PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGALAMAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA :Survei pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Bandun.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1.KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Kewirausahaan ... 10

2.1.2. Intensi ... 13

2.1.3. Pengetahuan Kewirausahaan ... 20

2.1.4. Lingkungan Sekolah ... 24


(2)

2.1.6. Penelitian Terdahulu ... 31

2.2.KERANGKA PEMIKIRAN ... 33

2.3.HIPOTESIS ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi Penelitian ... 40

3.2.Metode Penelitian ... 40

3.3.Populasi dan Sampel ... 41

3.4.Operasionalisasi Variabel ... 45

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.6.Teknik Skoring ... 48

3.7.Menguji Instrumen Pengumpulan Data ... 49

3.8.Teknik Analisis Data ... 51

3.9. Uji Asumsi Klasik ... 53

3.10. Menguji Hipotesis ... 55

3.11. Menguji Koefisien Determinasi ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58

4.2. Hasil Analisis Data ... 60

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 107

4.4. Analisis Regresi ... 107


(3)

v

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 122

5.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1. Jumlah Pengangguran berdasarkan tingkat Pendidikan ... 1

1.2. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka ... 2

3.1. Jumlah Populasi SMK Negeri di Kota Bandung Tahun 2011/2012 ... 39

3.2. Daftar Sampel SMK Negeri di Kota Bandung ... 40

3.3. Jumlah Sampel Siswa SMK Negeri Kelas XII di Kota Bandung Tahun 2011/2012 ... 42

3.4. Operasionalisasi Variabel ... 46

4.18. Deskripsi Statistik Variabel Pengetahuan Kewirausahaan ... 71

4.19. Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Kewirausahaan ... 72

4.32. Deskripsi Statistik Variabel Lingkungan Sekolah ... 79

4.33. Distribusi Frekuensi Skor Lingkungan Sekolah ... 80

4.50. Deskripsi Statistik Variabel Pengalaman Prakerin ... 91

4.51. Distribusi Frekuensi Skor Pengalaman Prakerin ... 91

4.75. Deskripsi Statistik Variabel Intensi Berwirausaha ... 106

4.76. Distribusi Frekuensi Skor Intensi Berwirausaha ... 106


(5)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1. Theory Reasoned Action ... 15

2.2. Skema Theory of Planned Behavior ... 17

2.3. Proses Pembentukan Intensi Kewirausahaan ... 18

2.4. Kerucut Pengalaman Dale ... 28

2.5. Paradigma Penelitian ... 38

2.6. Kerangka Pemikiran ... 38


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak. Berdasarkan data hasil olah final Sensus Penduduk 2010, tercatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 orang (Badan Pusat Statistik, 2011:11). Namun sayangnya, jumlah penduduk tersebut tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Padahal sumber daya manusia yang berkualitas akan memberikan pengaruh yang sangat baik. Dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas akan membangun bangsanya untuk menjadi negara maju yang memiliki penduduk yang cerdas dan cakap dalam membangun bangsa dan negaranya.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia membuat angka pengangguran tetap tinggi tiap tahunnya, hingga mencapai 8,1 juta orang pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2011:29). Jumlah tersebut tersebar di berbagai provinsi di Indonesia serta terbagi berdasarkan tingkat pendidikan. Lebih lanjut, tabel 1.1. memperlihatkan jumlah pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan dari tahun 2009 – 2011 :


(7)

2

Tabel 1.1.

Jumlah Pengangguran berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 – 2011 (dalam persen)

No. Tingkat

Pendidikan

2009 2010 2011

Februari Agustus Februari Agustus Februari

1. SD ke bawah 4,51 3,78 3,71 3,81 3,37

2. SMP 9,38 8,37 7,55 7,45 7,83

3. SMA 12,36 14,50 11,90 11,90 12,17

4. SMK 15,69 14,59 13,81 11,87 10,00

5. Diploma I/II/III 15,38 13,66 15,71 12,78 11,59

6. Universitas 12,94 13,08 14,24 11,92 9,95

Jumlah (persen) 8,14 7,87 7,41 7,14 6,80

Total (ribuan) 9259,0 8962,6 8592,5 8319,8 8117,6

Sumber : BPS, 2011

Berdasarkan tabel 1.1. dapat terlihat bahwa lulusan Sekolah Menengah Atas menyumbang angka pengangguran yang paling tinggi yaitu 12,17 % atau sekitar 987.912 orang, diikuti pengangguran lulusan Diploma, SMK, Universitas, SMP dan tidak sekolah.

Selanjutnya, jumlah pengangguran tersebut tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Tabel 1.2. memperlihatkan jumlah pengangguran Indonesia berdasarkan provinsi pada tahun 2010 – 2011.

Tabel 1.2.

Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi Tahun 2010–2011

Provinsi

2010 2011

Februari Agustus Februari

Jumlah (ribuan) TPT (Persen) Jumlah (ribuan) TPT (Persen) Jumlah (ribuan) TPT (Persen)

Aceh 166,3 8,60 162,3 8,37 171,1 8,27

Sumatera Utara 512,8 8,01 491,8 7,43 460,6 7,18 Sumatera Barat 172,1 7,57 152,6 6,95 162,5 7,14

Riau 169,2 7,21 207,2 8,72 185,9 7,17

Kepulauan Riau 50,7 7,21 57,0 6,90 58,9 7,04

Jambi 60,1 4,45 83,3 5,39 58,8 3,85

Sumatera Selatan


(8)

Lanjutan tabel 2

Provinsi

2010 2011

Februari Agustus Februari

Jumlah (ribuan) TPT (Persen) Jumlah (ribuan) TPT (Persen) Jumlah (ribuan) TPT (Persen) Kep. Bangka

