KAJIAN AWAL POTENSI TUMBUHAN OBAT, ANTI KANKER, ANTI HIV DARI TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT The preliminary study of medicinal plant from Kerinci Seblat National Park as anti cancer and anti HIV

  

KAJIAN AWAL POTENSI TUMBUHAN OBAT, ANTI KANKER, ANTI HIV DARI

TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT

The preliminary study of medicinal plant from Kerinci Seblat National Park as

anti cancer and anti HIV

  

Agus Susatya

  Jurusan Kehutanan UNIB, Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu 38371

  

ABSTRAK

  Indonesia telah lama dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman jenis yang sangat besar yang dapat dieksplorasi secara berkelanjutan untuk berbagai fungsi. Sayangnya kekayaan alam tersebut telah diabaikan, meskipun memiliki potensi atas berbagai senyawa alami untuk keperluan pengobatan yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang signifikan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Tanaman umumnya mengembangkan mekanisme pertahanan terhadap desakan herbivora dan patogen baik melalui struktur mekanik dan senyawa sekunder. Senyawa metabolit sekunder ini dapat dieksplorasi untuk keperluan farmasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara awal potensi Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai sumber bahan alami untuk keperluan medis. Plot seluas 1 ha dibuat dan semua pohon dengan ukuran diameter > 5 cm diukur, dan dikumpulkan spesimen herbariumnya, kemudian diidentifikasi. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa berturut turut sebanyak 27 spesies pohon mengandung Benzyl-isoquinoline (BI), 147 spesies mengandung ellagic acid dan proanthocyanins (EL & P), dan 11 spesies mengandung Iridoid (Ir). Zat ini dapat digunakan untuk melawan gangguan yang berhubungan dengan jantung, penderita diabetes, dan untuk mengembangkan obat alami berbasis antioksidan, anti virus, dan anti depresants. Zat alami dalam enam belas famili dan 54 spesies dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi obat anti kanker, sedangkan 10 famili dan 37 spesies mengandung zat yang berpotensi untuk digunakan melawan HIV.

  Kata kunci: antikanker, antiHIV, Kerinci Seblat.

  

ABSTRACT

Indonesia has long been known as a mega biodiversity country, which can be explored its various functions

sustainably. Unfortunately, such natural treasury has been neglected, even though it contains many natural

substances for medical uses that can generate significant economical advantages and increase human welfare.

  

Plants generally develop defence mechanisms againts herbivores and pathogens through both mechanical

structures and secondary compounds. The later can be explored for their pharmaceutical uses. The objective of

the study is to preliminary asses the potential of Kerinci-Seblat as a source for natural substances for medical uses.

A plot of 1 ha was established and all trees with > 5 cm were measured, and collected their herbarium specimens,

and identified. The results show 27, 147, and 11 tree species potentially contain Benzyl-isoquinoline (BI), Ellagic

acid and proanthocyanins (EL&P), and Iridoid (Ir), respectively. These substances can be used to fight heart-

related disorder, diabetics, and to develop natural-based drugs for antioxidants, anti virus, and anti depresants.

  

Natural substances within sixteen families and 54 species can be further developed into anti cancer drugs, while

10 families and 37 species contain potential substances that can be used to fight HIV.

  Key words: anticancer, antiHIV, Kerinci-Seblat.

  Volume 3, No. 1, Desember 2010

  47 Volume 3, No. 1, Desember 2010 Agus Susatya PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan salah satu negara yang disebut sebagai kawasan megadiversity, yang bermakna bahwa kawasan ini mempunyai kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Banyak orang melihat hutan yang kaya jenis tumbuhan ini hanya dari sisi hasil kayu, yang secara financial cepat memberikan hasil, sedangkan hasil non kayu ataupun jasa lingkungan sering diabaikan. Persepsi yang lebih berat kepada nilai yang dapat mudah dijual (tangible) mendorong penilaian yang sangat murah terhadap jasa lingkungan, sehingga memicu kerusakan dan pengalihan fungsi hutan di mana-mana.

