diterimanya Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak.

4) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak batas waktu sebagaimana


(58)

dimaksud pada ayat 2 (dua) berkahir sampai dengan saat dilakukan pengembalian kelebihan.

5) Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. b. Undang-UndangNo.42Tahun2009

1) Apabila dalam sua/u Masa Pajak terdapat kelebihan pajak maka atas kelebihan pajak tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya dan dapat direstitusi pada akhir tahun buku, kecuali Wajib Pajak tertentu yang secara mekanisme PPN akan mengalami lebih bayar seperti:

a) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b) Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;

c) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut;

d) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;


(59)

e) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

f) Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi

2) Dengan pertimbangan untuk membantu likuiditas, memberikan pelayanan yang lebih baik dan mendorong kepatuhan sukarela Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya (self assessment), Wajib Pajak tertehtu yang memiliki resiko rendah, dapat diberikan restitusi derigan pengembalian pendahuluan tanpa melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan dapat dilakukan kemudian bila diperlukan. Sanksi yang dikenakan lebih rendah dari Undang-Undang KUP yaitu 2% (dua person) perbulan, kecuali terdapat indikasi tindak pidana perpajakan maka sanksi yang berlaku sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam UU KUP

c. Tata Cora Pengembalian Keleblhan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PMKNomor 72/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010).

2. Pengertian Restitusi

Agar kita dapat memahami tentang pengajuan restitusi dan masalah-masalah yang berkaitan dengan restitusi maka terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian restitusi.


(60)

Restitusi PPN adalah kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluaran dalam suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan tersebut diminta kembali (restitusi) sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (4) UU Pajak Pertambahan Nilai ( Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 atas perubahan ketiga Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah).

Sedangkan defmisi lain menyebutkan restitusi adalah hak bagi Wajib Pajak manakala berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terbukti ada kelebihan pembayaran pajak. Keputusan yang menetapkan adanya kelebihan pembayaran pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang diterbitkan setelah melalui proses pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Masa adalah wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status pembayaran pajak dari Pengusaha Kena Pajak (Djuanda, 2011 : 90).

"Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya" demikian bunyi Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, menjelaskan


(61)

secara umum kondisi yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai.

3. Alasan Restitusi

Sebenarnya alasan restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran PPN diatur dalam UU No.42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (4), yang menyatakan : "Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukanyang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya".

Selama ini, hanya Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang berhubungan dengan Pemungut PPN dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Eksportir saja yang dapat meminta pengembalian kelebihan .pembayaran pajak setiap Masa Pajak. Selain itu, kepada Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu dapat diberikan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tanpa diadakan pemeriksaan terlebih dahulu (Djuanda, 2011 : 100).

Contoh :

1) Masa Pajak April 2013

Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00 Pajak Masukan Yang Dikreditkan = Rp 5.000.000,00 Pajak Lebih Bayar = Rp 3.000.000,00


(62)

Pajak yang lebih bayar tersebut dapat diminta kembali atau dikompensasi pada Masa Pajak Mei 2013.

2) Masa Pajak Mei 2013

Pajak Keluaran =Rp 6.000.000,000 Pajak Masukan =Rp 5.000.000,00 Pajak Kurang Bayar =Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebitf dibayar dari Masa Pajak

April 2013 dikompensasikan ke Mei 2013 = Rp 3.000.000,00 Pajak Lebih Bayar Mei 2013 = Rp 2.000.000,00

Berdasarkan Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PMK Nomor 72/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010) dapat diajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada setiap masa pajak oleh:

a) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;


(63)

c) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut;

d) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

e) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Jasa Kena Pajak, dan/atau;

f) Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2(a) UU PPN.

Selanjutnya permohonan restitusi kelebihan Pajak Masukan dilakukan dengan menggunakan:

a. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak dengan cara mengisi kolom "Dikembalikan (restitusi)"; atau

b. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak.

Selanjutnya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Masukan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat


(64)

Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dan ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.