Belitung

23,3 4,24 34,9 5,63 19,7 3,25

Bengkulu 35,7 4,06 39,3 4,59 30,5 3,41

Lampung 223,5 5,95 220,6 5,57 201,5 5,24 DKI Jakarta 537,5 11,32 582,8 11,05 542,7 10,83 Jawa Barat 2 031,6 10,57 1 951,4 10,33 1 982,4 9,84 Banten 627,8 14,13 726,4 13,68 697,1 13,50 Jawa Tengah 1 174,9 6,86 1 046,9 6,21 1 042,5 6,07 DI Yogyakarta 124,4 6,02 107,1 5,69 107,1 5,47 Jawa Timur 1 012,0 4,91 828,9 4,25 845,6 4,18

Bali 75,6 3,57 68,8 3,06 65,6 2,86

Nusa Tenggara Barat

122,8 5,78 119,1 5,29 116,4 5,35

Nusa Tenggara Timur

83,3 3,49 71,2 3,34 59,7 2,67

Kalimantan Barat

125,2 5,50 101,6 4,62 112,5 4,99

Kalimantan Tengah

42,7 3,88 44,2 4,14 41,6 3,66

Kalimantan Selatan

108,7 5,89 96,7 5,25 103,5 5,62

Kalimantan Timur

160,5 10,45 166,6 10,10 174,8 10,21

Sulawesi Utara 112,6 10,48 99,6 9,61 98,2 9,19 Gorontalo 24,5 5,05 23,6 5,16 21,1 4,61 Sulawesi

Tengah

63,0 4,89 56,2 4,61 55,8 4,27

Sulawesi Selatan

284,4 7,99 299,0 8,37 243,0 6,69

Sulawesi Barat 22,4 4,10 17,3 3,25 15,5 2,70 Sulawesi

Tenggara

49,3 4,77 48,2 4,61 46,2 4,34

Maluku 57,0 9,13 64,9 9,97 53,5 7,72

Maluku Utara 25,5 6,03 26,4 6,03 26,8 5,62

Papua 47,6 4,08 53,6 3,55 57,9 3,72

Papua Barat 28,6 7,77 26,3 7,68 30,4 8,28

Indonesia 8 592,5 7,41 8 319,8 7,14 8 117,6 6,80

Sumber : BPS, 2011 Berdasarkan tabel 1.2. dapat terlihat angka pengangguran terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat yaitu sejumlah 1.982 ribu orang pada tahun 2011


(9)

4

yang jumlahnya meningkat dari tahun 2010 sejumlah 1.951 orang. Jumlah pengangguran terbanyak selanjutnya ialah di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kota Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat merupakan kota yang memiliki banyak potensi. Bandung memiliki banyak sebutan, diantaranya ‘Bandung Kota Kembang’ dan ‘Bandung Parijs van Java’, karena pada jaman dulu di kota Bandung terdapat banyak pohon dan bunga yang tumbuh. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, karena banyaknya mall dan factory outlet yang tersebar, kemudian saat ini berkembang menjadi kota wisata kuliner. Pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur (Suherman, 2009:35). Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan (Rhamdhani, 2011).

Dari pemaparan tersebut, dapat terlihat bahwa Bandung memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk mengurangi jumlah pengangguran. Salah satu upaya tersebut ialah dengan meningkatkan keterampilan penduduknya agar lebih jeli melihat peluang usaha di kota Bandung yang meningkat seiring dengan berkembangnya kota Bandung menjadi kota wisata, misalnya melihat kondisi Bandung yang sering macet saat libur akhir pekan memunculkan peluang perbaikan kendaraan yang mogok di jalan. Ditambah dengan meningkatnya trend pengguna sepeda motor di kota Bandung yang sudah mencapai angka 1,4 juta unit di tahun 2011 (Tim Redaksi, 2011), maka peluang jasa perbaikan kendaraan semakin meningkat.


(10)

Menurut Kourilsky dan Walstad (Indarti, 2008:3) salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda ialah melalui pendidikan kewirausahaan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang cara mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial ketika mereka berada di bangku sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Indarti, 2008:3). Sikap, perilaku dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu jenis sekolah formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus, termasuk di dalamnya pendidikan kewirausahaan, mengarahkan siswanya untuk menumbuhkan minat terhadap bidang tertentu dan mampu membuka lapangan pekerjaan sesuai minatnya tersebut, seperti membuka bengkel, membuka jahitan, tata boga, tata busana, penjualan, mekanik serta percetakan.

Namun, bekal pendidikan kewirausahaan yang dimiliki siswa SMK masih belum mampu meningkatkan jumlah wirausaha. Pada kenyataannya banyak lulusan SMK lebih memilih menjadi pegawai atau buruh sehingga rela menjadi pengangguran daripada berwirausaha (Adriyanto, 2011).

Fakta tersebut sesuai dengan pernyataan Supardi, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMK se-Bandung, “dari 9.000 siswa SMK pada tahun 2009, 60 % memilih bekerja di swasta, 21 % memilih melanjutkan ke perguruan


(11)

6

tinggi dan sisanya sebanyak 19 % memilih berwirausaha” (Tim Redaksi, 2011). Sehingga dapat terlihat rendahnya kecenderungan siswa untuk berwirausaha.

Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan, karena wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian. Apalagi saat ini Pemerintah telah menetapkan moratorium (penghentian sementara) pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke berbagai negara seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Singapura, dan sejumlah negara lain, sehingga untuk mengimbangi moratorium, Kementerian Pendidikan Nasional mendorong siswa SMK belajar wirausaha (Tim Redaksi, 2011). Wirausaha inilah yang mampu menciptakan lapangan kerja baru agar mampu menyerap tenaga kerja serta memiliki kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Jika wirausaha tumbuh, akan mampu menopang perekonomian sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru. Dampak jangka panjangnya adalah mengurangi tingkat kemiskinan.

Untuk memahami siapa saja yang akan menjadi wirausaha di masa depan, diperlukan pendekatan intensi. Menurut Choo & Wang dalam Indarti (2008:4) pendekatan intensi dinilai merupakan pendekatan dasar yang masuk akal dalam menentukan perilaku kewirausahaan. Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha (Indarti, 2008:3). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa intensi merupakan hal mendasar sebelum munculnya suatu perilaku.

Intensi merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu (Ajzen, 1975:65). Intensi adalah


(12)

hal - hal yang diasumsikan dapat menangkap faktor - faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah laku. Selanjutnya menurut Katz dan Gartner dalam Indarti (2008:5) intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha.

Terkait dengan hal tersebut, maka perlu dikaji faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha siswa SMK. Agar dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya secara optimal dan dapat berguna bagi kehidupannya di lingkungan masyarakat.

Dari pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap intensi berwirausaha siswa.

1.2.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang konseptual dan faktual, maka dapat dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada pengaruh pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman praktek kerja industri terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK Negeri di kota Bandung. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Seberapa besar pengaruh pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman praktek kerja industri dalam menumbuhkan intensi kewirausahaan ?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :


(13)

8

1. Apakah pengetahuan kewirausahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha?

2. Apakah lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha ?

3. Apakah pengalaman praktek kerja industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha ?

4. Apakah pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap intensi berwirausaha ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menganalisis beberapa hal, yaitu :

1. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha

2. Untuk menganalisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap intensi berwirausaha

3. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap intensi berwirausaha

4. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap intensi berwirausaha


(14)

1.4.Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian memiliki manfaat teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam penelitian bidang ilmu pendidikan, khususnya dalam bidang kewirausahaan dan dapat digunakan untuk pengembangan penelitian-penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pemerintah Kota Bandung untuk dijadikan pertimbangan dalam rangka pemecahan masalah ketenagakerjaan.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Objek Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu Pengetahuan Kewirausahaan (X1), Lingkungan Sekolah (X2) dan Pengalaman Praktek Kerja Industri (X3), serta satu variabel dependen yaitu Intensi Berwirausaha (Y). Unit analisis dalam penelitian ini ialah siswa kelas XII di SMK Negeri kota Bandung, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012.

3.2.Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survei deskriptif. Menurut Nazir (2005:54) “metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Sedangkan metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005:56).

Ada pun sifat dari penelitian ini adalah bersifat verifikatif, yang pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, yaitu pengaruh pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap siswa SMK


(16)

di kota Bandung. Apabila digambarkan, maka alur penelitian akan terlihat seperti berikut :

Gambar 3.1. Alur Penelitian

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII pada SMK Negeri di kota Bandung. Berikut daftar SMK Negeri di kota Bandung berdasarkan bidang keahlian :

Studi Pendahuluan

Pelaksanaan Penelitian Validasi, ujicoba, revisi

Studi Literatur : Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan Sekolah, Pengalaman Praktek Kerja Industri, Intensi

Berwirausaha Perumusan Masalah

Penyusunan Instrumen :

1. Angket 2. Observasi


(17)

42

Tabel 3.1.

Jumlah Populasi SMK Negeri di Kota Bandung Tahun 2011/2012

No. Bidang Keahlian Nama Sekolah

1. Teknologi dan Rekayasa SMKN 8, 4, 12, 2, 5, 7, 13, 14, 6 2. Teknologi Informasi dan Komunikasi SMKN 3, 4, 11, 2, 13, 10, 14 3. Kesehatan dan Pekerjaan Sosial SMKN 15, 7

4. Seni, Kerajinan dan Pariwisata SMKN 3, 15, 1, 9, 10, 14

5. Bisnis dan Manajemen SMKN 3, 1, 11

Sumber : datapokok.ditpsmk.net

3.3.2. Sampel

Menurut Suharsimi (2006:117) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:73) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penggunaan sampel digunakan karena peneliti tidak mungkin meneliti semua populasi karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga”.

Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Dalam cluster random sampling, populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster. Dalam memilih anggota unit, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari cluster atau sebagian dari unit elementer dari cluster. (Nazir, 2005:277). Teknik ini digunakan karena populasi cukup banyak serta pemilihan sampel berdasarkan cluster bidang keahlian SMK Negeri di kota Bandung.

Dalam penelitian ini, sampel dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama peneliti mengambil sampel masing-masing satu SMK Negeri berdasarkan bidang keahlian di kota Bandung dengan sebaran sebagai berikut :


(18)

Tabel 3.2.

