Perancangan Strategi Re-Branding Produk Viva Queen.

(1)

ABSTRACT

THE REBRANDING STRATEGY DESIGN OF VIVA QUEEN

PRODUCTS

Jessica Theresia/1064161

These days, the use of cosmetics have been very common. Women workers need cosmetics to comp lent their looks. A lot of cosmetic products are on the market, one of the well known one is Vitapharm company with its products named Viva Cosmetics. The company is trying to better its product image so as to fit for the middle and high class costumers. So far, the effort has not had a fruitful result yet because of the strong brand image that Viva only goes to the middle and modest class of people. It is the sales pitch and the image of Viva Queen that this design is based upon.

This final assignment covers the rebranding strategy of Viva Queen Strategy, that is 'fun fearless female', cater to costumers who are dynamic, modern and foreground confidence. The media used are selected in accordance with the present lifestyle. They cover electronic media like TV, internet, printed media like magazines and advertisements in public billboards. The supporting media cover brochures and packaging.

The rebranding is meant to increase the image of Viva Queen among the consumers so that they believe in the product and the sales will grow.


(2)

ABSTRAK

PERANCANGAN STRATEGI RE-BRANDING PRODUK VIVA

QUEEN

Oleh

Jessica Theresia

NRP 1064161

Dewasa ini, penggunaan kosmetik sebagai kebutuhan harian bukanlah hal yang asing lagi. Dengan semakin banyaknya pekerjaan yang melibatkan wanita, maka kosmetik menjadi alat pendukung penampilan mereka. Banyak sekali ragam merek kosmetik yang tersebar di Indonesia, namun yang memegang peran cukup penting di dalam dunia kosmetik lokal Indonesia adalah PT. Vitapharm dengan merek dagangnya Viva Cosmetics. PT. Vitapharm juga mencoba untuk mengembangkan target konsumennya kepada kelas menengah ke atas yang merupakan wanita karir dengan merek Viva Queen. Namun sayangnya, target masih terpaku dengan brand image Viva Cosmetics sebagai kosmetik kelas bawah, sehingga ragu untuk mencoba Viva Queen. Kurangnya nilai jual dan citra Viva Queen inilah yang melatarbelakangi perancangan karya tugas akhir ini.

Perancangan karya tugas akhir ini meliputi strategi re-branding produk Viva Queen. Konsep yang diusung dalam strategi re-branding ini adalah fun fearless female, disesuaikan dengan karakter target yang dinamis, modern dan mengedepankan rasa percaya diri. Media-media yang digunakan disesuaikan dengan gaya hidup target konsumen. Media yang digunakan meliputi media elektronik, yaitu TV dan internet, media cetak yaitu majalah dan iklan-iklan pada billboard yang terletak di tengah keramaian kota. Media pendukung untuk strategi re-branding ini adalah brosur dan packaging.

Strategi re-branding ini ditujukan agar dapat menaikkan citra Viva Queen dimata target konsumen, dan menambah kepercayaan konsumen sehingga dapat mendongkrak penjualan produk Viva Queen.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 2

1.2.1 Permasalahan ... 2

1.2.2 Ruang Lingkup ... 3

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Branding ... 5

2.2 Promosi ... 6

2.3 Desain Kemasan ... 6

2.3.1 Desain Kemasan Sebagai Alat Identifikasi dalam Pemasaran ... 7

2.3.2 Desain Kemasan dan Tipografi ... 7

2.4 Psikologi Perkembangan Wanita Dewasa Dini ... 8

2.4.1 Dewasa Dini ... 8


(4)

