Makalah Budidaya Tanaman Tembakau. doc

BUDIDAYA, USAHA TANI, DAN PEMASARAN
TANAMAN TEMBAKAU
(Makalah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman)

Oleh
KELOMPOK 18
Ade Fitriyani
Elyus Setiawan
Magrita P.B. Sada

(1314131002)
(1314131036)
(1314131118)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotinae tabacum L) termasuk genus Nicotinae serta familia
Solanaceae. Pada mulanya tanaman tembakau hanya digunakan oleh masyarakat
India hanya dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Namun lambat laun
ketika budaya barat mulai mengenal tembakau, tanaman ini menjadi salah satu
komoditas penting dalam perdagangan dunia.
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis
tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal
ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Produk tembakau yang utama
diperdagangkan adalah daun tembakau. Tembakau merupakan produk bernilai
tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam
perekonomian nasional.
Tambakau di Indonesia ada beberapa jenis, yang masing-masing memiliki sifat
spesifik. Harga jual tembakau sangat tergantung pada kualitas tembakau dan
permintaan. Hal-hal yang mempengaruhi mutu tembakau, baik secara langsung
maupun tidak, atau disebut dengan faktor teknis dan non-teknis. Beberapa faktor
tersebut dapat saling berkaitan ataupun berdiri sendiri dalam menuentukan mutu

tembakau. sehingga pemahaman mengenai keterkaitan unsur-unsur tersebut perlu

dimiliki, terutama bagi pihak-pihak yang nantinya berkecimpung di bidang
pengelolaan hasil pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
(1) Mengetahui dan menjelaskan cara teknis budidaya tanaman tembakau
(2) Mengetahui usaha tani pada tanaman tembakau
(3) Mengetahui pemasaran tanaman tembakau

II. TEKNIS BUDIDAYA

2.1 Syarat Tumbuh
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun
iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman
tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap
mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah,
curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun sedangkan untuk tembakau dataran tinggi,
curah hujan ratarata 1.500 s.d. 3.500 mm/tahun.
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu, lokasi

untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam
disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
tembakau berkisar antara 21 s.d. 32,3 OC.
Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi
bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 s.d. 900 mdpl. Keasaman tanah yang
baik untuk tanaman ini adalah pH antara 5 s.d. 6. Tanaman tembakau akan

tumbuh subur pada tanah gembur, remah, mudah mengikat air, serta memiliki tata
air dan udara yang baik.
2.2 Persiapan Lahan
Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk menggemburkan tanah, menekan gulma,
hama, dan penyakit. Pengolahan lahan dimulai dengan cara pembabatan jerami di
sawah atau pemabatan tunggul-tunggul pohon tegalan. Pengolahan tanah dapat
menggunakan bajak atau cangkul saat tanah masih mengandung cukup banyak air.
Setelah dibajak, tanah langsung digulud dan siap ditanami.
Pengolahan tanah hendaknya dilaksanakan seawal mungkin, sesaat sesudah
tanaman sebelumnya dipanen, agar tanah mempunyai waktu cukup untuk
penguapan asam-asam tanah. Persiapan dan pengolahan tanah di kebun perlu
memperhatikan jadwal semai dan umur bibit pindah taman. Umur bibit pindah

taman adalah 35 s.d. 55 hari, sedangkan lama persiapan tanah yang baik untuk
siap taman adalah dua bulan (60 hari ). Jadi, persiapan dan pengolahan tanah
adalah 25 s.d. 55 hari sebelum semai, tergantung pada umur bibit yang akan
dipindah taman.
Sebelum tanah diolah dibiarkan kering selama 1 bulan (diberokan). Brujulan
dilakukan seawal mungkin, guna memperoleh derajat keasaman yang tepat, sebab
sawah yang ditanami padi mempunyai derajat keasaman (pH) 4 s.d. 5, sedangkan
untuk tanaman tembakau agar dapat hidup baik memerlukan pH sekitar 6.
Kenaikan pH dapat diperoleh dengan pengolahan tanah secara baik dan dianginanginkan selama mungkin.

