Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)

  Lampiran 1 Form Data Wawancara Nama Informan Jabatan Nama TBM Hari/Tanggal Waktu Transkrip Jawaban Informan 1.

  Apakah ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian TBM? 2.

  Apa alasan anda menamakan TBM pada tempat ini? 3.

  Apakah tujuan didirikannya TBM ini? 4.

  Apa-apa saja jenis koleksi yang terdapat di TBM ini?

5. Usia berapa sajakah yang dapat memanfaatkan TBM ini? 6.

  Bagaimana promosi yang dilakukan untuk pengembangan TBM? 7.

  Apakah harapan anda atas pengembangan TBM di masa depan? 8.

  Bagaimana sambutan masyarakat tentang keberadaan TBM ini? 9.

  Bagaimana TBM ini melibatkan masyarakat pada setiap kegiatan TBM?

  10. Apakah peranan TBM bagi masyarakat? 11.

  Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan kepada masyarakat?

  12. Apakah ada alasan khusus atas pemilihan tempat didirikannya TBM ini? 13.

  Bagaimana tanggapan anda tentang kaitan pendidikan nonformal dengan manfaat TBM?

  14. Menurut anda, apakah TBM dapat disebut sebagai sarana pendidikan berbasis masyarakat?

  15. Jelaskan kegiatan atau program yang terdapat pada TBM ini? 16.

  Bagaimana pendapat anda mengenai perpustakaan umum? 17.

  Bagaimana hubungan TBM dengan perpustakaan umum atau instansi pemerintahaan lainnya?

  18. Kesulitan atau kendala apa yang anda alami pada saat mendirikan TBM maupun setelah TBM ini berdiri?

  19. Bagaimana anda mengatasi kesulitan atau kendala tersebut?

  20. Apa pendapat anda tentang fenomena keberadaan TBM yang berada di daerah perkotaan?

  Lampiran 2

  TRANSKRIP WAWANCARA

1. Transkrip Wawancara Informan 1

  Keterangan:

  sangat malas dalam membaca apalagi golongan menengah ke bawah, P : Apakah ini bapak lihat pada masyarakat sekitar, atau masyarakat secara keseluruhan?

  perpustakaan itu sudah lengkap, katalognya baik, administrasinya baik

  1 : Kalau perpustakaan itu namanya kan sudah harus lengkap, bahasa

  I

  kebawah, biasanya malas membaca, bahwa kita tahu membaca itu merupakan formasi untuk mengembangkan diri juga ilmu pengetahuan P : Jadi itulah ya, yang mendasari bapak mendirikan TBM. Jadi ini kan namanya TBM ya pak, kenapa bapak menamakannya TBM bukan nama perpustakaan yang bapak pilih?

  

1 : Secara keseluruhan masyarakat apalagi masyarakat golongan menengah

  I

  

1 : TBM ini dibangun mengingat masyarakat kita sekarang ini sangat-

  P : Peneliti

  I

  Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2013 Waktu : 09.15 WIB Lokasi : Kantor PKBM, Medan Johor

  1 : ya boleh

  I

  I 1 : Iya iya, masuk buk. P : Gini ya pak, pertanyaannya kan ada 20 ya pak, jadi saya tanyakan berurutan sesuai dengan pedomannya ya pak

  1 : Informan 1 P : Pagi pak, saya windhi yang mau wawancara soal TBM.

  I

  P : Pertanyaan pertama ya pak, Apakah ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian TBM?

  sementara taman bacaan ini bisa dikatakan cukup sederhana dalam segala hal bahkan minim P : Minim?

  majalah dan non fiksi P : Kalau diperkirakan berapa jumlahnya?

  

1 : Jarang, jarang... pada umumnya peserta, paket B dan paket C, yang

  I

  : Usia yang menggunakan, sekitar 10 tahun sampai 25 tahun P : Lebih dari itu misalnya ibu-ibu rumah tangga?

  1

  I

  P : Emm...usia yang menggunakan TBM?

  1 : Aa...15 lah, eksemplarnya paling 150 an lah

  I

  : Kalau judul ada sekitar sepuluhan P : Gak bisa dipastikan jumlah tepatnya?

  1

  I

  P : Judulnya?

  1 : Eksemplar atau judul?

  I

  

1 : Jenis koleksinya, ada...ada apa, ada mata pelajaran formal, ada aneka

  I

  1

  

1 : Iya, minim. Masih sederhana dalam aneka bacaan. Lebih cocoknya

taman bacaan masyarakat lah.

  P : Bukan rumah baca atau?

  I

  1

  : Bukan, disamping itu memang ada program yang diluncurkan pemerintah, TBM. P : Jadi ini memang program pemerintah

  I

  : Iya itulah namanya itu P : Kemudian, emm...tujuan berdirinya?

  I

  I

  

1 : Tujuan berdirinya, pertama supaya masyarakat sekitar ya, masyarakat

  sekitar, bisa kita buat bagi masyarakat kita untuk wadah. Taman bacaan ini minimal untuk yang disekitar kita ini bisa kita layani P : Sebagai wadah untuk masyarakat,

  I

  1 : Hemmm..iya

  P : Jenis koleksinya, pak?

  dikelola oleh PKBM pak-pak mandiri P : Ada promosi gak pak untuk pengembangan TBM?

  I

  I 1 : Kurang, minim juga kita, minim... P : Ee....kalau tadi sambutan dari masyarakatnya, sekarang begini ada gak

  

1 : Eee...sebenarnya kalau kita lihat dari TBM, peranannya bagi

  I

  P : Jadi secara keseluruhan peranan TBM itu seperti apa di masyarakat, menurut bapak?

  1 : Iya enggak

  I

  P : Hehe...gak kejar bola ya pak

  

1 : Belum, belum pernah. Enggak-enggak. Kita sistemnya seperti

menunggu, gak kejar bola lah, jadi biarkan aja orang itu datang.

  I

  membaca. Itu hanya tim nya saja, masyarakatnya gak ada P : TBM ini pernah ada sosialisasi ke misalnya sekolah dasar, kan dekat disini ya pak, pernah ada promosi ke sekolah-sekolah gak ya?

  

1 : Masyarakat, jadi begini, kalau kita adakan lomba, lomba misalnya cepat

  I

  TBM melibatkan masyarakat dalam kegiatan TBM?

  : Gratis iya, gratis P : Tapi malah gak ada sambutan dari masyarakatnya ya?

  1 : Tidak, tidak

  1

  I

  P : Padahal TBM ini, udah ada pun, kalau bagi masyarakat berkunjung gratis ya?

