PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER.

(1)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI

MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

HANNA SARI WIDYA KUSUMA 1005275

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Ekstrak Rimpang Temu

Putih (

Curcuma zedoaria

Rosc.)

Terhadap Perkembangan Embrio

Pascaimplantasi Mencit

(

Mus musculus

L.) Swiss Webster

Oleh

Hanna Sari Widya Kusuma

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hanna Sari Widya Kusuma 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI

MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Oleh

Hanna Sari Widya Kusuma 1005275

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dr. Didik Priyandoko, S.Pd., M.Si. NIP. 196912012001121001

Pembimbing II

Dr. Hernawati, S.Pt., M.Si. NIP.197003311997022001

Mengetahui,


(4)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr. H. Riandi, M.Si. NIP. 196305011988031002


(5)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Ekstrak Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) Terhadap Perkembangan Embrio Pascaimplantasi Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster

ABSTRAK

Temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) atau yang disebut juga ‘white turmeric’ merupakan tanaman herbal yang dijadikan sebagai obat tradisional oleh masyarakat luas yang pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk jamu. Rimpang temu putih mengandung berbagai senyawa bioaktif khususnya senyawa kurkumin yang dapat menghambat perkembangan embrio pascaimplantasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak temu putih terhadap perkembangan embrio tahap pascaimplantasi pada fetus mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster betina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap ekstraksi, tahap perlakuan serta isolasi uterus dan fetus. Ekstrak air rimpang temu putih diberikan kepada mencit betina secara gavage pada hari ke 0 sampai 15 umur kebuntingan dengan masing-masing dosis 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari dan 700 mg/kgBB/hari. Perkembangan embrio pascaimplantasi dapat diamati dengan menggunakan beberapa parameter yaitu jumlah tapak implantasi, jumlah fetus, berat badan dan panjang badan fetus serta abnormalitas morfologi eksternal fetus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tapak implantasi dan jumlah fetus pada tiap kelompok perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) sedangkan pada berat badan serta panjang badan fetus menunjukkan rerata yang semakin menurun sejalan dengan kenaikan dosis yang diberikan (P>0,05). Kematian intrauterus ditemukan terutama sebagai embrio yang diresorpsi menunjukkan persentase tertinggi (20,6%) yaitu pada dosis 280 mg/kgBB/hari. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak rimpang temu putih dapat menurunkan berat badan serta ukuran panjang badan fetus tetapi tidak menurunkan jumlah tapak implantasi dan jumlah fetus serta tidak menyebabkan abnormalitas pada morfologi eksternal fetus.

Kata Kunci : Ekstrak Curcuma zedoaria Rosc., Mus musculus L., fetus mencit,


(6)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

The Effect of Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) Rhizome Extract on Pascaimplantation Embryo Development of Mice (Mus musculus L.) Swiss Webster

ABSTRACT

Temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) or white turmeric is a herb plant that was widelly used as traditional medicine called jamu. The rhizome of white tumeric contain varieties of bioactive compound especially curcumin, curcumin has been reported can inhibit the development of pascaimplantation embryo. The aim of this research was to evaluate the effect of extract white tumeric towards the

development of mice fetus’s in pascaimplantation stage. The methods of this research were extraction stage, treatment and isolation of uterus and fetus. The water extract of aqueous rhizome ‘Temu Putih’ was given to female mice by gavage method for 0-15 days/pregnant old. The dose for each mice was 140 mg/kgBB/day, 280 mg/kgBB/day or 700 mg/kgBB/day. The development of pascaimplantation embryo can be analyzed by used several parameter, there were total of implantation traces, total of fetus, weight and length of fetus body, and also abnormality of fetus indicated by external morphology. The result of this research showed that total of trace implantation and total of fetus for each treatment group did not significantly different (P<0,05) compared than control group. Whereas, weight and length of fetus body showed that the approximate was decrease dose dependent manner (P>0,05). The death of intrauterus was mostly found as resorbed, and the incidence showed higher percentage (20,6%) on doses 280 mg/kg body weight. Based on this result, it concluded that water extract of white tumeric induced decreasing weight and length of fetus body but it didn’t decrease in total of trace implantation, total fetus, and it didn’t cause abnormality of fetus external morphology.

Keywords : Extract of Curcuma zedoaria Rosc., Mus musculus L., fetal mice,


(7)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Asumsi ... 6

G. Hipotesis ... 6

BAB II EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Roscoe) DAN PENGARUHNYA TERHADAP REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L.) BETINA A. Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) ... 7

B. Kandungan Senyawa Kimia Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) ... 9

C. Manfaat Temu Putih Bagi Kesehatan ... 13

D. Mencit (Mus musculus L.)... 14

E. Etika Penggunaan Hewan Uji dalam Penelitian... 17

F. Reproduksi Mencit Betina... 18

1. Siklus estrus ... 18


(8)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Implantasi ... 22

4. Perkembangan embrio mencit ... 24

G. Kelainan atau Abnormalitas Morfologi Eksternal Fetus ... 26

H. Zat-Zat Aktif Tumbuhan yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Embrio Tahap Pascaimplantasi ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

E. Alat dan Bahan ... 32

F. Prosedur Penelitian... 33

1. Aklimatisasi mencit ... 33

2. Penentuan dosis ekstrak ... 33

3. Pembuatan ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) ... 33

4. Pemeriksaan siklus estrus mencit ... 34

5. Pengawinan mencit ... 35

6. Pemberian ekstrak temu putih ... 35

7. Penghitungan jumlah tapak implantasi (implantation traces) 35

8. Penghitungan jumlah fetus dan pengamatan keadaan fetus .... 36

9. Penghitungan persentase keadaan fetus dan kematian intrauterus ... 36

10.Pengukuran berat badan fetus ... 36

11.Pengukuran panjang badan fetus ... 37

12.Pengamatan abnormalitas morfologi eksternal fetus ... 37

G. Analisis Data ... 37

H. Alur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39


(9)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Jumlah tapak implantasi ... 39

2. Jumlah fetus hidup dan kematian intrauterus ... 46

3. Berat badan fetus ... 53

4. Panjang badan fetus... 55

5. Kelainan atau abnormalitas morfologi eksternal fetus ... 57

B. Pembahasan ... 58

1. Pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap jumlah tapak implantasi... 59

2. Pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap jumlah fetus hidup dan kematian intrauterus ... 62

3. Pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap berat badan dan panjang badan fetus ... 65

4. Pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap panjang badan fetus ... 67

5. Pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap abnormalitas morfologi eksternal fetus ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 82


(10)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Persentase beberapa kandungan senyawa kimia yang

terkandung dalam rimpang temu putih (Curcuma

zedoaria Rosc.)... 10 2.2 Data biologis mencit... 16 3.1 Hasil pengundian nomor mencit dan jenis perlakuan

(Rancangan Acak Lengkap) kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma

zedoaria Rosc.)... 31 3.2 Peta kandang mencit kelompok kontrol dan perlakuan

ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 32 4.1 Hasil pengamatan jumlah tapak implantasi pada uterus

induk mencit kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak

rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 40 4.2 Hasil pengamatan terhadap jumlah fetus yang

dihasilkan pada hari ke-18 umur kebuntingan dari induk mencit yang diberi perlakuan ekstrak rimpang temu

putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 47 4.3 Hasil pengamatan terhadap persentase keadaan fetus

serta viabilitas embrio yang dihasilkan pada hari ke-18 umur kebuntingan dari induk mencit yang diberi perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma

zedoaria Rosc.)... 49 4.4 Hasil pengamatan rerata berat badan fetus yang

dihasilkan oleh induk mencit hari ke-18 umur kebuntingan pada kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria


(11)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosc.)... 53 4.5 Hasil pengamatan rerata panjang badan fetus yang

dihasilkan oleh induk mencit hari ke-18 umur kebuntingan pada kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria

Rosc.)... 55 4.6 Kejadian kelainan eksternal pada fetus mencit umur 18

hari yang dihasilkan oleh induk yang diberikan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria


(12)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tanaman temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 8

2.2 Bagian tanaman temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 8

2.3 Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 9

2.4 Struktur kimia senyawa kurkuminoid... 11

2.5 Struktur kimia kurkumin (diferuloylmethane)... 12

2.6 Mencit (Mus musculus L.)... 15

2.7 Perkembangan embrio pada tahap implantasi pada mencit... 25 2.8 Perkembangan neural tube pada fetus mencit... 27

3.1 Bagan alir penelitian... 38

4.1 Tapak implantasi pada uterus mencit... 40

4.2 Grafik pengamatan rerata jumlah tapak implantasi pada uterus mencit kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 42

