PEMANFAATAN KITOSAN DARI KULIT KEPITNG (Callimetes sapidus) SEBAGAI KOAGULAN DALAM PENJERNIHAN AIR.
r.
'"
PEMANFAATAN KITOSAN DARI KULIT KEPmNGutspmliedaC
(Callimetes sapidus)
SEBAGAI KOAGULAN DALAM PENJERNIHAN AIR1)ywvutsrponmlkjihgf
Oleh:
lb. Benito A. KumanI2), Dadan Sumlarsa3). dan Nia Rossiana4)
ABSTRAK
Penelitian rnengenai "Pemanfaatan
sapidus) sebagai Koagulan
Kitosan dati Kerabang Kepiting (Callimetes
Air"
dalam Penjcrnihan
telah dilakukan
Kimia Organik FMIPA dan di Laboratorium Toksikologi
dari bulan Februari
sampai
mengetahni produksi kitosan
koagulan dalam penjerbihan
dengan
Agustus
2004,
di
Laboratoriurn
Lingkungan Pl:>SDAL-UNPAD
Penelitian
ini bertujuan
dati kitin kerabang kepiting dan pemanfataannya
air, Pelaksanaan
penelitian
untuk
~_ri
ini rcrdiri dari dua tahap, yaitu
(I) produksi kitosan dari kitin kerabang kepiting; dan (2) evaluasi penurunan kekeruhan
air dengan koagulan kitosan, didasarkan
pada tingkat penurunan
koagulasi tawas (allum), Hasil penelitian menunjukkan
kekeruhan
bahwa rendemen
air dengan
isolat kitosan
dan kerabang kepiting adalah sekitar 7,2%, dan kitosan lebih efektif menurunkan tingkat
kekeruhan air dibandingkan
dengan allum.utsrponlkjihgecbaK
Kala kunci : kerabang kepiting, kitin. kitosan, kekeruhan; penjernlhan air.
2
THE USE OFutspmledaC
Call/metes sapldus SHELL'S CHITOSAN AS COAGULANT
WATER PURIFICATION PROCESS')
Tb. Benito A. Kumani21,
INyxwvutsrponm
Oleh:
Sumiarsa", dan Nia Rossiana"
D-ddan
ABSTRACT
The study on "the use ofywutsrponmlihfedcbaKC
Callimentes sapidus crab shell's chitosan as a coagulant
water purification
Faculty
in
process" had been carried out at the laboratory of Organic Chemical,
of Mathematics
and Natura] Sciences
Institute of Ecology, Universitas Padjadjaran
and at the laboratory
of toxicology,
from February to August 2005. The aim of
this study was to measure the production of chitosan from crab shell's chitin and its use
in water purification process as coagulant. This study
stages, namely (1) chitusan production
was performed in two consecutive
from crab shell's chitin, and (2) evaluation
water turbidity removal using chitosan as coagulant compare
to
of
allum. The results of this
study show that the redemption of chitosan isolate from the shell of the crabs is 7.2%, and
the chitosan is more effective in removing turbidity than allum
Keywords : crabs' shell, chitin, chitosan; turbidity, water purification
3
PEMANFAATAN KITOSAN DARt KULIT KEPITINGutspmliedaC
(Callimetes sspidus)
SEBAGAI KOAGULAN DALAM PENJERNIHAN AIR1)ywvutsrponmlkjihg
Oleh:
Tb. Benito A. Kurnani1), Dadan Sumiarsa", dan Nia Rosslana"lUPNLHEDA
l.PENDAHULUAN
Pertumbuhan
industri pengolahan hasillaut
di Indonesia dari tahun kc tahun terns
meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat khususnya dari luar negeri
ata s makanan sumber protein hewani asal laut. Diantara hasil olahan makanan asal laut
diminati adalah daging bekuzutsrponmlifedaC
(frozen fillet) kepiting
yang paling banyak
sapidus).
