Gambaran Gangguan Mental Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang

(1)

GAMBARAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA

PENDERITA KANKER DALAM MASA KEMOTERAPI DI

RSU KABUPATEN TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

Syahdah Dinuriah

NIM :1111104000007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyartan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan

jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2016


(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, January 2016

Syahdah Dinuriah, NIM: 1111104000007

Description of Emotional Mental Disorders in Cancer Patients during Chemotherapy in General Hospital of Tangerang District

xvii + 60 pages + 5 tables + 2 schemes + 6 attachments

ABSTRACT

Emotional Mental Disorders is a condition that indicates an individual experiencing emotional changes that can develop into a pathological condition that need to be anticipated so that mental health is maintained. According to Health Research (2013), in Indonesia in the last 12 years an increase in the prevalence of mental disorders emotional 11.6% in people aged> 15 years. Cancer patients undergoing chemotherapy will experience psychological problems as the effects of the cancer journey or the side effects of chemotherapy. The purpose of this study was to determine the characteristics and emotional picture of mental disorders in cancer patients during chemotherapy in RSU Tangerang Regency. This study uses a quantitative descriptive design. The sampling method total sampling with 53 cancer patients who are undergoing chemotherapy. Collecting data using questionnaires SRQ-20. Analysis of the data used are univariate. The results showed that 34 patients (64.2%) experiencing mental emotional disorder with severe mental disorders as much as 39.7%. Suggested to health workers in order to improve health promotion that community mental health is maintained.


(4)

iv Skripsi, Januari 2016

Syahdah Dinuriah, NIM: 1111104000007

Gambaran Gangguan Mental Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang

xvii + 60 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 6 lampiran

ABSTRAK

Gangguan Mental Emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa tetap terjaga. Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), di Indonesia dalam 12 tahun terakhir terjadi kenaikan prevalensi gangguan mental emosional sebesar 11,6% pada penduduk umur >15 tahun. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami masalah psikologis sebagai efek perjalanan kanker atau efek samping dari kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan desain deskriptif. Metode pengambilan sampel total sampling dengan 53 penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner SRQ-20. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa 34 pasien (64,2%) mengalami gangguan mental emosional dengan gangguan mental berat sebanyak 39,7%. Disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga.


(5)

(6)

(7)

(8)

viii

Nama : SYAHDAH DINURIAH

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 31 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Tarumanegara No. 81 RT. 05/09 Cireundeu – Ciputat, Tangerang Selatan

HP : 08568914799

E-mail : syahdahdinuriah@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan : TK Islam Ruhama Ciputat (1997-1999) SDN Pisangan III Ciputat (1999-2005) MTs Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah II (2005-2008)

SMA Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah II (2008-2011)

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul “Gambaran Gangguan Mental Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.Kep.An., selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

7. Ayah (Drs.Amiruddin), ibu (Millati), kakakku (M.Anang Maulana) dan adik-adikku (Annisa Nabila Zulfa dan M. Azmil Aryq) tersayang yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang sangat membantu.

8. Orang-orang tersayang (Irawan Dwi purnomo, Laila Muthoharoh, Indah Dwi Pusparani, dan Listya Nurmalasari) yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta , Januari 2016


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pernyataan ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Bagan ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10


(12)

xii

A. Kanker ... 12

1. Definisi Kanker ... 12

2. Penatalaksanaan Kanker ... 14

3. Patofisiologi Penyakit ... 14

4. Penyebab Kanker ... 15

B. Kemoterapi ... 18

1. Definisi Kemoterapi dan Macamnya ... 15

C. Gangguan Mental Emosional ... 22

1. Definisi Gangguan Mental Emosional ... 22

2. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional ... 24

3. Gejala Gangguan Mental Emosional ... 24

4. Faktor Pencetus Terjadinya Gangguan Mental Emosional ... 27

5. Pengukuran Gangguan Mental Emosional ... 28

6. Stress ... 29

D. Kerangka Teori ... 33

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI ILMIAH A. Kerangka Konsep ... 34

B. Definisi Operasional ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26


(13)

xiii

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Metode Pengumpulan Data ... 28

E. Instrument Penelitian ... 29

F. Teknik Pengolahan Data ... 31

G. Metode Analisis Data ... 32

H. Etika Penelitian ... 33

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian ... 47

B. Karakteristik Umum Responden ... 48

C. Analisis Univariat ... 49

1. Penyakit yang di Derita ... 49

2. Gangguan Mental Emosional ... 50

BAB VI PEMBAHASAN A. Gangguan Mental Emosional ... 53

B. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional ... 55

C. Gejala Gangguan Mental Emosional ... 56

D. Keterbatasan Penelitian ... 57

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58


(14)

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 35

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Responden ... 48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyakit yang Diderita ... 49

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gangguan Mental Emosional ... 50

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Gangguan Mental Emosional Berdasarkan Gejala-Gejalanya ... 51


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 33 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 34


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian Lampiran 2. Permohonan Partisipasi Penelitian Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner Lampiran 5. Hasil Olah SPSS


(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular (degeneratif) yaitu : Neoplasma (Kanker), Diabetes Mellitus, Gangguan mental, Penyakit Jantung, dan lain-lain (Hendratmo, 2008). Neoplasma (Kanker) adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh. Menurut Prajoko (2013) kanker merupakan penyebab kematian utama di dunia, lebih kurang terdapat 7,9 juta kematian akibat kanker selama 2007.

Kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat karena sering menyebabkan kematian. Prevalensi kanker di seluruh dunia terus mengalami peningkatan, baik di negara-negara barat maupun di negara-negara bagian Asia. Laporan kanker dunia memperkirakan angka kejadian kanker akan meningkat menjadi 15 juta kasus baru di tahun 2020 (Ashton et al, 2009). Data Global action against cancer (2005) dari WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jiwa kematian.


(19)

2

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang.

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang cepat dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel normal. Sel-sel tersebut mampu merusak bentuk dan fungsi organ tempat sel tumbuh dan berkembang serta menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Dalimartha, 2004).

Menurut data Kemenkes RI (2015) di Indonesia terdapat lebih dari 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu: (1) Indeks massa tubuh tinggi, (2) Kurang konsumsi buah dan sayur, (3) Kurang aktivitas fisik, (4) Penggunaan rokok, dan (5) Konsumsi alkohol berlebihan. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang menyebabkan terjadinya lebih dari 20% kematian akibat kanker di dunia dan sekitar 70% kematian akibat kanker paru di seluruh dunia.

Kanker yang menyebabkan infeksi virus seperti virus hepatitis B/hepatitis C dan virus human papilloma berkontribusi terhadap 20%


(20)

kematian akibat kanker di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan. Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya.

Di Indonesia, prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1000 penduduk dan menjadi penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah sroke, tuberkulosis, hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes mellitus (Riskesdas, 2007).

Menurut WHO (2009), kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.

Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian global, berdasarkan data yang dirilis International Agency for Research on Cancer salah satu lembaga di bawah Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Penderita kanker dunia mencapai 12,7 juta orang pada tahun 2008 dan mengakibatkan kematian 7,6 juta penderita (Napitupulu dalam Melia, Putrayasa, Aziz, 2013)

Menurut Smeltzer dan Bare (dalam Tasripiyah, 2012) secara garis besar penatalaksanaan kanker dibagi menjadi dua, terapi lokal (bedah konservatif, mastektomi radikal yang dimodifikasi, mastektomi radikal dengan rekonstruksi) dan terapi sistemik (kemoterapi, terapi hormonal, dan penggantian sumsum tulang).


(21)

4

Penanganan terhadap kanker yang biasanya dilakukan adalah operasi, radioterapi atau terapi radiasi, dan atau kemoterapi. Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Di dalam penggunaan modernnya, istilah kemoterapi hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk mengobati kanker (Indrawati, 2009).