  Hasil hutan non kayu kelihatannya menjadi aspek komponen penting penilaian hutan. Hasil hutan non kayu meliputi tumbuhan yang berpotensi untuk menghasilkan obat dari hutan alam sejak lama telah dicoba dan dicari. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat mempunyai kontribusi yang sangat signifikan terhadap kesehatan manusia, lebih-lebih di daerah pelosok yang tidak terjangkau fasilitas kesehatan, baik untuk pencegahan maupun untuk penyembuhan penyakit. Hasil alam ini juga sering dijadikan awal dari pengembangan dan penemuan obat baru untuk memerangi berbagai penyakit. Batubara et al

  ., (2009) memperkirakan masih banyak jenis-jenis di alam yang mempunyai potensi untuk bidang farmasi. Data yang dikeluarkan US National Cancer Institute tahun 2004 memperlihatkan bahwa ada lebih dari 1.400 tumbuhan tropis yang mempunyai potensi sebagai obat kanker. Di kawasan ini, sedikit lebih 600 jenis tumbuhan yang telah diketahui manfaatnya, dan menunggu uji farmakologinya.

  Sedikitnya jumlah tumbuh tersebut disebabkan karena kesulitan mengumpulkan spesimen tumbuhan yang hidup di hutan hujan tropika (Wiart, 2006).

  Tumbuhan merupakan sumber daya hayati dan sekaligus sebagai sumber senyawa kimia hasil metabolisme primer yang digunakan untuk bertumbuhan, dan senyawa sekunder. Senyawa sekunder ini merupakan bagian mekanisme tumbuhan untuk mempertahankan hidup dan berfungsi melindungi tumbuhan dari herbivora dan pathogen (Cronquist, 1988). Jenis senyawa sekunder mempunyai peran yang penting dan kompleks dalam evolusi tumbuhan dan diversifikasi famili yang baru, order, dan subkelas tumbuhan berbiji (Ehrlich and Raven, 1964).

  Senyawa sekunder inilah yang dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, terutama untuk obat-obat (Leny, 2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekayaan jenis tumbuhan di Taman Nasional Kerinci-Seblat, dan potensinya untuk sumber obat-obatan.

METODE PENELITIAN

  Penelitian dilakukan di Air Musno, Taman Nasional Kerinci Seblat dengan membuat plot seluas 1 ha. Setiap tumbuhan dengan dbh >5 cm diukur diameternya dan dikumpulkan herbarium spesimennya. Spesimen ini kemudian diidentifikasi di Herbarium Universitas Bengkulu (HUB), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKMB), and Forest Research Institute of Malaysia (KEP).

  Nama jenis mengikuti nomenklatur IPNI, Turner (1995), Ng (1979), dan Whitmore (1972). Untuk kandungan senyawa sekunder mengacu kepada Croquist (1988). KAJIAN AWAL POTENSI TUMBUHAN OBAT, ANTI KANKER, ANTI HIV DARI TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT The preliminary study of medicinal plant from Kerinci Seblat National Park as anti cancer and anti HIV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Empat puluh dua famili tumbuhan ditemukan di dalam plot, seperti Euphorbiaceae. Meliaceae Sapotaceae, Moraceae, dan Lauraceae. Struktur hutan TNKS ini didominasi dengan jenis-jenis dengan Indeks Nilai Penting < 10 %, dan disusun oleh 94 genera dan 185 jenis (Tabel 1) (Susatya, 2007).

  Empat subkelas tumbuhan berbiji dijumpai di kawasan ini. Subkelas tersebut adalahi Gambar 1. Jumlah famili yang berpotensi mengandung

  Magnoliidae, Dilleniidae, Rosidae, Asteridae, dan Benzyl-isoquinoline (BI), Ellagic acid dan proanthocyanins (EL&P), dan Iridoid (Ir)

  Hamamelidae. Subkelas Magnoliidae dicirikan dengan senyawa Benzyl-isoquinoline (Cronquist, 1988). Senyawa sekunder Isoquinole alkaloid ini sangat menarik karena mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai anti kanker, antibiotika, anti depresan, dan dapat digunakan untuk pengobatan Alzheimer’s dan Parkinson’s (Wiart, 2006). Subkelas yang mengandung senyawa ini terdiri Annonaceae, Myristicaceae, dan Lauraceae (Gambar 1), dan masing-masing terdiri atas 8, 7, dan 12 jenis pohon (Gambar 2).

