Peranan Analisis Laba Kotor dalam Menilai Efisiensi dan Kefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan pada PT Daiwatex Bandung.

(1)

ABSTRACT

Gross profitanalysisis an analysisperformedtodetermine the cause ofthe differenceorchange ingross profitas well asto assess theefficiencyandeffectiveness ofthe production departmentandsales department. The research methodI useis touse theapproachandmethods ofdescriptive analysisusingdata collection techniquessuch asdirectobservation, interviews, andlibrary research. The results showedthat theproduction departmenthas beenworkinginefficientlyandalsoineffectivein 2011and in 2012. As for thesales, hasworkedefficientlyandeffectivelyin 2011and in 2012. Keywords: Gross Profit Analysis, Efficiency, and Effectiveness.


(2)

ABSTRAK

Analisis laba kotor merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya selisih atau perubahan laba kotor serta untuk melakukan penilaian terhadap efisiensi dan keefektifan bagian produksi dan bagian penjualan. Metode penelitian yang penulis gunakan ialah pendekatan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis serta menggunakan teknik pengumpulan data berupa pengamatan langsung, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien dan juga tidak efektif pada tahun 2011 dan pada tahun 2012. Sedangkan untuk bagian penjualan, telah bekerja secara efisien dan efektif pada tahun 2011 dan pada tahun 2012.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 5

2.1 Kajian Teori ... 5

2.1.1 Definisi Harga Pokok Penjualan ... 5

2.1.2 Definisi Hasil Penjualan ... 8

2.1.3 Definisi Laba Kotor... 8


(4)

2.1.5 Definisi Analisis Laba Kotor ... 10

2.1.6 Prosedur Analisis Laba Kotor ... 10

2.1.6.1 Selisih Laba Kotor ... 10

2.1.6.2 Selisih Harga Pokok Penjualan ... 11

2.1.6.3 Selisih Penjualan ... 12

2.1.6.4 Selisih Volume Bersih ... 13

2.1.7 Penilaian Kinerja Manajemen ... 13

2.1.7.1 Definisi Efisiensi ... 13

2.1.7.2Definisi Keefektifan ... 14

2.1.8 Penilaian Efisiensi dan Keefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan ... 15

2.1.9Manfaat Analisis Laba Kotor ... 18

2.2 Kerangka Pemikiran... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Subyek Penelitian... 20

3.2 Metode yang Digunakan ... 20

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil Penelitian ... 22

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 22

4.1.2Struktur Organisasi Perusahaan ... 22


(5)

4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 30

4.2 Pembahasan ... 32

4.2.1 Penyebab Terjadinya Selisih Laba Kotor ... 33

4.2.2 Analisis Laba Kotor ... 33

4.2.3 Peranan Analisis Laba Kotor dalam Menilai Efisiensi dan Keefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 44


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Arus Biaya pada Perusahaan Manufaktur dan Dagang.………...7 Gambar 2 Skema Kerangka Pemikiran………...……….19 Gambar 3 Proses Produksi Perusahaan Daiwatex………...……….31


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Data Penjualan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Kotor Tahun 2010 – 2012……….... 32 Tabel II Data Harga Jual per-unit, dan Harga Pokok Penjualan per-unit

Tahun 2010 – 2012….……….... 32 Tabel III Selisih Laba Kotor Tahun 2010 – 2012 ………...………. 33 Tabel IV Selisih Harga Pokok Penjualan Tahun 2010 – 2012………...…..…. 33 Tabel V Selisih HargaPokok Tahun 2010 – 2012………..…………...….... 33 Tabel VI Selisih Volume Harga Pokok Penjualan Tahun 2010 – 2012…...…. 34 Tabel VII Selisih Penjualan Tahun 2010 – 2012……… ...…………...…. 34 Tabel VIII Selisih Harga Jual Tahun 2010 – 2012………...….... 34 Tabel IX Selisih Volume Penjualan Per-unit Tahun 2010 – 2012 ……...….... 35 Tabel X Selisih Volume Bersih Tahun 2010 – 2012………....….... 35 Tabel XI Penilaian Efisiensi dan Keefektifan Bagian Produksi dan Bagian


