Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan

PROPOSAL INDIVIDU
METODOLOGI PENELITIAN PEMASARAN

Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Beli
Konsumen Pada Pruduk Outlet Biru

DISUSUN OLEH:
FIRZAN DWI CHANDRA 12311112
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TAHUN AJARAN 2014/2015

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan
ketat khususnya untuk perusahaan sejenis disini penulis membahas persaingan
merek pada toko pakaian d iSeturan. Mereka dituntut untuk memiliki suatu
keunikan

tersendiri

yang


dapat

memikat

konsumen

dalam

rangka

mempertahankan atau merebut pangsa pasar yang ada.
Untuk merebut pangsa pasar tersebut merek mempunyai peran penting
dalam menciptakan keputusan pembelian pada konsumen merek harus
mempunyai sifat khas, dan sifat khas inilah yang membedakan produk yang
satu berbeda dengan produk yang lainnya, walaupun sejenis. Dalam kondisi
persaingan usaha yang semakin ketat saat ini perusahaan perlu memanfaatkan
sumber dayanya dengan optimal, termasuk berusaha menciptakan atau
melakukan rekayasa yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen, misalnya
melalui citra merek produknya. Keanekaragaman produk yang ada di pasaran
pada saat ini mendorong konsumen untuk melakukan identifikasi dalam

pengambilan keputusan saat menentukan suatu merek yang menurut mereka
memenuhi kriteria sebuah produk.
Konsumen saat ini sangatlah kritis dalam memilih suatu produk, sampai
pada keputusan untuk membeli produk tersebut. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwa tawaran produk

pakaian saat ini sangatlah beragam dan

banyak, sebagai contoh pakaian yang mana sekarang ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Pilihan yang semakin banyak ini membuat
banyak konsumen dapat menentukann pilihannya akan suatu produk dalam hal
ini adalah pakaian yang mempunyai “brand image” yang baik di masyarakat

yogya sendiri dan membuat konsumen tersebut membeli dan loyal terhadap
produk tersebut.
Keputusan untuk membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh penilaian
akan bentuk kualitas produk dan citra pada merek tersebut. Tuntutan
permintaan akan sebuah produk barang yang semakin berkualitas membuat
perusahaan


yang

bergerak

diberbagai

bidang

usaha

berlomba-lomba

meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki demi mepertahankan Brand
Image (citra merek) produk yang mereka miliki.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:


Terdapat konsep hubungan antara citra merek suatu produk dengan




keputusan pembelian.
Keanekaragaman produk

mempengaruhi

keputusan

pembelian

konsumen
Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirusmuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian
konsumen pada Outlet Biru
2. Apakah keanekaragam produk mempengaruhi keputusan pembelian di
Outlet Biru


1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara citra merek suatu produk
dengan keputusan pembelian
2. Untuk mengetahui keanekaragaman produk terhadap keputusan
pembelian
1.4 KERANGKA TEORI
Menurut Kotler (2005:82), merek merupakan janji penjual untuk secara
konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli.
Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar symbol
Salah satu ahli yaitu Philip Kotler dan Gery (2003) menyatakan
bahwa:“Kualitas produk adalah salah satu faktor yang paling diandalkan oleh
seorang pemasar dalam memasarkan suatu produk”.Selain itu Westbrook &
Reilly (2005) mengemukakan bahwa “kepuasan konsumen merupakan respon
emosional terhadap pengalaman yang berkaitan dengan produk dan jasa yang
dibeli.”
Sementara definisi merek yang dikemukakan oleh American Marketing
Association dalam buku The Power of Brand, Freddy Rangkuti (2002:2)
adalah: “nama, istilah, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal
tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau

jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan
oleh pesaing.
Sedangkan citra merek sendiri Brand image (citra merek) menurut
Christina Whidya Utami (2006: 213) adalah “Serangkaian asosiasi yang
biasanya diorganisasikan di seputar beberapa tema yang bermakna.”
Menurut Fandy Tjiptono (2005: 49) pengertian Brand image (citra
merek) adalah “Deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap

merek tertentu.” Jadi Brand image (citra merek) adalah serangkaian deskripsi
tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.
Hipotesis:
H1: adanya pengaruh citra merek suatu produk dengan keputusan pembelian.
H2: adanya keanekaragaman produk mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen

LANDASAN TEORI
2.1 Merek

2.1.1. Pengertian Merek
Ada beberapa pengertian Brand (merek) menurut beberapa ahli

Pengertian Brand (merek) menurut Kotler dan Keller (2007: 332) adalah
“Nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya,
yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau
kelompok penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa
pesaing.”
Sedangkan menurut Buchari Alma (2007: 147) Brand (merek) adalah
“Suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa
tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya.” Jadi
Brand (merek) mengidentifikasi penjual atau pembuat merek dapat berupa
nama, merek dagang, logo, atau symbol lain. Merek sebenarnya merupakan
janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa
tertentu pada pembeli. Merek yang baik akan memberikan citra yang baik pula
bagi perusahaan.
2.1.2 Keputusan Nama Merek
Keputusan strategi penentuan merek yang pertama adalah apakah perlu
mengembangkan nama merek produk. Dewasa ini, penentuan merek
merupakan satu dorongan kuat bahwa segala sesuatu berlangsung tanpa
penentuan merek. Seandainya perusahaan memutuskan memberi merek
produk atau jasanya, ia harus memilih merek mana yang digunakan. (Kotler
dan Keller, 2007:359)

2.1.3 Keputusan Strategi Merek

Berikut ini empat strategi umum merek yang sering digunakan:
1. Corporate Brand (Company Brand), yaitu menggunakan nama
perusahaan (baik perusahaan induk maupun anak perusahaan atau
kantor cabangnya) sebagai merek produk.
2. Family brand, yaitu nama merek yang digunakan di lebih dari satu
kategori produk, tetapi tidak harus selalu merupakan nama perusahaan
pemiliknya.
3. Individual brand, yaitu merek yang dibatasi hanya untuk satu kategori
produk, meskipun bias digunakan untuk beberapa tipe produk berbeda
dalam kategori sama.
4. Modifier, yaitu wahana untuk menandakan item spesifik atau tipe model
atau versi atau konfigurasi tertentu dari produk.

2.2. Citra Merek
2.2.1. Pengertian Citra Merek (Brand Image)
Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu
produk atau jasa. Menurut Kotler (2005), merek adalah suatu simbol rumit
yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat pengertian sebagai berikut :

1. Atribut : suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
2. Manfaat : atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional
dan emosional.
3. Nilai : suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.
4. Budaya : suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu
5. Kepribadian : suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.

6. Pemakai : suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan suatu produk.
American Marketing Association yang dikutip dari Kotler (2005)
mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau
kombinasi semuanya, yang Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi
Evaluasi

alternative

Keputusan

pembelian


Prilaku

pasca

pembelian

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing.
Brand Image (citra merek) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang
muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra
tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir
tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis,
dukungan, keunggulan, kekuatan, dan keunikan.
Membangun Brand Image yang positif dapat dicapai dengan program
marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki
kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain.
Kombinasi yang baik dari elemen-elemen yang mendukung (seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan Brand Image yang kuat bagi
konsumen. Faktor-faktor pendukung terbentuknya Brand Image dalam

keterkaitannya dalam asosiasi merek (Keller, 2003:167)
2.2.2. keputusan beli konsumen
Proses keputusan konsumen bukanlah berakhir dengan pembelian,
namun berlanjut hingga pembelian tersebut menjadi pengalaman bagi

konsumen dalam menggunakan produk yang dibeli tersebut. Pengalaman itu
akan menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pembelian
di masa depan (Ma’ruf, 2005:14).
Menurut Kotler (2005:223) tahap evaluasi alternatif dan keputusan
pembelian terdapat minat membeli awal, yang mengukur kecenderungan
pelanggan untuk melakukan suatu tindakan tertentu terhadap produk secara
keseluruhan. Para ahli telah merumuskan proses pengambilan keputusan model
lima tahap, meliputi:
a. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan, yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan
internal misalnya dorongan memenuhi rasa lapar, haus dan seks yang mencapai
ambang batas tertentu. Sedangkan rangsangan eksternal misalnya seseorang
melewati toko kue dan melihat roti yang segar dan hangat sehingga terangsang
rasa laparnya.
b. Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen yaitu:
1.
2.
3.
4.

Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
Sumber komersial: iklan, wiraniaga, agen, kemasan dan penjualan.
Sumber publik: media massa dan organisasi penilai konsumen.
Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan dan menggunakan
produk.

c. Evaluasi alternatif

Konsumen memiliki sikap beragam dalam memandang atribut yang
relevan dan penting menurut manfaat yang mereka cari. Kumpulan keyakinan
atas merek tertentu membentuk citra merek, yang disaring melalui dampak
persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
d. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Faktor sikap orang lain dan
situasi yang tidak dapat diantisipasi yang dapat mengubah niat pembelian
termasuk faktor-faktor penghambat pembelian. Dalam melaksanakan niat
pembelian, konsumen dapat membuat lima sub-keputusan pembelian, yaitu:
keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu
dan keputusan metode pembayaran.
e. Perilaku pasca pembelian
Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan
pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian, yang tujuan
utamanya adalah agar konsumen melakukan pembelian ulang.

Peran Dalam Pembelian
Ali Hasan (2008:138) menjelaskan bahwa faktor pendorong yang sangat
kuat dalam pengambil keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh
sejumlah orang memiliki keterlibatan dalam keputusan pembelian. Dan orang
yang memiliki keterlibatan dalam keputusan pembelian adalah sebagai berikut :



Intitator adalah orang yang menyadari pertama kali adanya kebutuhan
yang belum terpenuhi dan berinisiatif mengususlkan untuk membeli



produk tertentu.
Influencer adalah orang yang sering berperan sebagai pemberi pengaruh
yang karena pandangan nasihat atau pendapatnya mempengaruhi



keputusan pemeblian.
Decider adalah orang berperan sebagai pengambil keputusan dalam
menentukan apakah produk jadi dibeli, produk apa yang dibeli,




bagaimana cara membeli, dan dimana produk itu dibeli.
Buyer adalah orang yang melakukan pembelian aktual.
User adalah orang yang mengonsumsi atau menggunakan produk yang
dibeli

2.2.3. Hubungan Citra Merek dan Keputusan Pembelian
Wicaksono (2007) mengemukakan pentingnya pengembangan citra
merek dalam keputusan pembelian. Brand image yang dikelola dengan baik
akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi:
a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian.
b. Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih
dari fungsi-fungsi produk.
c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi
teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.

Penciptakan kesan menjadi salah satu karateristik dasar dalam orientasi
pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan
merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk
menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan
menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk (Aaker
dalam Vranesevic, 2003)

Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada masyarakat
yogyakarta khususnya warga seturan (sleman) yang memakai produk dari outlet

biru. Karena populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh orang yang
menggunakan l produk Outlet Biru di Seturan jumlahnya sangat banyak, maka
dilakukan pengambilan sampel untuk penelitian ini.
3.2.2 Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
non probability sampling dengan cara purposive sampling. Pada teknik ini
peneliti memilih sampel purposif bertujuan secara subjektif.
3.3 Teknik Analisis Data
Setelah data dari kuesioner terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis data untuk menginterpretasikan dan menarik kesimpulan
dari data mentah yang terkumpul.
3.3.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif berguna dalam menyimpulkan hasil yang diperoleh
dari analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis data berdasarkan hasil
yang dinyatakan dalam bentuk uraian. Data kualitatif merupakan data yang
berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa, kemudian dikaitkan
dengan data-data lain.

3.3.2 Analisis Kuantitatif
Dalam analisis kuantitatif, teknik analisis yang digunakan adalah
dengan analisis regresi yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari
beberapa variable independen terhadap satu variable dependen dengan
menggunakan program SPSS

