PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA Pengaruh pemberian massage dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di sekolah sepak bola angkasa surakarta.
PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA
SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA ANGKASA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM
MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI
Disusun Oleh :
ERSA EKO WIDIYASMONO
NIM: J 110090024
JURUSAN DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA
SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA ANGKASA SURAKARTA
Ersa Eko Widiyasmono
Program Studi DIV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102
ABSTRAK
Latar Belakang : Kelelahan merupakan menurunnya kemampuan dalam melakukan
aktivitas fisik, secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian
kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue. Pada
olahraga kelelahan ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain intensitas, durasi
hingga menyebabkan kurangnya energi dalam aktitas dan adanya penumpukan asam
laktat hasil sisa metabolisme. Pada saat berlari, otot yang bekerja akan meningkatkan
kecepatan metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi.
Metabolisme yang dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang
tidak menggunakan oksigen. tetapi metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa
metabolisme berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah
satu hal yang menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot. Dengan melakukan
pendinginan atau Cooling down, penumpukan asam laktat paska latihan akan berkurang.
Selain Cooling down terdapat intervensi lain yaitu berupa Massage pada otot yang lelah.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberian massage dan cooling
down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB
Angkasa Surakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment, dengan
pendekatan pre and post test two groups design. Jumlah sampel pada penelitian ini 24
sampel. Cara pengambilan sampel menggunakan metode Random Sample sesuai
dengan criteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian :
Kesimpulan : Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh massage terhadap
penurunan tingkat kelelahan sedangkan cooling down tidak berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah Sepak Bola
Angkasa Surakarta.
Kata Kunci : Massage, Cooling down, Kelelahan.
PENDAHULUAN
Kelelahan merupakan menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik,
secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik
atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue. Pada olahraga kelelahan
ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain intensitas, durasi hingga menyebabkan
kurangnya energi dalam aktitas dan adanya penumpukan asam laktat hasil sisa
metabolisme (Parahita, 2009).
Pada
saat
berlari,
otot
yang
bekerja
akan
meningkatkan
kecepatan
metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi. Metabolisme yang
dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang tidak menggunakan
oksigen. tetapi metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa metabolisme berupa asam
laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah satu hal yang
menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot (Giriwijoyo, 2010).
Dengan melakukan pendinginan atau Cooling down, penumpukan asam laktat
paska latihan akan berkurang. Kontraksi otot ringan yang terjadi pada saat atlet
melakukan pendinginan, akan membantu otot memompa aliran darah yang akan
membawa asam laktat 'keluar' dari otot. Dengan pendinginan, kita akan menurunkan
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah secara lebih bertahap. Hal ini membantu
mendapatkan kembali kondisi tubuh yang maksimal setalah berolahraga. Namun
penurunan ini tidak boleh terjadi terlalu cepat karena memberi dampak yang buruk bagi
kesehatan jantung, atau bahkan dapat membahayakan sesorang yang memang
sebelumnya mengalami masalah jantung.
Selain Cooling down terdapat intervensi lain yaitu berupa Massage pada otot
yang lelah, Massage menurut Basiran dkk (2010) memberikan efek untuk
mengendurkan dan meregangkan otot dan jaringan lunak lain pada tubuh sehingga akan
mengurangi ketegangan otot, hal ini dikarenakan massage mempercepat pengosongan
dan pengisian cairan sehingga sirkulasi darah, membantu pengeluaran zat sisa-sisa
metabolisme pada otot dan membantu mempercepat otot untuk recovery.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian massage
dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola
di Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta.
TUJUAN
Tujuan di lakukannya penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian massage terhadap penurunan tingkat
kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
2.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan
tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
3.