Pengolahan tanah diolah yang pertama dibajak dengan traktor atau dengan bajak
yang ditarik hewan. Pembajakan tanah dilakukan sedalam 40 cm s.d. 60cm karena
perakaran tanaman tembakau cukup dalam. Dengan pembajakan itu, bagian tanah
yang berada di dalam dapat terbalik dan terangkat ke permukaan. Pembrujulan
yang baik dilakukan paling sedikit tiga kali dan dilakukan sedalam mungkin.
Semakin sering tanah diolah, semakin baikpengaruhnya terutama terhadap hasil
dan kualitas serta secara tidak langsung patogen dalam tanah ikut terbunuh oleh
terik matahari.
Pada brujulan pertama, tanah hasil bajakan dibiarkan selama satu minggu agar
bongkaran-bongkaran tanah dapat terangin-anginkan dan terkena panas sinar

matahari. Perlakuan ini merupakan tindakan desinfection pada tanah secara alami
karena terjadi proses pemasaman (oksidasi) zat - zat beracun (asam sulfida) yang
berasal dari dalam tabah. Dengan demikian, tanaman terhindar dari racun asam
sulfida. Selain itu, sumber-sumber penyakit, seperti jamur Phytopthora nicotiabae
yang dapat menyebabkan penyakit lanas pada tanaman tembakau dapat hilang.
Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan kembali seminggu kemudian. Pada
pengolahan tahap kedua ini, tanah digemburkan dengan cangkul sehingga
bongkahan-bongkahan tanah hancur dan diperoleh struktur tanah yang remah
(gembur). Kemudian, tanah diratakan dan dibiarkan lagi selama satu minggu agar
terangin-anginkan dan terkena sinar matahari.
Seminggu setelah pengolahan tanah yang kedua, tanah diolah lagi dengan
dicangkul atau dibajak lagi. Tujuannya adalah membalik tanah kembali sehingga
tanah berada di dalam permukaan lagi. Pada tahap tanah yang kedua ini dapat

dilakukan pemupukan dasar dan pengapuran apabila kondisi tanah terlalu asam.
Pemupukan dasar dilakukan dengan pupuk kandang yang telah terjadi. Pupuk
kandang yang belum jadi masih mengeluarkan energi panas sampai 75o C akibat
masih berlangsungnya penguraian dan pembusukan. Selain itu, pupuk kandang
yang belum jadi umumnya mengandung bibit-bibit penyakit. Dengan demikian
pupuk kandang yang belum jadi dapat membahayakan mematikan tanaman.

Pupuk kandang yang telah jadi memiliki struktur yang remah, tidak basah, dan
tidak terlalu kering. Pupuk kandang sangat baik sebagai pupuk dasar karena dapat
memperbaiki struktur tanah (daya ikat tanah menjadi baik), memperkaya bahan
organik tanah, dan dapat menahan air dalam tanah.
Dosis pupuk kandang adalah sebanyak 25 s.d. 30 ton/ha. Adapun untuk
pengapuran dapat dapat dilakukan dengan kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur
tembok. Selain itu dapat menggunakan kapur karbonat atau dolomit. Selanjutnya,
tanah dibiarkan lagi selama satu minggu agar terjadi reaksi antara tanah, pupuk
kandang, dan kapur
Seminggu sesudah itu, dilakukan pengolahan tanah secara ringan sekaligus
dibentuk bedeng-bedeng dan parit-parit. Bedeng berfungsi untuk tempat
penanaman bibit dan parit-parir berfungsi untuk saluran irigasi dan drainase.
Penanaman tembakau biasanya menggunakan baris tunggal, maka ukuran lebar
bedeng tidak perlu terlalu besar, cukup selebar 40 cm dan tinggi bedengan juga
sekitar 50 cm. Dengan demikian, tanaman tembakau terhindar dari genangan air
hujan.

Jarak antar bedengan adalah 90 cm s.d. 100cm dan jarak antar guludan merupakan
lebar parit. Jarak antar bedengan dapat pula dibuat 90 cm s.d. 100cm setiap dua
baris tanaman atau guludan dan jarak dua guludan tersebut sekitar 50 cm. Dengan

demikian, lebar parit pada dua guludan adalah 50 cm dan lebar parit setiap dua
guludan 90 cm s.d. 100cm. Sekeliling petak-petak guludan (bedeng) dibuat
saluran pembuangan air dengan lebar 60 cm dan dalam 60 cm. Arah bedengan
yang baik adalah membujur arah timur- barat karena sinar matahari dapat diterima
secara merata oleh seluruh tanaman. Setelah selesai pembuatan bedeng dan aritparit, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu agar terangin-angin dan terkena
sinar matahari. Satu minggu kemudian tanah bedengan digemburkan lagi dengan
dicangkul tipis-tipis. Pada tahap ini tanah telah siap ditanami.
Pengolahan tanah yang intensif dapat menciptakan media tanam yang baik
sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil dapat meningkat.
Pengolahan tanah yang intensif dapat meningkatkan peredaran udara (oksigen) di
dalam tanah, meningkatkan tata air, meningkatkan penguraian zat-zat hara,
meningkatkan aktivitas biologis tanah sehingga mempercepat proses penguraian
bahan organic tanah (humus) menjadi zat yang bermanfaat bagi tanaman. Di
samping itu, pengolahan tanah dapat menghilangkan zat- zat beracun di dalam
tanah, tanah menjadi bersih dari tanaman lain dan rumput-rumput yang
mengganggu pertumbuhan tanaman tembakau, kesuburan tanah terpelihara, dan
memudahkan pemeliharaan tanaman di kebun.

2.2.1 Pengolahan Tanah dengan Pembrujulan
Pembrujulan di tanah ringan dibuka tanpa dibasahi terlebih dahulu. Ditanah yang

berat, bila terpaksa dibasahi, agar pembrujulan dilaksanakan pada kondisi
tercapainya jangka olah, pembrujulan dilakukan sedalam lapis olah. Pengolahan
terbagi menjadi dua tahap yaitu pembrujulan (pembukaan tanah) dan penggaruan
(penghalusan), pojokan dicangkul. Setiap pasang sapi dapat menyelesaikan 1/8 Ha
per hari kerja. Jadi 1 Ha memerlukan 8 pasang sapi, sehingga setiap Ha sampai
pengolahan masak tergantung derajat berat tanah memerlukan 24 s.d. 32
pasang sapi
2.2.2 Pengolahan Tanah dan Penebalan Lapis Olah dengan
Penggarpuan
Mula-mula dilakukan pembrujulan/pembalikan setebal lapis olah, dipasang ajir
(trocok) sesuai jarak larikan 70 x 100cm (jarak tanaman 100 x 70 x 45 cm ) atau
jarak larikan 60 x 100 cm ( jarak tanaman 100 x 60 x 45 cm ). Tanah atas/tanah
olah dengan jarak 60 cm atau 70 cm dikesampingkan dibentuk gudulan sementara
dan pada waktunya ditanami sesuai jarak tersebut. Tanah di bawahnya digerjuk
sedalam satu cangkul, jika masih mungkin lebih dalam pakai garpu. Saat gulud 1,
setelah tanah gerjugan kering, tanah yang dikesampingkan dikembalikan lagi dan
dibentuk guludan sesungguhnya. Tanah bagian bawah pada jarak 100 cm digerjuk
dan setelah kering saat gulud ll dibumbunkan sehingga guludan tambah tinggi

2.2.3 Pembersihan Sisa Tanaman

Sebelum dilakukan pembrujulan, sisa tanaman harus dikumpulkan ketepi dan
dibakar. Dilarang membenamkan sisa-sisa tersebut karena dapat menjadi sarang
hama antara lain ulat tanah disamping menjadi sumber penyakit
2.2.4 Penentuan Jarak Tanam
Setelah bedeng-bedeng siap ditanami, jarak tanam ditentukan dengan memberikan
tanda dan setiap tanda dilubangi untuk tempat penanaman bibit. Jarak tanam yang
ditentukan untuk budi daya tembakau dapat beragam menurut jenis/tipe tembakau
yang ditaman dan tujuan dari penanaman. Jarak tanam sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, pembentukan kualitas daun, dan jumlah produksi
per satuan luas.
Tanaman tembakau yang ditanam dengan jarak tanam rapat (jumlah populasi
20.000 s.d. 30.000 tanaman / Ha) menghasilkan daun lebih kecil dari lapis.
Apabila tujuan penanaman menghendaki daun yang tipis dan halus, maka jarak
tanam harus rapat. Misalnya, jenis tembakau cerutu yang menghendaki daun tipis
dan halus, maka jarak tanamnya adalah 90 cm x 70 cm.
2.3 Benih dan Penanaman
Benih tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat secermat
mungkin. Lahan dicangkul 2 s.d. 3 kali agar tanah cukup gembur dan cukup
terkena sinar matahari dan angin. Kemudian dibuat bedengan setinggi 20 s.d. 30
cm dan membujur ke utara-selatan. Panjang bedengan 5 m dan lebar 1 m.


Bedengan diberi atap yang terbuat dari jerami, alang-alang, daun kelapa atau
plastik yang dapat dibuka dn ditutup. Benih ditabur sekitar 2g/10m2 bedengan.
Penaburan benih dapat secara kering dicampur dengan pasir atau abu dapur.
Kemudian bedengan ditutup dengan pasir tidak lebih dari 2 mm.
Penanaman dapat dilakukan di lahan tegal maupun sawah. Pada lahan tegal yang
tidak memiliki pengairan teknis atau tadah hujan, penanaman dilakukan pada
April dan Mei. Di lahan sawah yang merupakan lahan yang berpengairan teknis,
penanaman dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni, atau tergantung dengan
cuaca yang berkembang pada musim tanam yang bersangkutan. Secara umum
lahan harus terbuka, mendapatkan sinar matahari penuh, memiliki musim kemarau
yang tegas, minimal 4 bulan kering sepanjang tahun. Tanah mengandung khlor
(>80 ppm) yang umumnya dekat pantai atau mendapatkan pengairan dari air
tanah/sumur atau irigasi berkadar khlor > 25 ppm dihindari sebagai lahan
penanaman tembakau. Lahan yang baik untuk ditanami tembakau adalah bekas
tanaman padi. Lahan bekas tanaman cabe, terung, tembakau dan tanaman
Solanaceae lainnya harus dihindarkan
Empat puluh lima hari s.d. lima puluh hari (45 s.d. 50) setelah benih ditabur, bibit
ditanam pada tanah guludan di lahan yang telah dipilih dengan luasan yang sesuai
dan perlu diketahui sebelum penanaman bibit perlu diadakan pemangkasan, agar

tidak terjadi stagnasi.

2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman mutlak dilakukan dalam setiap praktik budidaya karena
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen.
2.4.1 Penyiraman
Pemberian air pada tanaman tembakau dilakukan secara individual. Penyiraman
dapat dilakukan sebanyak 39 kali selama pertumbuhan. Kebutuhan air untuk
tembakau sawah dengan tegalan berbeda, yaitu masing-masing memerlukan 0,5 l
dan 2 l air per tanaman tiap penyiraman. Intensitas penyiraman setara dengan 194
mm dan 52 mm air untuk masing-masing tembakau tegalan dan sawah.
2.4.2 Pendagiran, Pembubuan, dan Penyiangan
Tembakau gunung dan tegal ditanam lansung di atas guludan. Tanaman didangir
setelah umur tiga minggu. Sambil didangir dan dibumbun, dilakukan penyiangan
gulma. Tindakan tersebut diullang lagi saat tanaman berumur lima minggu dan
terakhir pada saat umur tujuh minggu.
2.4.3 Pemupukan
Pemupukan pada tanaman tembakau disesuaikan dengan kandungan unsur hara
yang ada pada tanah dan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk N dilakukan 2
kali, yaitu setengah dosis pada umur satu minggu dan setengah dosis lainnya
diberikan pada umur tiga minggu . Pemberian pupuk dengan cara memasukan
pupuk ke dalam lubang yang dibuat dengan tugal.

2.4.4 Pemangkasan
Saat mulai keluar bunga, tanaman perlu dilakukan pemangkasan. pemangkasan
dilakukan dengan memangkas 3 daun di bawah daun bendera sehingga akan
dihasilkan 11 s.d. 13 daun produksi. Pemangkasan dilakukan untuk mengalihkan
pertumbuhan bunga dan buah ke arah pertumbuhan daun-daun atas dapat tumbuh
tebal dan besar.
2.4.5 Penunasan
Tembakau yang sudah di pangkas akan tumbuh tunas lateral. Dengan adanya
tunas tersebut, energi pertumbuhan akar terkuras. Untuk mengefektifkan
pertumbuhan maka tunas lateral harus dibuang. Penunasan dilakukan setiap tiga
minggu sekali.
2.5 Pupuk dan Pemupukan
Pemupukan tembakau dilaksanakan sejak pembibitan sampai dengan di lapangan
(tanaman). Untuk menjamin efektivitas dan efisiensi pemupukan, serta mengingat
keadaan lingkungan, potensi lahan, dan sifat pupuk yang diberikan, maka hal
penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemupukan adalah jenis
pupuk.
2.5.1 Jenis Pupuk
Pupuk yang digunakan pada tahap pembibitan berbeda dengan pupuk dasar
(pupuk pendahuluan) atau pupuk pada lobang tanam. Untuk itu perlu diketahui
pupuk apa saja yang digunakan untuk bibit, pupuk pada lubang tanam, dan pupuk

pendahuluan. Adapun jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman tembakau
adalah pupuk yang digunakan pada saat pembibitan dan pupuk yang digunakan di
lapangan
(1) Jenis pupuk yang digunakan saat pembibitan adalah Guano dan pupuk
NURSYAFER.
a. Guano 9,8 x 38 x 14,3 (Guano bibit) yaitu pupuk majemuk yang
mengandung unsur hara N: 9,8 %: P2O5 : 38 % dan K2O: 14,3 %. Pupuk
ini berwarna putih, berbentuk kristal, sangat mudah larut dalam air.
b. Pupuk NURSYAFER, adalah pupuk majemuk yang diformulasikan khusus
oleh Ir. Erwin, MS sebagai pengganti pupuk Guano bibit di kemudian hari.
Pupuk ini berbentuk granulair dan berwarna kelabu, pada beberapa bagian
pupuk ada yang sedikit sukar larut dalam air, sehingga perlu pengadukan
yang kuat. Bila menggunakan gembor pada saat aplikasi di lapangan akan
dijumpai sisa bubuk yang tidak larut di dasar gembor. Bagian yang sukar
larut ini adalah unsur Calsium atau CaO. Bagian yang sukar larut ini juga
merupakan Amelorasi, yaitu bahan pembaik sifat tanah, sehingga dapat
digunakan sebagai pupuk pada tanaman.
(2) Jenis pupuk yang digunakan di lapangan (pupuk tanaman) adalah pupuk
pendahuluan atau pupuk dasar. Jenis pupuk tersebut adalah
Thomasslakkelmeel (TSM), Rock Phosphate, Zwavelzure Kali, dan
Zwavelzure Amoniak.
a. Thomasslakkenmeel (TSM): mengandung 17-19 % P2O5 larut

dalam asam citrat dan 48-50 % CaO. Pupuk ini merupakan terak baja dan
merupakan lmbah padat dari pabrik baja. Pupuk TSM berwarna hitam,
berbentuk butiran yang sangat halus dan sukar larut dalam air.
b. Rock Phosphate (RP) atau Batuan Fosfat Alam mengandung 27-30
% P2O5 larut dalam asam keras dan 40-42 % CaO. Dapat digunakan
sebagai pengganti pupk TSM, meskipun tidak sebaik pupuk TSm yang
kadar phosphat dan calsium lebih rendah dan sangat sesuai untuk lahan
tembakau.
c. Zwavelzure Kali (ZK) atau disebut juga pupuk Kalium Sulfat
(K2SO4) adalah pupuk yang mengandung 48 s.d. 50 % K2O dan
diusahakan tidak mengandung Chlor lebih dari 0,5 %. Pada tanah-tanah
tertentu, pupuk ini tidak digunakan. Pupuk ZK berbentuk butiran halus
berwarna krem, reaksinya bersifat netral, namun penggunaan secara
berkelanjutan akan menyebabkan pH tanah menjadi asam.
d. Zwavelzure Amoniak (ZA) nama lainnya adalah Ammonium
Sulfat atau (NH4)2SO4 mengandung 21 % N dan 72 % SO4.
2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tembakau
Hama Tanaman tembakau
Budidaya tanaman tembakau tidak selalu berjalan lancar, terdapat hama dan
penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman tembakau bahkan
mempengaruhi hasil panennya.

2.6.1 Hama Tanaman Tembakau
Hama pada tanaman tembakau adalah ulat grayak, ulat tanah, ulat penggerek
pucuk, kutu-kutuan, serta hama lainnya.

a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ), tanaman yang terkena hama ini memiliki
gejala berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka
bekas gigitan. Pengendalian hama ini adalah dengan cara pangkas dan bakar
sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari.
b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ), tanaman yang terkena hama ini memiliki gejala
daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun
rebah. Pengendalian hama ini adalah dengan cara pangkas daun sarang
telur/ulat, penggenangan sesaat.
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) tanaman yang terkena hama ini memiliki
gejala daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis.
Pengendalian hama ini adalah dengan cara kumpulkan dan musnah telur / ulat,
sanitasi kebun.
d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) tanaman yang terkena hama ini memiliki gejala
bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun
berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian hama ini adalah dengan cara
sanitasi kebun.
e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit

yang disebabkan virus. Pengendalian hama ini adalah dengan cara predator
Koksinelid dan Natural BVR.
f. Hama lainnya seperti gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes
portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis
geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
2.6.2 Penyakit Tanaman Tembakau
Penyakit pada tanaman tembakau antara lain adalah hangus batang, lanas, patik
daun, bercak coklat, busuk daun, penyakit virus.
a. Hangus batang ( damping off ) yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala batang tanaman yang
terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut tanaman yang terserang
dan bakar.
b. Lanas yang disebabkan oleh Phytophora parasitica var. nicotinae.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala timbul bercak-bercak pada
daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas
dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian penyakit ini adalah dengan
cara cabut tanaman yang terserang dan bakar
c. Patik daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae. Tanaman
yang terkena penyakit ini memiliki gejala di atas daun terdapat bercak bulat
putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah

robek. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara desinfeksi bibit,
renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan
bakar tanaman terserang.
d. Bercak coklat yang disebabkan oleh jamur Alternaria longipes. Tanaman yang
terkena penyakit ini memiliki gejala timbul bercak-bercak coklat, selain
tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur
juga menyerang batang dan biji. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara
mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun yang disebabkan oleh bakteri Sclerotium rolfsii. Tanaman
yang terkena penyakit ini memiliki gejala mirip dengan lanas namun daun
membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut dan bakar tanaman
terserang, dan semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus yang disebabkan oleh virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic,
(TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun (Cucumber
Mozaic Virus). Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala
pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian penyakit ini adalah
dengan cara menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi dicabut dan
dibakar
2.7 Panen dan Pasca Panen
Setelah budidadaya, hal penting yang perlu dilakukan adalah pemanenan serta
pengolahan pasca panen.

2.7.1 Pemanenan
Pemanenan adalah suatu tahapan budidaya tembakau yang sangat penting
diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemananenan adalah kematangan daun, keseragaman daun
dalam proses penanaman, serta penanganan daun hasil panenan.
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan
daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2
sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun
tanaman habis
Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 s.d. 100 hari. Pemetikan dilakukan 1
s.d. 3 helai daun dengan selang waktu 2 s.d. 6 hari. Waktu pemetikan tembakau
Na Oogst dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan untuk tembakau
Voor Oogst dilakukan pada sore hari (setelah fotosintesis). Komposisi daun
tembakau terdiri dari: daun pasir (3 s.d. 4 lembar), daun kaki (4 s.d. 6 lembar),
daun tengah (6 s.d. 8 lembar) dan daun pucuk (2 s.d. 4 lembar). Setelah dipetik,
daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih
berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya
adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing
jenis tembakau
Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau
kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna tangkai
daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan
kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang

ketuaan
2.7.2 Pascapanen
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum sampai
pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah sampai daun
kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau produk akhir merupakan
bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatankegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau setelah
di panen antara lain.
2.7.3 Pengumpulan
Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas. Kemasakan
daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat
atau tertekan secara mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar
matahari.
2.7.4 Penyortiran dan penggolongan
Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan
berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran) dengan warna daun hitam, Slick
(licin/mulus) dengan warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) dengan
warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit
kasar) dengan warna daun antara kuning-oranye.

2.7.5 Curing
Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau
basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang
berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Petani tidak
menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah
dipanen. Tujuan Curing: Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80
s.d. 90 % menjadi 10 s.d. 15 %. Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi
warna oranye dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses. Pada
saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven.
Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha,
sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 Ha. Juga cuaca waktu proses, kalau
musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering. Beberapa tahapan
curing, yaitu penguningan, pengikatan warna, pengeringan lembar daun, dan
pengeringan gagang.
(a) Penguningan
Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna
kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorofil ke zat kuning daun dan terjadi
penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s.d.
42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang
diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55 s.d. 58 jam.
Pada saat ini awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi
apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka
1/4, proses ini sangat menentukan terhadap hasil curling.

(b) Pengikatan Warna
Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun
tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini
terjadi, maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama
hijau, sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan
kuning orange. Karena pada suhu 43 s.d. 52 °C ini terjadi pengikatan warna.
Sehingga apabila warna daun pada proses penguningan belum sempuna, maka
jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini
ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka
seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18
s.d. 19 jam.
(c) Pengeringan Lembar Daun
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara
menaikkan suhu 53 s.d. 62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air
yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar
oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering
apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput atau
keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30 s.d. 32 jam.
(d) Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63 s.d. 72 °C. Pada saat ini air yang bisa
dilepas di dalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi
mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara
tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang

daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini
menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5 s.d. 8 jam sebelum proses berakhir,
seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini
memerlukan waktu normalnya 30 s.d. 32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven
diatas 72o C, karena tembakau akan terbakar.
Panen dan pasca panen merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
budidaya tembakau, yang berguna untuk menjaga kualitas dan kuantitas tembakau
yang dihasilkan.

III. USAHA TANI DAN PEMASARAN

3.1 Usaha Tani
Analisa usaha tani tanaman tembakau Kasturi di Kabupaten Jember disajikan pada
Tabel 1.
Tabel .1 Analisis usaha tani tanaman tembakau Kasturi di Kabupaten Jember
No Jenis Kegiatan
1.

Biaya Tetap
Sewa Lahan

Rotasi
1

Volume

0,05

Satuan

Ha

Harga
Satuan (Rp)
2.000.000

Sub Total I
2.

Jumlah (Rp)

100.000
100.000

Biaya tidak
tetap
Bahan :
Bibit Tembakau
Kapur Dolomit
Pupuk Urea
Pupuk ZA
Pupuk Sp36
Pupuk ZK
Decis
Dursban
Dethane
Canon
Sujen

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1.650
5
24,4
28
16
4
0,292
0,384
0,085
0,192
15

Bibit
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Liter
Liter
Kg
Liter
Kg

200
1.000
1.800
1.450
2.000
8.000
150.000
130.000
90.000
80.000
1.500

330.000
5.000
43.920
40.600
32.000
32.000
43.800
49.920
7.650
15.360
22.500

1

60

Meter

650

39.000

Tenaga Kerja
Juring
Tabel 1 (Lanjutan)

No Jenis Kegiatan
Pengolahan
Lahan I
Pengolahan
Lahan II
Pengolahan
Lahan III
Pengolahan
Lahan IV
Manisi / Tepar
Penanaman
Penyiraman
Gulud I
Gulud II
Gulud III
Pemupukan
Pengairan /
Torap
Cari Telur Cari
Ulat
Pengendalian
Hama &
Penyakit
Topping
Wiwil
Panen
Gulung / Angkut
Penyujenan
Penjemuran
Rempos
Ngebal
Angkut Pabrik

Rotasi

Harga
Satuan (Rp)

Volume

Satuan

Jumlah (Rp)

1

0,05

Ha

700.000

35.000

1

0,05

Ha

700.000

35.000

1

0,05

Ha

700.000

35.000

1
1
2
1
1
1
1
4

0,05
1
2
1
1
1
1
1

Ha
HKP
HKW
HKW
HKP
HKP
HKP
HKW

700.000
15.000
15.000
15.000
20.000
20.000
20.000
15.000

35.000
15.000
60.000
15.000
20.000
20.000
20.000
60.000

1

0,05

Ha

1.000.000

50.000

1

1

HKW

15.000

60.000

3
1
3
4
4
4
10
4
1
1

1
1
1
2
1
1
1
1
1
1

KHP
HKW
HKW
HKW
HKP
HKW
HKW
HKW
HKP
Kali

20.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
20.000
30.000

60.000
15.000
45.000
120.000
60.000
60.000
150.000
60.000
20.000
30.000

Sub total II

1.741.750

Total Biaya
Produksi

1.841.750

Total biaya produksi

= Fixed cost +Variable cost
= Rp.100.000 + Rp. 1.741.750
= Rp. 1.841.750

Populasi tanaman

= 800 tanaman

Rata-rata berat krosok per tanaman

= 0,127 kg

Total berat krosok

= 101,73 kg

Tabel 2 Hasil penjualan tembakau Kasturi Varietas Jepon
Grade

Harga (Rp)

Berat (Kg)

Jumlah (Rp)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah

31.000
28.000
27.000
24.000
22.000
19.500
18.000
14.000
12.000
10.000
8.500
5.500
4.000

23,17
8,25
9,68
4,76
5,39
10,47
8,61
2,66
1,77
5,47
2,90
16,90
1,70
101,73 kg

718.270
231.000
261.360
114.240
118.580
204.165
154.980
37.240
21.240
54.700
24.650
92.950
6.800
2.040.175

Total penerimaan

= Rp 2.040.175

Harga rata- rata per kg

= Rp 20.054,80

Laba/ Rugi

= Rp 2.040.175 – Rp 1.841.750
= Rp 198.425 (Laba)

Tabel.3 Hasil analisis akhir usaha tani tembakau Kasturi ddi Kabupaten Jember
No
Komponen Analisis
1 Populasi tanaman
2 Berat krosok
3 Harga jual rata-rata/kg
4 Total biaya produksi
Tabel. 3 (Lanjutan)
No
5
6
7

Komponen Analisis
Total hasil penjualan
Laba
BEP rupiah

Hasil
800 tanaman
101,73 kg
Rp 20.054,80
Rp 1.841.750
Hasil
Rp 2.040.175
Rp 198.425
Rp 666.666,67

8
9
10
11

BEP unit
BEP harga
R/C ratio
B/C ratio

34,09 kg
Rp 18.104,30
1,11
0,11

3.2 Pemasaran
Pemasaran dari tanaman tembakau ini sendiri terbagi menjadi dua, yaitu penjualan
dalam bentuk daun dan penjualan dalam bentuk olahan seperti rokok dan cerutu.
Pada pemasaran dalam bentuk daun, penjual ada yang memilih menjadi
penimbun daun serta ada pula yang memilih menjadi perajang daun, sedangkan
pada agroindustri tembakau sebuah perusahaan akan menjual produk olahan
mereka kepada konsumen dalam bentuk rokok atau cerutu yang sudah ada di
dalam kemasan. Pemasaran rokok tidak hanya dilakukan di dalam negeri tetapi
juga dilakukan di luar negeri dengan cara ekspor.
Tingginya nilai tembakau membuat beberapa negara termasuk Indonesia dapat
berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa,
sumber penerimaan pemerintah melalui pajak/cukai, sumber pendapatan petani
dan lapangan kerja masyarakat. Seiring dengan kesadaran dan kepedulian
masyarakat akan kesehatandan lingkungan menyebabkan kehadiran tembakau dan
rokok ditentang banyak kalangan. Produksi tembakau yang mulai awal 2000-an
menurun lebih cepat dari pada tingkat konsumsinya menimbulkan
kesenjanganantara penawaran dan permintaan daun tembakau.

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah :
(1) Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun dataran tinggi
tergantung pada varietasnya, suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan
tanamn tembakau berkisar antara 21 sampai dengan 32,30 C., benih
tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat secermat
mungkin, penanaman dapat dilakukan di lahan tegal ataupun sawah,
pemupukan tembakau dilakukan sejak pembibitan sampai dengan di
lapangan, panen
dilakukan pada umur tanaman 90 sampai dengan 100 hari.
(2) Analisa usaha tani tembakau kasturi di Kabupaten Jember untuk luas lahan
0,05 Ha adalah populasi tanaman 800 tanaman, berat krosok seberat 101,73
kg, harga jual rata-rata per-kg sebesar Rp 20.054,80, total biaya produksi
sebesar Rp 1.841.750, total penghasilan penjualan sebesar Rp 2.040.175,
serta laba sebesar Rp 198.425.
(3) Pemasaran dari tanaman tembakau ini terbagi menjadi dua yaitu penjualan
dalam bentuk daun dan penjualan dalam bentuk olahan seperti rokok dan
cerutu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ahmad. 1982.Budidaya Tembakau.CV Yasaguna. Jakarta
Anugrahayu, Nevadea Tiara. 2013 . Jurnal : Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Tembakau Vorstenlanden Di Provinsi Jawa
Tengah. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Cahyono.Bambang.1998.Tembakau Budi Daya dan Analisi Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta
Firmansyah,H.2010. Teknik Budidaya Tanaman Tembakau. http://binaukm.com
/2010/05. Diakses pada tanggal 12 oktober 2014 pukul 13.00 WIB.
Joanna, Amanda Dwiluthfia. 2000. Jurnal : Peranan Sektor Tembakau dan
Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia. Universitas Gunadarma.
Jakarta.
Nasutio,H.2009. Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Tembakau.
Departemen Teknologi Peranian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra
Utara.
Prabowo, Abror.2010. Budidaya Tembakau. http://teknis-budidaya.blogspot.
com/2010 /01/budidaya-tembakau.html. Diakses pada tanggal 11 oktober
2014 pukul 10.44 WIB.
Safei, Imam.2010. Budidaya Tembakau. http://pematangtahalo.blogspot.com/2010
/01/budidaya-tembakau.html. Diakses pada tanggal 11 oktober 2014 pukul
10.31 WIB.