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an dan biasa diberikan sebelum atau sesudah operasi. Efek samping dari kemoterapi timbul karena obat-obatan kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat, misalnya sel-sel rambut, sumsum tulang belakang, kulit, mulut dan tenggorokan serta saluran pencernaan. Akibatnya adalah rambut rontok; hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih berkurang; tubuh lemah; merasa lelah, sesak napas; mudah mengalami perdarahan; mudah terinfeksi; kulit membiru/menghitam, kering, serta gatal; mulut dan tenggorokan terasa kering dan sulit menelan; sariawan; mual; muntah; nyeri pada perut; menurunkan nafsu seks dan kesuburan karena perubahan hormon (Rahayu, 2009; Rachmawati, 2009; dan Sukardja, 2000).

Pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi akan mengalami masalah psikologis sebagai efek dari perjalanan kanker atau efek samping dari kemoterapi yang dapat memperkecil peluang kesembuhan dan juga mengakibatkan pasien tersebut ingin menghentikan pengobatan kemoterapi (Yenny, 2012).

Oleh karena itu, kemoterapi dilakukan ketika pasien dalam kondisi terbaik. Beberapa pasien menganggap efek samping kemoterapi yang sangat


(22)

melemahkan tersebut sebagai sesuatu yang lebih buruk daripada penyakit kanker itu sendiri (Burish, dkk., 1987). Konsekuensi-konsekuensi yang menyertai kemoterapi membuat sebagian besar pasien yang telah didiagnosis menderita kanker diliputi rasa khawatir, cemas dan takut menghadapi ancaman kematian dan rasa sakit saat menjalani terapi (Purba, 2006). Kecemasan yang dimaksud dalam konteks ini adalah gangguan mental emosional yang dimiliki oleh pasien.

Di Asia, dalam 12 tahun terakhir terjadi kenaikan prevalensi gangguan mental emosional (mental disorder). Di Jepang, prevalensi gangguan mental berat sebesar 1,5%, gangguan mental sedang 4,1%, dan gangguan mental ringan 3,2%. Di Indonesia, prevalensi nasional gangguan mental emosional pada penduduk umur >15 tahun adalah 11,6% (Riskesdas, 2013).

Menurut data dari Global Burden of diseases Study menunjukan gangguan kesehatan jiwa khususnya depresi merupakan penyebab tertinggi keempat (4,3%) dalam beban umum diantara seluruh penyakit (WHO, 2008).

Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis terus berlanjut sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Istilah lain gangguan mental emosional adalah distress psikologik atau distress emosional (Idaiani, Suhardi, Antonius, 2009).

Gangguan mental emosional ditandai dengan perubahan dalam berpikir, perilaku atau suasana hati (atau beberapa kombinasinya) terkait dengan tekanan yang bermakna dan gangguan fungsi selama jangka waktu


(23)

6

tertentu. Gejala gangguan mental bervariasi dari ringan sampai parah,tergantung pada jenis gangguan mental, individu, keluarga dan lingkungan sosio-ekonomi (Liza, 2012).

Setiap orang berpotensi mengalami gangguan mental emosional yang salah satu faktor risikonya adalah penyakit fisik yang bersifat kronis. Pasien dengan penyakit fisik yang serius mempunyai gangguan psikiatri sedikitnya dua kali lipat dibanding populasi umum. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit sebanyak 20-40% mengalami gangguan psikiatri. Penyakit kanker, jantung dan penyakit kronis lainnya sering dianggap menjadi masalah kesehatan masyarakat hanya untuk Negara-negara berpenghasilan tinggi padahal sebetulnya tidak. Pada kenyataannya, hanya 20% dari kematian penyakit kronis terjadi di negara berpenghasilan tinggi, sementara 80% terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menjadi sebagian besar keberadaan penduduk dunia (Giri, 2013).

Hasil penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Giri (2013) yang menunjukan bahwa sekitar 3,5% penduduk Indonesia usia 15 tahun atau lebih mengalami salah satu dari enam penyakit kronis, termasuk kanker. Risiko gangguan mental emosional semakin tinggi bersamaan dengan semakin banyak jumlah penyakit kronis yang diderita oleh responden. Responden yang menderita satu penyakit kronis berisiko 2,6 kali lebih besar untuk mengalami gangguan mental emosional, yang menderita dua penyakit kronis berisiko 4,6 kali, yang menderita tiga penyakit kronis atau lebih berisiko 11 kali. Risiko gangguan mental emosional lebih besar pada mereka yang mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, jenis kelamin perempuan, perokok dan


(24)

peminum alcohol, pendidikan rendah, tidak bekerja, janda/duda yang cerai mati atau cerai hidup, dan kelompok usia tua atau diatas 55 tahun.

Beberapa riset lainnya juga menyimpulkan bahwa pada orang tua/dewasa yang berhadapan dengan penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan dan kondisi kesehatan kronis ternyata ditemukan pengalaman-pengalaman kecemasan (anxiety), depresi (depression), dan kesulitan-kesulitan emosional lainnya. Berdasarkan hasil riset ini, wanita-wanita yang terdiagnosis memiliki penyakit kanker menghadapi banyak keputusan-keputusan yang sulit. Distress psikologis semakin potensial dan aktual jika bersinggungan langsung dengan faktor lain seperti bagaimana cara memberikan penjelasan terhadap anggota keluarga terutama anak di bawah usia 21 tahun. Ada kecenderungan wanita-wanita tersebut terkesan menghindari anak-anak dan menyembunyikan kecemasan-kecemasan. Situasi seperti ini hanya akan mengarah pada pola komunikasi yang menjadi semakin tidak berarti (Barnes et al., dalam Fathur, 2002).

Hasil studi penelitian di RSU Kabupaten Tangerang pada tanggal 25 Desember 2014 dimana peneliti melakukan observasi dan wawancara pada beberapa pasien yang mengidap penyakit kanker dan sedang menjalankan kemoterapi, diperoleh data bahwa 7 dari 10 pasien belum bisa menerima penyakit yang dideritanya. Dari hasil wawancara didapat bahwa alasan pasien belum bisa menerima yaitu takut akan kematian, tidak punya biaya untuk berobat, dan satu orang lainnya mengatakan belum percaya bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut. Pasien yang seperti ini kemungkinan akan


(25)

8

berdampak besar pada gangguan mental emosionalnya, seperti depresi, ansietas dan sebagainya.

Sesuai latar belakang dan studi penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ”Gambaran Gangguan Mental Emosional pada Penderita Kanker dalam Masa Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang”.

B. Rumusan Masalah

Penyakit kanker termasuk salah satu penyakit kronis, yakni penyakit yang mematikan yang sulit disembuhkan. Penderita kanker berisiko tinggi mengalami gangguan mental emosional yang terdiri dari ansietas, depresi, gangguan kognitif dan somatik. Pada pasien-pasien kanker mereka memiliki level distres tinggi akibat dari diagnosis dan proses perawatan kanker (kemoterapi).

Pada penderita kanker memang tidak dapat dipahami secara pendekatan skema-kognitif semata, tetapi persoalannya menjadi semakin kompleks manakala sistem medis mengabaikan potensi dan reaksi emosional pasien. Tiadanya kepedulian pada realitas emosi pasien berarti tidak menghiraukan bukti-bukti yang semakin menumpuk yang menunjukan bahwa keadaan emosi dapat memainkan peran yang amat berarti dalam mengatasi kekhawatiran terhadap penyakit dalam arah menuju kesembuhan. Berdasarkan uraian diatas penulis membuat rumusan masalah Bagaimana gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang ?


(26)

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka peneliti membuat beberapa pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang ?

