PTK Bojong Kelas VIIA tahun 2015 .docx

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengajarkan matematika merupakan suatu kegiatan pembelajaran
sedemikian sehingga siswa belajar untuk mendapatkan kemampuan dan
ketrampilan tentang matematika. Kemampuan dan ketrampilan tersebut ditandai
dengan adanya interaksi yang positif antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudaya,
2005:122). Namun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang
berhubungan dengan matematika, ternyata masih banyak mengalami hambatanhambatan baik yang dialami siswa maupun guru. Salah satu hambatan yang
terjadi adalah kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika, hal ini
disebabkan kurang tepat pendekatan yang dipergunakan serta kurang optimal
dalam pengunaan alat peraga yang ada.
Seperti yang terjadi di SMP Negeri 1 Bojong Kecamatan Bojong
Kabupaten Pandeglang, ternyata siswa sangat bervariasi dalam motivasi
belajarnya. Mereka rata-rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru.. Sehingga yang terjadi
mereka kebingungan dan selanjutnya dalam menyelesiakan soal-soal tidak sesuai

dengan prosedur.

1

2

Sebagai guru dalam pembelajaran di kelas terkadang kurang mengaitkan
antara konsep dengan keadaan kehidupan sebenarnya dengan pendekatan
pemecahan masalah. Sehingga ketika siswa diberikan soal yang aplikatif kesulitan
dalam menyelesaikannya dengan prosedur yang benar sesuai konsep.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun dalam penyelesaian,
siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan, serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Kenyataannya di kelas VII SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang,
menunjukan bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran
matematika khususnya pada operasi penjumlahan bilangan bulat belum dijadikan
sebagai kegiatan utama, siswa kurang dibiasakan untuk menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah, sehingga ketika siswa dihadapkan pada soal pemecahan

masalah tidak sedikit dari mereka yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes awal soal pemecahan
masalah pada materi operasi penjumlahan bilangan bulat yang diberikan kepada
34 siswa di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang diperoleh
nilai yang masih rendah. Dari 34 siswa yang memperoleh nilai di atas 80 hanya 5
orang yang lainnya mendapat nilai di bawah 50. Hal ini disebabkan karena siswa
kurang terbiasa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Sehingga dalam
penyelesaian soal mereka cenderung langsung mencari jawaban tanpa terlebih

3

dahulu memahami soal, membuat rencana penyelesaian, dan setelah jawaban
diperoleh mereka tidak memeriksa kembali apakah jawaban sudah sesuai dengan
apa yang dinyatakan atau belum, akibatnya jawaban yang mereka peroleh kurang
tepat dengan kenyataan yang terdapat pada soal. Selain itu aktifitas selama proses
pembelajaran cenderung pasif, siswa lebih senang mencatat dan mendengarkan
penjelasan yang diberikan oleh guru, kurang berani untuk menyampaikan
pendapat atau menanyakan materi yang belum mereka pahami sehingga guru
tidak dapat mengetahui secara pasti apakah materi yng disampaikan sudah
dipahami atau belum oleh siswa.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan
pemecahan masalah, dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
diharapkan di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang
keaktifan siswa meningkat dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
dapat

dengan mudah menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah pada

penjumlahan bilangan bulat. Hal tersebut dapat dicapai, maka penulis mengambil
judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Operasi Penjumlahan
Bilangan Bulat melalui Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah (PTK di
Kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang)”.

4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan bilangan
bulat.

2. Rendahnya aktifitas belajar siswa yang ditemui dalam pembelajaran
matematika.
3. Terdapat kesulitan siswa dalam memahami soal-soal dengan pendekatan
pemecahan masalah.
4. Keterbatasan media dan alat yang tersedia di sekolah yang mendukung proses
pembelajaran.
5. Rendahnya motivasi belajar siswa.
6. Pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan
pengajaran dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga, dan
pendekatan yang sesuai.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
masalah

hanya

pada

penerapan


pendekatan

pemecahan

masalah

pada

pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika dan meningkatan keaktifannya. Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa pada materi operasi

5

penjumlahan bilangan bulat yang dapat dilakukan dengan penerapan pendekatan
pemecahan masalah. Keaktifan siswa dalam penelitian ini meliputi keaktifan
siswa memahami konsep, memahami soal, membuat rencana penyelesian soal,
Mengerjakan setiap soal dalam LKS dan keaktifan siswa dalam kelompok.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar seperti internal, faktor sosial,

ekonomi, lingkungan dan faktor eksternal lainnya tidak dibahas atau diabaikan.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada operasi penjumlahan
bilangan bulat di kelas VIIA di SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang
melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah?
2. Bagaimana aktifitas siswa pada pembelajaran operasi penjumlahan bilangan
bulat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang melalui
penerapan pendekatan pemecahan masalah?

E. Tujuan Penelitian
1. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran operasi
penjumlahan bilangan bulat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten
Pandeglang melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah.
2. Ingin meningkatkan aktifitas siswa pada pembelajaran operasi penjumlahan
bilangan bulat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang
melalui penerapan penedekatan pemecahan masalah.

6


F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan tentang operasi penjumlahan bilangan bulat
melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah.
b. Ingin mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.
c. Dapat menerapkan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika di
kelas lain.
2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada operasi penjumlahan
bilangan bulat
b. Dapat meningkatkan hasil belajat siswa pada operasi penjumlahan
bilangan bulat
c. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif

G. Definisi Operasional
Supaya diperoleh persepsi yang sama, maka perlu diberikan penjelasan
tentang istilah yang digunakan, berikut ini dijelaskan istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini:
1. Hasil belajar siswa
Menurut Anni (2004) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku

yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Sudjana
(1990) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

7

menerima pengalaman belajarnya. Dalam belajar metemetika terjadi proses
berfikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun
hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang di peroleh sebagai
pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubunganhubungan tersebut.
2. Bilangan bulat
Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan terdiri, bilangan bulat
negatif dan cacah A={ …, -6, -5, -4,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 …}
Operasi hitung pada penjumlahan bilangan bulat:
a. Sifat Asosiatif
(a+b)+c=a+(b+c)
b. Sifat Komutatif
A+b=b+a
c. Unsur identitas terhadap penjumlahan
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan
A+0=0+a

d. Unsur invers terhadap penjumlahan
Invers jumlah ( lawan ) dari a adalah –a
Invers jumlah ( lawan ) dari –a adalah a
e. Bersifat tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah
bilangan bulat juga.