Industri pengolahan
besar untuk dieksport
jumlah
banyak.
menimbulkan
ini
dalarn
limb-db kerabang/
waktu
dagingnya
cangkang
dalam jumlah
kcpiting
han akan busuk
beberapa
dan
dalarn
dapat
bau yang pada akhimya dapat mengganggu lingkungan.
adalah
(Subangsinghe,
juga rnenyisakan
Limbah
Bila ditelaah
dasamya
kepiting selain menghasilkan
iCallimetes
lebih jauh, limbah industri pengolahan kepiting tersebut pada
senyawa
organik yang sekitar 70% diantaranya
1995). Senyawa ini merupakan biopolimer
seperti
adalah
yang dijumpai pada
serangga dan jamur, yang tersusun dari unit monomer N-asetil-D-glukosamina
2-amino-2-deoksi-D-glukopirnnosa)
monomer
satu dengan
kitin
lainnya
(Nsasctil-
dihubungkan
oleh
ikatan P(J-4) (Tokura dan Nishi, 1995). Kitin tidak larut dalam air, larutan basa, larutan
a.s am encer maupun
pelarut organik, namun larut dalam asam pckat seperti Hel, H2S04,
HN03, H3P04 dan HCOOH anhidrida.
rcaktif, sehmgga pemanfaatannya
Dibandingkan
dengan
selulosa,
kitin kurang
tidak sebanyak seperti biopolimer selulosa.
dapat dirnanfaatkan hila diubah menjadi kitosan dengan menghilangkan
Kitin barn
gugus metil pada
1) Disajikan
pada Sirnposium
Kebudayaan
Indonesia-Malaysia
IX, Universitas
Padjadjardll- Universiti Kebangsaan Malaysia. 8andung. Indonesia 10-12 Mel 2005
2) Staf Pcngajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
3) Staf Pengajar Jurusan Kimia Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alarn
Universitas Padja-djaran
4) Staf Pengaiar Jurusan Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pcngetahuan Alam
Universitas Padja-djaran
4
kitin tcrsebut
(melalui
merniliki
gugus
keasaman
(pH)
tersebut,
reaksi N-deasetilasi).
amino
(N1i2
yang sesuai,
Kitosan
), dan
hidroksil
kitosan
bersifat
kitosan teLah mulai dimanfaatkan
lebih reaktif
dan decajat
konscntrasiusrpnmkihdbaH
(OH). Pada
polielektrolit
kation.
dalam pengolahan
bahan baku air minum sebagai koagulan (Kawamura,
dari kitin karena
Karena
sifatnya
air limbah maupun
air
]995).
Di lain pihak, pelayanan terhadap pemeouhan kebutuhan air bersih dari 'PDAM di
sisanya dari surnber
wilayah Bandung saat ini barn mencapai sekitar 40 %, sedangkan
masih belurn
daya air lainnya. Akan tempi, kualitas air dari sumber di luar PDAM
memenuhi
persyaratan
terutarna tingkat kekeruhannya
perlu diolah terlebih dahulu sebclum dikonsumsi
produksi,
Penurunan
atau digunakan dalam berbagai proses
dan COD seringkali
tingkat kekeruhan
besar, yang pada gilirannya
dan COD yang tinggi, sehingga
akan meningkatkan
memerlukan
ongkos produksi
dana yang
dari suatu produk,
sehingga harga jualnya menjadi relatif lebih mahal.
Tingkat kekeruhan air disebabkan banyaknya materi koloid yang sukar rnengenclap dan sulit disaring,
sehingga
diperlukan
7.81
pembantu
penggumpalan
(koagulan)
terbentuk endapan stabil yang dapat dipisahkan. Koagulan yang biasa diguna-
kan untuk mengurangi
tawas, alumunium
Dampak
sehingga
tingkat kekeruhan
sulfat (Ah(S04)3.12
penggunaan
koagulan
adalah polimer polielektrolit
sintctis serperti
H20), :FeC1:.l dan polialumnium
klroida (PAC).
sintetis tersebut belum ban yak diteliri dan dimengerti,
namun endaparmya (sludge) disinyalir dapat membcrikan
mengandung
dampak negatif karena banyak
logam alumunium (Peavy, ] 985).