2. Bagaimanakah karakteristik penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

b. Diketahui adanya gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

E. Manfaat Penelitian


(27)

10

1. Bagi pasien

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status mental emosional diri pasien, sehingga diharapkan pasien dapat mencegah terjadinya resiko gangguan jiwa yang lebih berat.

2. Bagi RSU Kabupaten Tangerang

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai gambaran kejadian gangguan mental emosional pada pasien kanker dalam masa kemoterapidi RSU Kabupaten Tangerang.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi keperawatan jiwa yangberguna dalam mengkaji status mental emosional pada pasien kanker dalam masa kemoterapi.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan metode desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupakuesioner SRQ (Self Reported questionnaire) yang berisi 20 pertanyaan. Penelitian ini merupakan penelitian terkait gambaran kejadian gangguan mental emosional pada pasien kanker. Hal yang membedakan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel yang diteliti. Penelitian sebelumnya meneliti berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar


(28)

(Riskesdas) 2007, dengan prevalensi gangguan mental emosional penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun. Populasi penelitian ini adalah pasien kanker dalam masa kemoterapi pada tahun 2015 di RSU Kabupaten Tangerang. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling.


(29)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

1. Definisi Kanker

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengakibatkan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. (Brunner & Suddarth, 2002)

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis (WHO, 2009).

Kanker dalam bahasa Yunani disebut sebagai Carcinos yang kemudian dalam bahasa Inggris disebut Cancer dan dalam bahasa Belanda menjadi kanker dan akhirnya diakui sebagai bahasa Indonesia Kanker yaitu suatu neoplasma yang bersifat ganas dan merupakan tumbuhnya jaringan kecil-kecil yang dapat menjadi besar dan tidak terkendali (Saputra, Maat, & Soedoko, 2000).


(30)

Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya.

Awalnya kanker tidak menimbulkan keluhan karena hanya melibatkan beberapa sel. Bila sel kanker bertambah, maka keadaan bergantung kepada orang yang terkena. Misalnya, pada usus berongga besar, tumor harus mencapai ukuran besar sebelum memicu keluhan. Pada taraf stadium lanjut sel kanker menyebar sampai ke organ vital seperti otak atau paru lalu mengambil nutrisi yang dibutuhkan oleh organ tersebut, akibatnya organ itu rusak dan mati (Familiy’s Doctor, 2006).

Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker (Price et al., 2006). Kanker secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Suatu neoplasma, sesuai definisi Wills, adalah “massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti” (Kumar et al., 2007).

Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah neoplasma. Semua istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai pembengkakan atau gumpalan, dan kadang-kadang istilah “tumor sejati” dipakai untuk membedakan neoplasma dengan gumpalan lainnya. Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya ada yang jinak, ada pula yang ganas (Price et al., 2006).


(31)

14

2. Penatalaksanaan Kanker

Abdul Muthalib (2006) mengatakan bahwa modalitas pengobatan kanker secara umum terbagi dua, yaitu: terapi lokal berupa pembedahan, radiasi dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah kemoterapi dengan obat sitotoksik, terapi hormonal dan terapi biologi. Selain itu ada juga terapi bantuan yaitu terapi untuk membantu tubuh tetap dapat mempertahankan kekuatannya, seperti: nutrisi, transfusi darah, fisioterapi dan psikoterapi. Terapi sekunder digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang menyertai (Sukardja, 2000).

3. Patofisiologi Penyakit

Diagnosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk melakukan pengobatan yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tidak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya atau terjadi mestastase dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh.

Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut terutama dalam inti sel. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Wilensky dan Lincoln, 2008).

Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:


(32)

Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas.

b.Fase insitu: 5-10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre cancerous” yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara.

c. Fase invasi: 1-5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa. d. Fase desiminasi: 1-5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain. 4. Penyebab Kanker

Ada empat faktor utama penyebab kanker seperti lingkungan, makanan, biologis, dan psikologis. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat faktor penyebab kanker tersebut, yaitu:

a) Lingkungan

Penyinaran yang berlebihan

Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia (Family’s Doctor, 2006).

Merokok

Menurut Yayat Sutratmo (2008), rokok juga bertanggung jawab 90% dari semua kasus kanker paru-paru yang menjadi penyebab utama kematian baik wanita ataupun pria.


(33)

16

Polusi Udara

Menurut Chen Zichou (2010), seorang ahli Institut Penelitian Kanker mengatakan, penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan polusi udara, lingkungan, dan kondisi air yang kian hari kian memburuk.

Makanan

Para ilmuwan mendapatkan bahwa makanan yang mengandung zat kimia tertentu adalah sumber kanker. Makanan tersebut adalah daging yang mengandung hormone sex buatan (DES or Diethylstilbestrol), bahan pemanis buatan seperti biang gula dan saccharin, nitrosamines pada bahan-bahan pengawet buatan, dan bahan pewarna buatan, yang umumnya dipakai dalam produk daging, yang telah diproses dan juga banyak dalam produk makanan kaleng, zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman, kosmetik, maupun obat obatan, zat radioaktif yang sekarang ini terdapat hampir di seluruh bulatan bumi sebagai akibat dari percobaan bom atom serta peledakan bom, yang masuk dalam tubuh manusia melalui makanan, khususnya susu, kebanyakan makan garam, dan makanan yang sudah menjadi busuk/ tengik (Yayat Sutratmo, 2008).

b) Biologi Virus Hormon Faktor Genetik


(34)

c) Psikologis Kepribadian

Orang dengan tipe kepribadian tertutup termasuk tipe yang mudah terkena stress. Akibatnya mereka akan memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit kanker dan jantung (Namora, 2009).

Stres

Salah satu sebab menurunnya kekebalan tubuh (immunitas) adalah adanya stres dan kondisi stres ini akan melemahkan respon imunitas. Menurunnya sistem imunitas ini mempermudah masuknya sel-sel kanker menyerang tubuh, karena kemampuan sel tersebut untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik (Namora, 2009).

B. Kemoterapi

1. Definisi Kemoterapi dan Macamnya

Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik. Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel (Munir, 2005).

Kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau


(35)

18

disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar (Admin, 2009).

Tindakan kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti-kanker (sitostatika) dan hormon terapi dilakukan untuk mengubah lingkungan hidup kanker sehingga pertumbuhan sel-selnya terganggu dan akhirnya mati sendiri (Kurnia, 2008). Luwia (2003) mengatakan bahwa kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel-sel kanker yang diberikan pada pasien.

Menurut Danielle Gale, (2000), Kemoterapi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan tiga puluh jenis lebih obat yang berbeda. Akan tetapi, setiap agen neoplastik atau obat kemoterapi mempunyai kerja dan efek samping yang berbeda. Obat-obat ini diklasifikasikan dalam beberapa cara yang dapat membantu kita dalam mempelajari kerja mereka dan efek samping yang umum.

Menurut Bustan (2007), kemoterapi dapat berupa obat makan, obat infus atau yang lainnya. Obat kemoterapi digunakan baik digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktifasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja. Menurut Danielle Gale, (2000) ada enam klasifikasi umum obat kemoterapi yaitu:


(36)

a. Agen pengkelat

Agen-agen pengkelat telah diakui efektif dalam pengobatan limfoma, penyakit Hodgkin, kanker payudara, dan myeloma multiple. Efek samping utama dari jenis ini meliputi supresi sumsum tulang, mual, muntah, dan disfungsi gonad.

Efek samping kronis dari agen penkelat ini adalah berkembangnya malignasi sekunder seperti kanker kandung kemih atau leukemia. Agen pengekat umum adalah carmustine, (BCNU), lomustine (CCNU), streptozocin, dan semustine (methyl-CCNU).

b. Antimetabolik membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA.

