CROWDFUNDING GERAKAN BARU dan KEGOTONGROYONG

CROWDFUNDING: GERAKAN BARU KEGOTONGROYONGAN DI INDONESIA (TINJAUAN EVOLUSI GERAKAN AKSI KOLEKTIF DALAM MEDIA BARU) 1

Fikar Damai Setia Gea

Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas Email: [email protected]

Abstract. As the times the values of mutual cooperation (kegotongroyongan) is increasingly reduced in Indonesian society. This article discusses how the values of mutual cooperation re-activated its

implementation in public life, but in a different social space that is new media (internet). By using the collective action theory, this study tries to analyze the social interaction in virtual space associated with the activities of crowdfunding. Using the method of content analysis research and comparative studies will analyze and discuss 4 website which manages about crowdfunding in Indonesia, namely www.kitabisa.com, www.wujudkan.com, www.gandengtangan.org and www.indonesiamengajar.org. Fourth website is moving to raise funds from the public through the Internet to achieve social activities that affect society. With the characteristics of each different website expected to see the tendency of the people of Indonesia in the field where they will perform crowdfunding. This result is also expected to give an idea which direction the culture of Indonesian society of mutual cooperation in cyberspace.

Keywords: Crowdfunding, gotongroyong, collective action theory , new media and website .

1. PENDAHULUAN

Gotong royong diyakini oleh masyarakat Indonesia sebagai nilai utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai gotong royong diterima sebagai kepribadian bangsa karena telah mengakar pada nilai-nilai budaya sebagian besar masyarakat. Kegotongroyongan dalam kehidupan masyarakat Indonesia diyakini sebagai pranata asli dan merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris (Berutu, 2005: 22).

Sebagai bentuk solidaritas sosial, gotong royong terbentuk karena adanya bantuan dari pihak lain, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umum, sehingga di dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap masyarakat sebagai satu kesatuan. Bantuan yang diberikan dilakukan secara sukarela tanpa adanya imbalan. Dalam kehidupan masyarakat agraris, gotong royong sangat berperan dalam memperlancar pembangunan yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat (Mustaqin, 2013:3) baik pembangunan dalam bentuk fisik maupun non fisik atau menurut bidang-bidang kehidupan yang terdapat di lingkungan masyarakat setempat.

Dengan gotong royong pekerjaan menjadi lebih mudah dan ringan dibandingkan bila dikerjakan secara perorangan, memperkuat dan mempererat hubungan antar masyarakat dalam komunitas dimana mereka berada dan menyatukan seluruh masyarakat dalam komunitas yang terlibat di dalamnya. Koentjaraningrat (dalam Berutu, 2005:21-22) membagi dua jenis gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni; gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, aktifitas sekitar rumah tangga, aktifitas pesta dan pada peristiwa bencana dan kematian. Kerja bakti bersifat untuk kepentingan umum yang dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu kerja bakti atas inisiatif warga masyarakat dan kerja bakti karena dipaksakan.

Nilai-nilai ini menjadi sangat kuat dan bertahan dalam kehidupan masyarakat karena masyarakat Indonesia memiliki filosofi bahwa manusia hanyalah salah satu bagian terkecil dalam komunitas yang pada hakekatnya tergantung kepada sesamanya sehingga wajib memelihara hubungan baik dengan sesama dengan prinsip sama jiwa sama rasa dan berusaha bersifat ramah

1 Makalah ini disampaikan pada Konferensi Nasional Sosiologi V Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia Padang, 18-19 Mei 2016 dengan Tema: Gerakan Sosial dan Kebangkitan Bangsa.

dengan sesama dalam komunitas yang terdorong oleh jiwa sama tinggi sama rendah (Bintaro, 1980:24).

Meskipun gotong royong pada awalnya muncul dalam masyarakat perdesaan untuk menunjang kegiatan pertanian, namun implementasinya telah memasuki ranah yang lebih tinggi dan luas, dilaksanakan oleh masyarakat di perkotaan bahkan menjadi salah satu nilai utama dalam mewujudkan pembangunan nasional. Akan tetapi, dewasa ini kegotongroyongan mengalami pergeseran dan degradasi nilai. Perilaku gotong royong sudah semakin jarang dilakukan dan susah kita temukan, terutama di wilayah-wilayah perkotaan.

Kondisi ini disebabkan karena zaman yang sudah berubah yang menuntut setiap orang sibuk dengan urusan individu yang sangat padat karena tuntutan modal/kapital. Kehidupan masyarakat yang modern dan sangat kompleks ini berdampak pada tidak ditemukannya waktu yang tepat untuk ikut bergabung dalam kegiatan gotong royong dan umumnya teralihkan dengan uang sebagai penggantinya (Anggorowati et al,. 2015:41).

Dalam dua dekade terakhir perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) mengalami perubahan yang sangat drastis. Media baru secara fundamental mengubah cara dunia dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Melalui media baru, masyarakat kini memiliki banyak cara untuk memulai interaksi dengan berbagai perangkat dan jaringan (Hudson et al,. 2012:1). Konektifitas digital ini menimbulkan peluang dan tantangan baru, baik bagi individu, kelompok maupun organisasi untuk mengelola hubungan dan komunikasi satu dengan yang lain.

Lev Manovic (2011:55) mengatakan bahwa prinsip yang membedakan media baru dengan media lama ialah interaktifitas. Interaktifitas sangat familiar dan menjadi bahasa yang sering sekali digunakan dalam media baru (Dewdney et al,. 2006:206). Jika selama ini media massa hanya bersifat komunikasi satu arah (monolog), maka dengan media baru arah komunikasi telah berubah menjadi lebih interaktif dialogis. Ball-Rokeach dan Reardon (dalam, Chen et al,. 2009:374) menjelaskan konsep ini sebagai „dialog elektronik” atau disebut juga dengan „telelog‟. Dalam hubungan telelog, ketika seseorang memberikan pesan maka yang lain juga memberi respon. Telelog memungkinkan kedua individu atau lebih untuk mempertahankan karakteristik masing-masing dan juga menciptakan keakraban.

Buper (dalam, Chen et al,. 2009:374) secara khusus menguraikan empat elemen dari telelog, yaitu:

1. Kerjasama. Dalam telelog setiap individu memiliki posisi masing-masing, dan dialog adalah premis untuk mengubah lawan bicara menjadi subjek, saling mencari tahu, memahami dan berusaha mewujudkan eksistensi diri mereka. Dialog adalah proses bagi setiap individu untuk memahami satu sama lain dimana semua orang membuka diri terhadap orang lain dan menerima pandangan orang lain.