4.3 Tapak implantasi pada penampang uterus induk mencit kelompok dosis 0 mg/kgBB/hari (kontrol)... 43

4.4 Tapak implantasi pada penampang uterus induk mencit kelompok dosis 1 (140 mg/kgBB/hari) ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 44

4.5 Tapak implantasi pada penampang uterus induk mencit kelompok perlakuan dosis 2 (280 mg/kgBB/hari) ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 45 4.6 Tapak implantasi pada penampang uterus induk mencit


(13)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 46 4.7 Grafik pengamatan rerata jumlah fetus hidup yang

dihasilkan pada hari ke-18 umur kebuntingan dari induk mencit yang diberi perlakuan ekstrak rimpang temu

putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 48 4.8 Perbandingan morfologi fetus normal dan embrio resorp 50 4.9 Penampang fetus yang dihasilkan induk mencit pada

kelompok dosis 0 mg/kgBB/hari ekstrak rimpang temu

putih (Curcuma zedoaria Rosc.) (kontrol)... 51 4.10 Penampang fetus yang dihasilkan induk mencit pada

kelompok dosis 140 mg/kgBB/hari ekstrak rimpang

temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 52 4.11 Penampang fetus yang dihasilkan oleh induk mencit

pada dosis perlakuan 280 mg/kgBB/hari ekstrak rimpang

temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 52 4.12 Penampang fetus yang dihasilkan oleh induk mencit

pada dosis perlakuan 700 mg/kgBB/hari ekstrak rimpang

temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 53 4.13 Grafik rerata berat badan fetus yang dihasilkan oleh

induk mencit kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak

rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 54 4.14 Grafik rerata panjang badan fetus yang dihasilkan oleh

induk mencit kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak

rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 56 4.15 Kelainan morfologi eksternal pada mencit (eksensefali).. 57


(14)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data berat badan mencit selama aklimatisasi

sebelum diberi perlakuan ekstrak rimpang temu

putih (Curcuma zedoaria Rosc.)... 82 2 Data berat badan mencit selama perlakuan

pemberian ekstrak rimpang temu putih (Curcuma

zedoaria Rosc.)... 83 3 Data jumlah fetus dan keadaan fetus yang

dihasilkan oleh induk mencit pada tiap dosis perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma

zedoaria Rosc.)... 85 4 Uji statistika hasil jumlah tapak implantasi, jumlah

fetus, berat badan fetus dan panjang badan fetus yang dilahirkan mencit (Mus musculus L.) betina kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) dengan

software SPSS 18 for windows... 86 5 Daftar alat dan bahan penelitian... 98 6 Tabel konversi perhitungan dosis... 100 7 Perhitungan dosis ekstrak rimpang temu putih

(Curcuma zedoaria Rosc.)... 101 8 Pembuatan larutan... 102 9 Dokumentasi penelitian... 103


(15)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia setelah Brazilia dengan ribuan spesies tumbuhan yang tersebar di hutan tropika (Agoes, 2009). Berbagai jenis tumbuhan dapat dimanfaatkan manusia dalam bidang kesehatan karena dapat dijadikan sebagai obat tradisional atau jamu-jamuan maupun obat herbal terstandar dan dikembangkan sebagai obat sintetis (Sumarny, 2006). Penggunaan berbagai jenis tumbuhan obat dalam bentuk jamu dan bahan tambahan/pelengkap makanan kini cukup luas karena memiliki senyawa-senyawa aktif berkhasiat, diantaranya yaitu genistein, dialil sulfida, alisin, resveratrol, kapsaisin, kurkumin, dan anetol (Dorai dan Aggarwal, 2004). Penggunaannya sebagai obat tradisional biasanya diolah dalam bentuk jamu dengan menggunakan salah satu bagian tanamannya yaitu rimpang (Rahman et al., 2013). Sebesar 80% tanaman obat yang digunakan sebagai bahan olahan jamu berasal dari famili Zingiberaceae, Piperaceae dan Apiaceae (Sirait, 2001 dalam Sumarny, 2006).

Tanaman Zingiberaceae atau disebut juga kelompok temu-temuan secara umum digunakan sebagai bumbu dapur, pengawet makanan, pewarna makanan alami, bahan masakan dan juga digunakan sebagai obat alternatif di beberapa negara, khususnya di wilayah Asia (Rahman et al., 2013). Berdasarkan beberapa penelitian tanaman Zingiberaceae diketahui memiliki berbagai khasiat di antaranya yaitu sebagai antiinflamasi, antitumor, antikanker, anti hiperglikemia, serta antilipidemik (Wohlmuth, 2008).

Tanaman temu putih (Curcuma zedoaria Roscoe) yang disebut juga „white turmeric’ merupakan tanaman herba famili Zingiberaceae yang ditemukan di negara-negara tropis seperti Indonesia, India, Jepang dan Thailand (Lobo, 2009). Temu putih memiliki banyak kandungan kimia seperti alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, glikosid, steroid dan terpenoid (Sumathi et al., 2013). Kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif pada rimpang temu putih yang


(16)

2

merupakan senyawa turunan fenolik (polifenol) yang termasuk ke dalam kelompok kurkuminoid, senyawa kurkumin ini berkhasiat sebagai antikanker (Chen, 1998; Kunnumakkara, 2009). Namun perlu diketahui bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam suatu tanaman dapat berpotensi sebagai obat namun dapat juga menimbulkan efek toksik karena memiliki banyak molekul target serta memberikan efek yang beragam terhadap fisiologi tubuh (Incalci et al., 2005).

Senyawa aktif pada tanaman temu putih telah diketahui khasiatnya sebagai antikanker, namun untuk keamanan serta efek samping dalam penggunaannya terutama bagi yang mengkonsumsi dalam masa kehamilan perlu ditelaah dan diuji kembali. Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya terhadap senyawa kurkumin yang terkandung dalam tanaman temu putih baik secara in vivo maupun in vitro. Senyawa pada tumbuhan yang berpotensi sebagai antikanker dapat memicu efek teratogenik terhadap fetus, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Septadini (2012), jamu antikanker dapat mempengaruhi berat badan fetus secara signifikan selain itu memicu kematian fetus disertai dengan gagalnya pertumbuhan dan kelainan pada kaki belakang fetus. Berdasarkan penelitian Chen (2008), potensi kurkumin sebagai antikanker berasal dari kemampuannya dalam menekan proliferasi atau pembelahan sel-sel yang sedang aktif (Aggarwal, 2003).Aktivitas ekstrak temu putih sebagai antikanker maupun antitumor bersifat tidak selektif, sehingga terdapat kemungkinan mengganggu fungsi sel normal yang sedang aktif mengadakan pembelahan serta dikhawatirkan dapat menghambat perkembangan embrio (Handajani, 2003).

Tahap perkembangan embrio dimulai dari tahap praimplantasi hingga pascaimplantasi. Tahap praimplantasi merupakan suatu tahapan yang mudah sekali terganggu, jika suatu senyawa toksik diberikan dan bekerja terhadap zigot atau embrio awal sebelum tahap organogenesis, maka embrio akan mati atau berkembang dengan normal (Russel dan Russel, 1991; Nagao, 1986 dalam Haryono, 1996). Organogenesis yang termasuk ke dalam tahap pascaimplantasi merupakan tahap yang juga sangat penting serta rentan terhadap zat-zat teratogen (Sundaryono, 2005). Pada tikus hari ke- 9,5 sampai 11,5 umur kebuntingan merupakan tahap organogenesis yang paling rentan terhadap suatu senyawa yang dapat masuk melalui plasenta (Chan et al., 2001). Perkembangan sel-sel embrio


(17)

3

baik pada hewan maupun manusia merupakan pertumbuhan sel-sel normal dan pertumbuhan ini sangat rentan oleh banyak pengaruh khususnya pengaruh dari luar yang seperti terdapat dalam makanan, minuman ataupun obat-obatan (Sundaryono, 2005). Kurkumin yang merupakan hasil isolasi dari Curcuma longa yang dipaparkan terhadap oosit mencit secara in vitro menunjukkan bahwa pada perlakuan konsentrasi tertinggi kurkumin menyebabkan terhambatnya perkembangan embrio sehingga terjadi resorpsi pada uterus serta pada tahap pascaimplantasi (hari ke-18 umur kebuntingan) mengakibatkan penurunan berat badan fetus secara signifikan (Chen, 2012). Selain itu, pemberian ekstrak etanol rimpang temu putih pada tikus dan mencit yang hamil muda dapat menyebabkan keguguran karena memiliki efek stimulan pada kontraksi uterus sehingga bersifat abortivum, senyawa yang terkandung dalam rimpang temu putih juga dapat menyebabkan efek antiimplantasi pada anjing (Virginia, 2013;Dalimartha, 2003). Penelitian mengenai potensi senyawa aktif pada rimpang temu putih sebagai antikanker telah banyak dilakukan, namun mengenai pengaruh ekstrak rimpang temu putih terhadap reproduksi betina serta perkembangan embrio pascaimplantasi masih sangat sedikit dilakukan, selain itu diperlukannya suatu pengujian terhadap keamanan khasiat tanaman temu putih. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan dengan cara memberikan ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) secara gavage terhadap hewan uji mencit yang dberikan pada tahap post coital (setelah kopulasi) hingga tahap pascaimplantasi yaitu di umur kebuntingan 0 sampai 15 hari kemudian mencit dibedah secara laparotomi untuk diamati hasilnya pada tahap pascaimplantasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh senyawa yang terkandung dalam ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap perkembangan embrio pascaimplantasi dengan diamatinya beberapa parameter penelitian yaitu jumlah tapak implantasi, jumlah fetus, berat badan dan panjang badan fetus serta abnormalitas morfologi eksternal pada fetus mencit yang dihasilkan.