Agen umum meliputi cytarabine (ARA-C), Floxuridine (FUDR), 5-fluorourasil (5-FU), hidroxyurea (hydrea), 6-mercaptopurine (6-MP), methotrexate (Mexate), dan 6-thioguanine. Jenis tumor yang diobati oleh antimetabolik meliputi; tumor kepala dan leher, kanker payudara, kanker kolon. Efek samping yang paling umum adalah supresi sumsum tulang, dan diare.

c. Antibiotik anti tumor adalah obat siklus sel non-spesifik yang bekerja dengan beberapa mekanisme yang berbeda untuk memproduksi efek sitotosik. Efek samping meliputi supresi sumsum tulang, mual dan muntah.

d. Tanaman alkaloid adalah agen siklus sel spesifik yang bekerja dengan kristalisasi mikrotubular mitotic kumparan protein selama metaphase dimana mitosis berhenti yang menyebabkan sel mati.


(37)

20

e. Agen lain adalah agen yang mekanisme kerjanya berbeda dari kelas-kelas umum. Jenisnya meliputi L-asparaginase (Elpar), mitoxantrone (Novantrone), procarbazine (Matulane), Navelvine dan mitotane (Lysodren).

f. Agen Hormonal bekerja pada tumor yang tergantung pada lingkungan hormonal spesifik untuk bertumbuh.

2. Tujuan, Manfaat, dan Efek Samping Kemoterapi a. Tujuan dari kemoterapi ialah:

Pengobatan

Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi

Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup Mengurangi komplikasi akibat metastase

b. Manfaat dari kemoterapi ialah: Pengobatan

Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.

Kontrol

Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain. Mengurangi gejala

Bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi


(38)

perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran kanker pada daerah yang diserang.

c. Efek samping yang biasanya timbul pada pasien kemoterapi adalah: Mual, muntah, tidak nafsu makan

Diare

Sariawan (stomatitis) Rambut rontok (alopecia) Hiperpigmentasi kulit

Penurunan jumlah sel darah putih (leukosit) 3. Stadium berdasarkan TNM

Sistem ini pertama kali dikenalkan oleh seorang sarjana Perancis Piere de Noix, kemudian dipergunakan dan disempurnakan oleh UICC (Union Internatinale Contre le Cancere) dan sejak 1958 sistem ini dipergunakan secara luas di berbagai belahan dunia (AJCC, 2002).


(39)

22

Kategori T = Tumor Primer

o Tx = Syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi o T is = Tumor in situ

o T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer o T1 = Tumor dengan f maksimal < 2cm o T2 = Tumor dengan f maksimal 2 5 cm o T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm o T4 = Tumor invasi keluar organ

Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar regional o Nx = Nodus limfe regional tidak dapat dinilai o N0 = Nodul regional negative

o N1 = Nodul regional positif, mobile (belum ada perlekatan) o N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan

o N3 = Nodul jukstregional atau bilateral Kategori M = Metastase organ jauh

o Mx = Metastasis jauh tidak dapat dinilai o M0 = Tidak ada metastase organ jauh o M1 = Ada metastase organ jauh C. Gangguan Mental Emosional

1. Definisi Gangguan Mental Emosional

Gangguan mental emosional menurut Dictionary reference adalah bagian dari gangguan jiwa yang bukan disebabkan oleh kelainan organik otak dan lebih didominasi oleh gangguan emosi (Disturbace of emotions). Gangguan mental emosional merupakan perubahan mood dan afek yang


(40)

dihubungkan kepada pikiran-pikiran spesifik atau kondisi fisik yang sesuai dengan yang seiring dengan mood dan afek (Kaplan, 2005).

Setiap orang pernah mengalami perubahan dalam hidupnya dimana perubahan tersebut menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasi masalahnya. Perubahan tersebut bisa menjadi kondisi yang mengancam individu (Siswoyo dalam Suyoko, 2012). Kaplan dan Saddock (2005) menjelaskan bahwa apabila individu tidak mampu menemukan penyelesaian terhadap situasi yang mengancamnya maka individu tersebut mengalami gangguan mental emosional (Suyoko, 2012). Gangguan mental didefinisikan sebagai ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Gangguan mental emosional ditandai dengan perubahan dalam berpikir, perilaku atau suasana hati terkait dengan tekanan yang bermakna dan gangguan fungsi selama jangka waktu tertentu (Suyoko, 2012).

Gangguan mental emosional dapat berupa gejala depresi, gangguan psikosomatik, dan ansietas. Tanda-tanda gejala depresi, psikosomatik dan ansietas menurut ICD-10 (International Classification of Disease – Tenth Edition) dalam WHO, yaitu:

- Perasaan depresif

- Hilangnya minat dan semangat - Mudah lelah dan tenaga hilang - Konsentrasi menurun


(41)

24

- Perasaan bersalah

- Pesimistis terhadap masa depan

- Gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh diri - Gangguan tidur

- Menurunnya libido

2. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional a. Gangguan Mental Ringan

Gangguan mental ringan adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh, misal otak, sentral saraf, atau hilangnya berbagai kelenjar, saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya (Zakiyah Daradjat, 2012)

b. Gangguan Mental Berat

Gangguan mental berat disebabkan oleh gangguan jiwa yang telah berlarut – larut tanpa ada solusi (penyelesaian) secara wajar. Atau diakibatkan oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat dari suasana lingkungan yang sangat menekan (tidak bersahabat), ketegangan batin, dan sebagainya (Zakiyah Daradjat, 2012 ).

3. Gejala Gangguan Mental Emosional

Gejala adalah tanda-tanda yang mendahului suatu problem, atau sesuatu yang dapat diamati sebelum timbulnya suatu problem, atau keadaan yang menjadi yang menjadi tanda-tanda akan timbulnya atau berjangkitnya sesuatu. Berikut gejala gangguan mental menurut Zakiyah Daradjat (2012):


(42)

a. Reaksi psikis ditandai oleh unsur kecemasan, yang tidak sadar diekspresikan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence of mechanism). Sering kali merasa dirinya itu normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.

b. Relasinya dengan dunia luar sedikit sekali, walaupun orang yang bersangkutan masih memiliki insight/wawasan yang baik. Seperti kesulitan menyesuaikan diri dengan wajar,

c. Timbul perasaan cemas yang tidak bisa dibendung, misalnya: takut mati, takut kalau jadi gila, dan ketakutan-ketakutan lain yang tidak rasional, dan tidak bisa dimasukkan dalam kategori fobia. Dengan gejala emosi tidak stabil, suka marah-marah, sering dihinggapi perasaan depresi, sering dalam keadaan excited (gelisah sekali), sering berfantasi, dihinggapi ilusi, delusi, dan rasa dikejar-kejar, sering merasa mual-mual dan muntah, badannya merasa sangat letih, sesak nafas, banyak berkeringat, bergemetaran, tekanan detak jantung meningkat dan sering menderita diare, dan lain sebagainya.

d. Penderita selalu diganggu oleh perasaan sakit dan nyeri yang berpindah-pindah pada setiap bagian badannya, khususnya pada bagian punggung, dan kepala yang disertai oleh rasa pusing, sehingga penderita menjadi malas dan segan melakukan aktivitas atau segan melakukan sesuatu (kehilangan semangat atau gairah hidup)


(43)

26

e. Biasanya diikuti oleh gerakan motorik pada inteleknya lemah. Seperticepat merasa suntuk, malas berfikir, dan lambat dalam mengambil keputusan.

f. Sering mengalami depresi emosional yang biasanya disertai dengan menangis atau suka menangis.

g. Nafsu makan menurun bahkan sampai kehilangan nafsu makan, seks, menderita insomnia dan muncul gangguan-gangguan pada pencernaan.

h. Cenderung egois dan introvert. Kehilangan kemampuan dalam berkonsentrasi, mudah dipengaruhi, cepat bingung, semangat sensitive dan sikapnya selalu antagonistic (selalu bertentangan) dan cenderung negatif.

