PENGARUH REGULASI, PEMBIAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS MANAJEMEN SARANA PRASARANA SEKOLAH, DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE KOTA SUKABUMI.

(1)

PENGARUH REGULASI, PEMBIAYAAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS MANAJEMEN

SARANA PRASARANA SEKOLAH, DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SE KOTA SUKABUMI

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademik

Dalam menyelesaikan Program Doktor dalam Bidang Administrasi Pendidikan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Administrasi Pendidikan

Promovendus :

ASEP IRAWAN

NIM. 0706599

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGARUH REGULASI, PEMBIAYAAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS MANAJEMEN

SARANA PRASARANA SEKOLAH, DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SE KOTA SUKABUMI

Oleh Asep Irawan

Sarjana Teknik Sipil (Ir.) ITB, 1993

Magister Sistem Dan Teknik Jalan Raya (MT) ITB, 1999

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan

© Asep Irawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Lembar Pengesahan Disertasi DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PANITIA DISERTASI :

Promotor

Prof. Dr. Djam’an Satori, M.A.

Ko Promotor

Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.

Anggota


(4)

DIKETAHUI DAN DISETUJUI :

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul: “Pengaruh Regulasi, Pembiayaan Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah, Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembelajaran pada Sekolah Menengah Pertama se Kota Sukabumi“ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya, pada akhirnya penulis diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan disertasi dengan judul : “Pengaruh Regulasi, Pembiayaan Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah, Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembelajaran pada Sekolah Menengah Pertama Se

Kota Sukabumi.”

Disertasi ini disusun dalam rangka tugas akhir setelah penulis kuliah dan sebagai salah satu persyaratan utama untuk meraih gelar Doktor Ilmu Administrasi Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulisan dan penyajian Disertasi ini telah diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan semua pihak, baik yang bersifat materil maupun non-materil. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Djam’an Satori, M.A. selaku promotor dan penguji yang dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi telah memberikan bimbingan dan mengarahkan dalam penyempurnaan penulisan Disertasi.

2. Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. selaku ko-promotor dan penguji telah memberikan bimbingan, arahan dan selalu memberikan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang timbul dalam penelitian dan penulisan Disertasi. 3. Prof. Dr. Abin Syamsudin Makmun, M.A. selaku anggota promotor dan

penguji yang dengan tulus ikhlas dan kesabaran memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi.


(7)

4. Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan berserta staf yang telah memberikan fasilitas dalam proses pembelajaran.

5. Direktur Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran pada Program Studi Administrasi Pendidikan.

6. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pembelajaran S-3.

7. Walikota Sukabumi, Wakil Walikota Sukabumi, serta Sekretaris Daerah Kota Sukabumi yang telah memberikan dorongan dan Izin Belajar untuk mengikuti Pendidikan Program Pasca Sarjana S-3.

8. Para Kepala Badan, Dinas dan Kantor berserta jajarannya yang telah memberikan dukungan terhadap kelancaran penelitian di lapangan

9. Para Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana, Ketua Komite Sekolah serta para guru di lingkungan Sekolah Menengah Pertama se-Kota Sukabumi

10.Dr. H. Fahrurrazi, M.Si., yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian disertasi ini.

11.Semua pihak yang telah berkontribusi memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan penelitian dan penyusunan Disertasi.

12.Istri tercinta dr. Hj. Irma Agristina dan anak-anakku tersayang Fauzan Hilmi Ramadhian, Kamila Puteri Nursyahbani dan Ghian Razib Firdaus, yang dengan penuh ketabahan memberikan dorongan dan pengorbanan selama masa mengikuti Pendidikan Sekolah Pasca Sarjana S-3.

Mudah-mudahan segala sumbangsih yang tiada ternilai dari semua pihak baik berupa dukungan moril maupun materil dapat menjadikannya sebagai amal yang membawa kebaikan.

Penulis menyadari bahwa penyajian Disertasi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan, baik menyangkut kajian substantif, kajian ilmiah, maupun metodologi. Oleh karenanya, koreksi yang bersifat konstruktif sangat membantu penyempurnaan Disertasi ini.


(8)

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua. Amiin yaa robbal ‘aalamiin.

Bandung, Agustus 2013


(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya, pada akhirnya penulis diberikan

kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini disusun dalam rangka tugas akhir setelah penulis kuliah dan sebagai salah satu persyaratan utama untuk meraih gelar Doktor Ilmu Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mewujudkan efektivitas pembelajaran di sekolah bukanlah permasalahan yang mudah untuk dilaksanakan. Berbagai permasalahan timbul manakala berbagai macam rencana atau target akan diimplementasikan. Di level nasional, sebagaimana dinyatakan oleh Depdiknas (2006) bahwa berbagai faktor yang masih menghambat terhadap peningkatan mutu pendidikan, antara lain :

1. Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan belum memadai baik secara kuantitas, kualitas maupun kesejahteran pendidik

2. Sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal

3. Biaya pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran 4. Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif.

Sarana prasarana merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketidaksempurnaan sarana prasarana pendidikan di suatu sekolah tentu saja akan berdampak tidak optimalnya proses belajar mengajar sehingga efektivitas pembelajaran tidak akan tercapai. Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan dipengaruhi oleh variabel-variabel: regulasi, kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja, lokasi sekolah, tata guna lahan, sistem informasi, pembiayaan, kuantitas dan kualitas siswa, prosedur standar operasional, dan partisipasi masyarakat. Permasalahannya adalah bahwa dari berbagai macam faktor di atas, sejauhmanakah faktor-faktor regulasi, pembiayaan,dan partisipasi


(10)

masyarakat berpengaruh terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana yang dimiliki dan bagaimanakah dampaknya terhadap efektivitas pembelajaran.

Melalui karya tulis ini, penulis bermaksud untuk mengevaluasi, mengkaji, menganalisis, membangun konsep manajemen sarana prasarana sekolah dalam menunjang capaian efektivitas pembelajaran pada SMP di Kota Sukabumi, khususnya ditinjau dari aspek regulasi, pembiayaan dan partisipasi masyarakat berdasarkan kondisi empiris, permasalahan, kebutuhan dan standar baku yang dipergunakan.

Akhirnya, mudah-mudahan karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang peduli akan peningkatan mutu pendidikan.

Bandung, Agustus 2013


(11)

BIO DATA PENULIS

ASEP IRAWAN, lahir di Tasikmalaya pada Tanggal 7 Januari 1967. Anak ke 6 dari 8 bersaudara, terlahir dari pasangan Nana Suryana (alm), pensiunan POLRI dan Hj. Ena Resmiati (alm), pensiunan Kepala Sekolah (SD). Dari pernikahannya dengan dr. Irma Agristina, (PNS di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi) dikaruniai 3 orang anak, yaitu Fauzan Hilmi Ramadhian (Mhs. Teknik Informatika ITB), Kamila Puteri Nursyahbani (siswi SMP) dan Ghian Razib Firdaus (murid TK)..

Pendidikan SD, SMP dan SMA diselesaikan di Tasikmalaya. Pada Tahun 1987 melanjutkan studi di Teknik Sipil ITB dan pada Tahun 1996 mendapatkan beasiswa kedinasan melanjutkan S2 di Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya ITB.

Riwayat pekerjaan dimulai pada Tahun 1994 sebagai CPNS di Dinas Pekerjaan Umum Kota Sukabumi. Berbagai karir jabatan struktural dimulai pada Tahun 2000 sebagai Kepala Seksi Pengendalian Operasional Dinas Pekerjaan Umum Kota Sukabumi, Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Perhubungan Kota Sukabumi (2004), Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kota Sukabumi (2009). Pada Tahun 2010 dilantik menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Sukabumi dan pada Bulan Januari 2013 alih tugas menjadi Kepala Dinas Perhubungan Kota Sukabumi sampai sekarang.

Bandung, Agustus 2013


(12)

Pengaruh Regulasi, Pembiayaan Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah, Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada

Sekolah Menengah Pertama Se Kota Sukabumi Asep Irawan, 2013

ABSTRAK

Peran sarana prasarana pendidikan di dalam proses pembelajaran merupakan pendukung. Akan tetapi dari berbagai penelitian yang dilakukan, menempatkan posisi sarana prasarana sebagai faktor yang esensial dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh regulasi (X1), pembiayaan (X2) dan partisipasi masyarakat (X3) terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah (Y) serta bagaimanakah dampaknya terhadap efektivitas pembelajaran (Z).

Metoda yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif dan verifikatif, yaitu dengan cara explanatory survey, dimana digunakan kuesioner sebagai alat pengukur dari sampel atas populasi. Objek penelitian (populasi) adalah seluruh SMP yang ada di Kota Sukabuni dengan responden Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana, Guru dan Ketua Komite Sekolah.

