HUKUM EKONOMI islam studi analis (1)

Anggota Kelompok 2 PHI Kelas A :











Haidar Firmansyah (11011016001)
Nabila Putri Elvani (110110160013)
Theresia Magdalena (110110160015)
Utami Puspaningsih (110110160016)
Azura Khansa (110110160018)
Lydia Kharista Saragih (110110160028)
Setphanie Mahesa Kalyana (110110160031)
Dwi Putra Prayoga (110110160037)
Jessica Leonard (110110160039)

Muhamad Rafid Nauval (110110160050)

HUKUM EKONOMI
1. Pengertian Hukum Ekonomi
-

-

-

Soedarto : keseluruhan peraturan, khususnya yang telah dibuat oleh
pemerintah atau badan
pemerintah, baik itu secara langsung
maupun tidak langsung bertujuan untuk mempengaruhi perbandingan
ekonomi di pasar-pasar, yang terwujud dalam perundangan
perekonomian. Dalam perundangan itu diatur kehidupan ekonomi dari
negara termasuk rakyatnya.
Rochmat Soemitro : sebagian dari keseluruhan norma yang dibuat
oleh pemerintah atau penguasa sebagai satu personifikasi dari
masyarakat yang mengatur kehidupan kepentingan ekonomi

masyarakat yang saling berhadapan.
Sunaryati Hartono : keseluruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan
hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi
di Indonesia.

2. Ruang Lingkup Hukum Ekonomi
- Kontrak bisnis
- Bentuk-bentuk badan usaha
- Perusahaan go publik dan pasar modali i
- Jual beli perusahaan
- Penanaman modal
1

- Kepailitan dan likuidasi
- Merger, konsolidasi, dan akuisisi
- Perkreditan dan pembiayaan
- Jaminan hutang
- Surat-surat berharga
- Ketenagakerjaan / perburuhan
3. Sumber Hukum Ekonomi

- Hukum Perdata (KUHPerdata)
- Hukum Dagang (KUHDagang)
- Hukum Publik (Pidana Ekonomi/KUHPidana)
- Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPerdata, KUHPidana,
KUHDagang
4. Dari artikel yang kami pilih dengan judul “Pantang Mundur Sebelum
Lunas” yang diambil dari
Majalah Berita Mingguan TEMPO edisi 4505 halaman 91-92 yang berisi
tentang :
-

PT. Asman Koalindo Tuhup membeli bahan bakar minyak kepada PT.
Pertamina Patra Niaga namun tak kunjung dilunasi, bahkan cenderung
mengulur-ulur, serta tidak adanya niatan baik dari PT. Asman Koalindo
Tuhup dalam menghadapi kasus tersebut. Walau pada akhirnya
melakukan pembayaran, PT. Asman Koalindo Tuhup tidak membayar
sejumlah dengan yang dipinjam.

5. Pasal Terkait
Hubungan antara PT. Asman Koalindo Tuhup dan PT. Pertamina Patra

Niaga :
-

PT. Asman Koalindo Tuhup telah melakukan Wanprestasi, dimana
wanprestasi adalah sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga
menimbulkan keharusan debitur untuk memberikan atau membayar
ganti rugi.
2

Kelalaian/Wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dapat berupa
empat macam :
1. Tidak melaksanakan isi perjanjian.
2. Melaksanakan isi perjanjian, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Terlambat melaksanakan isi perjanjian.
3. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
“Debitur wajib membayar ganti rugi setelah dinyatakan lalai ia tetap tidak
memenuhi prestasi itu”, “Ganti rugi terdiri dari biaya, rugi, dan bunga”
Pasal 1255 s/d 1246 KUHPer
-


PT. Asman Koalindo Tuhup tidak melaksanakan kewajibannya sebagai
debitur yaitu membayar hutang kepasa PT. Pertamina Patra Niaga
sehingga melanggar Pasal 13 dan 14 KUHPer, yang berbunyi :

"Suatu persetujuan diadakan dengan cuma-cuma atau dengan
memberatkan. Suatu persetujuan cuma-cuma adalah suatu persetujuan,
bahwa pihak yang satu akan memberikan suatu keuntungan kepada pihak
yang lain tanpa menerima imbalan. Suatu persetujuan memberatkan
adalah suatu persetujuan yang mewajibkan tiap pihak untuk memberikan
sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu" Pasal 1314
KUHPer
-

PT. Asman Koalindo Tuhup tidak mengembalikan sesuai dengan yang
dipinjam dengan itu telah melanggar Pasal 1754 KUHPer, yang
berbunyi :

“Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang

yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam
dan keadaan yang sama pula.”
6. Kesimpulan
Dari sudut pandang kami, PT Asman Koalindo sangat melanggar UU atau
hukum positif di
Indonesia. Menurut kami PT Pertamina Patra Niaga
harus terus menggencar hakim agar dapat menegakan hukum dengan
tegas, baik, dan benar. Hal ini dikarenakan PT Pertamina Patra Niaga sudah
sangat dirugikan, apalagi bisnis bahan bakar seperti solar memerlukan
3

biaya yang sangat besar untuk meproduksi satu liter solar . Sehingga, bila
ada kerugian sedikitpun maka perusahaan bisa bangkrut. Bila dipikirkan
lagi, bangsa Indonesia masih membutuhkan perusahaan yang bekerja
dalam bidang bahan bakar kendaraan bermotor, dan PT Pertamina Patra
Niaga bergerak dalam bidang bahan bakar solar. Oleh karena itu bila kita
lihat, masih banyak perusahaan asing yang mengusai pertambangan
bahan bakar di Indonesia. Apalagi yg bergerak dalam solar, batu bara, dll
masih banyak di Indonesia,contohnya yaitu Shell Helix yg masih banyak

SPBU-nya di Jakarta,menandakan masih hidupnya Industri Bahan bakar
asing di Indonesia.

4