Zine - Media Alternatif dan Presentasi Karya Seni Rupa.

(1)

ABSTRAK

Zine adalah media alternatif bagi para pelaku (zinester) dan komunitasnya. Keberadaan zine belum familiar bagi masyarakat awam walaupun kemunculan zine lokal yang terbit di berbagai kota di Indonesia telah ada semenjak dua dekade yang lalu. Zine identik dengan semangat perlawanan terhadap dominasi. Baik dominasi terhadap media mainstream, dominasi terhadap tren, atau dominasi apapun yang terkait dengan pandangan personal pelaku zine itu sendiri. Selain digunakan sebagai media literasi, perkembangan zine sebagai media alternatif saat ini juga digunakan sebagai media presentasi karya gambar. Skripsi ini ditulis secara deskriptif untuk mencoba memberikan informasi secara umum tentang fenomena kemunculan zine lokal yang masuk bersamaan dengan scene musik underground dan penggunaannya sebagai media alternatif untuk presentasi karya gambar dalam beberapa kategori zine artwork yang terbit di 4 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Solo, & Malang).


(2)

ABSTRACT

Zine is an alternative media for its makers (zinesters) and their community. Zine existence has not become familiar in the society, despite the emergence of local zines in various cities in Indonesia around two decades ago. Zine is identical to the spirit of resistance against domination. Whether its mainstream media domination, trend domination, or any domination related with the zinesters view. Beside being utilized as literative media, recently zine has also been utilized as a medium for artwork presentation along its development.

This essay is written descriptively in attempt to provide general information on the phenomenon local zine emergence alongside with underground music scene and its utilization as alternative media for artwork presentation in several zine artwork cathegories published in 4 cities in Indonesia (Jakarta, Bandung, Solo & Malang).


(3)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……… i

Pernyataan Hasil Karya Pribadi……….. ii

Kata Pengantar……… iii

Abstrak………...… vi

Abstract……….. vii

Daftar Isi……….... viii

Daftar Gambar…………....………... x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2 Identifikasi Masalah………... 3

1.3 Batasan Masalah….………...… 4

1.4 Tujuan Penelitian………... 5

1.5 Metode Penelitian………..………. 5

1.6 Teknik Pengumpulan data……….. 5

1.7 Instrumen Penelitian………... 7

1.8 Analisa Data………... 7

1.9 Kerangka Penelitian………... 8

1.10 Kerangka Penulisan………... 8

BAB II KAJIAN LITERATUR……….. .. 10


(4)

2.2 Media Mainstream……….. 17

2.3 Media Alternatif……….. 19

2.4 Komposisi dalam Seni rupa………... 19

2.5. Drawing………... 22

2.5.1 Doodle………...…………... 22

2.5.2.Digital Drawing………... 22

2.6. Kolase………...…………... 23

BAB III ZINE LOKAL DAN ZINE ARTWORK………....….. 24

3.1 Kemunculan Zine Lokal dalam Scene Musik Underground………….. 24

3.1.2 Komunitas & Jarak Antar Generasi…..………...………... 29

3.2 Zine Artwork………...… 32

3.2.1 Tugitu Unite dari Solo……….……...…………..……. 34

3.2.2 Owah dari Bandung………...… 42

3.2.3 House of Horror dari Jakarta………... 48

3.2.4 Penahitam dari Malang………....… 52

3.2.5 Aku Tak Tahan dari Bandung………...…. 59

BAB IV ANALISA………....….. . 64

4.1 Zine Lokal Sebagai Media Alternatif ... 64

4.2 Zine Artwork Lokal ………...…………...… 66

BAB V KESIMPULAN & SARAN………... 68

5.1 Kesimpulan... 68


(5)

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Beberapa contoh bentuk & tampilan visual zine... 3

Gambar 2.1 Beberapa fanzines luar negeri………...………... 15

Gambar 2.2 Beberapa zine luar negeri saat ini ……..…...……… 16

Gambar 3.1 Buku UjungBerung Rebels………...………… 25

Gambar 3.2 GOR Saparua Bandung & acara musik Underground………....…... 27

Gambar 3.3 Distro Riotic di kota Bandung saat ini………...…... 28

Gambar 3.4 Beberapa zine lokal yang terbit di kota Bandung pada tahun 90’an…... 29

Gambar 3.5 Poster Bandung Zine Fest………...………...… 32

Gambar 3.6 Beberapa acara pameran & workshop zine lokal……... 33

Gambar 3.7 Sampul depan beberapa edisi zine artwork Tugitu Unite...…. 35

Gambar 3.8 Sampul depan beberapa edisi zine artwork Tugitu Unite edisi ke -8,14, & 1.. 35