Untuk mengetahui beda pengaruh pemberian massage dan cooling down
terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB
Angkasa Surakarta.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2013 di Sekolah Sepak
Bola Angkasa Surakarta terhadap 24 responden dengan karakteristik kelelahan sesuai
dengan criteria penelitian. Jenis penelitian yang dilakuka adalah penelitian quasi
eksperiment. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer yaitu dengan
melakukan pengukuran menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)
sebelum dan sesudah perlakuan Massage dan Cooling down.sebelumnya responden
diberikan penjelasan tentang cara pengisian Visual Analogue Scale for Fatigue (VASF). Hasil pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan dicatat sebagai data yang akan
diuji dengan normalitas data dan uji statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian massage dan
cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di
Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta. Penelitian ini mendapatkan data dengan
menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F), dan penelitian mendapatkan
jumlah sampel penelitian sebanyak 24 orang. Responden dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan, yaitu kelompok massage dan cooling down.
1. Karakteristik responden menurut umur
Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
14-15
16-17
Jumlah
Frekuensi
17
7
24
Prosentase
71 %
29 %
100 %
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah
rentan umur 14-15 tahun sebanyak 17 orang (71%).
2. Hasil nilai pre Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan VAS-F pre
Frekuensi
No
VAS-F Pre
Massage
Cooling down
1
1
2
2
3
3
2
3
4
4
1
2
5
5
4
4
6
6
4
3
7
7
8
8
1
9
9
10
10
Jumlah
12
12
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada VASF pre massage adalah 5 dan 6 sebanyak 4 responden. Sedangkan pada kelompok
cooling down terbanyak pada nilai VAS-F 5 sebanyak 4 responden.
3. Hasil nilai post Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan VAS-F post
Frekuensi
No
VAS-F Post
Massage
Cooling down
1
1
2
2
5
3
3
1
2
4
4
4
6
5
5
1
4
6
6
7
7
1
8
8
9
9
10
10
Jumlah
12
12
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada VASF post massage adalah 2 sebanyak 5 responden. Sedangkan pada kelompok cooling
down terbanyak pada nilai VAS-F 4 sebanyak 6 responden.
Analisa data dilakukan kepada hasil pengukuran pada hasil nilai kelelahan
dengan menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F), dan waktu
tempuh lari 100 meter dengan menggunakan stopwatch.
Tabel 4.4. Distribusi data selisih beda VAS-F pada kelompok massage dan cooling
down
Frekuensi
No
VAS-F
Massage
Cooling down
1
-4
1
2
-3
3
3
-2
3
1
4
-1
3
6
5
0
1
1
6
1
1
4
Jumlah
12
12
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada selisih
VAS-F massage adalah -3, -2 dan -1 sebanyak 3 responden. Sedangkan pada
kelompok cooling down terbanyak pada nilai selisih VAS-F -1 sebanyak 6
responden.
1. Uji Pengaruh kelompok massage dan cooling down
Pengujian pengaruh antara pemberian latihan massage dan cooling down
terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah
Sepak Bola Angkasa Surakarta menggunakan uji komparatif Wilcoxon Test. dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon Test
No
1
Massage
Signifikansi
.006
VAS-F
Cooling Down
VAS-F
Signifikansi
.166
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil pada penilaian uji komparatif Wilcoxon Test menunjukkan nilai
signifikansi p < 0,05 pada kelompok intervensi massage, dimana berarti terdapat
pengaruh massage terhadap penurunan tingkat kelelahan. Sedangkan untuk
kelompok cooling down mendapatkan nilai signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh intervensi cooling down terhadap penurunan tingkat
kelelahan dan waktu tempuh.
2. Beda Pengaruh antara kelompok massage dan cooling down.
Pengukuran perbedaan kelompok massage dan cooling down terhadap
penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah Sepak Bola
Angkasa Surakarta menggunakan uji Mann Whitney test, mendapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.6. Hasil uji Mann Whitney test
No
Data Uji
1
VAS-F
Nilai Signifikansi
,014
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil interprestasi dari uji Mann Whitney test menunjukkan bahwa nilai p =
0,014 pada uji beda pengaruh VAS-F. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai selisih
antara kelompok massage dan kelompok cooling down terdapat perbedaan.