2. Kesetaraan. Telelog mempertahankan relasi yang sama. Pembicara dianggap sebagai subjek dan bukan sebagai objek. Tidak ada prasangka dalam dialog, tidak ada otoritas dan superioritas tetapi samua adalah sama dan setara.

3. Pendekatan. Telelog memulai semacam pertukaran bahasa yang terjadi secara serentak di tiga lapisan: informasi, budaya dan emosi. Pendekatan ini mempunyai tiga aspek yaitu; positivitas, keterbukaan dan antarpersonal. Melalui dialog yang positif kedua belah pihak dapat menikmati hubungan yang terjalin. Keterbukaan semakin menunjukkan persamaan ide dan perasaan. Dan antarpersonal membuat satu nilai pertemenan yang kuat dan rela menghabiskan waktu bersama dengan mereka.

4. Risiko. Dalam telelog, risiko dapat semakin meningkat, karena jika setiap orang mengetahui tentang diri kita maka mudah bagi seseorang untuk menemukan kelemahan individu tertentu yang kemudian menjadi rentan terhadap serangan dan ejekan di dunia maya.

Interaktifitas secara telelog dalam media baru terjadi karena ada tiga elemen penting yang membentuknya (Philips et al,. 2009:95) yaitu platform (perangkat), channel (saluran) dan context (konteks). Platform merupakan perangkat yang digunakan untuk mengakses internet dan pengetahuan dengan operation system (OS) yang dimilikinya, seperti; telepon seluler, laptop, komputer, dan berbagai perangkat lainnya. Channel merupakan saluran dimana informasi dapat diakses, seperti; SMS, email, pesan instan, website, media sosial (facebook, twitter, bebo, wiki, google, blog), dan berbagai saluran lainnya. Sementara context adalah ruang dimana berbagai Interaktifitas secara telelog dalam media baru terjadi karena ada tiga elemen penting yang membentuknya (Philips et al,. 2009:95) yaitu platform (perangkat), channel (saluran) dan context (konteks). Platform merupakan perangkat yang digunakan untuk mengakses internet dan pengetahuan dengan operation system (OS) yang dimilikinya, seperti; telepon seluler, laptop, komputer, dan berbagai perangkat lainnya. Channel merupakan saluran dimana informasi dapat diakses, seperti; SMS, email, pesan instan, website, media sosial (facebook, twitter, bebo, wiki, google, blog), dan berbagai saluran lainnya. Sementara context adalah ruang dimana berbagai

Ketika nilai kegotongroyongan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan mulai memudar dalam kehidupan nyata sehari-hari, melalui media baru terbuka ruang dan kesempatan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai dimaksud. Interaktifitas yang terjadi dalam dunia maya dimanfaatkan untuk menggagas ide untuk saling berbagi terhadap sesama yang beralaskan ketertarikan atau simpati yang ditandai oleh persamaan kepentingan.

Peluang itu pun ditindaklanjuti oleh para penggiat internet di Indonesia dengan membuat website sebagai wadah atau saluran untuk mengumpulkan berbagai gagasan membantu sesama dari berbagai kalangan masyarakat. Kemudian gagasan-gagasan ini dikomunikasikan kepada setiap orang melalui media baru (internet/media sosial), untuk selanjutnya ditindakanjuti dengan aktifitas dukungan, baik dalam bentuk dukungan dana/urun dana ( crowdfunding ), terlibat langsung dalam kegiatan menjadi relawan atau bentuk dukungan lainnya. Maka, atas dasar itulah muncul berbagai website yang bergerak pada kegiatan crowdfunding di Indonesia, seperti; www.wujudkan.com yang diinisiasi oleh Mandy Murahimin, www.kitabisa.com yang diinisiasi oleh Alfatih Timur, www.gandengtangan.org yang diinisiasi oleh Jezzie Setiawan dan www.indonesiamengajar.org yang diinisiasi oleh Anies Baswedan.

Maka, berkaitan dengan hal dimaksud, artikel ini lebih lanjut akan membahas dan menjawab pertanyaan; (1) Bagaimana perkembangan gerakan crowdfunding di Indonesia? Dan (2) Kemana arah budaya kegotongroyongan masyarakat Indonesia melalui internet?

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Crowdfunding Crowdfunding merupakan fenomena baru penggalangan dana secara online dalam satu dekade terakhir. Praktek penggalangan dana ini merupakan upaya untuk menghimpun peran atau kontribusi dari masyaralat luas untuk mewujudkan atau memberhasilkan sebuah program atau

proyek tertentu yang biasanya dilakukan secara online . Crowdfunding juga sering disebut sebagai model pembiayaan altenatif yang muncul di luar sistim keuangan tradisional (Kocer, 2015:234). Karena sistim penggalangan dana dengan mekanisme crowdfunding dibangun atas dasar motivasi, sikap mental dan juga komitmen dari sebuah komunitas atau masyarakat yang akan mendukung sebuah program atau proyek.

Dalam beberapa literatur akademik yang ada, terdapat banyak ragam dalam mendefinisikan crowdfunding. Davies (2014:17) mengatakan bahwa dalam memandang crowdfunding mesti dilihat dari berbagai aktifitas dan mencoba menganalisanya berdasarkan ukurannya sebagai satu pasar potensial, pola dasar dan strukturnya, efisiensinya sebagai sebuah mekanisme pendanaan dan kemampuannya untuk memprediksi kesuksesan.

Ordanini, (et al. 2011) mendefinisikan crowdfunding sebagai upaya kolektif oleh orang- orang yang saling terhubung dan mengumpulkan uang mereka secara bersama-sama, biasanya melalui internet, untuk berinvestasi dan mendukung upaya yang diprakarsai oleh orang lain atau organisasi. Dalam definisi ini memandang crowdfunding dari latar investasi atau komersial sekaligus juga dari latar donasi atau bantuan yang digalang melalui internet kepada masyarakat.