Dari hasil penelitian, ditemukan pengaruh regulasi terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah sebesar 4,54% dengan hubungan yang sedang, pengaruh pembiayaan terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah sebesar 26,63% dengan hubungan sedang, pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah sebesar 0,30% dengan hubungan rendah dan pengaruh regulasi, pembiayaan, dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah sebesar 45,00% dengan hubungan yang tinggi sekali. Pengaruah efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah terhadap efektivitas pembelajaran sebesar 4,93% dengan hubungan sedang. Sementara pengaruh regulasi terhadap efektivitas pembelajaran adalah sebesar 2,46% dengan hubungan sedang, pengaruh pembiayaan terhadap efektivitas pembelajaran sangat adalah 7,02% dengan hubungan sedang, pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas pembelajaran sebesar 2,40% dengan hubungan yang rendah dan pengaruh regulasi, pembiayaan, partisipasi masyarakat dan efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas pembelajaran adalah sebesar 37,20% dengan hubungan kategori sedang.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari regulasi, pembiayaan dan partisipasi masyarakat baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah dan dampaknya positif pula terhadap efektivitas pembelajaran.

Sehubungan dengan adanya pengaruh yang positif, direkomendasikan agar pihak sekolah dan para pengambil kebijakan lebih memperhatikan aspek-aspek regulasi, pembiayaan dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah sehingga akan berdampak positif terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah.


(13)

The Influence of Regulation, Financing and Public Participation to The Effectiveness of School Facilities Management,

and Its Impact on Effectiveness of Learning, in Secondary School in Sukabumi City.

Asep Irawan, 2013 ABSTRACT

The role of educational facilities in the learning process is as a supporter. However, from various studies conducted, Its put the facilities position is essential factor in achieving successful learning.

This Study is intended to determine how far that regulatory factors (X1), financing (X2) and public participation (X3) influence the effectiveness of educational facilities management (Y) and how do they impact on the effectiveness of learning in schools (Z).

The method used is quantitative methods by descriptive and verification methods, namely by way of explanatory survey, which used a questionnaire as a measure of the population sample. Object of study (population) is all secondary schools in the Sukabumi City with respondents are Principal, Vice Principal of Facilities Affairs, Teachers and Chairman of the School Committee.

From the calculation, the influence of regulatory on the effectiveness of educational facilities management by 4,54%, with moderate correlation, the influence of financing on the effectiveness of education management facilities by 26,63%, with moderate correlation, the influence of public participation on the effectiveness of education management facilities by 0.30% with low correlation and the effect of regulation, financing, and public participation together on the effectiveness of educational facilities management amounted to 45,00% with very high correlation The influence of effectiveness of educational facilities management on the effectiveness of learning equal to 4,93% with moderate correlation. While the effect of regulation on the effectiveness of learning by 2,46% with moderate correlation, the effect of financing on the effectiveness of learning by about 7,02% with moderate correlation, the influence of public participation on the effectiveness of learning by 2.4% with low correlation and the effect of regulation, financing, community participation and effectiveness of educational facilities management together both the effectiveness of learning equal to 37,20% with moderate correlation.

From this study it can be concluded that there is a positive effect of regulation, financing and public participation either individually or jointly to the educational facilities management effectiveness and positive impact also on the effectiveness of learning.

In connection with the positive influence, furthermore it is recommended that the school and the government agency pay more attention to aspects of regulatory, financing and public participation to further increase the effectiveness of educational management facilities that will have a positive impact on the effectiveness of learning in schools.


(14)

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Pembatasan Masalah Penelitian ... 8

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Disertasi ... 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Sarana Prasarana Pendidikan Dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 13

B. Efektifitas Pembelajaran ... 16

C. Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan ... 19

D. Regulasi ... ... 61


(16)

F. Partisipasi Masyarakat ... 73

G. Hasil Studi Terdahulu Yang Relevan ... 76

H. Kerangka Pemikiran ...79

I. Hipotesis Penelitian ... 83

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sample Penelitian ... 84

B. Desain dan Metode Penelitian ... 87

C. Definisi Operasional Variabel ... 89

D. Instrumen Penelitian ... 95

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 99

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 103

G. Teknik Analisis Data ...106

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 112

B. Pengujian Hipotesis ... 119

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 134

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 170

B. Rekomendasi ... 173

DAFTAR PUSTAKA ... 178


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Lokasi Populasi 87

Tabel 3.2. Distribusi Populasi dan Sampel Responden ... 88

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 96

Tabel 3.4. Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item Menurut Guilford ... 100

Tabel 3.5. Perhitungan Reabilitas Instrumen Penelitian ……… 103

Tabel 4.1. Kriteria Interpretasi Skor ... 113

Tabel 4.2. Descriptive Statistics 116 Tabel 4.3. Matrik Korelasi antara Regulasi (X1), Pembiayaan (X2), dan Partisipasi Masyarakat (X3) Terhadap Efektifitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah (Y)………..……….. 122

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi, Koefisien jalur, Koefisien Determinasi, serta Pengaruh Variabel X1, X2, dan X3 terhadap Variabel Y……….. 123

Tabel 4.5. Matrik Korelasi antara Regulasi (X1), Pembiayaan (X2), Partisipasi Masyarakat (X3), dan Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah (Y) terhadap Efektivitas Pembelajaran (Z)……….…. 128

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi, Koefisien jalur, Koefisien Determinasi, serta Pengaruh Variabel X1, X2, X3, dan Yterhadap Variabel Z……….. 129 Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Perhitungan Pengaruh Regulasi, Pembiayaan, dan


(18)

Prasarana Sekolah dan Efektivitas Pembelajaran……….. 134

1. DAFTAR GAMBAR 2. 3. Halaman Gambar 2.1. Administrasi Pendidikan Sebagai Suatu Sistem ... 15

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 82

Gambar 3.1. Model Paradigma Penelitian Menyusun Model Klausal... 108

Gambar 4.1. Histogram Variabel X1 ... 117

Gambar 4.2. Histogram Variabel X2 ... 117

Gambar 4.3. Histogram Variabel X3 ... 118

Gambar 4.4. Histogram Variabel Y ... 118

Gambar 4.5. Histogram Variabel Z ... 119

Gambar 4.6. Diagram Jalur Yang Memperlihatkan Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 120

Gambar 4.7. Diagram Jalur Yang Memperlihatkan Hubungan Antar Regulasi (X1), Pembiayaan (X2), dan Partisipasi Masyarakat (X3) Terhadap Efektifitas Manajemen sarana dan Prasarana Sekolah (Y)…... 121

Gambar 4.8. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Kausal antara Regulasi (X1), Pembiayaan (X2), dan Partisipasi Masyarakat (X3) terhadap Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah (Y)……... 126

Gambar 4.9. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Kausal antara Regulasi (X1), Pembiayaan (X2), dan Partisipasi Masyarakat (X3) terhadap Efektivitas Pembelajaran (Z)………... 127


(19)

Gambar 4.10. Hasil Pengujian Hipotesis Hubungan Kausal Antara Variabel Regulasi (X1), Pembiayaan (X2), Partisipasi Masyarakat (X3), dan Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah (Y)

terhadap Efektivitas Pembelajaran (Z) ……….….. 132 Gambar 4.11. Kesimpulan Pola Pengaruh Regulasi, Pembiayaan, dan Partisipasi

Masyarakat terhadap efektifitas Manajemen Sarana Prasarana

Sekolah dan Efektifitas Pembelajaran ... 133 Gambar 4.12. Analysis of Educational System (Sa’ud dan Makmun, 2006:85)... 167


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Instrumen Kuisioner Penelitian ... 183

2. Lampiran 2 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 191

3. Lampiran 3 Data Skor Instrumen Penelitian ... 223

4. Lampiran 4 Pengujian Hipotesa Penelitian ... 286

5. Lampiran 5 Deskripsi Data Penelitian Hasil SPSS ... 290 6.


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Untuk mencapai tujuan pendidikan, diperlukan adanya upaya-upaya untuk menggerakkan berbagai macam sumber daya yang dimiliki. Administrasi pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Sagala (2006) mencoba mengintegrasikan segala sesuatu atau potensi dalam suatu aktivitas kelembagaan, baik personal, material dan spiritual yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Rohiat (2008), yang menjadi input dalam sistem pendidikan adalah siswa yang akan mendapatkan pendidikan, output merupakan lulusan atau siswa yang telah selesai menempuh pendidikan dengan segala macam predikat dan kualitas lulusan yang melekat pada dirinya, sementara proses berhubungan dengan sejumlah garapan yang menunjang kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Kurikulum; 2) Personil/anggota; 3) Sarana dan Prasarana; 4) Keuangan; 5) Hubungan sekolah dan masyarakat; dan 6) Layanan khusus. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sukmadinata (2006:7), bahwa:

Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung oleh sarana prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung.

