2.1. Forensik Digital - Identifikasi Tipe File Dari File Fragment Menggunakan Longest Common Subsequences (Lcs)

BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini merupakan pembahasan tentang teori-teori penunjang serta penelitian

  sebelumnya yang berhubungan dengan identifikasi tipe file serta metode Longest Common Subsequences.

2.1. Forensik Digital

  Forensik memiliki pengertian sebagai pengaplikasian ilmu pengetahuan terhadap pelaku kriminal dan wujud dari penegakan hukum oleh pihak kepolisian (Saferstein, 2011). Kebanyakan orang sering mengaitkan digital forensik dengan investigasi tindakan kriminal, namun, forensik digital dalam beberapa tahun terakhir memiliki peran sebagai alat pendekatan untuk memfasilitasi pelestarian dan penjagaan terhadap bukti digital, khususnya dalam proses investigasi bukti-bukti pada masa lampau (John, 2012). Cabang ilmu pengetahuan forensik tersebut merupakan respon dari desakan komunitas penegakan hukum (Whitcomb, 2002).

  Secara teknis, forensik digital dapat dibagi atas beberapa cabang berdasarkan perangkat digitalnya, yakni: forensik computer, forensik jaringan, forensik analisis data dan forensik perangkat mobile (Aaron, 2014).

  Dalam forensik, salah satu tahap yang sering dilakukan adalah tahap identifikasi, salah satunya adalah identifikasi file. Proses pemeriksaan media digital oleh forensik komputer bertujuan untuk mengidentifikasi, mendapatkan, menjaga, memulihkan, menganalisis, dan mempresentasikan hasil identifikasi dari file yang tersimpan secara elektronik pada media komputer (Noblett, et al. 2000).

2.2. File

  merupakan sekumpulan informasi berupa huruf, angka, maupun karakter khusus

  File

  dan ditandai dengan nama file. Seluruh data maupun informasi yang ada dalam sebuah komputer tersimpan dalam bentuk file. File dapat dibagi berdasarkan isi informasi yang disimpan, yakni: text file, image file, dan program file. Text file merupakan file yang menyimpan informasi berupa text (tulisan), image file merupakan file yang menyimpan informasi berupa image (gambar), sedangkan program file merupakan file yang menyimpan program. Isi dari file juga dapat menentukan format file tersebut, karena file merupakan tempat disimpannya data.

  Secara umum, sebuah file terdiri atas tiga bagian, yakni:

  1. File header

  File header adalah sebuah signature file atau magic bytes yang ditempatkan

  pada awal file. Sistem operasi maupun perangkat lunak lainnya akan membaca informasi yang terdapat pada header tersebut, dan mengetahui jenis file dari sebuah

  file .

  Pada proses investigasi oleh pihak forensik komputer, file header sangat penting karena file header tersebut dapat membantu melacak konten dari file yang terhapus, laporan aktivitas pengguna, dan hal-hal yang bersangkutan lainnya. Sebagai contoh, bila pihak forensik hendak mengembalikan rekaman file activity yang terhapus dari suatu perusahaan, dengan melacak signature daripada hard drive yang berkaitan dengan rekaman file activity, maka sering kali proses recovery dapat berhasil dilakukan. Contoh signature file dapat dilihat pada tabel 2.1.

  2. File body

  File body adalah isi dari sebuah file yang menjadi data atau informasi utama yang dimiliki oleh file.

  3. File trailer

  File trailer adalah bagian penutup dari sebuah file dan merupakan penanda

  akhir sebuah file. Berdasarkan jenis datanya, metadata atau informasi mengenai struktur data dan penjelasannya terdapat pada header suatu file, namun informasi tersebut dapat ditemukan juga pada trailer sebuah file (Aaron, 2014).