Menurut Belleflame, Lambert & Schwienbacher (dalam Hemer, 2011:8) mengatakan bahwa “ Crowdfunding involves an open call, essentially through the Internet, for the provision of financial resources either in form of donations (without rewards) or in exchange for some form of reward and/or voting rights in order to support initiatives for specific purposes”. Definisi ini menyatakan bahwa crowdfunding itu melibatkan penawaran terbuka melalui internet untuk penyediaan sumber daya keuangan baik dalam bentuk sumbangan atau pertukaran untuk aset (pembelian inden) atau bentuk penghargaan tertentu dan/atau hak untuk memberikan suara untuk mendukung berbagai inisiatif untuk tujuan-tujuan khusus. Konsep ini menyiratkan bahwa dana yang dihasilkan dari proyek crowdfunding dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Setidaknya dari dua definisi di atas, secara umum crowdfunding dapat diartikan sebagai mekanisme penggalangan dana untuk mendukung sebuah program atau proyek dimana usaha dimaksud dilakukan melalui aktifitas secara online, dengan mengandalkan kepercayaan, motivasi dan sikap mental sebuah komunitas atau masyarakat dalam sebuah jaringan sosial yang ditandai oleh kepentingan, ide, gagasan dan hasrat yang sama dengan menunjukkan potensi sumber daya Setidaknya dari dua definisi di atas, secara umum crowdfunding dapat diartikan sebagai mekanisme penggalangan dana untuk mendukung sebuah program atau proyek dimana usaha dimaksud dilakukan melalui aktifitas secara online, dengan mengandalkan kepercayaan, motivasi dan sikap mental sebuah komunitas atau masyarakat dalam sebuah jaringan sosial yang ditandai oleh kepentingan, ide, gagasan dan hasrat yang sama dengan menunjukkan potensi sumber daya

Istilah dan konsep crowdfunding sering digolongkan sebagai sub kategori crowdsourching (Hemer, 2011) . Crowdsourching sendiri menggambarkan proses alih daya ( outsource ) suatu pekerjaan kepada sejumlah individu, kerumunan orang (komunitas internet) dan mengandalkan aset, pengetahuan dan keahlian mereka untuk memberi nilai tambah (Dietrich et al., 2015). Ada empat jenis crowdsourching dan ditunjukkan pada gambar 1 dibawah ini serta perbedaannya, sebagai berikut:

Gambar. 1 : Ikhtisar crowdsourching.

 Crowdwisdom : menggunakan kecerdasan masyarakat (s warm inteligence ). Kerumunan diminta untuk mengaktifkan dan merefleksikan pengetahuan mereka.  Crowdcreation : memanfaatkan potensi kreatif dari kerumunan. ide-ide yang dikumpulkan dari kerumunan digunakan dalam bentuk teks, file audio, ilustrasi dan bentuk yang sama lainnya.  Crowd Voting : memanfaatkan pendapat dan penilaian dari orang banyak untuk menilai ide-ide atau konten. Pendapat terstruktur dari proses ini kemudian dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan oleh orang banyak.

Sebagai turunan dari crowdsourching , maka crowdfunding dapat dibagi menjadi empat kategori. Kriteria utama untuk membedakan berbagai jenis crowdfunding adalah jenis pertimbangan yang diterima. Pertimbangannya bisa bersifat moneter dengan penyandang dana menerima saham di perusahaan atau saham di labanya ( crowdinvesting ) atau pendapatan bunga ( crowdlending ) pada modal yang diberikan. Pertimbangannya mungkin juga bersifat non- moneter. Model ini disebut sebagai " reward-based crowdfunding ". Kompensasi crowdfunding berbasis imbalan dapat berupa produk atau jasa. Pendanaan juga dapat diberikan tanpa pertimbangan langsung dan terukur untuk investasi ( crowddonating ), dalam hal motif sosial atau altruistik yang berpengaruh. Ini juga sering terjadi untuk crowdfunding berbasis imbalan dimana ada fokus yang kuat untuk mendukung ide tertentu, karena sangat sulit untuk objektif mengukur pertimbangan dalam bentuk barang atau jasa dan pertimbangan sering hanya mewakili sebagian kecil dari investasi (Dietrich et al., 2015: 6-7). Keempat kategori ditunjukkan pada gambar 2 dan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Gambar. 2 : Jenis crowdfunding dan pertimbangan untuk setiap kategori.

 Crowdinvesting : bertujuan untuk mengakuisisi saham di sebuah perusahaan melalui ekuitas atau bentuk campuran dari ekuitas dan modal. Crowdinvesting juga menyediakan dukungan

dana dalam jumlah kecil untuk berinvestasi untuk mendukung usaha start-up di fase pertumbuhan mereka. Sebagai imbalannya, penyandang dana ini menerima saham di perusahaan, atau berbagi dalam keuntungan perusahaan dalam hal pendanaan.

 Reward-Based Crowdfunding : kategori crowdfunding berbasis imbalan sering mencakup proyek-proyek kreatif, budaya atau komersial serta proyek-proyek olahraga. Dengan model ini penyandang dana biasanya menerima sesuatu dalam bentuk produk, karya seni atau jasa.

Tidak ada batas untuk kreativitas inisiator mencari dana (misalnya undangan ke acara, edisi khusus atau akses pre-release untuk produk).

 Crowddonating : kontribusi masyarakat dalam bentuk sumbangan sederhana yang biasanya tidak melalui berbagai proses pertimbangan atau tidak mengharapkan imbalan atas

kontribusinya. Contohnya termasuk proyek-proyek sosial, amal dan budaya. Crowddonating juga dapat digunakan untuk mengumpulkan dana untuk kampanye politik.

 Crowdlending : utamanya mengacu pada pinjaman untuk perusahaan pembiayaan atau individu, yang dikategorikan sebagai modal yang dipinjamkan. Crowdlending juga dikenal

sebagai peer-to-peer (P2P) atau pinjaman sosial. Pemberi pinjaman menerima pembayaran bunga dengan imbalan pinjaman mereka. Jumlah pembayaran bunga bervariasi tergantung pada risiko yang dihadapi oleh inisiator.