1. Pengaruh pemberian massage terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet
olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
Hasil pada penilaian pengaruh massage terhadap nilai kelelahan menunjukkan
nilai signifikansi p = ,006 (p 0,05) dimana menunjukkan bahwa
pemberian static stretching yang dilakukan tidak memiliki efek terhadap nilai
kelelahan pada atlet sepak bola. Seperti pada pengertian static stretching, yaitu
gerakan peregangan pada otot-otot yang dilakukan perlahan-lahan hingga terjadi
ketegangan dan mencapai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada otot. Untuk
selanjutnya posisi pada rasa tidak nyaman tersebut dipertahankan untuk beberapa
saat. Sasaran peregangan statis adalah untuk meningkatkan dan memelihara
kelenturan (elastisitas otot yang direngangkan) dan meningkatkan lingkup ruang
sendi. hal ini mengacu kepada Quinn (2011) bahwa pemberian static stretching baru
akan memberikan pengaruh yang signifikan setelah dilakukan selama 6 minggu,
dalam tahap cooling down memang diindikasikan memberikan manfaat tetapi lebih
kepada tingkat kelenturan dari otot.
3. Beda pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada
atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh
antara pemberian massage dan cooling down terhadap kelelahan.
Hal ini
dikarenakan pada pemberian massage memberikan efek bahwa massage terbukti
lebih memberikan efek relaksasi yang cepat dan sedatif dengan adanya efek
propioseptif yang diberikan oleh sentuhan tangan dan gosokan yang dilakukan. Hal
ini ditunjukkan dengan persentase keberhasilan sebesar 83,3%. Sedangkan pada
cooling down dengan melakukan static stretching memberikan efek lain yang tidak
diharapkan, yaitu efek penurunan kerja otot akut setelah dilakukan static stretching,
dengan mendapatkan hasil persentase keberhasilan 58,3% (Lee et al., 2009).
Dilihat dari fungsi utama dari static stretching yang sebenarnya menurut Quinn
adalah meningkatkan nilai fleksibilitas dari otot dan perluasan cakupan dari sendi
tertentu, walau didalamnya terdapat penekanan pada otot yang memungkinkan
adanya pumping action dari otot untuk mengantarkan sisa metabolisme, tetapi nilai
tersebut tidak cukup besar dengan penekanan yang diberikan oleh intervensi dari
massage.
DAFTAR PUSTAKA
Apriant o, Yuli. 2013. Teknik Dasar Permainan Sepak Bola. Olahraga. Diakses dari
w w w .ipt ek.com pada 2 Juli 2013.
Basiran. 2008. M odul M assage Olahraga . Bandung. Jurusan PKO UKI.
Clark, A. M. 2001. The cardiorespiratory system. Nasm Essential Of Personal Fitness
Tarining. National Academic Of Sport Medicine. Diakses pada tanggal 19
April 2009, dari www. Proprofs .com/ flash cards /story. php?
title:nasm.flashcards.chapter-3-cardiorespiratory.
Dubrovsky, V.I. 1990. The Effect Of Massage On Athlet´S Cadiorespiratory Systems
(Clinico- Physiolgical Research). Dalam Manfaat Swedish Massage Pada Atlet
Yang Mengalami Kelelahan Akibat Latihan Anaerob.
Freshmen, F.H.S. 2002. flexibilit y. Rev:8-02 SJH. Fit nes unit # 4. American college of
sport s medicine.
Giriwijoyo, Santosa. 2010. Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga
untuk Kesehatan dan Untuk Prestasi. Bandung: FPOK UPI.
Herawati, Hidayat. 2005. Produksi Asam Laktat Padaexercise Aerobik Dan Anaerobik.
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.
Setiabudi No.229 Bandung 40154.
Hestiningsih, Indiradewi. 2008. Pengendalian Kolesterol Program Olahraga. Diaskes
dari www.m.klikdokter.com. Diakses pada 10 Januari 2013.
Iryanti, Detty. 2010. Fisiologi Otot. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran. UNAND.