Tabel 2.1. Contoh Signature File pada Header File Ekstensi file Signature file Deskripsi

  GIF 47 49 46 38 Graphic Interchange Format MP3 49 44 33 MP3 Audio File PNG 89 50 4E 47 0D 0A 1A 0A Portable Network Graphics

  PDF , FDF 25 50 44 46 Portable Document Format and Forms Document File

  SWF 46 57 53 Shockwave Flash Player DOC, DOT, PPS, PPT, D0 CF 11 E0 Microsoft Office Applications

  XLA, XLS, VSD, WIZ A1 B1 1A E1 (Word, Powerpoint, Excel, Visio, Wizard)

  RTF

  7B 5C 72 74 66 31 Rich Text Format Word Processing File

2.2.1. File Types and Formats

  Seiring bertambahnya tingkat penggunaan software, penyimpanan data merupakan hal yang vital bagi user, penyimpanan data ini sendiri menimbulkan suatu polemik di dalam bidang forensik. Terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan munculnya variasi-variasi tipe data. Kenyataannya, hampir mustahil untuk membuat list seluruh tipe file dari komputer, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

  1) Beberapa tipe file bersifat umum sedangkan yang lain bersifat sangat spesifik. 2)

  Beberapa tipe file sangat umum digunakan sedangkan yang lain hanya dipakai oleh orang atau organisasi tertentu. 3)

  Detail daripada beberapa file memiliki hak milik sedangkan yang lain bersifat terbuka. 4) Selalu ada tipe-tipe file baru yang dibuat (Lechich, 2007).

  Terdapat beberapa cara untuk mengidentifikasi tipe file , yaitu : 1)

  Berdasarkan ekstensi file Cara paling mudah untuk mendapatkan indikasi tipe file adalah dengan melihat ekstensi dari nama file tersebut. Ekstensi nama file adalah karakter setelah tanda „.‟

  (titik) pada akhir nama file. Sebagai contoh, sebuah file “MyText.txt”, merupakan sebuah file txt(teks), se mentara “MyPic.jpg” merupakan sebuah file jpeg (gambar).

  Permasalahan pada identifikasi file ini terdapat pada mudahnya manipulasi ekstensi sebuah file. File “MyText.txt” tadi dapat dengan mudah diganti ekstensi

  file

  nya menjadi “MyText.jpg”. Hal tersebut dapat terjadi secara tidak sengaja maupun secara sengaja. Identifikasi berdasarkan ekstensi file sangat mudah dilakukan dan cepat, tetapi tidak cukup untuk memastikan tipe dari suatu file . 2)

  Berdasarkan struktur file Semakin kompleks tipe file, maka file memiliki format spesifikasi yang kaku.

  Dengan menganalisis struktur sebuah file dan membandingkannya dengan spesifikasi format yang ada, maka tipe file dapat ditentukan.

  3) Berdasarkan Magic Bytes

  

Magic Bytes atau magic number atau dikenal juga dengan sebutan signature file

  adalah kumpulan byte-byte pada sebuah file yang dapat membedakan antara jenis

  

file yang satu dengan jenis file yang lainnya. Pada umumnya, magic bytes terdapat

  pada file header, namun pada tipe file yang lain, magic bytes terdapat pada file

  

body atau file trailer. Magic bytes juga dapat digunakan untuk membedakan versi

aplikasi yang digunakan untuk membuat file tersebut.

  4) Berdasarkan distribusi karakter

  Konten atau isi dari sebuah file adalah urutan byte-byte. Perhitungan frekuensi kemunculan dari setiap kemungkinan 256 nilai byte dari 0 sampai 255 dan kumpulan frekuensi dari setiap byte disebut dengan Byte Frequency Distribution (BFD).

  Identifikasi berdasarkan distribusi karakter dilakukan dengan membandingkan frekuensi kemunculan byte dari suatu file dengan frekuensi kemunculan byte dari file lainnya. Sebagai contoh, pada file html byte dari karakter /, < dan > memiliki frekuensi kemunculan yang lebih tinggi dibandingkan dengan file lainnya. Sehingga, apabila terdapat sebuah file yang tingkat frekuensi byte karakter /, < dan >, maka kemungkinan besar file tersebut merupakan file html. File yang memiliki tipe data yang berbeda akan cenderung memiliki frekuensi byte yang berbeda pula.

