BUKU HUKUM PERBANKAN SYARIAH Baru
MATERI I
Perkembangan tata hukum perbankan syariah di
Indonesia.
OLEH :
Nama
Daniel Alfarruqi
Zulfahmi
NIM
1111044100065
1111044100090
Peradilan Agama 2011 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Perbankan merupakan lembaga keuangan
terpenting bagi pembangunan suatu negara. Hal
ini
disebabkan
pengumpul
karena
dana
fungsinya
sangat
sebagai
berperan
demi
menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Di Indonesia pada awalnya lembaga perbankan
yang
berjalan
adalah
lembaga
perbankan
konvensional.
Namun yang menjadi permasalahan bagi
kebanyakan
lembaga
orang
keuangan
terhadap
kegiatan
perbankan
tersebut
usaha
jika
dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum
Islam ternyata pada konsep usaha dan teknik
operasionalnya terdapat unsur riba dan gharar
didalamnya.
Konsep usaha yang menggunakan sistem
bunga tentu mengandung pertentangan dengan
prinsip hukum Islam. Berdasarkan hal tersebut
Peradilan Agama 2011 | 2
muncul keinginan umat Islam untuk membentuk
sebuah lembaga perbankan yang sesuai dengan
hukum
Islam.
Untuk
Perbankan Syariah di
mengetahui
sejarah
Indonesia maka dalam
makalah ini akan dibahas tentang perkembangan
tata hukum perbankan syariah di Indonesia.
Semoga bermanfaat.
BAB II
PERKEMBANGAN TATA HUKUM
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
A. Gagasan Mendirikan Bank Syariah
Keinginan umat Islam Indonesia akan adanya
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syari’at Islam sudah sejak lama digagas
oleh
para
Indonesia.
tokoh
K.H.
dan
Mas
cendikiawan
Mansur,
muslim
KetuaPengurus
Besar Muhammadiyah periode 1937-1944 telah
menguraikan pendapatnya tentang penggunaan
jasa Bank Konvensional sebagai hal yang terpaksa
dilakukan karena umat Islam belum mempunyai
Peradilan Agama 2011 | 3
bank sendiri yang bebas riba. Kemudian disusul
dengan ide untuk mendirikan bank syariah di
Indonesia
yang
sebenarnya
telah
muncul
semenjak pertengahan tahun 1970-an. Wacana ini
dibicarakan pada seminar nasional Hubungan
Indonesia dengan Timur Tengah pada tahun 1974
dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional
yang dilaksanakan oleh Lembaga Studi Ilmu-ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka
Tunggal Ika.1
Untuk merealisasikan ide-ide tersebut ternyata
para tokoh dan cendikiawan muslim Indonesia
banyak mengalami hambatan, namun hambatan
yang ada tidak menyurutkan niat mereka untuk
terus berjuang mendirikan lembaga keuangan
yang terbebas dari riba. Hal ini terbukti dengan
berdirinya lembaga keuangan Baitut Tamwil yang
berstatus Badan Hukum Koperasi pada tahun
1980. Pertama kali didirikan di Bandung yaitu
Koperasi Baitut Tamwil Jasa Keahlian Teknosa
pada tanggal 30 Desember 1980. Kemudian Baitut
1 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),
hlm. 58.
Peradilan Agama 2011 | 4
Tamwil kedua yang didirikan di Jakarta
dengan
nama Koperasi Simpan Pinjam Ridho Gusti yang
didirikan tanggal 25 September 1988.2
B. Hambatan Mendirikan Bank Syariah di
Indonesia
Meskipun gagasan mendirikan bank syariah di
Indonesia sudah sekian lama disuarakan dan
diperjuangkan umat Islam, namun hingga akhir
tahun
1980-an
ternyata
masih
belum
dapat
diwujudkan karena terdapat beberapa hal yang
menghambat
terealisasinya
antara lain yaitu:
1) Operasi bank
syariah
gagasan
yang
tersebut,
menerapkan
prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena
itu
tidak
sejalan
dengan
UU
Pokok
Perbankan yang berlaku, yakni UU No. 14
Tahun 1967.
2) Konsep bank
syariah
dari
segi
politis
berkonotasi ideologis, merupakan bagian
dari atau berkaitan dengan konsep negara
Islam, dan karena itu tidak dikehendaki
pemerintah.
2 Ibid., h. 58-59.
Peradilan Agama 2011 | 5
3) Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia
menaruh modal dalam ventura semacam itu,
sementara pendirian bank baru dari negaranegara Timur Tengah masih dicegah, antara
lain oleh kebijakan pembatasan bank asing
yang
ingin
membuka
kantor cabang di
Indonesia.3
C. Munculnya
Peluang
Mendirikan
Bank
Syariah
Upaya masyarakat Islam untuk mendirikan
bank syariah baru mulai menemukan titik terang
pada saat pemerintah menerbitkan serangkaian
paket
deregulasi
bidang
ekonomi,
khususnya
sektor perbankan pada awal tahun 1980-an.
Paket deregulasi pertama dalam bidang
perbankan yang diterbitkan pemerintah adalah
paket deregulasi 1 Juni 1983. Di antara isi paket
deregulasi ini adalah memberikan kebebasan
kepada setiap bank untuk menentukan sendiri
suku bunga simpan dan pinjam. Dari sinilah mulai
muncul peluang mendirikan bank syariah, karena
3 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di
pengadilan Agama dan Mahkamah Syari’ah, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 23-24.
Peradilan Agama 2011 | 6
dengan dibebaskannya penentuan besar bunga
kepada
dipahami
masing-masing
bahwa
menetapkan
persen),
dan
bunga
hal
bank,
suatu
bank
hingga
ini
maka
dapat
sebesar
berarti
dapat
0%
saja
(nol
memungkinkan
beroperasinya bank tanpa bunga dengan dasar
bagi hasil keuntungan.4
Setelah deregulasi
pertama,
lima
tahun
kemudian pemerintah kembali menerbitkan paket
deregulasi 27 Oktober 1988 atau yang dikenal
dengan Pakto 1988. Pada intinya paket deregulasi
ini berisi tentang liberalisasi di bidang industri
perbankan yang memberikan kebebasan kepada
masyarakat untuk mendirikan bank-bank baru
selain dari yang sudah ada.
Dengan diterbitkannya kedua paket deregulasi
tersebut, peluang untuk mendirikan bank syariah
di
Indonesia
menjadi
lebih
terbuka.
Namun
kendala yang dihadapi adalah belum adanya
peraturan yang membolehkan pendirian bank
yang berprinsip syariah, dan juga belum adanya
pedoman yang jelas mengenai sistem bagi hasi.
4 Ibid., h. 30.
Peradilan Agama 2011 | 7
Sehingga upaya mendirikan bank syariah ketika
itu belum juga dapat diwujudkan.5
D. Berdirinya
BPR
Syariah
dan
Bank
Muamalat Indonesia
Setelah dikeluarkannya Pakto 1988, dimulailah
pendirian bank-bank perkreditan rakyat dengan
basis
sistem
Islam
di
beberapa
daerah
di
Indonesia. Yang pertama kali mendapatkan izin
usaha adalah Bank Perkreditan Rakyat Islam
(BPRS) Berkah Amal Sejahtera dan BPRS Dana
Mardhatillah pada tanggal 19 Agustus 1991, serta
BPRS Amanah Rabaniah pada tanggal 24 Oktober
1991 yang ketiganya beroperasi di Bandung, dan
BPRS Hareukat Pada tanggal 10 November 1991
di Aceh.6
Keberadaan BPRS tersebut mendorong untuk
didirikannya bank umum yang bebas dari bunga.
Hanya kurang dari dua tahun semenjak paket
kebijakan Oktober 1988 tersebut dikeluarkan.
Pada
tanggal
Lokakarya
19-22
Ulama
Agustus
tentang
1990
Bunga
diadakan
Bank
dan
5 Ibid., h. 31.
6 Gemala Dewi, Op. cit., hlm. 59.
Peradilan Agama 2011 | 8
Perbankan di Cisarua, Bogor. Dari hasil lokakarya
tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang berlangsung di Jakarta pada tanggal
22-25
Agustus
1990,
yang
kemudian
merekomendasikan untuk dibentuknya sebuah
lembaga keuangan syariah dengan membentuk
sebuah kelompok kerja.7
Pada akhirnya, permintaan yang ada dari
sebagian kalangan masyarakat tersebut dijawab
oleh pemerintah dengan sebuah respon positif
pada tahun 1991, yaitu dengan didirikannya PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI) melalui akta
pendirian yang ditandatangani pada 1 November
1991 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei
1992.8
E. Lahirnya UU Perbankan sebagai Babak
Baru Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia
7 Nurul Huda dan Mohammad Heykal , Lembaga Keuangan
Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010),
h.33.
8 Ibid., h. 33.
Peradilan Agama 2011 | 9
Berikut akan di urutkan beberapa UU yang
menjadi landasan hukum beroperasinya bank
syariah di Indonesia:
1992 Lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang mengakomodasi perbankan
dengan prinsip bagi hasil baik bank umum
maupun BPRS.
1998 Keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang
mengakui keberadaan bank syariah dan
bank konvensional serta memperkenankan
bank konvensional membuka kantor cabang
syariah.
1999 Keluar UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia yang mengakomodasi kebijakan
moneter berdasarkan prinsip syariah dimana
BI bertanggungjawab terhadap pengaturan
dan pengawasan bank komersial termasuk
bank
syariah.
BI
dapat
menetapkan
kebijakan moneter dengan menggunakan
prinsip syariah. Pada tahun ini dibuka kantor
cabang bank syariah untuk pertama kali.
Peradilan Agama 2011 | 10
2004 Keluar UU No. 3 Tahun 2004 tentang
perubahan UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia yang makin mempertegas
penetapan kebijakan moneter dengan yang
dilakukan ole BI dapat dilakukan denga
prinsip syariah.9
2008 Pada 16 Juli 2008 diundangkannya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Yang dilatar belakangi
oleh niatan untuk meningkatkan ketaatan
bank
syariah
terhadap
prinsip-prinsip
syariah sebagaimana tertuang dalam alQuran dan Hadis. Niatan ini sejalan dengan
Visi
Pengembangan
Nasional
yaitu
Perbankan
Syariah
terwujudnya
sistem
perbankan syariah yang sehat, kuat, dan
istiqamah terhadap prinsip syariah dalam
kerangka
keadilan,
kemaslahatan
dan
keseimbangan, guna mencapai masyarakat
9 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: Kencana, 2009), h 64.
Peradilan Agama 2011 | 11
yang
sejahtera
secara
material
dan
spiritual.10
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pemaparan di atas dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
secara
historis
keinginan umat Islam untuk mewujudkan bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip Islam telah
muncul sejak lama yaitu sekitar tahun 1930-an,
yaitu ketika K.H Mas Mansur mengemukakan
pendapatnya mengenai hukum bunga bank pada
perbankan konvensional. Karena terdapat banyak
rintangan barulah pada tahun 1980-an upaya
untuk mendirikan bank syariah mulai menemukan
10Abdul Ghofur Anshori, Jurnal Ekonomi Islam, Perbankan
Syariah di Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan
Nasional, 2008, h. 169.
Peradilan Agama 2011 | 12
titik terang, yaitu ketika pemerintah menerbitkan
paket deregulasi 1 Juni 1983 tentang kewenangan
bank untuk menetapkan bunga 0% (nol persen)
dan deregulasi 27 Oktober 1988 atau yang
disebut
dengan
PAKTO
Pemerintah
bulan
liberalisasi
perbankan
(Paket
Oktober
Kebijaksanaan
)
berisi
yang
tentang
memungkinkan
pendirian bank-bank baru selain yang telah ada.
Setelah dikeluarkannya PAKTO pada 1988
para ulama mengadakan lokakarya di Cisarua,
Bogor
tanggal
selanjutnya
19-22
dibahas
Agustus
lebih
1990,
yang
mendalam
pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta
pada
Berdasarkan
tanggal
1
tanggal
22-25
amanat
MUNAS
November
1991
Agustus
1990.
tersebut
pada
berdirilah
Bank
Muamalah Indonesia dan mulai beroperasi pada
tanggal 1 Mei 1992.
Peradilan Agama 2011 | 13
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009).
Peradilan Agama 2011 | 14
Cik
Basir,
Penyelesaian
Sengketa
Perbankan
Syariah di pengadilan Agama dan Mahkamah
Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2009).
Gemala
Dewi,
Perbankan
dan
Aspek-aspek
Hukum
Perasuransian
dalam
Syariah
di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),
Nurul Huda dan Mohammad Heykal , Lembaga
Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Kencana, 2010)
Abdul Ghofur Anshori, Jurnal Ekonomi Islam,
Perbankan Syariah di Indonesia dan Implikasinya
bagi Praktik Perbankan Nasional, 2008.
Peradilan Agama 2011 | 15
MATERI II
Asas-asas hukum perbankan syariah
OLEH :
Nama
Arisa Dykawresa
Luluk Muthoharo
NIM
1111044100070
1111044100097
BAB I
Peradilan Agama 2011 | 16
PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan usaha yang paling
dominan
dan
sangat
dibutuhkan
keberadaannya di dunia ekonomi adalah
kegiatan
usaha
lembaga
keuangan
perbankan, oleh karena fungsinya sebagai
pengumpul dana yang sangat berperan demi
menunjang
pertumbuhan
ekonomi
suatu
bangsa. Sebagai alat penghimpun dana,
lembaga
keuangan
ini
mampu
melacak
gerak pembangunan dengan menyalurkan
dananya
ke
berbagai
proyek
penting
diberbagai sector usaha yang dikelola oleh
pemerintah.
Demikian
pula
lembaga
keuangan ini dapat menyediakan dana bagi
pengusaha-pengusaha swasta atau kalangan
rakyat pengusaha lemah yang membutuhkan
dana bagi kelangsungan usahanya. Dan juga
berbagai fungsi lain yang berupa jasa bagi
kelancaran lalu lintas dan peredaran uang
baik nasional maupun internasional.
