ANALISIS PEMBIAYAAN BANK SYARIAH. pdf

ANALISIS PEMBIAYAAN BANK SYARIAH








Dina Fadillah
Herdian Yusfan
Pratiwi
Syahliah

Perbankan Syariah 7D

A.

Pengertian Pembiayaan
Menurut M. Syafi’i Antonio


; 6 , Pembiayaan adalah pemberian fasilitas

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan dalam bank
syariah adalah kegiatan penyediaan dana atau tagihan oleh bank syariah untuk memenuhi
kebutuhan pihak yang merupakan defisit unit, yang mewajibkan adanya pengembalian dana
atau tagihan tersebut sesuai jangka waktu yang disepakati dengan bagi hasil.
Untuk merealisasikan kegiatan tersebut di bank syariah, dibutuhkan analisis pembiayaan
bank syariah untuk menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan
pembiayaan yang mereka pinjam dan membayar dan bagi hasil sesuai dengan isi perjanjian
pembiayaan. Berdasarkan penilaian ini, bank dapat mengetahui tinggi rendahnya resiko yang
ditanggung. Dengan demikian, pihak bank dapat memutuskan apakah permintaan pembiayaan
yang diajukan ditolak, diteliti lebih lanjut, atau diluluskan.
Jenis aspek yang dianalisa secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 2
1. Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif. Aspek yang dianalisa

mencakup karakter/watak dan komitmen dari nasabah.
2. Analisa terhadap kemampuan bayar, disebut dengan analisa kuantitatif. Pendekatan yang
dilakukan dalam perhitungan kuantitatif, yaitu untuk menentukan kemampuan bayar dan
perhitungan kebutuhan modal kerja nasabah adalah dengan pendekatan pendapatan
bersih.

1

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat (12)
BPRS PNM Al-Ma’soe .200 . Kebijaka Ma aje e Pe biayaa Ba k Syariah. Ba du g: BPRS PNM AlMa’soe
h.
dikutip dari http://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/02/manajemen-pembiayaansyariah/

2

B.

Analisis 5C

1. Analisis Watak (Character)


 Tujuan: untuk mendapatkan bambaran tentang kemampuan pemohon pembiayaan

 Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan penilaian watak/karakter yaitu dengan
meneliti:
i.

riwayat calon debitur

ii.

reputasi calon debitur di lingkungan bisnis/usahanya

iii.

riwayat perusahaan

iv.

catatan kriminal


v.

riwayat hidup/[ernikahan

vi.

gaya hidup

vii.

tingkat kooperatif selama proses analissi dilakukan

viii.

tingkat hubungan/kerjasama dengan bank

ix.

kecenderungan bisnis selama ini


x.

budaya perusahaan

xi.

legalitas usaha pemohon

xii.

akte pendirian badan usaha

xiii.

informasi BI, rekan bisnis, pesaing, dll

xiv.

catatan intern bank


2. Analisis Kemampuan (Capability)

 Tujuan: mengukut tingkat kemampuan membayar dari pemohon

 Kemampuan membayar ini dapat dilihat dari 2 ukuran pokok yang tergambar dengan
jelas dari cash flow usahanya, yaitu:
i. Gross Operating fund generation (GOFG)
GOFG didapat dari penjumlahan laba bersih (EAT) dan biaya penyusutan. Hasil
angka tersebut mencerminkan jumlah surplus dana yang tersedia pada perusahaan.
ii. Intererest Coverage Ratio (ICR)
Rasio ini diperoleh dengan membandingkan pendapatan sebelum bunga dan
pajak dengan biaya bunga.Hasil angka tersebut mencerminkan kemampuan
perusahaan membayar beban bunga pinjaman.ICR semakin baik jika nilainya
semakin tinggi sebab hal itu berarti laba yang tersedia untuk membayar bunga
hutang jumlahnya relatif lebih besar.
Kemampuan manajerial meliputi manajemen puncak beserta fungsi bisnis yang
terdapat dalam perusahaan debitur, yang pada umumnya terbagi atas fungsi
produksi, pemasaran, keuangan dan personalia.Manajemen puncak beserta


keempat fungsi bisnis ini perlu dianalisis untuk mengetahui kualitas kemampuan
manajerial perusahaan debitur.