8

A dan b € bilanagn bulat maka a + b = c ; c € bilangan bulat
3. Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan
dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Suwangsih, 2009: 105). Sedangkan pemecahan masalah adalah suatu usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang
tidak begitu segera dapat dicapai. Menurut Sumarmo (1994) pemecahan
masalah

merupakan


sebagai

kegiatan

menyelesaikan

soal

cerita,

menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan
atau menguji konjektur. Jadi yang dimaksud dengan pendekatan pemecahan
masalah adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh oleh guru atau
siswa untuk mengorganisasikan konsep dan keterampilan kedalam pola
aplikasi baru untuk mencapai tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana
proses pengajaran atau materi pengajaran.

9


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah
a. Masalah
Masalah

merupakan

sesuatu

keadaan

yang

tidak

dapat

terpisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap saat kita senantiasa
diperhadapkan dengan masalah-masalah nyata dalam proses pemenuhan
kebutuhan dan tuntutan kehidupan. Namun demikian, suatu kondisi
merupakan masalah bagi seseorang pada suatu saat tertentu dan bukan
lagi menjadi masalah pada saat yang lain. Demikian juga, suatu masalah
merupakan masalah bagi seseorang tetapi bukan menjadi masalah bagi
orang lain. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau kebutuhan
pada suatu waktu, maka tuntutan atau kebutuhan itu bukan menjadi
masalahnya, begitu sebaliknya. Ketika seseorang mampu memenuhi
tuntutan atau persyaratan tertentu, maka bukanlah masalah baginya, tetapi
sebaliknya orang lain menjadikannya masalah ketika tidak mampu atau
kesulitan untuk memenuhinya. Berarti masalah bagi seseorang pada suatu
waktu adalah suatu kondisi yang harus dipenuhi, diselesaikan, atau diatasi
tetapi proses pemenuhan atau penyelesaiannya membutuhkan tindakan
yang tidak mudah.
9

10

Upaya mendapatkan pemecahan atau jawaban atas pertanyaanpertanyaan soal matematika, berbeda antara siswa yang satu dengan
lainnya. Sebagian siswa memandang sulit untuk dipecahkan, sementara
siswa lain merasa mudah. Seorang siswa yang belum pernah berhasil
memecahkan soal matematika akan merasa kesulitan dalam proses
pemecahannya, tetapi pada kesempatan lain tidak lagi menjadikannya
masalah karena sedikit atau banyak memiliki pengalaman dalam tugas
yang sama atau identik. Ketika diperhadapkan dengan suatu soal yang
sama sekali baru, maka proses pemecahan atau menjawabnya
membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengumpulkan segala
pengalaman

dan

pengetahuan

yang

dimilikinya,

kemudian

mengorganisirnya dalam suatu proses pemecahan, hingga diperoleh
jawabannya atau bahkan gagal tidak mendapatkannya. Inilah masalah
matematika.
Fakta di atas seperti dikemukakan oleh Cooney (1975:242) dalam
Widyantini (2008:11) bahwa suatu soal akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang
tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si
pelaku. Hudojo (2005:123) mengungkapkan juga bahwa suatu pertanyaan
akan merupakan suatu masalah bagi seseorang hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Identik pendapat-pendapat

11

tersebut, Suherman dkk. (2001:86) memberikan pengantar bahwa suatu
masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Pendapat dari ketiga sumber tersebut memberikan pemahaman
kepada kita bahwa masalah matematika adalah soal-soal matematika yang
didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan tantangan untuk dipecahkan
atau dijawab dan pemecahannya tidak bisa dilakukan dengan secara
langsung menggunakan aturan, prosedur rutin yang biasa digunakan.
Sesuai pengertian itu, Hudojo (2005:124) menguraikan syarat suatu soal
matematika dipandang sebagai masalah bagi siswa apabila: (1)
pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa hatuslah dapat dimengerti oleh
siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya
untuk menjawabnya, (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan
prosedur rutin yang telah diketahui siswa.
Pada intinya, masalah matematika adalah persoalan matematis
yang menyajikan fakta dan pertanyaan, yang pemecahannya tidak dapat
segera diketemukan melalui prosedur sederhana (tunggal), melainkan
melibatkan beberapa konsep dan prosedur, dan perlu ditempuh dengan
strategi tertentu. Masalah matematika memuat tingkat keluasan dan
kedalaman konsep tertentu, sehingga pemecahannya memerlukan analisis
yang cermat, strategis, dan lintas konsep.