  Identifikasi tipe file berdasarkan distribusi karakter memiliki dua kelemahan, yaitu: a.

  Adanya beberapa tipe file yang tidak memiliki distribusi karakter yang spesifik.

  b.

  Memiliki akurasi yang cukup rendah (Aaron, 2014).

2.2.2. File Type Validation

  Setelah mengidentifikasi tipe file, maka tahap selanjutnya adalah melakukan validasi dari tipe file tersebut. Suatu file dikatakan valid apabila : a.

  Dapat digunakan oleh program yang memang bertujuan untuk mengolah file dengan tipe data tersebut.

  b.

  Sesuai dengan spesifikasi tipe file tersebut. Misalnya, file gif bukan hanya menampilkan satu gambar saja, tetapi beberapa gambar yang seperti video.

  (Lechich, 2007).

  2.2.3. File Fragment

File fragment adalah potongan file yang tidak lengkap, dikarenakan recovery file yang

  tidak maksimal, sehingga hanya mengembalikan sebagian file, bahkan terkadang potongan file yang satu menimpa potongan file yang lain sehingga file menjadi tidak dapat dibuka.

  Berdasarkan struktur atau konten hex numbernya, tipe-tipe file fragment dapat dibagi menjadi 2, yakni: 1) File yang hex numbernya terpotong. Ilustrasi pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Ilustrasi hex number file terpotong

  2) File yang hex numbernya tertimpa oleh hex number dari file lain. Ilustrasi pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Ilustrasi hex number file tertimpa file lain Fragmentasi sebuah file terjadi dikarenakan penyimpanan suatu file pada media penyimpanan membagi-bagi file menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan tersebar dalam cluster. Sehingga, ketika sebuah file dihapus pada media penyimpanan,

  

cluster tempat dimana file tersebut disimpan menjadi kosong dan dapat ditempati oleh

file yang lain. Ketika file mengalami penambahan ukuran, sering kali tidak mungkin

  untuk melakukan proses penulisan di bagian akhir file sehingga berpotensi menyebabkan proses fragmentasi file. Penempatan penimpaan suatu file terhadap file lain selalu dimulai dari header file, sehingga file menjadi tidak dikenali oleh aplikasi pembaca file tersebut. Fragmentasi pada suatu file juga dapat terjadi pada keseluruhan

  file sehingga file tidak dapat teridentifikasi.

  Sebuah permasalahan di dalam forensik komputer muncul dalam menentukan tipe file dari file fragment. Ketika sebuah file dihapus, entri daripada file di dalam

  

directory bisa tertimpa. Hal tersebut dapat dengan mudah diselesaikan bila header file

fragment tersebut masih utuh, tetapi deteksi tipe file akan menjadi sulit dilakukan

  apabila file fragment dideteksi melalui body file dikarenakan file header yang terhapus atau tidak lengkap. Ada dua metode yang dapat dipakai dalam menentukan tipe file dari file fragment yakni Fisher‟s linear discriminant dan berdasarkan longest common

  

subsequences dari file fragment dengan berbagai macam file yang dipakai sebagai

testing dataset ( Calhoun & Coles, 2008).

  . File Recovery

2.2.4 Penghapusan sebuah file mengakibatkan cluster yang sedang ditempati file tersebut

  berubah menjadi unallocated space yaitu cluster kosong yang dapat ditempati data lainnya. Secara fisik, file masih terdapat pada cluster tersebut dan masih dapat direcovery selama belum terjadi penimpaan data (overwrite), penghapusan secara keseluruhan (thorough delete) maupun wiping. Recovery file dapat dilakukan dengan proses undelete, file carving, maupun recovery (Aburabie & Alomari, 2006).

  Proses recovery file merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk Table (MFT) untuk setiap file memiliki pengalokasian daftar cluster untuk penyimpanan file tersebut. Oleh karena itu, recovery file yang telah mengalami fragmentasi masih dapat dilakukan (Casey, 2010).