  1 : Iya, motivasi untuk belajar, untuk membacanya itu kurang.

  I

  P : Jadi kayaknya ide bapak buka TBM untuk msayarakat, tapi masyarakatnya malah biasa-biasa aja?

  1 : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM ini, biasa-biasa saja.

  I

  : Harapan saya, TBM ini kalau suatu saat bisa menjadi sumber informasi, sumber belajar di tengah masyarakat dan tempat belajar bagi masyarakat. P : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM?

  1

  I

  P : Apa harapan untuk pengembangan TBM ini pak?

  masyarakat itu sangat penting, karena bagaimana ya, dengan adanya TBM, kita mengharapkan yang umumnya menengah ke bawah dapat menjadi sumber ilmu dia bagi masyarakat, sumber informasi bagi dirinya lah sekurang-kurangnya bagi dirinya P : Tapi justru masyarakatnya

  I 1 : Gak begitu, gak begitu apa, gak begitu semangat, cuek aja. P : Disini kalau PKBM nya untuk pendidikan nonformal, untuk paket B gitu ya pak? I : Kita memang mengelola anak-anak yang putus sekolah, dan itulah yang

  1

  sebenarnya layanan utama di TBM ini, sehingga kalau dibilang untuk masyarakat, sebenarnya paket ini kan untuk masyarakat juga ini, kalau dimaksud masyarakat kan masyarakat sekitar, tapi anak paket kan juga masyarakat, emang bukan masyarakat sekitar ada yang dari luar sekitar kan, tapi tetap kota Medan lah. Kalau masyarakat sekitar tak ada lah

  P : Berarti tak ada hubungannya kenapa tempat ini yang bapak pilih sebagai tempat TBM/PKBM untuk masyarakat sekitar.

  I

  

1 : Masyarakat sekitar sini enggak lah. Ini tempatnya kebetulan kantor

  PKBM P : Lanjut pertanyaannya ya pak, tapi gini pertanyaannya, tadi kayaknya bapak udah pesimis tentang masyarakat, jadi pertanyaannya kayak gini pak, adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan kepada masyarakat?

  I

  

1 : Ee....ada sih, tapi gini, ada faktor gini ya, dengan minimnya,

  pengelolaan kita minim, tentu promosi atau kepercayaan masyarakat juga minim lah, karena orang mau datang baca itu sebenarnya karena istilahnya aneka bacaannya terkini terbaru itu dia, artinya sudah rutinitas harus kita kerjakan baru. Tapi kalau kita hanya menunggu saja, itu sulit, sulit itu

  P : Atau butuh pendanaan dari pemerintah?

  I

  

1 : Mungkin sudah kita terima juga pendanaan, sudah, ada yang memberi

  berbasis teknologi, kita meminta sarana, katakanlah komputer, televisi, entah apa, ada. Cuma itu tadi. Ada beberapa TBM katakanlah TBM Mas Raden itu jalan, karena beliau itu 100% khusus untuk mengelola itu, itu berdiri untuk mengelola TBM. Begini kalau PKBM mendirikan TBM, harapannya siswanya saja,umumnya siswanya aja, gak begitu dia bagaimana ke masyarakat.

  P : Jadi kalau TBM yang berasal dari PKBM, khususnya penggunaan TBM itu cuma untuk siswa?

  I

  

1 : Pada khususnya memang begitu, orang PKBM mendirikan TBM hanya

  untuk konsumsi anak paketnya atau anak yang putus sekolah. Orang yang TBM melulu, gak ada PKBM, biasanya contohlah Mas Raden, P : Masyarakat? I : Ya, sebenarnya sama semua untuk. Kalau TBM PKBM pasti yang

  1

  diharapkannya pembacanya dari paket. Tapi kalau TBM doang, ya udah itu yang TBM. Ya namanya gini, fokus apa, fokus kesetaraan, fokus TBM, nampakkan, kita fokus PKBM, anaknya yang banyak. Tapi fokus TBM, aneka bacaannya yang banyak. Otomatis pengunjung, masyarakat umumnya datang. P : Kegiatan TBM, gak ada yang pak? I : Kegiatan, apabila ada macam bantuan, dilaksanakan selesai,

  1

  dipertanggungjawabkan. Itu berjalan seperti biasa pun tidak, itu lebih.., itu tadi sifatnya gak fokus. Itulah kalau PKBM mengadakan TBM. P : Bapak akui? Hehe...

  I

  

1 : Mengakui saya, hehe....kalau lembaga ya, lembaga PKBM ini ada juga

  TBM nya katalah satu lemari buku. Tapi kalau TBM melulunya itulah tadi mirip-mirip perpustakaan lah dia. P : Pendirian TBM di PKBM itu bukan karena adanya keharusan dari pemerintah ya? I 1 : Tidak apa-apa. P : Enggak, jadi kalau PKBM tidak apa-apa kalau tidak ada TBM, jadi kenapa malah banyak, yang mendirikan TBM dan TBM nya malah gak jalan sama sekali. I : Eem.. saya rasa kita semua kan ingin mencoba, kita semua berkeinginan

1 TBM nya berjalan. Makanya ada juga PKBM ada TBM. sebenarnya

  gini, sebenarnya berjalan tapi sekarang tergantung manajemennya, serius tau tidak. P : Lebih serius ke PKBM ya?

  

1 : Itulah yang menggunakan TBM, itu yang dikategorikan masyarakat tadi

  1

  I

  : Ada, pada umumnya TBM ini yang ada di PKBM biasanya punya izin juga operasional. P : Itu ke dinas?

  1

  I

  P : Adakah hubungan TBM dengan instansi pemerintahan?

  

1 : Tdak, jauh sekali. TBM dalam kategori PKBM tapi kalau TBM yang

identik-identik pula.

  I

  memang bukan masyarakat disekitar sini, tapi mereka juga bisa disebut masyarakat tapi bukan masyarakat sekitar. Karena mereka datang dari berbagai tempat. P : Jadi TBM tidak bisa disamakan dengan perpustakaan?

  I

  I 1 : Iya musiman. P : Benar-benar, hehe....kenapa semua PKBM yang ada TBM malah kebanyakan sudah tutup. Jadi ada faktor apa ini yang malah menyebabkan TBM ini malah tutup.

  P : Jadi ini kalau pemanfaat TBM itu dilakukan oleh siswa dari pendidikan paket A sampai paket C itu.