Hasil studi Heyneman dan Loxly (Supriadi, 1999) yang dilakukan di 29 negara menunjukkan kaitan antara berbagai masukan (input) dengan prestasi siswa. Menurut hasil studi tersebut, di 16 negara yang sedang berkembang (India, Mesir, Bosnia, Thailand, Chile, Elsalvador, Kolombia, Meksiko, Brazil, Argentina, Peru, Uganda, Hongaria, Parague, Iran dan Bolivia), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah guru (34%), manajemen sekolah (22%), waktu belajar (18%), dan sarana prasarana (26%). Sementara di 13


(22)

2

negara industri (diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Skotlandia, Belanda, Jerman, Swedia, Belgia), kontribusi guru sebesar 36%, manajemen 23%, waktu belajar 27%, dan sarana prasarana 19%. Lackney dan Picus (2008) dalam penelitiannya di Education State University, Amerika menemukan bahwa fasilitas dapat berkontribusi pada rasa kepemilikan, keselamatan dan keamanan, personalisasi dan kontrol, privasi serta sosialitas.

Kontribusi sarana prasarana dalam sistem pendidikan bisa dikatakan sangat signifikan. Arum (2007) mengibaratkan sarana dan prasarana sebagi motor penggerak yang dapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus -menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Saud dan Satori (2007) mengemukakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan akan menggambarkan program pendidikan atau kurikulum sekolah itu. Lahan bangunan, dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambarkan cita dan citra masyarakat, seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan. Disamping itu, hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dan disesuaikan dan memadai bagi kepentingan siswa, demi terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di waktu belajar, bekerja dan bermain sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Sarana prasarana pendidikan yang baik akan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Sidi (2005) menegaskan bahwa dalam menata lingkungan belajar dikelas yang menarik minat dan menunjukkan peserta didik dalam pembelajaran erat kaitannya dengan keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan peserta didik dan pemanfaatan sumber belajar, panjang kelas dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat ditegaskan lebih lanjut


(23)

3

bahwa secara fisik lingkungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah belajar serta menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus bersih, tempat duduk ditata sedemikian rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar dengan bebas. Sementara itu, Filardo (2002:13) menyatakan :“Improving school facilities is an important part of ensuring that

high standards for teacher effectiveness and student achievement can be met”.

Mulyasa (2007) menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Senada dengan itu, BEST Collaborative (2005:7) menjelaskan bahwa sekolah dengan performan yang baik akan memberikan keuntungan, baik bagi siswa, pengajar maupun lingkungan:

… high performance schools can provide additional benefits that include: better student performance, increased average daily attendance, increased teacher satisfaction and retention, reduced operating costs, reduced liability exposure, increased opportunities to utilize the school building itself as a teaching tool, and educate students about the importance of caring for the environment.

Mewujudkan mutu pembelajaran di sekolah bukanlah permasalahan yang mudah untuk dilaksanakan. Berbagai permasalahan timbul manakala berbagai macam rencana atau target akan diimplementasikan. Di level nasional, sebagaimana dinyatakan oleh Depdiknas (2006) bahwa berbagai faktor yang masih menghambat terhadap peningkatan mutu pendidikan, antara lain :

1. Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan belum memadai baik secara kuantitas, kualitas maupun kesejahteran pendidik

2. Sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal

3. Biaya pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran

4. Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif.

Terkait dengan penyediaan sarana prasarana pendidikan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, bahwa sampai saat ini (kompas.com, tanggal 30 Juni 2012), 61.697 bangunan SD dan 29.937 bangunan SMP di seluruh


(24)

4

Indonesia mengalami rusak berat. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mengambil langkah, seperti yang dikemukakan oleh Mendiknas Mohammad Nuh yang menjelaskan bahwa pada Tahun Anggaran 2012, disediakan anggaran 18 Triliun untuk memperbaiki 140.000 sekolah. Diharapkan pada tahun 2013 tidak ada lagi sekolah yang mengalami rusak berat. Presiden SBY minta agar di akhir tahun 2014 rehabilitasi sekolah rusak selesai.

Di level tingkat satuan pendidikan (sekolah), berbagai permasalahan yang muncul, sebagaimana dijelaskan dalam Saud dan Irianto (2009), erat kaitannya dengan kondisi tanah, bangunan dan perabot yang menjadi penunjang terlaksananya proses pendidikan.

Dalam aspek tanah, berkaitan dengan status hukum kepemilikan tanah yang menjadi tempat pendidikan. Pada tanggal 19 Juni 2012 diberitakan di (kompas.com) tentang sekolah SDN Leuwinanggung, Depok Jawa Barat yang “digembok” gara-gara sengketa antara pihak sekolah dengan yang mengaku pemilik lahan. Kejadian serupa terjadi pada tanggal 25 Oktober 2012 di SMP PGRI 01 Donomulyo Malang, Jawa Timur dimana sekolah disegel pemilik tanah dan minta ganti rugi Rp. 1 Milyar (http:///chelon.staff.umm.ac.id). Di samping itu, letak tanah yang kurang memenuhi persyaratan lancarrnya proses pendidikan (sempit, ramai, terpencil, kumuh, labil, berada di bantaran sungai, pinggir rel kereta api, dan lain-lain).

Aspek bangunan berkenaan dengan kondisi gedung sekolah yang kurang memadai untuk lancarnya proses pendidikan. Seperti kejadian di Cina pada tanggal 12 Mei 2008 yang lalu, dimana peristiwa gempa mengakibatkan lebih dari 1000 siswa dan guru tewas (http://dhammacitta.org). Peristiwa lain terjadi pada tanggal 5 Oktober 2012 di SMAN Leuwinanggung 7, Tapos, Depok, Jawa Barat yang ambruk, sehingga mengakibatkan 520 siswa diungsikan. Atau bahkan terjadi di Kota Sukabumi sendiri, dimana pada tanggal 26 Desember 2012 atap SMAN 1 ambruk akibat salah konstruksi (www.youtube.com). Kondisis lain disebabkan kualitas bangunan yang sudah tidak memenuhi persyaratan (lembab, gelap, sempit, rapuh).


(25)

5

Aspek perabot berkenaan dengan sarana yang kurang memadai bagi pelaksanaan proses pendidikan (meja-kursi yang reyot, alat peraga yang tidak lengkap, buku paket yang tidak cukup, sarana kesehatan kurang memadai, termasuk fasilitas untuk kebutuhan ekstrakurikuler). Filardo (2002:13) menyatakan bahwa sarana-prasarana sekolah yang kurang memadai akan berpengaruh terhadap buruknya daya dukung masyarakat atas pendidikan. Lebih jauh dikatakan bahwa : “Inadequate or decrepit school facilities are a result of and contribute to a lack of public support for public education. Substandard school buildings reflect poorly on the people and programs that are housed in them”. Selain itu, Filardo (2002) menjelaskan dampak sarana prasarana sekolah yang kurang memadai, yaitu akan mengakibatkan kelainan pada siswa, sikap mental tenaga kependidikan yang rendah, terjadi pelemahan guru, ketidakmampuan mendapatkan kurikulum yang baik, mengurangi jam belajar, mengacaukan pembelajaran, terjadinya problem kesehatan bagi guru, siswa dan pegawai.

Secara kontekstual, berbagai permasalahan di atas terjadi juga di dalam lingkup pendidikan di Kota Sukabumi, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi Tahun 2012 diketahui bahwa kondisi fisik bangunan (ruang kelas) untuk jenjang SMP, untuk sekolah negeri 89.34% ruang kelas dalam kondisi baik; 8,79% rusak ringan dan 1,87% rusak berat. Sedang untuk sekolah swasta 57% dalam kondisi baik; 18,82% rusak ringan dan 23,73% rusak berat.

Ketidaksempurnaan sarana prasarana pendidikan di suatu sekolah diakibatkan oleh ketidakcukupan sumber daya yang ada dan tidak efektifnya pengelolaannya. Tentu saja hal ini akan berdampak tidak optimalnya proses belajar mengajar sehingga efektivitas pembelajaran tidak akan tercapai. Ketidakcukupan sumber daya diantaranya disebebkan keterbatasan kemampuan keuangan sekolah dan mimimnya partisipasi dari masyarakat. Permasalahan lain terkait dengan regulasi dan kebijakan yang cepat berubah, dimana belum saja suatu aturan atau kebijakan dipahami atau diimplementasikan, sudah muncul


(26)

6

aturan atau kebijakan lain, sehingga akan menimbulkan kebingungan. Atau adanya suatu kebijakan yang diiringi aturan atau petunjuk teknis yang tidak jelas/ membingungkan sehingga menyebabkan salah interpretasi dan menimbulkan persoalan hukum.