Jaya, Ricki Saputra. Teknik Lari Sprint 100m. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kolt, G. S. Weerapong, P., Hume, P. A. 2005. The Mechanisms Of Massage And Effects
On Peiformance, Muscle Recovery And Injury Prevention. International
Journal of Sports Medicine, 16 : 478-483.
Lee, Hamilton. Jeremy, Norma. 2009. Negative Effect Of Static Stretching Restored
When Combined With A Sport Specific Warm-Up Component. Journal
Volume 12, Issue 6, November 2009, Pages 657–661. Department of
Physiology, Australian Institute of Sport, Australia. 12 (6) : 657–661.
Nelson RT, Bandy WD. 2004. Eccentric Training And Static Stretching Improve
Hamstring flexibility Of High School Males. J Athl Train 2004; 39:254–8.
Diaskes dari The Sports Physiotherapist.com. pada 25 Mei 2013.
Ningrum, Destiana Ayu. 2012. Perbandingan Metode Hydrotherapy Massage dan
Massage Manual Terhadap Pemulihan Kelelahan Pasca Olahraga Aerobic
Lactacid. UPI. Repository.UPI.edu.
Parahita, Astra. 2009. Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Daya Tahan Otot
Pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 9-12 Tahun.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Stanford. 2012. Visual Analogue Scale to Evaluate Fatigue Severity (VAS-F). STOP,
THAT and One Hundred Other Sleep Scales 2012, pp 399-402.
Stanley, C. 1991. Myocardial Lactate Metabolisme during Exercise. Med.SciSport
Exercise. Vol. 23 : 920-924.
Suma’mur PK, 1989, Ergonomi untuk Produktivitas, Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Quinn, Elizabeth. 2011. When To Stretch - Experts Recommend Static Stretching After
Exercise. Static Stretching Best After Exercise; Dynamic Warm Up Best
Before. Diakses dari http:// sportsmedicine. about.com /cs/flexibility/
a/aa022102a.htm. pada 3 Agustus 2013.
PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA
SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA ANGKASA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM
MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI
Disusun Oleh :
ERSA EKO WIDIYASMONO
NIM: J 110090024
JURUSAN DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE DAN COOLING DOWN TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KELELAHAN PADA ATLET OLAHRAGA
SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA ANGKASA SURAKARTA
Ersa Eko Widiyasmono
Program Studi DIV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102
ABSTRAK
Latar Belakang : Kelelahan merupakan menurunnya kemampuan dalam melakukan
aktivitas fisik, secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian
kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue. Pada
olahraga kelelahan ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain intensitas, durasi
hingga menyebabkan kurangnya energi dalam aktitas dan adanya penumpukan asam
laktat hasil sisa metabolisme. Pada saat berlari, otot yang bekerja akan meningkatkan
kecepatan metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi.
Metabolisme yang dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang
tidak menggunakan oksigen. tetapi metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa
metabolisme berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah
satu hal yang menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot. Dengan melakukan
pendinginan atau Cooling down, penumpukan asam laktat paska latihan akan berkurang.
Selain Cooling down terdapat intervensi lain yaitu berupa Massage pada otot yang lelah.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberian massage dan cooling
down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB
Angkasa Surakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment, dengan
pendekatan pre and post test two groups design. Jumlah sampel pada penelitian ini 24
sampel. Cara pengambilan sampel menggunakan metode Random Sample sesuai
dengan criteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian :
Kesimpulan : Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh massage terhadap
penurunan tingkat kelelahan sedangkan cooling down tidak berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah Sepak Bola
Angkasa Surakarta.
Kata Kunci : Massage, Cooling down, Kelelahan.
PENDAHULUAN
Kelelahan merupakan menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik,
secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik
atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue. Pada olahraga kelelahan
ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain intensitas, durasi hingga menyebabkan
kurangnya energi dalam aktitas dan adanya penumpukan asam laktat hasil sisa
metabolisme (Parahita, 2009).
Pada
saat
berlari,
otot
yang
bekerja
akan
meningkatkan
kecepatan
metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi. Metabolisme yang
dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang tidak menggunakan
oksigen. tetapi metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa metabolisme berupa asam
laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah satu hal yang
menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot (Giriwijoyo, 2010).