  1 : Kita? Kita ada paket A sampai paket C

  I

  sekolah atau bisa disebut untuk kesetaraan, ada PAUD,ada kursus, ada juga KF (kesetaraan fungsional) itu naungan pendidikan nonformal. P : Kalau disini pendidikan nonformalnya?

  

1 : Pendidikan nonformal itu banyak, satu PKBM itu untuk anak putus

  I

  sampai semalaman, memang telaten dia kalau mengurusnya, sudah memberi suatu kontribusi yang luar biasa besarnya. P : Yang pendidikan nonformal ini, PKBM itu?

  

1 : Ya itu tadi, gak dikelola, saya contoh saja, itu jam 2 setiap hari buka,

  I

  : Dinas pendidikan kota medan P : Bukan ke perpustakaan umum? I

1 : Enggak, kalau itu kita bermitra, kalau ada kegiatan kita diundang.

  Artinya kita gak ada keterkaitan administrasi dengan perpustakaan. Tapi kalau mereka sering melakukan kegiatan kita diundang, ada lomba atau ada apa, ada pelatihan kita diundang juga.

  P : Kesulitan atau kendala yang bapak rasakan?

  I

  

1 : Sebenarnya ini termasuk apa ya, kalau dibilang modal, modal kan

  relatif ya. Misalnya modal gini kita bisa jalankan. Artinya gini kurang keseriusan dan motivasi, dari pengelola untuk membuat TBM itu tidak aktif. Karena kalau nilai ekonominya, kalau orang menilai dari ekonomi begini jadinya. Tapi kalau banyak sosialnya atau diminati,gak ada masalah, ada juga yang jalan. P : Maksud dari nilai ekonominya apa pak? I : Ekonominya ini kan gak ada, orang mengharapkan ada uang dari jual

  1 beli atau sewa.

  P : Sekalian menjawab pertanyaan terakhir ini pak, fenomena apa yang terjadi sehingga banyak TBM di kota medan. Jadi kan TBM hadir karena adanya PKBM, ah itulah kenapa dia hilang timbul?

  I 1 : Kenapa dia hilang timbul, ini karena faktor program. P : Program pemerintah? I : Heeh, program pemerintah. Bantuan. Ada programnya, muncul PKBM,

  1 bila program tidak ada ya tutup tapi itupun saya juga tidak tahu.

  Seharusnya dengan adanya program ini bisa memotivasi bagi masyarakat. P : Oke pak, terima kasih sudah menjawab pertanyaan saya. Terima kasih.

  I 1 : Iya sama-sama ya.

  Lampiran 3

  TRANSKRIP WAWANCARA

2. Transkrip Wawancara Informan 2

  Keterangan:

  I

  kalau perpustakaan itu cenderung lebih besar, kalau TBM itu lebih dekat ke masyarakat, yang saya lihat kalau perpustakaan itu dengan ukuran ruangan sekian meter buku-buku yang mahal. Terus TBM ini lebih langsung dan dekat ke masyarakat. karena saya punya prinsip

  

2 : TBM itu kan dari program pendidikan masyarakat dari direktorat PNFI,

  I

  TBM bukan perpustakaan?

  bisa mendapatkan ide dengan apa mereka dapat mengisi kehidupan ini, mencari peluang untuk menambah kesejahteraan hidupnya ke depan. P : Jadi ini kan namanya TBM ya pak. Kenapa bapak memilih namanya

  

2 : Masyarakatnya lebih kreatif jika dia bisa membaca sehingga mereka

  P : ee...kreatif agar masyarakatnya bisa lebih...

  P : Peneliti

  TBM yang masih saya lihat minat bacanya rendah, yang kita pingin dari TBM ini muncul orang-orang yang kreatif menambah ilmu dan rajin membaca

  Hari/Tanggal : Sabtu, 27 April 2013 Waktu : 09.25 WIB Lokasi : Kantor TBM, Medan Polonia

  I

  I 2 : Oh iya, silakan. P : Pertanyaan pertama tentang ide awal gagasan bapak mendirikan TBM?

  : Informan 2 P : Selamat pagi pak, saya yang akan wawancarai soal TBM yang kemarin itu pak.

  2

  I

  

2 : Iya, Didasari atas adanya kebutuhan masyarakat terutama di sekitar lebih baik satu buku dibaca seribu orang daripada seribu buku dibaca satu orang. Karena kita kan mensosialisasikan membaca yang penting segmen membacanya bukan lembaga membaca tersebut. P : Jadi biar kecil pun yang penting berguna bagi masyarakat

  I 2 : Aa...yang berguna bagi masyarakat. P : Tujuan didirikannya TBM?

  I

  2

  I

  P : Ini datangnya buku-buku dari bapak beli atau hibah?

  

2 : Sebenarnya kalau totalnya bisa lebih sekitar 14.500 eksemplar. Karena

Ada hibah dari Djarum Super buku pelajaran.

  I

  sini makanya kita utamakan kebutuhan mereka dulu, novel, buku kepribadian, buku-buku umum, beberapa komik, majalah-majalah anak- anak, majalah ibu-ibu. P : Jumlah bisa bapak sebutkan?

  

2 : Terutama buku-buku bacaan pelajaran karena banyak yang belajar di

  P : Jenis koleksi TBM?

  I

  : Tujuannya itu dari sini akan muncul katakanlah orang-orang kreatif yang bisa menulis, adanya orang wirausaha, adanya penggalian potensi dan lebih jauh dari itu kita ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa TBM ini bisa menjadi pusat informasilah bukan sekedar TBM saja tapi nanti sehingga melahirkan orang-orang besar

  2

  I

  P : Iya jadi pertanyaan tadi begini, kenapa bapak memilih nama TBM bukan perpustakaan karena tempat ini kan bisa disebut juga seperti TBM. Terus tujuannya lagi pak?

  2 : Oh saya pikir nama TBM cellpowernya

  I

  : Pertanyaan nomor 2 belum? P : Iya itu tadi pertanyaan kenapa bapak memilih nama TBM

  2

  : Intinya mula-mula kita karena saya pecinta buku dari SMA beberapa merupakan koleksi pribadi, setelah banyak orang melihat ada juga sumbangan masyarakat, kemudian adanya katakanlah dukungan program pemerintah seperti Rintisan TBM. P : Usia yang bisa menggunakan TBM ini, dari usia berapa sampai usia berapa? I : Untuk semua usia, jadi katakanlah dari dia mulai membaca dari usia 3

  2

  tahun, kita juga menyediakan buku anak-anak. Untuk orang dewasa juga ada novel. Untuk orangtua tentang buku-buku kepribadian. P : Itu kan yang terdaftar sebagai anggota? I : Ada dari usia 6 tahun lah dan paling tua orangtua murid sekitar usia 50

  2 tahun.