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skema Analisis Laba Kotor Tahun 2010 & 2011…..……….…44 Lampiran 2 Skema Analisis Laba Kotor Tahun 2011 & 2012…..……….…45


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tujuan utama setiap perusahaan adalah mencapai laba yang optimal sesuai dengan pertumbuhan dalam jangka panjang. Dalam praktek, pengoptimalan laba bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan. Ada perusahaan yang lebih menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepada kepentingan masyarakat dan kurang memperhatikan tujuan mencapai laba yang optimal, contohnya pemerintah. Tetapi di samping menyadari kenyataan tersebut, perlu juga diingat bahwa sebagian besar perusahaan, tujuan mengoptimalkan laba tetap merupakan tujuan utama yang paling penting.

Seperti dalam buku Teori Akuntansi menyatakan bahwa: “konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba.” (Suwardjono 2005:243). Namun, banyak hal yang telah direncanakan dalam kenyataannya tidak berjalan sesuai dengan harapan semula, bahkan sering mengalami kegagalan.

Hal ini dapat terlihat dari adanya selisih laba kotor di dalam suatu perusahaan yang disebabkan karena selisih penjualan dan selisih harga pokok penjualan. Untuk itu, fungsi perencanaan dan pengendalian mencakup penilaian atas pelaksanaan kerja


(10)

BAB I Pendahuluan 2

bagian produksi dan bagian penjualan diperlukan, karena bagaimanapun juga kinerja bagian produksi dan bagian penjualan akan berpengaruh terhadap laba kotor suatu perusahaan.

Analisis laba kotor dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam menilai kinerja bagian produksi dan bagian penjualan. Dengan melakukan analisis ini, maka dapat diketahui selisih yang terjadi pada laba kotor dan mencari faktor-faktor penyebab terjadinya selisih laba kotor. Dari selisih-selisih yang terjadi tersebut, baik selisih yang menguntungkan maupun selisih yang tidak menguntungkan, manajemen dapat mengambil tindakan-tindakan perbaikan dengan melakukan penilaian terhadap kinerja bagian produksi dan bagian penjualan yang dinyatakan dalam ukuran efisiensi dan keefektifan.

Menurut Anthony dan Welsch, efisien tetapi tidak efektif berarti baik dalam memanfaatkan sumberdaya, tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi tidak efisien berarti tepat dalam mecapai sasaran akan tetapi menggunakan sumber daya berlebihan, tetapi yang paling parah adalah tidak efisien dan juga tidak efektif, artinya ada pemborosan sumber daya tanpa mencapai sasaran atau penghambur-hamburan sumber daya. Untuk itulah, secara berkala perusahaan harus melakukan penilaian terhadap efisiensi dan keefektifan kegiatan operasinya melalui analisis laba kotor, sehingga tujuan didirikannya suatu perusahaan dapat mencapai sasaran tanpa pemborosan sumber daya, dan pada akhirnya suatu perusahaan dapat memperoleh laba yang optimal.


(11)

BAB I Pendahuluan 3

PT. Daiwatex yang bergerak dalam bidang tekstil, dalam menghadapi kondisi perekonomian yang semakin kompetitif dituntut untuk mengarahkan segala sumber dayanya secara maksimal. Selain itu, PT. Daiwatex juga harus menghadapi persaingan produk yang dihasilkan dari perusahaan sejenis. Untuk itu, agar segala sumber daya dapat diarahkan secara maksimal, dalam melaksanakan kegiatan operasinya, perusahaan Daiwatex harus bekerja secara efektif dan efisien dengan melakukan penilaian terhadap bagian produksi dan bagian penjualan melalui analisis laba kotor.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peranan Analisis Laba Kotor Dalam Menilai Efisiensi dan Keefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan Pada PT Daiwatex Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan laba kotor?