  Gambar 2. Jumlah jenis dan proporsinya terhadap total jumlah jenis (%) dengan potensi kandungan Benzyl-isoquinoline (BI), Ellagic acid dan proanthocyanins (EL&P), dan Iridoid (Ir).

  Volume 3, No. 1, Desember 2010

  49 Volume 3, No. 1, Desember 2010 Agus Susatya

  Tabel 1. Famili tumbuhan yang ada teridentifikasi di plot Air Musno, TNKS.

  29 Myrtaceae

  2.60 ELP

  15

  5.43

  10

  1.06

  1

  0.87 ELP

  1

  5

  0.54

  1

  1.06

  1

  28 Melastomaceae

  30 Oleaceae

  1.06

  1

  2

  0.54

  1

  1.06

  1

  32 Proteaceae

  0.35 ELP

  1.09

  2

  2

  1.06

  1

  31 Poligalaceae

  0.52 IR

  3

  1.09

  0.17 ELP

  0.54

  0.17 ELP

  8

  1.63

  3

  1.06

  1

  24 Elaeocarpaceae

  1.38 ELP

  3.26

  1.56 ELP

  6

  1.06

  1

  23 Ebenaceae

  0.69 BI

  4

  1.09

  9

  25 Guttiferae

  1

  1

  1.06

  1

  27 Leguminosae

  1.04 ELP

  6

  0.54

  1.06

  1

  1

  26 Lecythidaceae

  0.17 BI

  1

  0.54

  1

  1.06

  1

  33 Rhamnaceae

  1.06

  3

  31

  0.54

  1

  1.06

  1

  0.52 ELP

  0.54

  41 Verbenaceae

  1

  1.06

  1

  39 Ulmaceae

  2.60 ELP

  15

  5.36 ELP

  1

  2

  0.54

  BI =Benzyl-iso Benzyl-isoquinoline (BI), Ellagic acid dan proanthocyanins (EL&P), dan Iridoid (Ir)

  578 100

  184 100

  94 100

  5.54 ELP Total

  32

  1

  1.06

  1.06

  1

  42 Violaceae

  2.94 IR

  17

  1.63

  3

  1.09

  1.06

  1

  1

  1.06

  1

  35 Staphyleaceae

  0.17 ELP

  1

  0.54

  1.06

  0.54

  1

  34 Rhizophoraceae

  0.35 ELP

  2

  0.54

  1

  1.06

  1

  4

  1

  1

  38 Tiliaceae

  0.87 ELP

  5

  1.09

  2

  1.06

  37 Symplocaceae

  0.69 ELP

  0.17 ELP

  1

  0.54

  1

  1.06

  1

  36 Styracaceae

  2

  1

  No Famili genus % Species % Indv. % Senyawa

  2.72

  5

  4.26

  4

  8 Theaceae

  3.63 ELP

  21

  5

  14

  4.26

  4

  7 Sapindaceae

  3.46 IR

  20

  2.72

  2.72

  2.42 BI

  4.26

  3.19

  3

  11 Myristicaceae

  7.27 ELP

  42

  8.15

  15

  3

  9 Burseraceae

  10 Moraceae

  2.25 ELP

  13

  2.72

  5

  3.19

  3

  5

  4

  7

  8.51

  5

  3 Annonaceae

  4.15 ELP

  24

  6.53

  12

  8

  8

  2 Lauraceae

  19.90 ELP

  19.02 115

  35

  15.98

  15

  1 Euphorbiaceae

  5.32

  4.35

  6 Rubiaceae

  5 Meliaceae

  10.90 ELP

  63

  8.15

  15

  4.26

  4

  2.77 ELP

  12

  16

  4.35

  8

  4.26

  4

  4 Flacourtiaceae

  2.08 BI

  3.19

  3.80

  22 Dipterocarpaceae

  1.06

  1

  19 Celastraceae

  0.17 ELP

  1

  0.54

  1

  1

  1

  18 Bombacaceae

  0.52 IR

  3

  0.54

  1

  1.06

  1.06

  0.54

  17 Apocynaceae

  21 Dilleniaceae

  0.17 ELP

  1

  0.54

  1

  1.06

  1

  0.17 ELP

  3

  1

  0.54

  1

  1.06

  1

  20 Cornaceae

  0.52 ELP

  1

  0.52 BI

  17

  13 Sterculiaceae

  1.04 ELP

  6

  1.63

  3

  3.19

  3

  4.15 ELP

  2

  24

  2.72

  5

  3.19

  3

  12 Sapotaceae

  2.94 BI

  14 Anacardiaceae

  2.13

  3

  9

  0.54

  1

  1.06

  1

  16 Actinidiaceae

  1.56 ELP

  2.17

  2

  4

  2.13

  2

  15 Fagaceae

  0.69 ELP

  4

  1.07

40 Urticaceae

  Volume 3, No. 1, Desember 2010

  sebagai sumber senyawa anti kanker, anti bakteri, darah tinggi, dan kelainan otak (Wiart, 2006).