Apa yang baru pada crowdfunding ialah bahwa ia mengeksploitasi kemampuan jaringan sosial dan fitur baru lainnya dari web 2.0, terutama fungsi „jaringan viral dan pemasaran‟ yang memungkinkan untuk memobilisasi komunitas pengguna web tertentu dalam waktu yang relatif singkat (Hemer, 2011:9). Dalam semua kasus, antara para donatur dan insiator secara menyeluruh kita dapat mengklasifikasikan model pendanaan yang muncul sebagai bentuk proposisi nilai strategis. Model-model pendanaan crowdfunding tersebut diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu; pertama, model donasi yang mengumpulkan dana non-ekuitas (antara lain: model donasi, penghargaan dan pra-penjualan) dan kedua, model investasi yang mengumpulkan dana untuk keperluan finansial (antara lain: model pinjaman, investasi dan ekuitas). Crowdfunding dengan kategori investasi perlu juga menyertakan dokumen sekuritas dalam bentuk surat saham atau surat piutang kepada para donatur atau investor yang pada suatu saat dapat diklaim (Bradford, 2012:33). Gulati (2014) juga mengatakan bahwa model-model ini dapat dikombinasikan yakni eksplorasi dari semua model yang ada sehingga menghasilkan model campuran. Model ini disebut model hibrida ( hybrid model ).

Mekanisme crowdfunding terbentuk karena keterlibatan dari tiga pihak atau pelaku utama (Ordanini, 2011). Pertama , subjek, inisiator atau kreator yang mengusulkan ide dan atau proyek untuk didanai. Orang-orang ini ingin menggunakan crowdfunding untuk mendapatkan akses langsung pada pasar dan mendapatkan dukungan finansial bersama dari pendukung yang benar- benar tertarik. Mereka lebih memilih mekanisme crowdfunding disebabkan oleh tiga alasan utama yaitu; (1) akses yang murah untuk modal, (2) dukungan non-finansial berupa bimbingan sebelum sebuah proyek dikerjakan atau dalam bentuk layanan yang diberikan, (3) lebih murah dan akurat dalam memprediksi permintaan pasar sebelum proyek dimulai (Gulati, 2014:3-4).

Kedua, kerumunan masyarakat atau disebut juga donatur, kontributor, penyandang dana atau sebutan lainnya. Mereka adalah sekolompok orang yang memutuskan untuk mendukung Kedua, kerumunan masyarakat atau disebut juga donatur, kontributor, penyandang dana atau sebutan lainnya. Mereka adalah sekolompok orang yang memutuskan untuk mendukung

Ketiga, organisasi crowdfunding yang menyatukan mereka yang ingin memberikan inisiatif melalui mekanisme crowdfunding dengan orang-orang yang ingin memberikan dukungan investasi mereka. Organisasi crowdfunding ini bekerja dengan sebuah platform yaitu wadah bagi komunitas online yang menghubungkan para donatur dengan para inisiator (Gulati, 2014:4). Jadi, mekanisme crowdfunding terkait dengan jejaring sosial, dimana para konsumen secara aktif berpartisipasi dalam komunitas online untuk berbagi informasi, pengetahuan dan saran tentang sebuah inisitatif atau proyek baru (Ordanini, 2011).

Skema sederhana dari sebuah proses crowdfunding dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: www.crowdforangels.com

Inisiator menyusun sebuah proposal atas sebuah ide tertentu dan menetapkan alasan mereka untuk mencari pendanaan atas proyek itu. Dalam proposal inisiator harus menetapkan pula target minimum pendanaan dan target maksimum pendanaan. Jika model yang dipilih adalah model investasi atau ekuitas maka inisiator harus menyatakan harga saham atau suku bunga yang bersedia ditawarkan kepada donatur atau investor. Kepada inisiator diberikan batasan waktu tertentu oleh organisasi pengelola crowdfunding untuk menyelesaikan penggalangan dana . Jika inisiator berhasil maka inisiator berhak menggunakan dana dari masyarakat tersebut untuk mewujudkan tujuan atau proyek yang telah direncanakan.

2.2 Teori Aksi Kolektif ( Collective Action Theory )

Teori aksi kolektif ( Collective Action Theory ) telah intensif digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek perilaku manusia. Perspektif aksi kolektif sangat berguna dalam menjelaskan beragam fenomena, termasuk gerakan sosial (baik di dunia nyata dan dunia maya), keanggotaan dalam kelompok kepentingan, operasi aliansi internasional, pembentukan komunitas elektronik, pembentukan hubungan antar organisasi, pembentukan penetapan standar organisasi bahkan perilaku masyarakat (Agarwal, et al. 2011:226).

Dalam bidang sosiologi, teori ini masuk dalam kategori teori kelompok yang dikembangkan oleh Arthur Bentley pada awal abad ke 20 (Gillinson, 2004: 8). Dalam teori Dalam bidang sosiologi, teori ini masuk dalam kategori teori kelompok yang dikembangkan oleh Arthur Bentley pada awal abad ke 20 (Gillinson, 2004: 8). Dalam teori

Teori ini kemudian dikembangkan oleh Mancur Oslon pada tahun 1960-an dengan menerbitkan buku „The Logic of Collective Action’. Oslon (2002) berpendapat bahwa secara rasional, individu dengan kepentingannya sendiri tidak akan bertindak untuk mengamankan kepentingan bersama, kecuali mereka dipaksa atau melakukannya dengan imbalan berupa insentif yang tidak tersedia bagi mereka yang tidak berpartisipasi. Hal ini merupakan hal yang mendasar dalam aksi kolektif bahwa secara fundamental permasalahan aksi kolektif adalah ketegangan yang terjadi antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif (Gillinson, 2004). Akan tetapi, kita juga tidak dapat melakukan sesuatu secara maksimal secara individu dengan meninggalkan solusi optimal secara sosial. Apa yang terbaik bagi bagi masyarakat atau kelompok adalah yang terbaik juga bagi kita secara individu sebagai bagian dari masyarakat. Oslon (2002) kemudian menggunakan argumen ini untuk menunjukkan bahwa dalam kelompok besar, aksi kolektif tidak akan pernah terjadi kecuali kondisi yang sangat spesifik ada.

Aksi kolektif dapat didefinisikan sebagai “semua aktifitas yang melibatkan dua atau lebih individu untuk berkontribusi terhadap upaya kolektif atas dasar kepentingan bersama dan berpeluang untuk mendapat keuntungan dari tindakan terkoordinasi tersebut “ (Hemetsberger, 2006). Marshal (dalam Vanni, 2014:21) mendefinisikan aksi kolekti f sebagai “tindakan yang diambil oleh sebuah kelompok (baik secara langsung atau atas nama organisasi) yang terdiri dari anggota-anggota yang memiliki kepentingan bersama.