Usaha pencarian koagulan alternatif yang efelktif, namun ramah lingkungan
banyak dilakukan. Hasil penclitian menunjukkan bahwa polimer
mempunyai
koagulan.
sifat polielektrolit
kationik
sehingga
dapat
Bahkan beberapa negara telah memanfaatkan
limbah maupun air minum sebagai flokulan
(Kawamura,
alam kitosan
digunakan
sebagai
dalam air
sebagai
kitosan dalam pengolahan
1995).
telah
air
Oleh karena itu perlu
dilakukan pcnelitian mengcnai kitin dari kerabang kepitingtsmlieaC
(Callimetesuspida
sapidus) sebagai
sumber kitosan dan pemanfaatannya
tujuan dari penelitian
sebagai koagulan dalam penjernihan
ini adalah untuk mengetahui
kcpiting dan konsentrasi
kitosan yang diperlukan
produksi kitosan dari kitin kerabang
untuk menurunkan
tingkat kekeruhan
bahan baku air minum atau industri sehingga sesuai dengan peruntukannya
5
aic. Adapun
2. MET ODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penclitian ini adalah kerabang kepitingutspnliedcaC
(Cailinectes
sapidus) sebanyak 5 kg yang diperoleh dari industri pcngolahan kepiting di Cirebon. Air
adalah air sungai Cikapundung
yang digunakan dalam penelitian inirlihdaN
yang biasa digunakan
di daerah Dago Atas
sebagai bahan baku air minum. Bahan kirnia dan pereaksi yang
digunakan meliputi Iarutan HC1 1 N, air suling, larutan NaOH
1 M, as am asetat 0,2 M.
Tawas, PAC, HN03, larutan NaOCI.
Penelirian ini dilakukan
dalam dua tahap, yaitu (1) produksi
kerabang kepiting, dan (2) evaluasi penururan
tingkat kekeruhan
kitosan dari kitin
air dengan koagulan
kitosan ..
2.1. Produksi
Kito..~an
2.1.1. lsoIa~iKitin
Produksi
menggunakan
diawali dengan isolasi kitin dari kcrabang
Kitosan
prosedur Sophanodora
Kepiting
dengan
(1995) yang terdiri atas tiga tahapan, meliputi:
1). Proses DemineraUsasi
Callinectes sapidus yang diperoleh
Limbah kulit kepiting/rajungan
pengolahan
akuades,
sampai
rajungan
disaring,
10108
di Cirebon
Residunya
dicuci
dikeringkan
saringan berukuran
1 mm.
dengan
air mengalir,
dalam oven 65°C,
direndam
kernudian
Bubuk kulit kepiting scbanyak
dimasukkan ke dalam gelas kimia 2 liter, lalu ditambahkan
1,5 liter larutan
pabrik
dalam
digerus
100 gram
HCI 1 N
sambiJ diaduk dengan magnetik stirer pada suhu kamar selama 24 jam sampai gas
COz yang terbentuk habis sempurna. Selanjutnya disaring, residunya dicuci dengan
akuades sampai pH air cucian netral, kemudian residu dikeringkan
dalam oven pacta
suhu 60 "C selama 4 jam. lalu ditimbang.
2). Proses Deproteinasi
Residu dan tahap demineralisasi
ditimbang, lalu dimasukkan
ke dalam gelas
kimia, ditambahkan larutan NaOH 1 N sebanyak 10 kali lipat, kemudian ditempatkan
dalam penangas air pada suhu 60 °C sambil diaduk dengan rnagnetik stirer selama 2
jam. Selanjutnya
larutan disaring, residunya dicuci dengan akuades sampai pH air
cucian netral, lain residu dikeringkan dalam oven pada suhu 60
lalu ditimbang.
6
0
C sclama 4 jam,
3). Proses penghilangan warna
Kitin 50 gram yang belum mumi ditirnbang, lalu dibungkus
dengan kertas
saring, dimasukkan ke dalam alat sokhlet, kemudian disokletasi
aseton (1: 10) selama 8 jam dalam penangas air,
dengan pelarut
dikeringkan dalam oven pada suhuytsronmlkgedb
80 nC selama 4 jam, dan ditimbang.