Peradilan Agama 2011 | 17
Yang
menjadi
permasalahan
bagi
kebanyakan orang terhadap kegiatan usaha
lembaga keuangan perbankan tersebut jika
dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan
hukum Islam bukanlah dari segi fungsi
lembaga tersebut melainkan dari konsep
usahanya serta teknik operasional usahanya
yang menyangkut jenis-jenis perjanjian yang
digunakan.
Kegiatan
diinspirasikan
kapitalitas
oleh
adalah
usaha
yang
sistem
ekonomi
dengan
menarik
keuntungan usahanya terutama dari bunga
kredit yang dimanfaatkannya melalui dana
simpanan
masyarakat
dengan
tambahan
berupa bunga.
Konsep usaha yang mudah dengan janji
keuntungan
menanggung
yang
berlipat
risiko
rugi
ganda
tanpa
ini,
tentu
mengandung pertentangan dengan prinsip
Hukum Islam yang menghargai usaha dan
mengharamkan riba. Hal ini menyebabkan
adanya
perdebatan
yang
berlarut-larut
Peradilan Agama 2011 | 18
dikalangan ahli Fiqih Islam di Indonesia.
Padahal sistem kredit dengan perangkat
bunga telah diharamkan.
Di dunia internasional,
para
ahli
ekonomi telah menyadari secara empiris
bahwa
sistem
kemudaratan.
pengambilan
bunga
Hal
mengandung
ini
dikarenakan
keuntungan
dengan
tanpa
memikul risiko berakibat si peminjam tidak
memperoleh
keuntungan
yang
seimbang
dengan tingkat bunga yang harus dibayar,
sehingga terjadi berbagai krisis ekonomi,
terutama terhadap negara-negara miskin di
negara berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas
Asas berasal dari bahasa Arab asasun
yang
berarti
dasar,
basis,
dan
fondasi.
Secara terminologi, asas adalah dasar atau
Peradilan Agama 2011 | 19
sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat.11 Istilah lain yang memiliki arti
sama dengan kata asas adalah prinsip, yaitu
dasar atau kebenaran yang menjadi pokok
dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya.12
Asas
atau
prinsip
hukum
yang
dimaksudkan
adalah
pikiran
dasar
yangbersifat umum atau merupakan latar
belakang
perasaan
yang
terdapat didalam dan
kongkrit
dibelakang
yang
setiap
sistem hukum. Prinsip hukum merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya
suatu
peraturan
hukum.
setiap
peraturan
hukum
dapat
dikembalikan
pada
Artinya
pada
bahwa
akhirnya
prinsip-prinsip
tersebut.13
Hukum Perikatan Islam adalah bagian
dari hukum Islam yang mengatur perilaku
manusia di dalam menjalankan hubungan
11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm,. 70.
12 Ibid., hlm. 896.
13 http://thoriy.blogspot.com/2010/03/teori-dan-asas-asas-hukumbisnis.html
Peradilan Agama 2011 | 20
ekonomi dan perdagangan. Bahasan tentang
perikatan sangat berkaitan dengan transaksi
yang berhubungan dengan kebendaan atau
harta kekayaan. Hukum Perikatan Islam
merupakan
seperangkatn
kaidah
hukum
yang bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah
dan
Ar-Ra`yu
(Ijtihad)
yang
mengatur
tentang hubungan antara dua orang atau
lebih mengani suatu benda yang dihalalkan
menjadi objek suatu transaksi.
Kaidah-kaidah
hukum
berhubungan
Hukum
langsung
Perikatan
yang
dengan
Islam
konsep
adalah
yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah,
sedangkan
sebagai
dilakukan
kaidah-kaidah
pemahaman
oleh
dari
manusia
fiqih
berfungsi
syariah
(para
yang
ulama
mazhab) merupakan suatu bentuk dari ArRa`yu (Ijtihad).14
14 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 8-9.
Peradilan Agama 2011 | 21
B. Asas-Asas
dan
Prinsip-Prinsip
Dalam
Perbankan Syariah
Berikut adalah prinsip atau asas hukum
perjanjian dalam perbankan syariah:15
1. Asas Ilahiah
Setiap tingkah laku dan perbuatan
manusia tidak akan luput dari ketentuan
Allah
SWT.
Seperti
yang
disebutkan
dalam QS. Al-Hadid (57):4, bahwa “Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”
Kegiatan
muamalat,
termasuk
perbuatan perikatan, tidak akan pernah
lepas dari nilai-nilai ketauhidan. Dengan
demikian,
manusia
memiliki
tanggung
jawab akan hal ini. Tanggung jawab
kepada
masyarakat,
tanggung
jawab
kepada pihak kedua, tanggung jawab
kepada diri sendiri, dan tanggung jawab
kepada Allah SWT. Akibatnya, manusia
15 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2006), hlm., 30-38.
Peradilan Agama 2011 | 22
tidak akan berbuat sehendak hatinya,
karena
segala
perbuatannya
akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
2. Asas Kebebasan (Al-Hurriyah)
Islam memberikan kebebasan kepada
para
pihak
perikatan.
tersebut
Apabila
untuk
Bentuk
ditentukan
telah
melakukan
dan
isi
oleh
disepakati
suatu
perikatan
para
pihak.
bentuk
dan
isinya, maka perikatan itu mengikat para
pihak yang menyepakatinya dan harus
dilaksanakan
kewajibannya.
tidaklah
segala
Namun,
absolute
hak
dan
kebebasan
ini
sepanjang
tidak
bertentangan dengan syariah Islam, maka
perikatan tersebut boleh dilaksanakan.
Dasar hukumnya antara lain terdapat
dalam QS. Al-Maidah (5):1 “Hai orangorang yang beriman, penuhilah akad-akad
itu”.
Dan
apabila
QS.
Aku
kejadiannya,
Al-Hijr
telah
dan
(15):29
“Maka
menyempurnakan
telah
meniupkan
Peradilan Agama 2011 | 23
kedalamnya
tunduklah
roh(ciptaan)-Ku,
kamu
maka
kepadanya
dengan
bersujud”.
3. Asas Persamaan atau Kesetaraan (AlMusawah)
Suatu
merupakan
perbuatan
salah
satu
muamalah
jalan
untuk
memenuhi kebutuhan hhidup manusia.
Sering
kali
terjadi,
bahwa
seseorang
memiliki kelebihan dari yang lainnya.
Seperti yang tercantum dalam QS. AnNahl
(16):71,
bahwa
“Dan
Allah
melebihkan sebagian kamu dari sebagian
yang lain dalam hal rezeki”. Hal ini
menunjukkan,
manusia
bahwa
diantara
masing-masing
sesame
memiliki
kelebihan dan kekurangan. Untuk itu,
antara manusia satu dengan yang lain
hendaknya
saling
melengkapi
atas
kekurangan yang lain dari kelebihan yang
dimilikinya.
Oleh
karena
itu,
setiap
Peradilan Agama 2011 | 24
manusia memiliki kesempatan yang sama
untuk melakukan suatu perikatan.
Dalam melakukan perikatan ini, para
pihak menentukan hak dan kewajiban
masing-masing
didasarkan
pada
asas
persamaan atau kesetaraan ini. Tidak
boleh
ada
dilakukan
Dalam
QS.
suatu
dalam
kezaliman
perikatan
Al-Hujuraat
manusia,
yang
tersebut.
(49):13,
sesungguhnya
“Hai
Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu
berbangsa-bangsa
suku
supaya
kamu
dan
bersuku-
saling
kenal-
mengenal”.
4. Asas Keadilan (Al-`Adalah)
Dalam
QS.
Al-Hadid
disebutkan,
bahwa
“Sesungguhnya
Kami
Allah
telah
(57):25
berfirman
mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa buktibukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al-Kitab dan Neraca
Peradilan Agama 2011 | 25
(keadilan)
supaya
melaksanakan
manusia
keadilan”.
dapat
Adil
adalah
merupakan salah satu sifat Allah SWT
yang sering kali disebutkan dalam AlQuran. Bersikap adil sering kali Allah
SWT tekankan kepada manusia dalam
melakukan
perbuatan,
karena
adil
menjadikan manusia lebih dekat kepada
takwa.
Dalam
QS.
Al-A`raaf
(7):29,
disebutkan bahwa “Katakanlah: “Tuhanku
menyuruh supaya berlaku adil”.”.
5. Asas Kerelaan (Al-Ridha)
Dalam QS. An-Nisa (4):29, dinyatakan
bahwa segala transaksi yang dilakukan
harus atas dasar suka sama suka atau
kerelaan
tidak
antara
boleh
masing-masing
ada
tekanan,
pihak,
paksaan,
penipuan, dan mis-statement. Jika hal ini
tidak terpenuhi, maka transaksi tersebut
dilakukan dengan cara yang batil (al-akl
bil bathil). Berikut isi dari QS. An-Nisa
(4):29 “Hai orang-orang yang beriman,
Peradilan Agama 2011 | 26
janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu
dengan
jalan
yang
batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu”.
Ayat
dalam
diatas
menunjukkan,
melakukan
suatu
bahwa
perdagangan
hendaklah atas dasar suka sama suka
atau
bahwa
sukarela.
Tidaklah
dibenarkan
suatu
perbuatan
muamalat,
perdagangan misalnya, dilakukan dengan
pemaksaan ataupun penipuan. Jika hal ini
terjadi, dapat membatalkan perbuatan
tersebut. Unsur sukarela ini menunjukkan
keikhlasan dan iktikad baik dari para
pihak.
6. Asas Kejujuran dan Kebenaran (AshShidq)
Kejujuran merupakan hal yang harus
dilakukan oleh manusia dalam segala
bidang
kehidupan,
termasuk
dalam
pelaksanaan muamalat. Jika kejujuran ini
Peradilan Agama 2011 | 27
tidak diterapkan dalam perikatan, maka
akan
merusak
legalitas
periktan
itu
sendiri. Selain itu, jika terdapat ketidak
jujuran
dalam
perikatan,
akan
menimbulkan perselisihan diantara para
pihak.
Dalam
QS.
Al-Ahzab
(33):70,
disebutkan bahwa “Hai orang-orang yang
beriman, bartakwalah kamu kepada Allah,
dan katakanlah perkataan yang benar”.
Perbuatan muamalat dapat dikatakan
benar apabila memiliki manfaat bagi para
pihak yang melakukan perikatan dan juga
bagi
masyarakat
Sedangkan
dan
perbuatan
lingkungannya.
muamalat
yang
mendatangkan madharat adalah dilarang.
Dalam QS. Al-Isra (17):27, Allah SWT
berfirman
pemboros
“Sesungguhnya
itu
adalah
pemboros-
saudara-saudara
setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya’. Pemborosan adalah
suatu hal yang menyia-nyiakan harta yang
membuat harta tersebut menjadi tidak
bermanfaat. Akibatnya, pemborosan ini
Peradilan Agama 2011 | 28
dapat memberikan madharat kepada yang
melakukannya.
7. Asas Tertulis (Al-Kitabah)
Dalam QS. Al-Baqarah (2):282-283,
disebutkan
bahwa
Allah
menganjurkan
kepada
hendaknya
perikatan
suatu
SWT
manusia
dilakukan
secara tertulis, dihadiri oleh saksi-saksi,
dan diberikan tanggung jawab individu
yang
melakukan
perikatan,
dan
yang
menjadi saksi. Selain itu, dianjurkan pula
bahwa
apabila
suatu
perikatan
dilaksanakan tidak secara tunai, maka
dapat
dipegang
jaminannya.
suatu
Adanya
benda
sebagai
tulisan,
saksi,
dan/atau benda jaminan ini menjadi alat
bukti atas terjadinya perikatan tersebut.
Berdasarkan pada paparan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam islam ketika
subyek
hukum
hendak
dengan
subyek
hukum
membuat
lainnya,
perjanjian
selain
harus
didasari dengan adanya kata sepakat ternyata
Peradilan Agama 2011 | 29
juga juga dianjurkan untuk dituangkan dalam
bentuk tertulis dan diperlukan kehadiran saksisaksi. Hal ini sangat penting, khususnya bagi
akad-akad yang membutuhkan pengaturan yang
kompleks
Nomor
seperti
pengaturan
7/46/PBI/2005
bank
tentang
Indonesia
akad
penghimpunan dan penyaluran dana Bagi Bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsisp syariah.16
Pembuatan perjanjian secara tertulis, juga
akan sangat bermanfaat ketika kemudian hari
timbul sengketa sehingga terdapat alat bukti
tertulis mengenai sengketa terjadi.
16 Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indinesia, Gajah Mada
University Press: yogyakarta, 2007, hal: 60
Peradilan Agama 2011 | 30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
dasarnya,
para
pihak
memiliki
kebebasan untuk menetapkan syarat-syarat yang
ditetapkan dalam akad yang mereka lakukan,
sepanjang tidak menyalahi ketentuan-ketentuan
yang berlaku umum dan tidak bertentangan
dengan semangat moral perekonomian dalam
Islam. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah
SAW. Riwayat Al-Darquthni yang artinya: “Orangorang Islam itu (terikat) dengan persyaratanpersyaratan
yang
(sepakati), kecuali
telah
mereka
tetapkan
syarat yang menghalalkan
yang haram atau mengharamkan yang halal”.
Al-Qur’an dan Hadis menempatkan keadilan
sebagai
Menurut
tujuan
utama
Al-Qur’an,
dalam
Q.S.
syari’at
Al-Hadid
Islam.
(57):2517,
menciptakan keadilan merupakan tujuan utama
mengapa Allah SWT mengirimkan rasul-rasul-Nya
Peradilan Agama 2011 | 31
ke muka bumi. Al-Qur’an juga menempatkan
keadilan sama dengan taqwa kepada Allah SWT
(Q.S.(5):8)18.
