EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN FISKAL (1)
EKONOMI MAKRO
KEBIJAKAN FISKAL
Disusun Oleh:
Siti Mukhayaroh
Siti Maghfirotin
Dewi Kareni
Sekar Dwiati
Lia Nurvia
130321100065
130321100066
130321100067
130321100068
130321100069
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014
KEBIJAKAN FISKAL
1. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam mengarahkan
kondisi perekonomian kearah yang lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan
kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal
lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja negara atau pemerintah.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana
dan
kebijaksanaan
yang
ditempuh
oleh
pemerintah
untuk
membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.
Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang
berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.
Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran
dana Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan
fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami
inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan
cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
2. INDICATOR KEBIJAKAN FISCAL
Dalam kebijakan fiscal, indikator yang biasanya dipakai adalah anggaran deficit,
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah dengan penerimaan, yang biasa
diformulasikan sebagai berikut :
Defisit = G – Ty + R
Keterangan :
G
= pengeluaran pemetrintah
t
Y
R
= tarip pajak
= pendapatan nasional
= pengeluaran untuk transfer
3. MEKANISME KEBIJAKAN FISKAL
Dalam kebijakan fiskal, inflasi dikendalikan dengan surplus anggaran,
sedangkan dalam kerangka kebijakan moneter, inflasi dikendalikan dengan
tingkat bunga dan cadangan wajib. Piranti kebijakan yang perlu dipersiapkan.
1. Pajak untuk sektor swasta
2. Pinjaman pada masyarkat
3. Pengeluaran Pemerintah untuk pengendalian pengangguran
Dalam menjalankan kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan tiga bentuk
tindakan :
1.
Mengubah pengeluaran pemerintah saja
2.
Mengubah pajak saja
3.
Secara serentak mengubah pengeluaran pemerintah dan pajak.
4. MANFAAT KEBIJAKAN FISKAL
Manfaat
kebijakan
fiscal
adalah
untuk
mempengaruhi
jalannya
perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil
pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan
jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Manfaat utama kebijakan fiskal ialah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga. Implementasinya untuk menggerakkan Pos penerimaan dan
pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan
semakin kompleksnya struktur ekonomi perdagangan dan keuangan, maka
semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi beragam harus
digunakan secara tepat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan
dan penentuan harga.
KEBIJAKAN FISKAL SECARA PARTIAL TERHADAP KURVA IS
Jika ada kebijakan fiskal menaikkan G sebesar Rp 20 +, maka kurva is akan
bergeser ke kanan
Y = C+I+G
=100+0,75Y+60-20R+20
0,25Y= 180-200R
Y
= 720-800R
Atau R = 0,9-0,00125Y.............. is
Jad keseimbangan umum yang baru sebagai berikut :
Dengan mensubtitusikan :
Y= -360+2000R............ LM
Y= -360+2000(0.9-0,00125Y)
Y= -360+1800-2,5Y
3,5Y = 1440
Y=411,4 dan
R= 0,9-0,00125Y
R= 0,9-0,00125x(411,4)
R= 0,39
Grafik setelah kebijakan fiskal :
R
LM
0
39%
38%
IS1
IS0
336
411,4
Y
Kebijakan moneter secara partial terhadap kurva LM
Misal :
Pemerintah melakukan kebijakan moneter dengan menaikan JUB sebesar 50 T maka
kurva LM dapat bergeser ke kanan.
Ms
= 550
Md
= M1 + M2
= 0,2Y + 572 – 400R
Ms
= Md
550
= 0,2Y + 572 – 400R
0,2Y
= -22 + 400R
Y
= -110 + 2000R
2000R = 110 + Y
Atau R = 0,055 + 0,0005Y....... LM
Jadi keseimbangan yang baru :
Y
= 640 – 800R ...... IS
Y
= 640 – 800 (0,055 + 0,0005Y)
= 640 – 44 – 0,4Y
1,4Y
= 596
Y
= 425,7
R
= 0,8 – 0,00125Y
= 0,8 – 0,00135(425,7)
= 0,8 – 0,53
= 0,27 atau 27%
R
LM
0
LM
38%
1
27%
IS0
425,7
336
Kesimpulan : JUB naik akan menurunkan R dan menaikan Y
Y
Bagaimana jika kebijakan dilakukan secara bersama-sama ?
Jika kebijakan fiskal dan moneter dilakukan bersama-sama (simultan), maka
dampaknya adalah Y meningkat lebih besar lagi, tetapi dampak terhadap suku bunga
(R) tidak jelas (naik atau turun). Naik turunnya suku bunga tergantung pada dua
faktor :
o Kekuatan relatif kedua kebijakan tersebut
o Kepekaan kurva IS dan kurva LM terhadap R
Misalkan kedua kebijakan diatas dilakukan secara bersama-sama, yaitu dengan
kebijakan fiskal menaikkan G sebesar 20 T dan kebijakan moneter menaikkan JUB
sebesar 50 T :
Maka dampaknya dapat dilihat berikut ini :
Y = 720 – 800 R
Y = -110 + 2000 R
- 0 = 830 – 2800 R
2800R = 830
R = 0,296 atau 29,6%
Dengan subtitusi :
Y = 720 – 800 R
Y = 720 – 800 (0,296)
Y = 720 – 236,8
Y = 483,2
R
LM
0
LM
1
38%
29,6%
IS1
IS0
336
483,2
Y
Dari hasil perhitungan dan gambar tersebut, terlihat bahwa kebijakan simultan itu
berdampak menurunkan suku bunga (R) dan manaikkan pendapatan nasional (Y)
lebih besar lagi, dengan demikian kekuatan kebijakan tersebut lebih besar kebijakan
moneter
KEBIJAKAN FISKAL
Disusun Oleh:
Siti Mukhayaroh
Siti Maghfirotin
Dewi Kareni
Sekar Dwiati
Lia Nurvia
130321100065
130321100066
130321100067
130321100068
130321100069
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014
KEBIJAKAN FISKAL
1. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam mengarahkan
kondisi perekonomian kearah yang lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan
kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal
lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja negara atau pemerintah.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana
dan
kebijaksanaan
yang
ditempuh
oleh
pemerintah
untuk
membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.
Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang
berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.
Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran
dana Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan
fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami
inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan
cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
2. INDICATOR KEBIJAKAN FISCAL
Dalam kebijakan fiscal, indikator yang biasanya dipakai adalah anggaran deficit,
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah dengan penerimaan, yang biasa
diformulasikan sebagai berikut :
Defisit = G – Ty + R
Keterangan :
G
= pengeluaran pemetrintah
t
Y
R
= tarip pajak
= pendapatan nasional
= pengeluaran untuk transfer
3. MEKANISME KEBIJAKAN FISKAL
Dalam kebijakan fiskal, inflasi dikendalikan dengan surplus anggaran,
sedangkan dalam kerangka kebijakan moneter, inflasi dikendalikan dengan
tingkat bunga dan cadangan wajib. Piranti kebijakan yang perlu dipersiapkan.
1. Pajak untuk sektor swasta
2. Pinjaman pada masyarkat
3. Pengeluaran Pemerintah untuk pengendalian pengangguran
Dalam menjalankan kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan tiga bentuk
tindakan :
1.
Mengubah pengeluaran pemerintah saja
2.
Mengubah pajak saja
3.
Secara serentak mengubah pengeluaran pemerintah dan pajak.
4. MANFAAT KEBIJAKAN FISKAL
Manfaat
kebijakan
fiscal
adalah
untuk
mempengaruhi
jalannya
perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil
pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan
jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Manfaat utama kebijakan fiskal ialah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga. Implementasinya untuk menggerakkan Pos penerimaan dan
pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan
semakin kompleksnya struktur ekonomi perdagangan dan keuangan, maka
semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi beragam harus
digunakan secara tepat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan
dan penentuan harga.
KEBIJAKAN FISKAL SECARA PARTIAL TERHADAP KURVA IS
Jika ada kebijakan fiskal menaikkan G sebesar Rp 20 +, maka kurva is akan
bergeser ke kanan
Y = C+I+G
=100+0,75Y+60-20R+20
0,25Y= 180-200R
Y
= 720-800R
Atau R = 0,9-0,00125Y.............. is
Jad keseimbangan umum yang baru sebagai berikut :
Dengan mensubtitusikan :
Y= -360+2000R............ LM
Y= -360+2000(0.9-0,00125Y)
Y= -360+1800-2,5Y
3,5Y = 1440
Y=411,4 dan
R= 0,9-0,00125Y
R= 0,9-0,00125x(411,4)
R= 0,39
Grafik setelah kebijakan fiskal :
R
LM
0
39%
38%
IS1
IS0
336
411,4
Y
Kebijakan moneter secara partial terhadap kurva LM
Misal :
Pemerintah melakukan kebijakan moneter dengan menaikan JUB sebesar 50 T maka
kurva LM dapat bergeser ke kanan.
Ms
= 550
Md
= M1 + M2
= 0,2Y + 572 – 400R
Ms
= Md
550
= 0,2Y + 572 – 400R
0,2Y
= -22 + 400R
Y
= -110 + 2000R
2000R = 110 + Y
Atau R = 0,055 + 0,0005Y....... LM
Jadi keseimbangan yang baru :
Y
= 640 – 800R ...... IS
Y
= 640 – 800 (0,055 + 0,0005Y)
= 640 – 44 – 0,4Y
1,4Y
= 596
Y
= 425,7
R
= 0,8 – 0,00125Y
= 0,8 – 0,00135(425,7)
= 0,8 – 0,53
= 0,27 atau 27%
R
LM
0
LM
38%
1
27%
IS0
425,7
336
Kesimpulan : JUB naik akan menurunkan R dan menaikan Y
Y
Bagaimana jika kebijakan dilakukan secara bersama-sama ?
Jika kebijakan fiskal dan moneter dilakukan bersama-sama (simultan), maka
dampaknya adalah Y meningkat lebih besar lagi, tetapi dampak terhadap suku bunga
(R) tidak jelas (naik atau turun). Naik turunnya suku bunga tergantung pada dua
faktor :
o Kekuatan relatif kedua kebijakan tersebut
o Kepekaan kurva IS dan kurva LM terhadap R
Misalkan kedua kebijakan diatas dilakukan secara bersama-sama, yaitu dengan
kebijakan fiskal menaikkan G sebesar 20 T dan kebijakan moneter menaikkan JUB
sebesar 50 T :
Maka dampaknya dapat dilihat berikut ini :
Y = 720 – 800 R
Y = -110 + 2000 R
- 0 = 830 – 2800 R
2800R = 830
R = 0,296 atau 29,6%
Dengan subtitusi :
Y = 720 – 800 R
Y = 720 – 800 (0,296)
Y = 720 – 236,8
Y = 483,2
R
LM
0
LM
1
38%
29,6%
IS1
IS0
336
483,2
Y
Dari hasil perhitungan dan gambar tersebut, terlihat bahwa kebijakan simultan itu
berdampak menurunkan suku bunga (R) dan manaikkan pendapatan nasional (Y)
lebih besar lagi, dengan demikian kekuatan kebijakan tersebut lebih besar kebijakan
moneter