2.1.2. Produksi Kitosan
Kitin sebanyak 10 gram dalam gelas kimia, ditambah 20 m1 larutan NaOH 50 %.
lalu diaduk dengan magnetik
stirer pada suhu 110-120 °C selarna 2 jam. Campuran
tersebut disaring, residunya dicuci
dengan akuades sampai pH air cucian netral,
residu
dikeringkan dalam oven pada suhu 60 "C selama 4 jam, lalu dirimbang.
1). Karakterisasi
kitosao
(1). Kadar Air
Sejumlah kitin atau kitosan WO gram dimasukan ke dalam kui porselin yang
beratnya konstan (WI). kemudian dipanaskan dalam oven 115 "C sampai diperoleh
beratnya konstan (W2). Kadar air (%) ditentukan berdasarkan persamaan :
Kadar air
= (Wl-
W2)1 WO x 100 %
(2). Kadar abu
Kui
porselin
yang
beratnya
sudah
diketahui
pemanasan di tanur 600 °C, disirnpan di dalam eksikator.
sejumlah
konstan
setelah
Ke dalam kui dimasukan
kitosan dan dipanaskan dalarn tanur 600 "C selarna 6 jam,
oleh beratnya konstan, Kadar abu dihitung dengan menggunakan
Kadar abu
= berat
abuJ berat contoh x 100
melalui
sampai diper-
rumus :
%
(3). Peneotuan Mr
Sejumlah kitosan ditimbang, dilarutkan dalam campuran asam asetat 0,2 M,
tarutan
NaCl
0,00625%
0,1 N dan larutan urea 4 M. sehingga
sampai
0,4
%, 1cemudian diukur
diperoleh
viskositasnya
konsentrasinya
dengan
Ubbelohhde pada suhu 25 oC ..
Persamaan Sakurda-Houwink:
LTl] = KMa a;
M adalah berat molekul kitosan danaa adalah viskositas intrinsik
7
viskometer
2). Derajat dea.~etilasi
Derajat
membandingkan
dcasetilasi
diukur
dengan
spektrofotometer
inframerah
dengan
nilai absorb ansi (A) bilangan gelornbang 1650 - 1700 em" (serapan
pita amidayvutsronlkihgedaTPKIEA
I) dan absorb ansi (A) pada bilangan gclombang 3200 - 3500 cm' _ Untuk
N- deasetilasi
kitin yang sempurna
(100 %) diperoleh
nilai A1655
=
1,3, maka
derajat deasetilasi dihtung :
% Nvseasetilasi
e
lA1650fAfA 3450j X 0,33 x 100 %.
2.2. Evalu8si Penurunan Tingkat Kekeruhan Air dengan Koagulan Kitosan
Pada 6 (en am) bush gelas kimia ukuran 1000 ml yang dilengkapi dengan pengaduk
Iistrik diisi dengan 200 mL air sungai, atau air tanah, ukur COD dan tingkat kekeruhannya (NTU) dengan Turbidimeter.
Kemudian
dilakukan
variasi pcnambahan
sejurnlah
larutan tawas sehingga diperoleb konsentrasi koagulan 0; 15; 20; 25; 30 ppm, pH larutan
campuran diatur sekitar 7,0, dikocok dengan magnciik stirer (100 rpm) selama 10 detik,
kemudian didianikan setama 20 menit sampai terjadi flokulasi. Lalu diukur tingkat kekeruhannya dengan Turbidimeter.
Proscdur dan kondisi percobaan tersebut eli atas diu lang
untuk mengcvaluasi keberhasilan koagulan Kitosan,
3. BASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Produksi
Kitosan
Hasil isolasi kitosan melalui demineralisasi,
deproteinasi,
dan deasetilasi
dari
lirnbah kulit kepiting diperoleb isolat dengan rendemen
7,2 gram kitosan
100 gram cangkang kepiting
Tingkat rendemen kitosan
dibandingkan
dan
x 100 %
= 7,2
%.