Hal
ini
menunjukkan
betapa
pentingnya posisi keadilan di dalam syari’at
Islam. Para ahli hukum di dalam sejarah Islam
telah sepakat bahwa keadilan merupakan tujuan
yang terpenting dari maqashid al-syari’ah.
Menegakkan keadilan memiliki dimensi yang
luas di dalam Islam. Keadilan harus diwujudkan di
seluruh aspek kehidupan manusia, baik di dalam
berkeluarga,
ekonomi
bermasyarakat/sosial,
dan
politik,
maupun
kegiatan
di
dalam
berinteraksi dengan hewan dan alam lingkungan
hidupnya
sekalipun.
Dalam
pandangan
ahli
ekonomi, prinsip keadilan menuntut penggunaan
sumberdaya dengan cara yang baik dan bertujuan
kepada
perwujudan
seluruh
umat
prinsip
manusia.
keadilan
pertumbuhan
kebaikan
Dengan
diharapkan
yang
dan
kemuliaan
menerapkan
tercapai
maksimal,
tingkat
meratanya
distribusi pendapatan dan kesejateraan, serta
terwujudnya stabilitas ekonomi. Tujuan ekonomi
Peradilan Agama 2011 | 32
yang demikian disebut juga dengan tujuan yang
bersifat kemanusiaan yang telah diakui oleh
semua kelompok masyarakat dan merupakan hasil
dari nilai-nilai moral yang dimiliki oleh semua
agama.
Pelarangan
terhadap
bunga
bank
merupakan salah satu strategi ekonomi Islam
yang dibingkai dengan etika, moral dan akhlak
yang terpuji dimaksud. Dalam kaitannya dengan
konsep
keadilan
dalam
Islam,
meskipun
pemberian bantuan dan peningkatan kualitas
sosial ekonomi kaum miskin tergambar dalam
maqashid
al-syari’ah,
namun
pembatasan
terhadap pelarangan bunga untuk tujuan tertentu
tidak saja salah, tetapi juga tidak berada pada
tempatnya. Islam melarang sistem bunga pada
sistem keuangan dan perdagangan/usaha, dan
berusaha
lagi
untuk
mengorganisasi
kembali
sistem permodalan keuangan dalam bentuk bagi
hasil (profit-loss-sharing).
Peradilan Agama 2011 | 33
Sistem
ini
memungkinkan
investor
mendapatkan bagian dari hasil usahanya dan
pengusaha/peminjam modal tidak menanggung
sendiri kerugian usaha dari faktor-faktor yang
tidak mungkin dapat dihindari. Jika keinginan
untuk
dengan
mewujudkan
cara
kemanusiaan
yang
yang
penggunaan
sumberdaya
sesuai
dengan
universal,
maka
tujuan
menjadi
penting untuk mereorganisasikan kembali sistem
perekonomian
yang
telah
ada.
Pengelolaan
keuangan berdasarkan keadilan dan bagi hasil
(profit-loss
sharing)
merupakan
bagian
yang
esensial dari upaya mere-organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Peradilan Agama 2011 | 34
Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indinesia,
Gajah Mada University Press: yogyakarta, 2007
Sumitro Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam &
Lembaga-Lembaga
Terkait,
Raja
Grafindo
Persada: Jakarta, 2004
Gemala
Dewi,
Perbankan
dan
Aspek-Aspek
Hukum
Perasuransian
dalam
Syariah
di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002)
http://thoriy.blogspot.com/2010/03/teori-dan-asasasas-hukum-bisnis.html
,
Peradilan Agama 2011 | 35
MATERI III
Lembaga-lembaga
terkait
dengan
perbankan
syariah (BI, LPS, OJK)
:
OLEH :
Nama
Didi Nahtadi
Ahmadi
Denis Silvia
NIM
1111044100094
1110044100084
1111044100079
Peradilan Agama 2011 | 36
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan dan dinamika lembaga keuangan
syariah
di
kualitas
yang
mendorong
tersebut
indonesia
cukup
mencatat
signifikan.
meningkatnya
yang
peningkatan
Kondisi
berbagai
diwujudkan
dalam
ini
keuangan
berbagai
evaluasi dan transformasi untuk mencapai bentuk
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan bisnis
dan keuangan masa kini namun tetap dalam
koridor yang disetujui oleh syariat islam.
Oleh karena itu, dalam makalah ini mencoba
membahas mengenai sebagian kecil lembagalembaga yang terkait dengan perbankan syariah.
2. Batasan Penulisan
Agar penulisan makalah ini tidak meluas, dan
untuk
menghindari
kesalahpahaman
terhadap
persepsi makalah yang hendak ditulis, maka perlu
pembatasan atas objek yang akan dikaji. Adapun
penulisan makalah ini dibatasi pada hal berikut
Peradilan Agama 2011 | 37
ini: Hubungan yang terkait antara bank syariah
dengan
bank
indonesia,
lembaga
penjamin
simpanan, dan otoritas jasa keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Lembaga-lembaga
terkait
dengan
perbankan
syariah
1. BANK INDONESIA (BI)
Bank central di indonesia dilaksanakan oleh
bank
indonesia
mencapai
dan
yang
memiliki
memelihara
tujuan
utama
kesetabilan
nilai
rupiah untuk mencapai tujuan tersebut bank
indonesia
mempunyai
tugas
menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur
dan mengawasi bank. Bank central berfungsi
sebagai pengawas sistem moneter : pencipta uang
primer terutama uang kertas dan uang logam
Peradilan Agama 2011 | 38
(uang kartal), dan pemelihara cadangan emas dan
devisa.17
Perubahan sistem perbankan indonesia makin
menguat pasca diundangkannya uu no. 23 tahun
1999 tentang bank indonesia sebagai mana telah
diubah terakhir dengan peraturan pemerintah
pengganti
uu
no.
2
tahun
2008
semakin
mempertegas status tujuan dan tugas yang lebih
tepat kepada BI selaku otoritas moneter. Bank
indonesia juga mengatur dual bankking system di
indonesia, yaitu bank konvensional dan bank
syariah
yang
mulai
bergulir
terutama
sejak
dikeluarkannya uu no. 7 tahun 1992 yang disusul
dengan uu no.10 tahun 1998 tentang perbankan.
Selanjutnya, bank indonesia semakin menunjukan
komitmennya dalam pengembangan perbankan
syariah melalui pembentukan biro perbankan
syariah
pada
tahun
2001
yang
kemudian
17 Andri Soemitra; Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah.,
(jakarta : Kencana, 2009)., hal. 40-41
Peradilan Agama 2011 | 39
ditingkatkan
menjadi
direktorat
perbankan
syariah pada tahun 2004.18
Pada tahun 2008, sebagai amanah dari UU No
21 tahun 2008 tentang perbankan, di bentuk
suatu komite dalam internal bank indonesia untuk
menindak lanjuti implementasi fatwa MUI, yaitu
pembentukan komite perbankan syariah ( PBI no
10/32 /PBI/ 2008 tanggal 20 november 2008).
Komite perbankan syariah adalah membantu bank
indonesia dalam menafsirkan fatwa MUI yang
terkait dengan perbankan syariah, memberikan
masukan dalam rangka implementasi fatwa MUI
kedalam
PBI,
dan
melakukan
perkembangan
industri perbankan syariah19.
Bank indonesia sebagai bank sentral lahir pada
1
juli
1953.
Kelahiran
bank
indonesia
ini
didasarkan pada UU pokok bank indonesia atau
UU no 11 tahun 1953, hampir delapan tahun
sesudah
proklamasi
kemerdekaan
republik
indonesia. Lahirnya bank indonesia ini merupakan
18 Ibid., hal. 41
19 Ibid., hal. 41
Peradilan Agama 2011 | 40
hasil nasionalisasi dari de javasche bank, sebuah
bank belanda masa kolonial yang diberi tugas
oleh pemerintah belanda sebagai bank sirkulasi di
hindia belanda. Belakangan, pada tanggal 17 mei
2000
lahir
UU
pengganti
UU
n0
23
no
13
tahun
1999
tahun
sebagai
1968,
yang
memberikan status dan kedudukan kepada bank
indonesia
sebagai
suatu
bank
central
yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak
luar termasuk pemerintah.20 Dalam perannya ada
tiga bidang tugas utama dari bank indonesia
suatu bank sentral yaitu:
1. Menetapkan
moneter;
dan
sebagai
melaksanakan
otoritas
indonesia
menetapkan
kebijakan
moneter
monetet,
dan
untuk
kebijakan
bank
melaksanakan
mencapai
dan
memelihara kesetabilan nilai rupiah. Arah
kebijakan
inflasi
berdasarkan
yang
memperhatikan
ingin
pada
di
berbagai
sasaran
laju
capai
dengan
sasaran
ekonomi
makro lainnya, baik dalam jangka pendek,
20 Ibid., hal. 56
Peradilan Agama 2011 | 41
menengah,
kebijakan
maupun
moneter
panjang.
ini
Implementasi
dilakukan
dengan
menetapkan sasaran operasional , yaitu bank
primer (base money).
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Dalam kaitannya dengan tugas
ini bank indonesia menjaga kelancaran sistem
pembayaran
memperlancar,
pembayaran
dengan
jalan
dan
mengatur
giral
dan
memperluas,
lalu
lintas
menyelenggarakan
kliring
antar
bank.
Program
pengembang
sistem
pembayaran
nasional
yang
dikembangkan,
antara
lain
sistem
telah
kliring
elektronik jakarta (SKEJ), antara penetapan
jadwal kliring T+ o, dan indonesia layanan
informasi dan transaksi antar bank secara
elektronis (BI-LINE), Sistem real time gros
settlement (RTGS), dan sistem transfer dana
dalam US Dolar di indonesia.
3. Bank
indonesia
juga
berfungsi
mengembangkan sistem perbankan dan sistem
Peradilan Agama 2011 | 42
perkreditan yang sehat dengan melakukan
pembinaan
dan
perbankan.
Tugas
mengarahkan
pengawasan
bank
bagai
terhadap
indonesia
mana
agar
adalah
tercipta
perbankan yang sehat serta bermanfaat bagi
perekonomian masyarakat. Untuk mencapai
tujuan trsebut, bank indonesia menetapkan
peraturan, memberikan dan mencabut ijin atas
pelembagaan atau kegiatan usaha tertentu
dari bank, melaksanakan pengawasan atas
bank dan mengenakan sanksi terhadap bank
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.21
Gambar
1:
Untuk
mencapai
21 Ibid., h. 56-58
Peradilan Agama 2011 | 43
tujuannya Bank Indonesia didukung
oleh tiga pilar yang merupakan tiga
bidang
tugasnya.
tugas
tersebut
agar
tujuan
Ketiga
perlu
bidang
diintegrasi
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah
dapat dicapai secara efektif dan
efisien22
Disamping itu, melihat realitas peranannya
dalam industri perbankan nasional masih sangat
kecil, Bank indonesia pun melakukan berbagai
cara
melalui
Pengembangan
akselerasi
kebijakan
Program
Perbankan
pengembangan
Akselerasi
Syariah.
perbankan
Program
syariah
tersebut adalah: (a) Penguatan kelembagaan, (b)
Pengembangan produk, (c) Intensifikasi edukasi
publik dan aliansi mitra strategis, (d) Peningkatan
peranan pemerintah dan penguatan kerangka
hukum, (e) Pengatan sumber daya manusia, (f)
Penguatan pengawasan bank syariah.
22
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-
bi/status/Contents/Default.aspx
Peradilan Agama 2011 | 44
2. LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)
Krisis keuangan yang melanda hampir 2/3
negara anggota IMF selama lebih dari dua dekade
telah mengilhami negara-negara tersebut untuk
mengadopsi konsep lembaga penjamin simpanan
(deposit insurance) untuk melindungi nasabahnya
dari kerugian, serta melindungi sistem keuangan
dari
pengaruh
kepercayaan
keuangan.
buruk
akibat
masyarakat
Kenyataannya
hilangnya
terhadp
lembaga
meskipun
banyak
negara yang tidak mempunyai lembaga penjamin
simpanan,
akan
menyelamatkan
tetapi
nasabahnya
mereka
pada
dapat
saat
bank
mengalami kegagalan.23
Masalahnya adalah, perlindungan seperti ini
menimbulkan moral hazard dan tindakan yang
tidak berhati-hati. Oleh kerena itu harus ada garis
pembatas yang jelas antara kebutuhan untuk
meningkatkan
kepercayaan
nasabah
terhadap
23 M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan; Regulasi & Pengawasan
Bank Syariah.,(jakarta : Bumi Aksara, 2008).,hal. 81-82.
Peradilan Agama 2011 | 45
sistem
perbankan
dengan
menghilangkan
kelemahan pada bank itu sendiri.24
Garis
sistem
pembatas
tersebut
perbankkan
syariah.
diperlukan
Hal
ini
oleh
dapat
dilakukan dengan melindungi rekening giro, yang
harus dijamin dan dikembalikan secara penuh.
Hal itu tidak akan mungkin dilakukan tanpa
adanya program penjaminan. Namun demikian,
deposan investasipun harus diberikan penjaminan
meskipun mereka juga turut berpartisipasi dalam
resiko. Hal ini karena mereka hanya menanggung
resiko pasar dan tidak ada sangkut pautnya
dengan
tindakan
kecurangan,
kecerobohan,
kesalahan menejemen, dan pemusatan pinjaman.
Deposan investasi harus dilindungi dari resikoresiko
seperti
itu.
Meskipun
prosedur
perhitungan akuntansi dan penilaian pinjaman
yang telah terformulasi dengan baik bersamasama dengan regulasi dengan pengawasan yang
prudent,
disinyalir
dapat
mengurangi
resiko,
tetapi hal tersebut belumlah cukup, dan oleh
24 Ibid., hal. 81
Peradilan Agama 2011 | 46
kerenanya
keberadaan
perlindungan
asuransi
terhadap resiko-resiko tersebut tetap saja tidak
dapat terhindari.25
Pengetahuan bahwa dana mereka terlindungi
akan dapat meningkatkan kepercayaan deposan,
terutama
deposan
kecil
terhadap
lembaga
keuangan syariah secara keseluruhan, selain itu
juga
dapat
mencegah
kepanikan.