Permasalahannya adalah sejauhmanakah faktor-faktor regulasi, pembiayaan,dan partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap kondisi sarana prasarana yang dimiliki dan bagaimanakah dampaknya terhadap efektifitas pembelajaran. Apabila dikaitkan dengan kondisi SMP yang ada di Kota Sukabumi dengan berbagai kondisi yang beraneka ragam, maka akan menjadi kajian yang sangat menarik.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berpijak pada apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penelitian ini tidaklah untuk mengkaji seluruh masalah yang terkait dengan efektivitas pembelajaran melalui manajamen sarana prasaran pendidikan. Permasalahan utama yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh regulasi, pembiayaan dan partisipasi masyarakat terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah, dan dampaknya terhadap efektivitas pembelajaran“.

Rumusan awal permasalahan penelitian adalah pertanyaan bagaimana kondisi deskripsi atas variabel yang diteliti? Kemudian dari masalah utama di atas yang masih sangat umum, dirinci melalui rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh regulasi terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah?

2. Seberapa besar pengaruh pembiayaan terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah?

3. Seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah?


(27)

7

4. Seberapa besar pengaruh regulasi, pembiayaan, dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah?

5. Seberapa besar pengaruh regulasi sekolah terhadap efektivitas pembelajaran? 6. Seberapa besar pengaruh pembiayaan terhadap efektivitas pembelajaran? 7. Seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas

pembelajaran?

8. Seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah terhadap efektivitas pembelajaran?

9. Seberapa besar pengaruh regulasi, pembiayaan, partisipasi masyarakat dan efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari disertasi ini pertama-tama adalah untuk memperoleh gambaran tentang variabel-variabel regulasi, pembiayaan dan partisipasi masyarakat, yang memberikan pengaruh terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah, dan bagaimana keeratan dan pola hubungan antar variabel, serta implikasinya terhadap efektivitas pembelajaran, dengan penelitian terhadap SMP di Kota Sukabumi. Untuk itu tujuan penelitian dapat dirinci dengan tujuan awal mengetahui kondisi deskripsi atas variabel yang diteliti, kemudian dirinci dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh regulasi terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah.

3. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah.


(28)

8

4. Untuk mengetahui pengaruh regulasi, pembiayaan, dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama terhadap efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah.

5. Untuk mengetahui pengaruh regulasi sekolah terhadap efektivitas pembelajaran.

6. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan terhadap efektivitas pembelajaran. 7. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas

pembelajaran.

8. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah terhadap efektivitas pembelajaran.

9. Untuk mengetahui pengaruh regulasi, pembiayaan, partisipasi masyarakat dan efektivitas manajemen sarana prasarana sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas pembelajaran.

D. Pembatasan Masalah Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik dan tepat, serta fokus dan terarah dalam pembahasan permasalahan, maka diperlukan pembatasan masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah yang dilakukan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu secara konseptual dan kontekstual, dengan uraian sebagai berikut :

1. Pembatasan Konseptual Masalah

Saud dan Satori (2007) mengemukakan bahwa kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan harus terintegrasi dengan rencana pembangunan baik nasional, regional, maupun lokal. Dalam perencanaan kebutuhan tersebut perlu dikaji sistem internal pendidikan dan aspek-aspek eksternalnya, seperti masalah : demografi, ekonomi kebijakan-kebijakan yang ada. Masalah demografi berkaitan dengan karakteristik mayoritas masyarakat, misalnya postur tubuh. Faktor-faktor kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah regulasi (aturan), pembiayaan, visi-misi sekolah, kurikulum dan program kerja sekolah. Adanya partisipasi masyarakat dan stakeholder pendidikan


(29)

9

yang lain juga memberikan kontribusi yang sangat berarti. Secara opersional, pemenuhan kebutuhan sarana prsarana di dalam proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh kualitas (skill) dari pendidik maupun tenaga kependidikan. Dari berbagai faktor yang berpengaruh di atas, penulis mengambil 3 faktor yang menjadi objek kajian, yaitu yang berkaitan dengan faktor non-kependidikan : aspek regulasi, pembiayaan dan partisipasi masyarakat. Pembatasan ini bukan didasari atas skala prioritas atau urgensi dari faktor-faktor yang ada, akan tetapi semata-mata didasarkan atas keterbatasan pemahaman penulis dengan latar belakang non-kependidikan.

a. Dalam pengertian teoritis atau praktis, sangat universal para ahli dalam memahami maksud dari efektivitas, sehingga dalam penelitian ini perlu dibatasi yang dimaksud dengan efektivitas pembelajaran adalah yang mengacu pada pengertian efektivitas atas tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam mencapai tujuan secara optimal dalam bidang pendidikan, yang dibatasi pada usaha untuk mewujudkan dan menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik melalui persekolahan.

b. Manajemen sarana prasarana pendidikan sebagai kegiatan pengelolan atau usaha yang dilakukan untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan terwujud apabila terjadi suatu proses yang langkah-langkahnya tersusun rapi. Kegiatan serta proses kerja dalam manajemen sarana pendidikan meliputi : 1) Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan; 2) Mengupayakan pengadaan atau ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana serta memfasilitasinya; 3) Penyimpanan; 4) Inventarisasi; 5) Memfasilitasi pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana pendidikan; 6) Memfasilitasi pembanguan atau pengembangan dan rehabilitasi unit sekolah; dan 7) Melakukan penghapusan.


(30)

10

c. Regulasi merupakan aturan yang seharusnya diikuti, yang sifatnya tidak hanya mengatur sistem operasi secara internal, tetapi juga menyajikan pengaturan yang berhubungan dengan fungsi secara definitif di antara sistem atau peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam perturan perundang-undangan yang berhubungan dengan manajemen sarana prasarana pendidikan

d. Pembiayaan dipahami sebagai rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Pembiayaan di samping sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian manajemen, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah, yang berhubungan dengan manajemen sarana prasarana pendidikan. e. Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk kepada adanya

keikutsertaan secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan pendidikan adalah keikutsertaan masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan. Partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat.

2. Pembatasan Kontekstual Masalah

a. Data primer dan sekunder yang dipergunakan, diperoleh berdasarkan kondisi empiris data lapangan maupun sumber referensi yang dimiliki oleh institusi terkait pada tahun 2011, 2012 dan 2013 pada saat pengumpulan data.


(31)

11

b. Objek responden adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang srana prasarna, guru berbagai bidang studi, dan ketua komite sekolah sebagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mengatahui manajemen sarana prasarana pendidikan dalam aktivitas pembelajaran terhadap siswa di sekolah.

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian dari disertasi ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi manfaat, baik dari segi teoritis maupun segi praktis sebagaimana berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi peneliti di bidang keilmuan administrasi pendidikan, khususnya kajian kebijakan pendidikan, terutama berkaitan dengan kondisi sarana prasarana pendidikan yang menunjang efektivitas pembelajaran. Temuan-temuan penelitian dapat digunakan sebagai model, atau dapat digunakan sebagai bagian dari pelaksanaan manajemen pendidikan. Penelitian ini juga akan memberikan kontribusi positif untuk pengembangan studi administrasi pendidikan, yang merupakan bagian dari kebijakan pendidikan dari ruang lingkup kebijakan pemerintah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis kiranya penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi Pemerintah Kota Sukabumi dalam merancang atau sebagai landasan kebijakan lebih lanjut melakukan manajemen pendidikan, serta dalam hal pengembangan kebijakan sistem penataan sarana prasarana sekolah, agar terjadi sinergitas kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan yang nyaman, aman, sehat dan ekonomis bagi masyarakat.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Untuk mempermudah dalam pembahasan penulisan penelitian ini agar lebih terfokus atau terarah, maka naskah penelitian disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut.


(32)

12

Bab I, yaitu Pendahuluan, memuat konsep yang mengawali dasar berpikir dan harapan umum atau latar belakang dari penelitian ini. Sehingga di dalam Bab ini lebih bersifat menguraikan dasar-dasar permasalahan dari kondisi empiris yang ada untuk layak dilakukan penelitian. Dengan luas bahasan yang ada, maka di dalam Bab ini juga dilakukan penekanan fokus pembahasan baik secara konseptual maupun kontekstual, dengan memuat uraian identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, pembatasan masalah penelitian, manfaat / signifikansi penelitian dan struktur organisasi disertasi.

Bab II berupa Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian, yang berisikan konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil serta arti penting yang mendukung kajian tentang studi manajemen sarana prasarana pendidikan dan pengaruhnya terhadap efektivitas pembelajaran, didukung dengan ringkasan penelitian terdahulu yang relevan, serta membuat fokus teori dan bahasan penelitian kerangka pemikiran, anggapan dasar dan hipotesis.

