Pengembangan diri melalui pelayanan kon
1.Pengembangan diri melalui pelayanan konseling
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.Kegiatan pengembangan
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir
peserta didik, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan,
kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan
konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan
khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan
kegiatan ekstra kurikuler dapat diselenggarakan oleh konselor, guru dan atau
tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling
dan kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangkan kompetensi dan kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
A.Tujuan
1. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan
memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemandirian
f. Kemampuan kehidupan keagamaan
g. Kemampuan sosial
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir
j. Kemampuan pemecahan masalah
2.Pengembangan diri melalui ekstra kulikuler
Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan
bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
.Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana
yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (PASKIBRAKA).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat
olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain
karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni
budaya.
3.program BK di sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana
dimulai adanya program yang disusun dengan baik. Program berisi rencana
kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan
konseling.
Winkel (1991) menjelasakan bahwa program bimbingan merupakan suatu
rangkaian kegiatan terencana, teroganisasi, dan terkoordinasi selama priode waktu
tertentu.
1.
Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan
Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang
memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membentu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut dua faktor,
yaitu: (1) faktor pelaksana atau orang yang akan menberikan bimbingan, dan (2)
faktor-faktor yang berkaitan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa,
dan sebagainya. Yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu
Ahmadi, 1997).
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa
program
bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan
banyak keuntungan , seperti :
a)
Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya, dan
menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
b)
Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara
seimbang dan menyeluruh.
c)
Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya
masing-masing.
d)
Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat
berguna untuk kemajuannya sendiri
2.
Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah
seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan
Moh. Surya (1985) seperti berikut :
a)
Tahap Persiapan
b)
Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk
oleh pemimpin sekolah
c)
Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
d)
Pembentukan panitia penyelenggara program.
e)
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
dirumuskan dan diinventarisasikan berbagai fasilitas yang ada.
f)
Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merumuskan
masalah-masalah yang dihadapi.
Di samping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program
bimbingan sebagaimana dikemukakan itu, berikut ini dapat pula disajikan
langkah-langkah penyusunan program bimbingan yang sederhana, yaitu :
a)
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya
dengan bimbingan.
b)
Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan
yang akan dilakukan, dan menyusun konsep program bimbingan yang akan
dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
c)
Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah dan bila perlu
mengundang personel sekolah.
d)
Penyempurnaan konsep program yang telah di bahas bersama kepala
sekolah.
e)
Pelaksanaan program yang telah direncanakan
f)
Evaluasi
g)
Revisi
3.
Variasi Program Bimbingan menurut jenjang Pendidikan
Winkel memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam
menyusun program bimbingan di tingakt pendidikan tertentu, yaitu :
a)
Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu
b)
Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta
didik
c)
Menyusun pola dasar sebagi pedoman dalam memberikan layanan
d)
Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan
e)
Menentukan bentuk bimbingan yang diutamakan
f)
Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapay dimanfaatkan
a.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya
ditekankan pada :
a)
Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam
menjalin hubungan social dengan teman sebayanya.
b)
Bimbingan pribadi.
Di samping itu, bimbingan untuk taman kanak-kanak perlu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan psikologis, seperti pemberian kasih sayang dan
perasaan aman.
b.
Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah
dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan
mereka antara lain mengatur kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab,
dapat berbuat dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta
teman-teman sebayanya, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai
kehidupan dengan membentuk kata hati (Winkel, 1991).
Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa factor yang harus
dipertimbangkan, seperti :
a)
Menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
b)
Masih menggunakan sistem guru kelas.
c)
Kecenderungan anak bergantung pada teman sebayanya.
d)
Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e)
Masalah-masalah yang timbul di SD tidak terlalu kompleks.
c.
Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada
pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Secara garis besar program bimbingan
dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada :
a)
Bimbingan belajar
b)
Bimbingan hubungan sosial
c)
Membentuk kelompok sebaya (peer group)
d)
Tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun
e)
Bimbingan karir
d.
Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program bimbingan dan konseling di SLTA hendaknya dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat
mencapai tugas-tugas perkembangan dengan baik. Oleh sebab itu, program
bimbingan di SLTA berorientasi pada :
a)
Hubungan sosial
b)
Pemberian infoemasi pendidikan dan jabatan
c)
Bimbingan cara belajar
e.
Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Efektivitas dan efesiensi program bimbingan dapat terwujud bila
diarahkan kepada masalah-masalah. Oleh sebab itu, program bimbingan di
perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada :
a)
Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat
akademik
b)
Hubungan sosial
4.
Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara
personel sekolah (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya 1985). Dengan
demikian, diperlukan adanya keterpaduan dan kebersamaan di antara personel
sekolah dalam pelaksanaan bimbingan.
a.
Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas sebagai berikut :
a)
Membuat rencana atau program sekolah secara menyeluruh.
b)
Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
c)
Mengawasi pelaksanaan program.
d)
Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan konseling.
e)
Mempertanggungjawabkan program tersebut baik di dalam maupun di luar
sekolah.
f)
Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga dalam rangka kerjasama
pelaksanaan bimbingan.
g)
mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan – kegiatan lainnya.
b.
Konselor
Peran dan tugas konselor di sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling
adalah :
a)
Menyusun program bimbingan dan konseling bersma kepala sekolah
b)
Bertanggung jawab terhadap jalannya program
c)
Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah
d)
Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan
e)
Menganalisis dan menafsirkan data siswa
f)
Menyelenggarakan pertemuan staf
g)
Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual
h)
Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
i)
Melakukan studi kelayakan
j)
Berkolaborasi dengan guru mata pelaajran
k)
Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan
konseling.
c.
Wali Kelas
Peran dan tanggung jawab wali kelas adalah :
a)
Mengumpulkan data tentang siswa
b)
Mengadakan kegiatan orientasi
c)
Mengobservasi kegiuatan siswa di rumah
d)
Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa
e)
Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan
f)
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan maslah peserta didik.
d.
Guru/Pengajar
Tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah :
a)
Turut serta aktif dalam membantu mellaksanakan kegiatan program BK.
b)
Memberikan informasi kepada siswa.
c)
Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
d)
Memberikan layanan intruksional.
e)
Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
f)
Mengidentifikasi bakat siswa
e.
Petugas Administrasi
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan bimbingan
dan konseling adalah :
a)
Mengisi kartu pribadi siswa
b)
Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya
c)
Menyelesaikan laporan dan pengumpuilan data tentang siswa
d)
Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa
5.
Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
tanggung jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian
yang terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA
tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa kepala sekolah berperan langasung
sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk memnentukan garis
kebijaksanaan bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala
sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Adapun pola
Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
6.
Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor beserta personel sekolah perlu memperhatikan komponen kegiatan
sebagai berikut :
a.
Komponen Pemrosesan Data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa
aspek, yaitu : (1) pengumpulan data, (2) pengklkasifikasian, (3)
pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan data yang diperlukan, dan
(6)penafsiran. Data yang perlu diproses adalah tentang keadaan siswa di sekolah
yang meliputi : (a) kemampuan skolastik, (b) cita-cita, (c) hubungan social, (d)
minat terhadap mata pelajaran, (e) kebiasaan belajar, (f) kesehatan fisik, (g)
pekerjaan orang tua, (h) keadaan keluarga.
b.
Komponen Kegiatan Pemberian Informasi
Komponen ini terdiri : (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada
siswa. (2) pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang
dipandang memerlukannya, (3) pemberian informasi jabatan kepada siswa, (4)
pemberian informasi pendidikan lanjutan.
c.
Komponen Kegiatan Konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang
sifatnya lebih probadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas
yang bersangkutan, perlu di alihtangankan kepada pihak yang lebih ahli.
d.
Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor
bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi
peranannya masing-masing.
e.
Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
itu adalah: angket kartu pribadi, konseling dan sebagainya.
f.
Komponen Waktu Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun pelajaran atau waktu
lain tergantung dari jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
g.
Komponen Sumber Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh langsung dari siswa yang
bersangkutan. Hal ini tergantung atau jenis data yang diperlukan. Semua kegiatan
ini dikoordinasikan oleh konselor dan dipertanggungjawabkan kepada kepala
sekolah.