Manifestasi secara psikis antara lain: khawatir secara berlebihan, gelisah tidak menentu, takut berlebihan dan tidak tentram. Manifestasi secara fisik dapat berupa nafas pendek, nyeri perut, tangan bergetar, diare/konstipasi, penglihatan kabur, otot terasa tegang (Sumiati, 2009).

Menurut hasil Riskesdas (2013) gejala gangguan mental emosional lebih mengarah kepada gangguan neurosis, yaitu :

a. Depresi

Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010), depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu


(44)

makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

b. Ansietas

Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007). Sumber lain mengatakan bahwa kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005). Kecemasan ditandai dengan perasaan tegang, lesu, cepat merasa lelah, susah tidur, sukar berkonsentrasi, dan daya ingat yang mengalami penurunan.

c. Penurunan Energi

Penurunan energi ditandai dengan tidak bergairahnya seseorang dalam menjalani hidup, merasa mudah lelah, dan sulit untuk berfikir.

d. Kognitif

Istilah kognitif berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian atau mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internaldi dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).


(45)

28

Gejala somatik ditandai dengan pasien merasa lemah, ketegangan otot, sensasi panas-dingin, keringet buntat, serta tangan bergemetar.

4. Faktor Pencetus Terjadinya Gangguan Mental Emosional

Pada Teori Stimulus Respon oleh Dollard dan Miller (Supratik, 1993), disebutkan bahwa sebuah perilaku yang merupakan respon dari adanya suatu stimulus, muncul karena dipengaruhi oleh adanya dua faktor yaitu: a. Faktor Internal

Faktor Internal dalam hal ini bisa disebut juga dengan stimulus internal. Pada teori stimulus respon faktor internal atau stimulus internal ini bisa bersifat sebagai dorongan. Seperti kanker itu sendiri, badan yang semakin kurus dan lemas, serta adanya rasa nyeri akibat reaksi sel kanker yang mulai berkembang.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang muncul adalah adanya stimulus yang berasal dari luar diripenderita yang menyebabkan dirinya membentuk suatu respon. Seperti adanya penyampaian diagnosa dokter dan ada tidaknya dukungan bersifat sosial.

5. Pengukuran Gangguan Mental Emosional

Gangguan mental dapat diukur dengan menggunakan Self Reporting Quistionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 pertanyaan, sehingga dikenal sebagai SRQ-20 dan telah direkomendasikan oleh WHO. (WHO, 1994). Kuesioner SRQ-20 biasa digunakan untuk skrining masalah kesehatan jiwa di masyarakat dan memiliki pilihan jawaban “ya” atau “tidak” dengan


(46)

maksud mempermudah masyarakat untuk menjawabnya (Riskesdas, 2013).

Pengukuran gangguan mental emosional sendiri menggunakan SRQ-20 terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala yang lebih mengarah kepada gangguan neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17, gejala cemas pada butir nomor 3, 4, 5, gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19, gejala kognitif pada butir nomor 8, 12, 13, serta gejala penurunan energi pada butir 8,11, 12, 13, 18, 20. Masing-masing dari 20 butir pertanyaan skor 0 atau 1. Skor 1 menyatakan bahwa gejala-gejala itu ada dalam sebulan terakhir, skor 0 menyatakan gejala tersebut tidak ada. Responden dinyatakan mengalami suatu gangguan psikiatri apabila total jawaban “ya” di atas nilai batas pisah yang ditetapkan. Di dalam Riskesdas ditetapkan cut off point sebagai nilai batas pisah, artinya responden yang menjawab “ya” lebih besar atau minimal 6 butir pertanyaan akan dianggap mengalami gangguan mental emosional atau distress yang memiliki potensi adanya gangguan jiwa apabila diperiksa lebih lanjut oleh psikiater (Riskesdas, 2013).

6. Stress

a. Definisi Stres dan Jenis Stres

Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) mendefinisikan stres dengan tiga pengertian yang berbeda, yaitu:


(47)

30

1) Stres mengarah pada tiap kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan seseorang merasa tertekan atau dibangkitkan. Dalam hal ini, stres berasal dari eksternal seorang individu. Kondisi yang dapat menimbulkan stres disebut stressor.

2) Stres mengarah pada respon subjektif. Dalam hal ini, stres merupakan bagian internal dari mental, termasuk di dalamnya adalah emosi, pertahanan diri, interpretasi dan proses coping yang terdapat dalam diri seseorang.

3) Stres mengarah pada physical reaction dalam mengatasi ataupun menghilangkan gangguan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan setiap tekanan atau ketegangan yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisikdan psikologis seseorang (Marbun, 2011).

Selye menggolongkan stres menjadi dua golongan berdasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialami yaitu distress (stres negatif) dan eustress (stres positif) (Rice, 1992). Eustress merupakan respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun) yang dapat menyebabkan tubuh mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, dan meningkatkan produktivitas seseorang sedangkan distress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak) yang dapat menyebabkan sesorang menjadi sakit (Quick et al., 1990).


(48)

b.Definisi Stressor dan Jenis Stressor

Stressor adalah suatu kejadian, keadaan atau pun sebuah pikiran yang mengganggu keseimbangan/penyebab timbulnya stres. Stressor dapat berasal dari luar (kerugian, kematian, jatuh sakit, dan sebagainya) atau dari dalam individu itusendiri (Maramis, 2006).

Berdasarkan penyebabnya, stressor dibagi menjadi 3 kategori yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Stressor fisik adalah stressor yang berasal dari luar individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma,dan latihan fisik yang terpaksa. Sedangkan pada stressor psikologis, sumber stress berasal dari tekanan dari dalam diri individu yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri. Stressor social adalah stressor yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, dan lain – lain. (Nasution, 2007).

Menurut Girdano (2005), terdapat tiga jenis sumber stres yaitu faktor psikososial, bioekologikal, dan personal:

1. Stres psikososial (Psychosocial Stress)

Stres psikososial ialah stres yang disebabkan oleh tekanan dari segi hubungan dengan kondisi sosial di sekitar. Hal – hal yang dapat menimbulkan stres secara psikososial ialah perubahan dalam hidup misalnya berada dilingkungan baru, diskriminasi, terjerat kasus hukum, atau karena kondisi ekonomi.


(49)

32

2. Stres bioekologikal (Bioecological Stress)

Stres bioekologikal terdiri atas dua sumber stres yaitu:

a) Ecological stress ialah stres yang disebabkan oleh kondisi lingkungan.

b)Biological stress ialah stres yang disebabkan oleh kondisi fisik tubuh.

3. Stres kepribadian (Personality Stress) Stres kepribadian ialah stres yang disebabkan oleh permasalahan yang dialami dalam diri sendiri. c. Pengertian stres psikososial

Direktorat Kesehatan Jiwa mendefinisikan stres psikososial sebagai perubahan dalam kehidupan. Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa diri seorang disebut stressor psikososial. Pemicu stres psikososial adalah peristiwa –peristiwa sosial atau psikologis yang membuat seseorang menjadi tertekan seperti pekerjaan, hubungan sosial, situasi keuangan, keluarga, kelainan psikologis (depresi, kegelisahan, dan lain - lain), rendahnya rasa percaya diri, masalah dilingkungan tempat tinggal, dan keterlibatan dalam hukum (Hyman, 2006)


(50)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Frankley, Christine (2014), Riskesdas (2013)

Perubahan Fisiologis (Darmodjo, 2006) 1. Anatomik

2. Gangguan penyakit 3. Gangguan psikososial

Perubahan Psikologis (Gunarsa, 2009) 1. Agresi 2. Marah 3. Kesepian 4. Ketergantungan 5. Kekecewaan 6. Kekacauan PASIEN KANKER

Gangguan mental emosional (Riskesdas, 2013)

1. Ansietas 2. Depresi

3. Somatik

4. Kognitif


(51)

34

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi pusat masalah adalah gangguan mental emosional yang diidentifikasi pada pasien kanker dalam masa kemoterapi. Dengan mengarah kepada gejala-gejala yang dapat menyebabkan gangguan mental emosional, seperti: Ansietas, Depresi, Kognitif, Somatik dan Penurunan energi. Kerangka konseptual akan dituangkan dalam bagan berikut.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel-variabel tersebut merupakan tanda-tanda gangguan mental emosional dan dapat terjadi pada penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Hal ini perlu diketahui dan diteliti dengan baik sehingga perawat bisa mengetahui gambaran gangguan mental emosional serta gejala-gejala pada penderita kanker dalam masa kemoterapi.