  P : Promosi untuk pengembangan TBM. Apa aja yang sudah dilakukan? I : Jadi kalau dulu kita agak jarang, sekarang kita sudah rutin pameran

  2

  buku sebagai income pendapatan utama, sekarang kita setiap bulan usahakan live music yang akan diadakan sebulan sekali, supaya orang heran ada menyanyi di sini dan mereka akan bertanya ini ada TBM, apa ini lalu mereka akan mengerti. Dari duduk-duduk, merapat, mendekat dan mereka akan tahu tentang TBM ini. P : Harapan bapak dari pengembangan TBM untuk masa depan? I : Ya tentunya, masyarakat itu bisa jadi seperti saya terutama saya dari

  2

  minat membaca lalu mengelola TBM dan sekarang sudah bisa menjadi penulis. P : Lanjut pertanyaan ya pak. Bagaimana sambutan masyarakat dengan adanya TBM?

  I

  

2 : Mula-mulanya masyarakat heran dan aneh (banyak bertanya), bapak

  uangnya dari mana? Saya bilang, saya mulai dari apa yang ada kemudian dari buku-buku saya lalu saya buat program-program untuk masyarakat dan pemerintah menyambut positif, disitulah dibutuhkan tanggung jawab moral saya. Ketika kita sudah diperhatikan mengapa kita tidak memperhatikan orang lain, disitulah saya melihat transpansi pengelola. Dari situ lah saya akan menarik perhatian masyarakat dengan adanya TBM ini. P : Bagaimana TBM melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan. I

  

2 : Makanya kita mengundang pak lurah, ya tahu siapa yang bisa datang de

  sini. Kalau orang diundang dengan surat susah datang. Kita buat suatu yang aneh, macam live music, bikin pameran buku. Dia heran, dia akan singgah akhirnya dia tahu, setelah dia tahu dia akan melakukan perbandingan dan dengan itu kita akan tahu apa kelemahan kita. P : Jadi emang membuat suatu yang unik untuk membuat orang menarik perhatian.

  I

  

2 : Iya menarik, nanti suatu saat kita bikin badut lucu, orang nantikan

  heran. Lama-lama akan tercipta image orang, sebetulnya ada itu seperti rumah-rumah buku, TBM entah apalah namanya, harus begitu memang dan kita juga harus berani untuk melakukan itu. Lebih bagus 10 orang aktif daripada 100 orang ndak mau tahu, itu yang saya pikir. P : Bapak kan sudah mendirikan TBM sejak tahun 2010, sudah banyak biaya yang bapak habiskan dan dari acara-acara yang dibuat kan gak selalu berhasil. Apa gak jera bapak?

  I

  

2 : Lumayan lah, ya pasti. Saya pikir dibalik perjalanan panjang itu pasti

ada suatu kesuksesan. Kalau rugi pasti rugi. Kalau jera pasti saya tidak.

  Kenapa? Karena ketika saya melakukan suatu yang unik prestasi saya pasti datang. P : Peranan TBM bagi masyarakat?

  I

  

2 : Peranan TBM bagi masyarakat, ya saya pikir memang itulah tugasnya

saya bagaimana caranya supaya orang segala usia bisa datang dia.

  Lama-lama saya berpikir TBM ini kurang luas. Bapak-bapak misalnya saya kasih dia main catur, tapi main caturnya tertib artinya main catur gak boleh merokok, dikasih minum kalau baca buku. Nah seperti itu idenya saya. Memang sekarang banyak orangtua di rumah ya kan, stress. Anaknya cucunya kerja semua dia ditinggal di rumah dikunci, dikasih makan minum. Tapi coba kalau dititip di TBM, ada game, ada main gitar, ada buku. Tapi masalahnya bagaimana kita mendatangkan uang dengan itu, ini kan lembaga sosial, seperti kursus ini ya, ini kan menerima uang. Kita terima uang, kita belikan buku, anak-anak stress, nah begitu. P : Nilai, norma atau kepercayaan yang ingin ditanamkan dengan adanya

  TBM?

  I

  

2 : Membaca adalah harga mati untuk perubahan. Yang membaca selalu

  kalah, namun sebenarnya ide-ide orang itu yang akan terpakai. Dari membaca akan memiliki ide yang tidak boleh ditawar lagi . Di era literasi, membaca itu adalah suatu keharusan. Sehingga akan dicanangkan Hari Berbagi Buku Nasional pada 17 November mendatang. P : Kenapa bapak membuat TBM di daerah ini?

  I

  

2 : Karena tempat tinggal, karena saya percaya dari buku yang saya baca,

  dimanapun kita berada kalau kita itu emas akan tetap menjadi emas, kalau dibuang dia ke lumpur akan tetap menjadi emas dia. Dimanapun lokasi kita, kalau kita memberikan yang terbaik, orang akan tetap datang. Selain itu juga karena terletak di tepi jalan merupakan tempat yang strategi agar orang dapat melihat dan mengunjungi. P : Bukan karena di tepi jalan, jadi banyak orang lihat?

  I 2 : Iya, itu salah satunya juga lah. P : Ee...tanggapan anda tentang kaitan pendidikan nonformal dengan

  TBM?

  I

  

2 : Khususnya sangat erat, orang formal itu malas belajar. Kalau ilmu yang

  diberikan tinggi-tinggi akan langsung hang jadi mereka butuh pendekatan yang manusiawi dulu, maksudnya yang dekat dan enak- enak dulu, baca-baca novel dulu komik. TBM ini kan pendidikan nonformal, bahwa TBM menurut UU Pendidikan No. 20/2003 bahwa TBM itu adalah lembaga sosial masyarakat yang bernaung di bawah pendidikan nonformal sebenarnya setara dengan PKBM, konsistensi utamanya untuk pemberantasan buta aksara, karena di kota Medan tidak ada yang buta aksara, jadi saya tidak mau menipu diri untuk program tersebut. P : TBM disebut sebagai sarana pendidikan berbasis masyarakat?

  I

  

2 : Ya, memang yang intinya kan untuk semua umur itu. Jadi memang

  masyarakat yang terlupakan yang intinya itu. Jadi yang gak ada kerjaannya, yang pengangguran, yang hanya ngantar anaknya duduk di situ lah dia, dan itulah yang umumnya menjadi, yang terlupakan itulah yang menjadi pangsa pasar kita. P : Kegiatan atau program yang ada di sini atau kegiatan rutinnya yang pasti ada.