Dengan
demikian, pentng kiranya melindungi deposan
kecil karena ia tidak sama dengan deposan besar
yang mempunyai akses untuk memonitor kondisi
bank.
Namun
perlindungan
penuh
demikian,
kepada
memberikan
mereka
dapat
mereduksi disiplin pasar dan perhatian mereka
terhadap kesehatan bank.26
Oleh karena itu, dibutuhkan skema asuransi
yang secara eksplisit dapat melindungi seluruh
deposan, hal ini merupakan salah satu upaya
untuk membangun kepercayaan nasabah dalam
sistem keuangan. Mereka akan sangat perduli
25 Ibid., hal. 81
26 Ibid., hal. 82
Peradilan Agama 2011 | 47
dengan perlindungan yang mereka terima. Tidak
adanya perlindungan eksplisit seperti ini dapat
menyebabkan
nasabah
beranggappan
bahwa
mereka secara implisit telah dilindungi, terutama
pada bank-bank besar, sesuai dengan doktrin
“semakin besar semakin beresiko (too big too
fail)”. Hal ini tentunya menimbulkan biaya tinggi
bagi
bank
sentral
(mengembalikan
karena
dana)
harus
melindungi
seluruh
deposan,
berapapun dana yang mereka simpan. Lebih
lanjut, hal ini juga berputensi menimbulkan moral
hazard
dan
mereduksi
pengawasan
deposan
terhadap bank-bank besar yang sedianya harus
meningkatkan disiplin pasar.27
3. OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga
khusus untuk melakukan pengawasan perbankan
telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU
No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU
tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan
27 Ibid., hal. 82
Peradilan Agama 2011 | 48
terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan
sektor
independen,
dan
jasa
dibentuk
keuangan
dengan
yang
undang-
undang.Dengan melihat ketentuan tersebut, maka
telah
jelas
tentang
pembentukkan
lembaga
pengawasan sector jasa keuangan independen
harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya
lembaga
dinyatakan
bahwa
pembentukkan
pengawasan
akan
dilaksanakan
selambatnya
31
Desember
2002.
Dan
hal
tersebutlah, yang dijadikan landasan dasar bagi
pembentukkan suatu lembaga independen untuk
mengawasi sector jasa keuangan.28
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan
tahun
2010.
Perintah
untuk
pembentukkan
lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall
dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), masih
belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan
dalam kurun waktu hampir satu decade, Otoritas
Jasa
28
Keuangan
(OJK)
tidah
dapat
menjadi
http://radiansystem.com/sejarah-otoritas-jasa-keuangan-ojk/
dipostkan pada 15 June 2012
Peradilan Agama 2011 | 49
pengawas
perkembangan
belakangan
negative.
ada
banyak
Seperti
Kasus
perbankan
yang
fenomena-fenomena
Bank
Century
yang
melakukan penyimpangan tanpa ada ketakutan
bertindak dan dikarenakan memang tidak ada
lembaga
tertentu
yang
menjadi
pengawas.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa menjadi
penting, apabila dalam perkembangan praktek
perbankan
dan
pengawasan
perlu
dilakukan
dengan cara yang tepat dan sesuai dengan
kepentingan.29
Disisi
yang
mengemukakan
lain,
para
pendapat
pakar
mengenai
ekonomi
OJK
ini,
bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mutlak
dibentuk
guna
mengantisipasi
kompleksitas
sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus
dibahas simultan dengan paket RUU Keuangan
lain,
sperti
Keuangan
RUU
(JPSK),
Jaring
RUU
Pengaman
Pasar
Modal
Sistem
serta
amandemen UU Bank Indonesia, Perasuransian
dan Dana Pensiun. Hal tersebut terungkap dalam
29 Ibid.,
Peradilan Agama 2011 | 50
seminar
Reformasi.
Sektor
Keuangan
memperkuat Fondasi, Daya Saing dan Stabilitas
Perekonomian
diperlukan
Nasional.
guna
Pembentukan
mengatasi
OJK
kompleksitas
keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain,
pembentukan
OJK
merupakan
komitmen
pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di
Indonesia.
Pemerintah
mempunyai
komitmen
tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan
reformasi di sektor keuangan.30 Dan sebelum
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan diberlakukan
di januari 2013, maka perlu adanya sosialisai
kepada masyarakat Indonesia tentang keberadaan
OJK ini nantinya sekaligus untuk memberitahukan
tentang tujuan dan fungsi OJK itu sendiri yang
termuat didalam UU RI Nomor 21 Tahun 2011
tentang OJK.31
Dengan melihat kehadiran OJK nantinya, dapat
dimaksudkan
untuk
menghilangkan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang
30 Ibid.,
31 Ibid.,
Peradilan Agama 2011 | 51
selama ini cenderung muncul. Sebab dalam OJK,
fungsi
pengawasan
dan
pengaturan
dibuat
terpisah. Akan tetapi meskipun OJK memiliki
fungsi pengaturan dan pengawasan dalam satu
tubuh, fungsinya tidak akan tumpang tindih,
sebab OJK secara organisatoris akan terdiri atas
tujuh dewan komisioner. Ketua Dewan Komisioner
akan
membawahkan
komisioner
yang
tiga
anggota
masing-masing
dewan
mewakili
perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan
nonbank
(LKNB).
Kewenangan
pengawasan
perbankan oleh Bank Indonesia akan dikurangi,
namun
Bank
Indonesia
masih
mendampingi
pengawasan. Kalau selama ini mikro dan makro
prudensialnya di Bank Indonesia, nanti OJK akan
fokus menangani mikro prudensialnya.32 Secara
umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk
dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:
1.
Terselenggara
secara
teratur,
adil,
transparan, dan akuntabel,
32 Ibid.,
Peradilan Agama 2011 | 52
2.
Mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
3.
Mampu melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat.
Otoritas
Jasa
Keuangan
(OJK)
mempunyai
fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan
yang
terintegrasi
terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Sedangkan tugasnya ialah melakukan pengaturan
dan
pengawasan
terhadap
kegiatan
jasa
keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar
Modal, dan sektor IKNB.33
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Bank
Indonesia
lahir
setelah
berlakunya
Undang-Undang (UU) Pokok Bank Indonesia pada
1 Juli 1953. Sesuai dengan UU tersebut, BI
sebagai bank sentral bertugas untuk mengawasi
33 http://www.ojk.go.id/tugas-dan-fungsi
Peradilan Agama 2011 | 53
bank-bank. Seiring perkembangan zaman dan
demi terwujudnya masyarakat indonesia yang
bedaulat dalam ekonomi maka tugas dan fungsi
bank indonesia pun semakain diperluas yaitu
bank Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral,
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung
dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap
barang
dan
jasa,
serta
kestabilan
terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan
laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin
pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal
ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas
tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai
atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak
akan
dapat
mencapai
diukur
tujuan
dengan
tersebut
mudah.
Bank
Untuk
Indonesia
didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga
Peradilan Agama 2011 | 54
bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut
perlu
diintegrasi
agar
tujuan
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara
yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun
2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan, yang
selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain,
yang
mempunyai
wewenang
fungsi,
pengaturan,
tugas,
dan
pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk
menggantikan peran Bapepam-LK.
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan
kegiatan
di
dalam
sektor
jasa
keuangan:
terselenggara secara teratur, adil, transparan,
dan
akuntabel,
mampu
mewujudkan
sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
Peradilan Agama 2011 | 55
stabil,
dan
mampu
melindungi
kepentingan
konsumen dan masyarakat.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah
suatu
lembaga
independen
menjamin
simpanan
Indonesia.
Badan
yang
nasabah
ini
berfungsi
perbankan
dibentuk
di
berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
tentang
Lembaga
Penjamin
Simpanan
yang
ditetapkan pada 22 September 2004. Undangundang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak
diundangkan sehingga pendirian dan operasional
LPS dimulai pada 22 September 2005. Setiap
bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah
Republik
Indonesia
penjaminan
LPS.
wajib
LPS
menjadi
berfungsi
peserta
menjamin
simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam
menjaga
stabilitas
sistem
perbankan
sesuai
kewenangannya.
Peradilan Agama 2011 | 56
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra; Bank Dan Lembaga Keuangan
Syariah.,(jakarta : Kencana, 2009)
M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan; Regulasi &
Pengawasan
Bank
Syariah.,(jakarta
:
Bumi
Aksara)
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsibi/status/Contents/Default.aspx
http://radiansystem.com/sejarah-otoritas-jasakeuangan-ojk/ dipostkan pada 15 June 2012
Peradilan Agama 2011 | 57
http://www.ojk.go.id/tugas-dan-fungsi
MATERI IV
Ketentuan
pembukaan,
legal
administratif
perubahan,
bank
merger,
syariah
konsolidasi,
akuisisi, pembubaran, dan likuidasi
Peradilan Agama 2011 | 58
OLEH :
Nama
Burhanatut Dyana
Nur Azizah
Ssiti Umayah
NIM
1111044100012
1111044100063
11100433100050
BAB I
PENDAHULUAN
Bank
syariah
sebagi
sebuah
lembaga
keuangan mempunyai mekanisme dasar, yaitu
menerima deposito dari pemilik modal (depositor)
dan
mempunyai
kewajiban
(liability)
untuk
menawarkan pembiayaan kepada investor pada
sisi
asetnya,
dengan
pola
dan/
atau
skema
pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam.
Peradilan Agama 2011 | 59
Perizinan pendirian bank itu sendiri wajjib
terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai
bank umum atau bank perkreditan rakyat dari
pimpinan
bank
kegiatan
Indonesia,
menghimpun
dimaksud
diatur
tersendiri.
Kewajiban
kecuali
dana
dengan
untuk
dari
apabila
masyarakat
undang
undang
memperoleh
izin
usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan
rakyat adalah karena kegiatan menghimpun dana
dari masyarakat, oleh siapapun, pda dasarnya
merupakan kegiatan yang perlu diawasi karena
kegiatan
ini
terkait
dengan
kepentingan
masyarakat yang menyimpan dananya pada pihak
bank.
kepemilikan dapat beralih kepada pihak lain
melalui
penyatuan
business
usaha
amalgamation)
(combination
bank
dalam
atau
rangka
memperkuat dirinya guna mewujudkan sistem
perbankan
yang
sehat,
efisien,
dan
mampu
bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan
bebas. Kinerja antara dua bank atau lebih dapat
terjadi karena merger dan konsolidasi, sehingga
Peradilan Agama 2011 | 60
diharapkan muncul bank kuat dengan kinerja
yang lebih baik. Demikian juga, akuisisi bankbank
dapat
perbankan
menunjang
yang
sehat
terciptanya
dan
efisien
sistem
melalui
masuknya investor yang mempunyai modal kuat.
Dengan demikian, penyatuan usaha bank adalah
dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usaha bank yang
bersangkutan atau perluasan usaha bank yang
bersangkutan, sehingga bank dapat menjadi kuat.
Peradilan Agama 2011 | 61
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ketentuan
Legal
Administratif
Perbankan
Pada prinsipnya di Indonesia setiap
pihak
yang
melakukan
kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, wajjib terlebih dahulu
memperoleh izin usaha sebagai bank umum
atau bank perkreditan rakyat dari pimpinan
bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun
dana
dari
masyarakat
dimaksud diatur dengan undang undang
tersendiri. Kewajiban untuk memperoleh izin
usaha
sebagai
bank
umum
atau
bank
perkreditan rakyat adalah karena kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat, oleh
siapapun, pda dasarnya merupakan kegiatan
yang perlu diawasi karena kegiatan ini
Peradilan Agama 2011 | 62
terkait
yang
dengan
kepentingan
menyimpan
dananya
masyarakat
pada
pihak
bank.34
Dalam memberikan izin usaha sebagai
bank umum dan bank perkreditan rakyat,
Bank Indonesia memperhatikan:
1.
Pemenuhan persyaratan tentang :
i.
Susunan organisasi dan kepengurusan
ii.
Permodalan
iii. Keemilikan
iv.
Keahlian di bidang perbankan
v.
Kelayakan kerja
2.
Tingkat persaingan yang sehat antar
bank
Tingkat kejenuhan jumlah bank dalam suatu
wilayah
tertentu,
dan
pemerataan
pembangunan ekonomi nasional, Khusus bagi
34 Usman Rahmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di
Indoonesia, cet-2 (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,
2003),hlm. 69
Peradilan Agama 2011 | 63
bank perkreditan rakyat untuk mendapatkan
izin
usaha,
disamping
syarat-syarat
sebagaimana dimaksud diatas, wajib pula
memenuhi
persyaratan
tentang
tempat
kedudukan kantor pusat bank perkreditan
rakyat di Kecamatan, ykni kecamatan diluar
ibu kota kabupaten atau kota madya, ibu kota
provinsi atau ibu kota negara. Persyarakan ini
dimaksud agar bank perkreditan rakyat tetap
dapat
berfungsi
sebagai
penunjang
pembangunan dan moderenisasi di daerah
pedesaan.
Pembukaan Kantor Cabang Bank
Kantor cabang adalah kantor bank
yang secara langsung bertanggung jawab
kepada
kantor
pusat
Bank
yang
bersangkutan, dengan alamat tempat usaha
yang jelas yang menunjukkan lokasi kantor
cabang tersebut melakukan usahanya.
Pembukaan
kantor
cabang
Bank
perkreditan Rakyat hanya dapat dilakukan
Peradilan Agama 2011 | 64
dengan izin Pimpinan Bank Indonesia. Bank
Indonesia,
dalam
memberikan
izin
pembukaan kantor cabang Bank Perkreditan
Rakyat, selain memperhatikan pemenuhan
persyaratan pembukaan kantor cabang bank
P
Perkembangan tata hukum perbankan syariah di
Indonesia.