2. Bagaimanakah peranan analisis laba kotor dalam menentukan perubahan atau selisih laba kotor?

3. Bagaimanakah peranan analisis laba kotor dapat menilai efisiensi dan keefektifan bagian produksi dan bagian penjualan?


(12)

BAB I Pendahuluan 4

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari hasil penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor.

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan analisis laba kotor dalam menentukan perubahan atau selisih laba kotor.

3. Untuk mengetahui bagaimana peranan analisis laba kotor dalam menilai efisiensi dan keefektifitan bagian produksi dan bagian penjualan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini sangat berguna karena dapat menambah pengetahuan dalam Akuntansi Biaya khususnya mengenai peranan analisis laba kotor dalam menilai efisiensi dan keefektifan bagian produksi dan bagian penjualan.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang bermanfaat bagi perusahaan tentang pentingnya peranan analisis laba kotor dalam menilai efisiensi dan keefektifan bagian produksi dan bagian penjualan.


(13)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada perusahaan Daiwatex mengenai peranan analisis laba kotor terhadap efisiensi dan efektifitas bagian produksi dan bagian penjualan, penulis mencoba memuat simpulan dan saran seperti diuraikan dibawah ini.

5.1 Simpulan

Ada beberapa simpulan yang dapat penulis uraikan berkenaan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Hal-hal yang menyebabkan adanya selisih laba kotor disebabkan oleh karena adanya peningkatan atau penurunan dari selisih hasil penjualan dan selisih harga pokok penjualan.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan mengalami penurunan laba kotor dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 secara berturut-turut sebesar Rp 900.014.510 dan Rp 198.691.590 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable). Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan penjualan secara berturut-turut sebesar Rp 1.046.971.700 dan Rp 800.382.220 pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 serta tahun 2012 dibandingkan 2011 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) dan kenaikan harga pokok penjualan


(14)

BAB V Simpulan dan Saran 39 secara berturut-turut sebesar Rp 1.946.986.210 dan Rp 999.073.810 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable).

2. Analisis laba kotor dalam menetukan penyebab perubahan atau selisih laba kotor. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa adanya kenaikan penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan 2011 dikarenakan karena adanya kenaikan harga jual per unit, sehingga menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar Rp 679.152.899,8 dan Rp 527.492.707,7 dan adanya peningkatan volume penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan 2011 secara berturut-turut sebesar Rp 367.818.798 dan Rp 272.889.511,3 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable). Dari sisi harga pokok penjualan, kenaikan harga pokok penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 dikarenakan adanya kenaikan harga pokok per unit, sehingga menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) secara berturut-turut sebesar Rp 1.637.652.858 dan Rp 747.171.733,4 dan adanya peningkatan volume harga pokok penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan 2011 secara berturut-turut sebesar Rp 309.333.352,8 dan Rp 251. 902.076,4 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable).

Dari sisi volume bersih menunjukkan bahwa pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 mengalami selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar


(15)

BAB V Simpulan dan Saran 40 Rp 58.485.445,2 dan Rp 20.987.434,9. Hal ini dikarenakan adanya selisih yang menguntungkan (favorable) pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 pada selisih volume harga pokok penjualan secara berturut-turut sebesar Rp 309.333.352,8 dan 251.902.076,4 dan selisih yang menguntungkan (favorable) pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 pada selisih volume penjualan secara berturut-turut sebesar Rp 367.818.798 dan Rp 272.889.511,3.

3. Peranan analisis laba kotor dalam menilai efisiensi dan keefektifan bagian produksi dan bagian penjualan.

Indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi bagian produksi adalah selisih harga pokok penjualan per unit. Berdasarkan selisih harga pokok penjualan per unit, didapatkan bahwa terjadi kenaikan harga pokok penjualan per unit pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) secara berturut-turut sebesar Rp. 1.637.652.858 dan Rp 747.171.733,4. Hal ini dapat berarti bahwa bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien pada tahun 2011 dan pada tahun 2012, sedangkan untuk penilaian keefektifan bagian produksi indikatornya adalah berdasarkan selisih volume harga pokok penjualan. Penilaian kinerja bagian produksi memberikan indikasi adanya kenaikan volume harga pokok penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) secara


(16)

BAB V Simpulan dan Saran 41 berturut-turut sebesar Rp 309.333.352,8 dan Rp 251.902.076,4. Hal ini dapat berarti bahwa bagian produksi telah bekerja secara tidak efektif pada tahun 2011 dan pada tahun 2012.

Indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi bagian penjualan adalah selisih harga jual per unit. Berdasarkan selisih harga jual per unit, didapatkan bahwa terjadi kenaikan harga jual per unit pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar Rp 679.152.899,8 dan Rp 527.492.707,7. Hal ini dapat berarti bahwa bagian penjualan telah bekerja secara efisien pada tahun 2011 dan pada tahun 2012, sedangkan untuk penilaian keefektifan bagian penjualan indikatornya adalah berdasarkan selisih volume penjualan. Penilaian kinerja bagian penjualan memberikan indikasi adanya kenaikan volume penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar Rp 367.818.798 dan Rp 272.889.511,3. Hal ini dapat berarti bahwa bagian penjualan telah bekerja secara efektif pada tahun 2011 dan pada tahun 2012.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan berkenaan dengan penelitian ini, yaitu:


(17)

BAB V Simpulan dan Saran 42 1. Perusahaan sebaiknya menggunakan analisis laba kotor dalam menilai kinerja

bagian produksi dan bagian penjualan, sehingga pihak manajemen dapat mnegetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi di dalam perusahaan sehingga dapat segera dilakukan perbaikan atau tindakan – tindakan di masa yang akan datang.

2. Perusahaan sebaiknya menganalisis hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi laba kotor sehingga dapat dilakukan tindakan mengenai hal apa saja yang harus ditingkatkan, serta hal apa saja yang harus diturunkan dalam laba kotor.

3. Sebaiknya perusahaan mengendalikan biaya produksi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, seperti mengurangi biaya-biaya, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, yang dapat meningkatkan harga pokok penjualan (HPP) serta mengurangi laba kotor perusahaan.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R.N, dan Govindarajan, Vijay. (2007). Management Control System.12th Edition. Mc Graw – Hill International Edition. Printed in Singapore.

Arens dan Loebbecke. (1999). Auditing: Pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat .

Bustami, B.,dan Nurlela. (2006). Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut: Kajian Teori dan Aplikasi. Graha ilmu. Yogyakarta.

Blocher, Stout, dan Cokins. (2011). Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.

C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, dan Carl S. Warren. (1996). Prinsip-prinsip Akuntansi. Edisi Keenaam Belas. Jilid1. Erlangga: Jakarta.

Dania. (2012). Analisis Perubahan Laba Kotor Terhadap Penilaian Efisiensi dan Efektivitas Bagian Produksi dan Penjualan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Gita Rachmawati. (2013). Analisis Laba Kotor pada PT. Bintang Jaya Motorindo. diakses dari http://gitarachmawati.blogspot.com/2013/01/bab-1_23.html. Ikatan Akuntan Indonesia. (1991). Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Edisi Revisi.

PT.Rineka Cipta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2004. Diterbitkan untuk IAI. Jakarta: Salemba Empat.

Pass, Christoper., dan Lowes, Bryan. (1994). Collins, Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, S. (2005). Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Shook, R.J. (2002). Kamus Lengkap Wall Street: Sumber Acuan Istilah Keuangan Terkini Lebih dari 5000 Entri. Jakarta: Erlangga.

S.U. Ibnu.S. (2004). Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada perusahaan Daiwatex mengenai peranan analisis laba kotor terhadap efisiensi dan efektifitas bagian produksi dan bagian penjualan, penulis mencoba memuat simpulan dan saran seperti diuraikan dibawah ini.