  I

  

2 : Setiap tahun ada kegiatan Pekan kreatifitas dan prestasi, ada lomba

  cerpen, lomba baca puisi, ada try out sebelum ujian nasional, pelatihan jurnalistik dari Koran Analisa. Karena emang saya itu istilahnya sudah menjadi darah daging, sesuatu yang saya mulai itu tidak akan berhenti selama saya masih ada. dan saya mau generasi saya berpikir begitu, karena kita malu, habis juara, habis. Maunya harus dijaga normatiknya itu. P : Pendapat bapak tentang TBM, bisa gak disamakan perannya dengan perpustakaan umum di masyarakat?

  I

  

2 : Sebenarnya TBM ini lebih dekat ke masyarakat. karena biasanya

  perpustakaan itu kan lebih besar dan butuh ongkos untuk pergi ke sana, kalau TBM kan ada di setiap kecamatan, jadi bisa lebih gampang trus persyaratan lebih ringan. Kalau di perpustakaan mencuri buku pasti di tangkap, kalau di TBM mungkin tidak, karena kenapa kita tidak begitu ketat sekali peraturannya. Saya pun gak begitu marah, karena saya aja dikasih buku sama orang, jadi kenapa kalau buku saya dicuri orang harus marah. Itu kan bukan untuk dijual, untuk dibaca kan, jadi kalau untuk dibaca ya untuk apa. Nanti ketika dia sudah besar akan ada cerita dari itu, dari buku yang dia curi itu misalnya. Tapi seharusnya kita bangga, dia mengambil buku kita untuk dibaca, walaupun dari cara yang salah. P : Harusnya ditambahkan untuk ruangnya ya pak. Dan ditambahkan lagi kalau masuk ke ruangan itu tidak boleh membaca tas. I

  

2 : Ya harusnya memang begitu, tapi semakin dibuat begitu, saya tengok

itulah yang terjadi di perpustakaan. Pengunjung tidak leluasa.

  P : Hubungan TBM dengan instansi pemerintahan misalnya perpustakaan umum atau dinas pendidikan? I 2 : Ya kalau dinas pendidikan itu otomatis sebagai pembina kita. P : Kesulitan dan kendala selama membuat TBM?

  I

  2

  : Ya jelas kalau kita tidak ada penghasilan itu tidak bisa hidup. Makanya dilakukan kegiatan pameran buku dengan bekerja sama dengan penerbitan agar mendapatkan pendanaan mandiri, selain dari sumbangan masyarakat. P : Pendapat bapak tentang fenomena tentang keberadaan TBM yang terdapat di daerah perkotaan bukan derah pedesaan?

  I

  2

  : Sebenarnya kalau TBM diberdayakan lebih maksimum akan menjadi nilai jual yang tinggi. Saya lebih bagus mengusung bendera TBM karena lebih dekat dengan masyarakat, dekat untuk bisa berbuat lebih banyak. Saya saja diberi buku oleh orang, maka saya juga akan memberikan buku kepada orang lain P : Baik pak, pertanyaannya sudah dijawab semua. Terima kasih pak.

  I 2 : Iya buk, sama-sama ya.

  Lampiran 4

  TRANSKRIP WAWANCARA

3. Transkrip Wawancara Informan 3

  Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2013 Waktu : 10.30 WIB Lokasi : Kantor TBM, Medan Amplas

  Keterangan:

  P : Peneliti

  I

  3 : Informan 3

  P : Asslamualaikum ibu, saya windhi dari USU mau wawancara soal TBM

  I

  3 : Iya iya, jadi dari siapa tau ada TBM di sini? P : Saya dapat data dari Dinas Pendidikan tentang TBM di Kota Medan.

  I 3 : Oh, ya. P : Disini sudah berapa lama TBM nya dibangun ya buk?

  I

  

3 : Didasari dari pendirian PAUD 1994. Pada tanggal 7 bulan7 tahun 2007

  berdiri secara resmi PAUD dan PKBM. Pada awalnya orangtua atau yang mengantar murid yang menunggu anaknya disediakan tempat untuk membaca selama mereka menunggu anak-anaknya, lalu lama- kelamaan kami menyediakan beberapa bahan bacaan yang berasal dari koleksi pribadi anak saya dan koleksi dari yayasan. Itulah bentuk awal dari pembuatan TBM ini, selain faktor itu, ada juga hal lain yang melatarbelakangi saya dalam pembangunan TBM ini yaitu dari pengalaman anak laki-laki saya yang punya hobi mengoleksi buku, lalu ketika dia kedatangan temannya ke rumah teman-temannya yang menyewa koleksi bukunya, setelah terkumpul uangnya dia malah membelanjakan uang yang didapat dari penyewaan buku kepada teman- temannya tadi untuk mentraktir teman-temannya belanja. Itulah yang membuat saya tergerak untuk pembangunan TBM dari masyarakat diperuntukkan bagi masyarakat lagi. P : Jadi kenapa ibu namanya TBM bukan perpustakaan?

  I

  

3 : oh ini, saya gini, itu tadi kalau dia perpustakaan ini akan mengesankan

  seperti perpustakaan bentukan pemerintah yang memiliki sistem berbelit-belit sehingga masyarakat akan enggan untuk datang. Maka saya pilih nama TBM, masyarakat akan merasa lebih memiliki TBM. Soalnya tujuan didirikan ini, iya lah untuk membantu masyarakat ini lah, secara umum itu kalau kita bilang, tapi kalau secara khusus ini untuk meningkatkan apa namanya. Karena membaca adalah jendela dunia. Sekarang gini ya kalau kita bilang anak-anak sekarang dengan handphone dengan IT, mereka itu sosialisasinya kurang. Tapi kalau dia ke TBM dia akan membaca dan mendiskusikan dengan teman- temannya yang lain, ini untuk menumbuhkan rasa sosialisasi pada anak. Dan akan membangun komunikasi anak dengan orangtuanya. P : Jenis koleksi yang ada di TBM? I : Jenis buku pertanian, keagamaan, majalah, novel, buku-buku khusus

  3 anak, psikologi anak, buku memasak dan buku khusus perempuan.

  P : Itu pengadaan buku, dari TBM yang mengeluarkan dana atau ada dapat sumbangan? I

3 : Dari TBM, baru kami kalau TBM mendapatkan bantuan dana belum.