Dengan melakukan pendinginan atau Cooling down, penumpukan asam laktat
paska latihan akan berkurang. Kontraksi otot ringan yang terjadi pada saat atlet
melakukan pendinginan, akan membantu otot memompa aliran darah yang akan
membawa asam laktat 'keluar' dari otot. Dengan pendinginan, kita akan menurunkan
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah secara lebih bertahap. Hal ini membantu
mendapatkan kembali kondisi tubuh yang maksimal setalah berolahraga. Namun
penurunan ini tidak boleh terjadi terlalu cepat karena memberi dampak yang buruk bagi
kesehatan jantung, atau bahkan dapat membahayakan sesorang yang memang
sebelumnya mengalami masalah jantung.
Selain Cooling down terdapat intervensi lain yaitu berupa Massage pada otot
yang lelah, Massage menurut Basiran dkk (2010) memberikan efek untuk
mengendurkan dan meregangkan otot dan jaringan lunak lain pada tubuh sehingga akan
mengurangi ketegangan otot, hal ini dikarenakan massage mempercepat pengosongan
dan pengisian cairan sehingga sirkulasi darah, membantu pengeluaran zat sisa-sisa
metabolisme pada otot dan membantu mempercepat otot untuk recovery.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian massage
dan cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola
di Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta.
TUJUAN
Tujuan di lakukannya penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian massage terhadap penurunan tingkat
kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
2.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan
tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
3.
Untuk mengetahui beda pengaruh pemberian massage dan cooling down
terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di SSB
Angkasa Surakarta.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2013 di Sekolah Sepak
Bola Angkasa Surakarta terhadap 24 responden dengan karakteristik kelelahan sesuai
dengan criteria penelitian. Jenis penelitian yang dilakuka adalah penelitian quasi
eksperiment. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer yaitu dengan
melakukan pengukuran menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)
sebelum dan sesudah perlakuan Massage dan Cooling down.sebelumnya responden
diberikan penjelasan tentang cara pengisian Visual Analogue Scale for Fatigue (VASF). Hasil pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan dicatat sebagai data yang akan
diuji dengan normalitas data dan uji statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian massage dan
cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di
Sekolah Sepak Bola Angkasa Surakarta. Penelitian ini mendapatkan data dengan
menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F), dan penelitian mendapatkan
jumlah sampel penelitian sebanyak 24 orang. Responden dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan, yaitu kelompok massage dan cooling down.
1. Karakteristik responden menurut umur
Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
14-15
16-17
Jumlah
Frekuensi
17
7
24
Prosentase
71 %
29 %
100 %
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah
rentan umur 14-15 tahun sebanyak 17 orang (71%).
2. Hasil nilai pre Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan VAS-F pre
Frekuensi
No
VAS-F Pre
Massage
Cooling down
1
1
2
2
3
3
2
3
4
4
1
2
5
5
4
4
6
6
4
3
7
7
8
8
1
9
9
10
10
Jumlah
12
12
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada VASF pre massage adalah 5 dan 6 sebanyak 4 responden. Sedangkan pada kelompok
cooling down terbanyak pada nilai VAS-F 5 sebanyak 4 responden.
3. Hasil nilai post Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F)
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan VAS-F post
Frekuensi
No
VAS-F Post
Massage
Cooling down
1
1
2
2
5
3
3
1
2
4
4
4
6
5
5
1
4
6
6
7
7
1
8
8
9
9
10
10
Jumlah
12
12
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada VASF post massage adalah 2 sebanyak 5 responden. Sedangkan pada kelompok cooling
down terbanyak pada nilai VAS-F 4 sebanyak 6 responden.
Analisa data dilakukan kepada hasil pengukuran pada hasil nilai kelelahan
dengan menggunakan Visual Analogue Scale for Fatigue (VAS-F), dan waktu
tempuh lari 100 meter dengan menggunakan stopwatch.