2.3. Jenis-Jenis File

2.3.1. PDF

  PDF atau Portable Document Format adalah tipe file dokumen umum yang mewakili berbagai jenis tipe file dokumen lain yang terdapat di internet sejak tahun 1993 (Taft, et al. 2004). Pada 14 tahun terakhir, dibantu dengan membludaknya penggunaan internet, PDF menjadi tipe file yang paling sering digunakan sebagai media pertukaran dokumen-dokumen. Berikut adalah detail dari perkembangan PDF :

  1) PDF 1.0 / Acrobat 1.0 (1993). 2) PDF 1.1 / Acrobat 2.0 (1994). 3) PDF 1.2 / Acrobat 3.0 (1996). 4) PDF 1.3 / Acrobat 4.0 (1999). 5) PDF 1.4 / Acrobat 5.0 (2001). 6) PDF 1.5 / Acrobat 6.0 (2003). 7) PDF 1.6 / Acrobat 7.0 (2005). 8) PDF 1.7 / Acrobat 8.0 (2006). 9) PDF 1.7 / Acrobat 9.0 / Adobe Extension Level 3 (2008). 10) PDF 1.7 / Acrobat 9.1 / Adobe Extension Level 5 (2009).

  PDF memiliki 4 komponen bagian seperti pada Gambar 2.3, yakni : 1)

  Objek Sebuah file PDF adalah sebuah struktur data yang dibentuk dari sekumpulan tipe dasar dari objek data. Objek dari PDF menjelaskan syntax dan sifat mendasar dari file PDF itu sendiri.

  2) Struktur file

  Struktur sebuah file PDF menentukan bagaimana objek-objek PDF disimpan di dalam file PDF, bagaimana mereka diakses, dan bagaimana mereka diperbarui. Struktur dari PDF ini sendiri bersifat terpisah dari semantik objek-objek tersebut. 3)

  Struktur dokumen Struktur sebuah dokumen PDF menjelaskan bagaimana tipe objek sederhana digunakan untuk menunjukkan komponen-komponen dari sebuah dokumen PDF seperti halaman, font, anotasi, dan seterusnya. 4)

  Content Streams

  Content stream dari sebuah PDF berisi sebuah rangkaian instruksi yang

  mendeskripsikan penampilan dari sebuah halaman. Instruksi ini, walau menggambarkan sebuah objek, secara konseptual berbeda dengan objek-objek yang merepresentasikan struktur dokumen dan diuraikan secara terpisah (Adobe, 2008).

Gambar 2.3. Komponen dari file PDF (Adobe, 2008)

  Struktur file PDF sebenarnya relatif sederhana, sekumpulan data yang berisi sejumlah objek teks dan gambar dalam bermacam format. Objek tersebut disatukan oleh font, layout, formatting, dan informasi lainnya. Tabel 2.2 merupakan rincian

Tabel 2.2. Komposisi Struktur dari File PDF (Roussev & Garfinkel, 2009) Encoding Count Avg Size(KB) Total (MB) %

  Deflate 10,406,780 4,11 41,730

  49.1 Image (jpeg/jpeg2000) 853,321 25,88 21,570

  25.4 BW Image (fax/JBIG2) 756,532 12,82 9,470

  11.2 PDF-Characteristic 8,236 9,7% Application/XML/Form 520,220 3,18 1,614 1,9

  ASCII85/ASCIIHex 205,421 4,51 905 1,1 LZW/RunLength 64,911 7,70 488 0,6

  Fonts 10,005 1,14

  11

  0.0 Other 412,570 2,23 899 1,1

  

Grand Total 13,229,760 6,57 84,921 100

  Kolom pertama merupakan metode encoding untuk objek PDF, sedangkan kolom yang lain merupakan jumlah angka dari objek yang ada di dalam PDF, ukuran rata-rata, total ukuran keseluruhan dan persentase dari keseluruhan bagian yang terdapat dalam file PDF (Roussev & Garfinkel, 2009). Contoh isi hex number dari tipe

  file PDF dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Contoh rangkaian hex number dari random PDF (Roussev &

  Sedangkan struktur dokumen PDF, tersusun atas 4 bagian utama, yakni: 1)

  PDF Header Baris pertama pada PDF yang mendefinisikan versi dari format file PDF. Dari header PDF kita juga dapat menemukan informasi dasar dari sebuah file PDF, misalnya header “%PDF-1.5” menunjukkan magic bytes PDF yakni “%PDF” serta “1.5” yang menjelaskan versi PDF tersebut, yakni versi PDF 1.5.