  Kecuali kami ada dapat dari menang lomba, itu dapat bantuan dana. Kalau untuk pembelian buku kami belum. Dan selanjutnya pernah kami masukan lomba ini di perpustakaan daerah, lalu datang mereka kemari dan beberapa hari kemudian kami dapat bantuan buku. P : Baru sekali itu dapat bantuan buku dari instansi pemerintahan buk? I : Iya.

3 P : Usia berapa sajakah yang dapat memanfaatkan TBM ini?

  I

  

3 : Usia sekolah yaitu digunakan oleh peserta kegiatan PKBM yang terdiri

atas paket A, B, C serta orangtua murid PAUD.

  P : Bagaimana promosi yang dilakukan untuk pengembangan TBM

  I

  P : TBM melibatkan masyarakatnya dalam setiap kegiatannya seperti apa buk?

  3

  I

  P : Begini buk, mungkin beda dengan manfaat. Menurut ibu apa yang menjadi kehidupan masyarakat secara langsung apakah TBM ini dapat memberikan informasi di mana masyarakat merasa butuh dengan TBM ini begitu buk.

  3 : Eemmm....peranan ini maksudnya gimana ya?

  I

  P : Peranan TBM bagi masyarakat?

  3 : Oh, itu terutama orangtua ya. Alumni dari PAUD juga.

  I

  baru mau dia. Masyarakat sekitar ketika diadakan perlombaan maka akan banyak yang mengunjungi TBM, namun setelah itu tidak ada lagi masyarakat yang datang ke TBM untuk berkunjung. Memang perlu juga kan, kalau dalam pertanian ya, variasi pupuk gitu, tergantung kita juga memang. Hemmm...begitu. lalu apa lagi?

  

3 : Promosi yang dilakukan melalui spanduk dan lomba yang diadakan

  

3 : Terkadang gini, masyarakat ini baru mau datang kalau ada kegiatan apa

  I

  P : Antusias gak buk masyarakat dalam melihat TBM yang ada di sini?

  3 : Iya, itu kan buat motivasi pengelola lah ya.

  I

  bantuan bukan muncul dulu. Itu pun secara apa ya bantuan pemerintah lah, kecuali ikut lomba. Kalau ikut lomba itu atas ide dan kreatifitas kita ya. P : Jadi maunya pemerintah memberi perhatian lah ya buk.

  

3 : Pemerintahnya ya, terkadang gini yang membuat itu mengharapkan

  I

  oleh PKBM. Pada saat kegiatan perpisahan PAUD juga diadakan promosi TBM bagi orangtua murid. P : Harapan atas pengembangan TBM di masa depan?

  : Oh, iya kayak gini lah, dimana kita bisa memberikan apa yang dibutuhkan mereka. Misalnya buku-buku resep. P : Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan kepada masyarakat? I

  

3 : Kita tanamkan secara tidak langsung nilai kejujuran yang ingin

ditanamkan kepada masyarakat, kalau dia meminjam harus kembali.

  P : Apakah ada alasan khusus atas pemilihan tempat didirikannya TBM ini?

  I

  

3 : Sudah diapit oleh beberapa perumahan, sehingga memudahkan

  masyarakat karena berada di daerah perlintasan. Selain daripada merupakan tempat ini adalah PKBM dan PAUD yang banyak masyarakat akan berdatangan, maka dibuatlah TBM di sini. P : Bagaimana tanggapan ibu tentang kaitan pendidikan nonformal dengan manfaat TBM?

  I

  

3 : Pendidikan nonformal, pada UU Sistem Pendidikan No. 20/2003

  menyebutkan bahwa pendidikan terbagi atas 3 jalur pendidikan formal, informal dan nonformal. Kaitannya ke situ adalah TBM pendidikan nonformal yang terdapat di masyarakat. P : Menurut ibu, apakah TBM bisa disebut sebagai sarana pendidikan berbasis masyarakat? I : Dapat, memang itulah. Memang itu masyarakat yang terlibat.

3 P : Kegiatan atau program yang dilakukan oleh TBM ini secara

  regularnya? I : Kegiatannya, itu yang kami buat seperti lomba membaca, lomba

  3

  meresume buku, ini mana anak-anak yang rapotnya bagus dikasih hadiah kepada anak-anak berprestasi karena anak-anak tersebut membaca di TBM ini, bagi ibu-ibu diadakan lomba resep memasak, menulis koran Ibu Cerdas dan Ibu Kreatif yang diadakan PKBM dengan kaitan kegiatan atas bantuan dari TBM. P : Ini bapak-bapaknya gak ada diikutkan lomba ya buk? I : Siapa? Bapak-bapaknya, enggak. Karena gini kalau mengundang

  3 bapak-bapaknya lebih sulit.

  P : Jadi lebih mudah pendekatannya sama ibu-ibunya karena mengantarkan anaknya ke sekolah ya buk. Emm...Pendapat ibu tentang perpustakaan umum?

  I

  

3 : Kalau ini ya, perpustakaan umum sudah jelas. Mungkin pelayanannya

  lebih maksimal. Bukan berarti TBM gak bisa maksimal. Jadi gini tergantung dari pengelola, dan saya pikir kita sudah cukup maksimal. P : Hubungan TBM dengan instansi pemerintahan? Apakah dinas pendidikan atau perpustakaan umum I 3 : Kalau itu, saya membuat ke sana surat izin. P : Ada kendala gak ibu selama pendirian TBM?

  I

  

3 : Maunya adalah perhatian pemerintah untuk pembinaan pengelola TBM,

  adanya diundang pengelola atau orang yang langsung mengurusi TBM agar diberi pelatihan untuk mengurusi TBM secara lebih baik lagi. Atau maunya dibuatlah semacam pendataan pengelola TBM ini secara nasional, dan pemerintah mengapresiasi pengelola TBM ini agar mereka bisa lebih semangat dalam mengurusi dan pengembangan TBM bagi masyarakat. P : Tadikan ibu menjelaskan masalah yang dihadapi dari perhatian pemerintah untuk pengembangannya. Ada gak cara ibu untuk mengatasi masalah itu ?

  I

  

3 : Karena tidak ada perhatian dari pemerintah dalam membantu TBM

  kami, kami hanya mencari sponsor dari pihak swasta dan dunia usaha, meminta mereka untuk pendanaan atau pengembangan TBM. P : Apa pendapat ibu tentang fenomena TBM yang terdapat di daerah perkotaan, karena ada yang tutup atau ada juga yang buka tapi masyarakatnya kurang berminat?

  I

  

3 : Kalau saya sih memang untuk membantu masyarakat dalam

mencerdaskannya. Tapi saya tidak tahu juga lah yang lain.