Daftar Sampel SMK Negeri di kota Bandung

No. Bidang Keahlian Nama Sekolah Jumlah

Siswa

1. Teknologi dan Rekayasa SMKN 8 Bandung 499

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi SMKN 4 Bandung 606 3. Kesehatan dan Pekerjaan Sosial SMKN 15 Bandung 300 4. Seni, Kerajinan dan Pariwisata SMKN 1 Bandung 550

5. Bisnis dan Manajemen SMKN 11 Bandung 735

Jumlah Populasi 2690

Karena populasinya telah diketahui, yaitu sebanyak 2.690 orang, maka digunakan rumus dari Isaac dan Michael (Sugiyono, 2007:124), penarikan sampel dapat dilakukan dengan cara menghitung besarnya populasi dari setiap unit analisis yang terpilih sebagai sampel. Untuk menghitung ukuran sampel, penulis menggunakan rumus yang didasarkan pada presisi estimasi statistik (tingkat ketelitian) 5% sebagai berikut :

1 Keterangan :

S = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah anggota populasi

P = proporsi populasi – 0,50 (maksimal sampel yang mungkin) d = tingkat akurasi – 0,05

X2 = tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,95 – 3,841

Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 2690 dimasukkan ke dalam rumus tersebut dan menghasilkan nilai 310 (pembulatan) sampel seperti tampak sebagai berikut :


(19)

44

3,841 2690 0,5 0,5 0,05 2690 1 3,841 0,5 0,5 S = 310,4243 = 310 orang

Dari jumlah sampel 310 orang tersebut, untuk memudahkan dalam pengumpulan data, maka ditentukan jumlah masing-masing sampel dari setiap SMK Negeri di kota Bandung secara proporsional dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel keseluruhannya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh sampel tiap sebagai berikut :

Tabel 3.3.

Jumlah Sampel Siswa SMK Kelas XII di Kota Bandung Tahun 2011

No. Nama Sekolah Penentuan Sampel Jumlah Sampel

1. SMKN 8 Bandung 499/2690 x 310 57

2. SMKN 4 Bandung 606/2690 x 310 70

3. SMKN 15 Bandung 300/2690 x 310 35

4. SMKN 1 Bandung 550/2690 x 310 63

5. SMKN 11 Bandung 735/2690 x 310 85


(20)

3.4.Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu pengetahuan kewirausahaan (X1), lingkungan sekolah (X2) dan pengalaman Praktek Kerja Industri (X3) serta satu variabel dependen yaitu intensi berwirausaha (Y).

Selanjutnya, dalam penelitian terhadap variabel independen dan dependen, diuraikan batasan pengertian secara operasional yaitu :

a) Pengetahuan kewirausahaan merupakan kemampuan untuk mengenali atau menciptakan peluang dan mengambil tindakan untuk sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber informasi.

b) Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik

c) Pengalaman Praktek Kerja Industri merupakan pengalaman praktek keahlian profesi, berupa kegiatan secara terprogram dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional yang dilakukan di industri.

d) Intensi Berwirausaha merupakan kesungguhan niat individu untuk melakukan suatu perilaku berwirausaha baik masa sekarang atau masa yang akan datang.


(21)

46

Tabel 3.4.

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Ukuran

Pengetahuan Kewirausahaan (X1)

a. Pengetahuan tentang bidang usaha yang akan dilakukan

b. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab

c. Pengetahuan tentang

kepribadian dan manajemen diri d. Pengetahuan

tentang

manajemen dan organisasi bisnis

- Pengetahuan menyusun proposal usaha

- Pengetahuan menganalisis peluang usaha

- Pengetahuan sikap dan perilaku wirausaha

- Pengetahuan sikap pantang menyerah dan ulet

- Pengetahuan mengenai kepribadian diri sendiri

- Pengetahuan mengenai manajemen diri sendiri

- Pengetahuan menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha

- Pengetahuan membangun visi dan misi usaha

- Pengetahuan mengelola konflik Lingkungan

Sekolah (X2)

a. Penyediaan fasilitas untuk menarik keinginan wirausaha b. Dukungan kurikulum untuk berwirausaha c. Dukungan

warga sekolah terhadap

wirausaha d. Iklim kehidupan

sekolah mendukung wirausaha

- Penampilan fisik gedung terawat - Terdapat fasilitas Praktek Industri di

Sekolah

- Program pengajaran berfokus pada materi kewirausahaan

- Guru memberikan dukungan untuk berwirausaha

- Teman sekolah memberikan dukungan untuk berwirausaha

- Pemberian penghargaan bagi siswa yang berwirausaha


(22)

Lanjutan Tabel 3.4.

Variabel Indikator Ukuran

Pengalaman Praktek Kerja Industri (X3) a. Peningkatan Kemampuan Profesional b. Peningkatan Kemampuan Sosial c. Peningkatan Kemampuan Pribadi

- Memperoleh kesempatan

menggunakan fasilitas yang dimiliki tempat praktek kerja

- Mengalami peningkatan kemampuan dalam mengerjakan tugas

- Memperoleh pengetahuan baru di tempat praktek

- Dukungan dari tempat kerja terhadap peningkatan kemampuan

- Pengalaman berinteraksi dalam melakukan pekerjaan dengan orang lain

- Pengalaman mengemukakan dan menerima pendapat selama melakukan praktek kerja

- Melakukan tugas dengan respon yang positif

- Bersikap terbuka dan mau belajar Intensi Berwirausaha (Y) a. Keyakinan perilaku b. Keyakinan normatif c. Kontrol Perilaku

- Keyakinan dan evaluasi individu bahwa berwirausaha dapat meraih profit yang besar

- Keyakinan dan evaluasi individu

bahwa berwirausaha dapat

mengaktualisasikan

- Keyakinan individu mengenai pandangan keluarga dan sahabat terhadap perilaku berwirausaha

- Penilaian dan keinginan individu untuk berwirausaha karena keyakinan bahwa keluarga dan sahabat mendukungnya

- Persepsi terhadap faktor-faktor yang memudahkan berwirausaha

- Persepsi terhadap faktor yang menghambat berwirausaha


(23)

48

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a) Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian

b) Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan

3.6.Teknik Skoring

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rating scale. Sugiyono (2008:139) menjelaskan dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Data yang diperoleh adalah data interval. Biasanya skala ini dipakai untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan dan lainnya.