 Secara singkat penilaian analisis kualitas kemampuan manajerial perusahaan debitur
dapat diukur dari hal–hal sebagai berikut:
i.

Visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan debitur.

ii.

Strategi yang diterapkan dalam mencapai sasaran yang dikehendaki, apakah
hasil yang dicapai sudah maksimal, efektif dan efisien.

iii.

Struktur organisasi perusahaan debitur.

3. Analisis modal (capital)


 Tujuan: untuk mengukur kemampuan usaha pemohon untuk mendukung pembiayaan
dengan modalnya sendiri (own share). Semakin besar kemampuan modal berarti
semakin besar porsi proyek usaha yang didukung oleh modal sendiri

 Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan penilaian yaitu dengan meneliti:
i.

besar dan komposisi modal

ii.

perkembangan profitabilitas usaha minimal 2 periode terakhir. Tinggi
rendahnya profitabilitas mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan
pemupukan modal sendiri dan laba

iii.

dilihat komposisi hutang jangka panjang dan pendek

iv.


harga saham (jika go public): tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
prospek usaha

4. Analisis Kondisi/Prospek Usaha (Condition)
 Pemasok

Kepastian kontinuitas pasokan bahan baku/barang dagangan, keberadaan pemasok
alternatif, lama menjadi pemasok, term & condition pembelian, frekuensi pasokan.

 Pembeli

Strata pembeli (bawah, menengah, atas), keberadaan pembeli (dominan/tunggal),
lama menjadi pelanggan, term & condition penjualan, daerah asal pembeli.

 Persaingan

Jumlah pesaing produk yang sama, besar pangsa pasar yang dikuasai, kualitas produk,
keunggulan atau kelemahan dibanding pesaing, lama di pasar, bentuk persaingan.


 Barang substitusi

Ketersediaan barang pengganti di pasar, jumlah penjual dan variasi barang substitusi.

 Potensi calon pesaing

Kemudahan pesaing untuk masuk ke pasar yang dipengaruhi peraturan pemerintah,
tingkat keahlian, teknologi, modal yang diperlukan.

 Peraturan Pemerintah
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), UMR.

 Perdagangan Internasional

Kemampuan bersaing produk di pasar, kerjasama perdagangan internasional,
peraturan perdagangan internasional.

5. Analisis Agunan Pembiayaan (Collateral)

 Fungsi agunan: sebagai sumber pembayaran terakhir pembiayaan bermasalah ( the


second way out)

 agunan pokok

: agunan yang pengadaannya bersumber dari dana pembiayaan

bank. Dapat berupa barang atau hak tagih (seluruh usaha yang dibiayai dengan
pembiayaan sebagai kesatuan yang meliputi aset perusahaan baik aktiva lancar atau
tetap. Aset tersebut langsung dibiayai dengan pembiayaan maupun yang tidak.)

 agunan tambahan

: agunan yang tidak termasuk dalam agunan pokok. Dapat

berwujud aktiva tetap diluar proyek yang dibiayai, surat berharga, garansi resiko,
jaminan pemerintah, lembaga penjamin, dll.

C.

METODE ANALISIS (ASPEK KUALITATIF)3
1. Manajemen dan Usaha
 Fungsi dan tujuan:
i.

menilai kemampuan manajemen dalam mengoptimalkan sumber daya
yang ada



ii.

menilai pengalaman manajemen sebelumnya (sukses atau gagal)

iii.

melihat strategi yang dilakukan untuk akan datang (business plan)

iv.

struktur organisasi yang rapih dan mengacu kepada kepentingan bersama

Data dan dokumen:
i.

nama perusahaan dan manajemen, alamat perusahaan, no.telp/fax, hp,
cabang

3

ii.

jumlah karyawan (yang terlibat) dan contact person

iii.

rowayat hidup usaha dan manajemen

iv.