RESUME
Pelayanan dan pengembangan diri siswa
Oleh:
Harmita Gunala
1106056
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2013
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.Kegiatan pengembangan
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir
peserta didik, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan,
kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan
konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan
khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan
kegiatan ekstra kurikuler dapat diselenggarakan oleh konselor, guru dan atau
tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling
dan kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangkan kompetensi dan kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
A.Tujuan
1. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan
memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemandirian
f. Kemampuan kehidupan keagamaan
g. Kemampuan sosial
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir
j. Kemampuan pemecahan masalah
2.Pengembangan diri melalui ekstra kulikuler
Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan
bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
.Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana
yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (PASKIBRAKA).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat
olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain
karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni
budaya.
3.program BK di sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana
dimulai adanya program yang disusun dengan baik. Program berisi rencana
kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan
konseling.
Winkel (1991) menjelasakan bahwa program bimbingan merupakan suatu
rangkaian kegiatan terencana, teroganisasi, dan terkoordinasi selama priode waktu
tertentu.
1.
Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan
Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang
memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membentu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut dua faktor,
yaitu: (1) faktor pelaksana atau orang yang akan menberikan bimbingan, dan (2)
faktor-faktor yang berkaitan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa,
dan sebagainya. Yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu
Ahmadi, 1997).
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa
program
bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan
banyak keuntungan , seperti :
a)
Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya, dan
menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
b)
Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara
seimbang dan menyeluruh.
c)
Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya
masing-masing.
d)
Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat
berguna untuk kemajuannya sendiri
2.
Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah
seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan
Moh. Surya (1985) seperti berikut :
a)
Tahap Persiapan
b)
Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk
oleh pemimpin sekolah
c)
Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
d)
Pembentukan panitia penyelenggara program.
e)
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
dirumuskan dan diinventarisasikan berbagai fasilitas yang ada.
f)
Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merumuskan
masalah-masalah yang dihadapi.
Di samping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program
bimbingan sebagaimana dikemukakan itu, berikut ini dapat pula disajikan
langkah-langkah penyusunan program bimbingan yang sederhana, yaitu :
a)
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya
dengan bimbingan.
b)
Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan
yang akan dilakukan, dan menyusun konsep program bimbingan yang akan
dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
c)
Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah dan bila perlu
mengundang personel sekolah.
d)
Penyempurnaan konsep program yang telah di bahas bersama kepala
sekolah.
e)
Pelaksanaan program yang telah direncanakan
f)
Evaluasi
g)
Revisi
3.
Variasi Program Bimbingan menurut jenjang Pendidikan
Winkel memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam
menyusun program bimbingan di tingakt pendidikan tertentu, yaitu :
a)
Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu
b)
Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta
didik
c)
Menyusun pola dasar sebagi pedoman dalam memberikan layanan
d)
Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan
e)
Menentukan bentuk bimbingan yang diutamakan
f)
Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapay dimanfaatkan
a.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya
ditekankan pada :
a)
Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam
menjalin hubungan social dengan teman sebayanya.
b)
Bimbingan pribadi.
Di samping itu, bimbingan untuk taman kanak-kanak perlu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan psikologis, seperti pemberian kasih sayang dan
perasaan aman.
b.
Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah
dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan
mereka antara lain mengatur kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab,
dapat berbuat dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta
teman-teman sebayanya, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai
kehidupan dengan membentuk kata hati (Winkel, 1991).
Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa factor yang harus
dipertimbangkan, seperti :
a)
Menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
b)
Masih menggunakan sistem guru kelas.
c)
Kecenderungan anak bergantung pada teman sebayanya.
d)
Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e)
Masalah-masalah yang timbul di SD tidak terlalu kompleks.
c.
Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada
pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Secara garis besar program bimbingan
dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada :
a)
Bimbingan belajar
b)
Bimbingan hubungan sosial
c)
Membentuk kelompok sebaya (peer group)
d)
Tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun
e)
Bimbingan karir
d.
Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program bimbingan dan konseling di SLTA hendaknya dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat
mencapai tugas-tugas perkembangan dengan baik. Oleh sebab itu, program
bimbingan di SLTA berorientasi pada :
a)
Hubungan sosial
b)
Pemberian infoemasi pendidikan dan jabatan
c)
Bimbingan cara belajar
e.
Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Efektivitas dan efesiensi program bimbingan dapat terwujud bila
diarahkan kepada masalah-masalah. Oleh sebab itu, program bimbingan di
perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada :
a)
Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat
akademik
b)
Hubungan sosial
4.
Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara
personel sekolah (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya 1985). Dengan
demikian, diperlukan adanya keterpaduan dan kebersamaan di antara personel
sekolah dalam pelaksanaan bimbingan.
a.
Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas sebagai berikut :
a)
Membuat rencana atau program sekolah secara menyeluruh.
b)
Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
c)
Mengawasi pelaksanaan program.
d)
Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan konseling.
e)
Mempertanggungjawabkan program tersebut baik di dalam maupun di luar
sekolah.
f)
Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga dalam rangka kerjasama
pelaksanaan bimbingan.
g)
mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan – kegiatan lainnya.
b.
Konselor
Peran dan tugas konselor di sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling
adalah :
a)
Menyusun program bimbingan dan konseling bersma kepala sekolah
b)
Bertanggung jawab terhadap jalannya program
c)
Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah
d)
Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan
e)
Menganalisis dan menafsirkan data siswa
f)
Menyelenggarakan pertemuan staf
g)
Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual
h)
Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
i)
Melakukan studi kelayakan
j)
Berkolaborasi dengan guru mata pelaajran
k)
Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan
konseling.
c.
Wali Kelas
Peran dan tanggung jawab wali kelas adalah :
a)
Mengumpulkan data tentang siswa
b)
Mengadakan kegiatan orientasi
c)
Mengobservasi kegiuatan siswa di rumah
d)
Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa
e)
Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan
f)
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan maslah peserta didik.
d.
Guru/Pengajar
Tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah :
a)
Turut serta aktif dalam membantu mellaksanakan kegiatan program BK.
b)
Memberikan informasi kepada siswa.
c)
Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
d)
Memberikan layanan intruksional.
e)
Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
f)
Mengidentifikasi bakat siswa
e.
Petugas Administrasi
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan bimbingan
dan konseling adalah :
a)
Mengisi kartu pribadi siswa
b)
Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya
c)
Menyelesaikan laporan dan pengumpuilan data tentang siswa
d)
Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa
5.
Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
tanggung jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian
yang terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA
tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa kepala sekolah berperan langasung
sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk memnentukan garis
kebijaksanaan bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala
sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Adapun pola
Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
6.
Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor beserta personel sekolah perlu memperhatikan komponen kegiatan
sebagai berikut :
a.
Komponen Pemrosesan Data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa
aspek, yaitu : (1) pengumpulan data, (2) pengklkasifikasian, (3)
pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan data yang diperlukan, dan
(6)penafsiran. Data yang perlu diproses adalah tentang keadaan siswa di sekolah
yang meliputi : (a) kemampuan skolastik, (b) cita-cita, (c) hubungan social, (d)
minat terhadap mata pelajaran, (e) kebiasaan belajar, (f) kesehatan fisik, (g)
pekerjaan orang tua, (h) keadaan keluarga.
b.
Komponen Kegiatan Pemberian Informasi
Komponen ini terdiri : (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada
siswa. (2) pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang
dipandang memerlukannya, (3) pemberian informasi jabatan kepada siswa, (4)
pemberian informasi pendidikan lanjutan.
c.
Komponen Kegiatan Konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang
sifatnya lebih probadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas
yang bersangkutan, perlu di alihtangankan kepada pihak yang lebih ahli.
d.
Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor
bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi
peranannya masing-masing.
e.
Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
itu adalah: angket kartu pribadi, konseling dan sebagainya.
f.
Komponen Waktu Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun pelajaran atau waktu
lain tergantung dari jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
g.
Komponen Sumber Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh langsung dari siswa yang
bersangkutan. Hal ini tergantung atau jenis data yang diperlukan. Semua kegiatan
ini dikoordinasikan oleh konselor dan dipertanggungjawabkan kepada kepala
sekolah.
RESUME
Pelayanan dan pengembangan diri siswa
Oleh:
Harmita Gunala
1106056
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2013