(18)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap perkembangan embrio pascaimplantasi pada mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster?”

Berdasarkan rumusan masalah, terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) berpengaruh terhadap jumlah tapak implantasi pada induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster?

2. Apakah ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) berpengaruh terhadap jumlah fetus yang dihasilkan oleh induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster?

3. Apakah ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) berpengaruh terhadap berat badan fetus yang dihasilkan oleh induk mencit Mus musculus L.) Swiss Webster?

4. Apakah ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) berpengaruh terhadap panjang badan fetus yang dihasilkan oleh induk mencit Mus musculus L.) Swiss Webster?

5. Apakah ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) yang diberikan pada masa kebuntingan induk mencit Mus musculus L.) Swiss Webster dapat menimbulkan abnormalitas morfologi eksternal fetus yang dihasilkan?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bahan penelitian yang diujikan yaitu rimpang tanaman temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) yang didapatkan dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Lembang dengan usia tanaman 10-12 bulan.


(19)

5

3. Mencit yang digunakan yaitu mencit galur Swiss Webster betina dengan berat badan 25-30 g berusia 8-10 minggu.

4. Dosis ekstrak rimpang temu putih yang digunakan yaitu: 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari dan 700 mg/kgBB/hari.

5. Perlakuan pemberian ekstrak temu putih dilakukan dengan cara gavage setiap hari pada pagi hari selama hari ke-0 sampai 15 umur kebuntingan mencit. 6. Parameter yang diukur antara lain jumlah tapak implantasi, jumlah fetus,

berat badan fetus, panjang badan fetus yang dihasilkan serta abnormalitas morfologi eksternal fetus mencit.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap jumlah tapak implantasi pada uterus induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster pada hari ke-18 umur kebuntingan.

2. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap jumlah fetus yang dihasilkan induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster pada hari ke-18 umur kebuntingan.

3. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap berat badan fetus pada hari ke-18 umur kebuntingan.

4. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap panjang badan fetus pada hari ke-18 umur kebuntingan.

5. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap abnormalitas atau kelainan pada morfologi eksternal fetus yang dihasilkan induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh ekstrak rimpang temu putih terhadap perkembangan embrio tahap pascaimplantasi sehingga diharapkan dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat untuk menghindari penggunaan temu putih pada masa kehamilan.


(20)

6

F. Asumsi

Asumsi yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:

1. Temu putih memiliki kandungan kimia senyawa kurkumin yang dapat menghambat proliferasi sel kanker dan juga mempengaruhi sel normal (Lobo, 2009; Siswandono dan Sukardjo, 2000).

2. Senyawa kurkumin dapat menyebabkan peningkatan resorpsi embrio pascaimplantasi dan penurunan berat badan fetus (Chen, 2012).

3. Pemberian Curcuma zedoaria Rosc. secara oral pada dosis 15 gr/kgBB dapat mencegah implantasi serta memudahkan keguguran pada mencit (Chen et al., 1980 dalam Bone dan Mills, 2012).

4. Ekstrak temu putih yang diberikan pada periode awal kehamilan mengakibatkan degenerasi dan meluruhnya embrio (Matham, 2011).

5. Temu putih tidak aman dikonsumsi oleh wanita hamil karena dapat menyebabkan keguguran (Natural Medicine Comprehensive Database, 2009).

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah disebutkan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah adalah pemberian ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster bunting dapat menurunkan jumlah tapak implantasi, jumlah fetus, berat badan fetus, panjang badan fetus serta menyebabkan abnormalitas morfologi eksternal fetus yang dihasilkan.


(21)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimental, yaitu merupakan penelitian yang di dalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi beberapa variabel terhadap objek penelitian dan juga disertai kontrol (Nazir, 2003).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan menggunakan metode Rancang Acak Lengkap (RAL). Penempatan mencit pada setiap kelompok dilakukan secara random/acak. Perlakuan yang dilakukan meliputi pemberian ekstrak temu putih pada masing-masing 3 kelompok perlakuan serta kelompok kontrol. Dosis ekstrak temu putih yang digunakan yaitu 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kg/hari dan 700 mg/kgBB/hari, serta dosis 0 mg/kgBB/hari merupakan kontrol yang hanya diberi akuades setiap harinya. Banyaknya pengulangan kelompok perlakuan diperoleh dari perhitungan dengan rumus (T 1) (n – 1) > 15 dimana T adalah jumlah perlakuan dan n adalah jumlah pengulangan (Federer, 1983). Berikut adalah rumusan dan perlakuan yang digunakan yaitu dengan rumus Federer (1983).

(T 1) (n – 1) > 15 (4 – 1) (n – 1) > 15 3n – 3 > 15

n >

n > 6 ekor

Dari perhitungan di atas maka penelitian dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan. Mencit yang digunakan dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.). Pengacakan dilakukan untuk menghilangkan bias. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah tapak implantasi, jumlah fetus serta berat dan panjang badan fetus. Data


(22)

31

diolah dengan menggunakan Software SPSS Release for Window versi 18 dengan menggunakan Test of Normality (Kolmogorov-Smirnov) dan Test of Homogeneity of Variances (Levene Statistic) untuk mengetahui apakah data yang telah didapatkan homogen dan terdistribusi normal. Data yang telah didapatkan diuji dengan menggunakan uji Kruskall-Wallis untuk menguji rerata pada tiap kelompok perlakuan, uji lanjutan dilakukan dengan Uji Mann-Whitney. Penempatan mencit secara acak dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Berikut merupakan tabel Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk menentukan kelompok perlakuan pada mencit disajikan pada Tabel 3.1. Hasil Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang telah didapatkan Setelah itu dari hasil RAL tersebut, maka didapatkan pula peta kandang mencit untuk penempatan tiap kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (Tabel 3.2).

Tabel 3.1. Hasil pengundian nomor mencit dan jenis perlakuan (Rancangan Acak Lengkap) kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)

1 A 17 2 B 14 3 A 21 4 D 10 5 D 24 6 C 3 7 A 19 8 A 11 9 C 16 10 B 8 11 D 7 12 C 22 13 D 6 14 A 15 15 C 13 16 A 1 17 C 20 18 D 5 19 B 9 20 B 23 21 B 2 22 D 18 23 B 4 24 C 12 Keterangan :

A : Kontrol (0 mg/kgBB/hari)

B : Diberi ekstrak rimpang temu putih dengan dosis 140 mg/kgBB/hari C : Diberi ekstrak rimpang temu putih dengan dosis 280 mg/kgBB/hari D : Diberi ekstrak rimpang temu putih dengan dosis 700 mg/kgBB/hari 1,2,3 dst: Nomor mencit


(23)

32

Tabel 3.2. Peta kandang mencit kelompok kontrol dan perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)

Kandang Nomor Mencit

A 17 21 19 11 15 1

B 14 8 9 23 2 4

C 3 16 22 13 20 12

D 10 24 7 6 5 18

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mencit (Mus musculus L.) betina galur Swiss Webster yang dipelihara di Rumah Hewan Kebun Botani UPI sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster betina bunting yang diberi perlakuan ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.).

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan yaitu pada bulan Maret hingga Oktober 2014. Pembuatan ekstrak temu putih dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Pemeliharan mencit dilakukan di Rumah Hewan Kebun Botani FPMIPA UPI yang sudah terkondisikan, pembedahan dilakukan di Laboratorium Struktur Hewan FPMIPA UPI.

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang penelitian adalah mencit betina dara dan mencit jantan (Mus musculus L.) Swiss Webster 24 pasang, rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.), akuades sebagai pelarut ekstrak, NaCl 0,9%, NaOH 2%, jarum gavage, syringe 1 ml, neraca analitik, kertas milimeter blok serta 1 set alat bedah. Alat dan bahan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.