Dalam mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah:

a. Melampirkan Faktur Pajak Keluaran dan Faktur Pajak Masukan yang berkaitan dengan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang dimintakan pengembalian.

b. Dalam hal ekspor Barang Kena Pajak dilampirkan:

• Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Pajak;

• Bill Of Lading (B/L);

• Wesel ekspor atau bukti transfer

c. Dalam hal impor Barang Kena Pajak ( BKP) dilampirkan : • Pemberitahuan Impor Barang (PIB);

• Surat Setoran Pajak (SSP) atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

• Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS) sepanjang termasuk impor Barang Kena Pajak yang wajib LPS.

d. Dalam hal penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN, dilampirkan:


(65)

• Kontrak dan Surat Perintah Kerja • Surat Setoran Pajak (SSP)

e. Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi kelebihan pembayaran akibat kompensasi Masa Pajak sebelumnya, maka yang dilampirkan meliputi seluruh dokumen yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan. Syarat lain yang perlu diketahui sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran (Restitusi) PPN adalah:

a. Permohonan bila dalam bentuk surat tersendiri, ditujukan kepada Kepala KPP di mana PKP yang bersangkutan terdaftar.

b. Permohonan Restitusi PPN hanya diperkenankan satu permohonan untuk satu Masa Pajak untuk setiap Masa Pajak.

Setelah menerima permohonan restitusi PPN secara lengkap, Kantor Pelayanan Pajak akan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai. Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam pada ayat 1 meliputi:


(66)

• Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

• Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izi untuk mengansgur atau menunda pembayaran pajak;

• Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selamri 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

• Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (tahun) terakhir.

Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak untuk Wajib Pajak dengan kriteria tertentu "setelah dilakukan penelitian harus diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ayat (la), dan ayat (6). Permohonan dapat disampaikan dengan cara mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan atau dengan surat tersendiri. Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan setelah Direktorat Jenderal Pajak melakukan konfirmasi kebenaran kredit pajak.


(67)

b. Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak pennohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah:

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas;

• Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu;

• Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau

• Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

c. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaaan atas permohonan pengembalian kelebihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua


(68)

belas) bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan pajak diterima. Jangka waktu 12 (dua belas) bulan tidak berlaku dalam hal Pengusaha Kena Pajak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

Contoh:

a) Tanggal 20 April 2012 diterima permohonan restitusi PPN atas kelebihan PPN Masa Pajak sejak April 2012 sampai dengan Maret 2013, jangka waktu penerbitannya Surat Keputusan Pengembalian Lebih Bayar (SKPLB)nya paling lambat 20 April 2013.

Penerapan jangka waktu penyelesaian permohonan restitusi PPN tersebut di atas dimaksudkan agar petugas pajak tidak melalaikan tugasnya, sehingga untuk menjamin adanya kepastian hukum berdasarkan UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Pasal 17B ayat (2) ditegaskan bahwa apabila setelah jangka waktu tersebut di atas Kepala KPP atas nama Direktorat Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, maka permohonan restitusi PPN yang diajukan oleh PKP dinaggap dikabulkan dan paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir, Dirjen Pajak harus menerbitkan SKPLB.

Selanjutnya pada Pasal 17B ayat (3) diingatkan, "Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan sebagaimana dimaksud


(69)

pada ayat (2), kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (persen) per btdan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat Keputusan Pajak Lebih Bayar.

Namun DJP dapat melakukan pemeriksaan PKP Kriteria Tertentu dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, setelah melakukan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. Dan apabila hasil pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, maka jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi sebesar 100% (persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi PPN

Ketentuan tentang tata cara pengajuan restitusi PPN pada dasarnya berlaku bagi seluruh Kantor Pelayanan Pajak di Indonesia. Di bawah ini penulis membahas bagaimana tahapan mengajukan restitusi PPN berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.02/2007 Tentang Penegasan Penyelesaian Permohonan Restitusi PPN yaitu:

1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang disampaikan oleh Pengusahan Kena Pajak melalui:

a) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan


(70)

pembayaran pajak dengan cara mengisi kolom "Dikembalikan (restitusi)", atau

b) Surat permohonan tersendiri apabila kolom "Dikembalikan (restitusi) dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

2) Permohonan pengembalian disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.

3) Permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau huruf (a) ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.

4) Bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang harus disampaikan dalam rangka permohonan pengembalian adalah:

a) Dalam hal penyerahan/perolehan/penerimaan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak serta pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan atau Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, yaitu Faktur Pajak Keluaran dan Faktur Pajak Masukan yang berkaitan dengan kelebihan pembayaran pajak yang dimintakan pengembalian termasuk dokumen-dokumen pendukung yaitu:


(71)

• Faktur pajak penjualan/faktur pajak pembelian, apabila Faktur Pajak dibuat berbeda dengan penjualan atau faktur pajak pembelian;

• Bukti pengiriman/penerimaan barang; dan

• Bukti penerimaan/pembayaran uang atas pembelian/penjualan barang/jasa. b) Dalam hal impor Barang Kena Pajak, yaitu:

• Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Surat Setoran Pajak atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut;

• Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS), sepanjang termasuk dalam kategori wajib lapor; dan

• Surat kuasa kepada atau dokumen lain dari Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) untuk pengurusan barang impor, dalam hal pengurusan dikuasakan kepada PPJK.

c) Dalam hal ekspor Barang Kena Pajak, yaitu:

• Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berwenang dan dilampiri dengan faktur penjualan


(72)

yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pajak tersebut.

• Instruksi pengangkutan (melalui darat, udara/laut), ocean B/L atau Master B/L, atau Airway Bill (dalam hal ocean B/L atau Master B/L tidak ada, maka B/L harus dilampiri dengan fotokpi ocean B/L atau Master B/L yang telah dilegalisasi oleh yang menerbitkannya), dan packing list;

• Fotokopi wesel ekspor atau bukti penerimaan uang lainnya dari Bank, yang telah dilegalisasi oleh bank yang bersangkutan atau fotokopi L/C yang telah dilegalisasi oleh bank koresponden, dalam hal ekspor menggunakan L/C;

• Asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi polis asuransi Barang Kena Pajak yang diekspor dalam hal Barang Kena Pajak yang diekspor diasuransikan; dan

• Sertifikasi dari instansi tertentu seperti Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, atau badan lain seperti kedutaan besar negara tujuan, sepanjang diwajibkan adanya sertifikasi.

d) Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, yaitu:


(73)

• Kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK) atau surat pesanan atau dokumen sejenis lainnya; dan

• Surat Setoran Pajak.

e) Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi pengembalian kelebihan pembayaran pajak akibat kompensasi dari Masa Pajak sebelumnya, maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang7 disampaikan meliputi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen pada huruf a sampai dengan huruf d di atas yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran pajak Masa Pajak yang bersangkutan.

5). Dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu sebagaimana'/dimaksud dalam Pasal 1 angka 6, bukti-bukti atau dokumen-dokumen pada ayat (1) huruf a sampai dengan d tidak wajib disampaikan.

6). Dalam hal atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat kompensasi kelebihan pembayaran pajak dari Masa-masa Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu dilakukan pemeriksaan, maka Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu wajib melengkapi bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d.


(74)

7). Bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dapat disampaikan secara lengkap bersamaan dengan penyampaian permohonan pengembalian, atau disusulkan setelah disampaikannya permohonan pengembalian.

8). Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaiman dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) disusulkan, maka Pengusaha Kena Pajak harus / melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut paling lama 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan.

9). Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen disusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Surat Permintaan bukti atau dokumen kepada Pengusaha Kena Pajak.

10). Dalam hal Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat permintaan bukti atau dokumen kepada Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disusulkan tetap harus dilengkapi seluruhnya paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan.

11). Apabila sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir, Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam permohonan


(75)

pengembalian, maka permohonan pengembalian tetap diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima.

12). Dalam hal permohonan pengembalian diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan Surat Pemberitahuan kepada Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana / terlampir dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, paling lambat pada saat penyampaian pemberitahuan hasil pemeriksaan.

13). Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) disusulkan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir, maka bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut merupakana data yang tidak diperhitungkan pada saat pemeriksaan, pada saat keberatan, maupun pada saat banding.

14). Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus menerbitkan Surat Ketetapan Pajakn paling lambat:

a. 2 (dua) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 yang memiliki risiko rendah.


(76)

b. 4 (empat) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. 12 (dua belas) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh:

• Pengusaha Kena Pajak selain Pengusaha Kena Pajak dengan kriteria tertentu dan Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; atau

• Pengusaha Kena Pajak, termasuk Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a yang semula memiliki resiko rendah berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak sebelumnya ternyata diketahui memliki resiko tinggi, dilakukan pemeriksaan lengkap baik satu, beberapa, maupun seluruh jenis pajak.

15). Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 6, harus menerbitkan Surat


(77)

Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajakpaling lambat 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan.

16). Saat diterimanya permohonan secara lengkap sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) adalah saat dimana permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 telah dilengkapi dengan seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang harus disampaikan Pengusaha Kena Pajak dalam rangka permohonan pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

17). Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (4) berakhir, Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam hal permohonan pengembalian, maka saat diterimanya permohonan secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah saat berakhirnya jangka waktu 1 (satu) sejak saat permohonan diterima.

18). Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu yang memiliki resiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak, yang merupakan :


(78)

a. Produsen;

b. Perusahaan terbuka; atau

c. Perusahaan yang pemegang sahamnya terbesarnya adalah Pemerintah Pusat atau daerah.

19). Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan / kegiatan ekspor Barang Kena Pajak, yang merupakan produsen sebagaiman dimaksud pada ayat (1) adalah Pengusaha Kena Pajak yang paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penyerahan tahun sebelumnya merupakan produksi yang dihasilkan dari mesin dan/atau peralatan pabrik yang dimiliki sendiri.

20). Pemeriksaan dan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pemeriksaan.

21). Untuk kepentingan pemeriksaan, pemeriksa dapat meminjam buku-buku, catatan-catatan, atau dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan permohonan pengembalian.

22). Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan, maka permohonan pengembalian yang diajukan dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Keputusan


(1)

BABV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tata cara pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut:

a. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan menggunakan :

• SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom "dikembalikan (restitusi)"; atau

• Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan Pajak. b. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di

tempat PKP dikukuhkan.

c. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.


(2)

2. Pelaksanaan pengajuan permohonan restitusi Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut:

Proses pengajuan restitusi pengusaha kena pajak (PKP) di KPP Pratama Medan Belawan sebagai berikut ini:

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengajukan restitusi PPN dengan mencentangkan di Induk SPT Masa PPN pada II Romawi Huruf H. 1. 3 (Dikembalikan .(restitusi). Mengajukan restitusi PPN pada saat melaporkan ke KPP Pratama Medan Belawan di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Pengusaha Kena Pajak melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN bisa 2 (dua) media, antara lain:

• Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN secara manual dengan melaporkan semua fisik SPT Masa baik induk maupun lampiran SPT Masa.

• Melaporkan meialui media elektronik yang dikenal dengan e-SPT. Dimana Induk SPT tetap print out dillaporkan di KPP tetapi lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk electronik di upload ke aplikasi SI DIP pada saat itu juga dan berkas induk berserta elektroniknya di disimpan di rumah berkas wajib pajak.

b. Pada hari yang sama di Seksi Pelayanan mencetak register pengiriman untuk mengirim Surat Pemberitahuan Masa PPN manual ke Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI).


