Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya.

Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya
Shelly Iskandar1, Arifah Nur Istiqomah1
1

Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan
Sadikin, Bandung, Indonesia

Abstrak

Latar belakang
Gangguan jiwa terus meningkat di Indonesia dan memengaruhi kualitas hidup pasien,
keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Sebagai bagian kegiatan pengabdian masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Hasan Sadikin Bandung maka
dikumpulkan data tentang gejala mental emosional yang dialami masyarakat di daerah
Rancabuaya, Cianjur Selatan.
Metode
Metode pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan consecutive sampling. Jumlah
responden yang mengikuti penelitian ini adalah 212 orang. Kuesioner self-reporting
questionnaire (SRQ) diisi sendiri oleh responden setelah diberikan penjelasan oleh peneliti.
Hasil
Keluhan yang terbanyak adalah keluhan somatis seperti sakit kepala (48%), kehilangan nafsu

makan (34%), merasa tidak enak di perut (28%), dan gangguan pencernaan (25%). Tidak
terdapat perbedaan bermakna antara gangguan mental emosional pada laki-laki dan
perempuan. Gangguan mental emosional pada responden yang berusia > 60 tahun (geriatri)
tidak lebih banyak daripada responden yang berusia antara 18-60 tahun (p=0.63).
Kesimpulan
Gannguan mental emosional cukup tinggi sehingga diperlukan upaya deteksi dini dan
penanganannya.

Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya

I. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (UU no 36 tahun 2009). Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kesehatan dan merupakan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal
dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang
lain.
Hasil Riskesdas Depkes RI tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi

gangguan jiwa berat di Jawa Barat adalah sebesar 2,2 % dan gangguan mental emosional sebesar 20% dari populasi penduduk usia diatas 15 tahun. Angka ini
belum termasuk berbagai gangguan jiwa lainnya. Untuk itu perlu upaya pencegahan
dan pendeteksian dini gangguan mental emosional tersebut.
Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan
individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi
keadaan patologis apabila terus berlanjut. Pengetahuan masyarakat dan tenaga
kesehatan yang masih terbatas menyebabkan gangguan jiwa tidak terdeteksi secara
dini dan terjadi stigmatisasi pada penderita gangguan jiwa. Adanya stigmatisasi pada
penderita, merupakan salah satu penyebab penderita gangguan jiwa tidak atau
terlambat memperoleh pengobatan.
Data prevalensi pada masyarakat sangat penting bagi penyusunan program
serta perencanaan kesehatan yang di dalamnya meliputi pembiayaan kesehatan
jiwa.Untuk itu, diperlukan gambaran mengenai gejala mental emosional yang dialami
masyarakat. Salah satu cara mendapatkan data yang cukup baik dengan cara yang
relatif murah, mudah dan efektif adalah dengan menggunakan alat ukur self-reporting
questionnaire (SRQ). Dikatakan murah karena dapat dilakukan dalam waktu yang
cukup singkat serta tidak memerlukan sumber daya manusia khusus untuk menilainya.
SRQ efektif karena memiliki validitas yang cukup baik dalam hal sensistivitas dan
spesifisitasnya.
SRQ adalah kuesioner yang dikembangkan oleh WHO untuk skrining

gangguan psikiatri dan keperluan penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara.

SRQ banyak digunakan di negara-negara yang sedang berkembang dan tingkat
pendidikan penduduknya masih rendah. Selain itu SRQ juga sangat cocok digunakan
di negara yang penduduknya masih banyak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi
rendah.

II. Metode
Penelitian dilakukan secara potong lintang di daerah Rancabuaya. Metode
pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan consecutive sampling. Jumlah
responden yang mengikuti penelitian ini adalah 212 orang. Kuesioner SRQ diisi
sendiri oleh responden setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti.

III.Hasil

Tabel 1 Persentase setiap gejala gangguan mental emosional
No.

Pertanyaan


Ya
N (%)

SRQ1

Apakah Anda sering merasa sakit kepala?

102 (48)

SRQ2

Apakah Anda kehilangan nafsu makan?

73 (34)

SRQ3

Apakah tidur Anda tidak nyenyak?