Da ri definisi ini menjelaskan bahwa sebuah aksi kolektif terjadi karena adanya „kerjasama‟ dari semua anggota kelompok untuk mencapai „tujuan bersama‟ dan membiarkan mereka diatur dalam satu „koordinasi‟ organisasi. Kerjasama yang terjadi dalam aksi kolektif merupakan kerja sama yang bersifat bottom-up yaitu tindakan kolektif dari individu-individu dalam kelompok. Sementara koordinasi yang terjadi bersifat top-down karena aksi kolektif dikendalikan dalam sebuah organisasi tertentu.

Menurut Vanni (2014), aksi kolektif sangat dipengaruhi oleh; (1) karakteristik sumber daya yang ada (baik barang maupun pengetahuan) dan kemampuan sumber daya untuk memprediksi kesuksesan sebuah aksi kolektif. (2) Faktor berikutnya ialah karakteristik kelompok yang terlibat. Hal ini terkait dengan ukuran dan homogenitas kelompok yang dapat disintesiskan ke dalam konsep modal sosial, kepercayaan, norma, hak dan kewajiban, nilai dan sikap, budaya, informasi, aturan, dan sanksi. (3) Selanjutnya ialah aturan dalam kelompok. Dalam sebuah aktifitas kelompok setidaknya harus mempunyai aturan yang sederhana yang dapat digunakan sebagai patron, pengontrolan dan pemberian sanksi. (4) Dan yang terakhir ialah lingkungan eksternal.

Teori aksi kolektif berusaha untuk memahami bagaimana individu dalam kelompok mampu bekerjasama untuk mengatasi dilema sosial, dengan asumsi bahwa kepentingan pribadi dalam jangka waktu yang pendek dimaksimalkan untuk kepentingan yang lebih besar (Bray, 2008). Pendekatan perilaku aksi kolektif ini dimulai dari argumen evolusi. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran memiliki kapasitas berevolusi untuk belajar norma- norma dalam bekerjasama dan mengikuti aturan sosial yang ada untuk meningkatkan keberhasilan bersama.

2.3 Evolusi Gerakan Aksi Kolektif dalam Media Baru

Gerakan aksi kolektif yang efektif terjadi karena keberadaan entitas kolektif yang terbentuk dan pengaruhnya terhadap kelompok, sehingga mampu mengerakkan perspektif individualistik. Akan tetapi, disisi lain juga sangat penting untuk diperhatikan bagaimana keberadaan entitas kolektif dan makna sosial sebagai kondisi sosial dan latar belakang emosi dan afektif yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan untuk bergabung dalam sebuah aksi kolektif (Hemetsberger, 2006:4). Gerakan aksi kolektif merupakan sebuah proses yang dinamis karena ada banyak variabel kepentingan yang hadir dalam aksi kolektif yang menjadi in-put yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerja aksi kolektif. Kinerja yang dimaksud ialah terkait dengan pengaturan kelembagaan dan hubungan sosial, yang mungkin bervariasi dari waktu ke waktu, perkembangan budaya dan masyarakat (Vanni, 2014:23).

Gerakan aksi kolektif pun turut mengalami perubahan (evolusi) seiring dengan perkembangan zaman, modernitas, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Meskipun teori aksi kolektif telah berkembang sebelum TIK seperti internet banyak digunakan, namun perubahan ini telah mengubah pandangan terhadap aksi kolektif. Harold Adam Innis seorang ekonom politik dari Universitas Toronto mengatakan bahwa komunikasi merupakan bagian dari peradaban umat manusia dan media komunikasi adalah kunci dari evolusi peradaban itu (dalam Windah, 2012: p. 23).

Evolusi aksi kolektif tercermin dalam sejarah gerakan kolektif. Karenanya, hubungan antara kondisi struktural dan konstruksi makna sosial hanya akan terungkap jika kita menggabungkan proses melihat dan mencari pada perkembangan aksi kolektif. Sehubungan dengan argumen tersebut, maka dua proses penting untuk dilihat yaitu, (1) bahwa dalam perkembangan TIK utamanya perkembangan dan pemanfaatan internet dalam berbagai dimensi kehidupan turut mempengaruhi kondisi struktural masyarakat. Dalam hal ini terkait dengan bagaimana internet berpengaruh terhadap cara individu dalam kelompok berkoordinasi dan bertindak secara online . Selanjutnya ialah (2) proses konstruksi makna sosial yang muncul dalam dunia maya. Hal ini terkait dengan bagaimana masing-masing individu mencoba bernegosiasi „untuk apa‟ dia turut bergabung dalam sebuah aksi kolektif.

Internet memiliki potensi dalam mendukung aksi kolektif karena dewasa ini pemanfaataan internet yang didukung oleh perkembangan saluran dan aplikasi yang sangat masif di tengah- tengah masyarakat. Sehingga internet muncul sebagai platform untuk memobilisasi masyarakat di ruang maya untuk melakukan aksi kolektif, seperti mobilisasi untuk menghadiri pertemuan atau melakukan demonstrasi, protes melalui internet, mobilisasi masyarakat untuk memilih dalam kampanye politik dan juga dalam hal mengkoordinir kerumunan masyarakat dalam ruang maya untuk melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat (Postmes, et al. 2002:292).

Gerakan aksi kolektif dengan menggunakan internet juga telah membentuk perilaku dan cara baru mengorganisir kerumunan masyarakat dengan mengoptimalkan penggunaan website. Perkembangan infrastruktur TIK menciptakan perilaku baru dalam berkoordinasi, mengarahkan dan melakukan monitoring aksi kolektif secara online . Saat ini sebuah aksi kolektif sangat mudah diatur dan dikelola pada satu tempat namun distribusi informasi dan aksi yang dilakukan oleh masyarakat bisa terjadi dimana saja, bahkan melewati batas-batas geografis terntentu. Banyak jenis aksi kolektif di internet yang didasarkan pada layanan dan infrastruktur digital, khususnya platform jejaring sosial yang sangat sering dikunjungi (Dolata, et al. 2014: 14). Dengan demikian infrastruktur website telah menciptakan karakteristik baru dalam aksi kolektif, mengembangkan bentuk koordinasi dan juga regulasi serta menghasilkan alat baru kontrol sosial yang sifatnya sangat fundamental. Ketiga hal ini yakni pemberdayaan, koordinasi dan kontrol merupakan efek perkembangan infrastruktur teknologi website dan platform yang mempengaruhi evolusi gerakan baru aksi kolektif.