  2) PDF Body

  Body pada file PDF mengandung objek-objek yang memuat konten dari

  dokumen tersebut. Objek-objek ini meliputi data berupa gambar, font, anotasi,

  hyperlinks , bookmark, teks stream dan sebagainya. Pengguna PDF juga dapat

  mengimplementasikan fitur yang terdapat didalamnya, seperti fitur pengamanan yang membatasi dokumen agar tidak dapat dicetak, dilihat, diedit, maupun dimodifikasi. 3)

  Cross-Reference Table

  Cross-reference table atau dapat disebut juga dengan xref table memuat hubungan antara objek atau elemen yang terdapat di dalam file.

  4) Trailer

  Trailer pada PDF memuat hubungan pada cross-reference table dan selalu

  diakhiri dengan “%%EOF” untuk menandakan akhir dari sebuah file PDF. Jika baris tersebut hilang, maka file PDF tidak dapat diproses secara benar.

  RTF 2.3.2. RTF atau Rich Text Format adalah format file dokumen yang dipubikasikan oleh

  

Microsoft Corporation pada tahun 1987 untuk mentransfer dokumen teks dengan

platform Microsoft.

  Meskipun format file RTF termasuk sebagai dokumen, namun file RTF tetap menggunakan standar pengodean ANSI ASCII, PC-8, Macintosh, Unicode atau IBM PC Character Set untuk mengontrol representasi maupun format dari dokumen.

  Format file RTF juga mendukung grafik dan tabel dalam dokumen. Contoh rangkaian hex number pada file RTF dapat dilihat pada gambar 2.5. Berikut adalah detail dari perkembangan RTF untuk Microsoft Word:

  1) RTF versi 1.0 untuk Microsoft Word 3 (1987). 2) RTF versi 1.1 untuk Microsoft Word 4 (1989). 3) RTF versi 1.2 untuk Microsoft Word 5 (1993). 4) RTF versi 1.3 untuk Microsoft Word 6 (1994). 5) RTF versi 1.4 untuk Microsoft Word 95/Word 7 (1995). 6) RTF versi 1.5 untuk Microsoft Word 97/Word 8 (1997). 7) RTF versi 1.6 untuk Microsoft Word 2000/Word 9 (1999). 8) RTF versi 1.7 untuk Microsoft Word 2002/Word 10 (2001). 9) RTF versi 1.8 untuk Microsoft Word 2003/Word 11 (2004). 10)

  RTF versi 1.9.1 untuk Microsoft Word 2007/Word 12 (2008). (Microsoft Corporation, 2007).

Gambar 2.5. Contoh rangkaian hex number dari random RTF

2.3.4. DOC

  DOC atau document adalah salah satu ekstensi tipe file dokumen pengolah kata. DOC merupakan format file binary yang digunakan oleh aplikasi Microsoft Word 97, Microsoft Word 2000, Microsoft Word 2002, dan Microsoft Office Word 2003 (Microsoft, 2014). DOC memiliki rangkaian hex number berupa „D0 CF 11 E0 A1 B1

  1A E1‟.