kulit kepiting sebanyak 7,2 % lebih kecil jika
dengan kelompok udang-udanganutsriecaC
(Crustaceaei yang mencapai lebih dari
10% (3). Adapun karaketeristik isolat kitosan sebagai bcri.k.ut :
8
Tabell. KuaUtas
Parameter
Isolat Kitosan
Standar*)
Hasil
Bentuk partikel
Butiran/serbuk
Serbuk
Kadar air (%ww/w)
'"
PEMANFAATAN KITOSAN DARI KULIT KEPmNGutspmliedaC
(Callimetes sapidus)
SEBAGAI KOAGULAN DALAM PENJERNIHAN AIR1)ywvutsrponmlkjihgf
Oleh:
lb. Benito A. KumanI2), Dadan Sumlarsa3). dan Nia Rossiana4)
ABSTRAK
Penelitian rnengenai "Pemanfaatan
sapidus) sebagai Koagulan
Kitosan dati Kerabang Kepiting (Callimetes
Air"
dalam Penjcrnihan
telah dilakukan
Kimia Organik FMIPA dan di Laboratorium Toksikologi
dari bulan Februari
sampai
mengetahni produksi kitosan
koagulan dalam penjerbihan
dengan
Agustus
2004,
di
Laboratoriurn
Lingkungan Pl:>SDAL-UNPAD
Penelitian
ini bertujuan
dati kitin kerabang kepiting dan pemanfataannya
air, Pelaksanaan
penelitian
untuk
~_ri
ini rcrdiri dari dua tahap, yaitu
(I) produksi kitosan dari kitin kerabang kepiting; dan (2) evaluasi penurunan kekeruhan
air dengan koagulan kitosan, didasarkan
pada tingkat penurunan
koagulasi tawas (allum), Hasil penelitian menunjukkan
kekeruhan
bahwa rendemen
air dengan
isolat kitosan
dan kerabang kepiting adalah sekitar 7,2%, dan kitosan lebih efektif menurunkan tingkat
kekeruhan air dibandingkan
dengan allum.utsrponlkjihgecbaK
Kala kunci : kerabang kepiting, kitin. kitosan, kekeruhan; penjernlhan air.
2
THE USE OFutspmledaC
Call/metes sapldus SHELL'S CHITOSAN AS COAGULANT
WATER PURIFICATION PROCESS')
Tb. Benito A. Kumani21,
INyxwvutsrponm
Oleh:
Sumiarsa", dan Nia Rossiana"
D-ddan
ABSTRACT
The study on "the use ofywutsrponmlihfedcbaKC
Callimentes sapidus crab shell's chitosan as a coagulant
water purification
Faculty
in
process" had been carried out at the laboratory of Organic Chemical,
of Mathematics
and Natura] Sciences
Institute of Ecology, Universitas Padjadjaran
and at the laboratory
of toxicology,
from February to August 2005. The aim of
this study was to measure the production of chitosan from crab shell's chitin and its use
in water purification process as coagulant. This study
stages, namely (1) chitusan production
was performed in two consecutive
from crab shell's chitin, and (2) evaluation
water turbidity removal using chitosan as coagulant compare
to
of
allum. The results of this
study show that the redemption of chitosan isolate from the shell of the crabs is 7.2%, and
the chitosan is more effective in removing turbidity than allum
Keywords : crabs' shell, chitin, chitosan; turbidity, water purification
3
PEMANFAATAN KITOSAN DARt KULIT KEPITINGutspmliedaC
(Callimetes sspidus)
SEBAGAI KOAGULAN DALAM PENJERNIHAN AIR1)ywvutsrponmlkjihg
Oleh:
Tb. Benito A. Kurnani1), Dadan Sumiarsa", dan Nia Rosslana"lUPNLHEDA
l.PENDAHULUAN
Pertumbuhan
industri pengolahan hasillaut
di Indonesia dari tahun kc tahun terns
meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat khususnya dari luar negeri
ata s makanan sumber protein hewani asal laut. Diantara hasil olahan makanan asal laut
diminati adalah daging bekuzutsrponmlifedaC
(frozen fillet) kepiting
yang paling banyak
sapidus).