12

b. Pemecahan Masalah
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah,
seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan
berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak
yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi
dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih
sedikit. Dan adanya rasa tertarik untuk menghadapi tantangan dan
tumbuhnya kemauan untuk menyelesaikan tantangan tersebut, merupakan
modal utama dalam pemecahan masalah.
Pemecahan masalah matematika adalah upaya yang ditempuh
untuk mendapatkan jawaban atas masalah matematika, yang dilakukan
dengan melibatkan keterpaduan konsep matematis hingga diperoleh
jawaban atau pemecahan masalah tersebut.
c. Cara Mengajarkan Pendekatan Pemecahan masalah
Karena pemecahan masalah merupakan kegiatan matematika yang
sangat sulit baik mengajarkan maupun mempelajarinya, maka sejumlah
besar penelitian telah difokuskan pada pemecahan masalah matematika.
Pemecahan masalah (matematika) merupakan tipe belajar Gagne yang
paling tinggi. Posisi pemecahan masalah yang strategis dalam
pembelajaran matematika, yaitu sebagai tujuan pembelajaran dan objek
pembelajaran, menuntut pembelajaran dengan pendekatan pemecahan
masalah dan strategi pemecahan masalah. Semua itu diarahkan pada

13

pencapaian pengalaman belajar siswa memecahkan masalah hingga
diperoleh kemampuan memecahkan masalah. Untuk itu perlu dipikirkan
alternative upaya pembelajarannya bagi siswa.
Branca (1980, Roebyanto dan Yanti,menegaskan tiga interpretasi
umum pemecahan masalah, yaitu (1) pemecahan masalah sebagai sebagai
tujuan (goal) yang menekankan aspek mengapa matematika diajarkan,
dan sasarannya bagaimana memecahkan suatu masalah matematika, (2)
pemecahan masalah sebagai proses yang diartikan sebagai kegiatan aktif,
yang penekanannya terletak pada metode, strategi atau prosedur yang
digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan
jawabannya, (3) pemecahan masalah sebagai ketrampilan dasar (basic
skill), yang menyangkut dua hal, yaitu (a) ketrampilan umum siswa untuk
kepentingan evaluasi, (b) ketrampilan minimum yang diperlukan untuk
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara metodologis, pemecahan masalah bisa sebagai pendekatan,
bisa sebagai strategi atau metode pemecahan masalah. Sebagai metode
belajar, merupakan cara atau perlakuan terhadap materi (masalah)
sehingga terbangun interaksi siswa dengan masalah yang dipecahkan
hingga diperoleh pemecahan. Jika demikian, konsep metode belajar atau
pembelajaran pemecahan masalah membutuhkan cara-cara spesifik agar
pemecahan masalah sebagai proses dan ketrampilan dasar dapat diikuti
dan dilakukan siswa hingga mencapai tujuan pemecahan masalah. Untuk

14

ini Hudojo (2005:131) mengajukan metode penemuan dengan bimbingan
guru. Namun jika ditinjau dari guru sebagai pengajar pemecahan
masalah, maka beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain
ekspository, tanya jawab, diskusi kelompok, atau metode lainnya.
Secara proses aktual, metode pemecahan masalah ditempuh
dengan menerapkan strategi dan pendekatan pemecahan masalah.
Pendekatan pemecahan masalah berarti guru menyajikan pemecahan
masalah sebagai proses yang dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu,
yang menurut pada ahli dengan tahapan pokok sebagaimana tahapan
pemecahan masalah dari Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan
pemecahan, melaksanakan pemecahan, dan melihat kembali hasil
pemecahan. Pendekatan diperlukan agar siswa mampu melakukan
adaptasi dengan materi pelajaran. Masalah-masalah matematika dan
proses pemecahannya itulah dipandang sebagai materi pelajaran.
Tentunya pendekatan yang dimaksud bersifat metodologis atau penyajian
materi. Implementasi pendekatan tersebut adalah dengan mengarahkan
siswa

untuk

memanfaatkan

strategi

pemecahan

masalah

dalam

memecahkan masalah (soal) matematika.
Reys at.al. (1989, Ladinillah, 2008) memaparkan rangkuman hasil
penelitiannya tentang pembelajaran pemecahan masalah, yaitu:
1) Strategi pemecahan masalah secara khusus harus diajarkan sampai
siswa dapat memecahkan masalah dengan benar.

15

2) Tidak ada strategi yang optimal untuk memecahkan seluruh masalah
(soal). Beberapa strategi sering digunakan dari pada lainnya dalam
setiap tahapan pemecahan masalah.
3) Guru harus mengajarkan berbagai strategi kepada siswa untuk dapat
menyelesaikan berbagai bentuk masalah. Siswa harus dilatih
menggunakan suatu strategi untuk berbagai soal, atau menggunakan
beberapa strategi untuk suatu soal.
4) Siswa perlu dihadapkan pada masalah dengan cara pemecahan yang
belum dikuasainya (tidak biasa), dan mereka harus didorong untuk
mencoba berbagai alternative pendekatan pemecahan.
5) Prestasi atau kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
berhubungan dengan tahap perkembangan siswa. Oleh karena itu,
tingkat kesukaran masalah yang diberikan harus sesuai dengan siswa.
Untuk merencanakan pembelajaran pemecahan masalah bagi
siswa, Hudojo (2005:130) menguraikan secara garis besar, yaitu: (1)
merumuskan

tujuan

pembelajaran,

(2)

menyiapkan

pengetahuan

prasyarat, dan (3) mengajarkan pemecahan masalah. Rumusan tujuan
pembelajaran adalah memecahkan masalah matematika menggunakan
konsep tertentu. Pengetahuan prasyarat termasuk di dalamnya adalah
pemahaman dan ketrampilan pada pengetahuan yang menjadi syarat bagi
proses pemecahan masalah yang disajikan. Untuk ini, Hudojo (2005:130)
menyarankan guru melakukan identifikasi apa-apa yang sudah dipelajari

16

siswa untuk suatu masalah yang akan diberikan. Masalah-masalah yang
cocok yang disajikan kepada siswa. Mengajarkan pemecahan masalah
merupakan inti pembelajaran pemecahan masalah.
Beberapa gagasan penting tentang pembelajaran pemecahan
masalah, dikemukakan Hudojo (2005:130) antara lain:
1) Untuk menyelesaikan masalah siswa perlu mendapatkan pendekatan
pedagogis, yakni dengan menyiapkan masalah yang bervariasi dan
bermakna bagi siswa dan membuat siswa tertarik memecahkannya.
2) Perlunya pemberian penghargaan berupa nilai atau penghargaan
khusus, atau pujian kepada siswa akan membuat siswa tertarik
memecahkan masalah.
3) Masalah-masalah diberikan atau dipilih sendiri oleh siswa, untuk
kemudian dikerjakan secara individual dan dibicarakan dalam
kelompok untuk kemudian disajikan di kelas.
4) Menggunakan metode penemuan terbimbing, dengan penuntun
secukupnya sebagai bantuan untuk menyelesaikan masalah.
5) Beberapa penuntun yang perlu diberikan guru antara lain : memilih
notasi yang cocok, melukiskan dalam gambar, mengungkapkan
pengalaman belajar masa lampau, mengarahkan untuk menebak dan
mengecek, mengarahkan penyederhanaan masalah, mengerjakan
dengan cara mundur, dan penggunaan strategi lainnya.