Gambar 3.9 Karya-karya gambar di edisi ke 8 zine artwork Tugitu Unite...….... 38

Gambar 3.10 Karya-karya gambar di edisi ke 14 zine artwork Tugitu Unite …... 40

Gambar 3.11 Karya-karya gambar di edisi ke 17 zine artwork Tugitu Unite ... 42

Gambar 3.12 Beberapa Karya Armand Jamparing dari tahun 2008 hingga 2010 ... 43

Gambar 3.13 Beberapa sampul depan zine artwok Owah... 45

Gambar 3.14 Karya gambar di edisi ke 6 zine artwork Owah...………... 47


(6)

Gambar 3.16 Zine artwork House Of Horror………...…. 49

Gambar 3.17 Beberapa karya kontibutor di edisi ke 1 zine artwork HOH………... 50

Gambar 3.18 Beberapa karya kontibutor di edisi ke 2 zine artwork HOH………... 51

Gambar 3.19 Beberapa karya kontibutor di edisi ke 1 zine artwork HOH………... 52

Gambar 3.20 Zine artwork Penahitam & ajakan rekrut terbuka untuk edisi#2……... 54

Gambar 3.21 Sampul depan zine artwork Penahitam edisi ke 3…………..………. 56

Gambar 3.22 Karya kontributor dalam zine artwork Penahitam edisi ke 3……...…… 58

Gambar 3.23 Sampul depan zine artwork Aku Tak Tahan edisi ke 1………..…. 60

Gambar 3.24 Karya Gandhi Eka dalam zine artwork Aku Tak Tahan…………...…... 62

DAFTAR TABEL Tabel 1 Profil zine artwork lokal………. 63


(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kata ‘seni’ memiliki pengertian yang beragam. Menurut Leo Tolstoi, seni adalah ungkapan perasaan seniman yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakannya (Sumardjo, 2000). Untuk menyampaikan pengungkapan dari ekspresi seni tersebut seniman mewujudkannya melalui karya seni.

Nilai bentuk atau intrinsik seni rupa dapat dihayati melalui peran media. Kata ‘media’ dalam dunia seni rupa sering diartikan sebagai bahan atau materi yang digunakan seniman dalam berkarya(Soedarsono, 1992). Seiring dengan perkembangan zaman, para pelaku seni rupa juga giat mencari pembaruan dalam proses kekaryaan mereka. Selain ide atau gagasan, nilai kebaruan dalam seni rupa juga dapat diwujudkan melalui pemilihan media.

Penulis meyakini bahwa berkesenian adalah salah satu cara untuk mengungkapkan ekpresi diri dan didalamnya terdapat proses komunikasi yang didukung oleh unsur verbal, maupun non-verbal. Secara umum, proses komunikasi dapat diimplementasikan dalam proses berkesenirupaan, dimana tiga unsur pentingnya adalah Perupa sebagai komunikator, karya rupa sebagai pesan, dan penikmat sebagai komunikan (Siagiaan & Budiono,2002). Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa karya seni memang ‘berkomunikasi’ dengan penikmatnya. Apresiasi terhadap karya seni tersebut dapat diwujudkan melalui potensi panca indera. Selain itu, Perubahan zaman juga membuka peluang bagi kesenian untuk berkembang. Kalau ada bahasa seni, maka bahasa itu adalah bahasa seni zamannya, dan zaman berubah terus menerus, baik pengalaman maupun cara berfikirnya (Jakob Soemardjo, 1996). Kemajuan teknologi dan percepatan arus informasi membawa dampak bagi masyarakat, khususnya dalam pergaulan anak muda pada kehidupan sehari-hari yang tanggap dalam menggunakan jejaring sosial media. Isu perkembangan informasi tentang penggunaan media untuk ekspresi seni rupa juga semakin beragam. Jika awalnya karya seni lukis konvensional umumnya dibuat di atas kanvas menggunakan cat minyak atau tempera lalu terpajang di galeri, maka pada hari ini dapat kita temui hasil karya seni lukis di tembok (mural) yang menggunakan ruang publik kota, body painting, melukis di atas pasir, atau karya mix media. Berangkat dari penjelasan tentang ekspresi seni rupa dan penggunaaan medianya, penulisan skripsi ini akan membahas tentang zine.