Industri pengolahan
besar untuk dieksport
jumlah
banyak.
menimbulkan
ini
dalarn
limb-db kerabang/
waktu
dagingnya
cangkang
dalam jumlah
kcpiting
han akan busuk
beberapa
dan
dalarn
dapat
bau yang pada akhimya dapat mengganggu lingkungan.
adalah
(Subangsinghe,
juga rnenyisakan
Limbah
Bila ditelaah
dasamya
kepiting selain menghasilkan
iCallimetes
lebih jauh, limbah industri pengolahan kepiting tersebut pada
senyawa
organik yang sekitar 70% diantaranya
1995). Senyawa ini merupakan biopolimer
seperti
adalah
yang dijumpai pada
serangga dan jamur, yang tersusun dari unit monomer N-asetil-D-glukosamina
2-amino-2-deoksi-D-glukopirnnosa)
monomer
satu dengan
kitin
lainnya
(Nsasctil-
dihubungkan
oleh
ikatan P(J-4) (Tokura dan Nishi, 1995). Kitin tidak larut dalam air, larutan basa, larutan
a.s am encer maupun
pelarut organik, namun larut dalam asam pckat seperti Hel, H2S04,
HN03, H3P04 dan HCOOH anhidrida.
rcaktif, sehmgga pemanfaatannya
Dibandingkan
dengan
selulosa,
kitin kurang
tidak sebanyak seperti biopolimer selulosa.
dapat dirnanfaatkan hila diubah menjadi kitosan dengan menghilangkan
Kitin barn
gugus metil pada
1) Disajikan
pada Sirnposium
Kebudayaan
Indonesia-Malaysia
IX, Universitas
Padjadjardll- Universiti Kebangsaan Malaysia. 8andung. Indonesia 10-12 Mel 2005
2) Staf Pcngajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
3) Staf Pengajar Jurusan Kimia Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alarn
Universitas Padja-djaran
4) Staf Pengaiar Jurusan Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pcngetahuan Alam
Universitas Padja-djaran
4
kitin tcrsebut
(melalui
merniliki
gugus
keasaman
(pH)
tersebut,
reaksi N-deasetilasi).
amino
(N1i2
yang sesuai,
Kitosan
), dan
hidroksil
kitosan
bersifat
kitosan teLah mulai dimanfaatkan
lebih reaktif
dan decajat
konscntrasiusrpnmkihdbaH
(OH). Pada
polielektrolit
kation.
dalam pengolahan
bahan baku air minum sebagai koagulan (Kawamura,
dari kitin karena
Karena
sifatnya
air limbah maupun
air
]995).
Di lain pihak, pelayanan terhadap pemeouhan kebutuhan air bersih dari 'PDAM di
sisanya dari surnber
wilayah Bandung saat ini barn mencapai sekitar 40 %, sedangkan
masih belurn
daya air lainnya. Akan tempi, kualitas air dari sumber di luar PDAM
memenuhi
persyaratan
terutarna tingkat kekeruhannya
perlu diolah terlebih dahulu sebclum dikonsumsi
produksi,
Penurunan
atau digunakan dalam berbagai proses
dan COD seringkali
tingkat kekeruhan
besar, yang pada gilirannya
dan COD yang tinggi, sehingga
akan meningkatkan
memerlukan
ongkos produksi
dana yang
dari suatu produk,
sehingga harga jualnya menjadi relatif lebih mahal.
Tingkat kekeruhan air disebabkan banyaknya materi koloid yang sukar rnengenclap dan sulit disaring,
sehingga
diperlukan
7.81
pembantu
penggumpalan
(koagulan)
terbentuk endapan stabil yang dapat dipisahkan. Koagulan yang biasa diguna-
kan untuk mengurangi
tawas, alumunium
Dampak
sehingga
tingkat kekeruhan
sulfat (Ah(S04)3.12
penggunaan
koagulan
adalah polimer polielektrolit
sintctis serperti
H20), :FeC1:.l dan polialumnium
klroida (PAC).
sintetis tersebut belum ban yak diteliri dan dimengerti,
namun endaparmya (sludge) disinyalir dapat membcrikan
mengandung
dampak negatif karena banyak
logam alumunium (Peavy, ] 985).