  P : Oke sudah segitu aja buk, terima kasih. I : Oh sudah.

  3

  Lampiran 5

  TRANSKRIP WAWANCARA

4. Transkrip Wawancara Informan 4

  Keterangan:

  P : Peneliti

  I

  4 : Informan 4 P : Pak, saya akan menanyakan 20 pertanyaan ya pak.

  I

  

4 : Sebelumnya saya mau tanya, kamu sebagai pustakawan apa yang akan

  Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2013 Waktu : 14.30 WIB Lokasi : TBM Plus Mas Raden, Medan Johor

  I

  4 : Nah itu dia, ada gak nanti bakalan bekerja di TBM macam ini? P : Wah, saya juga gak yakin pak.

  I

  

4 : Itu lah yang saya tanyakan kamu akan menjadi pustakawan kenapa

harus bekerja di perpustakaan saja.

  P : Jadi pak apa ide awal bapak buat TBM ini.

  I

  

4 : Dia gini anggap saja kalau pun ada perpustakaan yang dibina sama

  kantor lurah. Kalau perpustkaan masyarakat itu harusnya masyarakat setiap hari bisa ke situ. Kalau perpustakaan kantor lurah, ya dianya di kamar lurah itu, itu namanya perpustakaan lurah itu lah. Perpustakaan sekolah misalnya perpustakaan SMP negeri 2 itu ya diperuntukkan untuk siswa, itupun kalau siswanya berani. Kalau tidak kalau bukunya ada disamping kepala sekolah, mana beraninya dia datang. belakangan ininya dia dibuat di dekat kantin, kalau di samping kepala sekolah hanya pajangan aja kan begitu.

  kamu kerjakan nanti? P : Eemm...saya akan menjadi pegawai pemerintahan atau pegawai swasta yang ngurusin soal perpustakaan. P : Jadi bapak buat TBM perpustakaan umum?

  I

  

4 : Iya, untuk masyarakat memamg. Makanya taman bacaan masyarakat

  dia kan. Kan macam perpustakaan umum dia. Jadi yang kemari boleh anak sekolah, boleh masyarakat umum. Jadi saya suruh semua orang boleh kemari. Maka dia dibuat pengelolaannya secara umum, dibuat dia bebas. Coba tengok malam-malam kemari, bongkar sana bongkar situ yang penting masyarakat ada mau. Semalam ada orangtua bawa anaknya naik mobil 5 orang, dilepaskan anaknya, pergi dia. Dia kepingin anaknya jadi kutu buku. Bongkar-bongkar aja anaknya disini, orang belum terbiasa kan begitu. Akhirnya melihat buku yang bergambar yang gimana gitu, lama-lama nanti akan kecantol dan lama- lama dia diarahkan nanti. Macam mengajarkan orang buta huruf. P : TBM kan awalnya untuk memberantas buta huruf.

  I

  

4 : Termasuk salah satu memberantas buta huruf, yang kedua melestarikan

  bagaimana orang yang sudah diberantas buta huruf jangan kembali buta huruf itu dia. Banyak nya tugas taman bacaan ini. Kamu sudah ada baca gak tugas pokok dan fungsi taman bacaan? P : Sudah baca saya tapi saya hanya sekadar baca saja. Hehehe...

  I

  

4 : Nah itu, kalau dialog gini harus ada baca, saya aja mengkaji langsung

  dari tugas pokok fungsi itu baru bapak leluasa buat begini kan? P : Iya.

  I

  

4 : Ternyata kan pustakawan itu hanya mengacu kepada, biasanya

  pustakawan itu hanya sekolah ya perpustakaan sekolah, apa namanya lokus penelitiannya hanya pada perpustakaan sekolah. Kalau ini yang kalian kaji yang sudah ada gurunya gitu, yang dikaji tu yang seperti ini yang dikelola oleh masyarakat dan bagaimana dia berkembang, kenapa? Karena masyarakat ya membutuhkan ini. Yang kedua, masyarakat sekolah, lepas dia sekolah memang ke mari itu. Sekolah berapa jam buka perpustakaan, dia masih mau belajar paling cuma jam istirahat, jadi akhirnya jadi pajangan dong perpustakaan sekolah itu. Ah itu urusan kepala sekolah sama pustakawannya itu. P : Hahaha...iya juga sih pak. Jadi saya lanjutkan pertanyaan tadi pak tentang ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian TBM?

  I

  

4 : Jadi orang berbuat setelah..atau orang berbuat karena, tapi saya buka ini

  tidak seperti itu, saya memang mau mencari uang di dalam sini. Saya mengelola taman bacaan ini profesional, saya gak peduli mau juara mau tidak, gak mengejar itu saya dulu. Jadi awal pembukaan awal ini dulu bukan mau membuka taman bacaan, saya mau mencari uang. Di luar saya itu yang berubah. Ini dulu tempat duduk orang, makan sate. Apa sih yang bisa dikelola untuk bisa menambah omset dari jamu ini, jadi bapak berpikir ibu ini kan, istri bapak yang megang jamu ini kutu buku, suka baca novel. Jadilah awak pikir-pikir, sambil duduk-duduk dia baca buku, wajar juga dibuka taman bacaan, apa salahnya menjaga-jaga novel, jadi taman bacaan bukunya masih satu gerobak, satu gerobak novel-novel di dalamnya sama besar gerobaknya. Jadi ada gerobak jamu ada juga gerobak taman bacaan dalam bentuk begitu juga tapi isinya masih novel. Dengan ada novel mulailah orang datang, nyewa- nyewa novel. Lama kelamaan terdesak kita, banyak disini gemar membaca, lama-lama minta ini minat itu, gak muat lah satu gerobak akhirnya tempat ini dibuat taman bacaan, bukunya dipindahin kemari, dulu satu gerobak persis merek taman bacaan itu masih ada di kamar mandi sana. P : Jadi gerobak dulu sudah taman bacaan namanya?

  I

  

4 : Iya. Saya memang mencari uang bagaimana bisa menutupi jumlah

  koleksi buku. Saya gak mengharapkan orang lah saya gak mengharapkan proyek saat itu. Cuma kalau datang sumbangan orang ya saya terima. Setelah tahun 2006 akhir, saya jual mobil untuk membeli buku. P : Jual mobil? Wahh...haha... I : Akhirnya bapak jual mobil bapak 25 juta, itulah bapak beli buku,

  4 lemari-lemari, kursi-kursi dan berkembanglah dia, taman bacaan ini.