Pada Bab III dijelaskan Metode Penelitian, yang berisikan tentang lokasi dan subjek populasi/sampel, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain penelitian, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian, desain operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan dipaparkan di Bab IV yang berisikan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

Seabagai bagian akhir dari laporan, pada Bab V disusun Kesimpulan dan Saran, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis peneliti temuan peneltian. Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan dan beberapa


(33)

13

saran-saran sebagai masukan yang bermanfaat untuk penyempurnaan di masa mendatang.


(34)

84

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di wilayah Kota Sukabumi, dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama. Menurut Sugiyono (2007:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini dapat berupa sekelompok manusia, nilai tentang gejala-gejala, pendapat, peristiwa, benda dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi unit observasi adalah Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, Guru, dan Ketua Komite Sekolah.

Berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan di Bab II, variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah Regulasi, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah dan Efektivitas Pembelajaran. Data yang dianalisis dari kelima variabel tersebut diperoleh berdasarkan jawaban atas kuisioner unit observasi. Hal yang mendasari pemilihan unit observasi pada variabel yang diteliti adalah rasionalisasi sebagai berikut : 1. Efektivitas Pembelajaran

Unit observasi untuk Efektivitas Pembelajaran adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, dan Guru. Hal ini didasari ketiga elemen tersebut berhubungan langsung dengan penyelenggaraan dan evaluasi pembelajaran di sekolah.

2. Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Sekolah

Unit observasi untuk variabel Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan adalah Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana dan Guru. Hal ini didasari bahwa Kepala sekolah, Wakil Kepala


(35)

85

sekolah, khususnya dalam penyelenggaraan dan penggunaan sarana prasarana pendidikan.

3. Regulasi

Unit observasi untuk variabel regulasi adalah Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana dan Guru. Hal ini didasari bahwa ketiga element tersebut, lebih dominan mengetahui seputar kebijakan dan regulasi dalam penyelenggaraan manajemen sarana prasarana pendidikan.

4. Pembiayaan

Unit observasi untuk variabel pembiayaan adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, Guru dan Ketua Komite Sekolah. Hal ini didasari keempat elemen tersebut dalam posisi organisasi sekolah yang mengetahui seputar pembiayaan dalam penyelenggaraan manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah.

5. Partisipasi Masyarakat

Unit observasi untuk variabel partisipasi masyarakat adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, Guru dan Komite Sekolah. Hal ini didasari bahwa keempat elemen tersebut berhubungan dengan aktivitas dan kerangka peran serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah, khususnya manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah.

Diketahui dari unit observasi objek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, Guru dan Ketua Komite Sekolah. Untuk ukuran sampel Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, dan Ketua Komite Sekolah yang dipergunakan adalah dengan pendekatan Sampling Jenuh. Sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel yang menggunakan anggota populasi sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil atau untuk generalisasi dengan kesalahan yang kecil (Sugiono, 2008). Sehingga sampel objek penelitian ini adalah sebanyak 1 (satu) orang Kepala Sekolah, 1 (satu) orang Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, dan 1 (satu) orang Ketua Komite Sekolah. Hal ini diambil dengan


(36)

86

peluang yang sama dari setiap SMP yang diteliti, yaitu sebanyak 33 sekolah. Sehingga terjumlah 99 sampel untuk Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana, dan Ketua Komite Sekolah.

Untuk Guru diketahui dari objek penelitian ini adalah sebesar : 793 orang. Jumlah tersebut diperoleh berdasarkan jumlah guru SMP di Kota Sukabumi sebagai populasi dari 33 sekolah.

Sedangkan untuk ukuran sampel, ditentukan berdasarkan metode pengukuran sampel yang dikemukakan oleh Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2005 : 78) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : N = Populasi n = Sampel

e = Taraf kesalahan / presisi

Dalam penelitian ini penulis mengambil taraf kesalahan atau e = 0,05. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

0,05 .793

1

793

. 2

 

n

n = 265,88

Sehingga diperoleh sampel minimal dalam penelitian ini adalah 266 responden. Sampel diambil dengan peluang yang sama dari setiap sekolah SMP yang diteliti.

Agar setiap unit sampel yang terpilih memiliki peluang yang sama, maka penentuan ukuran sampel berasal dari populasi setiap stratifikasi, yang ditentukan dengan formula sebagai berikut :

Ni

e N

N n

. 1 2. 


(37)

87

ni = x no  Ni

Keterangan :

ni = Ukuran sampel dari masing-masing kelompok kelas ke-i no = Ukuran sampel yang diambil dari seluruh kelompok kelas Ni = Ukuran populasi dari masing-masing kelompok kelas Ni = Ukuran populasi dari seluruh kelompok kelas ke-I

Sehingga distribusi sampel dari masing-masing sekolah dapat diketahui sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Lokasi Populasi

No. Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Sampel

1 SMP Negeri 1 65 22

2 SMP Negeri 2 63 20

3 SMP Negeri 3 38 13

4 SMP Negeri 4 30 10

5 SMP Negeri 5 33 11

6 SMP Negeri 6 30 10

7 SMP Negeri 7 38 13

8 SMP Negeri 8 30 10

9 SMP Negeri 9 33 11

10 SMP Negeri 10 35 12

11 SMP Negeri 11 24 8

12 SMP Negeri 12 28 9

13 SMP Negeri 13 28 9

14 SMP Negeri 14 24 8

15 SMP Negeri 15 30 10

16 SMP Negeri 16 14 5

17 SMP Muhammadiyah 1 21 7

18 SMP Islam Nurul Karomah 18 6

19 SMP Islam Fatahilah 21 7

20 SMP Islam An-Nuur 21 7

21 SMP Islam Al-Azhar 12 4

22 SMP Pasundan 12 4


(38)

88

No. Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Sampel

24 SMP PGRI 2 11 4

25 SMP PGRI 3 14 5

26 SMP PGRI Ciaul 12 4

27 SMP PGRI Lembur Situ 9 3

28 SMPK BPK Penabur 18 6

29 SMP Advent 14 5

30 SMP Kehidupan Baru 11 4

31 SMP Taman Siswa 12 4

32 SMP Mardi Waluya 2 18 6

33 SMP Yuwati Bhakti 12 4

Jumlah 793 266

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Sukabumi dan Hasil Analisis, 2013

Untuk memperoleh sampel yang representatif, maka penelitian ini

menggunakan teknik “stratified probability random samplingtechnique”. Teknik

ini digunakan karena populasi mempunyai anggota yang memiliki karakteristik heterogen dan berstrata secara proposional.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diketahui populasi dan sampel dari setiap elemen responden adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Distribusi Populasi dan Sampel Responden

No. Elemen Responden Populasi Sampel

1 Kepala Sekolah 33 33

2 Wakil Kepala Sekolah 33 33

3 Guru 793 266

4 Ketua Komite Sekolah 33 33

Sumber : Hasil Analisis, 2013

B. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian adalah rangkaian proses yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Tiap tahapan adalah bagian yang menentukan bagi tahapan berikutnya. Tiap tahapan harus dilakukan dengan cermat dan teliti, sehingga diperoleh pemecahan masalah yang terarah guna mendapatkan hasil tepat. Sesuai dengan


(39)

89

tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif, dengan metode penelitian explanatory survey. Penelitian survey ini digunakan melalui cara penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur dari sampel atas populasi. Penelitian survey ini digunakan dengan maksud tujuan : (1) Eksploratif (penjajagan), (2) Deskriptive ekspalantory atau confirmatory, yaitu menjelaskan hubungan dan pengujian hipotesis, (3) evaluasi, (4) memprediksikan, (5) penelitian operasional dan (6) pengembangan indikator-indikator sosial (Singarimbun dan Effendi, 1980 : 5-10).

Metode penelitian studi ini dapat dibagi dalam dua tahapan penelitian. Tahapan pertama adalah metode pengumpulan data yang terdiri dari survey data primer, survey data sekunder, dan pengambilan data sampel. Tahapan kedua adalah pendekatan studi yang merupakan pengkajian/penelaahan dari data yang diperoleh pada tahapan pertama.

C. Definisi Operasional Variabel

Banyak variabel yang dapat mempengaruhi Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan dan Efektivitas Pembelajaran. Dari beberapa teori yang telah diulas sebelumnya dapat diketahui variabel-variabel yang mempengaruhi tersebut.

Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan di pengaruhi oleh variabel-variabel : regulasi, kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja, lokasi sekolah, tata guna lahan, sistem informasi, pembiayaan, kuantitas dan kualitas siswa, prosedur standar operasional, dan partisipasi masyarakat (Jeddawi (2012), Fattah (2009), Saud dan Satori (2007), Arum (2007), Dwiningrum (2011)). Di dalam penelitian ini, variabel yang diukur adalah regulasi, pembiayaan, dan partisipasi masyarakat. Variabel yang lain adalah sebagai epsilon.