  Sebuah file DOC memuat informasi berupa: 1)

  Main Stream

  3) Table Stream

  4) Data Stream

  5) Custom XML Storage (Microsoft Word 2007)

  6) Bit 0 atau object stream yang memuat data privat untuk objek OLE 2.0 (Object

  Linking and Embedding 2.0) yang di-embed ke dokumen Word (Microsoft, 2007). Contoh hex number dari tipe file DOC terdapat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Contoh rangkaian hex number dari random DOC

2.4. Binary File

  

Binary file merupakan sebuah file komputer yang bukan merupakan file teks. File

  tersebut bisa saja memuat tipe data apa saja, kemudian diubah ke dalam bentuk binary untuk tujuan penyimpanan dan pemrosesan komputer. Banyak format file binary yang memuat bagian yang dapat diterjemahkan ke dalam teks, sebagai contoh beberapa file dokumen seperti file Microsoft Word dengan ekstensi doc yang memuat informasi berupa teks yang terdapat pada file tersebut dan juga informasi-informasi lainnya dalam bentuk binary.

  Binary file umumnya memuat byte yang akan diterjemahkan menjadi gambar, header, blok-blok metadata yang digunakan oleh program komputer untuk menerjemahkan data yang ada di dalam file. Pada file header umumnya berisi

  

signature atau magic number yang dapat mengidentifikasi format file. Binary file yang

tidak memiliki header disebut juga sebagai flat binary file.

  Untuk mengirim binary file melalui sebuah sistem khusus seperti e-mail yang tidak mendukung semua jenis data, biasanya binary tersebut diubah menjadi plain teks atau lambang-lambang khusus sebagai representasi, misalnya menggunakan Base64. Proses mengubah atau encoding tersebut biasanya memiliki kelemahan, seperti ukuran

  

file yang bertambah pada saat proses mengirim, serta dibutuhkan proses penerjemahan

  dari plain teks ke binary setelah file diterima. Permasalahan ukuran file yang bertambah dapat diselesaikan dengan cara melakukan kompresi data, sehingga data yang dikirim memiliki ukuran file yang relatif sama dengan file asli.

  Hex editor merupakan aplikasi untuk membaca binary yang terdapat pada

  suatu file maupun mengubah tipe data binary menjadi tipe data hexadecimal, decimal maupun karakter ASCII. Perbandingan binary dan hex pada satu file .pdf dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.

Gambar 2.7. Binary pada file PDFGambar 2.8. Hex pada file PDF

2.6. Longest Common Subsequences

  Dalam permasalahan matematika, sebuah subsequence adalah sebuah sequence yang diturunkan dari sequence lain dengan menghapus beberapa elemen tanpa mengganti urutan dari sisa element tersebut. Sebagai contoh, sequence “A B D” merupakan

  subsequence dari sequence

  “A B C D E”. Secara singkat, subsequence merupakan bagian dari sebuah sequence.

  Longest Common Subsequences merupakan sebuah metode untuk mencari

sequence terpanjang yang sama, sebuah basis dari pemrograman untuk perbandingan

  data komputer. Pada kasus identifikasi tipe file, Longest Common Subsequences dapat digunakan untuk membandingkan sequence hex number beberapa file. Secara umum, adalah sebuah metode untuk mendapatkan sequence

  Longest Common Subsequence terpanjang dengan membandingkan beberapa sequence.

  Pengaplikasian metode Longest Common Subsequences dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah, contoh permasalahan yang dapat diselesaikan metode LCS mencakup :

  1. Sequence dari DNA atau gen yang dapat direpresentasikan sebagai deretan 4 huruf ACGT. Pada saat seorang ahli biologi yang meneliti tentang gen, bila dia menemukan suatu sequence yang baru pada gen tersebut, biasanya mereka akan mencari tahu sequence lainnya yang mirip dengan sequence baru tersebut.

  2. Pada program UNIX, „diff‟ digunakan untuk membandingkan dua file yang sama dengan versi yang berbeda, untuk menemukan perubahan yang terdapat pada file tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan cara menemukan Longest

  Common Subsequences dari kedua file tersebut, dan menemukan subsequence

  yang tidak berubah, sehingga dapat ditemukan baris subsequence yang berbeda atau diganti.

3. Banyak text editor seperti “emacs” menampikan bagian dari sebuah file ke monitor, dan setiap kali file tersebut diganti, maka monitor akan ter-update.