Subjek penelitian diminta memberi penilaian, pada rentang jawaban yang negatif sampai positif atau skor 1 s/d 7, yang sesuai dengan dirinya terhadap pernyataan-pernyataan pada kuesioner. Subjek yang memberi penilaian dengan angka 7 berarti persepsi subjek terhadap pernyataan tertentu sangat positif, sedangkan jika memberi penilaian dengan angka 4 berarti persepsi subjek terhadap pernyataan tertentu netral dan jika memberi penilaian dengan angka 1 berarti persepsi subjek terhadap pernyataan tertentu sangat negatif.


(24)

Pembuatan kuesioner intensi berwirausaha ini mengacu pada Constructing Questionnaire Based on The Theory of Planned Behavior (Francis et al, 2004). Sementara pembuatan kuesioner pengetahuan kewirausahaan, pengalaman Praktek Kerja Industri dan lingkungan sekolah mengacu pada teori yang relevan.

3.7.Menguji Instrumen Pengumpulan Data 3.7.1. Uji Validitas

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Pengujian validitas instrumen adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :

(Ali, 2007:34)

Dimana :

R = Koefisien butir validitas yang dianalisis N = Banyaknya responden

X = Skor responden untuk item pernyataan Y = Skor total responden untuk keseluruhan item

Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah baris atau banyaknya responden.

Jika r hitung > r 0,05 Instrumen valid Sebaliknya jika r hitung < r 0,05 Instrumen tidak valid

(

) (

)

(

)

}

{

2 2

{

2

( )

2

}

∑ ∑

− − − = Y Y N X X N Y X XY N r


(25)

50

Berdasarkan hasil uji validitas (Lampiran 1), maka terlihat beberapa item tidak valid yaitu item 4, item 10, item 15 dan item 37. Oleh karena itu, item tersebut dihapus dari instrumen penelitian.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2003:127). Pengujian reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, serta menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik belah ganjil-genap (Umar, 2003:118) yaitu sebagai berikut :

a) Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan, dalam hal ini diambil pembelahan atas dasar nomor ganjil dan genap. Nomor ganjil sebagai belahan pertama dan nomor genap sebagai belahan kedua.

b) Skor masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total masing-masing responden, yaitu skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua

c) Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan teknik korelasi product moment


(26)

d) Mencari angka reliabilitas keseluruhan item tanpa dibelah, dengan cara mengkorelasikan angka korelasi yang diperoleh dengan memasukannya kedalam rumus Spearman Brown, yaitu :

2 /

1 / Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rxy sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen

Kaidah keputusannya adalah jika r11 lebih besar dari rtabel berarti reliabel, dan sebaliknya jika r11 lebih kecil dari rtabel berarti tidak reliabel.

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas (Lampiran 1) diperoleh angka Cronbach’s alpha sebesar 0.929. Selanjutnya diperbandingkan dengan r tabel dengan N=310 dan taraf signifikansi 5 % diperoleh r tabel sebesar 0.113. Dikarenakan r hitung lebih besar daripada r tabel maka instrumen penilaian dalam penelitian ini dianggap reliabel (rhitung > rtabel = 0.929 > 0.113 = reliabel).

3.8.Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data inverval untuk variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini adalah :

a) Menyusun data

Kegiatan ini dilakukan untuk mengecek kelengkapan identitas responden, kelengkapan data serta isian data yang sesuai dengan tujuan penelitian


(27)

52

b) Tabulasi data

Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memberi skor pada setiap item, menjumlahkan skor pada setiap item dan menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian

c) Menganalisis data

Merupakan proses pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistik, menginterpretasikan data agar diperoleh suatu kesimpulan

3.8.1. Analisis Deskriptif Variabel

Untuk mengungkapkan gambaran variabel independen dan dependen digunakan pendekatan statistik secara deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan skor ukuran proporsi atau prosentase. Untuk mengetahui kategori skor yang diperoleh maka perlu ditentukan intervalnya.

Penentuan skor terbesar (maksimum), skor terkecil (minimum), median, kuartil I dan III dilakukan melalui cara sebagai berikut :

skor maksimal = skor tertinggi (7) x jumlah item x jumlah responden skor minimal = skor terendah (1) x jumlah item x jumlah responden Median = skor minimal + skor maksimal : 2

Kuartil I = skor minimal + median : 2

Kuartil III = skor minimal + skor maksimal : 2

3.8.2. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Adapun bentuk modelnya adalah sebagai berikut:

e X B X B X B B


(28)

Keterangan:

Y = Intensi berwirausaha B0 = Konstanta Regresi B1 = Koefisien Regresi X1 B2 = Koefisien Regresi X2 B3 = Koefisien Regresi X3

X1 = Pengetahuan Kewirausahaan X2 = Lingkungan Sekolah

X3 = Pengalaman Praktek Kerja Industri e = faktor pengganggu

Agar diperoleh model yang baik maka harus dilakukan pengujian regresi linier berganda yang meliputi pengujian koefisien-koefisien regresi, pengujian asumsi dan pengujian kelinierannya.