Efektivitas Pembelajaran di pengaruhi oleh variabel-variabel : regulasi, kemandirian sekolah, tujuan sekolah, pembiayaan, tanggungjawab siswa, dukungan keluarga, perilaku siswa, kurikulum, iklim sekolah, budaya yang


(40)

90

berkembang, hubungan dengan masyarakat, layanan-layanan penunjang, laboratorium. kualitas pendidik, pemantauan kualitas, kapasitas masyarakat, penyediaan sarana prasarana pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah, tata guna lahan, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, fasilitas lalu lintas, kinerja lalu lintas, motivasi siswa, bakat, latar belakang dan kondisi sekolah, waktu dan kesempatan belajar, kualitas pengajaran kelas, pelaksanaan kurikulum dan strategi pembelajaran guru, sistem pergerakan pendidikan, sistem aktivitas pendidikan, sistem komunikasi pendidikan, sistem fasilitas pendidikan, dan sistem operasi pendidikan. (Mulyasa (2007), Creemers (1996), Arum (2007), Komariah (2004), Di dalam penelitian ini, variabel yang diukur adalah regulasi, pembiayaan, partisipasi masyarakat, dan efektivitas manajemen sarana prasarana pendidikan. Variabel yang lain adalah sebagai epsilon.

Selanjutnya variabel yang diteliti dijelakan dalam definisi konseptual. Definisi konseptual ini diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan persepsi tentang variabel penelitian, dan lebih jauh diperlukan agar konsep yang menjadi bahasan dalam penelitian mudah dicerna dan ditafsirkan sehingga komunikasi akademis akan lebih terarah dan menghindari kekeliruan ilmiah.

Dalam judul penelitian yang mencerminkan sejumlah variabel yakni Regulasi, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan dan Efektivitas Pembelajaran, yang akan dijelaskan berdasarkan pengertian, definisi atau pemahaman penulis tentang makna yang tertuang dari konsep-konsep berikut :

1. Efektivitas Pembelajaran

Komariah (2004) memaparkan bahwa efektivitas sekolah bukan sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi berkaitan erat dengan syaratnya komponen-komponen sistem dengan mutu. Efektivitas belajar bukan hanya menilai hasil belajar siswa, tetapi semua upaya yang menyebabkan anak belajar. Artinya, kualifikasi guru dan personel lainnya, kinerja guru dan personel lainnya, kepemimpinan dan


(41)

91

kebijakan sekolah, iklim sekolah, budaya yang berkembang, hubungan dengan masyarakat, layanan-layanan penunjang, laboratorium, dan sebagainya menjadi indikator yang turut menentukan efektivitas belajar. Menurut Mulyasa (2007) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota dengan didukung oleh partisipasi masyarakat, untuk mewujudkan tujuan sekolah dengan mendapatkan serta memanfaatkan berbagai macam sumber daya.

2. Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan.

Arum (2007) mendefinisikan manajemen sarana pendidikan sebagai kegiatan pengelolan atau usaha yang dilakukan untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan terwujud apabila terjadi suatu proses yang langkah-langkahnya tersusun rapi. Kegiatan seta proses kerja dalam manajemen sarana pendidikan meliputi : 1) Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan; 2) Mengupayakan pengadaan atau ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana serta memfasilitasinya; 3) Penyimpanan; 4) Inventarisasi; 5) Memfasilitasi pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana pendidikan; 6) Memfasilitasi pembanguan atau pengembangan dan rehabilitasi unit sekolah; dan 7) Melakukan penghapusan.

Dalam kaitannya dengan manajemen sarana prasarana pendidikan, Saud dan Satori (2007) mengemukakan istilah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuahn, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, dan penghapusan, serta penataan lahan, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran.

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa efektivitas manajemen sarana prasarana pendidikan merupakan pencapaian tujuan yang diinginkan, melalui serangkaian tindakan manajemen sebagai kegiatan pengelolaan pada objek


(42)

92

sarana prasarana pendidikan, yang dilakukan untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada, guna tercapainya tujuan pendidikan.

Bafadal ( 2004 ) memberikan istilah manajemen perlengkapan sekolah dimana tujuannya adalah memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efekfif dan efisien.

3. Regulasi

Jeddawi (2012) mengemukakan yang dimaksud dengan peraturan adalah hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum. Sementara Jeddawi (2012) mendefinisikan peraturan perundang-undangan sebagai sebuah metode dan instrumen ampuh yang tersedia untuk mengatur dan mengarahkan kehidupan masyarakat menuju cita-cita yang diharapkan. Dari sudut pandang persekolahan, aturan (regulasi) yang berkaitan dengan pendidikan ada yang bersifat eksternal (aturan yang menyangkut kebijakan nasional, daerah dan pejabat yang berwenang) dan ada yang bersifat internal sekolah berupa penjabaran dari aturan-aturan lebih tinggi dan untuk kebutuhan operasional sekolah. Sagala (2006) menjelaskan bahwa kebijakan publik dan kebijaksanaan untuk pendidikan berkaitan dengan fungsi-fungsi esensi instansi pendidikan khususnya satuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan, yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran yaitu: 1. Standar dan pengembangan kurikulum; 2. Visi, misi, penetapan tujuan dan target pendidikan; 3. Rekrutmen dan pembinaan tenaga kependidikan; 4. Pengelolaan dan pembinaan siswa; 5. Penyediaan buku pelajaran; 6. Penyediaan dan pemeliharaan sarana pendidikan; 7. Penyediaan dan perawatan fasilitas pendidikan; 8. Pengadaan, perawatan dan penggunaan perpustakaan dan laboratorium sekolah, dan sebagainya yang dapat memberikan dukungan pada kualitas pembelajaran. Sedangkan kebijakan yang berkaitan dengan manajemen institusi pendidikan antara lain adalah pengalokasian sumber-sumber anggaran dan penggunaannya, pengelolaan


(43)

93

gedung, pengelolaan peralatan dan perlengkapan, pengelolaan fasilitas, dan sebagainya. Secara internal, sekolah dilengkapi dengan seperangkat aturan-aturan di samping tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, sebagaimana dinyatakan dalam (Komariah, 2004), bahwa siswa ataupun staf sekolah yang menunjukan kinerja yang baik, berkualitas dan menunjukan perilaku yang diharapkan serta menjalin interelasi dan interaksi yang emphatik diantara personil, perlu mendapatkan penguatan positif (Positive reinformcement), sehingga perilaku baiknva akan semakin baik dan memperoleh pengakuan. Indikator terjadinya penguatan positif adalah penegakan disiplin secara bersih dan adil, tidak terjadi kecurangan dan diskriminasi perlakuan terhadap pelanggar disiplin memberikan feed back terhadap perilaku yang telah ditunjukkan dengan segera

4. Pembiayaan

Fattah (2009) mendefinisikan pembiayaan atau penganggaran adalah rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Sementara kalau pembiayaan sektor publik adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Dalam kaitan ini Saud dan Satori (2007) dengan jelas mengatakan bahwa pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisis sumber-sumber dana tetapi juga menyengkut penggunaan dana-dana itu secara efisien. Mulyono (2010) mengemukakan bahwa anggaran merupakan suatu instrumen yang dirancang untuk memfasilitasi perencanaan. Anggaran juga memberikan sebuah konteks proses perencanaan dalam penilaian langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Mulyono (2010) menyebut anggaran sebagai alat penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk biaya untuk setiap komponen kegiatan. Prosedur anggaran dilakukan dengan menyusun ramalan tentang kemungkinan pendapatan dan belanja selama periode tertentu. Thomas dan Martin (2003:24) menjelaskan,


(44)

94

bahwa pengelolaan anggaran yang dilaksanakan oleh sekolah akan lebih baik daripada di tempat lain : “ If schools were given the right to spend their budget, as thought the money was their own, it would be spent in a way which was more

carefully attuned to their needs than if the decisions were made elsewhere”. Hal ini didasarkan alasan bahwa pengelolaan anggaran oleh sekolah akan lebih fleksibel dalam pemanfaatannya, karena sekolah lebih mengetahui kebutuhannya. Dengan demikian pelayanan yang diberikan akan lebih efektif dan efisien.

5. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan pendidikan adalah keikutsertaan masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan. Dwiningrum (2011), menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Beberapa prasyarat untuk dapat menciptakan partisipasi menurut Saud dan Satori (2007), yaitu:

a. Adanya rasa senasib sepenanggungan, bahwa maju mundurnya sekolah berati maju mundurnya masyarakat.

b. Keikutsertaan terhadap tujuan, bahwa tujuan pendidikan di sekolah adalah tujuan masyarakat dimana sekolah itu berada.

c. Adanya prakarsawan karena diperlukan kepemimpinan, baik dari pihak masyarakat maupun dari pihak profesional yang dapat menimbulkan motivasi untuk bekerjasama.

d. Adanya iklim (suasana atau situasi) yang baik, hubungan antar anggota masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, harga menghargai, tidak ada curiga mencurigai, iri hati dan sebagainya.