17

Berdasarkan pada ide-ide pembelajaran pemecahan masalah di
atas, dapat disarikan bahwa pemecahan masalah sebagai materi
pelajaran, tujuan pelajaran, proses belajar, dan ketrampilan dasar,
diajarkan bagi peserta didik dengan berprinsip pada beberapa konsep,
yaitu:
a) Pengajaran diawali dengan analisis tujuan yang relevan dengan
tujuan pemecahan masalah.
b) Pengajaran dengan menyiapkan dan memanfaatkan pemahaman,
ketrampilan, dan pengetahuan prasyarat sesuai konteks masalah
yang dipecahkan.
c) Inti pembelajaran pemecahan masalah adalah melakukan aktivitas
pemecahan masalah yang tidak biasa dan bermakna bagi siswa,
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dari Polya.
d) Menggunakan

pendekatan

pedagogic

dan

personal

untuk

mendorong dan menarik siswa senang melaksanakan tugas
pemecahan masalah.
e) Memberikan dan melatih penggunaan berbagai strategi untuk
memecahkan masalah yang bervariasi.
f) Menggunakan metode penemuan dan variasi metode lainnya
dengan bantuan atau tuntuan yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan strategi pemecahan masalah yang diberikan.

18

g) Melakukan penilaian kemampuan pemecahan masalah yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
d. Setrategi Pendekatan Pemecahan Masalah
Memenuhi tahapan pendekatan pemecahan masalah, utamanya
tahap kedua merencanakan pemecahan masalah, maka perlu memilih
ide kreatif yang sesuai dengan karakteristik masalah sebagai strategi
pemecahan masalah. Bebicara pemecahan masalah tidak lepas dari
tokoh Polya(1993), menurutnya dalam pemecahan masalah terdapat
empat langkah yang dilakukan yaitu: (1) memahami masalah, (2)
merencanakan pemecahannya ,(3) menyeledaikan masalh sesuai
rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang
diperoleh (looking back).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang strategi
pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan pada anak sekolah
dasar dapat dilakukan strategi sebagai berikut:
1) Strategi Act It Out
Strategi ini dapat membantu siswa dalam proses visualisasi
masalah

yang

tercakup

dalam

yang

dihadapi.

Dalam

pelasksanaannya, strategi ini dilakukan dengan menggunakan
gerakan-gerakan fisik atau dengan gerakan benda-benda kongrit.
Gerakan fisik ini dapat membantu atau mempermudah siswa

19

dalam menemukan hubungan antara komponen-komponen yang
tercakup dalam suatu masalah.
2) Membuat Gambar atau Diagram
Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan
informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan
antara komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan
terlihat dengan jelas. Pada saat guru mencoba mengajarkan
strategi ini, penekan perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram
yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail.
Hal yang perlu digambar atau dibuat diagramnya bagian-bagian
terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas permasalahan
yang dihadapi.
3) Menemukan Pola
Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses
menemukan suatu pola dari sejumlah data yng diberikan, dapat
dimulai dilakukan melalui sekumpulan gambar bilangan. Kegiatan
yang dilakukan antara lain dengan mengobservasi sifat-sifat yang
dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau bilangan yang
tersedia. Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah
pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif
melalui klu yang diberikan guru, padasuatu saat keterampilan itu
akan

terbentuk

dengan

senduirinya

sehingga

pada

saat

20

menghadapi permasalahan tertenru, salah satu pertanyaan yang
mungkin muncul pada benak seseorang antara lain adalah:
“Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data
yang diberikan ?”. Tanpa melalui latiahn, sangat sulit bagi
seseorang untukmenyadari bahwa dalam permasalahn yang
dihadapi terdapat pola yang bisa diungkap.
4) Membuat Tabel
Mengorganisasi data sebuah tabel dapat membantu kita
dalam

mengungkapakan

suatu

pola

tertentu

serta

dalam

mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap.
5) Memperhatiakan Semua Kemungkinan Secara Sistematik
Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi
mencari pola dan menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi
ini, kita mungkin tidak perlu memperhatikan keseluruhan
kemungkinan yang bisa terjadi. Yang kita perhatiakn adalah
semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara yang sistematik.
Yang

dimaksud

sistematik

disini

misalnya

dengan

mengorganisisikan data bedasarkan kategori tertentu. Namun
demikian, untuk msalah-maslah tertentu, mungkin kita harus
memperhatiakan semua kemungkinan yang bisa terjadi.
6) Tebak dan Periksa (Guees and check)

21

Strategi

menebak

yang dimaksudkan

disini adalah

menebak yang didasarkan pada alsan tertentu serta kehati-hatian.
Selain itu, untuk dapat melakukan tebakan dengan baik seseorang
perlu memiliki pengalaman

cukup yang berkaitan dengan

permasalahan yang dihadapi.
7) Strategi Keja Mundur
Suatu masalah kadang-kadang disajiakan dalam suatu cara
sehingga yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari
proses

tertentu,

sedangakan

komponen

yang

ditanyakan

merupakan komponen yang seharusnya muncul lebih awal.
Penyelesaian masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan
menggukan stategi mundur. Contoh masalahnya adalah sebagai
berikut.
Jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangakan hasil
kalianya 45, tentukan kedua bilangan tersebut.
8) Menentukan yang Diketahui, yang Dinyatakan dan Informasi yang
terkenal Diperlukan.
Strategi ini merupakan cara penyelesaian yang sangat
terkenal sehingga seringkali muncul dalam buku-buku matematika
sekolah.