3.9.Uji Asumsi Klasik

Sebelum uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya berdasar pada patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Data yang berdistribusi normal merupakan syarat dilakukannya parametric test. Apabila data tidak berdistribusi normal atau jumlah sampel sedikit maka digunakan statistik non-parametrik. Uji


(29)

54

normalitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji one sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi lebih besar dari 5 % atau 0,05 (Santoso, 2010:208). Pengujian normalitas distribusi frequensi variabel X dan Y dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for

windows. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih

kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso, 2010:206).

c) Uji Heteroskedastis

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Santoso, 2010:207). Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas melalui bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Apabila nilai probabilitasnya > nilai alphanya (0,05), maka dapat dipastikan model tidak mengandung unsur heteroskedastisitas.


(30)

3.10. Menguji Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan melalui Uji F dan Uji t untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan secara statistik adalah sebagai berikut :

H0 : β = 0

H1 : β > 0

Artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.10.1.Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial pada variabel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus :

) 1 (

) 2 (

2

r n r t

− − =

(Sudjana, 1992:36)

Dengan langkah sebagai berikut : a) Hipotesis

H0 : secara parsial tidak terdapat pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y H1 : secara parsial terdapat pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y b) Ketentuan

Jika t hitung ≤ t tabel (H0 diterima, H1 ditolak) Jika t hitung > t tabel (H0 ditolak, H1 diterima)


(31)

56

3.10.2.Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan, dengan rumus :

2 2 2 1

S S F =

(Sudjana, 1992:49)

Dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Hipotesis

H0 : tidak terdapat pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y H1 : terdapat pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y

b) Ketentuan

Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

3.11. Menguji Koefisien Determinasi

Menurut Gujarati (2003:198) koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel independen terhadap variabel dependen dari fungsi tersebut. Pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen dapat dihitung dengan koefisien determinasi secara simultan melalui rumus :

2 2

Y JKreg R =

(Gujarati, 2003:198)


(32)

a) Jika R2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik

b) Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Persepsi responden mengenai pengetahuan kewirausahaan responden masuk kategori tinggi sedangkan intensi berwirausaha masuk kategori sedang. Artinya pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha rendah. Berdasarkan fakta di lapangan, belum banyak responden yang memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan kewirausahaannya di sekolah.

b) Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Persepsi responden mengenai lingkungan sekolah dan intensi berwirausaha masuk kategori sedang. Artinya lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang tinggi terhadap intensi berwirausaha. Berdasarkan fakta di lapangan, fasilitas kewirausahaan di sekolah masih kurang lengkap.

c) Pengalaman Praktek Kerja Industri berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Persepsi responden mengenai pengalaman Praktek Kerja Industri masuk kategori tinggi namun intensi berwirausaha masuk kategori sedang. Artinya pengaruh pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap intensi berwirausaha rendah.


(34)

Berdasarkan fakta di lapangan, masih banyak responden yang tidak hadir pada saat pelaksanaan Praktek Kerja Industri.

d) Terdapat pengaruh dari pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri secara bersama-sama terhadap intensi berwirausaha. Artinya semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Prakerin, maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan maka beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut :

a) Pengetahuan kewirausahaan berdasarkan skor responden masuk kategori tinggi. Artinya pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki responden dinilai cukup tinggi. Namun dalam upaya meningkatkan intensi berwirausaha diperlukan faktor penarik yang berupa kesempatan berwirausaha. Kesempatan berwirausaha dapat dilakukan dengan kesempatan mengaplikasikan pembelajaran kewirausahaan di sekolah.

b) Lingkungan sekolah merupakan faktor dominan yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan mengoptimalisasikan peranan unit produksi sebagai sarana fasilitas pendukung wirausaha serta mempertimbangkan penyediaan fasilitas Praktek Kerja Industri di sekolah.


(35)

124

c) Para siswa hendaknya mengikuti seluruh program Praktek Kerja Industri dengan sungguh-sungguh dan penuh disiplin serta berani memberikan ide atau gagasan demi kemajuan usaha di tempat praktek sebagai bekal setelah lulus sekolah, baik saat bekerja pada orang lain maupun saat membuka lapangan kerja baru melalui wirausaha.

d) Penelitian ini hanya mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap intensi berwirausaha siswa. Untuk melengkapi Theory of Planned Behavior, disarankan peneliti yang akan datang meneliti sampai perilaku riil siswa dalam berwirausaha, sehingga diperoleh kerangka model yang lengkap.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Ajzen, Icek. 1975. Attitudes, Personality and Behavior Second Edition. New York: Open University Press.

Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin. 2006. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Ali, Sambas M. dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia

Alma, Buchari. 2007. Kewirausahaan (Untuk Mahasiswa dan Umum). Bandung: CV Alfabeta

Ancok. 1992. Psikologi Industri. Yogyakarta: BFE

Atwool, N. 1999. Attachment in the School Setting dalam New Zealand Journal of Educational Studies. 34, (2), 309-322

Azwar, Saifudin. 2005. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Edisi 17). Jakarta: BPS

Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada Budiantoro. 2008. Psikologi SDM. Jakarta: UMB

Darpujiyanto. 2010. “Pembelajaran yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha” dalam Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. 5, (1), 21-47 Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djojonegoro, Wardiman. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui


(37)

126

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics Fourth Edition. New York: McGraw-Hill

Hamalik, Oemar. 2003. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: YP Pemindo

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hisrich, Robert D. et all. 2008. Entrepreneurship (Kewirausahaan) Edisi 7. Jakarta:

Salemba Empat

Indarti, Nurul. 2008. “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia” dalam Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia. 23, (4), 1-27.