(24)

33

F. Prosedur Penelitian

Prosedur pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Aklimatisasi mencit

Mencit yang merupakan hewan uji dipelihara di rumah mencit yang berada di Kebun Botani FPMIPA UPI. Sebelum masuk ke tahap perlakuan, mencit diaklimatisasi atau diadaptasikan di lingkungan kandang selama kurang lebih satu minggu. Tujuan aklimatisasi ini yaitu agar hewan uji teradaptasi dengan kondisi yang akan ditempati selama percobaan. Selama aklimatisasi, semua kelompok diberi pakan standar mencit dan minum secara ad libitum serta dipelihara dalam suhu ruangan yang berkisar 25 0C dengan ventilasi udara yang cukup memadai (Sposito dan Santos, 2011). Kandang dibersihkan sebanyak satu minggu sekali.

2. Penentuan dosis ekstrak

Dosis ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) yang diberikan sebagai perlakuan yaitu 0 mg/kgBB/hari, 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari dan 700 mg/kgBB/hari. Dosis ekstrak ini didasarkan pada penelitian Yadav dan Jain (2010) yang melakukan penelitian dengan ekstrak air Curcuma longa yang diberikan secara oral terhadap tikus betina dan dilaporkan bersifat kontraseptif karena 100% memiliki aktivitas antiimplantasi. Dosis yang diberikan pada tikus tersebut yaitu 100 mg/kgBB/hari, 200 mg/kgBB/hari dan 500 mg/kgBB/hari sehingga jika dikonversi pada mencit maka setara dengan dosis 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari dan 700 mg/kgBB/hari.

3. Pembuatan ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.)

Rimpang temu putih dicuci hingga bersih, kemudian masing-masing jenis rimpang diiris tipis-tipis lalu dikeringkan. Kemudian potongan rimpang temu putih kering dibuat menjadi serbuk kasar dengan cara diblender. Serbuk kasar tersebut kemudian disaring dengan ayakan untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus, setelah itu serbuk dilarutkan dengan air hangat (60°C) dengan perbandingan 1 : 16, kemudian residu serbuk rimpang diekstraksi kembali sebanyak dua kali (Halim et al., 2012). Campuran hasil ekstraksi kemudian


(25)

34

ditempatkan di dalam wadah kemudian dikering anginkan di ruangan yang tidak terkena langsung sinar matahari. Setelah kering maka akan tersisa endapan-endapan serbuk rimpang temu putih, endapan-endapan serbuk yang telah benar-benar kering kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk lalu disaring untuk memisahkan partikel halus dan kasar dengan menggunakan ayakan berpori kecil. Partikel kasar dihaluskan kembali sehingga terbentuk serbuk yang lebih halus.

Serbuk temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) yang telah disiapkan kemudian diencerkan dengan cara dilarutkan dengan akuades sehingga didapatkan beberapa dosis yang berbeda. Pembuatan ekstrak temu putih pada dosis 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari dan 700 mg/kgBB/hari dengan cara melarutkan masing-masing 3,78 mg dan 7,56 mg dan 18,9 mg serbuk temu putih ke dalam 0,3 ml aquades. Ekstrak tersebut untuk pemakaian satu kali gavage untuk satu ekor mencit sedangkan jika dibuat stok, ekstrak tersebut dapat dimasukkan ke dalam botol fial gelap dan ditutup dengan rapat. Larutan stok dapat disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4°C agar tidak terjadi perubahan kimiawi selama kurang lebih 4-5 hari.

4. Pemeriksaan siklus estrus mencit

Pemeriksaan siklus estrus pada mencit betina dilakukan dengan cara membuat preparat ulasan vagina. Mencit betina diambil kemudian ditangani dengan memegang bagian punggung hingga tengkuk mencit dengan jari telunjuk dan ibu jari, bagian ekor mencit dipegang dengan jari kelingking (Dye, 1993). Setelah itu, vagina mencit disemprotkan larutan NaCl 0,9% dengan menggunakan pipet yang tumpul, kemudian dihisap sampai 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan kemudian cairan pada pipet dari hasil penyemprotan/pengisapan diteteskan ke gelas objek 1-2 tetes. Biarkan hingga kering dan tetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1 %. Biarkan 5 sampai 10 menit, bilas dengan akuades. Preparat yang telah ditutup dengan cover glass dilakukan pemeriksaan ulasan vagina mencit dengan menggunakan mikroskop (perbesaran 100×) dan dilihat fase proestrus dan estrus dalam struktur histologi sel epitel vagina. Fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel biasa dan leukosit pada preparat histologi


(26)

35

sedangkan pada fase estrus ditandai dengan adanya sel kornifikasi atau sel epitel menanduk (Gulinello, 2008).

5. Pengawinan mencit

Dua puluh empat mencit betina dara yang sedang dalam masa estrus dikawinkan dengan mencit jantan dengan perbandingan 1 : 1 pada sore hari (Hogan, 1986). Keesokan harinya dilakukan pengecekan sumbat vagina (vaginal plug), mencit yang telah mengalami kopulasi ditandai dengan adanya sumbat vagina yang ditentukan sebagai hari ke-0 umur kebuntingan (Yadav dan Jain, 2010). Namun jika belum terdapat sumbat vagina, pengawinan dan pengamatan dilanjutkan setiap hari hingga terdapat sumbat vagina pada mencit.

6. Pemberian ekstrak temu putih

Pemberian ekstrak rimpang temu putih dilakukan secara oral dengan alat gavage terhadap tiap kelompok perlakuan sebanyak 0,3 ml/ekor/hari. Setiap mencit dalam kelompok perlakuan diberi ekstrak sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Perlakuan diberikan pada umur kebuntingan 0 sampai 15 hari. Selama masa perlakuan dalam pemberian ekstrak, mencit diberi pakan standar dan minum secara ad libitum. Berat badan mencit ditimbang selama perlakuan.

7. Penghitungan jumlah tapak implantasi (implantation traces)

Pada hari ke-18 umur kebuntingan, induk mencit ditimbang kemudian dibunuh dengan cara dislokasi leher. Pembedahan mencit dilakukan dengan membedah bagian abdomen atau secara laparotomi. Organ uterus mencit diangkat kemudian dikeluarkan fetus di dalamnya. Organ uterus dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9% pada kaca arloji kemudian diserap kelebihan larutan NaCl dengan kertas hisap. Organ uterus lalu diberi beberapa tetes larutan sodium hidroxide (NaOH) 2% sebagai zat pewarna untuk memudahkan menghitung jumlah tapak implantasi yang ada (Yamada et al., 1986).


(27)

36

8. Penghitungan jumlah fetus dan pengamatan keadaan fetus

Fetus dikeluarkan dari organ uterus dan dibersihkan dari plasenta selanjutnya dihitung dan diamati jumlah fetus serta keadaan fetus yang dihasilkan. Keadaan fetus yang dapat diamati yaitu fetus hidup serta kematian intrauterus, yakni fetus mati serta embrio yang mengalami resorpsi pada uterus. Fetus dalam keadaan hidup ataupun mati dapat dideteksi secara sederhana dengan menyentuh bagian tubuh fetus, apabila merespon dengan menggerakkan tubuhnya menandakan fetus dalam keadaan hidup, jika mati maka sebaliknya. Embrio yang mengalami resorpsi juga dihitung dan dicatat jumlahnya.

9. Penghitungan persentase keadaan fetus dan kematian intrauterus

Persentase keadaan fetus yang dihasilkan serta kematian intrauterus dapat diketahui dengan menghitung persentase fetus hidup, fetus mati, embrio yang diresorpsi serta abnormalitas atau malformasi eksternal fetus. Persentase tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ibrahim, 2000).

1. Keberhasilan hidup embrio (jumlah fetus hidup): =

× 100%

2. Fetus mati per induk: =

× 100%

3. Embrio diresorpsi per induk:

× 100%

4. Malformasi eksternal per induk:

× 100%

10.Pengukuran berat badan fetus

Fetus yang dihasilkan dibersihkan dan dikeringkan, kemudian masing-masing fetus diukur berat badannya dengan menggunakan timbangan analitik. Berat badan diukur dalam satuan gram. Hasil pengukuran berat badan dicatat sebagai data berat badan fetus per ekor.


(28)

37

11.Pengukuran panjang badan fetus

Fetus yang dihasilkan disusun di atas kertas milimeter blok untuk dilakukan pengukuran panjang badan fetus dalam satuan milimeter. Posisi fetus pada bagian dorsal diluruskan sehingga pengukuran panjang lebih akurat. Panjang badan fetus kemudian diukur dari bagian ujung kepala hingga pangkal ekor fetus. Hasil pengukuran berat badan dicatat sebagai data panjang badan fetus per ekor.