(8)

Zine disebut oleh pelaku dan komunitasnya sebagai media alternatif (Duncombe, 2008). Zine digunakan untuk menyampaikan ekspresi melalui seni menulis dan seni rupa pada khususnya. Secara garis besar, zine dapat dikatakan sebagai sebuah media yang dipublikasikan dan disirkulasikan oleh pembuatnya sendiri yang memuat konten tulisan atau gambar dan di-copy dengan jumlah terbatas;

A zine (/ˈziːn/ZEEN; an abbreviation of fanzine, or magazine) is most commonly a small circulation self-published work of original or appropriated texts and images usually reproduced via photocopier (http://www.zinebook.com/resource/wright1.html, diakses 07/03/2014 : 01.35)

Tidak ada pakem yang jelas dalam membuat zine. Dalam zine; tampilan layout, isi, bentuk, dan sirkulasinya ditentukan sendiri oleh sang pelaku atau pembuatnya. Pelaku zine tidak dituntut oleh waktu terbit yang mengikat. Isu yang sering muncul dalam zine adalah isu-isu yang tidak umum ditampilkan dalam media massa konvensional seperti gay dan lesbian, komunitas punk, feminis, komunitas curhat, musik, dan sebagainya

(http://www.zinebook.com/resource/wright1.html, diakses 07/03/2014 : 01.40).

Selain bentuk cetak atau fisik, zine saat ini dapat ditemui dalam bentuk digital seperti Portable Document Format (PDF) pada situs elektronik yang memberi peluang untuk lebih mudah diakses bagi masyarakat awam. Para pelaku zine dan kontributornya yang cukup serius secara perlahan mulai mendapatkan reputasi dari para penikmat zine dan komunitasnya. Kehadiran zine semakin dikenali, dicari, dan dikoleksi. Zine-zine yang baru dapat muncul kapan saja, orang -orang yang terlibat didalamnya semakin bertambah dan lingkaran para pembuat/pelaku zine beserta orang-orang yang mengapresiasi komunitas tersebut juga terus tumbuh.

Gambar 1.1 Beberapa contoh bentuk & tampilan visual zine (www.etsy.com diakses 7 Maret 2014)


(9)

Seiring dengan perkembangan zine di Indonesia, jenis zine juga semakin beragam baik konten maupun bentuk. Apresiasi dan dimulainya kesadaran masyarakat tentang zine dapat dilihat dari beberapa acara yang digelar di berbagai kota di Indonesia yang melibatkan penikmat serta komunitas zine. Salah satu contoh acara di kota Bandung yang berkaitan dengan komunitas zine lokal adalah “Bandung Zine Fest” yang telah diadakan dua kali di Gedung Indonesia Menggugat pada tahun 2012 dan tahun 2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Sejauh ini belum ditemukan buku khusus yang membahas tentang fenomena zine yang muncul di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bagi kalangan masyarakat umum di Indonesia, kata ‘zine’ masih terasa awam atau terdengar kurang familiar. Informasi tertulis mengenai zine di Indonesia dapat ditemui di media elektronik berupa artikel atau blog komunitas lokal, selanjutnya informasi tentang fenomena zine lokal dapat diketahui secara lisan melalui ‘ngobrol-ngobrol’ dengan para pelaku atau pembuat zine itu sendiri.

Kajian tentang zine di luar negeri pernah diterbitkan sebelumnya. Tulisan tersebut dapat dijumpai dalam bentuk buku , artikel pendek atau jurnal elektronik yang dapat ditemukan melalui akses berbayar di situs beberapa perpustakaan. Salah satu buku yang membahas tentang zine dan pergerakannya melalui studi kultural berjudul “Notes from Underground : Zines and the politics of alternative culture”. Buku ini ditulis oleh Stephen Duncombe yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1997.

Kemungkinan awamnya masyarakat tentang fenomena zine dapat disebabkan oleh sistem sirkulasinya yang acak dan jumlah eksemplarnya yang terbatas, sehingga zine hanya ditemui dalam kalangan terbatas atau komunitas tertentu. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mencoba memaparkan fenomena zine secara umum dan penggunaan zine sebagai media alternatif untuk presentasi karya gambar.

1.3 Batasan masalah

Dalam pencarian Penulis tentang informasi yang berkaitan dengan awal mula fenomena zine di Indonesia, kemunculannya dikaitkan dengan masuknya scene musik underground pada tahun 90’an. Pada saat ini, zine tidak lagi hanya memuat ulasan tentang tulisan seputar musik, namun juga digunakan sebagai media alternatif dalam presentasi karya visual. Awal mula sejarah kemunculan zine lokal dan perkembangannya hingga sekarang dianggap penting dalam penulisan skripsi ini untuk menginformasikan fenomena zine yang masih


(10)

dianggap awam oleh masyarakat umum. Batasan masalah pertama adalah untuk menjelaskan apa itu zine dan menelusuri sejarah kemunculan zine, khususnya di kota Bandung.