Indarti, Nurul dan Kristiansen, Stein. 2003. Determinants of Entrepreneurial Intention: The Case of Norwegian Students dalam International Journal of Business Gadjah Mada. 5, (1), 30-45.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

McClelland, D. 1961. The Achieving Society. New York: D. Van Nostrand Company Miller, P.H. 1993. Theories of Developmental Psychology (3rd Edition). New York:

W.H. Freeman Company

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Notoatmodjo. 2003. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ormod, Jearne Earlis. 2006. Education Psychology Development Learners. New Jersey Upper Saddle River Ohio: Pearson Educational Inc

Pine II, Joseph B and Gilmore, James H. 1999. The Experience Economy : Work Is Theatre and Every Business a Stage. Boston: Harvard Business School Press

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia


(38)

Pressman, Steven. 2002. Fifty Major Economists (Terjemahan). Jakarta: RajaGrafindo Persada

Purwanto, Ngalim. 1994. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sandjojo, Nidjo. 2011. Metode Analisis Jalur (Path Analysis) dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Schmitt, Bernd H. 1999. Experiental Marketing. New York: The Free Press

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 1992. Metoda statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta

Suharti, Lieli dan Sirine, Hani. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga) dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13, (2), 124-134.

Suherman, S.A. 2009. Made In Bandung. Jakarta: DAR! Mizan

Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses).

Jakarta: Salemba Empat

Suryana, Yuyus dan Bayu, Kartib. 2010. Kewirausahaan (Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses). Jakarta: Kencana


(39)

128

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wena, Made. 1996. Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito

Wijaya, Tony. 2007. “Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha (Studi Empiris pada siswa SMKN 7 Yogyakarta)”, dalam Jurnal Ekonomi dan Manajemen, UGM, 23, 10-30

Tesis

Rosiana, Intan N. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi untuk Menjadi Wirausaha pada Dewasa Madya. Tesis. Unika Atma Jaya.

Internet

Adriyanto, Muhamad. 2011. Jumlah Wirausaha Indonesia Masih Rendah. [Online]. Tersedia:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/27/14344960/Jumlah.Wirausa ha.Indonesia.Masih.Rendah [25 Oktober 2011]

Ali, Sambas. 2010. Praktek Kerja Industri (Prakerin) di SMK. [Online]. Tersedia: http://www.tempo.com/read/news/2010/08/13/1556376589/Praktek-Kerja-Industri-di-SMK [20 Januari 2012]

Dikmendikti. (2003). Undang-Undang Praktek Kerja Industri (Prakerin). [Online]. Tersedia: http://kal.dikmentidki.go.id/download/SK_PKAL.doc [20 Januari 2012]


(40)

Dikmenjur. (2008). Prakerin sebagai Bagian dari Pendidikan Sistem Ganda.

[Online]. Tersedia:

http://www.geocities.com/dit_dikmenjur/prosedur_Prakerin.html [20 Januari 2012]

Francis, J. et al. 2004. Constructing Questionnaire Based on The Theory Planned

Behavior. [Online]. Tersedia:

http://www.people.umass.edu/aizen/pdf/Francis%20etal.TPB.research%20man ual.pdf [13 Januari 2012]

Rhamdhani, Sarah. 2011. Informasi Kota Bandung. [Online]. Tersedia: http://www.infobandung.org/tag/informasi-kota-bandung [9 Desember 2011] Tim Redaksi. 2011. Bandung hanya Mampu Tampung 360 Ribu Kendaraan.

[Online]. Tersedia: http://www.inilahjabar.com/read/detail/1724722/bandung-hanya-mampu-tampung-360-ribu-kendaraan [8 Desember 2011]

Tim Redaksi. 2011. Lebih Dari Separo Lulusan SMK Langsung Dapat Pekerjaan. [Online]. Tersedia: http://www.portalhr.com/beritahr/karir/1id1130.html [9 Desember 2011]

Tim Redaksi. 2011. Antisipasi Moratorium TKI siswa SMK didorong berwirausaha.

[Online]. Tersedia:

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/13/173346402/Antisipasi-Moratorium-TKI-Siswa-SMK-Didorong-Berwirausaha [9 Desember 2011] Tim Redaksi. 2011. Banyak PHK Pengangguran di Bandung Meningkat. [Online].

Tersedia: http://www.inilahjabar.com/read/detail/1699502/banyak-phk-pengangguran-di-bandung-meningkat[9 Desember 2011]


(1)

124

c) Para siswa hendaknya mengikuti seluruh program Praktek Kerja Industri dengan sungguh-sungguh dan penuh disiplin serta berani memberikan ide atau gagasan demi kemajuan usaha di tempat praktek sebagai bekal setelah lulus sekolah, baik saat bekerja pada orang lain maupun saat membuka lapangan kerja baru melalui wirausaha.

d) Penelitian ini hanya mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan kewirausahaan, lingkungan sekolah dan pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap intensi berwirausaha siswa. Untuk melengkapi Theory of Planned Behavior, disarankan peneliti yang akan datang meneliti sampai perilaku riil siswa dalam berwirausaha, sehingga diperoleh kerangka model yang lengkap.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Ajzen, Icek. 1975. Attitudes, Personality and Behavior Second Edition. New York: Open University Press.

Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin. 2006. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Ali, Sambas M. dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia

Alma, Buchari. 2007. Kewirausahaan (Untuk Mahasiswa dan Umum). Bandung: CV Alfabeta

Ancok. 1992. Psikologi Industri. Yogyakarta: BFE

Atwool, N. 1999. Attachment in the School Setting dalam New Zealand Journal of Educational Studies. 34, (2), 309-322

Azwar, Saifudin. 2005. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Edisi 17). Jakarta: BPS

Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada Budiantoro. 2008. Psikologi SDM. Jakarta: UMB

Darpujiyanto. 2010. “Pembelajaran yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha” dalam Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. 5, (1), 21-47 Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djojonegoro, Wardiman. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui


(3)

126

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics Fourth Edition. New York: McGraw-Hill

Hamalik, Oemar. 2003. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: YP Pemindo

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hisrich, Robert D. et all. 2008. Entrepreneurship (Kewirausahaan) Edisi 7. Jakarta:

Salemba Empat

Indarti, Nurul. 2008. “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia” dalam Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia. 23, (4), 1-27.