  Beilschmiedia, Cryptocarya, Endiandra,Litsea, Neolitsea, Persea, dan Phoebe. Kandungan

  Jenis pohon dari Lauraceae relatif cukup banyak dijumpai di lokasi penelitian. Jumlah pohon yang ada dari famili ini sebanyak 12 jenis yang masuk dalam genus Alseodaphne,

  Lebih lanjut, Sapindaceae juga mengandung Triterpenoid yang dapat mengurangi resiko tumor tulang (osteosarcoma) (Yasumasa et al., 2001).

  (2 jenis), Paranephelium (1 jenis), Pometia (1), dan Ganophyllum (1 jenis). Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan menormalkan kadar kolesterol (Arnelia, 2009).

  Palaquium (2 jenis), Madhuca (2 jenis) Nephelium

  Senyawa Saponin dapat dijumpai di jenis- jenis yang termasuk dalam Sapindaceae dan Sapotaceae. Jenis tersebut masuk dalam genus

  Goniothalamus (2 jenis) mempunyai potensi

  51 KAJIAN AWAL POTENSI TUMBUHAN OBAT, ANTI KANKER, ANTI HIV DARI TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT

  Satu lagi anggota subkelas Magnoliidae, Annonaceae yang terdiri dari 8 jenis dan tersebar di genus Cyathocalyx (2 jenis), Phaeanthus (2 jenis), Polyalthia (1 jenis), Pseduvaria (1), dan

  farguhariana, G. forbesii, G. bancana, Horfieldia punctatifolia, dan Knema glauca.

  Tingkat famili memberikan petunjuk yang menarik terkait dengan potensi tumbuhan sebagai sumber obat melawat tumor dan kanker. Tumbuhan dari Myristicaceae dikenal mempunyai senyawa indole (Wiart, 2006). Disamping dapat digunakan untuk melawan kanker, senyawa ini dan turunannya juga dapat melawan zat karsinogen yang dipicu oleh pestisida dan bahan kimia lainnya (www.phytochemicals.com). Wiart (2006) menunjukkan bahwa phenolik dari kulit batang Knema globerata dapat menghambat perkembangan sel tumor. Manfaat dari jenis kelompok Myristicaceae lainnya adalah menimbulkan efek halusinasi, sehingga cocok digunakan sebagai anti depresi, dan membantu menyembuhkan sistim saraf pusat (Wiart, 2007). Jenis-jenis Myristicaceae yang ada di plot penelitian adalah Gymnacranthera eugenifolia, G.

  ., 2003). Di dalam kawasan penelitian, kelompok dengan senyawa ini dijumpai dalam 35 famili (83%), dan terdiri dari 147 jenis (79%) (Gambar 1 dan 2). Subkelas terakhir yaitu Asteridae dikenal sebagai kelompok dicirikan dengan senyawa sekunder Iridoid yang melimpah. Isolasi dan pemurnian senyawa ini sering digunakan untuk obat yang terkait dengan pembuluh jantung (cardiovascular), mencegah dan menyembuhkan kerusakan hati yang disebabkan zat kimia tertentu, (antipheptotoxic), memperkuat fungsi hati, anti tumor, anti virus, mengurangi rasa sakit, dan pembengkakan (Didna, Debnath, dan Harigaya, 2007). Famili yang termasuk dalam kelompok ini adalah Apocynaceae, Verbenaceae, Oleaceae, dan Rubiaceae, dengan total jenis sebanyak 11 pohon.