Batasan masalah selanjutnya adalah ingin diketahui lebih jauh informasi tentang zine yang disebut sebagai ‘media alternatif’ bagi para pelaku dan komunitas penikmatnya. Termasuk didalamnya meliputi tentang bagaimana pemahaman para pelaku zine artwork pada khususnya dalam menggunakan media zine sebagai sarana akan ekspresi mereka tentang karya seni rupa khusunya karya gambar.

Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa pertanyaan yang akan dijadikan acuan dalam rumusan masalah penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu zine?

2. Seperti apa tampilan bentuk dan isi zine artwork lokal sebagai media alternatif untuk presentasi karya gambar?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi yang terkait dengan latar belakang kemunculan zine di Indonesia.

2. Memaparkan tampilan isi & bentuk zine artwork lokal sebagai media alternatif untuk presentasi karya gambar.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari satu fenomena (Hariwijaya & Djaelani, 2004), sementara definisi metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh (Moleong, 1993).

Penulisan dalam skripsi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk dapat memahami fenomena umum tentang zine dan zine artwork pada khususnya melalui uraian deskripsi berdasarkan data yang didapat.


(11)

1.6 Tehnik Pengumpulan Data

Beberapa tehnik pengumpulan data yang akan digunakan untuk membantu penelitian ini antara lain:

1. Wawancara Baku Terbuka (Moleong, 1993).

Wawancara ini dilakukan oleh Penulis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung yang telah disiapkan secara sistematis untuk selanjutnya digunakan dalam sesi tanya jawab baik formal maupun informal. Wawancara yang akan dilakukan bersifat terbuka (subjek mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan untuk maksud apa mereka diwawancara).

Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data secara sengaja dengan pertimbangan tertentu

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29402/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada

27/03/2014 : 18.00). Narasumber utama dalam penelitian ini adalah para pelaku zine artwork, sedangkan narasumber tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi dan memiliki pengetahuan mendalam tentang fenomena zine pada umumnya.

Narasumber utama pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reza Pradipto sebagai pelaku zine artwork ‘House of Horror’ (Jakarta). 2. Akhmad Hilman dan Agus sebagai pelaku zine artwork ‘Tugitu Unite’ (Solo). 3. Gandhi Eka sebagai pelaku zine artwork ‘Aku Tak Tahan’ (Bandung).

4. Didi ‘Painsugar’ sebagai pelaku zine artwork ‘Penahitam’ (Malang). 5. Armand Jamparing sebagai pelaku artwork zine ‘Owah’ (Bandung). Sedangkan narasumber tambahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Herry Sutresna (Ucok ‘Homicide’) sebagai pelaku zine, musisi, desainer, dan

penulis lepas (Bandung).

2. Frans Arif Prasetyo sebagai peneliti independen subkultur (Bandung).

3. Deden sebagai pelaku zine dan kolektor zine yang terlibat dalam usaha distribusi dan zine reseller (Bandung).

2. Data Pengalaman Individu

Pengertian pengunaan data pengalaman individu disini dimaksud sebagai bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu tertentu sebagai objek penelitian (Koentjaraningrat, 1993, hlm. 197) ;


(12)

“Metode ini tidak hanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan langsung yang tersusun sistematis seperti pada metode wawancara biasa, namun membiarkan subjek memaparkan apapun yang dirasakan, baik kesan, pengalaman pribadi, dan cara hidup untuk memperoleh detail yang mendalam untuk untuk mendapat pandangan dari dalam (bersifat personal).”

Metode ini dirasa penting untuk diterapkan pada beberapa narasumber utama yang ikut mengalami fenomena awal masuknya zine melalui scene musik underground. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sejauh ini Penulis belum menemukan buku kajian studi ilmiah tentang zine di Indonesia. Penggunaan metode ini sangat berguna untuk memperoleh gambaran mengenai timeline sejarah awal zine di Indonesia dan sudut pandang para narasumber utama terhadap perkembangan zine selanjutnya. Pengalaman pribadi mereka bukan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pernyataan tentang kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, namun sebagai bagian dari kenyataan itu sendiri (Koentjaraningrat, 1993).

Data yang dihasilkan dari wawancara dan data pengalaman individu di atas selanjutnya akan digunakan sebagai data primer.

3. Studi Pustaka & Dokumentasi

Teknik pengumpulan data tidak langsung ditujukan pada subjek, namun melalui dokumen. Bertujuan untuk menemukan data atau referensi yang dapat menunjang penulisan melalui sumber cetak dan media elektronik seperti buku, jurnal, arsip dan koleksi zine yang dimiliki oleh para narasumber.

