Tor kajian isu lingkungan docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Pesatnya pembangunan di semua sektor telah membuat banyak merubah kondisi
lingkungan, terutama terjadi perubahan fungsi lahan dari kegiatan pedesaan(rural) ke
perkotaan, hal ini sudah barang tentu telah merubah ekosistem disekitar kita dan akibatnya
terjadi perubahan iklim( isu Global Warning) yang saat ini terjadi, jika hal ini terus berlarut
di biarkan akan berakibat patal terhadap kelangsungan manusia, oleh karena itu perlu ada
upaya kepada perbaikan lingkungan, bukan karena alasan ekonomi lingkungan menjadi
sasaran keserakahan manusia.
Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bidang yang saling berkaitan. Di satu sisi
pembangunan dirasakan perlu untuk meningkatkan harkat hidup manusia. Tapi di sisi lain
tidak jarang program dan proyek pembangunan tanpa disadari mengakibatkan rusaknya
lingkungan. Bencana banjir, kekeringan, longsor dan kepunahan keanekaragaman hayati
merupakan beberapa contoh dari kerusakan lingkungan yang dapat kita lihat saat ini.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, menetapkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan hidup akan lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi Kebijakan, Rencana
dan/atau Program (KRP) telah mempertimbangkan masalah lingkungan hidup dan
ancaman terhadap keberlanjutannya.
Saat ini, ada tujuh isu lingkungan yang saat ini menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kota
(Pemkot) Tangsel yakni ketersediaan air bersih (PDAM) yang sampai saat ini baru
memenuhi 20 % dari kebutuhan. Begitu pula pengelolaan sampah yang baru tertangani
30% dari total produksi sampah. Selain itu, minimnya pengelolaan limbah cair domestik,
masalah sosial akibat tingkat urbanisasi yang tinggi dan fungsi situ kini juga berkurang karena
luasnya menyempit dan perubahan peruntukkan. Bahkan, kurangnya RTH (ruang terbuka hijau)
di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), baik untuk rekreasi warga maupun penyerapan pencemaran
udara dan terakhir masalah kebutuhan infrastruktur akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Untuk itu perlu kebijakan pemerintah untuk memberikan solusi isu ligkungan tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program. Dalam rangka terwujudnya hal di atas maka pemerintah mengeluarkan
penjabaran lebih lanjut melalui diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis,
selain itu KLHS mengacu juga kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 09 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Strategis.
Berdasarkan amanat UU Nomor 32 Tahun 2009 tersebut, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib melaksanakan KLHS dalam penyusunan dan/atau evaluasi terhadap Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) baik di tingkat
Nasional, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota; serta kebijakan, rencana, dan/atau program
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. Pada prinsipnya
KLHS adalah suatu kajian/penilaian mandiri (self assessment) untuk melihat sejauh mana
Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah telah mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Sebagai kota yang peduli dengan isu strategis lingkungan, maka Pemerintah Kota
Tangerang Selatan (Tangsel) telah melakukan KLHS Penyusunan RTRW Tahun 2011 dan
KLHS RPJMD Tahun 2015. Berkenaan dengan Revisi KLHS RTRW, sesuai amanat UU Nomor
32 Tahun 2009, Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menyiapkan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) guna memastikan bahwa muatan yang ditetapkan
dalam Revisi RTRW Kota Tangerang Selatan (Tangsel) telah mempertimbangkan prinsip

pembangunan berkelanjutan, sehingga diharapkan dampak lingkungan yang dapat
ditimbulkan akibat rencana yang ditetapkan dapat diminimalisir. Hasil KLHS
mengkonfirmasi Rancangan
Revisi RTRW Kota Tangerang Selatan (Tangsel) telah
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara lain dalam
Rencana Struktur Ruang, Pola Ruang, dan Kawasan Strategis kota. Hasil KLHS berupa
rekomendasi dan mitigasi bagi penyempurnaan muatan (KRP) RTRW yang disusun
berdasarkan hasil analisis yang partisipatif. KLHS terhadap RTRW Kota Tangerang Selatan
(Tangsel) Tahun 2011-2031 ini disusun mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan dan rujukan dalam
penyusunan KLHS Revisi RTRW RTRW Kota Tangerang Selatan 2011-2033 ini adalah
sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Nomor 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014;
3. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

8. Peraturan Menteri Pekerjaan
PedomanPenyusunan RTRW-kota;

Umum

Nomor

16/PRT/M/2009

tentang

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
10. Peraturan Menteri Negara lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 09 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis.