73 (34)


SRQ4

Apakah Anda mudah merasa takut?

25 (12)

SRQ5

Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir?

47 (22)

SRQ6

Apakah tangan Anda gemetar?

27 (13)

SRQ7


Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?

52 (25)

SRQ8

Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?

39 (18)

SRQ9

Apakah Anda merasa tidak bahagia?

28 (13)

SRQ10 Apakah Anda lebih sering menangis?

16 (8)


SRQ11 Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?

30 (14)

SRQ12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?

38 (18)

SRQ13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai?

26 (12)

SRQ14 Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?

19 (9)

SRQ15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal?

18 (9)


SRQ16 Apakah Anda merasa tidak berharga?

10 (5)

SRQ17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup Anda?

5 (2)

SRQ18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?

58 (27)

SRQ19 Apakah Anda merasa tidak enak di perut?

59 (28)

SRQ20 Apakah Anda mudah lelah?

83 (39)


SRQ21 Apakah Anda minum alkohol lebih banyak dari biasanya atau
Apakah Anda menggunakan narkoba?

1 (1)

SRQ22 Apakah Anda yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai Anda
dengan cara tertentu?

7 (3)

SRQ23 Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam
pikiran Anda?

19 (9)

SRQ24 Apakah Anda pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya atau
yang orang lain tidak dapat mendengar?

11 (5)


SRQ25 Apakah Anda mengalami mimpi yang mengganggu tentang suatu
bencana/musibah atau adakah saat-saat Anda seolah mengalami
kembali kejadian bencana itu?

20 (9)

SRQ26 Apakah Anda menghindari kegiatan, tempat, orang atau pikiran yang
mengingatkan Anda akan bencana tersebut?

9 (4)

SRQ27 Apakah minat Anda terhadap teman dan kegiatan yang biasa Anda
lakukan berkurang?

17 (8)

SRQ28 Apakah Anda merasa sangat terganggu jika berada dalam situasi
yang mengingatkan Anda akan bencana atau jika Anda berpikir
tentang bencana itu?


11 (5)

SRQ29 Apakah Anda kesulitan memahami atau mengekspresikan perasaan
Anda?

3 (1)

Keluhan yang terbanyak adalah keluhan somatis seperti sakit kepala (48%),
kehilangan nafsu makan (34%), merasa tidak enak di perut (28%), dan gangguan pencernaan

(25%). Keluhan mental emosional lainnya yang paling banyak dikeluhkan oleh masyarakat
adalah mudah lelah (39%), gangguan tidur (34%), dan lelah sepanjang waktu (27%).
Gangguan mental emosional ditegakkan jika seseorang mengalami 6 keluhan atau
lebih dari pertanyaan 1 sampai 20 atau mengalami salah satu keluhan dari pertanyaan 21
sampai 29. Jumlah responden yang mengalami gangguan mental emosional adalah 74 (35%).
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara gangguan mental emosional pada laki-laki dan
perempuan. Gangguan mental emosional pada responden yang berusia > 60 tahun (geriatri)
tidak lebih banyak daripada responden yang berusia antara 18-60 tahun (p=0.63).

IV. Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga dari total responden
mengalami gangguan mental emosional yang perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan
psikiatri untuk penegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.
Gangguan mental emosioanl yang terbanyak adalah gangguan somatis. Hasil ini
sesuai dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Gangguan somatis tersebut
biasanya berhubungan erat dengan kondisi mental emosional seseorang. Seseorang dengan
depresi sering disertai dengan berbagai gangguan somatis, demikian pula pada mereka
dengan gangguan cemas.

V. Kesimpulan dan saran
Sejalan dengan hasil penelitian Riskesdas tahun 2007, gangguan mental emosional
pada masyarakat di Rancabuaya cukup banyak. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang faktor penyebab gangguan mental emosional tersebut agar intervensi dapat
dilakukan. Selain itu, penyebarluasan informasi tentang gangguan mental emosional dan
pembentukan kader sehat jiwa perlu dilakukan agar masyarakat dapat mengenali gejalanya
dan mengakses pelayanan kesehatan.