Tabel 4.4. Distribusi data selisih beda VAS-F pada kelompok massage dan cooling
down
Frekuensi
No
VAS-F
Massage
Cooling down
1
-4
1
2
-3
3
3
-2
3
1
4
-1
3
6
5
0
1
1
6
1
1
4
Jumlah
12
12
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa responden terbanyak pada selisih
VAS-F massage adalah -3, -2 dan -1 sebanyak 3 responden. Sedangkan pada
kelompok cooling down terbanyak pada nilai selisih VAS-F -1 sebanyak 6
responden.
1. Uji Pengaruh kelompok massage dan cooling down
Pengujian pengaruh antara pemberian latihan massage dan cooling down
terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah
Sepak Bola Angkasa Surakarta menggunakan uji komparatif Wilcoxon Test. dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon Test
No
1
Massage
Signifikansi
.006
VAS-F
Cooling Down
VAS-F
Signifikansi
.166
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil pada penilaian uji komparatif Wilcoxon Test menunjukkan nilai
signifikansi p < 0,05 pada kelompok intervensi massage, dimana berarti terdapat
pengaruh massage terhadap penurunan tingkat kelelahan. Sedangkan untuk
kelompok cooling down mendapatkan nilai signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh intervensi cooling down terhadap penurunan tingkat
kelelahan dan waktu tempuh.
2. Beda Pengaruh antara kelompok massage dan cooling down.
Pengukuran perbedaan kelompok massage dan cooling down terhadap
penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga sepak bola di Sekolah Sepak Bola
Angkasa Surakarta menggunakan uji Mann Whitney test, mendapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.6. Hasil uji Mann Whitney test
No
Data Uji
1
VAS-F
Nilai Signifikansi
,014
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil interprestasi dari uji Mann Whitney test menunjukkan bahwa nilai p =
0,014 pada uji beda pengaruh VAS-F. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai selisih
antara kelompok massage dan kelompok cooling down terdapat perbedaan.
1. Pengaruh pemberian massage terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet
olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
Hasil pada penilaian pengaruh massage terhadap nilai kelelahan menunjukkan
nilai signifikansi p = ,006 (p 0,05) dimana menunjukkan bahwa
pemberian static stretching yang dilakukan tidak memiliki efek terhadap nilai
kelelahan pada atlet sepak bola. Seperti pada pengertian static stretching, yaitu
gerakan peregangan pada otot-otot yang dilakukan perlahan-lahan hingga terjadi
ketegangan dan mencapai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada otot. Untuk
selanjutnya posisi pada rasa tidak nyaman tersebut dipertahankan untuk beberapa
saat. Sasaran peregangan statis adalah untuk meningkatkan dan memelihara
kelenturan (elastisitas otot yang direngangkan) dan meningkatkan lingkup ruang
sendi. hal ini mengacu kepada Quinn (2011) bahwa pemberian static stretching baru
akan memberikan pengaruh yang signifikan setelah dilakukan selama 6 minggu,
dalam tahap cooling down memang diindikasikan memberikan manfaat tetapi lebih
kepada tingkat kelenturan dari otot.
3. Beda pengaruh pemberian cooling down terhadap penurunan tingkat kelelahan pada
atlet olahraga sepak bola di SSB Angkasa Surakarta.
Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh
antara pemberian massage dan cooling down terhadap kelelahan.
Hal ini
dikarenakan pada pemberian massage memberikan efek bahwa massage terbukti
lebih memberikan efek relaksasi yang cepat dan sedatif dengan adanya efek
propioseptif yang diberikan oleh sentuhan tangan dan gosokan yang dilakukan. Hal
ini ditunjukkan dengan persentase keberhasilan sebesar 83,3%. Sedangkan pada
cooling down dengan melakukan static stretching memberikan efek lain yang tidak
diharapkan, yaitu efek penurunan kerja otot akut setelah dilakukan static stretching,
dengan mendapatkan hasil persentase keberhasilan 58,3% (Lee et al., 2009).