3. METODE PENELITIAN

Pembahasan artikel ini menggunakan metode penelitian analisis isi dan studi komparatif. Keempat website yang ingin dianalisis akan diamati, lalu berbagai karakteristik diidentifikasi dan digambarkan secara objektif, sistematis dan generalis. Analisis isi sering disebut sebagai suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku yang terbuka dari komunikator (Umar, 2002: 44). Selanjutnya membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat- sifat objek yang diteliti berdasarkan karakteristik, platform, tujuan, dan indikator lainnya terkait dengan kegiatan crowdfunding dan kontribusinya dalam aksi kolektif atau kegotongroyongan yang fokus kepada tiga pihak pelaku utama crowdfunding . Studi komparatif yang dilakukan ini bertujuan untuk mencari jawaban mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor- faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nazir, 2005: 58).

4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tentang www.kitabisa.com

Situs www.kitabisa.com merupakan sebuah situs yang bertujuan untuk menggalang dana dan berdonasi secara online untuk berbagai kebutuhan, baik program yayasan/NGO, inisiatif Situs www.kitabisa.com merupakan sebuah situs yang bertujuan untuk menggalang dana dan berdonasi secara online untuk berbagai kebutuhan, baik program yayasan/NGO, inisiatif

Situs ini berdiri pada tanggal 6 Juli 2013 yang digawangi oleh Alfatih Timur sebagai Founder sekaligus Chief Executive Officer bersama dengan teman-teman dibawah merek usaha PT. Kita Bisa Indonesia yang beralamat di Jl. Ciputat Raya No. 27D, Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan – 12310. Sebagai tanda keseriusan pengelola, situs ini berjalan dibawah bimbingan Prof. Rhenald Kasali (Founder Rumah Perubahan), Achmad Zaky (CEO Bukalapak.com), Fajrin Rasyid (CSFO Bukalapak.com), Mariksa Asmara (Manging Director JAC Recruitment), Stephanie Hermawan (CEO Marketers) dan Willix Halim (Senior VP of Growth Freelancer.com).

Sejak berdiri pada tahun 2013, kitabisa.com telah mempublikasikan 1.047 kampanye dengan total dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp. 11.558.248.106,- dari total yang ditargetkan sebesar ± Rp. 190.042.305.186,- atau sekitar 6,1% dan melibatkan sebanyak 61.584 orang yang bergabung menjadi donatur (data sampai dengan 11 April 2016). Dari dua belas kategori yang tersedia, terdapat tiga kegiatan dengan jumlah capaian dana cukup besar ialah kategori event sebesar 21,5% (Rp. 2.469.020.034), di posisi kedua kategori infrastruktur sebesar 19,07% (Rp. 2.204.310.850) dan di posisi ketiga kategori kesehatan sebesar 15,12% (Rp. 1.747.286.118).

Persentase capaian dana kampanye terhadap target

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.kitabisa.com .

Persentase Dana Tercapai Berdasarkan Kategori Kegiatan

7.29

Seni & Kreatif

Produk & Teknologi

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.kitabisa.com .

Kampanye yang telah dipublikasi di situs www.kitabisa.com dikampanyekan oleh masyarakat Indonesia baik pribadi, kelompok, komunitas, himpunan mahasiswa maupun organisasi/NGO yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari 1.047 kampanye yang telah publis, Jakarta dan Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kampanye terbanyak. Jakarta sebesar 23,14 % dan Jawa Barat sebesar 15, 49%. Jika dikelompokkan berdasarkan wilayah di Indonesia maka, Pulau Jawa menjadi wilayah dengan jumlah kampanye terbesar sebesar 57%, Sumatera sebesar 14%, Kalimantan sebesar 5%, Sulawesi sebesar, 4%, Indonesia Timur (Maluku, Nusa Tenggara dan Papua) sebesar 8%, dan lain-lain sebesar 12%.

Lokasi Pemilik Kampanye

Nusa Tenggara

Sulawesi Selatan

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Kalimantan Barat

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Jawa Timur

Jawa Tengah

Jawa Barat

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.kitabisa.com .

Lokasi Pemilik Kampanye Berdasarkan Wilayah

Indonesia Timur (Maluku, Nusa Tenggara dan papua) 8%

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.kitabisa.com .

Dari 1.047 kampanye yang telah dipublikasi 680 (64,95%) kampanye merupakan kampanye pribadi dan 367 (35,05%) kampanye merupakan kampanye kelompok, komunitas, organisasi/NGO. Dari hasil temuan dari semua kampanye yang ada, beberapa hal yang perlu diperhatikan yang sering membuat sebuah kampanye tidak tercapai sesuai yang diharapkan adalah terverifikasinya proposal kampanye yag diajukan. Syarat verifikasi ialah lengkapnya administrasi user berupa; KTP dan dokumen lainnya, foto sebagai user serta uraian pemakaian dana yang ingin dikumpulkan. Disamping itu, jejaring pemilik kampanye juga menjadi faktor penentu. Semakin luas jejaring yang dimiliki akan semakin besar peluang kampaye terdanai. Hal lain yang tidak kalah penting ialah jumlah dana yang ingin dikumpulkan untuk mendanai sebuah proyek tertentu harus masuk akal. Terdapat cukup banyak kampanye dengan jumlah dana yang sangat luar biasa besar dan tidak masuk akal, yang berujung pada tidak mendapat verifikasi, kehilangan kepercayaan dan menimbulkan keraguan bagi para donatur untuk mendukung.

Faktor penting lainnya ialah dukungan tokoh, public figure atau orang-orang berpengaruh lainnya akan sangat membantu keberhasilan kampanye. Menggalang dana melalui aksi crowdfunding online merupakan sebuah usaha untuk membuat orang tertarik dan peduli untuk berdonasi. Jadi, sangat penting untuk memberi story effect ; bercerita secara personal tentang siapa kita, siapa atau isu apa yang hendak dikampanyekan, mengapa penting untuk dibantu dan apa yang terjadi jika orang-orang akan mendanai proyek dimaksud. Hingga tanggal 11 April 2016, dari 1.047 kampanye (sudah berakhir dan sedang berlangsung) masih terdapat 331 (31,61%) kampanye yang masih belum terdanai sama sekali.

Pemiliki Kampanye

Kampanye Kelompok/

Komunitas/ Organisasi/

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.kitabisa.com .