OLEH :
Nama
Daniel Alfarruqi
Zulfahmi
NIM
1111044100065
1111044100090
Peradilan Agama 2011 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Perbankan merupakan lembaga keuangan
terpenting bagi pembangunan suatu negara. Hal
ini
disebabkan
pengumpul
karena
dana
fungsinya
sangat
sebagai
berperan
demi
menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Di Indonesia pada awalnya lembaga perbankan
yang
berjalan
adalah
lembaga
perbankan
konvensional.
Namun yang menjadi permasalahan bagi
kebanyakan
lembaga
orang
keuangan
terhadap
kegiatan
perbankan
tersebut
usaha
jika
dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum
Islam ternyata pada konsep usaha dan teknik
operasionalnya terdapat unsur riba dan gharar
didalamnya.
Konsep usaha yang menggunakan sistem
bunga tentu mengandung pertentangan dengan
prinsip hukum Islam. Berdasarkan hal tersebut
Peradilan Agama 2011 | 2
muncul keinginan umat Islam untuk membentuk
sebuah lembaga perbankan yang sesuai dengan
hukum
Islam.
Untuk
Perbankan Syariah di
mengetahui
sejarah
Indonesia maka dalam
makalah ini akan dibahas tentang perkembangan
tata hukum perbankan syariah di Indonesia.
Semoga bermanfaat.
BAB II
PERKEMBANGAN TATA HUKUM
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
A. Gagasan Mendirikan Bank Syariah
Keinginan umat Islam Indonesia akan adanya
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syari’at Islam sudah sejak lama digagas
oleh
para
Indonesia.
tokoh
K.H.
dan
Mas
cendikiawan
Mansur,
muslim
KetuaPengurus
Besar Muhammadiyah periode 1937-1944 telah
menguraikan pendapatnya tentang penggunaan
jasa Bank Konvensional sebagai hal yang terpaksa
dilakukan karena umat Islam belum mempunyai
Peradilan Agama 2011 | 3
bank sendiri yang bebas riba. Kemudian disusul
dengan ide untuk mendirikan bank syariah di
Indonesia
yang
sebenarnya
telah
muncul
semenjak pertengahan tahun 1970-an. Wacana ini
dibicarakan pada seminar nasional Hubungan
Indonesia dengan Timur Tengah pada tahun 1974
dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional
yang dilaksanakan oleh Lembaga Studi Ilmu-ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka
Tunggal Ika.1
Untuk merealisasikan ide-ide tersebut ternyata
para tokoh dan cendikiawan muslim Indonesia
banyak mengalami hambatan, namun hambatan
yang ada tidak menyurutkan niat mereka untuk
terus berjuang mendirikan lembaga keuangan
yang terbebas dari riba. Hal ini terbukti dengan
berdirinya lembaga keuangan Baitut Tamwil yang
berstatus Badan Hukum Koperasi pada tahun
1980. Pertama kali didirikan di Bandung yaitu
Koperasi Baitut Tamwil Jasa Keahlian Teknosa
pada tanggal 30 Desember 1980. Kemudian Baitut
1 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),
hlm. 58.
Peradilan Agama 2011 | 4
Tamwil kedua yang didirikan di Jakarta
dengan
nama Koperasi Simpan Pinjam Ridho Gusti yang
didirikan tanggal 25 September 1988.2
B. Hambatan Mendirikan Bank Syariah di
Indonesia
Meskipun gagasan mendirikan bank syariah di
Indonesia sudah sekian lama disuarakan dan
diperjuangkan umat Islam, namun hingga akhir
tahun
1980-an
ternyata
masih
belum
dapat
diwujudkan karena terdapat beberapa hal yang
menghambat
terealisasinya
antara lain yaitu:
1) Operasi bank
syariah
gagasan
yang
tersebut,
menerapkan
prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena
itu
tidak
sejalan
dengan
UU
Pokok
Perbankan yang berlaku, yakni UU No. 14
Tahun 1967.
2) Konsep bank
syariah
dari
segi
politis
berkonotasi ideologis, merupakan bagian
dari atau berkaitan dengan konsep negara
Islam, dan karena itu tidak dikehendaki
pemerintah.
2 Ibid., h. 58-59.
Peradilan Agama 2011 | 5
3) Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia
menaruh modal dalam ventura semacam itu,
sementara pendirian bank baru dari negaranegara Timur Tengah masih dicegah, antara
lain oleh kebijakan pembatasan bank asing
yang
ingin
membuka
kantor cabang di
Indonesia.3
C. Munculnya
Peluang
Mendirikan
Bank
Syariah
Upaya masyarakat Islam untuk mendirikan
bank syariah baru mulai menemukan titik terang
pada saat pemerintah menerbitkan serangkaian
paket
deregulasi
bidang
ekonomi,
khususnya
sektor perbankan pada awal tahun 1980-an.
Paket deregulasi pertama dalam bidang
perbankan yang diterbitkan pemerintah adalah
paket deregulasi 1 Juni 1983. Di antara isi paket
deregulasi ini adalah memberikan kebebasan
kepada setiap bank untuk menentukan sendiri
suku bunga simpan dan pinjam. Dari sinilah mulai
muncul peluang mendirikan bank syariah, karena
3 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di
pengadilan Agama dan Mahkamah Syari’ah, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 23-24.
Peradilan Agama 2011 | 6
dengan dibebaskannya penentuan besar bunga
kepada
dipahami
masing-masing
bahwa
menetapkan
persen),
dan
bunga
hal
bank,
suatu
bank
hingga
ini
maka
dapat
sebesar
berarti
dapat
0%
saja
(nol
memungkinkan
beroperasinya bank tanpa bunga dengan dasar
bagi hasil keuntungan.4
Setelah deregulasi
pertama,
lima
tahun
kemudian pemerintah kembali menerbitkan paket
deregulasi 27 Oktober 1988 atau yang dikenal
dengan Pakto 1988. Pada intinya paket deregulasi
ini berisi tentang liberalisasi di bidang industri
perbankan yang memberikan kebebasan kepada
masyarakat untuk mendirikan bank-bank baru
selain dari yang sudah ada.
Dengan diterbitkannya kedua paket deregulasi
tersebut, peluang untuk mendirikan bank syariah
di
Indonesia
menjadi
lebih
terbuka.
Namun
kendala yang dihadapi adalah belum adanya
peraturan yang membolehkan pendirian bank
yang berprinsip syariah, dan juga belum adanya
pedoman yang jelas mengenai sistem bagi hasi.
4 Ibid., h. 30.
Peradilan Agama 2011 | 7
Sehingga upaya mendirikan bank syariah ketika
itu belum juga dapat diwujudkan.5
D. Berdirinya
BPR
Syariah
dan
Bank
Muamalat Indonesia
Setelah dikeluarkannya Pakto 1988, dimulailah
pendirian bank-bank perkreditan rakyat dengan
basis
sistem
Islam
di
beberapa
daerah
di
Indonesia. Yang pertama kali mendapatkan izin
usaha adalah Bank Perkreditan Rakyat Islam
(BPRS) Berkah Amal Sejahtera dan BPRS Dana
Mardhatillah pada tanggal 19 Agustus 1991, serta
BPRS Amanah Rabaniah pada tanggal 24 Oktober
1991 yang ketiganya beroperasi di Bandung, dan
BPRS Hareukat Pada tanggal 10 November 1991
di Aceh.6
Keberadaan BPRS tersebut mendorong untuk
didirikannya bank umum yang bebas dari bunga.
Hanya kurang dari dua tahun semenjak paket
kebijakan Oktober 1988 tersebut dikeluarkan.
Pada
tanggal
Lokakarya
19-22
Ulama
Agustus
tentang
1990
Bunga
diadakan
Bank
dan
5 Ibid., h. 31.
6 Gemala Dewi, Op. cit., hlm. 59.
Peradilan Agama 2011 | 8
Perbankan di Cisarua, Bogor. Dari hasil lokakarya
tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang berlangsung di Jakarta pada tanggal
22-25
Agustus
1990,
yang
kemudian
merekomendasikan untuk dibentuknya sebuah
lembaga keuangan syariah dengan membentuk
sebuah kelompok kerja.7
Pada akhirnya, permintaan yang ada dari
sebagian kalangan masyarakat tersebut dijawab
oleh pemerintah dengan sebuah respon positif
pada tahun 1991, yaitu dengan didirikannya PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI) melalui akta
pendirian yang ditandatangani pada 1 November
1991 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei
1992.8
E. Lahirnya UU Perbankan sebagai Babak
Baru Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia
7 Nurul Huda dan Mohammad Heykal , Lembaga Keuangan
Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010),
h.33.
8 Ibid., h. 33.
Peradilan Agama 2011 | 9
Berikut akan di urutkan beberapa UU yang
menjadi landasan hukum beroperasinya bank
syariah di Indonesia:
1992 Lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang mengakomodasi perbankan
dengan prinsip bagi hasil baik bank umum
maupun BPRS.
1998 Keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang
mengakui keberadaan bank syariah dan
bank konvensional serta memperkenankan
bank konvensional membuka kantor cabang
syariah.
1999 Keluar UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia yang mengakomodasi kebijakan
moneter berdasarkan prinsip syariah dimana
BI bertanggungjawab terhadap pengaturan
dan pengawasan bank komersial termasuk
bank
syariah.
BI
dapat
menetapkan
kebijakan moneter dengan menggunakan
prinsip syariah. Pada tahun ini dibuka kantor
cabang bank syariah untuk pertama kali.
Peradilan Agama 2011 | 10
2004 Keluar UU No. 3 Tahun 2004 tentang
perubahan UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia yang makin mempertegas
penetapan kebijakan moneter dengan yang
dilakukan ole BI dapat dilakukan denga
prinsip syariah.9
2008 Pada 16 Juli 2008 diundangkannya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Yang dilatar belakangi
oleh niatan untuk meningkatkan ketaatan
bank
syariah
terhadap
prinsip-prinsip
syariah sebagaimana tertuang dalam alQuran dan Hadis. Niatan ini sejalan dengan
Visi
Pengembangan
Nasional
yaitu
Perbankan
Syariah
terwujudnya
sistem
perbankan syariah yang sehat, kuat, dan
istiqamah terhadap prinsip syariah dalam
kerangka
keadilan,
kemaslahatan
dan
keseimbangan, guna mencapai masyarakat
9 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: Kencana, 2009), h 64.
Peradilan Agama 2011 | 11
yang
sejahtera
secara
material
dan
spiritual.10
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pemaparan di atas dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
secara
historis
keinginan umat Islam untuk mewujudkan bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip Islam telah
muncul sejak lama yaitu sekitar tahun 1930-an,
yaitu ketika K.H Mas Mansur mengemukakan
pendapatnya mengenai hukum bunga bank pada
perbankan konvensional. Karena terdapat banyak
rintangan barulah pada tahun 1980-an upaya
untuk mendirikan bank syariah mulai menemukan
10Abdul Ghofur Anshori, Jurnal Ekonomi Islam, Perbankan
Syariah di Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan
Nasional, 2008, h. 169.
Peradilan Agama 2011 | 12
titik terang, yaitu ketika pemerintah menerbitkan
paket deregulasi 1 Juni 1983 tentang kewenangan
bank untuk menetapkan bunga 0% (nol persen)
dan deregulasi 27 Oktober 1988 atau yang
disebut
dengan
PAKTO
Pemerintah
bulan
liberalisasi
perbankan
(Paket
Oktober
Kebijaksanaan
)
berisi
yang
tentang
memungkinkan
pendirian bank-bank baru selain yang telah ada.
Setelah dikeluarkannya PAKTO pada 1988
para ulama mengadakan lokakarya di Cisarua,
Bogor
tanggal
selanjutnya
19-22
dibahas
Agustus
lebih
1990,
yang
mendalam
pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta
pada
Berdasarkan
tanggal
1
tanggal
22-25
amanat
MUNAS
November
1991
Agustus
1990.
tersebut
pada
berdirilah
Bank
Muamalah Indonesia dan mulai beroperasi pada
tanggal 1 Mei 1992.
Peradilan Agama 2011 | 13
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009).
Peradilan Agama 2011 | 14
Cik
Basir,
Penyelesaian
Sengketa
Perbankan
Syariah di pengadilan Agama dan Mahkamah
Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2009).
Gemala
Dewi,
Perbankan
dan
Aspek-aspek
Hukum
Perasuransian
dalam
Syariah
di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),
Nurul Huda dan Mohammad Heykal , Lembaga
Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Kencana, 2010)
Abdul Ghofur Anshori, Jurnal Ekonomi Islam,
Perbankan Syariah di Indonesia dan Implikasinya
bagi Praktik Perbankan Nasional, 2008.
Peradilan Agama 2011 | 15
MATERI II
Asas-asas hukum perbankan syariah
OLEH :
Nama
Arisa Dykawresa
Luluk Muthoharo
NIM
1111044100070
1111044100097
BAB I
Peradilan Agama 2011 | 16
PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan usaha yang paling
dominan
dan
sangat
dibutuhkan
keberadaannya di dunia ekonomi adalah
kegiatan
usaha
lembaga
keuangan
perbankan, oleh karena fungsinya sebagai
pengumpul dana yang sangat berperan demi
menunjang
pertumbuhan
ekonomi
suatu
bangsa. Sebagai alat penghimpun dana,
lembaga
keuangan
ini
mampu
melacak
gerak pembangunan dengan menyalurkan
dananya
ke
berbagai
proyek
penting
diberbagai sector usaha yang dikelola oleh
pemerintah.
Demikian
pula
lembaga
keuangan ini dapat menyediakan dana bagi
pengusaha-pengusaha swasta atau kalangan
rakyat pengusaha lemah yang membutuhkan
dana bagi kelangsungan usahanya. Dan juga
berbagai fungsi lain yang berupa jasa bagi
kelancaran lalu lintas dan peredaran uang
baik nasional maupun internasional.