22

9) Menggunakan Kalimat Terbuka.
Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam bukubuku matematika sekolah dasar. Walaupun strategi ini termasuk
sering digunakan, akan tetapi pada langkah awal seringkali
mendapatkan kesulitan untuk menentukan kalimat terbuka yang
sesuai.Untuk sampai pada kalimat yang dicari, seringkali harus
melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar hubungan
antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara
jelas. Setelah itu baru di buat kalimat terbukanya. Berikut adalah
contoh masalah yang dapt diselesaikan dengan menggunakan
strategi kalimat terbuka.
Dua pertiga dari suatu bilangan adalah 24 dan setengah
dari bilangan tersebut adalah 18. Berapakah bilangan tersebut?
10) Menyelesaikan Masalah yang Mirip atau Masalah yang Lebih
Mudah.
Sebuah soal adakalanya sangat sulit untuk diselesiakan
karena di dalamnya terkandung permasalahan yang cukup
kompleks misalnya menyangkut bilangan yang sangat besar,
bilangan sangat kecil, atau berkaitan dengan pola yang cukup
kompleks. Untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dapat
dilakukan dengan menggunakan analogi penyelesaian masalah
yang mirip atau masalah yang lebih mudah.

23

11) Mengubah Sudut Pandang
Strategi ini seringkali digukan setelah kita gagal untuk
menyelesaiakan masalah dengan menggunakan strategi lainnya.
Waktu itu mencoba menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai
dengan sudut pandang tertentu atau mencoba menggunakn asumsiasumsi tertentu.Setelah kita mencoba menggunakan suatu strategi
dan

ternyata

gagal,

kecendrungannya

adalah

kembali

memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang
sama. Jika setelah menggunakan strategi lain ternyata masih tetap
gagal,

cobalah

untuk

mengubah

sudut

pandang

dengan

memperbaiki asumsi atau memeriksa logika berfikir yang
digunakan sebelumnya.
e. Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran
Matematika
Sunarto (2012:15, Pembelajaran dengan pendekatan problem
solving adalah cara mengajar dengan cara memotivasi murid untuk
maju berpikir, menganalisa suatu persoalan, sehingga menemukan
pemecahannya atau dasar inisiatif sendiri.
Problem solving dalam pembelajaran matematika bertujuan:
a) Mendidik murid-murid berpikir secara kritis dan sistematis untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika.

24

b) Belajar menganalisa suatu persoalan dengan memberi solusi yang
sistematik.
c) Belajar menganalisa persoalan matematika dari berbagai segi,
sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika.
Seperti pendekatan belajar yang lain problem solving
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
a) Kelebihan pendekatan problem solving:
1)

Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati
kehidupan sehari-hari.

2)

Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik
untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

b) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis..1
Kekurangan pendekatan problem solving:
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya siswa
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dengan
kelasnya, serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki

siswa

sangat

memerlukan

kemampuan

dan

keterampilan guru.
2) Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering mengambil
waktu pelajaran lain.

1

25

3) Mengubah kebiasaan siswa belajar berpikir memecahkan
permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber
belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Dalam usaha mendorong berpikir kreatif dalam matematika
digunakan konsep masalah dalam suatu situasi tugas, guru meminta
siswa menghubungkan informasi-informasi yang diketahui dan
informasi tugas yang harus dikerjakan, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah menurut Tatag
Yuli Eko Siswono (2008:35-46):yaitu:

a) Pengalaman

awal.

Pengalaman

terhadap

tugas-tugas

menyelesaikan soal cerita atau aplikasi dan pengalaman awal
seperti ketakutan terhadap matematika dapat menghambat
kemampuan siswa memecahkan masalah.
b) Latar belakang Matematika. Kemampuan siswa terhadap konsepkonsep matematika yang berbeda-beda memicu perbedaan
kemampuan siswa memecahkan masalah.
c) Strukur masalah. Struktur masalah yang diberikan kepada siswa,
pemecahan masalah seperti kompleksitas (tingkat kesulitan soal)
dapat mengganggu kemampuan siswa memecahkan masalah.
Langkah-langkah penyelesaian masalah dijelaskan oleh Polya
yaitu: (1) memahami masalah (2) membuat rencana penyelesaian (3)
menyelesaikan rencana penyelesaian (4) memeriksa kembali.

26

1)

memahami masalah ditunjukkan dari jawaban-jawaban
terhadap pertanyan-pertanyaan berikut:
a. Apa yang dicari (ditanyakan) ?
b. Apakah data yang diketahui ?
c. Dapatkah kamu menyatakan dengan kalimatmu sendiri. ?

2)

merencanakan penyelesaian ditunjukkan dari jawabanjawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apakah kamu sudah pernah melihat masalah ini sebelumnya ?
b. Apakah kamu pernah melihat masalah yang sama tetapi dalam
bentuk yang berbeda ?
c. Apakah

kamu

mengetahui

teorema

dan

strategi

penyelesaiannya.
3)

melaksanakan rencanakan penyelesaian ditunjukkan
dari jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan
berikut:
a. Apakah sudah melaksanakan rencana yang sudah dipilih ?
b. Apakah langkah yang kamu gunakan sudah benar ?
c. Dapatkah kamu menjelaskan bahwa langkah itu benar?

4)

Memeriksa kembali ditunjukkan dari jawaban-jawaban
siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:
a.