(3)

c. Seksi PDI setelah menerima SPT Masa PPN dari Seksi Pelayanan segera melakukan perekaman SPT Masa PPN pada saat itu juga.

d. Seksi PDI setelah selesai merekam SPT masa PPN restitusi. Maka SPT Masa restitusi di fotocopi rangkap 3 (tiga) untuk dikirim ke Seksi terkait, antara lain:

• SPT Masa PPN restitusi yang asli dikirim kembali ke Seksi Pelayanan untuk/disimpan dirumah berkas

• Foto kopi SPT Masa PPN restitusi dikirim ke Seksi Pemeriksaan • Foto kopi SPT Masa PPN Restitusi dikirim ke Seksi Pengawasan

dan Konsultasi (Waskon)

e. Ketika SPT Masa PPN Restitusi diterima di Seksi Pemeriksaan, maka Seksi Pemeriksaan segera mengajukan permohonan persetujuan pemeriksaan ke Kantor Wilayah Sumut I Medan dengan membuat Daftar Nominatif (dafhom) agar Pengusaha Kena Pajak (PKP) restitusi tersebut dapat diperiksa.

f. Dalam proses menunggu pesetujuan pemeriksaan atas restitusi dari Kanwil Sumut I Medan , maka Seksi Pemeriksaan meminjam data ke beberapa Seksi, antara lain:

• Ke Seksi PDI terkait alket (alat keterangan).

• Ke Seksi Waskon terkait profil Pengusaha Kena Pajak Restitusi • Ke Seksi Penagihan terkait Daftar Utang Pajak,


(4)

• Ke Seksi Pelayanan terkait berkas atau dokumen Pengusa Kena Pajak restitusi.

g. Setelah Kanwil Sumut I Medan sudah menyetujui pemeriksaan atas PKP restitusi, maka Kanwil Sumut I Medan mengirim Surat Persetujuan pemeriksaan untuk melakukan memeriksa PKP restitusi ke KPP Pratama Medan Belawan, kemudian didisposisikan oleh kepala kantor ke Seksi Pemeriksaan.

h. Setelah itu Seksr Pemeriksaan membuat Nota Dinas Penunjukan Supervisor,

i. Fungsional Pemeriksa (supervisor) membuat Audit Plan (rencana pemeriksaan) diberikan ke Kepala kantor untuk diminta persetujuannya.

j. Kepala Kantor Pajak Pratama Medan Belawan menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaaan (SP2) atas PKP mengajukan restitusi. Dan saat diterbitkan SP2 inilah argo proses pemeriksaan restitusi dimulai.

k. Berdasarkan hasil pemeriksaan restitusi oleh fungsional pemeriksa maka kemungkinan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).


(5)

1. Bila hasil pemeriksaan restitusi produk hukumnya adalah SKPLB maka KPP Pratama Medan Belawan Akan menerbitkan Surat Perintah Mengembalikan Kelebihan Pajak (SPMKP)

m. KPP Pratama Medan Belawan segera mengirimkan SPMKP ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

n. Kantor Perbendaharaan Kas Negara setelah mencek kebenaran dokumen maka segera menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D untuk pencairan dana restitusi langsung ke PKP yang mengajukan restitusi.

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan penulis adalah:

1. Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak ditambah agar proses pemeriksaan Restitusi PPN dapat dilaksanakan secepat mungkin.

2. Himbauan untuk Pengusaha Kena Pajak agar mempersiapkan dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas pada saat dilakukan Pemeriksaan Restitusi PPN agar proses tersebut berjalan dengan lancar mudah dan lancar.


(6)

DAFTARPUSTAKA

Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat: Jakarta Suandy Erly, 2009, Hukum Pajak, Salemba Empat: Yogyakarta

Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009, Andi Yogyakarta : Yogyakarta Mulyo Agung, 2011, Perpajakan Indonesia Sen PPN Dan PPnBm Teori Dan Aplikasi, Mitra Wacana Media : Jakarta

Djuanda Gustian Assoc. Prof. DR. , Irwansyah Lubis, S.E.,M.Si., 2011, Pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, PT. Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 atas perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Peraturan Menteri Keuangan ( PMK Nomor 727 PMK.03/ 2010 Tanggal 31 Maret 2010)

Surat Edaran Nomor SE-79/PJ.2010/ Tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.02/2007 Tentang Penegasan Penyelesaian Permohonan Restitusi PPN

Sumber Lain:

http://www.google.co.id/