5.1 Simpulan

Ada beberapa simpulan yang dapat penulis uraikan berkenaan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Hal-hal yang menyebabkan adanya selisih laba kotor disebabkan oleh karena adanya peningkatan atau penurunan dari selisih hasil penjualan dan selisih harga pokok penjualan.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan mengalami penurunan laba kotor dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 secara berturut-turut sebesar Rp 900.014.510 dan Rp 198.691.590 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable). Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan penjualan secara berturut-turut sebesar Rp 1.046.971.700 dan Rp 800.382.220 pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 serta tahun 2012 dibandingkan 2011 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) dan kenaikan harga pokok penjualan


(2)

secara berturut-turut sebesar Rp 1.946.986.210 dan Rp 999.073.810 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable).

2. Analisis laba kotor dalam menetukan penyebab perubahan atau selisih laba kotor. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa adanya kenaikan penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan 2011 dikarenakan karena adanya kenaikan harga jual per unit, sehingga menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar Rp 679.152.899,8 dan Rp 527.492.707,7 dan adanya peningkatan volume penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan 2011 secara berturut-turut sebesar Rp 367.818.798 dan Rp 272.889.511,3 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable). Dari sisi harga pokok penjualan, kenaikan harga pokok penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 dikarenakan adanya kenaikan harga pokok per unit, sehingga menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) secara berturut-turut sebesar Rp 1.637.652.858 dan Rp 747.171.733,4 dan adanya peningkatan volume harga pokok penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan 2011 secara berturut-turut sebesar Rp 309.333.352,8 dan Rp 251. 902.076,4 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable).

Dari sisi volume bersih menunjukkan bahwa pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 mengalami selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar


(3)

Rp 58.485.445,2 dan Rp 20.987.434,9. Hal ini dikarenakan adanya selisih yang menguntungkan (favorable) pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 pada selisih volume harga pokok penjualan secara berturut-turut sebesar Rp 309.333.352,8 dan 251.902.076,4 dan selisih yang menguntungkan (favorable) pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 serta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 pada selisih volume penjualan secara berturut-turut sebesar Rp 367.818.798 dan Rp 272.889.511,3.

3. Peranan analisis laba kotor dalam menilai efisiensi dan keefektifan bagian produksi dan bagian penjualan.

Indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi bagian produksi adalah selisih harga pokok penjualan per unit. Berdasarkan selisih harga pokok penjualan per unit, didapatkan bahwa terjadi kenaikan harga pokok penjualan per unit pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) secara berturut-turut sebesar Rp. 1.637.652.858 dan Rp 747.171.733,4. Hal ini dapat berarti bahwa bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien pada tahun 2011 dan pada tahun 2012, sedangkan untuk penilaian keefektifan bagian produksi indikatornya adalah berdasarkan selisih volume harga pokok penjualan. Penilaian kinerja bagian produksi memberikan indikasi adanya kenaikan volume harga pokok penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) secara


(4)

berturut-turut sebesar Rp 309.333.352,8 dan Rp 251.902.076,4. Hal ini dapat berarti bahwa bagian produksi telah bekerja secara tidak efektif pada tahun 2011 dan pada tahun 2012.

Indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi bagian penjualan adalah selisih harga jual per unit. Berdasarkan selisih harga jual per unit, didapatkan bahwa terjadi kenaikan harga jual per unit pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar Rp 679.152.899,8 dan Rp 527.492.707,7. Hal ini dapat berarti bahwa bagian penjualan telah bekerja secara efisien pada tahun 2011 dan pada tahun 2012, sedangkan untuk penilaian keefektifan bagian penjualan indikatornya adalah berdasarkan selisih volume penjualan. Penilaian kinerja bagian penjualan memberikan indikasi adanya kenaikan volume penjualan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 2011 yang menunjukkan selisih yang menguntungkan (favorable) secara berturut-turut sebesar Rp 367.818.798 dan Rp 272.889.511,3. Hal ini dapat berarti bahwa bagian penjualan telah bekerja secara efektif pada tahun 2011 dan pada tahun 2012.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan berkenaan dengan penelitian ini, yaitu:


(5)

1. Perusahaan sebaiknya menggunakan analisis laba kotor dalam menilai kinerja bagian produksi dan bagian penjualan, sehingga pihak manajemen dapat mnegetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi di dalam perusahaan sehingga dapat segera dilakukan perbaikan atau tindakan – tindakan di masa yang akan datang.