PT, CV, Firma, AD/ART

v.

Dokumen akte pendirian (jika ada): SIUP, NPWP, TDP

vi.

Surat referensi atau relasi

vii.

pengalaman manajemen dalam menjalankan usaha

http://direktori.umy.ac.id/uploads/kuliah/BAB%20XI.%20Analisis%20Pembiayaan.ppt

2. Marketing dan Produksi

 Proses produksi dan pemasaran:
i.

jenis produk apa yang dijual dan bagaimana tingkat penjualannya

ii.

bahan baku (kemudahan/kesulitan), supplier, inventory

iii.

lokasi penyimpanan bahan baku dan kualitas hasil produksi

iv.

efisiensi, efektivitas proses produksi dan kapasitas

v.

teknologi produksi yang digunakan

vi.

strategi pemasaran/penjualan/produksi dan hasil produksi

vii.

ketentuan harga jual dan keuntungan

3. Yuridis/hukum

 Fungsi dan tujuan:
i.

mendukung percepatan proses pembiayaan yang berkaitan dengan
masalah

hukum

serta

berfungsi

melindungi

dan

mengamankan

perusahaan dari kerugian yang mungkin timbul karena cacat hukum.
ii.

melakukan analisa yuridis terhadap validitas dokumen dan data dalam
bentuk opini legal.

iii.

membuat kerangka perjanjian yang berkaitan akad pembiayaan sehingga
memberikan kepastian sebab akibat dari isi perjanjian.

iv.

memberikan solusi awal terhadap potensi pembiayaan yang akan
bermasalah

 Aspek yuridis yang dinilai:4
i.

kapasitas untuk mengadakan perjanjian

ii.

status badan sesuai dengan ketentuan hukum berlaku

4. Appraisal Agunan

 Fungsi dan tujuan:
i.

melakukan penilaian terhadap agunan yang diberikan dan menjadikan
pegangan perusahaan dalam melindungi dan mengurangi risiko yang
dapat timbul

ii.

jaminan yang dimaksud adalah kekayaan atau kesanggupan seseorang
untuk menanggung pembayaran kembali. Menurut hukum positif, jaminan
yang digolongkan dalam hartakekayaan bisa berbentuk: barrang yang
dapat diganti (contoh: uang), barang yang dapat diperdagangkan, barang
yang dapat dibagi (beras, gula), dan barang yang bergerak (mobil,

4

http://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/02/manajemen-pembiayaan-syariah/ diakses pada Selasa, 18
November 2014 pukul 19.46 wib

perhiasan), atau barang yang tidak bergerak (contoh: tanah, bangunan,
mesin berat yang ditanam).

 Jaminan:
i.

dokumen jaminan, yang diperlukan: SHM, SHGB, BPKB, surat jual beli dan
nilai jaminan (taksasi)

ii.

jika tidak ada, maka jaminan utama adalah barang/produk yang dibeli
dengan pinjaman atau tabungan atau mekanisme tanggung renteng,
personal garansi, dsb

iii.

nilai jaminan harus ditetapkan sebagai standar, misalnya setara dengan
jumlah dana yang diterima oleh nasabah.

 Nilai jenis jaminan/agunan:

D.

i.

cash, deposito, sertifikat deposito

100%

ii.

logam mulia

90%

iii.

bank garansi

100%

iv.

stand by L/C

100%

v.

tanah hak milik/hak guna bangunan

85%

vi.

bangunan

75%

vii.

bangunan di atas hak pakai

75%

viii.

mesin berat 60%kapal di atas 20 DWT

75%

ix.

persediaan

50%

x.

tagihan proyek (yang diikat dengan cessie)

50%

xi.

piutang dagang (yang diikat dengan cessie)

50%

xii.