Dilihat dari fungsi utama dari static stretching yang sebenarnya menurut Quinn
adalah meningkatkan nilai fleksibilitas dari otot dan perluasan cakupan dari sendi
tertentu, walau didalamnya terdapat penekanan pada otot yang memungkinkan
adanya pumping action dari otot untuk mengantarkan sisa metabolisme, tetapi nilai
tersebut tidak cukup besar dengan penekanan yang diberikan oleh intervensi dari
massage.
DAFTAR PUSTAKA
Apriant o, Yuli. 2013. Teknik Dasar Permainan Sepak Bola. Olahraga. Diakses dari
w w w .ipt ek.com pada 2 Juli 2013.
Basiran. 2008. M odul M assage Olahraga . Bandung. Jurusan PKO UKI.
Clark, A. M. 2001. The cardiorespiratory system. Nasm Essential Of Personal Fitness
Tarining. National Academic Of Sport Medicine. Diakses pada tanggal 19
April 2009, dari www. Proprofs .com/ flash cards /story. php?
title:nasm.flashcards.chapter-3-cardiorespiratory.
Dubrovsky, V.I. 1990. The Effect Of Massage On Athlet´S Cadiorespiratory Systems
(Clinico- Physiolgical Research). Dalam Manfaat Swedish Massage Pada Atlet
Yang Mengalami Kelelahan Akibat Latihan Anaerob.
Freshmen, F.H.S. 2002. flexibilit y. Rev:8-02 SJH. Fit nes unit # 4. American college of
sport s medicine.
Giriwijoyo, Santosa. 2010. Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga
untuk Kesehatan dan Untuk Prestasi. Bandung: FPOK UPI.
Herawati, Hidayat. 2005. Produksi Asam Laktat Padaexercise Aerobik Dan Anaerobik.
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.
Setiabudi No.229 Bandung 40154.
Hestiningsih, Indiradewi. 2008. Pengendalian Kolesterol Program Olahraga. Diaskes
dari www.m.klikdokter.com. Diakses pada 10 Januari 2013.
Iryanti, Detty. 2010. Fisiologi Otot. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran. UNAND.
Jaya, Ricki Saputra. Teknik Lari Sprint 100m. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kolt, G. S. Weerapong, P., Hume, P. A. 2005. The Mechanisms Of Massage And Effects
On Peiformance, Muscle Recovery And Injury Prevention. International
Journal of Sports Medicine, 16 : 478-483.
Lee, Hamilton. Jeremy, Norma. 2009. Negative Effect Of Static Stretching Restored
When Combined With A Sport Specific Warm-Up Component. Journal
Volume 12, Issue 6, November 2009, Pages 657–661. Department of
Physiology, Australian Institute of Sport, Australia. 12 (6) : 657–661.
Nelson RT, Bandy WD. 2004. Eccentric Training And Static Stretching Improve
Hamstring flexibility Of High School Males. J Athl Train 2004; 39:254–8.
Diaskes dari The Sports Physiotherapist.com. pada 25 Mei 2013.
Ningrum, Destiana Ayu. 2012. Perbandingan Metode Hydrotherapy Massage dan
Massage Manual Terhadap Pemulihan Kelelahan Pasca Olahraga Aerobic
Lactacid. UPI. Repository.UPI.edu.
Parahita, Astra. 2009. Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Daya Tahan Otot
Pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 9-12 Tahun.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Stanford. 2012. Visual Analogue Scale to Evaluate Fatigue Severity (VAS-F). STOP,
THAT and One Hundred Other Sleep Scales 2012, pp 399-402.
Stanley, C. 1991. Myocardial Lactate Metabolisme during Exercise. Med.SciSport
Exercise. Vol. 23 : 920-924.
Suma’mur PK, 1989, Ergonomi untuk Produktivitas, Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Quinn, Elizabeth. 2011. When To Stretch - Experts Recommend Static Stretching After
Exercise. Static Stretching Best After Exercise; Dynamic Warm Up Best
Before. Diakses dari http:// sportsmedicine. about.com /cs/flexibility/
a/aa022102a.htm. pada 3 Agustus 2013.