PERTANYAAN UNTUK INTERVIEW dan (1)

PERTANYAAN UNTUK INTERVIEW
PUSAT KAJIAN PERLINDUNGAN ANAK (PKPA) Kota Medan
1. Berapa jumlah kasus kejahatan seksual dengan modus media sosial yang pernah di tangani
oleh Pusat Studi Perlindungan Anak (PKPA) ?
2. Pada kasus tersebut apakah jenis kelamin korban?
3. Kemudian berapa usia yang menjadi korban kejahatan tersebut?
4. Dan bagaimana modus yang dilakukan pelaku? Sehingga anak dapat terbujuk rayu pelaku?
5. Kemudian, siapakah yang menjadi pelakunya?
6. Berapa usia pelaku kejahatan tersebut?
7. Dan setelah anak terbujuk rayu pelaku, dari kasus yang telah ditangani dimanakah pelaku
melakukan kejahatan tersebut ? apakah di rumah korban ataukah di tempat lain ?
8. Dari kasus yang ditangani oleh PKPA, apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya
kejahatan seksual khususnya terhadap anak?
9. Berapakah faktor yang menjadikan anak korban kejahatan seksual melalui media sosial ?
10. Kemudian, apakah faktor tersebut memang hanya berasal dari anak sebagai korban
kejahatan? Ataukah ada faktor yang berasal dari diri pelaku?
11. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban kejahatan seksual dengan modus
media sosial yang dilakukan oleh PKPA berdasarkan kasus yang telah ditangani?
12. Bagaimanakah hukuman yang diberikan kepada pelaku, dari kasus yang telah ditangani oleh
PKPA apakah hukuman tersebut dapat dikatakan layak (cukup memberikan efek jera) untuk
diperoleh oleh pelaku?

13. Kemudian, berkaitan dengan media sosial sebagai modus kejahatan seksual terhdap anak,
aturan hukum manakah yang paling layak untuk diberikan kepada pelaku?
14. Kemudian, apakah dapat terlihat secara fisik dan psikis anak sebagai korban kejahatan
seksual tersebut?

15. Kejahatan seksual yang telah dilakukan oleh pelaku tentunya sangat mempengaruhi terhadap
anak, yang mana hak anak atau lebih kepada hak asasi anak telah direnggut oleh pelaku yang
tidak memiiki jiwa kemanusian yang bermoral, berpendidikan dan dapat dikatakan seperti
binatang, tentunya hal demikian menjadikan negara harus memberikan hukum yang lebih
terhadap pelaku kejahatan. Jika dipandang dari dari segi manapun, baik pancasila, agama,
moral atauran negara tidak ada yang membenarkan perlakuan kejahatan seksual yang
dilakukan terhadap anak.