  al

  Tiga subkelas yang terdiri atas Dilleniadae, Hamamelidae, dan Rosidae dicirikan dengan senyawa Ellagic acid dan Proanthocyanins (EL&P) yang berfungsi secara umum sebagai antioksidan. Proanthocyanin berpotensi digunakan untuk mengurangi resiko jantung koroner, menurunkan tekanan darah, memperlancar peredaran darah, dan mempunyai kasiat antioksidan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan Vitamin C (Murphy et

  The preliminary study of medicinal plant from Kerinci Seblat National Park as anti cancer and anti HIV

  senyawa sekunder atau alkaloid yang ada Volume 3, No. 1, Desember 2010 Agus Susatya

  dalam famili ini mempunyai sifat cytotoxic sehingga berpotensi sebagai sumber obat untuk tumor. Senyawa tersebut juga mempunyai sifat neuroaktif, sehingga dapat menimbulkan efek yang menenangkan (Wiart, 2006).

  Famili Ebenaceae mengandung senyawa naphathoquinones dan saponin. Naphathoquinones menyebabkan warna kehitaman dan kecoklatan di berbagai bagian tumbuhan jika terkelupas dan kena sinar matahari. Naphathoquinones mempunyai potensi untuk anti virus (Okuyama, 1999), sitotoksik (Kuo et al

  ., 1997), antioksidan (Wiart, 2006), dan dapat dikembangkan sebagai obat anti tumor (Kapadia et al., 1997), dan kanker darah (Leukemia) (Maher et al

  ., 2009). Disamping itu, kandungan senyawa sekunder tumbuhan yang berasal dari Ebenaceae dapat digunakan sebagai antiinflamatori dan anti iritasi. Lebih lanjut kandungan saponinnya mempunyai potensi sebagai obat yang dapat digunakan melawan kanker usus, dan untuk menurunkan kadar kolesterol (Arnelia, 2009). Jenis pohon dalam famili Ebenaceae yang dijumpai adalah Diospyros

  apiculata, D. buxifolia, D. cauuliflora, D. pendula, D. pilosanthera, dan D. sumatrana.

  Flacourticaceae mempunyai jenis yang relatif banyak (8 jenis pohon), dan tersebar di genus Caesaria, (3 jenis), Hypnocarpus (2 jenis),

  Osmelia (1 jenis), dan Ryparosa (2 jenis). Secara

  umum jenis-jenis Flacourticaceae dapat menjadi sumber obat pencegah pembengkakan dan anti iritasi. Beberapa jenis dari genus yang berbeda juga mempunyai senyawa yang berfungsi berbeda. Genus Caesaria mempunyai senyawa cytotoxic, anti oksidan, anti bakteri, dan anti HIV

  (Mossadik et al ., 2004), sedangkan genus Laetia mengandung senyawa antivirus, salisilin, untuk anti HIV dan herpes (herpes simplex virus) (Ishikawa et al

  ., 2004). Genus Hypnocarpus merupakan salah satu sumber bahan yang digunakan untuk obat Lepra (Wiart 2006).

  Gambar 3. Jumlah famili dan jumlah jenis yang berpotensi untuk melawan kanker dan HIV Jenis-jenis dari Melastomataceae,

  Rhizaophoraceae, Euphorbiacae, Sapindaceae, Anacardiaceae, Meliaceae secara umum mempunyai kandungan tanin yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah tinggi, menyembuhkan deman, menghentikan diare, dan disentri (Wiart, 2006). Jenis Croton (Euphorbiacaea) lebih lanjut mempunyai senyawa yang dapat dikembangkan sebagai anti tumor dan HIV (cytotoxic) (Wiart, 2006). Sedangkan, Melastomaceae (nobotannin B) (Wiart, 2006) dan Rhizophoraceae (Premanathan et al

  ., 1996) mempunyai senyawa yang berpotensi digunakan melawan HIV. Jenis yang ditemukan di kawasan penelitian adalah Croton argyratus, C. laevifolius,

  Ptenandra tessalata (Melastomaceae), dan

  Volume 3, No. 1, Desember 2010

  Wood. Sci.

  Konoshima T., Takasaki M., Koyama J., Tagahaya K., Nishino H. 1997. Anti-tumor promoting effects of naphthoquinone derivatives on short term Epstein-Barr early antigen activation assay and in mouse skin carcinogenesis. Cancer Lett, 113:1-2, 47-53.

  , 67: 659-665 Kapadia GJ., Balasubramanian V., Tokuda H.,

  Ishikawa T., Nishigaya K., Uchikoshi H., and Tsai I. 2004. Isolation of salicin derivatives from Homallium cochinchinensis and their antiviral activities. J Nat. Prod

  dolichostylus. J. Nat. Prod. 47:988-933

  XXXIV. Cucurbitacins from Elaeocarpus

  Farnsworth NR., Yellin B., and Hech SM. 1984. Plant anticancer agents.

  Ehrlich PR., and Raven PH. 1964. Butterflies and plant. A study in co-evolution. Evolution 18:586-608. Fang X., Phoebe Jr. CH., Pezzuto JM., Fong H.,

  Pharm. Bull., 55:159-222.

  New York. Didna B., Debnath S., Harigaya Y. 2007. Natorally occuring iridoids. A. Review Part 1. Chem.

  55:230-235. Cronquist A. 1988. The evolution and classification of flowering plants. Second Edication. NYBG.

  2009. Screening antiacne potensi of Indonesian medical plants: antibacterial, lipase inhibition, and antioxidant activities. J.

  53 KAJIAN AWAL POTENSI TUMBUHAN OBAT, ANTI KANKER, ANTI HIV DARI TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT

  (Puslitbang Gizi Bogor). http://www. kimianet.lipi.go.id/utama.cgi Batubara IT., Mitsunaha H., Ohashi.

  Fitokimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker

  DAFTAR PUSTAKA Arnelia. 2009.

  Hutan di Taman Nasional Kerinci-Seblat menyimpan senyawa yang berpotensi besar untuk kepentingan pengobatan. Senyawa sekunder yang dikandung dalam tumbuhan dapat dijadikan sebagai sumber bahan untuk melawan depresi, bakteri, anti oksidan, mengurangi penyakit jantung, kanker, dan perlindungan terhadap hati. Enam belas famili dan 54 jenis pohon dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan obat anti kanker, sedangkan 10 famili dan 37 jenis pohon berpontensi sebagai sumber senyawa untuk melawan HIV (Tabel 3).

  KESIMPULAN

  cucurbitacins berpotensi sebagai cytotoxic (anti kanker), dan indolizidine alkaloid yang diduga mempunyai kemampuan anti HIV dan diabetes (Fang et al., 1984).

  petiolatus dan E. stipularis mempunyai senyawa

  ., 2003). Elaeocarpaceae yang terdiri dari Elaeocarpus floribundus, E.

  Apocynaceae dan Verbenaceae mempunyai beragam senyawa yang bisa dikembangkan sebagai Penghilang rasa sakit (analgesic), penurun panas (anti pyretic), pencegah pembengkakan ( anti inflammotory). Sedangkan alkaloid yang dikandung oleh Apocynaceae sejak lama diteliti untuk dikembangkan sebagai dasar obat untuk memerangi kanker (Wiart, 2009). Salah satu jenis Apocynaceae yang ditemukan di lokasi penelitian, yaitu Wrightia pubescens telah diteliti dan berpotensi untuk melawan Leukemia (Kawamoto et al

  The preliminary study of medicinal plant from Kerinci Seblat National Park as anti cancer and anti HIV Carallia brachiata (Rhizophoraceae).

  Kawamoto S., Koyano T., Kowithayakorn T., Fujimoto H., Okuyama E., Hayashi M., Agus Susatya

  Komiyama K., and Ishibashi M., 2003. Yamamoto. 1996. In vitro anti HIV virus activity of mangrove plant. Indian. J. Med. Wrightiamines A and B, two new cytotoxic pregnane alkaloid from Wrightia javanica. Res.,

  103:278-285 Chem. Pharm. Bull. 52.737-745. Susatya, A. 2007. Taxonomy and ecology of

  Kuo Y.H., Chang C.I., Li S.Y., Chou C.J., dan Lee K.H. Rafflesias in Bengkulu, Indonesia. Ph.D’s dissertation. Universiti Kebangsaan 1997. Cytotoxic constitunets from the stems of Diospyros maritima. Planta Med Malaysia.

  .63.363- 372.

  Wiart, C. 2006. Medical plants of Asia and Pacifik.

  Taylor and Francis Group. Boca Raton. FL. Leny, S. 2006. Senyawa terpenoid dan steroid.