2.4.3 Pola Perkembangan Wanita ... 9

2.2.4 Perbedaan Perkembangan Wanita dan Pria ... 11

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta ... 12

3.1.1 PT. Vitapharm ... 12

3.1.2 Pengumpulan Data ... 20

3.1.3 Tinjauan Terhadap Proyek/ Persoalan Sejenis ... 28

3.2 Analisa Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 32

3.2.1 Analisis STP ... 32

3.2.2 Analisis SWOT ... 34

3.2.3 Analisis Terhadap Teori yang Relevan ... 35

BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi ... 36

4.1.1 Brand Ambassador ... 36

4.1.2 AIDA ... 37

4.1.3 Perubahan Nama ... 38

4.2 Konsep Kreatif ... 39

4.2.1 Konsep Visual ... 39

4.2.2 Videografi ... 39

4.2.3 Warna ... 39

4.2.4 Tipografi ... 40

4.2.5 Tagline ... 41

4.3 Konsep Media ... 41

4.3.1 Media Cetak dan Internet ... 41

4.3.2 Promotional Video ... 42

4.3.3 Packaging ... 42

4.3.4 Billboard ... 42

4.3.5 Timeline Media ... 43

4.3.6 Budgeting ... 44


(5)

4.4.1 Logo ... 45

4.4.2 Layout Awareness ... 47

4.4.3 Layout Informing ... 49

4.4.4 Video Teaser ... 51

4.4.5 Promotional Video ... 52

4.4.6 Sosial Media, Website, dan Blog ... 56

4.4.7 Packaging ... 59

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 65

DATA PENULIS ... 70

UCAPAN TERIMAKASIH ... 71

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 4

Gambar 3.1 Logo PT. Vitapharm yang merangkap sebagai logo Viva Cosmetics ... 12

Gambar 3.2 Daftar produk yang diproduksi oleh PT. Vitapharm ... 15

Gambar 3.3 Logo Viva Queen ... 16

Gambar 3.4 Kemasan pertama Viva Cosmetics & Viva Queen sekitar tahun 1985 ... 17

Gambar 3.5 Kemasan Viva Queen tahun 2014 ... 17

Gambar 3.6 Salah satu produk dan kemasan Viva Queen tahun 2014 ... 18

Gambar 3.7 Promotional Video Viva Queen – Purple Glam (2011) ... 18


(6)

Gambar 3.9 Promotional Video Viva Queen – Mempercantik Setiap Sisi

Dirimu (2012) ... 19

Gambar 3.10 Usia Responden ... 20

Gambar 3.11 Pekerjaan Responden ... 21

Gambar 3.12 Pendapatan Responden ... 21

Gambar 3.13 Status Responden ... 22

Gambar 3.14 Penggunaan Make up ... 22

Gambar 3.15 Penggunaan Berbagai Merk ... 23

Gambar 3.16 Pembelanjaan Alat Make up ... 23

Gambar 3.17 Daya Tarik Kemasan ... 24

Gambar 3.18 Pemilihan Model Iklan ... 24

Gambar 3.19 Pengetahuan Produk Viva ... 25

Gambar 3.20 Mencoba Penggunaan Produk Viva ... 25

Gambar 3.21 Ketertarikan Mencoba Produk Viva Queen Jika Kemasan dan Iklannya Diganti ... 26

Gambar 3.22 Pembelanjaan Secara Online ... 26

Gambar 3.23 Pengetahuan Perkembangan Make up Melalui Website atau Blog ... 27

Gambar 3.24 Logo Sariayu ... 28

Gambar 3.25 Iklan Sariayu tahun 2013 (print ads) ... 29

Gambar 3.26 Promotional Video Sariayu tahun 2013 ... 29

Gambar 3.27 Kemasan Sariayu seri Borneo 2014 ... 30

Gambar 3.28 Logo Wardah ... 30

Gambar 3.29 Iklan Wardah 2013 (print ads) ... 31

Gambar 3.30 Promotional Video Wardah ... 31

Gambar 3.3.1 Kemasan Wardah ... 32

Gambar 4.1 Fatya Ginanjar Sari ... 37

Gambar 4.2 Warna ... 40

Gambar 4.3 Timeline media ... 43

Gambar 4.4 Logo Q by Viva Cosmetics ... 45

Gambar 4.5 Layout Awareness ... 47


(7)

Gambar 4.7 Layout Informing ... 49

Gambar 4.8 Layout Informing ... 50

Gambar 4.9 Aplikasi Layout Informing Di Majalah ... 51

Gambar 4.10 Screenshots Video Teaser ... 52

Gambar 4.11 Screenshots Promotional Video ... 53

Gambar 4.12 Screenshots Promotional Video ... 53

Gambar 4.13 Screenshots Promotional Video ... 54

Gambar 4.14 Screenshots Promotional Video ... 54

Gambar 4.15 Screenshots Promotional Video ... 54

Gambar 4.16 Screenshots Promotional Video ... 55

Gambar 4.17 Screenshots Promotional Video ... 55

Gamabr 4.18 Sosial Media Instagram, Twitter dan Facebook ... 57

Gambar 4.19 Aplikasi pada Female Daily, blog Harumi Sudrajat, website Viva Cosmetic, dan Youtube ... 58

Gambar 4.20 Shopping Bag ... 59

Gambar 4.21 Beauty Box ... 59

Gambar 4.22 Packaging Produk ... 60

Gambar 4.23 Dus Pembungkus Lipstik ... 60

Gambar 4.24 Dus Pembungkus Bedak ... 61

Gamabr 4.25 Dus Pembungkus Eyeshadow ... 61

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Budgeting Re-Branding Produk Selama 1 Tahun ... 44


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, penggunaan kosmetik tidak terbatas hanya untuk pentas atau acara-acara penting saja. Kesadaran diri untuk selalu tampil cantik dan rapi membuat para wanita tidak ragu-ragu untuk menggunakan kosmetik setiap hari. Ditambah lagi dengan banyaknya pekerjaan yang mengharuskan mereka tampil menarik di depan klien. Contohnya saja karyawati, pramugari, dan pekerjaan lain yang berhubungan langsung dengan klien. Selain itu, bidang tata rias telah menjadi hobi dan mata pencaharian bagi sebagian wanita Indonesia. Hal ini menjadikan kosmetik sebagai kebutuhan sehari-hari kaum wanita.

Salah satu pihak yang mendukung kebutuhan wanita Indonesia akan kosmetik adalah PT. Vitapharm dengan merek dagang yang bernama Viva Cosmetics. Viva Cosmetics adalah brand kosmetik lokal pertama di Indonesia yang telah lalu lalang di dunia kecantikan selama 52 tahun.

Pada saat awal didirikan tahun 1962, brand Viva Cosmetics ditujukan untuk semua wanita Indonesia tanpa membedakan status sosial. Kemudian pada tahun 1980, PT. Vitapharm membuat satu sub-brand baru, yaitu Viva Queen. Viva Queen ditujukan untuk wanita dewasa kelas atas. Lalu dengan meningkatnya jumlah wanita karir di Indonesia, maka PT. Vitapharm melihat hal ini sebagai kesempatan untuk melebarkan target pasar kepada wanita karir muda dengan usia 20 hingga 30 tahun. Dengan target pasar yang berbeda, maka kemasan, iklan, komposisi dan harga Viva Queen juga berbeda dengan Viva Cosmetics.

Namun sayangnya, banyak wanita muda Indonesia, terutama kelas menengah ke atas, yang meragukan produk Viva Queen. Mereka terpaku pada citra Viva Cosmetics yang mayoritas digunakan kelas bawah sehingga ragu untuk mencoba produk Viva Queen. Salah satu sebab yang memperkuat keraguan wanita Indonesia kepada Viva Queen adalah kemasannya. Menurut survei yang disebarkan oleh penulis, mayoritas responden menyebutkan tidak puas dengan kemasan yang tidak menarik minat beli, apalagi bagi kalangan menengah ke atas yang menjadi target


(9)

utama Viva Queen. Masalah utama dari kemasannya adalah pemilihan warna yang kurang tepat. Responden yang seluruhnya adalah wanita karir, menginginkan warna-warna yang lebih berkelas dan terlihat profesional, seperti biru tua, hitam dan putih. Responden juga menyebutkan desain kemasan Viva Queen terlalu kuno, tidak modern seperti kosmetik lokal lainnya yaitu PAC atau Make Over. Hal ini disebabkan karena Viva Queen tidak mengubah citra brand sejak awal didirikan, sedangkan target konsumennya berubah dari wanita dewasa ke wanita dewasa muda. Ditambah lagi, iklan Viva Queen lebih sedikit publikasinya dibandingkan dengan Viva Cosmetics.

Selain itu, penempatan produk Viva Queen yang disejajarkan dengan Viva Cosmetics pada satu display yang sama, membuat masyarakat menilai semua produk Viva memiliki brand image yang sama. Meskipun perusahaan ingin produk terjual sebanyak-banyaknya, tetapi perusahaan harus tetap fokus kepada target pasar agar dapat menyusun strategi desain visual, promosi dan komunikasi yang tepat. (Klimchuk, 2008 : 36)

Oleh karena itu, Viva Queen membutuhkan re-branding yang sesuai dengan ilmu Desain Komunikasi Visual. Perancangan dan pengembangan brand ini dilakukan agar Viva Queen dapat dipercaya sebagai kosmetik lokal yang berkualitas tinggi di mata wanita dewasa muda Indonesia sehingga dapat bersaing di pasar bersama kompetitornya, terutama kosmetik impor, yang sekarang banyak diminati oleh para wanita muda.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Desain Komunikasi Visual adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan citra brand Viva Queen agar sesuai dengan target


(10)

1.2.2 Ruang Lingkup

Berdasarkan pokok-pokok masalah yang ada, maka ruang lingkup penelitian difokuskan pada cara mengetahui konsep tampilan visual dan promosi yang tepat bagi wanita dewasa muda yang berusia 25-30 tahun, sudah memiliki pekerjaan tetap dan berdomisili di kota Bandung. Dari target utama tersebut, penulis dapat mengetahui minat, selera, masukan dan media promosi apa saja yang tepat untuk proses perencanaan re-design visual dan promosi produk Viva Queen.

1.3 Tujuan Perancangan

Sesuai dengan permasalahan dan ruang lingkup yang telah dijabarkan di atas, maka garis besar dari hasil yang ingin dicapai setelah masalah terpecahkan adalah sebagai berikut:

1. Menaikkan citra Viva Queen di mata para wanita muda kelas menengah ke atas yang menjadi targetnya.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan hasil yang akurat, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Metode-metode tersebut adalah:

1. Observasi, yaitu terjun langsung ke counter dan toko kosmetik di kota Bandung yang menjual produk Viva Queen dan Viva Cosmetics. Observasi ini dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana perkembangan Viva Queen di masyarakat. Observasi lainnya adalah dengan mengunjungi PT. Vitapharm dan melihat langsung proses pembuatan semua produknya.

2. Wawancara dengan pihak PT. Vitapharm, yaitu K.H Danny Wibisono sebagai

Kepala Divisi Pemasaran. Selain itu, penulis juga mewawancara Kepala Divisi Produksi dan Kepala Divisi Laboratorium.

3. Kuisioner disebarkan kepada 100 wanita muda yang berusia 20 hingga 30 tahun dan sudah mempunyai pekerjaan tetap dan tinggal di kota Bandung untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai Viva Queen

4. Studi pustaka, yaitu mengambil data dari buku-buku yang berkaitan dengan

psikologi wanita, branding, promosi dan desain kemasan. Selain itu artikel-artikel dari internet seputar produk Viva Queen.


(11)

1.5 Skema Perancangan

Gambar 1.1 Skema Perancangan Sumber: dokumentasi penulis, 2014


(12)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Di antara banyaknya merk kosmetik yang beredar di pasaran, nama Viva Cosmetics telah melekat erat di benak wanita Indonesia sebagai produk yang aman untuk digunakan. Kepopuleran Viva Cosmetics juga memberikan imbas yang menguntungkan bagi Viva Queen yang muncul setelah Viva Cosmetics. Viva Queen dianggap sebagai kosmetik terjangkau yang berkualitas baik.

Namun dengan seiring perkembangan jaman, target konsumen juga berubah. Mereka meragukan produk Viva Queen dan beralih menggunakan produk impor karena dirasa lebih bergengsi. Mereka meragukan produk Viva Queen karena dianggap sama dengan Viva Cosmetics. Pihak Viva Queen sendiripun tidak mengubah citranya, dan masih mengandalkan citra Viva Cosmetics yang terkenal sebagai kosmetik low-end. Sedangkan Viva Queen sendiri ingin mengincar target kalangan atas.

Karena itu, dengan dirancangkannya strategi re-branding, diharapkan PT. Vitapharm dapat mengembangkan Viva Queen di dunia kecantikan Indonesia dengan lebih maksimal. Proses re-branding ini dilakukan penulis untuk mengangkat citra Viva Queen melalui visual yang lebih merepresentasikan identitas dan karakter agar target konsumen mulai tertarik dan tidak meragukan lagi produk Viva Queen.

Proses re-branding ini tidaklah mudah. Penulis banyak belajar bahwa untuk membuat suatu karya visual yang baik bukan hanya sekedar bagus, tetapi juga harus menyentuh targetnya. Estetika memang penting, tetapi penulis juga harus memerhatikan bagaimana karya visual yang telah dibuat dapat mewakili citra brand yang ingin di bentuk dan juga visi misi dari produk tersebut.

5.2 Saran

Penulis menerima saran yang sangat membangun selama proses re-branding ini berlangsung. Karya visual yang telah dihasilkan penulis sedikit kurang


(13)

merepresentasikan konsep yang telah disusun. Pemilihan model juga dirasa kurang tepat karena model terkesan terlalu dewasa untuk target konsumen.

Penulis juga memiliki beberapa saran untuk disampaikan kepada PT. Vitapharm. Saran penulis terhadap Viva Queen terkait permasalahan yang ada adalah dengan mencoba untuk lebih memerhatikan tentang strategi marketing atau pemasaran produk. Dapat dimulai dari placement atau penempatan produk. Produk-produk Viva Queen ini lebih baik dibuatkan satu display khusus yang terpisah dari Viva Cosmetics agar target dapat membedakannya. Selain itu, produk-produk Viva Queen juga dapat ditempatkan di tempat-tempat yang sering target datangi, misalnya mall yang terkemuka di kota-kota besar. Contohnya Paris Van Java di Bandung.

Selain masalah placement produk, ada baiknya pihak PT. Vitapharm memerhatikan juga soal harga. Menurut survey yang diedarkan pada responden wanita kelas menengah ke atas, ternyata harga menjadi salah satu aspek dalam membeli kosmetik. Masih banyak target yang memandang bahwa harga kosmetik sama dengan kualitasnya.. Mayoritas dari target enggan untuk membeli kosmetik dengan harga terjangkau seperti Viva Cosmetics karena tidak yakin dengan kualitasnya.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth. 1980. Developmental Psychology: A Life Span Approach. McGraw-Hill, Inc.

Klimchuk, Mariane Rosner. 2008. Packaging Design: Successful Product Branding from Concept to Shelf. John Wiley & Sons, Inc.

Olins, Wally. 2008. The Brand Handbook. London: Thames & Hudson Ltd, 181A High Holborn.

Rewoldt, Stewart H. 1995. Strategi Promosi Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta. Shim, Terence A. 2000. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu. Jakarta: Penerbit Erlangga

Soehadi, Agus W. 2005 Effective Branding: Konsep dan Aplikasi Pengembangan Merek yang Sehat dan Kuat. Bandung: Quantum Bisnis dan Manajemen Sugar, Max. 1983. Female Adolescent Development, Routledge.

http://heidicohen.com/30-branding-definitions/ , 8 Septemner 2014, 12.17 http://koleksitempodoeloe.blogspot.com/2012/12/iklan-jadul-kosmetik-buatan-

Indonesia.html., 13 September 2014, 00.13 www.vivacosmetic.com., 13 September, 08.05

http://urbansinglelady.wordpress.com/2013/12/20/unboxing-paket-cantik-viva- cosmetics/., 13 September 2014, 00.21


(1)

utama Viva Queen. Masalah utama dari kemasannya adalah pemilihan warna yang kurang tepat. Responden yang seluruhnya adalah wanita karir, menginginkan warna-warna yang lebih berkelas dan terlihat profesional, seperti biru tua, hitam dan putih. Responden juga menyebutkan desain kemasan Viva Queen terlalu kuno, tidak modern seperti kosmetik lokal lainnya yaitu PAC atau Make Over. Hal ini disebabkan karena Viva Queen tidak mengubah citra brand sejak awal didirikan, sedangkan target konsumennya berubah dari wanita dewasa ke wanita dewasa muda. Ditambah lagi, iklan Viva Queen lebih sedikit publikasinya dibandingkan dengan Viva Cosmetics.

Selain itu, penempatan produk Viva Queen yang disejajarkan dengan Viva Cosmetics pada satu display yang sama, membuat masyarakat menilai semua produk Viva memiliki brand image yang sama. Meskipun perusahaan ingin produk terjual sebanyak-banyaknya, tetapi perusahaan harus tetap fokus kepada target pasar agar dapat menyusun strategi desain visual, promosi dan komunikasi yang tepat. (Klimchuk, 2008 : 36)

Oleh karena itu, Viva Queen membutuhkan re-branding yang sesuai dengan ilmu Desain Komunikasi Visual. Perancangan dan pengembangan brand ini dilakukan agar Viva Queen dapat dipercaya sebagai kosmetik lokal yang berkualitas tinggi di mata wanita dewasa muda Indonesia sehingga dapat bersaing di pasar bersama kompetitornya, terutama kosmetik impor, yang sekarang banyak diminati oleh para wanita muda.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Desain Komunikasi Visual adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan citra brand Viva Queen agar sesuai dengan target market yang dituju yaitu kalangan menengah ke atas.


(2)

1.2.2 Ruang Lingkup

Berdasarkan pokok-pokok masalah yang ada, maka ruang lingkup penelitian difokuskan pada cara mengetahui konsep tampilan visual dan promosi yang tepat bagi wanita dewasa muda yang berusia 25-30 tahun, sudah memiliki pekerjaan tetap dan berdomisili di kota Bandung. Dari target utama tersebut, penulis dapat mengetahui minat, selera, masukan dan media promosi apa saja yang tepat untuk proses perencanaan re-design visual dan promosi produk Viva Queen.

1.3 Tujuan Perancangan

Sesuai dengan permasalahan dan ruang lingkup yang telah dijabarkan di atas, maka garis besar dari hasil yang ingin dicapai setelah masalah terpecahkan adalah sebagai berikut:

1. Menaikkan citra Viva Queen di mata para wanita muda kelas menengah ke atas yang menjadi targetnya.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan hasil yang akurat, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Metode-metode tersebut adalah:

1. Observasi, yaitu terjun langsung ke counter dan toko kosmetik di kota Bandung yang menjual produk Viva Queen dan Viva Cosmetics. Observasi ini dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana perkembangan Viva Queen di masyarakat. Observasi lainnya adalah dengan mengunjungi PT. Vitapharm dan melihat langsung proses pembuatan semua produknya.

2. Wawancara dengan pihak PT. Vitapharm, yaitu K.H Danny Wibisono sebagai Kepala Divisi Pemasaran. Selain itu, penulis juga mewawancara Kepala Divisi Produksi dan Kepala Divisi Laboratorium.

3. Kuisioner disebarkan kepada 100 wanita muda yang berusia 20 hingga 30 tahun dan sudah mempunyai pekerjaan tetap dan tinggal di kota Bandung untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai Viva Queen

4. Studi pustaka, yaitu mengambil data dari buku-buku yang berkaitan dengan psikologi wanita, branding, promosi dan desain kemasan. Selain itu artikel-artikel


(3)

1.5 Skema Perancangan

Gambar 1.1 Skema Perancangan Sumber: dokumentasi penulis, 2014


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Di antara banyaknya merk kosmetik yang beredar di pasaran, nama Viva Cosmetics telah melekat erat di benak wanita Indonesia sebagai produk yang aman untuk digunakan. Kepopuleran Viva Cosmetics juga memberikan imbas yang menguntungkan bagi Viva Queen yang muncul setelah Viva Cosmetics. Viva Queen dianggap sebagai kosmetik terjangkau yang berkualitas baik.

Namun dengan seiring perkembangan jaman, target konsumen juga berubah. Mereka meragukan produk Viva Queen dan beralih menggunakan produk impor karena dirasa lebih bergengsi. Mereka meragukan produk Viva Queen karena dianggap sama dengan Viva Cosmetics. Pihak Viva Queen sendiripun tidak mengubah citranya, dan masih mengandalkan citra Viva Cosmetics yang terkenal sebagai kosmetik low-end. Sedangkan Viva Queen sendiri ingin mengincar target kalangan atas.

Karena itu, dengan dirancangkannya strategi re-branding, diharapkan PT. Vitapharm dapat mengembangkan Viva Queen di dunia kecantikan Indonesia dengan lebih maksimal. Proses re-branding ini dilakukan penulis untuk mengangkat citra Viva Queen melalui visual yang lebih merepresentasikan identitas dan karakter agar target konsumen mulai tertarik dan tidak meragukan lagi produk Viva Queen.

Proses re-branding ini tidaklah mudah. Penulis banyak belajar bahwa untuk membuat suatu karya visual yang baik bukan hanya sekedar bagus, tetapi juga harus menyentuh targetnya. Estetika memang penting, tetapi penulis juga harus memerhatikan bagaimana karya visual yang telah dibuat dapat mewakili citra brand yang ingin di bentuk dan juga visi misi dari produk tersebut.

5.2 Saran

Penulis menerima saran yang sangat membangun selama proses re-branding ini berlangsung. Karya visual yang telah dihasilkan penulis sedikit kurang


(5)

merepresentasikan konsep yang telah disusun. Pemilihan model juga dirasa kurang tepat karena model terkesan terlalu dewasa untuk target konsumen.

Penulis juga memiliki beberapa saran untuk disampaikan kepada PT. Vitapharm. Saran penulis terhadap Viva Queen terkait permasalahan yang ada adalah dengan mencoba untuk lebih memerhatikan tentang strategi marketing atau pemasaran produk. Dapat dimulai dari placement atau penempatan produk. Produk-produk Viva Queen ini lebih baik dibuatkan satu display khusus yang terpisah dari Viva Cosmetics agar target dapat membedakannya. Selain itu, produk-produk Viva Queen juga dapat ditempatkan di tempat-tempat yang sering target datangi, misalnya

mall yang terkemuka di kota-kota besar. Contohnya Paris Van Java di Bandung.

Selain masalah placement produk, ada baiknya pihak PT. Vitapharm memerhatikan juga soal harga. Menurut survey yang diedarkan pada responden wanita kelas menengah ke atas, ternyata harga menjadi salah satu aspek dalam membeli kosmetik. Masih banyak target yang memandang bahwa harga kosmetik sama dengan kualitasnya.. Mayoritas dari target enggan untuk membeli kosmetik dengan harga terjangkau seperti Viva Cosmetics karena tidak yakin dengan kualitasnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth. 1980. Developmental Psychology: A Life Span Approach. McGraw-Hill, Inc.

Klimchuk, Mariane Rosner. 2008. Packaging Design: Successful Product Branding from Concept to Shelf. John Wiley & Sons, Inc.

Olins, Wally. 2008. The Brand Handbook. London: Thames & Hudson Ltd, 181A High Holborn.

Rewoldt, Stewart H. 1995. Strategi Promosi Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta. Shim, Terence A. 2000. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu. Jakarta: Penerbit Erlangga

Soehadi, Agus W. 2005 Effective Branding: Konsep dan Aplikasi Pengembangan Merek yang Sehat dan Kuat. Bandung: Quantum Bisnis dan Manajemen Sugar, Max. 1983. Female Adolescent Development, Routledge.

http://heidicohen.com/30-branding-definitions/ , 8 Septemner 2014, 12.17 http://koleksitempodoeloe.blogspot.com/2012/12/iklan-jadul-kosmetik-buatan-

Indonesia.html., 13 September 2014, 00.13 www.vivacosmetic.com., 13 September, 08.05

http://urbansinglelady.wordpress.com/2013/12/20/unboxing-paket-cantik-viva- cosmetics/., 13 September 2014, 00.21