Zine artwork lokal yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Tugitu Unite, terbit di kota Solo (edisi ke-8, 14, & 17) 2. Owah, terbit di kota Bandung (edisi ke-6, & 7)

3. House of Horror, terbit di kota Jakarta (edisi ke-1 & 2) 4. Penahitam, terbit di kota Malang (edisi ke-3)

5. Aku Tak Tahan, Terbit di Kota Bandung (edisi pertama)

1.7 Instrumen Penelitian

Penulis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitan kualitatif , peneliti atau disebut juga Human Instrument (Sugiyono, 2010; Satori & Komariah, 2009) dijadikan instrumen kunci untuk menangkap situasi soaial dari para narasumber.


(13)

Dalam penelitian ini peneliti memakai alat bantu berupa alat rekam, buku catatan, dan menggunakan via chat room di situs jejaring sosial media.

1.8 Analisis Data

Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dengan membuat catatan pribadi di lapangan, dan memberi refleksi terhadap data yang dicatat. Dalam penelitian kualtitatif data ditampilkan (melalui pemaparan deskriptif), kemudian disimpulkan dan diverivikasi (Sugiyono, 2010). Analisis bersifat terbuka (open ended) yang adaptif terhadap perubahan, perbaikan, dan penyempurnaan berdasarkan data yang baru masuk.

1.9 Kerangka Penelitian

X VS

Zine artwork lokal

1.10 Kerangka Penulisan

Penulisan ini akan dibagi dalam beberapa bab yang secara keseluruhan memuat tema dasar, kajian literatur, metodologi penulisan, deskripsi penulisan, dan keimpulan. Penulisan skripsi ini akan dimulai dengan pendahuluan sebagai bab pertama. Pada bab pertama akan

ZINE

Alternatif

MAGAZINE Mainstream

MEDIA VISUAL SUBKULTUR/

SCENE UNDERGROUND


(14)

diungkapkan mengenai latar belakang permasalahan, identifikasi permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan, dan metodologi penulisan.

Bab kedua dalam penulisan ini memuat tentang kajian literatur yang berhubungan dengan penulisan. Kajian tersebut akan memuat uraian tentang zine, sejarah kemunculannya, pengertian media secara umum, pengertian media alternatif serta beberapa unsur & prinsip-prinsip dasar dalam seni rupa.

Bab ketiga dalam tulisan ini akan mendeskripsikan beberapa contoh zine artwork lokal yang muncul di beberapa kota di Indonesia. Deskripsi didalamnya memuat sejarah kemunculan mereka dan orang-orang yang terlibat didalamnya. Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen, konten visual yang ditampilkan, dan pemaknaan mereka terhadap identitas personal atau komunitas disekitarnya serta pemaknaan mereka tentang ekspresi seni rupa yang mereka tampilkan pada karya gambar dalam zine tersebut.

Bab keempat dalam tulisan ini berisi tentang analisa penulis tentang zine lokal sebagai media alternatif dan kecenderungan beberapa zine artwork lokal.

Bab terakhir merupakan bab penutup yang akan menerangkan kesimpulan dari seluruh penulisan ini.


(15)

BAB 5

KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan

Zine merupakan media alternatif. Zine, baik itu lokal maupun yang terbit di luar negeri sangat identik dengan youth culture. Para pelaku dan komunitasnya didominasi oleh generasi muda pada masanya. Zine adalah budaya serapan, maka dari itu membutuhkan waktu untuk dapat dikenal, diadaptasi, dan menjadi sebuah inisiatif yang sifatnya berkesinambungan. Rata-rata pelaku zine terus menerbitkan zine mereka, walaupun berberapa kali berganti nama.

Dari hasil penelitian ini, beberapa motivasi pelaku zine adalah alasan eksistensi, asosiasi dengan sikap hidup yang dipilih, dan semangat untuk berbagi. Zine yang diproduksi oleh inisiatif pribadi kebanyakan menemui kendala dalam bidang finansial dan seringkali beresiko untuk vakum dalam jangka waktu tertentu, namun secara konten lebih dapat terkendali kualitasnya. Sementara zine yang diproduksi kolektif dengan mudah dapat menutupi hambatan finansial dan beregenerasi namun sering menemui kendala dalam manajemen waktu dan konten yang tidak terlalu tersortir.

Kategori zine artwork lokal mulai banyak berkembang dalam komunitas-komunitas anak muda. Dalam zine, perbedaan antara seniman akademis dan otodidak tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat membatasi. Zine artwork lokal menjadi sebuah ‘ruang pajang’ layaknya galeri dalam bentuk cetak.