Dalam konsep sekolah efektif, sekolah tidak terlepas dari lingkungannya, sebagaimana dinyatakan dalam Komariah (2004), bahwa lingkungan sekolah terutama berhubungan dengan masyarakat, oleh karena itu sekolah efektif dapat diidentifikasi dari ada tidaknya dan berkualitasnya hubungan sekolah dengan masyarakat/kemitraan antara sekolah dengan masyarakat (Home school partnership) keberadaan orang tua atau masyarakat untuk sekolah tidak saja


(45)

95

sebagai orang tua dan anak-anaknya yang dapat membantu pekerjaan rumah anaknya (parental involvement in their children„s learning), tetapi melalui kemitraan sekolah dengan masyarakat terwujud suatu organisasi belajar (A learning organization) yang memberi pemahaman kepada orang tua akan pentingnnya belajar tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga dilakukan di rumah dan lingkungan sekitarnya.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif instrumen penelitian menjadi bagian dari penelitian yang sangat penting, sebagai alat ukur dari variabel penelitian. Penyusunan kuesioner supaya menghasilkan data yang valid diperlukan kehati-hatian agar tujuan pengukuran tercapai dengan baik. Oleh karena itu melalui tujuan pengukuran ini diperoleh pertimbangan dan dasar dalam pengambilan sampel dari masing-masing alat ukur, penempatan penyebaran item dan karakteristik responden yang diinginkan.

Penyusunan alat ukur penelitian, pembatasan isi yang akan disajikan dalam bentuk item merupakan hal yang sangat penting (construct validity). Pembatasan bahan pengukuran ini bertujuan agar alat ukur yang disusun tidak keluar dari lingkup relevan yang diharapkan. Ini dilakukan untuk mengarahkan item-item pertanyaan yeng relevan, dan memastikan tidak ada bagian penting yang terlewat atau terwakili oleh item alat ukur. Dengan demikian diharapkan validitas alat ukur (content validity) dalam penelitian akan menjadi lebih representatif, komprehensif dan relevan.

Alat ukur yang dipergunakan adalah Model Skala Likert. Sebagaimana

dijelaskan oleh Sugiono (2007:134), bahwa : ”Skala Likert merupakan format

penulisan item yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial”.


(46)

96

Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Kuesioner tersebut dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk skala likert yang dimodifikasi.

Kuesioner terdiri dari sejumlah pernyataan yang dilengkapi dengan lima alternatif respon / jawaban. Pengukuran dilakukan dengan meminta responden memilih salah satu respon / jawaban yang disediakan. Setiap alternatif jawaban mendapat bobot skor berupa pernyataan-pernyataan positif dengan nilai 5 sampai dengan 1.

Butir pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner dikembangkan atas dasar definisi operasional dari masing-masing variabel dengan mengacu kepada indikator yang telah dituangkan dalam kisi-kisi instrumen yang ditunjukan dalam tabel berikut :

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No. Dasar Teori Variabel Dimensi Indikator Item

Pertanyaan

1 2 3 4 5 6

1 a. Komariah (2004) b. Mulyasa

(2007) c.Makmun (1999) Efektivitas Pembelajaran (Z) Penyelengga-raan Pembelajaran

a. Terseleng-garanya proses pembelajaran yang efektif b. Proses

pembelajaran yang

representatif dan kondusif

E.1, E.2, E.3, E.4, E.5, E.6

Partisipasi siswa

a. Partisipasi siswa dalam aktifitas pembelajaran b. Penggunaan

sarana prasarana pembelajaran oleh siswa E.7, E.8, Penggunaan sumber daya

a. Efisiensi waktu untuk proses pembelajaran b. Efisiensi


(47)

97

No. Dasar Teori Variabel Dimensi Indikator Item

Pertanyaan

1 2 3 4 5 6

tenaga untuk proses pembelajaran 2 a. Arum

(2007) b. Saud dan

Satori (2007) c.Bafadal

(2004) d. Lackney

dan Picus (2008) Efektivitas Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan (Y) Mengadakan Sarana Prasarana Pendidikan

a. Perencanaan b. Pengadaan

D.1, D.2, D.3, D.4, D.5, D.6, D.7, D.8, Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan

a. Penyimpanan b. Inventarisasi c. Pemeliharaan d. Pengembangan

D.9, D.10, D.11, D.12

Penghapusan a. Administrasi penghapusan b. Mekanisme penghapusan D.13, D.14 Kondisi Sarana Prasana a.Keselamatan, kenyamanan dan estetika Bangunan Sekolah b.Tata Udara,

Pencahayaan, Temperatur, Pencegahan Kebisingan Bangunan c.Sistem Sanitasi

Bangunan Sekolah d.Jenis Bahan

Bangunan Sekolah

D.15, D.16, D.17, D.18

3 a. Jeddawi (2012) b. Komariah (2005) c. Sagala (2006) Regulasi (X1)

Ketersediaan Regulasi dalam mengatur

a. Regulasi tersurat b. Kehandalan mengatur sistem A.1, A.2 Pemahaman Regulasi

a. Mengetahui adanya regulasi b. Memahami fungsi regulasi


(48)

98

No. Dasar Teori Variabel Dimensi Indikator Item

Pertanyaan

1 2 3 4 5 6

Pelaksanaan Regulasi

a. Proses pelaksanaan regulasi b. Hal-hal yang

tidak

dilaksanakan c. Hambatan

dalam pelaksanaan A.5, A.6, A.7, A.8 Sanksi Pelanggaran Regulasi

a. Aturan yang mengatur pelanggaran b. Pemberlakuan

sanksi terhadap pelanggaran regulasi

A.9, A.10

4 a. Saud dan Satori (2007) b. Mulyono (2010) c. Fattah (2009) d. Thomas &

Martin (2003)

Pembiayaan (X2)

Kebijakan Pembiayaan

a. Peraturan yang mendasari b. Tujuan Pembiayaan B.1, B.2 Alokasi Pembiayaan

a. Perencanaan pembiayaan b. Sasaran

peruntukan c. Kelompok

anggaran B.3, B.4, B.5, B.6 Sumber-sumber pembiayaan

a. pengetahuan atas sumber pembiayaan b. Dasar setiap

sumber pembiayaan c. Mekanisme

penyaluran.

B.7, B.8, B.9

Kecukupan a. Pemenuhan kuantitas kebutuhan b. Pemenuhan

kualitas kebutuhan c. Pola

penggunaan pembiayaan

B.10, B.11, B.12


(49)

99

No. Dasar Teori Variabel Dimensi Indikator Item

Pertanyaan

1 2 3 4 5 6

b. Saud dan Satori (2007) c. Filardo

(2002)

(X3) partisipasi

masyarakat b. Pemahaman

peraturan yang mendasari

Bentuk Partisipasi

a. Kejelasan bentuk partisipasi b. Hubungan

kerja terhadap partisipan

C.4, C.5, C.6

Efektivitas Partisipasi

a. Manfaat yang dirasakan b. Kondisi

terhadap permasalahan yang terjadi c. Kemudahan proses kerja

C.7, C.8, C.9, C.10

Sumber : Hasil Analisis, 2013

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang tepat sesuai dengan pendekatan efektivitas penelitian, dilakukan langkah-langkah pengembangan instrumen dengan penjalasan sebagai berikut :

1. Analisis Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2007), untuk menguji validitas konstruk, dapat menggunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Di dalam penelitian ini, setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultansikan dengan ahli. Ahli yang diminta pendapatnya adalah 3 (tiga) orang promotor dalam penyusunan disertasi ini. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Dalam pembahasan instrumen ahli memberikan masukan perbaikan, sehingga instrumen layak dipergunakan.


(50)

100

Sebuah kuesioner dapat dinyatakan valid apabila penyataan yang dibuat mampu menggambarkan apa yang diukur dari kuesioner. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen menjadi alat pengumpul data yang paling penting, sebab bila instrumen yang digunakan keliru maka hasil penelitian pun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh instrumen dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi diperlukan terlebih dahulu, dilakukan analisis item.