Menurut Hermawan (1992) pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui
tahapan–tahapan sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memilih dan mengambil data yang diperlukan serta membuang
data yang dianggap tidak diperlukan untuk memudahkan perhitungan dalam
penyajian hipotesis.
b. Coding, yaitu kegiatan memberikan tanda berupa angka pada jawaban
responden yang diterima. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan jawaban.
c. Scoring, yaitu kegiatan yang berupa penelitian atau pengharapan yang berupa
angka–angka kuantitatif yang diperlukan dalam penghitungan hipotesis.
Dalam penelitian ini, jawaban yang diberikan oleh konsumen kemudian diberi
skor dengan mengacu pada pengukuran data interval (interval scale), yaitu
dengan teknik agree-disagree scale dengan mengembangkan pernyataan yang
menghasilkan jawaban setuju–tidak setuju dalam berbagai rentang nilai
(Ferdinand, 2006). Urutan skala terdiri dari :
1) Angka 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai dengan 10 (Sangat Setuju) untuk
semua variabel.
2) Skala 1-10 untuk memudahkan responden dalam memberikan penilaian atas
pertanyaan yang diajukan.
3) Tabulasi, yaitu suatu kegiatan pengelompokkan atas jawaban–jawaban yang
dilakukan secara teliti dan teratur , kemudian data tersebut dihitung dan

dijumlahkan sampai terwujud dalam bentuk tabel yang bermanfaat dan
berdasarkan tabel ini pula akan dipakai untuk membuat data table yang berguna
untuk mendapatkan hubungan atas variabel yang ada.
3.1.2 Teknik analisa data
Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan ada 2 macam yaitu :
1. Deskriptif Kuantitatif
Dalam analisis kuantitatif, teknik analisis yang digunakan adalah dengan
analisis regresi yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari beberapa
variable independen terhadap satu variable dependen dengan menggunakan
programSPSS.
2. Deskriptif Kualitatif
Deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a. Angka Indeks
Untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat persepsi responden atas
variable yang akan diteliti maka dikembangkan sebuah angka indeks.
(Ferdinand, 2006).
b. Deskriptif (Uraian) dari Pertanyaan Terbuka
Menyusun jawaban dari pertanyaan terbuka yang diajukan dalam kuisioner
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan kualitas
layanan terhadap kepuasan konsumen
3.1.3 Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner
dan observasi dalam proses pengumpulan data. Kuesioner merupakan cara
pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada setiap
responden yang dipilih untuk diisi dan untuk observasi kita menggunakan
participant observer. Skala yang dipakai untuk kuesioner adalah skala ratio
(Agree-Disagree Scale), yaitu alat pengukur data yang dapat menghasilkan data
yang memiliki rentang nilai dengan memiliki makna.Skala ini mengembangkan
pernyataan yang menghasilkan jawaban setuju-tidak setuju dalam berbagai
rentang nilai
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset lapangan yang
dilakukan untuk memperoleh data yang akurat:
a. observasi
observasi meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku,
objek-objek yang dilihat dengan diperlukan dalam mendukung penelitian yang
sedang dilakukan. Peneliti mengumpulkan data sebanyak mungkin.
b, kuisioner
berisikan pertanyaan tentang penilaian konsumen dan pengaruh loyalitas
terhadap produk “Olive Fried Chichken”.
Uji Validitas
Uji signikasikasi dilakukan dengan membandingkkan nilai r hitung
(nilai Corrected Item - Total Correlation pada output Cronbach Alpha) dengan
nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n - k, dalam hal ini n merupakan
jumlah sampel dan k merupakan jumlah variabel independen. Pada penelitian
ini jumlah sampel (n) = 100 dan besarnya df dapat dihitung 100 - 3 = 97,

dengan df = 97 dan alpha = 0,05 didapat r tabel dengan uji dua sisi = 0,198. Jika
r hitung lebih besar dari r tabel dan bernilai positif, maka butir pertanyaan atau
indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2007). Dengan jumlah sampel (n)
adalah 100 dan tingkat signifikansi 0,05 maka r tabel pada penelitian ini adalah:
r (0,05 ; 100 - 3 = 97) => 0,198. Bila: r hitung > r tabel, berarti pernyataan
tersebut dinyatakan valid.r hitung < r tabel, berarti pernyataan tersebut
dinyatakan tidak valid.
Uji Reliabilitas
Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara one
shot atau pengukuran satu kali, dimana pengukuran hanya dilakukan sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur
korelasi antar jawaban pertanyaan.Dengan SPSS dapat diukur reliabilitas
dengan uji statistik cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60.