Laporan Akhir Penelitian Unggulan Fakultas Judicialization Of Politics: Studi Pada Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Rangka Menjalankan Fungsi Kekuasaan Kehakiman.

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN FAKULTAS

JUDICIALIZATION OF POLITICS: STUDI PADA KEWENANGAN
MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM RANGKA MENJALANKAN FUNGSI
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Oleh :
Dr. Indra Perwira, S.H., M.H. – 29045802
Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.H. – 4125802
Susi Dwi Harijanti, S.H., LL.M., Ph.D. - 16016606
Neneng Widasari - 110110090342
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Padjadjaran
Nomor : 2643a/UN6.A/KP/2013
Tanggal 02 Oktober 2013

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS P ADJ ADJ ARAN
TAHUN 2013
i

ii


RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan doktrin judicialization of
politics dalam khazanah pemikiran hukum di Indonesia. Doktrin judicialization of
politics mulai dikenal pada awal abad ke-21 yang ditandai dengan adanya
ketergantungan kepada pengadilan untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan moralitas, kebijakan publik, dan kontroversikontroversi politik. Tujuan lainnya dari penelitian ini adalah memproyeksi
kehadiran judicialization of politics pada kewenangan-kewenangan Mahkamah
Konstitusi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode
yuridis normatif dan yuridis doktrinal dengan sifat atau spesifikasi penelitian
deskriptif analitis. Dalam hal ini, doktrin-doktrin hukum dan doktrin-doktrin
ketatanegaraan, khususnya yang berkaitan dengan judicialization of politics akan
dijadikan alat atau “pisau” analaisis dalam mengkaji kewenangan Mahkamah
Konstitusi. Penelitian ini juga dilengkapi dengan memberikan gambaran
judicialization of politics melalui studi terhadap beberapa perkara bernuansa
politis yang telah diputus oleh Mahkamah Konstitusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa judicialization of politics merupakan
pemikiran mengenai pergeseran penyelesaian perkara politik yang semula
dilakukan melalui mekanisme politik, untuk diselesaikan melalui mekanisme
judicial di Mahkamah Konstitusi. Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara

pengujian Perpu tentang KPK dan putusan mengenai sengketa Pemilukada
Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa judicialization of politics telah
dipraktekkan oleh Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga
keberlangsungan penyelenggaraan negara berdasarkan prinsip demokrasi
konstitusional, maka Mahkamah Konstitusi perlu untuk mengembangkan
standard review dalam menjalankan kewenangannya guna menghindari
kesewenang-wenangan.

Kata kunci: Judicialization of politics, kekuasaan kehakiman, Mahkamah
Konstitusi, judicial review, sengketa politik.

iii

SUMMARY
This study aims to introduce the doctrine of judicialization of politics from
Indonesian legal point of view. The doctrine has been known since the early 21st
century, indicated by the increasing reliance on the courts to resolve many issues
related to morality, public policy, and political controversies. Another purpose of
this study was to project the presence of judicialization of politics on the authority
of the Constitutional Court .

To achieve these objectives, the method used was normative and
doctrinal juridicial with the the specification of analytical descriptive research. In
this case, the doctrines of law and constitutional which particularly related
with judicialization of politics, were used like anincisive tools to analyze and
review the authority of Constitutional Court. In addition, the overview
of judicialization of politics is provided through some studies of political affairs
that have been decided by the Constitutional Court .
The results showed that the judicialization of politics was a thought
of political resolves shifting
which
was
originally
done by political
mechanisms to be determined through a judicial mechanism in the Constitutional
Court. The case of judicial review of Government Regulation on the Corruption
Eradication Commission (KPK) and East Java Provincial Election dispute in
2008, showed the fact that judicialization of politics has been practiced by the
Constitutional Court.Therefore, in order to maintain the state continuity based on
the principles of constitutional democracy, it is necessary for the Constitutional
Court to develop a standard review for running its authority and avoiding

any arbitrariness.
Keywords : Judicialization of politics, judicial power , Constitutional Court ,
judicial review, political disputes.

iv

PRAKATA
Laporan ini adalah laporan akhir penelitian yang berjudul
“JUDICIALIZATION OF POLITICS: STUDI PADA KEWENANGAN
MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM RANGKA MENJALANKAN
FUNGSI KEKUASAAN KEHAKIMAN”, hasil penelitian tim peneliti Fakultas
Hukum Universitas Padjadjaran yang dibiayai oleh dana Penelitian Unggulan
Fakultas Hukum Unpad Tahun Anggaran 2013.
Penelitian ini adalah salah satu respon terhadap perkembangan pemikiran
hukum di era globalisasi, mengenai fungsi dan kedudukan Mahkamah Konstitusi
dalam perkara-perkara politik di berbagai negara yang dikenal sebagai
judicialization of politics. Di Indonesia, judicialization of politics belum banyak
diperbincangkan dalam diskursus akademis. Namun, terdapat beberapa putusan
Mahkamah Konstitusi Indonesia yang menggambarkan penerapan pemikiran ini.
Oleh karena itu, diperlukan kajian yang cukup mendalam mengenai pemikiran

judicialization of politics untuk dapat mendudukan pemikiran tersebut dalam
kerangka ketatanegaraan Indonesia.
Tim peneliti berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam seluruh proses penyusunan laporan akhir penelitian ini. Ucapan terima
kasih juga Tim peneliti ucapkan kepada mahasiswa-mahasiswa Fakultas Hukum
Tata Negara, terutama kepada Sdri. Neneng Widasari dari Pusat Kajian
Mahasiswa Hukum Tata Negara (PAKTA) yang telah banyak membantu
mengklasifikasi bahan analisis berupa putusan-putusan Mahkamah Konstitusi.
Semoga penelitian ini dapat berguna bagi para pihak yang berkepentingan.
Terutama para pemerhati Hukum Tata Negara dan insan peminat kajian Hukum
Acara Mahkamah Konstitusi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
rujukan mengenai pemikiran judicialization of politics di Indonesia yang belum
banyak dikaji di Indonesia. Layaknya sebuah karya manusia, penelitian ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dikemudian hari diharapkan muncul
penelitian-penelitian lanjutan untuk membangun hasil penelitian ini.
Bandung, Desember 2013
Tim Peneliti

v


DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ………………………………………………………………
Abstrak …………………………………………………………………………….
Abstract ……………………………………………………………………………
Prakata ………..……………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
Daftar Lampiran …………………………………………………………………...

I
ii
iii
iv
v
vii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………
B. Perumusan Masalah …………………………………………………….


1
5

BAB II
JUDICIALIZATION OF POLITICS DAN FUNGSI KEKUASAAN
KEHAKIMAN
A. Fungsi Kekuasaan Kehakiman …………………………………………
B. Judicialization of Politics ………………………………………………

6
12

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….
B. Manfaat Penelitian ……………………………………………………...

19
20


BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Spesifikasi Penelitian …………………………………………………..
B. Metode Pendekatan ……………………………………………………
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….
D. Analisis Data …………………………………………………………..
E. Tempat Penelitian ………………………………………………………

21
21
21
22
22

BAB V
MEMAKNAI JUDICIALIZATION OF POLITICS: DAN PERWUJUDANYA
PADA KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
A. Makna Judicialization of Politics dan Hakekat Kelembagaan
Mahkamah Konstitusi ………………………………………………...
1. Memaknai Pemikiran Judicialization of Politics ………………….

2. Hakekat Kelembagaan Mahkamah Konstitusi …………………….
B. Judicialization of Politics Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi ……...
1. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 tentang
Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ………..

2. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Nomor 41/PHPU.D-VI/2008
vi

23
23
27
37

38

Tentang Keberatan Terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur ………………………...
C. Memposisikan Judicialization of Politics dalam Kerangka Demokrasi ..


49
56

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………

61
62

Daftar Pustaka …………………………………………………………………….
Lampiran ………………………………………………………………………….

63
68

vii


DAFTAR LAMPIRAN

1.

Lampiran 1 :

Identitas Peneliti

2.

Lampiran 2 :

Ringkasan

Putusan

Mahkamah

Konstitusi

Nomor

138/PUU-VII/2009 Tentang Pengujian Perpu Nomor 4
Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi
3.

Lampiran 3 :

Ringkasan

Putusan

Mahkamah

Konstitusi

Nomor

41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Permohonan Keberatan
Atas Keputusan KPUD Provinsi Jawa Timur

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Fungsi utama dari kekuasaan kehakiman adalah menyelesaikan suatu

perkara.1 Pengadilan menjadi pihak ketiga yang disepakati oleh para pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam hal ini, telah terjadi
pergeseran pola penyelesaian sengketa dyadic (dua pihak) menuju triadic (pihak
ke tiga).2 Pada bentuk hubungan dyadic, penyelesaian perselisihan lazim
ditempuh berdasarkan penundukan sukarela dari pihak-pihak bersengketa.
Judisialisasi adalah proses yang terbentuk melalui mekanisme triadic dispute
resolution dan pengambilan keputusan oleh pihak ketiga (triadic rule making).3
Perkara tersebut dapat muncul dari dua pihak yang bersengketa yang selanjutnya
tidak hanya dalam konteks perdata dan pidana, namun juga perselisihan dalam
konteks antar norma.
Kekuasaan

kehakiman

dalam

konstitusionalisme

pada

hakikatnya

merupakan kekuasaan yang independen dan imparsial dalam mengadili
permasalahan hukum. Namun demikian, dalam lingkungan ketatanegaraan,
perkara yang menjadi objek perselisihan seringkali muncul dari ranah politik. Ada

“The most significant court function is dispute resolution”
Philip A. Talmadge, Understanding the Limits of Power: Judicial Restraint in General
Jurisdiction Court Systems, Seattle University Law Review No. 695, 1999, hlm. 697.
2
Konsep ini dikemukakan oleh Shapiro dalam bukunya Court, yang kemudian
dikembangkan oleh Alec Stone Sweet dalam bukunya Governing With Judges. Pihak ketiga yang
dimaksud hingga dalam konteks peselisihan antar norma, dibutuhkan pihak ketiga untuk
menyelesaikan persoalan tersebut. Baca Ahmad Syahrizal, Peradilan Konstitusi (Suatu Studi
Tentang Adjudikasi Konstitusional Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif), PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 2006, Hlm. 42
3
Alec Stone Sweet, Governing With Judges, Univesity Press, Oxford, 2000, hlm. 11 Dalam
Ahmad Syahrizal, op. cit., hlm. 42.
1

1