Peradilan Agama 2011 | 17
Yang
menjadi
permasalahan
bagi
kebanyakan orang terhadap kegiatan usaha
lembaga keuangan perbankan tersebut jika
dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan
hukum Islam bukanlah dari segi fungsi
lembaga tersebut melainkan dari konsep
usahanya serta teknik operasional usahanya
yang menyangkut jenis-jenis perjanjian yang
digunakan.
Kegiatan
diinspirasikan
kapitalitas
oleh
adalah
usaha
yang
sistem
ekonomi
dengan
menarik
keuntungan usahanya terutama dari bunga
kredit yang dimanfaatkannya melalui dana
simpanan
masyarakat
dengan
tambahan
berupa bunga.
Konsep usaha yang mudah dengan janji
keuntungan
menanggung
yang
berlipat
risiko
rugi
ganda
tanpa
ini,
tentu
mengandung pertentangan dengan prinsip
Hukum Islam yang menghargai usaha dan
mengharamkan riba. Hal ini menyebabkan
adanya
perdebatan
yang
berlarut-larut
Peradilan Agama 2011 | 18
dikalangan ahli Fiqih Islam di Indonesia.
Padahal sistem kredit dengan perangkat
bunga telah diharamkan.
Di dunia internasional,
para
ahli
ekonomi telah menyadari secara empiris
bahwa
sistem
kemudaratan.
pengambilan
bunga
Hal
mengandung
ini
dikarenakan
keuntungan
dengan
tanpa
memikul risiko berakibat si peminjam tidak
memperoleh
keuntungan
yang
seimbang
dengan tingkat bunga yang harus dibayar,
sehingga terjadi berbagai krisis ekonomi,
terutama terhadap negara-negara miskin di
negara berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas
Asas berasal dari bahasa Arab asasun
yang
berarti
dasar,
basis,
dan
fondasi.
Secara terminologi, asas adalah dasar atau
Peradilan Agama 2011 | 19
sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat.11 Istilah lain yang memiliki arti
sama dengan kata asas adalah prinsip, yaitu
dasar atau kebenaran yang menjadi pokok
dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya.12
Asas
atau
prinsip
hukum
yang
dimaksudkan
adalah
pikiran
dasar
yangbersifat umum atau merupakan latar
belakang
perasaan
yang
terdapat didalam dan
kongkrit
dibelakang
yang
setiap
sistem hukum. Prinsip hukum merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya
suatu
peraturan
hukum.
setiap
peraturan
hukum
dapat
dikembalikan
pada
Artinya
pada
bahwa
akhirnya
prinsip-prinsip
tersebut.13
Hukum Perikatan Islam adalah bagian
dari hukum Islam yang mengatur perilaku
manusia di dalam menjalankan hubungan
11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm,. 70.
12 Ibid., hlm. 896.
13 http://thoriy.blogspot.com/2010/03/teori-dan-asas-asas-hukumbisnis.html
Peradilan Agama 2011 | 20
ekonomi dan perdagangan. Bahasan tentang
perikatan sangat berkaitan dengan transaksi
yang berhubungan dengan kebendaan atau
harta kekayaan. Hukum Perikatan Islam
merupakan
seperangkatn
kaidah
hukum
yang bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah
dan
Ar-Ra`yu
(Ijtihad)
yang
mengatur
tentang hubungan antara dua orang atau
lebih mengani suatu benda yang dihalalkan
menjadi objek suatu transaksi.
Kaidah-kaidah
hukum
berhubungan
Hukum
langsung
Perikatan
yang
dengan
Islam
konsep
adalah
yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah,
sedangkan
sebagai
dilakukan
kaidah-kaidah
pemahaman
oleh
dari
manusia
fiqih
berfungsi
syariah
(para
yang
ulama
mazhab) merupakan suatu bentuk dari ArRa`yu (Ijtihad).14
14 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 8-9.
Peradilan Agama 2011 | 21
B. Asas-Asas
dan
Prinsip-Prinsip
Dalam
Perbankan Syariah
Berikut adalah prinsip atau asas hukum
perjanjian dalam perbankan syariah:15
1. Asas Ilahiah
Setiap tingkah laku dan perbuatan
manusia tidak akan luput dari ketentuan
Allah
SWT.
Seperti
yang
disebutkan
dalam QS. Al-Hadid (57):4, bahwa “Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”
Kegiatan
muamalat,
termasuk
perbuatan perikatan, tidak akan pernah
lepas dari nilai-nilai ketauhidan. Dengan
demikian,
manusia
memiliki
tanggung
jawab akan hal ini. Tanggung jawab
kepada
masyarakat,
tanggung
jawab
kepada pihak kedua, tanggung jawab
kepada diri sendiri, dan tanggung jawab
kepada Allah SWT. Akibatnya, manusia
15 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2006), hlm., 30-38.
Peradilan Agama 2011 | 22
tidak akan berbuat sehendak hatinya,
karena
segala
perbuatannya
akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
2. Asas Kebebasan (Al-Hurriyah)
Islam memberikan kebebasan kepada
para
pihak
perikatan.
tersebut
Apabila
untuk
Bentuk
ditentukan
telah
melakukan
dan
isi
oleh
disepakati
suatu
perikatan
para
pihak.
bentuk
dan
isinya, maka perikatan itu mengikat para
pihak yang menyepakatinya dan harus
dilaksanakan
kewajibannya.
tidaklah
segala
Namun,
absolute
hak
dan
kebebasan
ini
sepanjang
tidak
bertentangan dengan syariah Islam, maka
perikatan tersebut boleh dilaksanakan.
Dasar hukumnya antara lain terdapat
dalam QS. Al-Maidah (5):1 “Hai orangorang yang beriman, penuhilah akad-akad
itu”.
Dan
apabila
QS.
Aku
kejadiannya,
Al-Hijr
telah
dan
(15):29
“Maka
menyempurnakan
telah
meniupkan
Peradilan Agama 2011 | 23
kedalamnya
tunduklah
roh(ciptaan)-Ku,
kamu
maka
kepadanya
dengan
bersujud”.
3. Asas Persamaan atau Kesetaraan (AlMusawah)
Suatu
merupakan
perbuatan
salah
satu
muamalah
jalan
untuk
memenuhi kebutuhan hhidup manusia.
Sering
kali
terjadi,
bahwa
seseorang
memiliki kelebihan dari yang lainnya.
Seperti yang tercantum dalam QS. AnNahl
(16):71,
bahwa
“Dan
Allah
melebihkan sebagian kamu dari sebagian
yang lain dalam hal rezeki”. Hal ini
menunjukkan,
manusia
bahwa
diantara
masing-masing
sesame
memiliki
kelebihan dan kekurangan. Untuk itu,
antara manusia satu dengan yang lain
hendaknya
saling
melengkapi
atas
kekurangan yang lain dari kelebihan yang
dimilikinya.
Oleh
karena
itu,
setiap
Peradilan Agama 2011 | 24
manusia memiliki kesempatan yang sama
untuk melakukan suatu perikatan.
Dalam melakukan perikatan ini, para
pihak menentukan hak dan kewajiban
masing-masing
didasarkan
pada
asas
persamaan atau kesetaraan ini. Tidak
boleh
ada
dilakukan
Dalam
QS.
suatu
dalam
kezaliman
perikatan
Al-Hujuraat
manusia,
yang
tersebut.
(49):13,
sesungguhnya
“Hai
Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu
berbangsa-bangsa
suku
supaya
kamu
dan
bersuku-
saling
kenal-
mengenal”.
4. Asas Keadilan (Al-`Adalah)
Dalam
QS.
Al-Hadid
disebutkan,
bahwa
“Sesungguhnya
Kami
Allah
telah
(57):25
berfirman
mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa buktibukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al-Kitab dan Neraca
Peradilan Agama 2011 | 25
(keadilan)
supaya
melaksanakan
manusia
keadilan”.
dapat
Adil
adalah
merupakan salah satu sifat Allah SWT
yang sering kali disebutkan dalam AlQuran. Bersikap adil sering kali Allah
SWT tekankan kepada manusia dalam
melakukan
perbuatan,
karena
adil
menjadikan manusia lebih dekat kepada
takwa.
Dalam
QS.
Al-A`raaf
(7):29,
disebutkan bahwa “Katakanlah: “Tuhanku
menyuruh supaya berlaku adil”.”.
5. Asas Kerelaan (Al-Ridha)
Dalam QS. An-Nisa (4):29, dinyatakan
bahwa segala transaksi yang dilakukan
harus atas dasar suka sama suka atau
kerelaan
tidak
antara
boleh
masing-masing
ada
tekanan,
pihak,
paksaan,
penipuan, dan mis-statement. Jika hal ini
tidak terpenuhi, maka transaksi tersebut
dilakukan dengan cara yang batil (al-akl
bil bathil). Berikut isi dari QS. An-Nisa
(4):29 “Hai orang-orang yang beriman,
Peradilan Agama 2011 | 26
janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu
dengan
jalan
yang
batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu”.
Ayat
dalam
diatas
menunjukkan,
melakukan
suatu
bahwa
perdagangan
hendaklah atas dasar suka sama suka
atau
bahwa
sukarela.
Tidaklah
dibenarkan
suatu
perbuatan
muamalat,
perdagangan misalnya, dilakukan dengan
pemaksaan ataupun penipuan. Jika hal ini
terjadi, dapat membatalkan perbuatan
tersebut. Unsur sukarela ini menunjukkan
keikhlasan dan iktikad baik dari para
pihak.
6. Asas Kejujuran dan Kebenaran (AshShidq)
Kejujuran merupakan hal yang harus
dilakukan oleh manusia dalam segala
bidang
kehidupan,
termasuk
dalam
pelaksanaan muamalat. Jika kejujuran ini
Peradilan Agama 2011 | 27
tidak diterapkan dalam perikatan, maka
akan
merusak
legalitas
periktan
itu
sendiri. Selain itu, jika terdapat ketidak
jujuran
dalam
perikatan,
akan
menimbulkan perselisihan diantara para
pihak.
Dalam
QS.
Al-Ahzab
(33):70,
disebutkan bahwa “Hai orang-orang yang
beriman, bartakwalah kamu kepada Allah,
dan katakanlah perkataan yang benar”.
Perbuatan muamalat dapat dikatakan
benar apabila memiliki manfaat bagi para
pihak yang melakukan perikatan dan juga
bagi
masyarakat
Sedangkan
dan
perbuatan
lingkungannya.
muamalat
yang
mendatangkan madharat adalah dilarang.
Dalam QS. Al-Isra (17):27, Allah SWT
berfirman
pemboros
“Sesungguhnya
itu
adalah
pemboros-
saudara-saudara
setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya’. Pemborosan adalah
suatu hal yang menyia-nyiakan harta yang
membuat harta tersebut menjadi tidak
bermanfaat. Akibatnya, pemborosan ini
Peradilan Agama 2011 | 28
dapat memberikan madharat kepada yang
melakukannya.
7. Asas Tertulis (Al-Kitabah)
Dalam QS. Al-Baqarah (2):282-283,
disebutkan
bahwa
Allah
menganjurkan
kepada
hendaknya
perikatan
suatu
SWT
manusia
dilakukan
secara tertulis, dihadiri oleh saksi-saksi,
dan diberikan tanggung jawab individu
yang
melakukan
perikatan,
dan
yang
menjadi saksi. Selain itu, dianjurkan pula
bahwa
apabila
suatu
perikatan
dilaksanakan tidak secara tunai, maka
dapat
dipegang
jaminannya.
suatu
Adanya
benda
sebagai
tulisan,
saksi,
dan/atau benda jaminan ini menjadi alat
bukti atas terjadinya perikatan tersebut.
Berdasarkan pada paparan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam islam ketika
subyek
hukum
hendak
dengan
subyek
hukum
membuat
lainnya,
perjanjian
selain
harus
didasari dengan adanya kata sepakat ternyata
Peradilan Agama 2011 | 29
juga juga dianjurkan untuk dituangkan dalam
bentuk tertulis dan diperlukan kehadiran saksisaksi. Hal ini sangat penting, khususnya bagi
akad-akad yang membutuhkan pengaturan yang
kompleks
Nomor
seperti
pengaturan
7/46/PBI/2005
bank
tentang
Indonesia
akad
penghimpunan dan penyaluran dana Bagi Bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsisp syariah.16
Pembuatan perjanjian secara tertulis, juga
akan sangat bermanfaat ketika kemudian hari
timbul sengketa sehingga terdapat alat bukti
tertulis mengenai sengketa terjadi.
16 Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indinesia, Gajah Mada
University Press: yogyakarta, 2007, hal: 60
Peradilan Agama 2011 | 30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
dasarnya,
para
pihak
memiliki
kebebasan untuk menetapkan syarat-syarat yang
ditetapkan dalam akad yang mereka lakukan,
sepanjang tidak menyalahi ketentuan-ketentuan
yang berlaku umum dan tidak bertentangan
dengan semangat moral perekonomian dalam
Islam. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah
SAW. Riwayat Al-Darquthni yang artinya: “Orangorang Islam itu (terikat) dengan persyaratanpersyaratan
yang
(sepakati), kecuali
telah
mereka
tetapkan
syarat yang menghalalkan
yang haram atau mengharamkan yang halal”.
Al-Qur’an dan Hadis menempatkan keadilan
sebagai
Menurut
tujuan
utama
Al-Qur’an,
dalam
Q.S.
syari’at
Al-Hadid
Islam.
(57):2517,
menciptakan keadilan merupakan tujuan utama
mengapa Allah SWT mengirimkan rasul-rasul-Nya
Peradilan Agama 2011 | 31
ke muka bumi. Al-Qur’an juga menempatkan
keadilan sama dengan taqwa kepada Allah SWT
(Q.S.(5):8)18.