1.2. Tujuan Pelaksanaan Kajian Isu Lingkungan
Tujuan pelaksanaan Kajian Isu Lingkungan terkait Revisi RTRW adalah:
1. Memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan Kota Tangerang Selatan;
2. Meningkatkan kualitas RTRW sebagai upaya meminimalkan potensi pengaruh negatif
dan/atau risiko pelaksanaannya terhadap kondisi lingkungan hidup.
Pendekatan Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi kedalam strategi pembangunan
untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
1.3. Pelaksanaan Kajian Isu Lingkungan
Proses kajian isu lingkungan terkait terhadap Revisi RTRW Kota Tangerang Selatan Tahun
2011- 2031 dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Tim ini beranggotakan personill dari OPD (organisasi Perangkat Daerah) yang terkait
1.4. Waktu Pelaksanaan Kajian Isu lingkunan
Pelaksanaan terhadap kajian isu lingkungan Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2031 ini

akan dilaksanakan selama 1 bulan (Nopember) tahun 2017.
1. 5 pembuatan dan Pelaksanaan kegiatan
Tahapan pelaksanaan penyusunan Kajian Isu Lingkungan dalam rangka Revisi RTRW Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011-2031 adalah:
1. Pengkajian pengaruh RTRW terhadap kondisi lingkungan hidup
1) melaksanakan identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan
2) melaksanakan identifikasi materi muatan RTRW yang berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup

3) menganalisis pengaruh hasil identifikasi isu pembangunan berkelanjutan dan
perumusan materi muatan RTRW yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi lingkungan hidup
2. Telaah muatan RTRW
3. Perumusan alternatif dan rekomendasi
1.6. Muatan Kajian Isu Lingkungan
Dalam melakukan kajian isu lingkungan pengaruh untuk menentukan implikasi dari
program yang ada dalam RTRW, perlu ditentukan aspek menjadi pendasaran kajian. Dalam
Pasal 16 UU Nomor 32 Tahun 2009 disebutkan 6 aspek muatan yang dapat digunakan
dalam melakukan kajian pengaruh yaitu 1) Kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan; 2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko

lingkungan hidup; 3) Kinerja layanan/jasa ekosistem; 4) Efisiensi pemanfaatan sumber
daya alam; 5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim dan 6)
Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Pengaruh muatan rencana tata ruang misalnya dikaji dampak dan risikonya dengan
memperkirakan kemungkinan perubahan ekosistem yang terjadi jika program
dilaksanakan. Untuk daya dukung misalnya, kajian memperhatikan kemampuan ekosistem
di mana program direncanakan dengan mempertimbangkan kemampuan lingkungan
mendukung kehidupan masyarakat lokal dan mahluk lain jika program dilaksanakan.
1.7

Pelaporan

a. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan, berisi persiapan rencana kerja dan metode, diserahkan paling
lambat 7 hari kalender setelah Surat Perintah Kerja (SPK) ditandatangani.
b. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan kompilasi seluruh hasil kajian dan rekomendasi dalam bentuk
deskripsi serta merupakan laporan akhir (Final Report) yang merupakan perumusan
seluruh hasil analisa diserahkan paling lambat 7 hari kalender sebelum SPK berakhir.
1.8


Tenaga Ahli

No

Personil

Pendidikan
Minimal

SKA/SK
T

TENAGA AHLI
Ahli Perencanaan
Wilayah dan Kota /Team
Leader

S2 Perencanaan Wilayah
dan Kota


Ahli
Perencanaan
Wilayah dan
Kota

2
tahun

Ahli Geografi dan Ilmu
Lingkungan

S1 Geografi dan Ilmu
lingkungan

Ahli Lingkungan

S1 Teknik Lingkungan

Ahli Geografi

dan Ilmu
Lingkungan
Ahli
Lingkungan

2
tahun
2
tahun

TENAGA PENDUKUNG

Sekretaris

D3

2 tahun

Surveyor


S1

2 tahun

1.9 KELUARAN PEKERJAAN
Keluaran pekerjaan dalam format cetak adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan, ukuran kertas A4, sebanyak 10 buah
2. Laporan Akhir, ukuran kertas A4, sebanyak 15 buah
XII. PENUTUP
Segala sesuatu yang belum diatur dalam kerangka acuan kerja ini akan
ditentukan kemudian.

Tangerang Selatan Oktober 2017
Kepala Bidang ...................................Dinas Lingkungan Hidup
Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen

6
orang

(...........................................................................)