Usaha pencarian koagulan alternatif yang efelktif, namun ramah lingkungan
banyak dilakukan. Hasil penclitian menunjukkan bahwa polimer
mempunyai
koagulan.
sifat polielektrolit
kationik
sehingga
dapat
Bahkan beberapa negara telah memanfaatkan
limbah maupun air minum sebagai flokulan
(Kawamura,
alam kitosan
digunakan
sebagai
dalam air
sebagai
kitosan dalam pengolahan
1995).
telah
air
Oleh karena itu perlu
dilakukan pcnelitian mengcnai kitin dari kerabang kepitingtsmlieaC
(Callimetesuspida
sapidus) sebagai
sumber kitosan dan pemanfaatannya
tujuan dari penelitian
sebagai koagulan dalam penjernihan
ini adalah untuk mengetahui
kcpiting dan konsentrasi
kitosan yang diperlukan
produksi kitosan dari kitin kerabang
untuk menurunkan
tingkat kekeruhan
bahan baku air minum atau industri sehingga sesuai dengan peruntukannya
5
aic. Adapun
2. MET ODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penclitian ini adalah kerabang kepitingutspnliedcaC
(Cailinectes
sapidus) sebanyak 5 kg yang diperoleh dari industri pcngolahan kepiting di Cirebon. Air
adalah air sungai Cikapundung
yang digunakan dalam penelitian inirlihdaN
yang biasa digunakan
di daerah Dago Atas
sebagai bahan baku air minum. Bahan kirnia dan pereaksi yang
digunakan meliputi Iarutan HC1 1 N, air suling, larutan NaOH
1 M, as am asetat 0,2 M.
Tawas, PAC, HN03, larutan NaOCI.
Penelirian ini dilakukan
dalam dua tahap, yaitu (1) produksi
kerabang kepiting, dan (2) evaluasi penururan
tingkat kekeruhan
kitosan dari kitin
air dengan koagulan
kitosan ..
2.1. Produksi
Kito..~an
2.1.1. lsoIa~iKitin
Produksi
menggunakan
diawali dengan isolasi kitin dari kcrabang
Kitosan
prosedur Sophanodora
Kepiting
dengan
(1995) yang terdiri atas tiga tahapan, meliputi:
1). Proses DemineraUsasi
Callinectes sapidus yang diperoleh
Limbah kulit kepiting/rajungan
pengolahan
akuades,
sampai
rajungan
disaring,
10108
di Cirebon
Residunya
dicuci
dikeringkan
saringan berukuran
1 mm.
dengan
air mengalir,
dalam oven 65°C,
direndam
kernudian
Bubuk kulit kepiting scbanyak
dimasukkan ke dalam gelas kimia 2 liter, lalu ditambahkan
1,5 liter larutan
pabrik
dalam
digerus
100 gram
HCI 1 N
sambiJ diaduk dengan magnetik stirer pada suhu kamar selama 24 jam sampai gas
COz yang terbentuk habis sempurna. Selanjutnya disaring, residunya dicuci dengan
akuades sampai pH air cucian netral, kemudian residu dikeringkan
dalam oven pacta
suhu 60 "C selama 4 jam. lalu ditimbang.
2). Proses Deproteinasi
Residu dan tahap demineralisasi
ditimbang, lalu dimasukkan
ke dalam gelas
kimia, ditambahkan larutan NaOH 1 N sebanyak 10 kali lipat, kemudian ditempatkan
dalam penangas air pada suhu 60 °C sambil diaduk dengan rnagnetik stirer selama 2
jam. Selanjutnya
larutan disaring, residunya dicuci dengan akuades sampai pH air
cucian netral, lain residu dikeringkan dalam oven pada suhu 60
lalu ditimbang.
6
0
C sclama 4 jam,
3). Proses penghilangan warna
Kitin 50 gram yang belum mumi ditirnbang, lalu dibungkus
dengan kertas
saring, dimasukkan ke dalam alat sokhlet, kemudian disokletasi
aseton (1: 10) selama 8 jam dalam penangas air,
dengan pelarut
dikeringkan dalam oven pada suhuytsronmlkgedb
80 nC selama 4 jam, dan ditimbang.
2.1.2. Produksi Kitosan
Kitin sebanyak 10 gram dalam gelas kimia, ditambah 20 m1 larutan NaOH 50 %.
lalu diaduk dengan magnetik
stirer pada suhu 110-120 °C selarna 2 jam. Campuran
tersebut disaring, residunya dicuci
dengan akuades sampai pH air cucian netral,
residu
dikeringkan dalam oven pada suhu 60 "C selama 4 jam, lalu dirimbang.