Gangguan Mental Emosional 1. Gejala Ansietas

2. Gejala Depresi 3. Gejala Kognitif 4. Gajela Somatik

5. Gejala Penuruan Energi Pasien Kanker dalam


(52)

35 NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Dependen 1. Gangguan mental

emosional

Suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami perubahan emosional

Kuesioner Pengisia n kuesioner Self Reporting Questionnaire

(SRQ) yang terdiri dari 20 pertanyaan. Total score menggunakan cut off point minimal 6.

1. Gangguan mental emosional

2. Tidak gangguan mental emosional (WHO, 1994)

Nominal

Variabel Independen

2. Usia Lamanya waktu hidup responden yang terhitung sejak lahir sampai dengan ulang tahun terakhir

Kuesioner Responden mengisi kuesioner

1. Dewasa awal 26 – 35 tahun

2. Dewasa akhir 36 – 45 tahun

3. Lansia awal 46 – 55 tahun

(Depkes RI, 2009)


(53)

36 NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

3. Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis dan anatomis yang dinyatakan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan

Kuesioner Responden mengisi kuesioner

1. Laki-laki 2. Perempuasn

Nominal

4. Pendidikan Lamanya sekolah atau tingkatan sekolah yang telah diikuti oleh responden

Kuesioner Responden mengisi kuesioner

1. Tidak sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan Tinggi

Ordinal

5. Jenis kanker Jenis kanker yang diderita berdasarkan hasil diagnosis penyakit pasien kanker dengan kemoterapi

Kuesioner Responden mengisi lembar kuisioner

Diagnosis penyakit kanker:

1. Kanker kepala dan leher

2. Kanker payudara 3. Kanker

Gastrointestinal 4. Kanker ginekologi 5. Kanker hematologi 6. Kanker paru-paru


(54)

37

Cancer Centre, 2012) 6. Derajat keganasan Tingkat keganasan kanker yang

dialami pasien kanker dengan kemoterapi berdasarkan stadium kanker sistim TNM

Kuesioner Responden mengisi lembar kuesioner

Derajat keganasan kanker:

1. Stadium I 2. Stadium II 3. Stadium III 4. Stadium IV (American Joint Committee on Cancer (AJCC), 2009)

Interval

7. Banyaknya Kemoterapi yang

sudah dilalui

Banyaknya kemoterapi yang sudah dilakukan penderita kanker selama masa penyakitnya

Kuesioner Responden mengisi lembar kuesioner

1. Siklus 1 2. Siklus 2 3. Siklus 3 4. Siklus 4 (Yeung, 2009)


(55)

38

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008). Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Kabupaten Tangerang, tepatnya di Paviliun Dahlia, Soka, Mawar, dan Kemo. Peneliti memilih RSU Kabupaten Tangerang sebagai tempat penelitian dengan alasan bahwa belum pernah dilakukan sebelumnya penelitian mengenai gangguan mental emosional pada pasien kanker di RSU Kabupaten Tangerang.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang menpunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan


(56)

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita kanker dalam masa kemoterapi yang dirawat di Ruang Rawat Inap Dewasa (Paviliun Dahlia, Soka, Mawar, dan Kemo) RSU Kabupaten Tangerang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk menjadi sampel dengan inklusi yang ditentukan (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengidap penyakit kanker dan dalam masa pengobatan kemoterapi di ruang rawat inap dewasa (Paviliun Dahlia, Soka, Mawar, dan Kemo) RSU Kabupaten Tangerang. Agar sampel yang digunakan match, peneliti menentukan kriteria inklusi:

a. Pasien yang mengidap penyakit kanker yang sedang menjalani kemoterapi

b. Kemoterapi yang dilakukan sudah lebih dari 1x c. Pasien mampu membaca dan menulis

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti halnya hambatan etis, menolak menjadi responden


(57)

40

atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Pasien kemoterapi dengan penyakit kronis lain (jantung, TBC, DM, hipertensi, stroke)

b. Pasien yang sudah terdiagnosis gangguan jiwa

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Jadi, penelitian didasarkan pada total sampling dengan jumlah populasi = jumlah sampel. Alasan menggunakan total sampling ini adalah agar hasil penelitian lebih reprepentatif, sehingga penelitian lebih objektif.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode angket atau kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk mendapatkan jawaban pertanyaan (Morton, 2008). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner SRQ-20.


(58)

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada

Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan RSU Kabupaten Tangerang.

3. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Direktur RSU Kabupaten Tangerang, peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian ke Instalasi Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. 4. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

RSU Kabupaten Tangerang, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan dan Kepala Instalasi Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang untuk diajukan ke masing-masing Kepala Ruangan Rawat Inap Dewasa RSU Kabupaten Tangerang.

5. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 6. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner

dan responden diberikan kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.


(59)

42

7. Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada responden dan mempersilahkan untuk menjawab sesuai petunjuk selama kurang lebih 30 menit.

8. Responden harus menjawab seluruh pertanyaan pada lembar kuesioner, setelah selesai lembar kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

9. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah menggunakan SPSS 16.0 dan kemudian dianalisa oleh peneliti.

E. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Jenis instrument yang digunakan pada penilitian ini adalah berupa kuesioner. Kuesioner dipilih dengan pertimbangan jumlah responden yang besar dan jenis penelitian berupa kuesioner untuk mengukur gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker di RSUD Tangerang . Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jumlah dan alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan (Widoyoko, 2012).

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti melakukan adopsi dari Sri Idaiani et al. (2009) dalam penelitian Departemen Kesehatan berupa kuesioner SRQ (Self Reporting questionnaire) yang berisi 20 pertanyaan dan sudah mendapatkan izin dari Riskesdas. Peneliti


(60)

menambahkan data demografi yang berisi tentang inisial responden, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat, penyakit yang diderita, dan lama penyakit. Sedangkan SRQ-20 adalah kuesioner yang dikembangkan oleh WHO untuk skrining gangguan psikiatri dan keperluan penelitian yang telah dilakukan di berbagai Negara. SRQ-20 memiliki jawaban “ya” atau “tidak” dengan maksud mempermudah responden untuk menjawabnya. Pengukuran Gangguan Mental Emosional sendiri menggunakan SRQ-20 terdiri dari pertanyaan – pertanyaan mengenai gejala yang lebih mengarah kepada gangguan neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17; gejala cemas pada butir nomor 3, 4, 5; gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19; gajala kognitif pada butir nomor 8, 12, 13; gejala penurunan energy pada butir 8, 11, 12, 13, 18, 20. Ke 20 pertanyaan tersebut mempunyai jawaban “ya” atau “tidak” dengan menggunakan sistem cut off point / nilai batas pisah 6 yang kemudian digunakan pada Riskesdas 2007. Cut off point tersebut diartikan jika responden menjawab >6 jawaban “ya” dari pertanyaan yang diajukan maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental emosional.