5.2 Saran

Zine mungkin terdengar kurang familiar karena seringkali tampilannya dianggap kurang serius dibanding bacaan umum seperti majalah. Namun isi dan inisiatif para pelakunya memiliki nilai positif yang dapat dihayati dan mudah diterapkan untuk siapapun agar dapat memulai menciptakan medianya sendiri. Sebagai media alternatif, zine dapat dipertimbangkan untuk menjadi ‘ruang’ bagi mereka yang membuat karya di dunia seni rupa; khususnya karya gambar untuk dapat dipresentasikan kepada lingkaran masyarakat yang lebih luas lagi.

Zine juga diterapkan sebagai salah satu media alternatif untuk kegiatan pembelajaran di luar negeri pada sekolah-sekolah formal. Tidak ada salahnya mencoba mengadaptasi sistem yang sama sebagai bentuk aktivitas kreatif untuk terus belajar.


(16)

Sebagai penutup dalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Beberapa keterbatasan yang ditemui oleh Penulis dalam penelitian ini antara lain adalah faktor waktu dan jarak. Subjek dan objek dalam penelitian ini hanya terbatas dari komunitas setempat dan belum mampu untuk merangkul komunitas pelaku zine lain yang berada di luar Pulau Jawa. Maka dari itu penelitian ini Penulis anggap sebagai penelitian yang bersifat menjelajah atau dapat dikatakan sebagai penelitian awal dan dapat terus dikembangkan secara mendalam. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, sekaligus membuka kesempatan kepada siapapun yang tertarik untuk terus mendukung dan bekerjasama mendokumentasikan rekam jejak kreatif para pelaku zine lokal yang tersebar di berbagai kota, mengingatnya minimnya literatur yang memuat kajian ilmiah tentang fenomena zine lokal di Indonesia.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Rozak Zaidan, Anita k.Rustapa, & Hani’ah, “Kamus Istilah Sastra”. (Jakarta: PT. Balai Pustaka,1994), hlm. 51

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual. (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2009)

Bogdan, R. and Taylor, S.J. 1975, “ Introduction to Qualitative Research Methode”. (New York: John Willey and Sons, 1975)

Daryanto, “Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran”. (Bandung: Erlangga, 2011) Dr. Lexy J. Moleong, M.A, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.3

Jakob Sumardjo, “Estetika Paradoks”. (Bandung: Sunan Ambu Press STSI, 1996) Jakob Sumardjo, “Filsafat Seni”. (Bandung: Penerbit ITB, 2000), hlm,.62

Jurnal Ilmu Komunikasi VOLUME 1, NOMOR 1, JUNI 2004, hlm 130 Koentjaraningrat, “Metode-Metode Penelitian Masyarakat”. (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hlm. 197

Koentjaraningrat, Budhisantoso dkk, “Kamus Istilah Antropologi”. (Jakarta: Penerbit Progres,2003), hlm.125

M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, “Teknik Menulis skripsi & Tesis”. (Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2004) , hlm.39

Raymond Charmet, “Modern Art, A Collins – Larousse Concise Encyclopedia”. (glasgow: scotland Collins, 1972)

R.M Soedarsono, “Pengantar Apresiasi Seni”. (Jakarta: Balai Pustaka, 1992) Satori, Djam’an dan Komariah, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung: Alfabeta, 2009)

Stephen Duncombe, “Notes from Underground : Zines And The Politics of Alternative Culture”. (Portland: Microcosm Publishing, 2008),


(18)

Jurnal PDF :

https://www.academia.edu/3799584/PROSES_KOMUNIKASI_DALAM_BERK

ESENIRUPAAN (diakses 30/04/2014 04.40)

http://www.academia.edu/4563787/pengertian_media_pembelajaran, (diakses 24

Mei 2014)

(http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/19720613199903

1-BANDI_SOBANDI/1BBM_Seni_Rupa_Dasar/Modul_2/KB_1_Unsur2_dan_Pri

nsip2_Dasar_Sen_Rup.pdf, (diakses 18/05/2014 : 21.00)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29402/4/Chapter%20II.pdf,

(diakses pada 27/03/2014 : 18.00). Website :

(http://terpelanting.wordpress.com/2012/03/15/kitsch-membongkar-konvensionalitas-estetika-puisi/, diakses 24/15/2014, 10.00

(http://id.wikipedia.org/wiki/Punk, diakses 07/03/2014,03.35).

http://en.wikipedia.org/wiki/Zine (diakses pada 30 Maret 2014 : 00.19)

http://fantasixliar.blogspot.com/2012_01_01_archive.html (diakses pada 10 April

2014:01.21)

http://carapedia.com/pengertian_definisi_media_info2046.html (diakses pada 2

April 2014 : 13:39)

http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIK-Vo2-No2-2005_3.pdf (diakses pada