2. Perusahaan sebaiknya menganalisis hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi laba kotor sehingga dapat dilakukan tindakan mengenai hal apa saja yang harus ditingkatkan, serta hal apa saja yang harus diturunkan dalam laba kotor.

3. Sebaiknya perusahaan mengendalikan biaya produksi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, seperti mengurangi biaya-biaya, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, yang dapat meningkatkan harga pokok penjualan (HPP) serta mengurangi laba kotor perusahaan.


(6)

Anthony, R.N, dan Govindarajan, Vijay. (2007). Management Control System.12th Edition. Mc Graw – Hill International Edition. Printed in Singapore.

Arens dan Loebbecke. (1999). Auditing: Pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat .

Bustami, B.,dan Nurlela. (2006). Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut: Kajian Teori dan Aplikasi. Graha ilmu. Yogyakarta.

Blocher, Stout, dan Cokins. (2011). Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.

C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, dan Carl S. Warren. (1996). Prinsip-prinsip Akuntansi. Edisi Keenaam Belas. Jilid1. Erlangga: Jakarta.

Dania. (2012). Analisis Perubahan Laba Kotor Terhadap Penilaian Efisiensi dan Efektivitas Bagian Produksi dan Penjualan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Gita Rachmawati. (2013). Analisis Laba Kotor pada PT. Bintang Jaya Motorindo. diakses dari http://gitarachmawati.blogspot.com/2013/01/bab-1_23.html. Ikatan Akuntan Indonesia. (1991). Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Edisi Revisi.

PT.Rineka Cipta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2004. Diterbitkan untuk IAI. Jakarta: Salemba Empat.

Pass, Christoper., dan Lowes, Bryan. (1994). Collins, Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, S. (2005). Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Shook, R.J. (2002). Kamus Lengkap Wall Street: Sumber Acuan Istilah Keuangan Terkini Lebih dari 5000 Entri. Jakarta: Erlangga.

S.U. Ibnu.S. (2004). Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Analisis Perubahan Laba Kotor untuk Menilai Efisiensi dan Efektivitas Bagian Produksi dan Bagian Penjualan: Studi Kasus pada PT. "Z".

1 6 22

Analisis Perubahan Laba Kotor dalam Menilai Efisiensi dan Kefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan.

0 0 18

Peranan Pemeriksaan Operasional dalam Meningkatkan Efektivitas Penjualan dan Efisiensi Bagian Penjualan pada PT. Rocket Battery Indonesia.

0 0 19

Peranan Pemeriksaan Operasional Atas Bagian Penjualan pada PT SA Dalam Mengevaluasi Kinerja Bagian Penjualan.

0 0 21

Analisis Perubahan Laba Kotor Terhadap Efisiensi dan Efektivitas Bagian Produksi dan Bagian Penjualan (Studi Kasus Pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. di Padalarang).

0 0 20

Peranan Pemeriksaan Operasional Sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Menilai Efektivitas dan Efisiensi Bagian Penjualan (Studi Kasus pada PT Sinar Mas Bandung Sentosa).

0 0 47

Analisis Perubahan Laba Kotor Terhadap Penilaian Efisiensi dan Efektivitas Bagian Produksi dan Penjualan.

1 1 28

Peranan Analisis Perubahan LAba Kotor Dalam Menilai Efisiensi Keefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan Di PT. "PJ".

0 0 27

Evaluasi kinerja bagian produksi dan bagian pemasaran menggunakan analisis selisih laba kotor : studi kasus pada PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang.

0 0 213

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Peranan Analisis Perubahan LAba Kotor Dalam Menilai Efisiensi Keefektifan Bagian Produksi dan Bagian Penjualan Di PT. "PJ" - MCUrepository

0 0 8