Analisis item ini diperlukan untuk mengetahui kualitas item-item kuesioner penelitian, agar alat ukur memenuhi ketentuan dan kaidah secara teoretis (theoretically sounds) dan secara empirik dapat teruji kualitasnya. Untuk kepentingan tersebut dilakukan uji beda dari setiap item (item discriminatily). Untuk menghitung korelasi dari setiap item pernyataan itu digunakan rumusan korelasi product moment sebagai berikut :

Keterangan :

R : merupakan korelasi

X : skor (nilai) setiap item dan Y : skor (nilai) total dikurangi skor item N : ukuran sampel

Untuk melihat hasil analisis korelasi dari perhitungan di atas, maka bila koefisien korelasi untuk seluruh item, maka dilihat berapa skor korelasi yang terkecil dan dilihat apakah nilai terkecil tersebut termasuk kelompok yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan untuk melihat konsistensi dari skor item dan skor keseluruhan. Kriteria utama pemilihan item yang baik adalah jika memiliki koefisien korelasi tinggi, sedangkan koefisien yang rendah berdasarkan kriteria tertentu atau yang mendekati nol tidak dipergunakan.

 

 

  2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n RXY


(51)

101

Untuk memberikan pemaknaan koefisien korelasi, bila hasil menunjukan bahwa pernyataan dengan korelasi dan dengan kriteria nilai total serta hubungan yang tinggi, menandakan bahwa pernyataan tersebut memiliki tingkat validitas tinggi. Persyaratan minimalnya adalah jika nilai r minimal 0,20.

Jika nilai yang diperoleh kurang dari 0,20, maka pernyataan dari instrumen tidak dapat dikatakan valid. Oleh karena itu penentuan kriteria koefisien korelasi didasarkan pada kriteria dari Guilford dalam Sugiono (1997), dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.4. Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item Menurut Guilford Koefisien Korelasi Indikator Keterangan Korelasi Kurang dari 0,02

0,20 - kurang dari 0,40 0,40 - kurang dari 0,70 0,70 - kurang dari 0,90 0,90 - kurang dari 1,00 1,00

Tidak ada korelasi Korelasi Rendah Korelasi Sedang Korelasi Tinggi Korelasi Tinggi Sekali Korelasi Sempurna Sumber : Sugiono (1997)

Oleh karena itu dalam penelitian ini kriteria item yang baik berdasarkan kriteria Guilford (dalam Sugiono, 1997) adalah yang mempunyai koefisien korelasi di atas 0,20. Oleh karena itulah ada item yang langsung dapat digunakan, diperbaiki ataupun dihilangkan, dan diganti oleh instrumen yang lannya. Pengujian signifikasi koefisien korelasi, dilakukan dengan rumus uji-t, yaitu:

r t

n r t

 

 2

Keterangan:

r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden t = Harga “t” hitung


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar dan Kurniatun C. Taufani (2009). Manajemen Pendidikan: Manajemen Keuangan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Arum, Sri Ambar, (2007). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: Multi Karya Mulia.

Bafadal, Ibrahim, (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bergenson (2008). School Facilities Manual for the School Construction Assistance Program

BEST (Buiding Educational Success Together ) Collaborative (2005).

Recommended Policies for Public School Facilities. Section 3: Facilities Management. USA: the 21st Century School Fund (21CSF), and supported by the Ford Foundation.

Cooner, Scott A. et al. (2003). Traffic Operations And Safety At Schools: Recommended Guidelines, Texas (USA) : Texas Transportation Institut Damayanto, Antoto. (2009). Manajemen Fasilitas Pendidikan Dalam Menunjang

Sekolah Dasar Bermutu (Studi Kasus di Sekolah Dasar di Kota Bandung dan Cimahi. Disertasi. Bandung : Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Daryanto, H.M. (2006). Administrasi Pendidikan, Ce.t IV. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Depdiknas, (2005) Pemberdayaan Komite Sekolah, Jakarta

Djatmiko, Eko (2006). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sarana Prasarana Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Kota Semarang. Vokus Ekonomi 1, (2), 19-30

Dwidianto, Mochamad Anggoro ( 2009). Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Se-Kota Probolinggo. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Dwiningrum, Siti Irene Astuti, (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Mayarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(2)

Engkoswara, (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan : Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga, Edisi ke-2

Fattah, Nanang, 2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fillardo, Mary (2002). A leadership guide to renewing public school buildings.

Washington DC: Thurgood Marshall Center

Gasperz, Vincent. (2002). Total Quality Management.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hanafie, Muhammad Noor (2005). Pengaruh Unjuk Kerja Transportasi Terhadap Aksesibilitas Sekolah dan Efektifitas Pembelajaran di Kota Sukabumi. Disertasi . Bandung : Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Haryanto. (2001). Penciptaan iklim belajar yang kondusif di SD melalui penataan lingkungan kelas. Dinamika Pendidikan: Majalah Ilmu Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta. No. 2/Th. VIII, P. 73-81.

Hasbullah (2006). Otonomi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. IES (U.S. Department of Education Institute of Education Sciences). (2006).

Planning Guide for Maintaining School Facilities. Washington, DC, USA

Jalal, Fasli (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita Karya Seni.

Jeddawi, Murtir H., (2012). Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Total Media.

Kardoyo (2000), Analisis Biaya Pendidikan di SMA Kota Semarang, Penelitian. Semarang:Lemlit UNNES.

Komariah, Aan dan Triana, Cepi. 2004. Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif. Bandung : Bumi Aksara.

Lackney A. Jeffery, and Picus O. Lawrence. (2008). School Facilities: Overview, Maintenance and Modernization Of, http://education. stateuniversity .com /pages/2394/School-Facilities.html.


(3)

Mardiasmo (2006). Perwujudan Transformasi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik. (Journal Akuntansi Pemerintah)

Muhidin, Sambas Ali dan Maman Adurahman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E., (2007). Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyono, (2008). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyono, (2010). Konsep Pembiayaan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Nasution, ( 2008). Teknologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Pramesti,Getut. (2006). Panduan Lengkap SPSS 13.0, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Riduan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung : Alfabeta.

______. (2008). Cara Menggunakan dan Mamaknai Analisis Jalur, Bandung : Alfabeta.

Rohiat, (2008).Manajemen Sekolah. Bandung : PT. Refika Aditama.

Rukmana, Ade dan Suryana, Asep (2009). Manajemen Pendidikan : Manajemen Kelas, Bandung : Alfabeta.

Sadjijono, H., (2011). Bab-Bab Pokok Hukum Administrasi. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Sagala, Syaiful H., (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung :Alfabeta.

Sardiman (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saud, Udin Syaefudin, dan Irianto, Yoyon Bachtiar (2009). Manajemen Pendidikan : Desentralisasi Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Alfabeta.


(4)

Saud, Udin Syaefudin. dan Makmun, Abin Syamsudin. (2006), Perencanaan Pendidikan. Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Saud, Udin Syaefudin, dan Satori, Djam’an, (2007). Administrasi Pendidikan Pengantar untuk Praktek Profesional. Bandung : Porgram Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Satwiko, Prasasto. (2005). Fisika Bangunan. Yogyakarta : Andi.

Sidi, Indra Djati (2005). Menuju Masyarakat Belajar : Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta : Logos.

Soemirat Slamet, Juli, (2007). Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sudjana, ( 2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung : Tarsito.

Sugiono, (2007), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Suhardan, Dadang, H., Riduan, dan Enas, (2012). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidian, Bandung : Alfabeta.

Sukardi, (2008).Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih, Jami’at, Ayi Novi, dan Ahman, (2006).

Pengendalian Mutu Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumrn). Bandung: PT. Refika Aditama.

Sumadyo, Amin, (2008). Rumah Tanggap Gempa. Boyolali : Pandu Pustaka Utama.

Supriadi, Dedi. (1999). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Syakur, Abdul, dan Yuningtyastuti. (2006). Sistem Proteksi Penangakal Petir Pada Gedung Widya Pura, Jurnal Transmisi 11, (1). Semarang : Jurusan teknik Elektro UNDIP.

Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Jakarta : Grasindo.

Syukur, Fatah, (2008). Teknologi pendidikan. Semarang : Rasail Media Group. Thomas, Hywel & Martin, Jane (2003). Managing Resources for School


(5)

Tilaar, H.A.R. (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI.

Wardana, Aditya (2005). Mengenal Bahan Bangunan untuk Rumah Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Wasliman, Iim (2003). Pengaruh Faktor-faktor Kondisi Persekolahan terhadap Efektivitas Sekolah . Disertasi. Bandung: PPs UPI Bandung.

Winardi, Gujarati. (2003). Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa.

Yamin, Martinis H., (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada (GP) Presss.

Yang et.al. (2008). Indoor Air Quality Investigation According To Age Of The School Buildings in Korea. Department of Occupational Health, Catholic University of Daegu, Hayang-eup, Gyeongsan-si, Kyongbuk 712-702, South Korea.

Daftar Peraturan Perundangan

Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-undang RI No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang RI No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986, tentang Analisis Dampak Lingkungan.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran udara


(6)

Peraturan Mendiknas RI No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 dan Keputusan Menteri Pendidikan RI No. 53/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan Stándar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Dikdasmen.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan