PENGARUH AKUPUNKTUR TANAM BENANG PADA TITIK ZUSANLI, CHENGSAN DAN SANYINJIAO PADA LOMBA LARI KONTINGEN DAM II SRIWIJAYA DALAM TONTANGKAS 2017 DI PUSDIK ARMED CIMAHI JAWA BARAT

  

PENGARUH AKUPUNKTUR TANAM BENANG PADA LOMBA LARI

KONTINGEN DAM II SRIWIJAYA DALAM TONTANGKAS

  

1

  2 Mayang Wulandari , Chantika Mahadini

  Program Studi Akupunktur Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen Kesdam V / Brawijaya Malang

  Email : ibmay@yahoo.co.id

  

ABSTRAK

Pendahuluan: Lomba Peleton Tangkas (Ton Tangkas) adalah lomba tahunan yang

  dilaksanakan oleh TNI AD yang dijadikan sebagai tolok ukur pembinaan fisik setiap prajurit dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi prajurit TNI. Lomba ini merupakan lomba yang bergengsi di kalangan TNI-AD karena membawa nama satuan dan Kodam masing- masing. Berbagai kesiapan dilakukan satuan, baik kesiapan fisik, mental dan moral maupun materi yang akan dihadapi, dengan materi lomba yang meliputi Kesegaran Jasmani, Menembak Pistol dan Senapan, Navigasi Darat, Lintas Medan, dan Peraturan Militer Dasar (Permildas). Selain untuk mengukur tingkat kesiapan, hal ini dilakukan juga untuk memperoleh data kemampuan yang dimiliki peleton-peleton tersebut. Kesemua materi tersebut harus dapat dikuasai oleh masing-masing prajurit. Metode : Desain penelitian menggunakan metode kuantitatif. Populasi penelitian adalah semua Kontingen Dam II Sriwijaya yang berjumlah 26 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling. Hasil : Hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan nilai lari kontingen dalam tontangkas periode I di Cimahi 2017 dengan menggunakan akupunktur tanam benang.

  

Kesimpulan : Manfaat penelitian ini memberikan alternatif bagi para atlet menambah

  stamina secara alami dengan akupunktur tanam benang untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai, otot lengan dan pernapasan.

  Kata Kunci : Akupunktur Tanam Benang, Lomba lari, Tontangkas

ABSTRACT

  Background: Race Platoon Agile (Agile Tons) is an annual competition held by TNI AD which serve as a benchmark for physical coaching every soldier with the aim to improve the competence of INDONESIAN soldiers. This race is a prestigious competition among the TNI-AD because bringing the name of unit and each Territorial. Various units done, good readiness readiness of physical, mental and moral as well as material to be faced, with the material of the race which includes Physical Freshness, firing handguns and rifles, Land Navigation, cross terrain, Military Regulations and basic (Permildas) . In addition to measuring the level of preparedness, this is done also to obtain data capabilities platoon-the platoon. All such material must be mastered by each soldier. Methods: design research using quantitative methods. The population of the research was all Contingent Dam II Sriwijaya including 26 people. Sampling method using total sampling. Results: the results of the research there is an increase in the value of the contingent in the run

  “tontangkas” period I in Cimahi 2017 using acupuncture planting thread. Conclusion: this study provides an alternate Benefit for athletes increase stamina naturally with acupuncture planting threads to increase the strength of limb muscles, arm muscles and breathing.

  Keywords: Planting thread acupuncture, Race, Tontangkas

  PENDAHULUAN

  Lomba Peleton Tangkas (Ton Tangkas) adalah lomba tahunan yang dilaksanakan oleh TNI AD untuk dijadikan sebagai sebuah tolok ukur pembinaan fisik setiap prajurit dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi prajurit TNI. Lomba ini merupakan lomba yang bergengsi dikalangan TNI-AD karena membawa nama satuan dan Kodam masing-masing. Taktik dan strategi pun harus digunakan dalam menghadapi berbagai macam kegiatan yang ada dalam lomba meliputi rayapan tali, jaring pendaratan, adu lempar pisau dan kapak, lomba menembak, renang militer (berenang menggunakan seragam perang lengkap dengan senjata), lintas medan (mendaki gunung, melewati lembah), lomba lari 3,2 km atau bisa disebut dengan samapta, sampai lomba bela diri militer Yong Moo Do.

  Kontingen Dam II Sriwijaya Yonif Raider 200/ BN dalam hal ini merupakan satuan yang selalu siap dalam berbagai kegiatan akan jadi ujung tombak yang apabila ditunjuk akan mampu berkompetisi dengan baik dan membanggakan. Untuk itu Kontingen Dam

  II Sriwijaya Yonif Raider 200/ BN sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari dalam rangka lomba Ton Tangkas tingkat AD dengan melaksanakan latihan-latihan.

  Sebagai dasar dari semua latihan adalah kekuatan fisik yang prima yang dapat dinilai dari kekuatan serta ketahanan lari. Sebagai tolok ukur keberhasilan dilaksanakan pengambilan data Garjas yang rutin diambil sepuluh hari sekali sabagai bahan evaluasi latihan dan pertimbangan pelatih dalam melaksanakan latihan, dengan harapan kemampuan tersebut dapat mendapatkan nilai yang baik dalam pertandingan Lintas Medan, Garjas serta HTF (How To Fine The Faigther ).

  Kontingen Dam II Sriwijaya tahun 2016 mendapat urutan ke-13 dari total 15 peserta, untuk meningkatkan stamina para atlet selain latihan fisik mereka mencoba akupunktur. Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk mempengaruhi aliran bioenergi tubuh berdasarkan pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dengan organ melalui sistem meridian yang spesifik. Diharapkan dengan pengunaan akupunktur terutama tanam benang kemampuan lari atlet akan meningkat, selain itu tanam benang merupakan teknik yang tidak memiliki efek samping bila tindakan dilakukan secara benar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain pre-experimental dengan pretest-posttest . Populasi penelitian adalah semua Atlet Kontingen Dam II Sriwijaya Yonif Raider 200/ BN di Pusdik Armed Cimahi Jawa Barat pada 6 Mei 2017 sebanyak 26 orang. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah semua Atlet Kontingen Dam II Sriwijaya Yonif Raider 200/ BN di Pusdik Armed Cimahi Jawa Barat pada 6 Mei 2017 sebanyak 26 orang. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.

  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tahap 1) Atlet melakukan start berdiri di tempat yang ditentukan dengan memperhatikan aba-aba dari penilai, 2)

Setelah aba- aba “Ya” atau peluit ditiupkan

  atlet lari sejauh 3200 meter, 3) Setelah 3200 meter penilai mencatat waktu yang ditempuh, 4) Atlet diambil nilai garjasnya yang merupakan nilai pre tes, 5) Atlet diterapi akupunktur Tanam benang lalu dipantau selama 1 bulan dan dinilai kembali pada saat lomba tontangkas dan ini merupakan nilai post tes. Proses Terapi Akupunktur Tanam Benang 1) Pasien berbaring dengan santai tanpa rasa tegang, tidak terlalu lelah, tidak terlalu kenyang dan tidak terlalu lapar. 2) Terapis Akupunktur melakukan disinfeksi pada tangannya dengan bola kapas steril yang sudah dibasahi alkohol 70% lalu menggunakan sarung tangan. 3)Sebelum dilakukan penusukan, daerah titik yang akan ditusuk dilakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan bola kapas steril yang sudah dibasahi alkohol 70%. 4) Setelah itu dilakukan penusukan secara berturut-turut pada titik ST 36, PC 6 dan BL 57 menggunakan jarum thread lift. 5) Setiap pencabutan jarum, bekas tusukan dilakukan disinfeksi kembali menggunakan bola kapas steril yang telah dibasahi alkohol 70%.Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian dari data nilai lari Kontingen Dam

  II Sriwijaya Dalam Tontangkas 2017 Di Pusdik Armed Cimahi Jawa Barat. Alat yang digunakan adalah kapas, alkohol dan jarum thread lift.

  Analisis data pada penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran

  sakit nyeri sebelum terapi Akupunktur

  (pretest) dan sesudah terapi Akupunktur (posttest).

  HASIL

  Karakteristik responden yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah nilai garjas (lari) sebelum diberi perlakuan terapi Akupunktur tanam benang (pre test) dan sesudah diberi perlakuan terapi Akupunktur tanam benang (post test),

Tabel 1.1 Nilai Garjas (lari) sebelum dan sesudah perlakuan terapi Akupunktur tanam benang

  92

  89

  15 Responden 15 12:43 80 12:22

  90

  16 Responden 16 12:47 79 12:09

  90

  17 Responden 17 13:09 76 12:26

  88

  18 Responden 18 12:02 88 11:36

  95

  19 Responden 19 11:46 87 11:44

  20 Responden 20 12:21 85 11:48

  13 Responden 13 12:01 94 11:31 100

  92

  21 Responden 21 11:56 85 11:30

  91

  22 Responden 22 11:08 100 10:45 100

  23 Responden 23 11:25 98 11:20

  99

  24 Responden 24 15:23 76 14:33

  88

  25 Responden 25 13:45 75 13:43

  85

  26 Responden 26 12:03 93 11:47

  14 Responden 14 12:40 86 12:41

  12 Responden 12 12:14 96 12:01 100

  No Nama Nilai Sebelum terapi Akupunktur tanam benang (pre test)

  5 Responden 5 13:09 81 12:30

  Nilai Sesudah terapi Akupunktur tanam benang (post test)

  Waktu Nilai Waktu Nilai

  1 Responden 1 15:36 75 15:34

  84

  2 Responden 2 14:31 73 13:52

  88

  3 Responden 3 14:10 71 13:21

  89

  4 Responden 4 13:04 76 12:44

  90

  98

  89

  6 Responden 6 11:24 98 11:35

  95

  7 Responden 7 12:22 79 11:57

  90

  8 Responden 8 11:58 84 12:00

  94

  9 Responden 9 12:41 91 12:28

  98

  10 Responden 10 13:27 83 13:43

  95

  11 Responden 11 13:57 78 13:13

  97 (Sumber: Data Primer, Juni 2017) Dari tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa semua responden mengalami peningkatan nilai garjas (lari) setelah diberi perlakuan terapi Akupunktur tanam benang. Bila ditinjau dari hasil uji hipotesis menggunakan

Uji Wilcoxon’s didapatkan

  hasil terdapat perbedaan nilai garjas antara sebelum dengan sesudah pemberian perlakuan terapi Akupunktur tanam benang.

  Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa: ada Pengaruh Akupunktur Tanam Benang Pada Titik Zusanli, Chengsan Dan Sanyinjiao Pada Lomba Lari Kontingen Dam II Sriwijaya Dalam Tontangkas 2017 Di Pusdik Armed Cimahi Jawa Barat.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan penyajian data didapatkan bahwa semua responden mengalami peningkatan nilai garjas (lari) setelah diberi perlakuan terapi Akupunktur tanam benang. Hal ini sesuai dengan penjelasan berikut ini:

  Tanam benang merupakan suatu metode yang dilakukan dengan memasukkan benang ke bawah jaringan subkutan seiring berjalannya waktu, benang ini kemudian perlahan menyatu dan diserap bersama kulit. Teknik ini bila dilakukan di titik akupunktur akan membantu kerja organ dan otot yang ditargetkan dalam kegiatan fisik seperti lomba lari atau berenang. Akupunktur dapat meningkatkan kemampuan mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dengan cara perbaikan dalam berbagai kapasitas dan volume paru sehingga nilai ketahanan kardiorespirasi lebih meningkat. Efek perbaikkan mikrosirkulasi lokal dan distal akan sangat membantu dalam distribusi oksigen dan energi yang dibutuhkan jaringan otot aktif dalam kegiatan jasmani dan olahraga. Dengan perbaikkan mikrosirkulasi lokal dan distal akibat rangsang Akupunktur diharapkan ketahanan otot dapat ditingkatkan. Akibat perbaikkan mikrosirkulasi, Akupunktur dapat menimbulkan efek vasodilatasi umum yang dapat menimbulkan peningkatkan suhu jaringan sehingga kekuatan otot diharapkan meningkat pula. Di samping itu, vasodilatsi umum dapat menimbulkan penurunan tahanan perifer penurunan tekanan darah sehingga mengurangi kerja jantung. Sekresi Endorfin akibat rangsang Akupunktur menimbulkan sensasi segar dan rileks pada olahragawan (Sujudi, 2008).

  DAFTAR PUSTAKA Anonim. Assesing Aerobic Fitness .

  Diakses 20 Mei 2017. 17:20

   Anonim. Cooper test. Diakses

  03 Sujudi. 2008. Efek Akupunktur Dalam September 2012 : 13:30 Meningkatkan Ketahanan Tubuh http://en.wikipedia.org.html (Endurance) Pada Olahraga .

  Anonim. YMCA Fitness Assessment. Meridian Volume XV Nomer 3.

  Diakses 21 Mei 2017 : 13:00 Vander et al. Human Physiology. 2001.

   The Respiratory System . In : Human

  Testing.html Physiology The Mechanism of body Fox SI. Muscle. 2003. Mechanism of Function, 8nd. Boston.

  Contraction and Neural Control . In McGrawHill.

  : fox SI. Human Physiology, 8nd ed. Yasin, M. 2008. Pembinaan Jasmani McGraw-Hill. p. 343. Militer . Kesad. Diakses 2 Juni 2017. Guyton, Hall. 2008. Text book of Medical 20:30

  Physiology . New York. WB

  Saunders Company. Hidayat, T. 2011. Tips Sukses Tes Samapta . Diakses 25 Mei 2017.

  18:40

  

  Levitzky, Michael G. 2007. Pulmonary

  Physiology. McGraw-Hill

  Mackenzie B. VO2max. diakses 26 Mei 2017. 18:40

  

  Mengga, S. 2005. Buku Petunjuk Tehnik

  tentang Tes Kesamaptaan tentang Jasmani Prajurit dan Calon Prajurit , Nomor Skep / 590 / XII /

  2005 Tanggal 30 Desember 2005 Moleong, L. 2010. Metode Penelitian

  Bandung : PT Remaja Kualitatif. Rosdakarya. Nasution, A. 2007. Buku Petunjuk Tehnik

  tentang Kesegaran Jasmani , Nomor

  Perkasad / 254/ XII / 2007 Tanggal

  28 Dsember 2007 Pate R, McClenaghan B, Rotella R. 1984.

  Pengangkutan dan penggunaan Oksigen . Dalam : Dwijowinoto K

  (penerjemah). Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Philadelphia (USA) : Saunders College Publishing; p.

  256-7. Saputra, K. (2005). Akupunktur Dasar.

  Surabaya : Airlangga University Press. Surabaya, Indonesia. Saryono, A. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan.

  Yogyakarta : PT Nuha Medika.