  Kalau untuk memasarkannya atau mengembangkannya itu banyak strateginya sama bapak. Cuma uang untuk membeli buku itu tidak ada, saya minta-minta ke orang malu saya, terpaksa mobil bapak jual. Maka keluar di koran itu, jual mobil untuk beli buku begitu. P : Itu kalau dengar jual mobil untuk beli buku kayaknya non sens itu pak.

  

4 : Tempo hari pernah ada lomba dongeng PAUD, apresiasi sastra, lomba

penulisan.

  4 : Apa kamu gak merasa? P : Ya, beda sih memang.

  I

  I 4 : Nah, TBM kita juga begitu. P : Ada nilai tambahnya?

  P : Karena gak biasa dari SMA-SMA negeri yang lain dan pasti ada nilai tambahnya.

  4 : Ya, saya ingat dengan SMA Plus, kenapa dikatakan SMA Plus dia?

  I

  P : Kok bapak buatkan nama TBM nya dengan plus pak?

  I

  Mau kali jual mobil untuk beli buku...hehe...

  P : Lomba apa aja adanya pak?

  

4 : Itu bintang Learning Society, kalau yang 2 kali satu tahun anggota

berprestasi, juara kelas. Terus lomba yang berdasarkan itu.

  I

  P : Kegiatan setiap tahun itu yang regularnya pasti ada itu apa aja pak?

  : Itu pemikiran kamu itu tidak salah, betul itu. Karena mengapa? Banyaknya tukang menokoh orang, kalau orang suka nokoh, maka versi orang semua orang suka nokoh begitu. Itu gak usah kau sangsikan, bapak pun setuju itu. Kalau bapak jadi narasumber di mana-mana itu yang bapak keluarkan, kalau bapak ceramah seperti ini, itu pasti orang- orang tidak tentu dalam otak orang itu lengket itu, tapi kalau mereka sudah kemari, baru “ooo”.

  4

  I

  I 4 : Nah itu dia. P : Karena biasanya TBM itu ada dengan PKBM, TBM yang ada pun koleksinya lah ya

  I

  

4 : Dia mendampingi lembaga yang ada, boleh dikatakan sebagai

  formalitas saja disitu, untuk mendampingi PKBM dia kan. Maka konsentrasi dia gak seperti ini kan. Itu konsentrasi dia untuk bagaimana dia bisa berkembang. Orang dia hanya salah satu kegiatan lain dari lembaga yang sudah ada kan. Di dalam itu ada PAUD, di dalam itu ada kursus, gimana dia bisa berkembang. Kalau dia berkembang melebihi, dia ditegur oleh yayasannya, begitu. P : Jadi TBM ini bukan semacam TBM kemitraan bukan ya?

  I

  

4 : Enggak, kita memang khusus TBM, organisasinya TBM, taman bacaan

  khusus kita, kalau pun ada kita kelola yang lain di sini kita gak mau, bukan berarti kita merupakan bagian dari dia. Yang dia itu merupakan bagian dari taman bacaan. Kalau ada jamu, jamu wajib mendampingi taman bacaannya, kalau ada kita kelola kursus, memang untuk mengembangkan taman bacaannya jadi untuk membesarkan taman bacaannya bukan seperti yang lain, dibuat taman bacaannya untuk membesarkan yayasan yang ada. Apapun yang saya buat disini harus atas nama taman bacaan. P : Ini bapak mengaturnya macam ini, kan kesannya masih ada yang berantakan. I : Yang berantakan itu karena belum sempat dirapikan, sudah dirapikan

  4

  nanti juga bakal diobrak-abrik orang. Kalau sudah ada waktu bapak sudah rapi dia, jadi kalau berantakan, tidak dirapikan. Karena buku ini setiap malam diobrak-abrik orang, makanya ada merek macam ini. Itulah gunanya “Balikan Buku ke Tempatnya” jadi gak perlu lagi kita ngomong. Tapi terkadang kita maklum juga, kalau dia macam itu ditegor lah dia, kalau sudah dewasa dia gak akan mungkin begitu. Umumnya anak-anak lah yang begitu, baru-baru mulai belajar. P : Jangan marah ya pak?

  I

  

4 : Tidak boleh marah disini, kalau marah gak dapat pahalanya, selain

  mengharapkan uang disini, kita mengharapkan pahala mengharapkan ridho dari dia. Jadi usaha ini adalah usaha yang memang berkonsentrasi antara kepentingan dunia dan akhirat. Makanya ada kotak infak disini. I : TBM kreatif, Tujuan TBM Relawan, Beramal, Berbisnis. Itu tergantung

  4

  kita, yang penting tiga-tiganya dimasukkan ke dalam. Jadi ada kepentingan pemerintah ada kepentingan sosialnya. Kalau tidak dijalankan seperti itu nanti taman bacaannya jalan di tempat. P : Koleksinya ada banyak jenisnya ya pak?

  I

  

4 : Banyak. Pokoknya kalau ada orang nanya buku kemari, tidak ada akan

  kita catat, besok kita belanja, mau datang dia kembali kemari tidak peduli kita itu, pesanan orang semalam kita cari itu, supaya nanti kalau ada orang mencari. Buku-buku pelajaran dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, novel, komik, majalah, buku-buku keagamaan, buku pembelajaran umum, buku motivasi dan banyak lagi. Jumlah buku yang ada pada TBM ini ada sekitar 185.000 eksemplar sekitar 98.000 judul. P : Berapa banyak anggotanya pak, apa orang-orangnya cuma dari daerah sini aja?

Dokumen yang terkait

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi - Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H Adam Malik Medan

0 0 9

Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H Adam Malik Medan

0 0 18

Implementasi Sistem Informasi Geografis Untuk Menentukan Jarak Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra Berbasis Web (Studi Kasus : Tempat Wisata di Kota Banda Aceh)

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis - Implementasi Sistem Informasi Geografis Untuk Menentukan Jarak Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra Berbasis Web (Studi Kasus : Tempat Wisata di Kota Banda Aceh)

0 0 11

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN JARAK TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA BERBASIS WEB (Studi Kasus : Tempat Wisata di Kota Banda Aceh) SKRIPSI TEUKU MUARRIF IKRAMULLAH 101421016

0 0 12

Analisis Ketersediaan Akses Internet dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Citra - Pengaruh Citra Tokoh Politik Terhadap Minat Memilih Pada Pemilu Presiden 2014 di Medan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Citra Tokoh Politik Terhadap Minat Memilih Pada Pemilu Presiden 2014 di Medan

0 0 15

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 44

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 17