12.Pengamatan abnormalitas morfologi eksternal fetus

Morfologi eksternal fetus diamati secara seksama apakah terdapat kecacatan/abnormalitas pada bagian tubuhnya. Bagian organ yang diamati adalah kaki, tangan, kepala dan ekor. Kecacatan yang dapat terjadi di antaranya yaitu kaki, tangan serta ekor yang bengkok, anensefali, eksensefali serta hemoragi. Fetus yang mengalami kecacatan dihitung kemudian dicatat.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa secara statistika dengan Data yang didapatkan diuji homogenitas dan normalitasnya. Uji normalitas menggunakan Test of Normality (Kolmogorov-Smirnov) dan uji homogenitas menggunakan Test of Homogeneity of Variances (Levene Statistic). Data non parametrik yang didapatkan kemudian dianalisis dengan uji Kruskall-Wallis kemudian dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Mann-Whitney.


(29)

38

H. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Bagan alur penelitian Tahap

Persiapan

Tahap Perlakuan

Pembuatan ekstrak rimpang temu putih

Adanya sumbat vagina = umur kebuntingan 0 hari Studi literatur

Pembuatan Proposal

Pemberian ekstrak temu putih terhadap masing-masing kelompok perlakuan mencit pada hari 0-15 kebuntingan secara gavage.

Aklimatisasi mencit

Pengawinan mencit

Penentuan dosis

Umur kebuntingan 18 hari mencit dibunuh secara dislokasi leher, pembedahan secara laparotomi

Analisis Data Statistik Pemisahan organ uterus mencit

Penyusunan skripsi

Air (pelarut ekstrak) (kontrol) Ekstrak temu putih dosis 140 mg/kgBB/hari,

280 mg/kgBB/hari dan 700 mg/kgBB/hari

Pengamatan dan penghitungan jumlah fetus dan

keadaan fetus Penghitungan

jumlah tapak implantasi

Pengukuran berat badan

fetus

Pengamatan abnormalitas morfologi eksternal fetus Pengukuran

panjang badan fetus


(30)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian ekstrak rimpang temu putih dosis 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari, 700 mg/kgBB/hari secara gavage terhadap induk mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster bunting pada hari ke-0 sampai 18, secara deskriptif terjadi penurunan rerata jumlah tapak implantasi namun secara statistik tidak berpengaruh signifikan (P>0,05).

2. Jumlah fetus yang dihasilkan pada hari kebuntingan ke-18 setelah diberi perlakuan dosis ekstrak rimpang temu putih 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari, 700 mg/kgBB/hari, cenderung terjadi penurunan rerata jumlah fetus yang dihasilkan namun secara statistik tidak berpengaruh signifikan (P>0,05).

3. Berat badan fetus pada hari kebuntingan ke-18 setelah diberi perlakuan dosis ekstrak rimpang temu putih 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari, 700 mg/kgBB/hari cenderung lebih rendah dibandingkan kontrol, secara statistik menunjukkan berpengaruh signifikan (P<0,05).

4. Panjang badan fetus pada hari kebuntingan ke-18 setelah diberi perlakuan dosis ekstrak rimpang temu putih 140 mg/kgBB/hari, 280 mg/kgBB/hari, 700 mg/kgBB/hari cenderung lebih rendah dibandingkan kontrol, secara statistik menunjukkan berpengaruh signifikan (P<0,05).

5. Ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) lebih berpotensi menyebabkan embriotoksisitas daripada teratogenitas karena menunjukkan persentase resorpsi embrio hingga mencapai 20,6%. Ekstrak rimpang temu putih tidak berpengaruh terhadap morfologi eksternal fetus karena tidak menimbulkan kecacatan atau abnormalitas pada fetus (0,7%), namun dalam segi keamanannya dalam penggunaan ekstrak temu putih tetap perlu diwaspadai.


(31)

71

B. Saran

Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan mengenai uji teratogenitas dengan melihat pengaruh ekstrak temu putih berdasarkan morfologi internal, selain itu perlu dilakukan analisis molekuler untuk menunjang data penelitian yang telah ada. Analisis kandungan senyawa rimpang temu putih serta pengembangan metode ekstraksi juga dapat dilakukan sehingga senyawa yang lebih spesifik pada rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) dapat diketahui dan diisolasi guna penelitian lebih lanjut.


(32)

Kusuma, Hanna SW. 2014

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, B., Kumar, A. dan Bharti, A. (2003). Anticancer Potential of Curcumin: Preclinical and Clinical Studies. Anticancer Research, 23, hlm. 363-398.

Agoes, G. (2009). Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2). (edisi revisi). Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Almahdy, A1., Suhatri dan Maizul. (2004). Uji Aktivitas Teratogenitas Ektrak Etanol Daun Inggu (Ruta graveolens Linn.) Pada Mencit Putih, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 9 (2), hlm. 82-87.

Almahdy, A2., Febrianti, R., Djamal, R. (2008). Efek Fetotoksisitas Ekstrak Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 13 (2), hlm. 86-88.

Al-Said, M., Al-Khamis, K., Islam, M., Parmar, N., Tariq, M., dan Ageel, M. (1987). Post-Coital Antifertility Activity of The Seeds of Coriandrum Sativumin Rats. J Ethnopharmacol, 21 (2), hlm. 165-73.

Anonim1. (2013). Kurkuma. [Online]. Diakses dari http://asiaspices.ru/kurkuma.

Anonim2. (2000). Curcuma zedoaria. [Online]. Diakses dari http://www.hipernatural.com/es/pltzedoaria.html.

Azam, Md. (2014). Phytochemical Screening and Antipyretic Effect of Curcuma zedoaria Rosc. (Zingiberaceae) Rhizome. British Journal of Pharmaceutical, 4 (5), hlm. 569-575.

Bertolin, K. dan Murph, B. (2014). Reproductive Tract Changes during the Mouse

Estrous Cycle. [Online]. Diakses dari

http://www.alnmag.com/articles/2014/07/reproductive-tract-changes-during-mouse-estrous-cycle

Bone, K. dan Mills, S. (2012). Principles and Practice of Phytotherapy,Modern Herbal Medicine 2: Principles of Phytotherapy. [Online]. Diakses dari http://books.google.co.id/books.


(33)

73

Borra, S., Mahendra, J., Gurumurthy, P., Jayamathi, Iqbal, S. dan Mahendra, L. (2014). Effect of Curcumin Against Oxidation of Biomolecules by Hydroxyl Radicals. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8 (10). Braun, L. Dan Cohen, M. (2010). Herbs & Natural Supplements in Pregnancy.

Australia: Elsevier. [Online]. Diakses dari

https://www.inkling.com/read/herbs-natural-supplements-braun-cohen-3rd/turmeric/ch126-reader-0.

Campbell, A. Neil, J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. (2004). Biologi. (Edisi kelima). Jilid III. Terjemahan: W. Manalu. Penerbit Erlangga, Jakarta. Chan, L., Chiu, P., Siu, S. dan Lau, T. (2001). A Study of Diclofenac-induced

Teratogenicity During Organogenesis Using a Whole Rat Embryo Clture Model. Human Reproduction, 11, hlm. 2390-2393.

Chen, C., Hsieh, M., Hsuuw, Y., dan Chan, W. (2010). Hazardous Effects of Curcumin on Mouse Embryonic Development through a Mitochondria-Dependent Apoptotic Signaling Pathway. International Journal of Molecular Sciences, 11, hlm 1-19.

Chen, C. dan Chan, W. (2012). Injurious Effects of Curcumin on Maturation of Mouse Oocytes, Fertilization and Fetal Development via Apoptosis. International Journal of Molecular Sciences, 13, hlm. 4655-4672.

Chen, H., Huang, H. (1998). Effect of Curcumin on Cell Cycle Progression and Apoptosis in Vascular Smooth Muscle Cells. British Journal of Pharmacology, 124, hlm. 1029-1040.

Chen, N.. Chang, C., Wang, C., Shyu, Y., dan Chang, T. (2008). Antioxidant and antimicrobial activity of Zingiberaceae plants in Taiwan. Plant Foods for Hum. Nutr, 63, hlm. 15-20.

Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3. [Online]. Diakses dari http://books.google.co.id/, hlm. 170-173.

Danns. (2013). Gingers, Zedoary (Curcuma zedoaria) ‘White Turmeric’. [Online]. Diakses dari http://massspectrumbotanicals.com/shop/curcuma-zedoaria/. De Padua, L., Bunyapraphatsara, N. dan Lemmens, R. (1999). Plant Resources of

South - East Asia, Medicinal and Poisonous Plants. Prosea, 12 (1), hlm. 216 -219.


(34)

74

Dellmann, H dan Brown, E. (1992). Textbook of Veterinary Histology (Buku Teks Histologi Veteriner II). (edisi ketiga.). Jakarta: UI Press

Djuhanda, T. (1981). Embriologi Perbandingan. Bandung: CV Armico.