  Program tersebut ingin mengirimkan teks sesedikit mungkin ke terminal sehingga proses update tersebut dapat ditampilkan secara benar. Diperlukan metode Longest Common Subsequences sehingga karakter-karakter pada file yang tidak berubah tetap tinggal di terminal dan hanya mengirimkan karakter- karakter yang berubah saja (University of California, 1996). Sebagai contoh, terdapat dua buah string, string S mencakup deretan string

  1 2 mencakup deretan

  berupa “AAACCGTGAGTTATTCGTTCTAGAA”, dan string S

  1

  string “CACCCCTAAGGTACCTTTGGTTC”. Kesamaan substring pada string S dan S dapat dilihat pada Gambar 2.9. Pencarian subsequence terpanjang pada dua

  2

  buah sequence secara manual tersebut akan memakan waktu yang sangat lama bahkan mustahil dilakukan bila mencakup binary file sebagai input, dikarenakan binary file dapat mencapai ratusan bahkan ribuan baris sequence. Oleh karena itu, metode

  

Longest Common Subsequences dipakai untuk menyelesaikan kasus-kasus pencarian

subsequence yang mencakup binary file hingga pencarian informasi pada deretan

  rangkaian DNA.

Gambar 2.9. Kesamaan substring S 1 dan S

  2 Bila terdapat dua buah sequences yaitu X dan Y, dengan X = <X , X , ..., X >

  1 2 m

  dan Y = <Y

  1 , Y 2 , ..., Y n >. Kemudian Z merupakan Longest Common Subsequences

  daripada sequence X dan Y dengan persamaan Z = <Z

  1 , Z 2 , ..., Z k >. Maka akan

  terdapat persamaan-persamaan sebagai berikut : 1. m = Y n, maka dapat dipastikan bahwa Z k = X m = Y n .

  Jika X 2. m <> Y n , maka X m <> Z k mengindikasikan bahwa Z terdapat pada

  Jika X LCS(X , Y).

  m-1

  3. m <> Y n , maka Y n <> Z k mengindikasikan bahwa Z terdapat pada Jika X LCS(X, Y n-1 ) (Klappenecker, 2011).

  Ilustrasi pencarian subsequence dari dua buah string dengan metode Longest

  Common Subsequences adalah sebagai berikut: Misalkan X memiliki sequence BDCB, dan Y memiliki sequence BACDB.

  Sequence X dan sequence Y diletakkan pada tabel seperti pada gambar 2.10.

  1. Letak sequence X dan Y tidak berpengaruh terhadap perhitungan.

  2. Input kolom paling kiri dan paling atas dengan angka 0.

  3. Kemudian pertemukan setiap sequence satu per satu. Bila X sama dengan Y, maka nilai pada kolom tersebut adalah (n,n) = (n-1,n-1) + 1. Sedangkan bila X tidak sama dengan Y, maka nilai yang menjadi input adalah nilai terbesar yang terdapat pada kolom (n-1,n) atau pada kolom (n,n-1). Misalkan nilai X = B dan nilai Y = B, bertemu pada kolom (2,2), maka input kolom tersebut dengan nilai (1,1) + 1, dalam hal ini nilai (1,1) = 0, sehingga 0+1 = 1. Bila, nilai X = D dan nilai Y = B yang bertemu pada kolom (3,2), maka yang bernilai 0. Nilai 1 > 0, maka input pada kolom (3,2) adalah 1. Apabila nilai pada kolom (2,2) sama dengan nilai pada kolom (3,1) maka input kolom (3,2) sama dengan kedua kolom tersebut.

  4. Input seluruh kolom yang tersisa.

Gambar 2.10. Tabel X dan Y

  Setelah itu, akan ditentukan Longest Common Subsequences (LCS) dari tabel yang sudah terisi tersebut. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah :

  1. Meletakkan pointer pada kolom sudut kanan bawah, yakni kolom (5,6).

  2. Pointer akan bergerak dengan salah satu pola, yakni ke kiri lalu ke atas atau ke kanan lalu ke atas. Tetapi pointer tidak bisa bergerak menggunakan pola ini bila nilai pada kolom yang dituju tidak sama dengan nilai pada kolom semula. Bila hal ini terjadi, maka pointer akan bergerak menyerong, misalnya dari (5,6) ke (4,5).