perabotan, peralatan, mesin ringan

50%

xiii.

kendaraan bermotor baru

80%

xiv.

kendaraan bermotor lama (bekas)

50%

METODE ANALISIS (ASPEK KUANTITATIF)5
1. Keuangan

Jenis Data
Omset per hari

Cara Memperoeh
1. Tanyaka berapa jumlah hasil penjuala kotor yang diterima
setiap hari dari penjualan sebelum dikurangi biaya lain
2. apakah semua penjualan dilakukan tunai atau ada yang kredit.
Jika ada yang kredit, berapa hari biayanya dibayar dan berapa
persen jumlah penjualan yang dilakukan secara kredit
Pembelian barang (bahan Tanyakan berapa rupiah yang diperlukan untuk belanja/membeli
baku)
barang dagangan (bahan baku) untuk menjual dagangannya, tidak
termasuk transport dan biaya lain yang diperlikan untuk menghasilkan
5

http://direktori.umy.ac.id/uploads/kuliah/BAB%20XI.%20Analisis%20Pembiayaan.ppt

Biaya operasional

Kas

Tagihan & utang

Inventaris
Persediaan

Jenis Rasio
LIKUIDITAS
Kemampuan memenuhi
kewajiban lancar
LEVERAGE
Perbandingan utang
dengan modal, dengan
kekayaan atau modal
dengan harta tetap
ACTIVITY
Aktivitas transaksi atau
perputaran
barang/persediaan
PROFITABILITY
Kemampuan dalam meraih
laba

E.

barang dagangan tersebut
Tanyakan berapa biaya di luar harga barang dagangan untuk
menghasilkan barang dagangan (termasuk biaya transport, minyak
tanah (bahan bakar) retribusi, keamanan, dan sebagainya.
Tanyakan berapa cash on hand, kemudian kurangkan jumlah tersebut
dengan kebutuhan modal kerja. Sisanya adalah uang kebutuhan
keluarga. Sebaliknya, jika tidak ada sisa atau kurang, maka calon
nasabah membutuhkan modal kerja harian
1. Tanyakan apakah ada tagihan yang masih belum dilunasi
misalnya penjualan dengan angsur bukan pinjaman konsumtif
(di luar usaha). Berapa lama tagihan bisa dibayar dan
bagaimana caranya
2. Berapa utang usahanya (bukan di luar usaha). Hal ini dapat
mempengaruhi alokasi penggunaan keuntungan usaha sebagai
bagian kebutuhan rumah tangga
Berapa nilai alat/barang usaha yang dimiliki, misalnya gerobak atau
kios, atau kendaraan, rumah, dsb.
Tanyakan berapa jumlah persediaan barang dagangan, apakah masih
ada atau rata-ratanya selalu ada.

Rumus
 Current Ratio = Current assets (CA) : Current Liablities (CL)
 Quick Ratio = CA inventory : CL
 Inventory To working capital = inventory : (CA-CL)
 Debt to Equity = (CL+long term debt) : equity
 Debt to Total Asset = (CL+LTD) : Total assets
 fixed asset to equity = fixed asset : equity




inventory turn over = sales : inventory
Average collection period = account receivable : sales per day
total asset turn over = sales : total asset




sales margin = net profit : sales
ROI = gross profit : total asset

Analisa Agunan
Bank perlu menganalisa atau melakukan evaluasi terhadap collateral atau agunan dan

sumber keuangan lainnya yang dapat digunakan sebagai alternatif sumber pengembalian kredit.
Collateral atau Jaminan atau agunan kredit merupakan aset pihak peminjam yang
dijanjikan kepada pemberi pinjaman apabila peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman
tersebut. Apabila peminjam gagal bayar, pihak pemberi pinjaman bisa memiliki agunan
tersebut. Dalam proses penberian kredit, jaminan sering menjadi faktor penting yang dapat
meningkatkan nilai kredit perseorangan maupun perusahaan. Bahkan dalam perjanjian kredit

gadai, jaminan merupakan satu-satunya faktor yang dinilai dalam menentukan besarnya
pinjaman.
Beberapa jenis collateral / agunan kredit yang dapat diterima bank antara lain:
1.