Dorai, T. dan B.B. Aggarwal. (2004). Antitumor Promoting Activities of Selected Pungent Phenolic Substances Present in Ginger. Cancer Lett, 215, hlm. 129-140.

Dye, F. (1993). Obtaining Early Mammalian Embryos Chapter 8. Association for Biology Laboratory Education (ABLE), hlm. 97-112.

Eun, S., Choi, I., Shim, S. (2010). A New Sesquiterpenoid from the Rhizome of Curcuma zedoaria. Bull. Korean Chem. Soc, 31 (5), hlm. 1387-1388. Fransiska, P., Winarso, D. dan Muwarni, S. (2014). Pengaruh Pemberian Ekstrak

Curcuma Longa L Terhadap Titer Interleukin-6 (Il-6) Dan Gambaran Histologi Pankreas Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Model Diabetes Melitus Tipe 1. Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya Malang.

Getrich. (2003). Plant Files: Picture #2 of Zedoary, Temu putih, Hidden Ginger, Red Leaf Spice Ginger (Curcuma zedoaria). [Online]. Diakses dari http://davesgarden.com/guides/pf/showimage/26420/#b.

Gilbert, S. (2010). Developmental Biology Chapter 3. (edisi kesembilan). USA: Sinaver Associates, Inc. hlm. 96-97.

Goel, A., Kunnumakkara, A. dan Aggarwal, B. (2008). Curcumin as “Curecumin”

: From Kitchen to Clinic. Biochemical Pharmacology, 75, hlm. 787-809. Grafianita. (2011). Kadar Kurkuminoid, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan

Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada Berbagai Teknik Pengeringan. (Skripsi). Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Gulinello, M. (2008). Behavioral Core Protocols and Training : Estrous Cycle Staging. Behavioral Core Facility Albert Einstein College of Medicine. Gupta, S., Patchva, S., Koh, W. dan Aggarwal, B. (2012). Discovery of Curcumin,

a Component of the Golden Spice, and Its Miraculous Biological Activities. Clin Exp Pharmacol Physiol, 39 (3), hlm. 283–299.


(35)

75

Guyton, A.C. (1982). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanisms of Disease). Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Halim, M., Tan, M., Ismail, S., dan Mahmud, R. (2012). Standardization and Phytochemical Studies of Curcuma Xanthorrhiza Rox b. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 4 (3), hlm. 606-610.

Handajani. (2003). Aktivitas Sitostatika Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe) Pada Sel-Sel Spermatogenik Mencit (Mus musculus L.). Jurnal BioSMART, 5 (2), hlm. 120-123.

Harahap, WK. (2001). [Online]. Paper Teratologi. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34578/4/Chapter%20II.p df.

Harborne, JB. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. (edisi kedua.). Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Haryono, A. (1996). Pengaruh T-2 Toksin yang Diberikan Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Perkembangan Embrio Praimplantasi Dan Fetus Mencit Swiss Webster. (Tesis). Institut Teknologi Bandung.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya, hlm. 602-603.

Hogan, B., Constantini, F. dan Lacy, E. (1986). Manipulation the Mouse Embryo, a Laboratory Manual. New York: Cold-Spring Lab.

Hsu, B. (1980). The Use of Herbs as Anticancer Agents. The American Journal Of Chinese Medicine, 8 (4), hlm. 301-306.

Ibrahim, M. (2000). Efek Asam Metoksiasetat (MAA) dan Lingkungan Internal Induk yang Telah Diberi MAA Terhadap Kualitas Embrio Mencit (Mus musculus) Swiss Webster Tahap Praimplantasi dan Viabilitas Embrio Pascaimplantasi. (Tesis). Program Pascasarjana. Bandung: Institut Teknologi Bandung, hlm. 23-25.

Incalci, M., Steward, W., dan Gescher, A. (2005). Use of Cancer Chemopreventive Phytochemicals as Antineoplastic Agents. Lancet Oncol, 6, hlm. 899- 904.


(36)

76

IUCN. (2008). Mus musculus. [Online]. Diakses dari http://www.iucnredlist.org/details/13972/0.

Jayaprakasha, G., Rao, J., Sakariah, K. (2005). Chemistry and Biological Activities of C. longa. Trends in Food Science and Technology, 16, hlm. 533-548.

Kaushik, M. dan Jalalpure, S. (2011). Effect of Curcuma zedoaria Rosc Root Extracts on Behavioral and Radiology Changes in Arthritic Rats. Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, 2 (3), hlm. 170-176.

Kunnumakkara, A., Guha, S. dan Aggarwal, B. (2009). Curcumin and Colorectal Cancer : Add Spice to Your Life. Current Colorectal Cancer Reports, 5, hlm. 5-14.

Kurnadi, K. (2008). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 2. Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI, hlm. 229-230.

Lobo, R., Prabhu, K., Shirwaikar, A1. dan Shirwaikar, A2. (2009). Curcuma zedoaria Rosc. (White Turmeric): A Review of its Chemical, Pharmacological and Ethnomedicinal Properties. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 61, hlm. 13-21.

Makabe, N., Maru, A., Kuwabara, T., Kamo dan Hirota, M. (2006). Anti-inflammatory Sesquiterpenes from Curcuma zedoaria. Natural Product Research: Formerly Natural Product Letters. 20 (7), hlm. 680-685. Malole, M. dan Pramono, C. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di

Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat antar universitas. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Matham, V. (2011). Essential of Toxicology. New India Pub. Agency. [Online].

Diakses dari:

http://books.google.co.id/books?id=3DZN1E3d6MsC&dq=widyaningru m.+2011&hl=id&source=gbs_book_similarbooks

Moore, K., Persaud, T. dan Torchia, M.G. (2013). The Developing Human : Clinically Oriented Embryology. (edisi kesembilan). Canada : Elsevier Saunders.


(37)

77

Murwanti, R., Meiyanto, E., Nurrochmad, A. dan Kristina, S. (2004). Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) Terhadap Pertumbuhan Tumor Paru Fase Inisiasi Pada Mencit Betina Diinduksi Benzo(A)Piren. Majalah Farmasi Indonesia, 15 (1), hlm. 7- 12.

Na. (2006). Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). [Online]. Diakses darihttp://www.fikui.or.id/?show=detailnews&kode=1038&tbl=alternatif Natural Medicine Comprehensive Database. (2009). Turmeric (Curcuma).

Therapeutic Research Faculty.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Norwitz, E., Schust, D., dan Fisher, S. (2001). Implantation and The Survival of Early Pregnancy. The New England Journal of Medicine, 345 (19), hlm. 1401-1408.

Okamoto, N. (1988). Cardiac Morphogenesis and Teratogenesis. The Japanese Teratology Society. Cong. Anom, 28.

Palanikumar, L., Ragunathan, I., dan Panneerselvam, N. (2009). Chromosome Aberrations Induced by Curcumin and Aloin in Allium Cepa L. Root Meristem Cells. Turk J Biol, 35, hlm. 145-152.

Prihiyantoro, E., Darmanto, W., Wibowo, S., Sagi, M. dan Soedjono, S. (2008). Gangguan Pembentukan Atap Bumbung Neural Embrio Mencit Akibat Induksi 2-ME yang Bertepatan dengan Masa Neurulasi Primer. Berk. Penel. Hayati, 13, hlm. 163-172.

Rahman, S., Wahab, N. dan Malek, S. (2013). In Vitro Morphological Assessment of Apoptosis Induced by Antiproliferative Constituents from The Rhizomes of Curcuma zedoaria. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.

Rao M., Sunder R., dan Chawla S. (2005). Reproductive Toxicity of a Fungicide Combination (Metalaxyl + Mancozeb) in Adult Rats, Journal of Cell and Tissue Research, 5, hlm. 299-302.

Revina. (2014). Pengaruh Susu Kedelai untuk Ibu Hamil [Online]. Diakses dari http://bidanku.com/pengaruh-susu-kedelai-untuk-ibu-hamil.


(38)

78

Ridwan, E. (2013). Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc, 63 (3).

Rohen, J. dan Drecoll, E. (2008). Embriologi Fungsional Perkembangan Sistem Fungsi Organ Manusia. Johannes W. Rohen & Elke Lutjen-Drecoll. [Online]. Diakses dari http://books.google.co.id/books?id=idiWvSze6-8C&dq=apoptosis+pada+perkembangan+normal+sistem+saraf&hl=id&so urce=gbs_navlinks_s

Rugh, R. (1968). The Mouse Its Reproduction and Development. Burgess Publishing Company. Minneapolis.

Schwab, W., Rikanati, R. dan Lewinsohn, E. (2008). Biosynthesis of Plant-Derived Flavor Compounds. The Plant Journal. 54 (4), hlm. 712–732.