Apakah sudah kamu periksa semua hasil yang didapat ?

b.

Adakah cara lain untuk menyelesaikannya ?

27

c.

Dapatkah

hasil

atau

cara

yang

dilakukan

untuk

menyelesaikan masalah lain?

2. Hasil Belajar dan Aktifitas Belajar Siswa
a.

Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar siswa, belajar dan mengajar merupakan konsep
yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar
merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai
pengajar.
Dua konsep belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi
interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses
belajar mengajar saja bisa mendapatkan hasil belajar, tetapi hasil belajar
juga bisa didapatkan melalui kreativitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar.
Hasil

belajar

atau

achievement

Menurut Nana Syaodih

Sukamadinata (2005:102) adalah realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya,
baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berfikir, maupun keterampilan motorik.

28

Senada dengan pengertian tersebut, Nana Sudjana dalam
Kusnandar (2008:276) juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu
berupa tes yang tersusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan,
maupun tes perbuatan.
Pada kesempatan yang sama S. Nasution dalam Kusnandar
(2008:276-277) memperlengkap pengertian dari hasil belajar adalah
suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam
diri pribadi individu yang belajar.
Beberapa pengertian hasil belajar di atas juga didukung oleh
pendapat para ahli dari luar. Menurut Romizowki pada tahun 1982 dalam
Anita, dkk., (2009:2.19) menyebutkan
Di dalam skema kemampuan yang dapat menunjukan hasil
belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaittan dengan
kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan
berfikir logis; 2) keterampilan psikomotor yang berkaitan dengan
kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual; 3)
keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan,
perasaan, dan self control; 4) keterampilan interaktif berkaitan
dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.
Hasil

belajar

merupakan

hasil

akhir

dalam

suatu proses

pembelajaran yang telah berlangsung, di dalam proses pembelajaran
tentunya banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi terhadap hasil belajar
setiap siswa. Menurut pendapat Gagnedalam buku Wina Sanjaya

29

(2008:233-235) mengemukakan bahwa ada lima jenis atau tipe, hasil
belajar yakni:
1)

Belajar kemahiran intelektual (kognitif)
Ada tiga tipe yang termasuk kedalam belajar kemahiran
intelektual yaitu, belajar membedakan atau diskriminasi, belajar
konsep, dan belajar kaidah.
Belajar membedakan atau diskriminasi adalah kesanggupan
membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu,
misalnya dilihat dari bentuk, warna, ukuran, dan sebagainya.
Kemampuan

membedakan

dapat

dipengaruhi

oleh

tingkat

kematangan, pertumbuhan, dan pendidikannya. Belajar konsep
adalah kemampuan untuk menempatkan objek yang memiliki ciri
atau atribut dalam satu kelompok (klasifikasi) tertentu; sedangkan
belajar kaidah adalah belajar melalui simbol bahasa baik lisan
maupun tulisan.

30

2)

Belajar Informasi Verbal
Belajar Informasi Verbal adalah belajar menyerap atau
mendapatkan, menyimpan, dan mengkomunikasikan sebagai
informasi dari berbagai sumber misalnya, belajar membaca,
mengarang, bercerita, dan lain-lain.

3)

Belajar mengatur kegiatan intelektual
Belajar mengatur kegiatan intelektual adalah belajar untuk
memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah
yang telah dimilikinya.Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi
kognitif dalam pemecahan masalah.

4)

Belajar Sikap
Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk
menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian
terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya. Itulah
sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan, dan perasaan
seseorang terhadap objek, sehingga sikap dapat dipandang sebagai
kecenderungan seseorang untuk berperilaku (predisposisi). Hasil
belajar sikap tampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian,
perubahan perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat
diubah melalui proses belajar.

31

5)

Belajar Keterampilan Motorik
Belajar

kemampuan

motorik

berhubungan

dengan

kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan
gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan
gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lanacar. Akhir atau
hasil dari belajar keterampilan motorik adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan tertentu secara otomatis sesuai dengan
prosedur tertentu.
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu hasil dari serangkaian proses pembelajaran yang
didapat oleh setiap orang. Hasil belajar yang diperoleh setiap orang
berbeda-beda dikarenakan terdapat beberapa faktor yang berbeda yang
mempengaruhinya selama proses berlangsung.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Di dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar, menurut M.
Ngalim Purwanto (2007:106-107) berpendapat bahwa:
Turut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan
masukan lingkungan (environmental), dan sejumlah faktor yang
sengaja dirancang dan dimanupulasikan (instrumental input) guna
penunjang tercapainya keluaran yang dikendaki (output). Berbagai
faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan
keluaran tertentu.
Pada kesempatan lain, Slameto

(2010: 54-71) dan Tim

Pengembang MKDP (2011:140) mereka berpendapat bahwa Faktor-

32

faktor yang memepengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu, faktor intern (faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar) dan faktor ekstern (faktor yang
ada di luar individu).
Senada

dengan

hal

itu

Sri

Anitah,

dkk.,

(2009:2.7)

mengungkapakan bahwa faktor-faktor hasil belajar dibagi menjadi 2
bagian besar, yaitu faktor dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar
diri siswa (eksternal).
1)

Faktor dalam diri siswa (internal)
Faktor dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil
belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha,
motivasi, perhatian, kelemahan, dan kesehatan, serta kebiasaan
siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus
ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukan
merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar yang berkaitan dengan
seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu
materi yang dipelajari siswa. Minat inilah yang harus dimunculkan
lebih awal dalam diri siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa
dapat dikondisikan oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan
(ability) yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dalam kelompok
berdasarkan kecepatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan
lambat.