  3. Sequence tersebut akan diletakkan dengan urutan dari kanan ke kiri.

  4. Pointer akan terus bergerak sampai pada kolom dengan nilai 0. Pointer akan berhenti, dan nilai dari LCS telah didapat.

  5. Pada gambar 2.11, dapat kita ambil kesimpulan bahwa nilai LCS antara X dan Y adalah BCB.

  Mulai backtrack

Gambar 2.11. Gambar ilustrasi perhitungan LCS 6.

  Setelah mendapatkan nilai LCS, maka penelitian akan dilanjutkan pada tahap mencocokkan nilai LCS yang didapat dengan hex number pada file yang hendak diuji.

2.7. Penelitian Terdahulu

  Pada tahun 2003, McDaniel & Heydari mengajukan metode “fingerprints” untuk memprediksi tipe file dengan membandingkan histogram file. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sangat sulit untuk menghasilkan representasi

  

fingerprint untuk seluruh kelas tipe file. Li, et al. pada tahun 2005

  mengimplementasikan metode fileprints yang mengidentifikasikan tipe file dengan menganalisa n-gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode fileprints dengan menggunakan model centroid untuk representasi distribusi nilai byte per tipe file dapat mengidentifikasi tipe file secara efektif saat melakukan streaming file dari ataupun menuju disk drive. Veenman pada tahun 2007 mengajukan metode linear diskriminan

  

the Fischer untuk yang diaplikasikan kepada fileprint, entropy, dan pengukuran

  berbasiskan Kolgomorov complexity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode

  

linear discriminant dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe file. Calhoun dan

  Coles pada tahun 2008 melakukan perbandingan dua metode yaitu metode linear

  

discriminant dan longest common subsequences untuk membandingkan 4 tipe file

  yakni pdf, gif, bmp, dan jpg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode longest menghasilkan akurasi yang lebih baik saat mengidentifikasi file bmp dan pdf dibandingkan metode linear discriminant yang diajukan oleh Veenman. Akan tetapi metode longest common subsequences tidak secepat metode linear discriminant dalam mengidentifikasi tipe file.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kepatuhan Ibu Menyusui Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayi Baru Lahir Di Desa Sidodadi Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

0 0 13

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Penentuan Rute Distribusi yang Optimal dengan Batasan Waktu Pengiriman Menggunakan Algoritma Heuristik pada PT. Sharp Electronics Indonesia

0 0 10

Penentuan Rute Distribusi yang Optimal dengan Batasan Waktu Pengiriman Menggunakan Algoritma Heuristik pada PT. Sharp Electronics Indonesia

0 0 16

2. REVIEW OF RELATED LITERATURE a. NOVEL - An Analysis Of Intrinsic Elements In Nicholas Sparks’ Novel The Last Song

0 0 6

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penyelesaian Kredit Pembelian Sepeda Motor Bermasalah(Studi Kasus Pt. Federal International Finance Cabang Medan)

0 0 15

Pemilihan Supplier Dan Alokasi Pemesanan Bahan Baku Di Pt Latexindo Toba Perkasa Menggunakan Metode Fuzzy Ahp, Topsis, Dan Molp

1 2 36

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Pemilihan Supplier Dan Alokasi Pemesanan Bahan Baku Di Pt Latexindo Toba Perkasa Menggunakan Metode Fuzzy Ahp, Topsis, Dan Molp

0 1 47

BAB I PENDAHULUAN - Pemilihan Supplier Dan Alokasi Pemesanan Bahan Baku Di Pt Latexindo Toba Perkasa Menggunakan Metode Fuzzy Ahp, Topsis, Dan Molp

0 0 9

54 LAMPIRAN A : List File untuk Fase Training

0 0 23