Septadini, V. (2012). Uji Teratogenik Efek Teratogenik Jamu Antikanker Pada Mencit Putih Betina. [Online]. Diakses dari http://ffarmasi.unand.ac.id/artikel/skripsi/tahun-2007-2008/1110-uji-efek-teratogenik-jamu-antikanker-pada-mencit-putih-betina-farmakologi Setyawati, I. (2009). Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah

Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi, 13 (2), hlm. 41 – 44.

Setyawati, I. dan Yulihastuti, D. (2011). Penampilan Reproduksi dan Perkembangan Skeleton Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah Nanas Muda. Jurnal Veteriner, 12 (3), hlm. 192-199.

Siswandono dan Soekardjo. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.

Smith dan Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : UI Press, hlm. 10-36. Sposito dan Santos. (2011). Histochemical Study of Early Embryo Implantation in

Rats. Int. J. Morphol, 29 (1), hlm. 187-192.

Sumarny, R,. Safitri, A. dan Djamil, R. (2006). Kadar Kurkumin dan Potensi Anti Oksidan Ekstrak Etanol Curcuma Zedoaria (Berg) Roscoe., Temu Mangga (Curcuma mangga. Val et Zyp.) dan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Journal Ilmu Kefarmasian Indonesia.


(39)

79

Sumathi, S., Iswariya, G., Sivaprabha, B., Dharani, B., Radha, P. dan Padma, P. (2013). Comparative Study of Radical Scavenging Activity and Phytochemical Analysis of Fresh and Dry Rhizomes of Curcuma Zedoaria.” International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 4 (3), hlm. 1069-1073.

Sundaryono, A. (2005). Teratogenitas Senyawa Flavonoid Dalam Ekstrak Metanol Daun Benalu. Prodi Pendidikan Kimia JPMIPA FKIP-UNIB Surjono, T. (1997). Pengaruh Pendedahan Pralahir dan Perilaku Pascalahir

Serta Penampilan Rerproduksi Turunan F1 Mencit (Mus musculus) Swiss Webster. (Disertasi). Institut Teknologi Bandung.

Syari, T. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) Terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus L.). (Skripsi). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Syu, W, Shen, C., Don, M., Ou, J., Lee, G. dan Sun, C. (1998). Cytotoxicity of Curcuminoids and Some Novel Compounds from Curcuma zedoaria. Journal of Natural Products, 61 (12), hlm. 1531-1534.

Syukur, C. dan Hernani. (1999). Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya.

Thakare, V., Kothavade, P., Dhote, V. dan Deshpande, A. (2009). Antifertility Activity of Ethanolic Extract of Allium cepa Linn in Rats. International Journal of Pharm Tech Research, 1 (1), hlm. 73-78.

Tholkappiyavathi, K., Selvan, K., Neyanila, S., Yoganandam, G. dan Gopal, V., (2013). A Concise Review on Curcuma Zedoaria. International Journal of Phytotherapy, 3 (1), hlm. 1-4.

Tisserand, R. dan Young, R. (2013). Essential Oil Safety: A Guide for Health

Care Professionals. [Online]. Diakses dari

http://books.google.co.id/books?id=DbEKAQAAQBAJ&dq=zedoaria+a ntifertility&source=gbs_navlinks_s


(40)

80

Tonnesen, H.H. dan Karlsen, J. (1985). Studies of Curcumin and Curcuminoids: VI. Kinetics of Curcumin Degradation in Aqueous Solutions. Z. Lebensm. Unters. Forsch, 180, hlm. 402-404

Tortora, G. dan Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology: Maintenance and Continuity of The Human Body. (edisi keduabelas). John Wiley and Sons, (Asia) Pte Ltd, hlm. 1153.

Trishna D, Bhushan, M., Mrinmoy, B., Mohanty, J. dan Dibyendu, S. (2010). Evaluation of Phytochemical Screening Andanti-Fertility Activity of Curcuma Aromatic Salisb. IJPSR, 1 (1).

Tsuno. (2004). Curcuma zedoaria. [Online]. Diakses dari http://www.e-yakusou.com/sou/soum031-1.htm

UACC. (2009). The Laboratory Mouse: Handling and Restrant. [Online]. Diakses dari http://www.mcgill.ca/cmarc/files/cmarc/handout_mouse_module_1 sept_09_0.pdf, hlm. 1-21.

Virginia, P. (2013). Konsumsi Jamu Saat Hamil. [Online]. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/189288400/Konsumsi-Jamu-Saat-Hamil Watson A. dan Barcroft, L. (2001). Regulation of Blastocyst Formation. Front

Biosci.

Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Media Pressindo.

[Online]. Diakses dari

http://books.google.co.id/books?id=WqgxuAAACAAJ&dq=widyaningru m.+2011&hl=id&sa=X&ei=v0FIVPb1M8GtuQTl7IGwBg&ved=0CBkQ 6AEwAA

Wijayanti, E. (2001). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia Marina) Terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin Mencit (Mus Musculus). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Winslow, T. (2001). [Online]. Diakses dari

http://stemcells.nih.gov/StaticResources/info/scireport/images/figurea3.jp g.

Wohlmuth, H. (2008). Phytochemistry and Pharmacology of Plants from The Ginger Family, Zingiberaceae. (Tesis). Southern Cross University, Lismore, NSW.


(41)

81

Yadav, R. dan Jain, G. (2010). Post-Coital Contraceptive Efficacy of Aqueous Extract of Curcuma Longa Rhizome in Female Albino Rats. Pharmacologyonline, 1, hlm.507-517.

Yamada, T., Inoue, T., Hara, M. dan Ohno, H. (1986). Studies of Implantration Traces in Rats III: Histological Examination. Jikken Dobutsu, 35 (3), hlm. 249-62.

Yatim, W. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.

Zakiah, N. dan Farn, M. (2011). Uji Toksisitas Perkembangan Siprofloksasin dan Studi Histologi Terhadap Mencit Putih. Unand: Sumatera Barat.


(1)

IUCN. (2008). Mus musculus. [Online]. Diakses dari http://www.iucnredlist.org/details/13972/0.

Jayaprakasha, G., Rao, J., Sakariah, K. (2005). Chemistry and Biological Activities of C. longa. Trends in Food Science and Technology, 16, hlm. 533-548.

Kaushik, M. dan Jalalpure, S. (2011). Effect of Curcuma zedoaria Rosc Root Extracts on Behavioral and Radiology Changes in Arthritic Rats. Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, 2 (3), hlm. 170-176.

Kunnumakkara, A., Guha, S. dan Aggarwal, B. (2009). Curcumin and Colorectal Cancer : Add Spice to Your Life. Current Colorectal Cancer Reports, 5, hlm. 5-14.

Kurnadi, K. (2008). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 2. Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI, hlm. 229-230.

Lobo, R., Prabhu, K., Shirwaikar, A1. dan Shirwaikar, A2. (2009). Curcuma zedoaria Rosc. (White Turmeric): A Review of its Chemical, Pharmacological and Ethnomedicinal Properties. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 61, hlm. 13-21.

Makabe, N., Maru, A., Kuwabara, T., Kamo dan Hirota, M. (2006). Anti-inflammatory Sesquiterpenes from Curcuma zedoaria. Natural Product Research: Formerly Natural Product Letters. 20 (7), hlm. 680-685. Malole, M. dan Pramono, C. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di

Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat antar universitas. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Matham, V. (2011). Essential of Toxicology. New India Pub. Agency. [Online].

Diakses dari:

http://books.google.co.id/books?id=3DZN1E3d6MsC&dq=widyaningru m.+2011&hl=id&source=gbs_book_similarbooks

Moore, K., Persaud, T. dan Torchia, M.G. (2013). The Developing Human : Clinically Oriented Embryology. (edisi kesembilan). Canada : Elsevier Saunders.


(2)

Murwanti, R., Meiyanto, E., Nurrochmad, A. dan Kristina, S. (2004). Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) Terhadap Pertumbuhan Tumor Paru Fase Inisiasi Pada Mencit Betina Diinduksi Benzo(A)Piren. Majalah Farmasi Indonesia, 15 (1), hlm. 7- 12.

Na. (2006). Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). [Online]. Diakses darihttp://www.fikui.or.id/?show=detailnews&kode=1038&tbl=alternatif Natural Medicine Comprehensive Database. (2009). Turmeric (Curcuma).

Therapeutic Research Faculty.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Norwitz, E., Schust, D., dan Fisher, S. (2001). Implantation and The Survival of Early Pregnancy. The New England Journal of Medicine, 345 (19), hlm. 1401-1408.

Okamoto, N. (1988). Cardiac Morphogenesis and Teratogenesis. The Japanese Teratology Society. Cong. Anom, 28.