4.2 Tentang www.wujudkan.com

Situs www.wujudkan.com merupakan sebuah situs website untuk para kreator Indonesia mendapatkan dana dari masyarakat untuk mewujudkan kreasi mereka. Wujudkan.com lahir dari kenyataan bahwa anak-anak muda Indonesia kaya dengan berbagai kreasi dan daya cipta, namun sistim dukungan bagi para kreator untuk berkarya sangat kurang. Oleh karena itu, Mandy Murahimin bersama dengan kawan-kawan mendirikan wujudkan.com pada tanggal 21 Februari 2012 yang beroperasi dibawah merek usaha PT. Dukungan Karya Nusantara.

Dalam mewujudkan berbagai kreasi dari anak muda Indonesia, maka berbagai bentuk program diklasifikasikan ke dalam 11 kategori, yaitu; acara/event, arsitektur, desain, fesyen, film/video, fotografi, games, kerajinan, komik, kuliner, dan penerbitan/penelitian.

Sejak berdiri pada tahun 2012, wujudkan.com telah mempublikasikan 54 kampanye dengan total dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp. 1.422.756.392,- dari total yang ditargetkan sebesar ± Rp. 1.612.094.500,- atau sekitar 88,26 % dan melibatkan sebanyak 1.253 orang yang bergabung menjadi donatur (data sampai dengan 11 April 2016). Dari sebelas kategori yang tersedia, terdapat tiga kegiatan dengan jumlah capaian dana cukup besar ialah kategori film/video sebesar 35,43 % (Rp. 504.120.101), di posisi kedua kategori acara/event sebesar 32,64 % (Rp. 464,331,767) dan di posisi ketiga kategori penerbitan/penelitian sebesar 24,73 % (Rp. 351,859,524).

Persentase Capaian Dana Kampanye Terhadap Taget

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.wujudkan.com .

Persentase Dana Tercapai Berdasarkan Kategori Kegiatan

Acara/Event

Film/Video

Penerbitan/Penelitian

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.wujudkan.com .

Dari sebelas kategori yang dibuka oleh wujudkan.com hanya enam kategori yang ada kampanye sementara lima kategori lagi masih belum ada kampanye. Kondisi ini sama sekali tidak mempengaruhi aktifitas di wujudkan.com, namun menyiratkan bahwa kecenderungan anak muda Indonesia yang mengkampanyekan penggalangan dana untuk kegiatan kategori acara/event, desain, arsitektur, film/video, kuliner dan penerbitan/penelitian. Sementara penggalangan dana secara online untuk kegiatan fesyen, fotografi, games, kerajinan, komik masih rendah ketertarikannya atau masih belum banyak yang melakukan kreasi untuk kategori itu.

Jika diperhatikan diagram capaian kampanye di atas, meskipun jumlahnya sangat sedikit namun memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi yaitu 88, 26%. Memperhatikan masing- masing kegiatan yang dipublikasi di wujudkan.com hampir seluruhnya terverifikasi dengan baik. Pemilik kampanye mampu menyajikan data yang lengkap; baik KTP, kelengkapan dokumen, tujuan kampanye, rencana anggaran dan biaya, lokasi pelaksanaan kampanye, dan kelengkapan lainnya. Disisi lain juga tim wujudkan.com menunjukkan ketegasan dalam menyeleksi kampanye, hanya kampanye yang lengkap setelah diverifikasi yang ditayangkan ke publik.

Kampanye yang telah dipublikasi di situs www.wujudkan.com dikampanyekan oleh masyarakat Indonesia baik pribadi, kelompok, komunitas, himpunan mahasiswa maupun organisasi/NGO yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari 54 kampanye yang telah publis, Jakarta dan jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kampanye terbanyak. Jakarta sebesar 35,19 %, Jawa Barat sebesar 33,33% dan Yogyakarta sebesar 11,11%. Jika dikelompokkan berdasarkan wilayah di Indonesia maka, Pulau Jawa mendominasi dengan jumlah kampanye terbesar sebesar

96 % dan Indonesia Timur (Nusa Tenggara dan Papua) sebesar %, sementara wilayah lain masih belum ada yang mengkampanyekan proyek.

Lokasi Pemilik kampanye

Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.wujudkan.com .

Lokasi Pemilik Kampanye Berdasarkan Wilayah

Indonesia Timur 4%

Jawa 96%

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.wujudkan.com .

Dari 54 kampanye yang telah dipublikasi 47 (87,04 %) kampanye merupakan kampanye pribadi dan 7 (12,96 %) kampanye merupakan kampanye kelompok, komunitas, organisasi/NGO.

Pemilik Kampanye

Kampanye Kelompok/Ko munitas/Org anisasi/NGO

Kampanye Pribadi 87%

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.wujudkan.com .

4.3 Tentang www.gandengtangan.org

Situs www.gandengtangan.org merupakan sebuah situs website yang menjadi wadah kolaborasi bagi pemilik usaha sosial yang membutuhkan modal dengan publik yang tulus ingin membantu dengan memberikan pinjaman. Gandengtangan.org hadir untuk menjembatani keduanya agar dapat bergandeng tangan untuk menciptakan dampak baik bagi pelaku usaha di Indonesia. Gandengtangan.org bertujuan untuk mendukung usaha kecil menciptakan perubahan di masyarakat dengan pendanaan mandiri. Gandengtangan.org digawangi oleh Jezzie Setiawan sebagai founder bersama dengan kawan-kawan di bawah mereka usaha PT. Kreasi Anak Indonesia yang beralamat di Jl. Tulodong Bawah II No 15, Senayan, Jakarta Selatan.

Gandengtangan.org melakukan penggalangan dana secara urunan ( crowdfunding ) dari masyarakat

dalam perspektif gandengtangan.org adalah pengumpulan dana pinjaman secara keroyokan (urunan) dari masyarakat melalui internet dengan nominal yang tidak besar untuk suatu proyek yang akan meminjam dana. Pemilik proyek akan mengembalikan pinjaman tersebut sesuai jadwal yang telah ditentukan di awal kepada seluruh pemberi pinjaman. Gandengtangan.org memfasilitasi para wirausaha sosial dengan para pendana dengan pinjaman modal berbunga 0%. Mekanisme pinjaman adalah sistim modal bergulir (bukan donasi habis pakai) dan pinjaman modal yang sudah dikembalikan bisa ditarik atau diputar untuk memodali proyek lain.

Salah satu yang membedakan gandengtangan.org dengan jenis crowdfunding lainnya adalah karena gandengtangan fokus untuk membantu pendanaan bagi para wirausaha sosial. Gagasan ini lahir karena wirausaha sosial memiliki potensi besar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dengan cara yang mandiri dan berkelanjutan. Namun, tantangan mereka adalah sulitnya mengakses pendanaan secara konvensional dari bank atau mendapatkan investasi. Disamping itu, wirausaha sosial memiliki kelebihan, yaitu tujuannya untuk membantu penyelesaian masalah sosial di lingkungan dimana ia berada. Wirausaha sosial mengkombinasikan dua misi, yakni; misi dampak/manfaat sosial ( impact ) dan misi ekonomi ( profit ).

Dalam perspektif gandengtangan.org, jenis usaha yang dikategorikan sebagai wirausaha soial adalah jenis usaha yang memiliki tujuan utama; a) memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung dengan tujuan agar masyarakat dimaksud menjadi mandri melalui peningkatan keahlian, kemampuan dan menciptakan kesempatan. Contohnya adalah usaha berbasis komunitas, gabungan kelompok tani/ternak, koperasi produksi, dan lain-lain. b) melayani kebutuhan mereka yang tidak terlayani yaitu mereka yang tidak bisa menjangkau apa yang pasar tawarkan dan mereka terabaikan. Contonya produk/jasa untuk masyarakat di pelosok, kaum difabel atau dhuafa.

c) mengurangi dampak negatif sosial dan lingkungan. Contohnya bank sampah, daur ulang sampah, usaha berbasis edukasi, dan lain-lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah c) mengurangi dampak negatif sosial dan lingkungan. Contohnya bank sampah, daur ulang sampah, usaha berbasis edukasi, dan lain-lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah

Sejak berdiri pada 11 September 2014, gandengtangan.org telah mempublikasikan 20 kampanye dengan total dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp. 277.961.952,- dari total yang ditargetkan sebesar ± Rp. 728.200.000,- atau sekitar 38,17 % dan melibatkan sebanyak 683 orang yang bergabung menjadi donatur (data sampai dengan 11 April 2016). Secara umum semua kampanye di gandengtangan.org adalah wirausaha yang dapat dikelompokkan menjadi perikanan air tawar, pemberdayaan nelayan, usaha catering, peternakan, pemberdayaan kelompok tani, teknologi tepat guna dan kerajinan. Dari tujun pengelompokkan dimaksud, terdapat tiga kegiatan dengan jumlah capaian dana cukup besar ialah pemberdayaan kelompok tani sebesar 36,99 % (Rp. 102.817.140), di posisi kedua teknologi tepat guna sebesar 32,72 % (Rp. 90.946.099) dan di posisi ketiga kerajinan sebesar 9,59 % (Rp. 26.670.151).

Persentase Capaian Dana Kampanye Terhadap Target

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.gandengtangan.org .

Persentase Dana Tercapai Berdasarkan Kelompok Kegiatan

Perikanan Air Tawar

Usaha Catering

Pemberdayaan Kelompok Tani 36.99%

Teknologi Tepat Guna

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.gandengtangan.org .

Kampanye yang telah dipublikasikan di www.gandengtangan.org umumnya dikampanyekan oleh komunitas atau kelompok dibawah koordinasi ketua komunitas atau kelompok. Kampanye berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan lagi-lagi didominasi oleh provinsi yang ada di Jawa yaitu, Jawa Timur 20 %, Jakarta dan Banten 15 % dan disusul oleh daerah lainnya.

Lokasi Pemilik Kampanye

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Kaimantan Timur

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Timur

Papua Barat

Sumber: Diolah oleh penulis dari www.gandengtangan.org .

4.4 Tentang www.indonesiamengajar.org

Situs www.indonesiamengajar.org merupakan portal bagi organisasi non-profit Gerakan Indonesia Mengajar dibawah Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar (YGMI) yang diketuai oleh Hikmat Hardono. Indonesia mengajar digagas oleh Anies Baswedan yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2009. Gerakan ini terinspirasi dari pengalaman panjang yang dialami dan dicermati oleh Anies Baswedan dari berbagai generasi di Indonesia, pengabdian dan interaksi dengan berbagai elemen masyarakat dan juga pengetahuan modern yang dipetik dari akademik global.

Indonesia Mengajar (IM) adalah inisiatif publik yang mengajak masyarakat untuk teribat aktif dalam gerakan memajukan pendidikan. Kegiatan utama IM adalah merekrut, melatih, mengirimkan dan mendampingi anak muda terbaik – yang disebut Pengajar Muda – untuk bertugas selama 1 tahun di pelosok Indonesia sebagai penggerak masyarakat sekaligus guru sekolah dasar. Selain mengajar IM juga mendorong perubahan perilaku yang positif dari para stakeholder serta bermitra secara intensif dan jangka panjang.

Sejak aktif mengirim Pengajar Muda sejak November 2010 hingga Juni 2015, IM telah menempatkan 621 Pengajar Muda di 161 SD, 151 Desa dan 85 Kecamatan di 17 Kabupaten, 16 Provinsi. Misi utama IM yakni, 1) menciptakan dampak yang berkelanjutan dari kehadiran Pengajar Muda di desa dan kabupaten penempatan, 2) membangun jejaring pemimpin masa depan yang memiliki pemahaman akar rumput, dan 3) membangun gerakan sosial pendidikan di Indonesia.

Sebagai organisasi yang turut melibatkan masyarakat dalam mewujudkan program- programnya, maka ada tiga bentuk keterlibatan masyarakat dalam IM, yakni:

1) Bergabung menjadi Pengajar Muda. IM mengajak pemuda-pemuda terbaik Indonesia yang memiliki semangat mengabdi dan cita-cita tinggi, untuk menjadi tenaga pendidik yang ditempatkan di berbagai pelosok Indonesia. Syarat menjadi Pengajar Muda adalah memiliki semangat juang, kemampuan adaptasi yang tinggi, menyukai tantangan dan kemampuan problem solving serta mampu menghrgai dan berempati terhadap orang lain. disamping itu diutamakan yang belum menikah, sehat secara fisik dan mental, fresh graduate dengan IPK akademis yang baik dan dibawah umur 27 tahun.

2) Bergabung menjadi Relawan. IM mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadi relawan pada posisi sebagai;

 Asesor Pedagogi yaitu ahli dalam bidang pendidikan anak untuk melatih secara intensif para Pengajar Muda sebelum dikirim ke lapangan.  Komite Rekrutmen yaitu tim yang bertugas mengundang dan menjaring pemuda-pemudi pemberani yang siap mengambil bagian menjadi Pengajar Muda.