1). Karakterisasi
kitosao
(1). Kadar Air
Sejumlah kitin atau kitosan WO gram dimasukan ke dalam kui porselin yang
beratnya konstan (WI). kemudian dipanaskan dalam oven 115 "C sampai diperoleh
beratnya konstan (W2). Kadar air (%) ditentukan berdasarkan persamaan :
Kadar air
= (Wl-
W2)1 WO x 100 %
(2). Kadar abu
Kui
porselin
yang
beratnya
sudah
diketahui
pemanasan di tanur 600 °C, disirnpan di dalam eksikator.
sejumlah
konstan
setelah
Ke dalam kui dimasukan
kitosan dan dipanaskan dalarn tanur 600 "C selarna 6 jam,
oleh beratnya konstan, Kadar abu dihitung dengan menggunakan
Kadar abu
= berat
abuJ berat contoh x 100
melalui
sampai diper-
rumus :
%
(3). Peneotuan Mr
Sejumlah kitosan ditimbang, dilarutkan dalam campuran asam asetat 0,2 M,
tarutan
NaCl
0,00625%
0,1 N dan larutan urea 4 M. sehingga
sampai
0,4
%, 1cemudian diukur
diperoleh
viskositasnya
konsentrasinya
dengan
Ubbelohhde pada suhu 25 oC ..
Persamaan Sakurda-Houwink:
LTl] = KMa a;
M adalah berat molekul kitosan danaa adalah viskositas intrinsik
7
viskometer
2). Derajat dea.~etilasi
Derajat
membandingkan
dcasetilasi
diukur
dengan
spektrofotometer
inframerah
dengan
nilai absorb ansi (A) bilangan gelornbang 1650 - 1700 em" (serapan
pita amidayvutsronlkihgedaTPKIEA
I) dan absorb ansi (A) pada bilangan gclombang 3200 - 3500 cm' _ Untuk
N- deasetilasi
kitin yang sempurna
(100 %) diperoleh
nilai A1655
=
1,3, maka
derajat deasetilasi dihtung :
% Nvseasetilasi
e
lA1650fAfA 3450j X 0,33 x 100 %.
2.2. Evalu8si Penurunan Tingkat Kekeruhan Air dengan Koagulan Kitosan
Pada 6 (en am) bush gelas kimia ukuran 1000 ml yang dilengkapi dengan pengaduk
Iistrik diisi dengan 200 mL air sungai, atau air tanah, ukur COD dan tingkat kekeruhannya (NTU) dengan Turbidimeter.
Kemudian
dilakukan
variasi pcnambahan
sejurnlah
larutan tawas sehingga diperoleb konsentrasi koagulan 0; 15; 20; 25; 30 ppm, pH larutan
campuran diatur sekitar 7,0, dikocok dengan magnciik stirer (100 rpm) selama 10 detik,
kemudian didianikan setama 20 menit sampai terjadi flokulasi. Lalu diukur tingkat kekeruhannya dengan Turbidimeter.
Proscdur dan kondisi percobaan tersebut eli atas diu lang
untuk mengcvaluasi keberhasilan koagulan Kitosan,
3. BASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Produksi
Kitosan
Hasil isolasi kitosan melalui demineralisasi,
deproteinasi,
dan deasetilasi
dari
lirnbah kulit kepiting diperoleb isolat dengan rendemen
7,2 gram kitosan
100 gram cangkang kepiting
Tingkat rendemen kitosan
dibandingkan
dan
x 100 %
= 7,2
%.
kulit kepiting sebanyak 7,2 % lebih kecil jika
dengan kelompok udang-udanganutsriecaC
(Crustaceaei yang mencapai lebih dari
10% (3). Adapun karaketeristik isolat kitosan sebagai bcri.k.ut :
8
Tabell. KuaUtas
Parameter
Isolat Kitosan
Standar*)
Hasil
Bentuk partikel
Butiran/serbuk
Serbuk
Kadar air (%ww/w)