Tanah
Dalam melakukan analisa agunan tanah agar memperhatikan hak atas tanah tersebut
seperti Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai atas Tanah Negara, dll serta kepemilikan
tanah tersebut.

2.

Bangunan
Agunan berupa bangunan yang umumnya dapat diterima bank berupa rumah tinggal,
rumah susun, pabrik, gudang atau hotel.
Dalam melakukan analisa agunan berupa bangunan agar memperhatikan hal-hal seperti
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), lokasi bangunan, luas bangunan, konstruksi bangunan,
kondisi bangunan, tahun pendirian/renovasi bangunan tersebut, peruntukan bangunan
(rumah tinggal, pabrik, gudang, hotel), tingkat marketabilitas, ketertarikan dengan bank
lain, dan status hukum (dalam kondisi sengketa atau tidak)

3.

Kendaraan Bermotor
Dalam melakukan analisa agunan berupa kendaraan bermotor agar memperhatikan
umur teknis dari kendaraan bermotor tersebut, kepemilikan kendaraan bermotor tersebut,
dan pengamanan tambahan berupa pemblokiran pada instansi yang berwenang.

4.

Persediaan (inventory)
Dalam melakukan analisa agunan berupa persediaan agar memperhatikan sistem
perusahaan debitur dalam menentukan nilai persediaan (FIFO, LIFO, average), jenis barang
persediaan, kondisi persediaan serta tempat penyimpanan persediaan.

5. Piutang Dagang
Dalam melakukan analisa agunan berupa piutang dagang agar memperhatikan bahwa
piutang tersebut merupakan piutang dagang lancar dan memiliki dokumen piutang.
6. Mesin-mesin Pabrik
Dalam melakukan analisa agunan berupa mesin pabrik agar memperhatikan umur
teknis dari mesin tersebut.
7. Corporate Guarantee dan atau Personal Guarantee
Apabila bank akan menerima corporate guarantee dan atau personal guarantee, maka
baNk harus melakukan evaluasi terhadap kelayakan dan bonafiditas dari penjamin
(guarantor) serta memastikan bahwa perjanjian/akta guarantee telah ditandatangani oleh
pihak yang berwenang.

F.

Evaluasi kebutuhan pembiayaan
Analisis proyeksi arus kas tersebut untuk menentukan jumlah dan kapan terjadinya

kekuarangan atau surplus kas untuk menentukan jenis pembiayaan aunan dan syarat-syarat
pembiayaan
Tujuan perhitungan kebutuhan keuangan nasabah adalah untuk menentukan besarnya
pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah. Perhitungan kebutuhan pembiayaan untuk
pebiayaan investasi dan produktif antara lain : murabahah usaha kecil, mudharabah usaha kecil,
dan musyarakah usaha kecil dengan menggunakan proyeksi cash flow
Adapun prosedur adalah sebgai berikut :
1.

Menggunakan formulir proyeksi arus kas

2.

Menentukan jumlah dan kapan terjadinya surplus/ kekurangan kas atas dasar sekenario
wajar/ realistis dengan memperhatikan performance nasabah pada tahun-tahun lau

3.

Menyesuaikan dengan perhitungan adalanya kelonggoran-kelonggaran yang wahar untuk
menjaga adanya kelambatan dalam pengadaan kas yang timbul sebagai akibat dari
kejadian-kejadian yang tidak terduga.

4.

Menntukan jumlah kebutuhan keuangan nasbah dan jumlah pembiayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i, Dr., M.Ec. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.
Jakarta: Gema Insani.
BPRS PNM Al-Ma’soem.

4. Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank Syariah .

Bandung: BPRS PNM Al-Ma’soem

http://mujahidinimeis.wordpress.com
http://direktori.umy.ac.id
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998