Indarti, Nurul dan Kristiansen, Stein. 2003. Determinants of Entrepreneurial Intention: The Case of Norwegian Students dalam International Journal of Business Gadjah Mada. 5, (1), 30-45.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

McClelland, D. 1961. The Achieving Society. New York: D. Van Nostrand Company Miller, P.H. 1993. Theories of Developmental Psychology (3rd Edition). New York:

W.H. Freeman Company

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Notoatmodjo. 2003. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ormod, Jearne Earlis. 2006. Education Psychology Development Learners. New Jersey Upper Saddle River Ohio: Pearson Educational Inc

Pine II, Joseph B and Gilmore, James H. 1999. The Experience Economy : Work Is Theatre and Every Business a Stage. Boston: Harvard Business School Press

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia


(4)

Pressman, Steven. 2002. Fifty Major Economists (Terjemahan). Jakarta: RajaGrafindo Persada

Purwanto, Ngalim. 1994. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sandjojo, Nidjo. 2011. Metode Analisis Jalur (Path Analysis) dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Schmitt, Bernd H. 1999. Experiental Marketing. New York: The Free Press

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 1992. Metoda statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta

Suharti, Lieli dan Sirine, Hani. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga) dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13, (2), 124-134.

Suherman, S.A. 2009. Made In Bandung. Jakarta: DAR! Mizan

Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses).

Jakarta: Salemba Empat

Suryana, Yuyus dan Bayu, Kartib. 2010. Kewirausahaan (Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses). Jakarta: Kencana


(5)

128

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wena, Made. 1996. Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito

Wijaya, Tony. 2007. “Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha (Studi Empiris pada siswa SMKN 7 Yogyakarta)”, dalam Jurnal Ekonomi dan Manajemen, UGM, 23, 10-30

Tesis

Rosiana, Intan N. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi untuk Menjadi Wirausaha pada Dewasa Madya. Tesis. Unika Atma Jaya.

Internet

Adriyanto, Muhamad. 2011. Jumlah Wirausaha Indonesia Masih Rendah. [Online]. Tersedia:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/27/14344960/Jumlah.Wirausa ha.Indonesia.Masih.Rendah [25 Oktober 2011]

Ali, Sambas. 2010. Praktek Kerja Industri (Prakerin) di SMK. [Online]. Tersedia: http://www.tempo.com/read/news/2010/08/13/1556376589/Praktek-Kerja-Industri-di-SMK [20 Januari 2012]

Dikmendikti. (2003). Undang-Undang Praktek Kerja Industri (Prakerin). [Online]. Tersedia: http://kal.dikmentidki.go.id/download/SK_PKAL.doc [20 Januari 2012]


(6)

Dikmenjur. (2008). Prakerin sebagai Bagian dari Pendidikan Sistem Ganda.

[Online]. Tersedia:

http://www.geocities.com/dit_dikmenjur/prosedur_Prakerin.html [20 Januari 2012]

Francis, J. et al. 2004. Constructing Questionnaire Based on The Theory Planned

Behavior. [Online]. Tersedia:

http://www.people.umass.edu/aizen/pdf/Francis%20etal.TPB.research%20man ual.pdf [13 Januari 2012]

Rhamdhani, Sarah. 2011. Informasi Kota Bandung. [Online]. Tersedia: http://www.infobandung.org/tag/informasi-kota-bandung [9 Desember 2011] Tim Redaksi. 2011. Bandung hanya Mampu Tampung 360 Ribu Kendaraan.

[Online]. Tersedia: http://www.inilahjabar.com/read/detail/1724722/bandung-hanya-mampu-tampung-360-ribu-kendaraan [8 Desember 2011]

Tim Redaksi. 2011. Lebih Dari Separo Lulusan SMK Langsung Dapat Pekerjaan. [Online]. Tersedia: http://www.portalhr.com/beritahr/karir/1id1130.html [9 Desember 2011]

Tim Redaksi. 2011. Antisipasi Moratorium TKI siswa SMK didorong berwirausaha.

[Online]. Tersedia:

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/13/173346402/Antisipasi-Moratorium-TKI-Siswa-SMK-Didorong-Berwirausaha [9 Desember 2011] Tim Redaksi. 2011. Banyak PHK Pengangguran di Bandung Meningkat. [Online].

Tersedia: http://www.inilahjabar.com/read/detail/1699502/banyak-phk-pengangguran-di-bandung-meningkat[9 Desember 2011]


Dokumen yang terkait

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PEMASARAN DI SMK PALEBON SEMARANG

0 37 165

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA PADA KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN : Survei Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri di Kota Bandung.

1 8 47

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program keahlian Akuntansi SMK Muhammadiya

0 0 15

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN EFEKTIVITAS PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP KOMPETENSI SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 KOTA TERNATE.

2 6 56

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGALAMAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA :Survei pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Bandung.

1 1 40

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PEMASARAN DI SMK PALEBON SEMARANG.

1 1 127

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII DI SMK NEGERI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 0 16

Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun 2016.

0 1 18

PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 SURAKARTA.

0 0 11

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DAN PENGETAHUAN TENTANG KARIR TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 0 147