Instrument SRQ-20 yang diadopsi telah dialihbahasakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan di dalam penelitian Sri Idaiani et al., (2009) yang berjudul “Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia”. Dalam penelitian ini uji validitas didapatkan sesuai penelitian uji validitas yang telah dilakukan oleh Hartono, peneliti pada Badan Litbang Depkes tahun 1995. Pada


(61)

44

penelitian tersebut sensitivitas SRQ 88% dan spesifisitas 81%, nilai ramal positif 60% serta nilai ramal negative 92%.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual atau elektronik (dengan komputer). Untuk menentukan pengolahan data yang baik, jawabannya tergantung pada seberapa besar ukuran datanya. Jika ukuran data yang dikumpulkan sedikit, dapat dilakukan metode pengolahan data manual. Namun pada umumnya untuk mengolah data penelitian digunakan metode pengolahan data elektronik (Supranto, 2008). Effendy (2007) menjelaskan bahwa proses pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu:

1. Editing, adalah memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula seperti apa yang diinginkan. Menurut Hasan (2006) editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau idetitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisi (Hasan, 2006). Contoh pengkodean, pada jenis kelamin laki-laki diberikan kode 1 dan jenis kelamin perempuan diberikan kode 2.


(62)

3. Sorting, adalah mensortir dengan memilah atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Data diurutkan atau dikelompokkan agar lebih mudah dalam pencarian data, misalnya disortir menurut abjad nama, jenis kelamin dan sebagainya.

4. Entering data, adalah memasukkan data dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer. Memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data, caranya dengan membuat coding sheet (lembar kode), direct entry, optical scan sheet.

5. Cleaning data, adalah pembersihan data. Lihat variable apakah data sudah benar atau belum dan memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai. Disini peneliti memrlukan adanya ketelitian dan akurasi data.

6. Mengeluarkan informasi yang diinginkan

Muninjaya (2003) menambahkan dalam bukunya bahwa setelah tahap cleaning, selanjutnya adalah tahap analisis data.

G. Metode Analisis Data

Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh


(63)

46

dilakukan secara deskriptif dengan mengguanakan SPSS (Statistical Products and Service Solutions) (Dahlan, 2010).

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially, dan protection from discomfort (Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed Consent sebelum penelitian dilakukan. Berikut ini adalah beberapa prinsip etik yang digunakan peneliti selama penelitian berlangsung:

1. Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent yang telah disediakan.

2. Privacy

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk kepentingan penelitian.

3. Anonymity

Selama kegiatan penelitian, nama responden dirahasiakan, sebagai gantinya digunakan inisial dan nomor responden.


(64)

4. Confidentially

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian.

5. Protection from Discomfort

Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Penelitian menekankan kenyamanan responden selama mengikuti penelitian. Jika responden merasa tidak nyaman, peneliti mempersilahkan responden untuk menghentikan partisipasinya.


(65)

48 BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran gangguan mental emosional pada penderita kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada bapak/ibu yang berada di RSU Kabupaten Tangerang. Pemilihan responden dengan menggunakan sistem sampling jenuh yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk menjadi sampel dengan inklusi yang ditentukan.

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Sejarah

Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang merupakan salah satu rumah sakit yang terdapat di Kabupaten Tangerang, terletak di Jl. Jendral Ahmad Yani No.9 Kecamatan Tangerang Banten. Berdiri pada tahun 1928 dengan menempati sebuah ruangan Bui (penjara) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi Masjid Agung Al-iitihad dan mempunyai 12 tempat tidur. Kemudian pada tanggal 5 Mei 1964 RSU Kabupaten Tangerang pindah ke tempat baru di Jl. Ahmad Yani No.9 dan menggunakan gedung bekas SDK sebagai tempat perawatan dengan 46 tempat tidur, sedangkan gedung kantor yang baru untuk tata usaha, poliklinik umum dan bedah, apotik serta laboratorium.

Pada tanggal 21 Maret 2007, Dr. H. MJN. Mamahit, Sp.OG,MARS dilantik oleh Bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU Kabupaten


(66)

Tangerang. Setelah dikembangkan secara bertahap, saat ini RSU Kabupaten Tangerang mempunyai bangunan dengan luas keseluruhan 24.701m diatas tanah 41.615m dan memiliki fasilitas perawatan dengan 383 TT, 27 jenis keahlian dan dengan jumlah karyawan sebanyak 1065 orang.

2. Pelayanan RSU terhadap kemoterapi

Pelayanan Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang terdapat di Ruangan Soka lantai 2 dan Ruangan Thalasemia lantai 1. Pelayanan kemoterapi di Ruang Soka dan Thalasemia adalah bagian dari Paviliun rawat inap.yang melayani pemberian kemoterapi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap. Jumlah bed yang tersedia di ruangan untuk pelayanan kemoterapi sebanyak 15 buah dengan jumlah pasien yang menjalani kemoterapi di ruangan ini rata-rata 10 orang perhari.

Pelaksanaan kemoterapi di ruang Soka dan Thalasemia secara umum sebagian besar telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di ruangan. Tindakan dalam persiapan pasien yang paling banyak tidak dilakukan adalah pemeriksaan TTV dan pemberian informed consent. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan lain yang telah dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup menjadi landasan untuk pasien dapat melakukan kemoterapi. Perawat juga mengatakan kendala lain rekendala dengan jumlah petuas kesehatan yang dianggap kurang.

Pelaksanaan kemoterapi di ruang Soka dan Thalasemia secara umum sebagian besar telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di ruangan. Tindakan dalam persiapan pasien yang paling banyak tidak dilakukan


(67)

50

adalah pemeriksaan TTV dan pemberian informed consent. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan lain yang telah dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup menjadi landasan untuk pasien dapat melakukan kemoterapi. Perawat juga mengatakan kendala lain rekendala dengan jumlah petuas kesehatan yang dianggap kurang.

Persiapan petugas kesehatan telah dilakukan sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukan dengan penggunaan APD yang digunakan oleh petugas kesehatan di ruangan adalah sarung tangan, masker, dan baju pelindung. Menurut Power 7 Polovich (2003), APD digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan.

Dalam monitoring dan evaluasi kolaborasi petugas kesehatan untuk tindakan selanjutnya tidak dilaksanakan. Penentuan tindakan selanjutnya lebih banyak dilakukan oleh dokter sendiri. Hal ini kurang sesuai dengan pengertian kolaborasi menurut American Medical Association (AMA, 1994) yang menyatakan bahwa kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Penilaian respon dan efek samping kemoterapi sangat penting bagi petugas kesehatan untuk selalu memperhatikan reaksi atau efek samping yang timbul pada saat pelaksanaan atau setelah pelaksanaan kemoterapi berlangsung. Sehingga apabila timbul reaksi yang berlebihan dapat segera


(68)

dicegah. Respon pasien dapat berupa respon objektif atau respon subjektif (Sander, 2010).

B. Karakteristik Umum Responden

Berikut adalah distribusi frekuensi karakteristik data demografi responden:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Responden (N=53)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia Usia 26 – 35 tahun 10 18,9

Usia 36 – 45 tahun 19 35,8

Usia 46 – 55 tahun 24 45,3

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 8 45 15 85 Pendidikan TS

SD SMP SMA/SMK 4 18 13 14 7,5 34 24,5 26,4

PT 4 7,5

Total 53 100

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang masuk dalam kelompok rentang usia yaitu, usia 46 - 55 tahun dengan nilai presentase (45,3%), kemudian berdasarkan kelompok jenis kelamin mayoritas responden perempuan dengan nilai presentase (85%), dan berdasarkan kelompok pendidikan sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan SD dengan presentase sebanyak (34%).