Demikian

pula

pengelompokan

kemampuan

siswa

33

berdasarkan

kemampuan

penerimaanya,

misalnya

proses

pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan
atau harus dibantu dengan alat/media.
2)

Faktor dari luar diri siswa (Eksternal )
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar
diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana
kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termasuk

dukungan

komite

sekolah),

guru,

pelaksanaan

pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor paling
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru
merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru
harus memiliki kompetensi dasar yang di syaratkan dalam profesi
guru.
Jadi suatu proses belajar mengajar didalam pelaksanaanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara garis besarnya dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Di dalam menentukan hasil
belajar seseorang diperlukan suatu penilaian hasil belajar.

34

c.

Penilaian Hasil Belajar
Suatu proses belajar mengajar akan memberikan suatu keluaran
yang berupa hasil belajar. Hasil belajar itu ada dikarenakan, terdapat
beberapa hal yang mejadi dasar-dasar dalam penilaian hasil belajar.
Penilaian hasil belajar menurut Glaser dalam buku S. Nasution
(2009:193 ) adalah:
Ada dua macam penilaian hasil belajar yakni penilaian yang
normreferenced (penilaian yang didasarkan atas penilaian murid
dibandingkan dengan hasil seluruh kelas) dan penilaian yang
criterion-referenced (penilaian hasil belajar anak berdasarkan
standar atau kriteria tertentu, yakni yang ditentukan oleh tujuan
pelajaran).
Berbeda dengan pengertian di atas, menurut pendapat Bloom
dalam Sardiman A. M (2011:23), Lukmanul Hakim (2009:206),
Kurikulum 2004 (2004:84-85), dan Adi Suryatno (2009:6.22-6.23),
mereka lebih menegaskan bahwa secara garis besar pelaksanaan
penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut:
1)

Aspek Kognitif
Alat penilaian aspek kognitif adalah tes berupa tes objektif, tes
uraian, dan tes bentuk soal terbuka. Tes objektif dapat berupa soal
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Tes uraian ialah tes
yang menuntut siswa merespon atau menguraikan langkah untuk
memperoleh jawaban soal. Soal terbuka adalah soal yang memiliki

35

lebih dari satu cara menjawab dan menuntut siswa menjawab
dengan disertai syarat-syarat khusus.
2)

Aspek Psikomotorik
Penilaian aspek psikomotorik dilakukan dengan kombinasi
alat tes dan pengamatan. Alat penilaian psikomotorik dapat berupa
tes tertulis, tes simulasi, dan tes contoh kerja (work sample).

3)

Aspek Afektif
Penilaian aspek afektif dilakukan dengan alat penilaian non
tes yaitu penilaian sikap dan penilaian diri, baik berbentuk
kuesioner, pengamatan, maupun laporan diri.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar itu baik atau
tidaknya, maka penilaian hasil belajar merupakan suatu yang sangat
penting, agar tujuan dan fungsi dalam suatu penilaian hasil belajar
dapat tercapai.

d. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar.
Tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar seperti yang dijelaskan
oleh beberapa ahli dari Dimyati dan Mujiono (2006:200), S. Nasution
(2009:193) menegaskan bahwa sesuatu hal yang sangat penting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran yang telah
berlangsung, yang bisa dijadikan suatu acuan dalam tindakan
pembelajaran selanjutnya.

36

Berbeda dengan pendapat para ahli di atas, Oemar Hamalik
(2008:160) dan Zainal Arifin (2011:15) menjelaskan tujuan-tujuan dari
penilaian hasil belajar secara garis besarnya tujuan pembelajaran tidak
hanya untuk memeberikan gambaran tentang pencapaian suatu
pembelajaran saja untuk melanjutkan suatu tindakan, tetapi juga mampu
memberikan informasi mengenai bakat dan minat yang dimiliki
seseorang.
Untuk menyelaraskan beberapa pendapat mengenai tujuan dan
fungsi dari penilaian hasil belajar, maka Kementrian Pendidikan
Nasional (2011:5) sebagai lembaga resmi dalam suatu pemerintahan,
menetapkan tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah sebgai
berikut:
1) Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Tujuan hasil belajar meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum diantaranya menilai pencapaian kompetensi peserta
didik, memeperbaiki proses pembelajaran, serta sebagai bahan
penyusunan laporan kemajuan belajar siswa. Sedangkan tujuan
khusus diantaranya mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa,
mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan
proses belajar mengajar, penentuan kenaikan kelas, serta memotivasi

37

belajar siswa dengan cara mengenal, memahami diri, dan
merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
2) Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut yaitu bahan
pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam
perbaikan proses belajar, meningkatkan motivasi belajar siswa,
evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Dari beberapa kajian teoretik di atas dapat disintesiskan bahwa
hasil belajar adalah gambaran kemampuan atau perilaku siswa yang
diperoleh dari hasil pengalaman belajarnya, yang pada prosesnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar itu baik atau tidaknya
maka diperlukan suatu penilaian hasil belajar agar tecapainya suatu
tujuan pembelajaran.
e. Aktifitas Belajar Siswa
Dijelaskan terlebih dahulu tentang aktivitas dan Belajar menurut
Anton M. Mulyono (2001 : 26). Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan.
Jadi segala sesuatu yang dilakukan terjadi baik fisik maupun non fisik,
merupakan suatu aktivitas. Sedangkan belajar menurut Oemar Hamalik
(2001 : 28) adalah suatu proses perubahan tingkah laku adalah
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,

38

hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap. Jadi jika seseorang telah
belajar akan terlihat perubahan pada salah satu atau beberapa aspek
tingkah laku. Jadi peneliti berkesimpulan aktivitas belajar adalah segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam
rangka mencapai tujuan belajar.
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan ciri dari tercapainya
keberhasilan belajar. Dengan demikian yang menjadi tugas pendidik
adalah bagaimana menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
menjadi aktif dalam belajarnya. Keaktifan siswa dituntut tidak hanya
terjadi pada proses belajar saat di kelas saja, akan tetapi juga harus
tercipta di dalam lingkungan belajar di luar kelas. Ini karena waktu siswa
di luar kelas lebih banyak ketimbang waktunya saat berada di dalam kelas.
Dalam

kaitannya

dengan

macam-macam

Sardiman (2005:99-100) membaginya menjadi:
1) Visual activities
2) Oral activities
3) Listening activities
4) Writing activities
5) Drawing activities
6) Motor activities
7) Emotional activities

aktifitas

belajar,

39

Sedangkan Abu Ahmadi (2004:132-137) membagi aktivitas
belajar menjadi:
1) Mendengarkan
2) Memandang
3) Meraba, membau, mencicipi
4) Menulis dan mencatat
5) Membaca
6) Membuat ringkasan dan menggarisbawahi
7) Mengamati tabel, diagram dan bagan
8) Menyusun paper atau kertas kerja
9) Mengingat
10) Berfikir
11) Latihan atau praktik
Sedangkan Nana Sudjana (2004:54) meninjau aktivitas dari dua
segi, yaitu segi bentuk kegiatan belajar dan sesuatu yang dipelajarinya.
Dari suduh kegiatan belajar dapat digolongkan menjadi belajar secara
klasikal, kelompok dan mandiri. Sedangkan dari segi materi pelajarannya
dapat digolongkan menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar
prinsip dan belajar ketrampilan.
Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar siswa dapat ditinjau dari tiga sudut pandang; bentuk aktivitasnya,

40

tempat serta materi yang dipelajarinya. Berikut ini akan diuraikan belajar
yang menyangkut tempat sekaligus bentuk dan sesuatu yang dipelajarinya.
1.

Aktivitas mengikuti pelajaran
Kewajiban yang pertama dari para siswa yang adalah
mengikuti pelajaran. Belajar yang diikuti secara tertib dan penuh
perhatian serta dicatat dengan baik akan memberikan pengetahuan
yang banyak kepada setiap siswa (The Liang Gie,1995:8). Dengan
demikian,

kehadiran

siswa

merupakan

prasyarat

di

dalam

meningkatkan prestasi belajar, karena dengan mengikuti pelajaran
siswa akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan.
2.

Aktivitas mendengarkan pelajaran
Aktivitas mendengarkan tergolong dalam kelompok “listening
activities”, seperti halnya dalam suatu diskusi dan ketika guru
mempergunakan metode ceramah. Mendengarkan merupakan salah
satu jenis kegiatan yang banyak dipergunakan dalam proses belajar
mengajar (The Liang Gie,1995:8) .
Aktivitas mendengarkan, termasuk aktivitas belajar yang
berkaitan erat (1988:104) dengan masalah perhatian, sebagaimana
yang dikemukakan oleh E.P. Hutabarat bahwa mendengarkan itu
bukanlah suatu kegiatan yang pasif, dimana hanya telinga saja yang
bekerja, melainkan suatu kegiatan dimana perhatian dan pikiran juga
terlibat dengan aktif. Sedangkan untuk dapat mendengarkan dengan

41

baik maka perlu adanya persiapan fisik (kebugaran tubuh), emosi
(kemauan yang kuat) dan intelektual (kesiapan bahan pelajaran).
3.

Aktivitas mencatat pelajaran
Kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan mencatat. Karena mencatat merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam belajar. Untuk membuat catatan yang baik, catatan
tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu sebagaimana yang
dikemukakan Slameto (2005:85) bahwa “dalam membuat catatan
sebaiknya tidak semua yang dikatakan guru itu ditulis, tetapi diambil
inti sarinya saja. Tulisan harus jelas dan teratur agar mudah dibaca
atau dipelajari. Perlu ditulis juga tanggal dan hari mencatatnya,
pelajaran apa, gurunya siapa, bab atau pokok yang dibicarakan dan
buku pegangan wajib atau pelengkap.”
Sedangkan The Liang Gie (1988:108) mengatakan bahwa:
tehnik membuat catatan yang baik ialah menuliskan kalimat topik
yang utuh dengan tulisan tangan yang sejelas mungkin. Definisi suatu
pengertian harus dicatat selengkapnya. Demikian pula istilah tehnis,
rumus teoritis dan gambar bagan yang ditulis dosen pada papan tulis
harus disalin seutuhnya. Contoh-contoh dapat dipersingkat dan dicatat
seperlunya saja.
Berpijak pada pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa
aktivitas mencatat merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

42

proses belajar mengajar. Karena dengan mencatat kita memperoleh
keuntungan:
1) Mampu mempertahankan daya mental kita tetap jaga dan siap
siaga waktu mengikuti kuliah
2) Mampu tetap berfikir pada waktu mengikuti kuliah dan mudah
mempelajari sesudahnya.
3) Memiliki rekaman tertulis guna membantu kita untuk melihat
kembali dan mempelajari, menambah serta memperdalam bahan
kuliah yang sudah diberikan.
4) Dibantu untuk mengatasi keterbatasan daya ingat kita.
5) Memiliki bahan lengkap tercatat teratur yang kita perlukan untuk
belajar dalam persiapan ujian.
4.

Aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan
Antara bertanya dan menjawab pertanyaan merupakan dua
istilah yang memiliki pengertian berbeda, akan tetapi berkaitan
langsung. Karena tidak akan ada jawaban kalau tidak ada pertanyaan
dan pertanyaan tidak akan ada artinya kalau tidak dijawab.
Aktivitas bertanya dan menjawab akan sangat nampak dalam
proses belajar mengajar. Secara terperinci fungsi tersebut ,User Usman
(1998:74) adalah:
a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar

43

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah
yang sedang dihadapi atau dibicarakan
c. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab
berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya
d. Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan
membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
dibahas.
Dengan demikian kegaitan bertanya dan menjawab pertanyaan
merupakan media untuk menjadikan siswa aktif dalam aktivitas belajar
mengajar, serta dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kemamp