2 April 2014 : 14:25).

http://steackaan.wordpress.com/2013/04/01/media-mainstream-vs-media-alternatif-ladang-perebutan-makna (diakses pada 2 April 21014 : 13.00)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi (diakses pada 10 April 2014: 21.26)

http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_''underground'' (diakses pada 10 April 2014:

21.38)

http://fantasixliar.blogspot.com/2012_01_01_archive.html (diakses pada 10 April

2014:01.21)

http://catatannana.blogspot.com/2011/01/metodologi-penelitian-kualitatif.html diakses diakses 30/04/2014 08.00


(19)

http://fiksi-sains.blogspot.com/2013/04/pengertian-prosa-fiksi-sains.html diakses

30/04/2104 : 10.00

Fred Wright, “The History and Characteristics of Zines” on www.zinebook.com

(diakses pada 7 Maret 2014 : 01.35)


(1)

diungkapkan mengenai latar belakang permasalahan, identifikasi permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan, dan metodologi penulisan.

Bab kedua dalam penulisan ini memuat tentang kajian literatur yang berhubungan dengan penulisan. Kajian tersebut akan memuat uraian tentang zine, sejarah kemunculannya, pengertian media secara umum, pengertian media alternatif serta beberapa unsur & prinsip-prinsip dasar dalam seni rupa.

Bab ketiga dalam tulisan ini akan mendeskripsikan beberapa contoh zine artwork lokal yang muncul di beberapa kota di Indonesia. Deskripsi didalamnya memuat sejarah kemunculan mereka dan orang-orang yang terlibat didalamnya. Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen, konten visual yang ditampilkan, dan pemaknaan mereka terhadap identitas personal atau komunitas disekitarnya serta pemaknaan mereka tentang ekspresi seni rupa yang mereka tampilkan pada karya gambar dalam zine tersebut.

Bab keempat dalam tulisan ini berisi tentang analisa penulis tentang zine lokal sebagai media alternatif dan kecenderungan beberapa zine artwork lokal.

Bab terakhir merupakan bab penutup yang akan menerangkan kesimpulan dari seluruh penulisan ini.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan

Zine merupakan media alternatif. Zine, baik itu lokal maupun yang terbit di luar negeri sangat identik dengan youth culture. Para pelaku dan komunitasnya didominasi oleh generasi muda pada masanya. Zine adalah budaya serapan, maka dari itu membutuhkan waktu untuk dapat dikenal, diadaptasi, dan menjadi sebuah inisiatif yang sifatnya berkesinambungan. Rata-rata pelaku zine terus menerbitkan zine mereka, walaupun berberapa kali berganti nama.

Dari hasil penelitian ini, beberapa motivasi pelaku zine adalah alasan eksistensi, asosiasi dengan sikap hidup yang dipilih, dan semangat untuk berbagi. Zine yang diproduksi oleh inisiatif pribadi kebanyakan menemui kendala dalam bidang finansial dan seringkali beresiko untuk vakum dalam jangka waktu tertentu, namun secara konten lebih dapat terkendali kualitasnya. Sementara zine yang diproduksi kolektif dengan mudah dapat menutupi hambatan finansial dan beregenerasi namun sering menemui kendala dalam manajemen waktu dan konten yang tidak terlalu tersortir.

Kategori zine artwork lokal mulai banyak berkembang dalam komunitas-komunitas anak muda. Dalam zine, perbedaan antara seniman akademis dan otodidak tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat membatasi. Zine artwork lokal menjadi sebuah ‘ruang pajang’ layaknya galeri dalam bentuk cetak.

5.2 Saran

Zine mungkin terdengar kurang familiar karena seringkali tampilannya dianggap kurang serius dibanding bacaan umum seperti majalah. Namun isi dan inisiatif para pelakunya memiliki nilai positif yang dapat dihayati dan mudah diterapkan untuk siapapun agar dapat memulai menciptakan medianya sendiri. Sebagai media alternatif, zine dapat dipertimbangkan untuk menjadi ‘ruang’ bagi mereka yang membuat karya di dunia seni rupa; khususnya karya gambar untuk dapat dipresentasikan kepada lingkaran masyarakat yang lebih luas lagi.

Zine juga diterapkan sebagai salah satu media alternatif untuk kegiatan pembelajaran di luar negeri pada sekolah-sekolah formal. Tidak ada salahnya mencoba mengadaptasi sistem yang sama sebagai bentuk aktivitas kreatif untuk terus belajar.