Hal
ini
menunjukkan
betapa
pentingnya posisi keadilan di dalam syari’at
Islam. Para ahli hukum di dalam sejarah Islam
telah sepakat bahwa keadilan merupakan tujuan
yang terpenting dari maqashid al-syari’ah.
Menegakkan keadilan memiliki dimensi yang
luas di dalam Islam. Keadilan harus diwujudkan di
seluruh aspek kehidupan manusia, baik di dalam
berkeluarga,
ekonomi
bermasyarakat/sosial,
dan
politik,
maupun
kegiatan
di
dalam
berinteraksi dengan hewan dan alam lingkungan
hidupnya
sekalipun.
Dalam
pandangan
ahli
ekonomi, prinsip keadilan menuntut penggunaan
sumberdaya dengan cara yang baik dan bertujuan
kepada
perwujudan
seluruh
umat
prinsip
manusia.
keadilan
pertumbuhan
kebaikan
Dengan
diharapkan
yang
dan
kemuliaan
menerapkan
tercapai
maksimal,
tingkat
meratanya
distribusi pendapatan dan kesejateraan, serta
terwujudnya stabilitas ekonomi. Tujuan ekonomi
Peradilan Agama 2011 | 32
yang demikian disebut juga dengan tujuan yang
bersifat kemanusiaan yang telah diakui oleh
semua kelompok masyarakat dan merupakan hasil
dari nilai-nilai moral yang dimiliki oleh semua
agama.
Pelarangan
terhadap
bunga
bank
merupakan salah satu strategi ekonomi Islam
yang dibingkai dengan etika, moral dan akhlak
yang terpuji dimaksud. Dalam kaitannya dengan
konsep
keadilan
dalam
Islam,
meskipun
pemberian bantuan dan peningkatan kualitas
sosial ekonomi kaum miskin tergambar dalam
maqashid
al-syari’ah,
namun
pembatasan
terhadap pelarangan bunga untuk tujuan tertentu
tidak saja salah, tetapi juga tidak berada pada
tempatnya. Islam melarang sistem bunga pada
sistem keuangan dan perdagangan/usaha, dan
berusaha
lagi
untuk
mengorganisasi
kembali
sistem permodalan keuangan dalam bentuk bagi
hasil (profit-loss-sharing).
Peradilan Agama 2011 | 33
Sistem
ini
memungkinkan
investor
mendapatkan bagian dari hasil usahanya dan
pengusaha/peminjam modal tidak menanggung
sendiri kerugian usaha dari faktor-faktor yang
tidak mungkin dapat dihindari. Jika keinginan
untuk
dengan
mewujudkan
cara
kemanusiaan
yang
yang
penggunaan
sumberdaya
sesuai
dengan
universal,
maka
tujuan
menjadi
penting untuk mereorganisasikan kembali sistem
perekonomian
yang
telah
ada.
Pengelolaan
keuangan berdasarkan keadilan dan bagi hasil
(profit-loss
sharing)
merupakan
bagian
yang
esensial dari upaya mere-organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Peradilan Agama 2011 | 34
Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indinesia,
Gajah Mada University Press: yogyakarta, 2007
Sumitro Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam &
Lembaga-Lembaga
Terkait,
Raja
Grafindo
Persada: Jakarta, 2004
Gemala
Dewi,
Perbankan
dan
Aspek-Aspek
Hukum
Perasuransian
dalam
Syariah
di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002)
http://thoriy.blogspot.com/2010/03/teori-dan-asasasas-hukum-bisnis.html
,
Peradilan Agama 2011 | 35
MATERI III
Lembaga-lembaga
terkait
dengan
perbankan
syariah (BI, LPS, OJK)
:
OLEH :
Nama
Didi Nahtadi
Ahmadi
Denis Silvia
NIM
1111044100094
1110044100084
1111044100079
Peradilan Agama 2011 | 36
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan dan dinamika lembaga keuangan
syariah
di
kualitas
yang
mendorong
tersebut
indonesia
cukup
mencatat
signifikan.
meningkatnya
yang
peningkatan
Kondisi
berbagai
diwujudkan
dalam
ini
keuangan
berbagai
evaluasi dan transformasi untuk mencapai bentuk
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan bisnis
dan keuangan masa kini namun tetap dalam
koridor yang disetujui oleh syariat islam.
Oleh karena itu, dalam makalah ini mencoba
membahas mengenai sebagian kecil lembagalembaga yang terkait dengan perbankan syariah.
2. Batasan Penulisan
Agar penulisan makalah ini tidak meluas, dan
untuk
menghindari
kesalahpahaman
terhadap
persepsi makalah yang hendak ditulis, maka perlu
pembatasan atas objek yang akan dikaji. Adapun
penulisan makalah ini dibatasi pada hal berikut
Peradilan Agama 2011 | 37
ini: Hubungan yang terkait antara bank syariah
dengan
bank
indonesia,
lembaga
penjamin
simpanan, dan otoritas jasa keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Lembaga-lembaga
terkait
dengan
perbankan
syariah
1. BANK INDONESIA (BI)
Bank central di indonesia dilaksanakan oleh
bank
indonesia
mencapai
dan
yang
memiliki
memelihara
tujuan
utama
kesetabilan
nilai
rupiah untuk mencapai tujuan tersebut bank
indonesia
mempunyai
tugas
menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur
dan mengawasi bank. Bank central berfungsi
sebagai pengawas sistem moneter : pencipta uang
primer terutama uang kertas dan uang logam
Peradilan Agama 2011 | 38
(uang kartal), dan pemelihara cadangan emas dan
devisa.17
Perubahan sistem perbankan indonesia makin
menguat pasca diundangkannya uu no. 23 tahun
1999 tentang bank indonesia sebagai mana telah
diubah terakhir dengan peraturan pemerintah
pengganti
uu
no.
2
tahun
2008
semakin
mempertegas status tujuan dan tugas yang lebih
tepat kepada BI selaku otoritas moneter. Bank
indonesia juga mengatur dual bankking system di
indonesia, yaitu bank konvensional dan bank
syariah
yang
mulai
bergulir
terutama
sejak
dikeluarkannya uu no. 7 tahun 1992 yang disusul
dengan uu no.10 tahun 1998 tentang perbankan.
Selanjutnya, bank indonesia semakin menunjukan
komitmennya dalam pengembangan perbankan
syariah melalui pembentukan biro perbankan
syariah
pada
tahun
2001
yang
kemudian
17 Andri Soemitra; Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah.,
(jakarta : Kencana, 2009)., hal. 40-41
Peradilan Agama 2011 | 39
ditingkatkan
menjadi
direktorat
perbankan
syariah pada tahun 2004.18
Pada tahun 2008, sebagai amanah dari UU No
21 tahun 2008 tentang perbankan, di bentuk
suatu komite dalam internal bank indonesia untuk
menindak lanjuti implementasi fatwa MUI, yaitu
pembentukan komite perbankan syariah ( PBI no
10/32 /PBI/ 2008 tanggal 20 november 2008).
Komite perbankan syariah adalah membantu bank
indonesia dalam menafsirkan fatwa MUI yang
terkait dengan perbankan syariah, memberikan
masukan dalam rangka implementasi fatwa MUI
kedalam
PBI,
dan
melakukan
perkembangan
industri perbankan syariah19.
Bank indonesia sebagai bank sentral lahir pada
1
juli
1953.
Kelahiran
bank
indonesia
ini
didasarkan pada UU pokok bank indonesia atau
UU no 11 tahun 1953, hampir delapan tahun
sesudah
proklamasi
kemerdekaan
republik
indonesia. Lahirnya bank indonesia ini merupakan
18 Ibid., hal. 41
19 Ibid., hal. 41
Peradilan Agama 2011 | 40
hasil nasionalisasi dari de javasche bank, sebuah
bank belanda masa kolonial yang diberi tugas
oleh pemerintah belanda sebagai bank sirkulasi di
hindia belanda. Belakangan, pada tanggal 17 mei
2000
lahir
UU
pengganti
UU
n0
23
no
13
tahun
1999
tahun
sebagai
1968,
yang
memberikan status dan kedudukan kepada bank
indonesia
sebagai
suatu
bank
central
yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak
luar termasuk pemerintah.20 Dalam perannya ada
tiga bidang tugas utama dari bank indonesia
suatu bank sentral yaitu:
1. Menetapkan
moneter;
dan
sebagai
melaksanakan
otoritas
indonesia
menetapkan
kebijakan
moneter
monetet,
dan
untuk
kebijakan
bank
melaksanakan
mencapai
dan
memelihara kesetabilan nilai rupiah. Arah
kebijakan
inflasi
berdasarkan
yang
memperhatikan
ingin
pada
di
berbagai
sasaran
laju
capai
dengan
sasaran
ekonomi
makro lainnya, baik dalam jangka pendek,
20 Ibid., hal. 56
Peradilan Agama 2011 | 41
menengah,
kebijakan
maupun
moneter
panjang.
ini
Implementasi
dilakukan
dengan
menetapkan sasaran operasional , yaitu bank
primer (base money).
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Dalam kaitannya dengan tugas
ini bank indonesia menjaga kelancaran sistem
pembayaran
memperlancar,
pembayaran
dengan
jalan
dan
mengatur
giral
dan
memperluas,
lalu
lintas
menyelenggarakan
kliring
antar
bank.
Program
pengembang
sistem
pembayaran
nasional
yang
dikembangkan,
antara
lain
sistem
telah
kliring
elektronik jakarta (SKEJ), antara penetapan
jadwal kliring T+ o, dan indonesia layanan
informasi dan transaksi antar bank secara
elektronis (BI-LINE), Sistem real time gros
settlement (RTGS), dan sistem transfer dana
dalam US Dolar di indonesia.
3. Bank
indonesia
juga
berfungsi
mengembangkan sistem perbankan dan sistem
Peradilan Agama 2011 | 42
perkreditan yang sehat dengan melakukan
pembinaan
dan
perbankan.
Tugas
mengarahkan
pengawasan
bank
bagai
terhadap
indonesia
mana
agar
adalah
tercipta
perbankan yang sehat serta bermanfaat bagi
perekonomian masyarakat. Untuk mencapai
tujuan trsebut, bank indonesia menetapkan
peraturan, memberikan dan mencabut ijin atas
pelembagaan atau kegiatan usaha tertentu
dari bank, melaksanakan pengawasan atas
bank dan mengenakan sanksi terhadap bank
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.21
Gambar
1:
Untuk
mencapai
21 Ibid., h. 56-58
Peradilan Agama 2011 | 43
tujuannya Bank Indonesia didukung
oleh tiga pilar yang merupakan tiga
bidang
tugasnya.
tugas
tersebut
agar
tujuan
Ketiga
perlu
bidang
diintegrasi
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah
dapat dicapai secara efektif dan
efisien22
Disamping itu, melihat realitas peranannya
dalam industri perbankan nasional masih sangat
kecil, Bank indonesia pun melakukan berbagai
cara
melalui
Pengembangan
akselerasi
kebijakan
Program
Perbankan
pengembangan
Akselerasi
Syariah.
perbankan
Program
syariah
tersebut adalah: (a) Penguatan kelembagaan, (b)
Pengembangan produk, (c) Intensifikasi edukasi
publik dan aliansi mitra strategis, (d) Peningkatan
peranan pemerintah dan penguatan kerangka
hukum, (e) Pengatan sumber daya manusia, (f)
Penguatan pengawasan bank syariah.
22
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-
bi/status/Contents/Default.aspx
Peradilan Agama 2011 | 44
2. LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)
Krisis keuangan yang melanda hampir 2/3
negara anggota IMF selama lebih dari dua dekade
telah mengilhami negara-negara tersebut untuk
mengadopsi konsep lembaga penjamin simpanan
(deposit insurance) untuk melindungi nasabahnya
dari kerugian, serta melindungi sistem keuangan
dari
pengaruh
kepercayaan
keuangan.
buruk
akibat
masyarakat
Kenyataannya
hilangnya
terhadp
lembaga
meskipun
banyak
negara yang tidak mempunyai lembaga penjamin
simpanan,
akan
menyelamatkan
tetapi
nasabahnya
mereka
pada
dapat
saat
bank
mengalami kegagalan.23
Masalahnya adalah, perlindungan seperti ini
menimbulkan moral hazard dan tindakan yang
tidak berhati-hati. Oleh kerena itu harus ada garis
pembatas yang jelas antara kebutuhan untuk
meningkatkan
kepercayaan
nasabah
terhadap
23 M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan; Regulasi & Pengawasan
Bank Syariah.,(jakarta : Bumi Aksara, 2008).,hal. 81-82.
Peradilan Agama 2011 | 45
sistem
perbankan
dengan
menghilangkan
kelemahan pada bank itu sendiri.24
Garis
sistem
pembatas
tersebut
perbankkan
syariah.
diperlukan
Hal
ini
oleh
dapat
dilakukan dengan melindungi rekening giro, yang
harus dijamin dan dikembalikan secara penuh.
Hal itu tidak akan mungkin dilakukan tanpa
adanya program penjaminan. Namun demikian,
deposan investasipun harus diberikan penjaminan
meskipun mereka juga turut berpartisipasi dalam
resiko. Hal ini karena mereka hanya menanggung
resiko pasar dan tidak ada sangkut pautnya
dengan
tindakan
kecurangan,
kecerobohan,
kesalahan menejemen, dan pemusatan pinjaman.
Deposan investasi harus dilindungi dari resikoresiko
seperti
itu.
Meskipun
prosedur
perhitungan akuntansi dan penilaian pinjaman
yang telah terformulasi dengan baik bersamasama dengan regulasi dengan pengawasan yang
prudent,
disinyalir
dapat
mengurangi
resiko,
tetapi hal tersebut belumlah cukup, dan oleh
24 Ibid., hal. 81
Peradilan Agama 2011 | 46
kerenanya
keberadaan
perlindungan
asuransi
terhadap resiko-resiko tersebut tetap saja tidak
dapat terhindari.25
Pengetahuan bahwa dana mereka terlindungi
akan dapat meningkatkan kepercayaan deposan,
terutama
deposan
kecil
terhadap
lembaga
keuangan syariah secara keseluruhan, selain itu
juga
dapat
mencegah
kepanikan.