(69)

52

C. Analisis Univariat 1. Penyakit yang diderita

Berikut distribusi frekuensi penyakit yang diderita:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyakit yang diderita (N=53) Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Jenis Kanker Kepala dan Leher 5 9,4

Payudara 39 73,6

Ginekologi 5 9,4

Hematologi Gastrointestinal 1 2 1,9 3,8

Paru-paru 1 1,9

Derajat Keganasan Stadium I 5 9,4

Stadium II Stadium III 18 27 34 50,9

Stadium IV 3 5,7

Banyaknya Kemo yang sudah dilalui

Siklus 1 24 45,3

Siklus 2 19 35,8

Siklus 3 7 13,2

Siklus 4 3 5,7

Total 53 100

Hasil penelitian menggambarkan bahwa mayoritas penyakit yang diderita oleh pasien kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang yaitu jenis kanker payudara dengan nilai presentase sebanyak (73,6%). Dalam kelompok derajat keganasan mayoritas derajat dalam rentang


(70)

stadium II dengan nilai presentase sebanyak (50,9%) dan mayoritas banyaknya kemo yang dilakukan pasien yaitu pada siklus 1 (siklus awal selama 1 – 5 kali) dengan nilai presentase (45,3%).

2. Gangguan Mental Emosional

Berikut distribusi responsi yang mengalami gangguan mental emosional:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Gangguan Mental Emosional (N=53)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Gangguan mental 34 64,2

Tanpa gangguan 19 35,8

Total 53 100

Hasil penelitian menggambarkan pada pasien kanker dalam masa kemoterapi terdapat 34 pasien yang mengalami gangguan mental emosional dengan presentase sebesar (64,2%) dari 53 responden yang diteliti. Pada penelitian ini juga terlihat data pasien yang tidak mengalami gangguan mental emosional sebanyak 19 pasien dengan presentase 35,8%.

Tabel 5.4 Distribusi Spesifikasi Responden Gangguan Mental Emosional (N=53)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Gangguan mental ringan Gangguan mental berat

13 21

24,5 39,7

Tanpa gangguan 19 35,8


(71)

54

Berdasarkan hasil penelitian di RSU Kabupaten Tangerang menggambarkan bahwa responden yang mengalami gangguan mental emosional jauh lebih banyak dengan nilai presentase (64,2%) ditandai dengan gangguan mental ringan sebesar (24,5%) dan gangguan mental berat sebesar (39,7%) dibanding yang tanpa ada gangguan mental emosional dengan nilai presentase (35,8%). Hal ini membuktikan bahwa pada pasien kanker dalam masa kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang mayoritas mengalami gangguan mental emosional. Gangguan Mental Emosional ditandai dengan 5 gejala, yakni gejala ansietas, depresi, somatic, kognotof dan penurunan energy.

Berikut distribusi jumlah responden yang mengalami gangguan mental emosional berdasarkan gejala-gejalanya.


(72)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Gangguan Mental Emosional Berdasarkan Gejala-Gejalanya (N=34)

Karakteristik F (%)

Ansietas Tidak Ansietas Rendah Sedang 0 8 10 0 23,5 29,5

Tinggi 16 47

Depresi Tidak Depresi Rendah Sedang Tinggi 4 11 14 5 11,7 32,3 41,3 14,7 Somatik Tidak Somatik

Rendah Sedang Tinggi 6 3 13 11 17,6 8,8 38,3 35,3 Kognitif Tidak Kognitif

Rendah Sedang Tinggi 4 17 12 1 11,7 50 35,2 2,9 Penurunan Energi Tidak Penurunan Rendah Sedang Tinggi 2 14 14 4 5,8 41,2 41,2 11,7

Total 34 100

Berdasarkan data yang didapatkan pada tabel diatas, diketahui responden yang mengalami gangguan mental emosional, semuanya mengalami gejala ansietas yang ditandai dengan presentase sebesar 100%. Kemudian gejala penurunan


(1)

Frequencies

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 26 2 3.8 3.8 3.8

29 1 1.9 1.9 5.7

31 1 1.9 1.9 7.5

32 2 3.8 3.8 11.3

33 1 1.9 1.9 13.2

35 3 5.7 5.7 18.9

37 2 3.8 3.8 22.6

39 1 1.9 1.9 24.5

40 1 1.9 1.9 26.4

41 2 3.8 3.8 30.2

42 3 5.7 5.7 35.8

43 6 11.3 11.3 47.2

44 3 5.7 5.7 52.8

45 1 1.9 1.9 54.7

46 1 1.9 1.9 56.6

47 1 1.9 1.9 58.5

48 2 3.8 3.8 62.3

50 5 9.4 9.4 71.7

52 2 3.8 3.8 75.5

53 3 5.7 5.7 81.1

54 5 9.4 9.4 90.6

55 5 9.4 9.4 100.0


(2)

Statistics klasifikasi umur

N Valid 53

Missing 0

klasifikasi umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 26 - 35 10 18.9 18.9 18.9

36 - 45 19 35.8 35.8 54.7

46 - 55 24 45.3 45.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Jenis Kelamin Usia Pendidikan

N Valid 53 53 53

Missing 0 0 0

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 8 15.1 15.1 15.1

Perempuan 45 84.9 84.9 100.0


(3)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak sekolah 4 7.5 7.5 7.5

SD 18 34.0 34.0 41.5

SMP 13 24.5 24.5 66.0

SMA 14 26.4 26.4 92.5

Perguruan tinggi 4 7.5 7.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Jenis kanker

Derajat keganasan

Banyaknya Kemo

N Valid 53 53 53

Missing 0 0 0

Frequency Table

Jenis kanker

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kepala dan leher 5 9.4 9.4 9.4

Payudara 39 73.6 73.6 83.0

Ginekologi 5 9.4 9.4 92.5

Hematologi 1 1.9 1.9 94.3

Gastrointestinal 2 3.8 3.8 98.1

Paru-paru 1 1.9 1.9 100.0


(4)

Derajat keganasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Stadium 1 5 9.4 9.4 9.4

Stadium 2 18 34.0 34.0 43.4

Stadium 3 27 50.9 50.9 94.3

Stadium 4 3 5.7 5.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

Banyaknya Kemo

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Siklus 1 24 45.3 45.3 45.3

Siklus 2 19 35.8 35.8 81.1

Siklus 3 7 13.2 13.2 94.3

Siklus 4 3 5.7 5.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics Gangguan mental emosional

N Valid 53

Missing 6

Gangguan mental emosional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >6 34 57.6 64.2 64.2

<6 19 32.2 35.8 100.0

Total 53 89.8 100.0

Missing System 6 10.2


(5)

Frequencies

Statistics

Ansietas Depresi Somatik Kognitif

Penurunan Energi

N Valid 34 34 34 34 34

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Ansietas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 8 23.5 23.5 23.5

Sedang 10 29.4 29.4 52.9

Tinggi 16 47.1 47.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

Depresi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Depresi 4 11.8 11.8 11.8

Rendah 11 32.4 32.4 44.1

Sedang 14 41.2 41.2 85.3

Tinggi 5 14.7 14.7 100.0


(6)

Somatik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Somatik 6 17.6 17.6 17.6

Rendah 3 8.8 8.8 26.5

Sedang 13 38.2 38.2 64.7

Tinggi 12 35.3 35.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

Kognitif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Kognitif 4 11.8 11.8 11.8

Rendah 17 50.0 50.0 61.8

Sedang 12 35.3 35.3 97.1

Tinggi 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Penurunan Energi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Penurunan 2 5.9 5.9 5.9

Rendah 14 41.2 41.2 47.1

Sedang 14 41.2 41.2 88.2

Tinggi 4 11.8 11.8 100.0