(3)

Sebagai penutup dalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Beberapa keterbatasan yang ditemui oleh Penulis dalam penelitian ini antara lain adalah faktor waktu dan jarak. Subjek dan objek dalam penelitian ini hanya terbatas dari komunitas setempat dan belum mampu untuk merangkul komunitas pelaku zine lain yang berada di luar Pulau Jawa. Maka dari itu penelitian ini Penulis anggap sebagai penelitian yang bersifat menjelajah atau dapat dikatakan sebagai penelitian awal dan dapat terus dikembangkan secara mendalam. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, sekaligus membuka kesempatan kepada siapapun yang tertarik untuk terus mendukung dan bekerjasama mendokumentasikan rekam jejak kreatif para pelaku zine lokal yang tersebar di berbagai kota, mengingatnya minimnya literatur yang memuat kajian ilmiah tentang fenomena zine lokal di Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Rozak Zaidan, Anita k.Rustapa, & Hani’ah, “Kamus Istilah Sastra”. (Jakarta: PT. Balai Pustaka,1994), hlm. 51

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual. (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2009)

Bogdan, R. and Taylor, S.J. 1975, “ Introduction to Qualitative Research Methode”. (New York: John Willey and Sons, 1975)

Daryanto, “Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran”. (Bandung: Erlangga, 2011)

Dr. Lexy J. Moleong, M.A, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.3

Jakob Sumardjo, “Estetika Paradoks”. (Bandung: Sunan Ambu Press STSI, 1996)

Jakob Sumardjo, “Filsafat Seni”. (Bandung: Penerbit ITB, 2000), hlm,.62

Jurnal Ilmu Komunikasi VOLUME 1, NOMOR 1, JUNI 2004, hlm 130

Koentjaraningrat, “Metode-Metode Penelitian Masyarakat”. (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hlm. 197

Koentjaraningrat, Budhisantoso dkk, “Kamus Istilah Antropologi”. (Jakarta: Penerbit Progres,2003), hlm.125

M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, “Teknik Menulis skripsi & Tesis”. (Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2004) , hlm.39

Raymond Charmet, “Modern Art, A Collins – Larousse Concise Encyclopedia”. (glasgow: scotland Collins, 1972)

R.M Soedarsono, “Pengantar Apresiasi Seni”. (Jakarta: Balai Pustaka, 1992)

Satori, Djam’an dan Komariah, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung: Alfabeta, 2009)

Stephen Duncombe, “Notes from Underground : Zines And The Politics of Alternative Culture”. (Portland: Microcosm Publishing, 2008),


(5)

Jurnal PDF :

https://www.academia.edu/3799584/PROSES_KOMUNIKASI_DALAM_BERK ESENIRUPAAN (diakses 30/04/2014 04.40)

http://www.academia.edu/4563787/pengertian_media_pembelajaran, (diakses 24 Mei 2014)

(http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/19720613199903

1-BANDI_SOBANDI/1BBM_Seni_Rupa_Dasar/Modul_2/KB_1_Unsur2_dan_Pri nsip2_Dasar_Sen_Rup.pdf, (diakses 18/05/2014 : 21.00)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29402/4/Chapter%20II.pdf, (diakses pada 27/03/2014 : 18.00).

Website :

(

http://terpelanting.wordpress.com/2012/03/15/kitsch-membongkar-konvensionalitas-estetika-puisi/, diakses 24/15/2014, 10.00

(http://id.wikipedia.org/wiki/Punk, diakses 07/03/2014,03.35).

http://en.wikipedia.org/wiki/Zine (diakses pada 30 Maret 2014 : 00.19)

http://fantasixliar.blogspot.com/2012_01_01_archive.html (diakses pada 10 April 2014:01.21)

http://carapedia.com/pengertian_definisi_media_info2046.html (diakses pada 2 April 2014 : 13:39)

http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIK-Vo2-No2-2005_3.pdf (diakses pada 2 April 2014 : 14:25).

http://steackaan.wordpress.com/2013/04/01/media-mainstream-vs-media-alternatif-ladang-perebutan-makna (diakses pada 2 April 21014 : 13.00)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi (diakses pada 10 April 2014: 21.26)

http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_''underground'' (diakses pada 10 April 2014: 21.38)

http://fantasixliar.blogspot.com/2012_01_01_archive.html (diakses pada 10 April 2014:01.21)

http://catatannana.blogspot.com/2011/01/metodologi-penelitian-kualitatif.html diakses diakses 30/04/2014 08.00


(6)

http://fiksi-sains.blogspot.com/2013/04/pengertian-prosa-fiksi-sains.html diakses 30/04/2104 : 10.00

Fred Wright, “The History and Characteristics of Zines” on www.zinebook.com (diakses pada 7 Maret 2014 : 01.35)