Dengan
demikian, pentng kiranya melindungi deposan
kecil karena ia tidak sama dengan deposan besar
yang mempunyai akses untuk memonitor kondisi
bank.
Namun
perlindungan
penuh
demikian,
kepada
memberikan
mereka
dapat
mereduksi disiplin pasar dan perhatian mereka
terhadap kesehatan bank.26
Oleh karena itu, dibutuhkan skema asuransi
yang secara eksplisit dapat melindungi seluruh
deposan, hal ini merupakan salah satu upaya
untuk membangun kepercayaan nasabah dalam
sistem keuangan. Mereka akan sangat perduli
25 Ibid., hal. 81
26 Ibid., hal. 82
Peradilan Agama 2011 | 47
dengan perlindungan yang mereka terima. Tidak
adanya perlindungan eksplisit seperti ini dapat
menyebabkan
nasabah
beranggappan
bahwa
mereka secara implisit telah dilindungi, terutama
pada bank-bank besar, sesuai dengan doktrin
“semakin besar semakin beresiko (too big too
fail)”. Hal ini tentunya menimbulkan biaya tinggi
bagi
bank
sentral
(mengembalikan
karena
dana)
harus
melindungi
seluruh
deposan,
berapapun dana yang mereka simpan. Lebih
lanjut, hal ini juga berputensi menimbulkan moral
hazard
dan
mereduksi
pengawasan
deposan
terhadap bank-bank besar yang sedianya harus
meningkatkan disiplin pasar.27
3. OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga
khusus untuk melakukan pengawasan perbankan
telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU
No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU
tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan
27 Ibid., hal. 82
Peradilan Agama 2011 | 48
terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan
sektor
independen,
dan
jasa
dibentuk
keuangan
dengan
yang
undang-
undang.Dengan melihat ketentuan tersebut, maka
telah
jelas
tentang
pembentukkan
lembaga
pengawasan sector jasa keuangan independen
harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya
lembaga
dinyatakan
bahwa
pembentukkan
pengawasan
akan
dilaksanakan
selambatnya
31
Desember
2002.
Dan
hal
tersebutlah, yang dijadikan landasan dasar bagi
pembentukkan suatu lembaga independen untuk
mengawasi sector jasa keuangan.28
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan
tahun
2010.
Perintah
untuk
pembentukkan
lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall
dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), masih
belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan
dalam kurun waktu hampir satu decade, Otoritas
Jasa
28
Keuangan
(OJK)
tidah
dapat
menjadi
http://radiansystem.com/sejarah-otoritas-jasa-keuangan-ojk/
dipostkan pada 15 June 2012
Peradilan Agama 2011 | 49
pengawas
perkembangan
belakangan
negative.
ada
banyak
Seperti
Kasus
perbankan
yang
fenomena-fenomena
Bank
Century
yang
melakukan penyimpangan tanpa ada ketakutan
bertindak dan dikarenakan memang tidak ada
lembaga
tertentu
yang
menjadi
pengawas.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa menjadi
penting, apabila dalam perkembangan praktek
perbankan
dan
pengawasan
perlu
dilakukan
dengan cara yang tepat dan sesuai dengan
kepentingan.29
Disisi
yang
mengemukakan
lain,
para
pendapat
pakar
mengenai
ekonomi
OJK
ini,
bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mutlak
dibentuk
guna
mengantisipasi
kompleksitas
sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus
dibahas simultan dengan paket RUU Keuangan
lain,
sperti
Keuangan
RUU
(JPSK),
Jaring
RUU
Pengaman
Pasar
Modal
Sistem
serta
amandemen UU Bank Indonesia, Perasuransian
dan Dana Pensiun. Hal tersebut terungkap dalam
29 Ibid.,
Peradilan Agama 2011 | 50
seminar
Reformasi.
Sektor
Keuangan
memperkuat Fondasi, Daya Saing dan Stabilitas
Perekonomian
diperlukan
Nasional.
guna
Pembentukan
mengatasi
OJK
kompleksitas
keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain,
pembentukan
OJK
merupakan
komitmen
pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di
Indonesia.
Pemerintah
mempunyai
komitmen
tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan
reformasi di sektor keuangan.30 Dan sebelum
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan diberlakukan
di januari 2013, maka perlu adanya sosialisai
kepada masyarakat Indonesia tentang keberadaan
OJK ini nantinya sekaligus untuk memberitahukan
tentang tujuan dan fungsi OJK itu sendiri yang
termuat didalam UU RI Nomor 21 Tahun 2011
tentang OJK.31
Dengan melihat kehadiran OJK nantinya, dapat
dimaksudkan
untuk
menghilangkan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang
30 Ibid.,
31 Ibid.,
Peradilan Agama 2011 | 51
selama ini cenderung muncul. Sebab dalam OJK,
fungsi
pengawasan
dan
pengaturan
dibuat
terpisah. Akan tetapi meskipun OJK memiliki
fungsi pengaturan dan pengawasan dalam satu
tubuh, fungsinya tidak akan tumpang tindih,
sebab OJK secara organisatoris akan terdiri atas
tujuh dewan komisioner. Ketua Dewan Komisioner
akan
membawahkan
komisioner
yang
tiga
anggota
masing-masing
dewan
mewakili
perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan
nonbank
(LKNB).
Kewenangan
pengawasan
perbankan oleh Bank Indonesia akan dikurangi,
namun
Bank
Indonesia
masih
mendampingi
pengawasan. Kalau selama ini mikro dan makro
prudensialnya di Bank Indonesia, nanti OJK akan
fokus menangani mikro prudensialnya.32 Secara
umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk
dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:
1.
Terselenggara
secara
teratur,
adil,
transparan, dan akuntabel,
32 Ibid.,
Peradilan Agama 2011 | 52
2.
Mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
3.
Mampu melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat.
Otoritas
Jasa
Keuangan
(OJK)
mempunyai
fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan
yang
terintegrasi
terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Sedangkan tugasnya ialah melakukan pengaturan
dan
pengawasan
terhadap
kegiatan
jasa
keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar
Modal, dan sektor IKNB.33
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Bank
Indonesia
lahir
setelah
berlakunya
Undang-Undang (UU) Pokok Bank Indonesia pada
1 Juli 1953. Sesuai dengan UU tersebut, BI
sebagai bank sentral bertugas untuk mengawasi
33 http://www.ojk.go.id/tugas-dan-fungsi
Peradilan Agama 2011 | 53
bank-bank. Seiring perkembangan zaman dan
demi terwujudnya masyarakat indonesia yang
bedaulat dalam ekonomi maka tugas dan fungsi
bank indonesia pun semakain diperluas yaitu
bank Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral,
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung
dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap
barang
dan
jasa,
serta
kestabilan
terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan
laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin
pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal
ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas
tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai
atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak
akan
dapat
mencapai
diukur
tujuan
dengan
tersebut
mudah.
Bank
Untuk
Indonesia
didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga
Peradilan Agama 2011 | 54
bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut
perlu
diintegrasi
agar
tujuan
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara
yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun
2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan, yang
selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain,
yang
mempunyai
wewenang
fungsi,
pengaturan,
tugas,
dan
pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk
menggantikan peran Bapepam-LK.
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan
kegiatan
di
dalam
sektor
jasa
keuangan:
terselenggara secara teratur, adil, transparan,
dan
akuntabel,
mampu
mewujudkan
sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
Peradilan Agama 2011 | 55
stabil,
dan
mampu
melindungi
kepentingan
konsumen dan masyarakat.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah
suatu
lembaga
independen
menjamin
simpanan
Indonesia.
Badan
yang
nasabah
ini
berfungsi
perbankan
dibentuk
di
berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
tentang
Lembaga
Penjamin
Simpanan
yang
ditetapkan pada 22 September 2004. Undangundang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak
diundangkan sehingga pendirian dan operasional
LPS dimulai pada 22 September 2005. Setiap
bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah
Republik
Indonesia
penjaminan
LPS.
wajib
LPS
menjadi
berfungsi
peserta
menjamin
simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam
menjaga
stabilitas
sistem
perbankan
sesuai
kewenangannya.
Peradilan Agama 2011 | 56
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra; Bank Dan Lembaga Keuangan
Syariah.,(jakarta : Kencana, 2009)
M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan; Regulasi &
Pengawasan
Bank
Syariah.,(jakarta
:
Bumi
Aksara)
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsibi/status/Contents/Default.aspx
http://radiansystem.com/sejarah-otoritas-jasakeuangan-ojk/ dipostkan pada 15 June 2012
Peradilan Agama 2011 | 57
http://www.ojk.go.id/tugas-dan-fungsi
MATERI IV
Ketentuan
pembukaan,
legal
administratif
perubahan,
bank
merger,
syariah
konsolidasi,
akuisisi, pembubaran, dan likuidasi
Peradilan Agama 2011 | 58
OLEH :
Nama
Burhanatut Dyana
Nur Azizah
Ssiti Umayah
NIM
1111044100012
1111044100063
11100433100050
BAB I
PENDAHULUAN
Bank
syariah
sebagi
sebuah
lembaga
keuangan mempunyai mekanisme dasar, yaitu
menerima deposito dari pemilik modal (depositor)
dan
mempunyai
kewajiban
(liability)
untuk
menawarkan pembiayaan kepada investor pada
sisi
asetnya,
dengan
pola
dan/
atau
skema
pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam.
Peradilan Agama 2011 | 59
Perizinan pendirian bank itu sendiri wajjib
terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai
bank umum atau bank perkreditan rakyat dari
pimpinan
bank
kegiatan
Indonesia,
menghimpun
dimaksud
diatur
tersendiri.
Kewajiban
kecuali
dana
dengan
untuk
dari
apabila
masyarakat
undang
undang
memperoleh
izin
usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan
rakyat adalah karena kegiatan menghimpun dana
dari masyarakat, oleh siapapun, pda dasarnya
merupakan kegiatan yang perlu diawasi karena
kegiatan
ini
terkait
dengan
kepentingan
masyarakat yang menyimpan dananya pada pihak
bank.
kepemilikan dapat beralih kepada pihak lain
melalui
penyatuan
business
usaha
amalgamation)
(combination
bank
dalam
atau
rangka
memperkuat dirinya guna mewujudkan sistem
perbankan
yang
sehat,
efisien,
dan
mampu
bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan
bebas. Kinerja antara dua bank atau lebih dapat
terjadi karena merger dan konsolidasi, sehingga
Peradilan Agama 2011 | 60
diharapkan muncul bank kuat dengan kinerja
yang lebih baik. Demikian juga, akuisisi bankbank
dapat
perbankan
menunjang
yang
sehat
terciptanya
dan
efisien
sistem
melalui
masuknya investor yang mempunyai modal kuat.
Dengan demikian, penyatuan usaha bank adalah
dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usaha bank yang
bersangkutan atau perluasan usaha bank yang
bersangkutan, sehingga bank dapat menjadi kuat.
Peradilan Agama 2011 | 61
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ketentuan
Legal
Administratif
Perbankan
Pada prinsipnya di Indonesia setiap
pihak
yang
melakukan
kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, wajjib terlebih dahulu
memperoleh izin usaha sebagai bank umum
atau bank perkreditan rakyat dari pimpinan
bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun
dana
dari
masyarakat
dimaksud diatur dengan undang undang
tersendiri. Kewajiban untuk memperoleh izin
usaha
sebagai
bank
umum
atau
bank
perkreditan rakyat adalah karena kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat, oleh
siapapun, pda dasarnya merupakan kegiatan
yang perlu diawasi karena kegiatan ini
Peradilan Agama 2011 | 62
terkait
yang
dengan
kepentingan
menyimpan
dananya
masyarakat
pada
pihak
bank.34
Dalam memberikan izin usaha sebagai
bank umum dan bank perkreditan rakyat,
Bank Indonesia memperhatikan:
1.
Pemenuhan persyaratan tentang :
i.
Susunan organisasi dan kepengurusan
ii.
Permodalan
iii. Keemilikan
iv.
Keahlian di bidang perbankan
v.
Kelayakan kerja
2.
Tingkat persaingan yang sehat antar
bank
Tingkat kejenuhan jumlah bank dalam suatu
wilayah
tertentu,
dan
pemerataan
pembangunan ekonomi nasional, Khusus bagi
34 Usman Rahmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di
Indoonesia, cet-2 (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,
2003),hlm. 69
Peradilan Agama 2011 | 63
bank perkreditan rakyat untuk mendapatkan
izin
usaha,
disamping
syarat-syarat
sebagaimana dimaksud diatas, wajib pula
memenuhi
persyaratan
tentang
tempat
kedudukan kantor pusat bank perkreditan
rakyat di Kecamatan, ykni kecamatan diluar
ibu kota kabupaten atau kota madya, ibu kota
provinsi atau ibu kota negara. Persyarakan ini
dimaksud agar bank perkreditan rakyat tetap
dapat
berfungsi
sebagai
penunjang
pembangunan dan moderenisasi di daerah
pedesaan.
Pembukaan Kantor Cabang Bank
Kantor cabang adalah kantor bank
yang secara langsung bertanggung jawab
kepada
kantor
pusat
Bank
yang
bersangkutan, dengan alamat tempat usaha
yang jelas yang menunjukkan lokasi kantor
cabang tersebut melakukan usahanya.
Pembukaan
kantor
cabang
Bank
perkreditan Rakyat hanya dapat dilakukan
Peradilan Agama 2011 | 64
dengan izin Pimpinan Bank Indonesia. Bank
Indonesia,
dalam
memberikan
izin
pembukaan kantor cabang Bank Perkreditan
Rakyat, selain memperhatikan pemenuhan
persyaratan pembukaan kantor cabang bank
P