Palanikumar, L., Ragunathan, I., dan Panneerselvam, N. (2009). Chromosome Aberrations Induced by Curcumin and Aloin in Allium Cepa L. Root Meristem Cells. Turk J Biol, 35, hlm. 145-152.

Prihiyantoro, E., Darmanto, W., Wibowo, S., Sagi, M. dan Soedjono, S. (2008). Gangguan Pembentukan Atap Bumbung Neural Embrio Mencit Akibat Induksi 2-ME yang Bertepatan dengan Masa Neurulasi Primer. Berk. Penel. Hayati, 13, hlm. 163-172.

Rahman, S., Wahab, N. dan Malek, S. (2013). In Vitro Morphological Assessment of Apoptosis Induced by Antiproliferative Constituents from The Rhizomes of Curcuma zedoaria. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.

Rao M., Sunder R., dan Chawla S. (2005). Reproductive Toxicity of a Fungicide Combination (Metalaxyl + Mancozeb) in Adult Rats, Journal of Cell and Tissue Research, 5, hlm. 299-302.

Revina. (2014). Pengaruh Susu Kedelai untuk Ibu Hamil [Online]. Diakses dari http://bidanku.com/pengaruh-susu-kedelai-untuk-ibu-hamil.


(3)

Ridwan, E. (2013). Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc, 63 (3).

Rohen, J. dan Drecoll, E. (2008). Embriologi Fungsional Perkembangan Sistem Fungsi Organ Manusia. Johannes W. Rohen & Elke Lutjen-Drecoll. [Online]. Diakses dari http://books.google.co.id/books?id=idiWvSze6-8C&dq=apoptosis+pada+perkembangan+normal+sistem+saraf&hl=id&so urce=gbs_navlinks_s

Rugh, R. (1968). The Mouse Its Reproduction and Development. Burgess Publishing Company. Minneapolis.

Schwab, W., Rikanati, R. dan Lewinsohn, E. (2008). Biosynthesis of Plant-Derived Flavor Compounds. The Plant Journal. 54 (4), hlm. 712–732.

Septadini, V. (2012). Uji Teratogenik Efek Teratogenik Jamu Antikanker Pada Mencit Putih Betina. [Online]. Diakses dari http://ffarmasi.unand.ac.id/artikel/skripsi/tahun-2007-2008/1110-uji-efek-teratogenik-jamu-antikanker-pada-mencit-putih-betina-farmakologi Setyawati, I. (2009). Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah

Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi, 13 (2), hlm. 41 – 44.

Setyawati, I. dan Yulihastuti, D. (2011). Penampilan Reproduksi dan Perkembangan Skeleton Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah Nanas Muda. Jurnal Veteriner, 12 (3), hlm. 192-199.

Siswandono dan Soekardjo. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.

Smith dan Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : UI Press, hlm. 10-36. Sposito dan Santos. (2011). Histochemical Study of Early Embryo Implantation in

Rats. Int. J. Morphol, 29 (1), hlm. 187-192.

Sumarny, R,. Safitri, A. dan Djamil, R. (2006). Kadar Kurkumin dan Potensi Anti Oksidan Ekstrak Etanol Curcuma Zedoaria (Berg) Roscoe., Temu Mangga (Curcuma mangga. Val et Zyp.) dan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Journal Ilmu Kefarmasian Indonesia.


(4)

Sumathi, S., Iswariya, G., Sivaprabha, B., Dharani, B., Radha, P. dan Padma, P. (2013). Comparative Study of Radical Scavenging Activity and Phytochemical Analysis of Fresh and Dry Rhizomes of Curcuma Zedoaria.” International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 4 (3), hlm. 1069-1073.

Sundaryono, A. (2005). Teratogenitas Senyawa Flavonoid Dalam Ekstrak Metanol Daun Benalu. Prodi Pendidikan Kimia JPMIPA FKIP-UNIB Surjono, T. (1997). Pengaruh Pendedahan Pralahir dan Perilaku Pascalahir

Serta Penampilan Rerproduksi Turunan F1 Mencit (Mus musculus) Swiss Webster. (Disertasi). Institut Teknologi Bandung.

Syari, T. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) Terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus L.). (Skripsi). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Syu, W, Shen, C., Don, M., Ou, J., Lee, G. dan Sun, C. (1998). Cytotoxicity of Curcuminoids and Some Novel Compounds from Curcuma zedoaria. Journal of Natural Products, 61 (12), hlm. 1531-1534.

Syukur, C. dan Hernani. (1999). Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya.

Thakare, V., Kothavade, P., Dhote, V. dan Deshpande, A. (2009). Antifertility Activity of Ethanolic Extract of Allium cepa Linn in Rats. International Journal of Pharm Tech Research, 1 (1), hlm. 73-78.

Tholkappiyavathi, K., Selvan, K., Neyanila, S., Yoganandam, G. dan Gopal, V., (2013). A Concise Review on Curcuma Zedoaria. International Journal of Phytotherapy, 3 (1), hlm. 1-4.

Tisserand, R. dan Young, R. (2013). Essential Oil Safety: A Guide for Health Care Professionals. [Online]. Diakses dari http://books.google.co.id/books?id=DbEKAQAAQBAJ&dq=zedoaria+a ntifertility&source=gbs_navlinks_s


(5)

Tonnesen, H.H. dan Karlsen, J. (1985). Studies of Curcumin and Curcuminoids: VI. Kinetics of Curcumin Degradation in Aqueous Solutions. Z. Lebensm. Unters. Forsch, 180, hlm. 402-404

Tortora, G. dan Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology: Maintenance and Continuity of The Human Body. (edisi keduabelas). John Wiley and Sons, (Asia) Pte Ltd, hlm. 1153.

Trishna D, Bhushan, M., Mrinmoy, B., Mohanty, J. dan Dibyendu, S. (2010). Evaluation of Phytochemical Screening Andanti-Fertility Activity of Curcuma Aromatic Salisb. IJPSR, 1 (1).

Tsuno. (2004). Curcuma zedoaria. [Online]. Diakses dari http://www.e-yakusou.com/sou/soum031-1.htm

UACC. (2009). The Laboratory Mouse: Handling and Restrant. [Online]. Diakses dari http://www.mcgill.ca/cmarc/files/cmarc/handout_mouse_module_1 sept_09_0.pdf, hlm. 1-21.

Virginia, P. (2013). Konsumsi Jamu Saat Hamil. [Online]. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/189288400/Konsumsi-Jamu-Saat-Hamil Watson A. dan Barcroft, L. (2001). Regulation of Blastocyst Formation. Front

Biosci.

Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Media Pressindo.

[Online]. Diakses dari

http://books.google.co.id/books?id=WqgxuAAACAAJ&dq=widyaningru m.+2011&hl=id&sa=X&ei=v0FIVPb1M8GtuQTl7IGwBg&ved=0CBkQ 6AEwAA

Wijayanti, E. (2001). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia Marina) Terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin Mencit (Mus Musculus). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Winslow, T. (2001). [Online]. Diakses dari

http://stemcells.nih.gov/StaticResources/info/scireport/images/figurea3.jp g.

Wohlmuth, H. (2008). Phytochemistry and Pharmacology of Plants from The Ginger Family, Zingiberaceae. (Tesis). Southern Cross University, Lismore, NSW.


(6)

Yadav, R. dan Jain, G. (2010). Post-Coital Contraceptive Efficacy of Aqueous Extract of Curcuma Longa Rhizome in Female Albino Rats. Pharmacologyonline, 1, hlm.507-517.

Yamada, T., Inoue, T., Hara, M. dan Ohno, H. (1986). Studies of Implantration Traces in Rats III: Histological Examination. Jikken Dobutsu, 35 (3), hlm. 249-62.

Yatim, W. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.

Zakiah, N. dan Farn, M. (2011). Uji Toksisitas Perkembangan Siprofloksasin dan Studi Histologi Terhadap Mencit Putih. Unand: Sumatera Barat.


Dokumen yang terkait

Efek Imunomodulator Ekstrak Rimpang Temu Giring (Curcuma Heyneana Val. Et Van Zijp.) Terhadap Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat Dan Titer Antibodi Sel Imun Mencit Jantan

4 58 85

Pengaruh Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Terhadap Aspek Reproduksi Mencit (Mus Musculus) Swiss Webster Jantan.

0 3 23

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus) SWISS WEBSTER.

0 2 40

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER.

2 9 55

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus) SWISS WEBSTER.

4 12 36

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus) SWISS WEBSTER.

4 11 35

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus) SWISS WEBSTER - repository UPI S BIO 1000624 title

0 0 5

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER - repository UPI S BIO 1000436 title

0 0 5

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus) SWISS WEBSTER - repository UPI S BIO 1000361 title

0 0 4

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria Rosc.) TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO PASCAIMPLANTASI MENCIT (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER - repository UPI S BIO 1005275 title

0 0 4