  Yasumasa I., Pandey P., Sporn MB., Datta R., Kharbanda S.,

  Departemen Kimia. FMIPA. USU The Novel Triterpenoid CDDO and Kufe D. 2001. Maher H., Win T., Shpilberg O., Shmuel Bittner,

  Induces Apoptosis and Differentiation of Yosef Granot, Itai Levy, and Ilana Nathan. Human Osteosarcoma Cells by a Caspase-8

  2009. The anti-leukaemic activity of novel Dependent Mechanism. Molluculer synthetic naphthoquinones against acute

  pharmacology,

  59(5):1094-1099 myeloid leukaemia: induction of cell death via the triggering of multiple signalling pathways. British Journal of Haematology, 147(4):459-70

  Mosaddik M.A., Banbury L., Forster P., Booth R., dan P.M. Waterman. 2004. Screening of some Australian Flacourtiaceae species for in vitro antioxidant, cytotoxic, and antimicrobial activity. Phytomedicine 11:

  461-472. Murphy KJ., Chronopoulos AK., Singh I. 2003.

  Dietary flavanols and procyanidin oligomers from cocoa (Theobroma cacao) inhibit platelet fungtion. Am. J. Clin. Nutr., 77(6): 1466-73

  Okuyama, E., Homma M., Satoh M., Fujimoto

  H., and Ghazalli A. 1999. Monoamine oxidase inhibitory naphthoquinone and/ or naphthalene dimers from Lemuo hitam (Diospyros sp.) a Malaysian herbal medicine.

  Chem. Pharm. Bull., 47:1473-1485.

  Premanathan M., Nakashima H., Kathiresan, and

  Volume 3, No. 1, Desember 2010

Dokumen yang terkait

Profil Candida penyebab kandidemia dan pola kepekaan terhadap anti jamur pada pasien sakit kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuno

0 1 7

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP TOKSISITAS SEL LIMFOSIT MANUSIA SECARA IN VITRO Cytotoxic study of Pandanus conoideus Lam extract and oil on human lymphocytes in vitro

0 0 5

KEKERABATAN FILOGENETIK BUAH MAKASSAR (Brucea javanica) BERDASAR- KAN GEN RIBULOSA-1,5-BIFOSFAT KARBOKSILASEOKSIGENASE Phylogenetic relationship of Brucea javanica based on molecular marker ribu- lose-1,5-biphosphate carboxylaseoxyigenase gene

0 0 8

KAJIAN ETNOBOTANI DI BEBERAPA KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM, JAWA TIMUR Ethnobotanical study in some nature reserve area in East Java

0 0 10

PEMISAHAN FRAKSI DAN SENYAWA-SENYAWA YANG BERSIFAT ANTIPLASMODIUM DARI EKSTRAK METANOL KULIT KAYU MIMBA (Azadirachta indica Juss) Chemical compound separation in mimba bark (Azadirachta indica Juss) methanolic extract with antiplasmodium activity

0 0 10

PROSPEK SENyAWA FLAVONOID KULIT BATANG CEMPEDAK (Artocarpus champeden Spreng) SEBAGAI INHIBITOR DETOXIFIKASI HEME PARASIT MALARIA The detoxification inhibitory activity of heme malaria parasite by flavonoid in Cempedak bark (Artocarpus champeden Spreng)

0 1 12

KEMAMPUAN SECANG DALAM MENURUNKAN PRODUKSI TNF-α: POTENSINyA SEBAGAI ANTIJERAWAT The inhibitory activity of Secang on TNF-α production: its potency as antiacne

0 0 5

KINERJA TEMULAWAK (C. xanthorrhiza Roxb.) DALAM TABUT BLOK DAN KONSENTRAT TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN LEMAK SUSU RUMINANSIA LAKTASI The effect of Curcuma rhizome in Tabut Blok and concentrate on milk and fat- milk production by ruminant lactation

0 0 8

GAMBARAN JUMLAH DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT SERTA WAKTU JENDAL DAR- AH PADA TIKUS BETINA YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(α)antrasen (DMBA) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L) The number of total leucocyte and coagulation ti

0 0 10

UJI POTENSI ANTIOKSIDAN HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) SECARA IN VITRO In vitro antioxidant activity of Seledri (Apium graveolens L.)

0 1 6