Perbandingan Efektivitas Antara Musik Mozart dan Musik Pop terhadap Peningkatan Prestasi di Bidang Pelajaran Matematika pada Remaja Akhir di Sekolah SMA "X" Bandung.

(1)

Liyana Syanty (2008) “Comparison Efectivity Between Mozart dan Pop Music Toward Increased Achievement in Mathematic Subject On Late Adolescence In School SMA “X” Bandung”. Tesis Sarjana Strata II. Bandung: Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

ABSTRACT

There is usual image that mathematics is subject make students have difficulties and fear. The fact is many srudents do not like mathematics, so that many students gets low achievement in mathematics.

The present study examined whether classic music more effective than pop music or pop music more effective than classic music toward increased avhievement in matemathic subject on late adolescence in school SMA “X” Bandung. Subject in this study is student SMA “X”, Bandung, class X. Data were gathered by conducted mathematic examination. For pretest no treatment. For posttest gives treatment with music wherever has two group experiment, for first group experiment gives with Mozart music, and for second group experiment with pop music. Data analysis used statistic nonparametric Wilcoxon for data pair ordinal.

From 140 subject obtained, after analyses, so result show:

1. There is difference between pretest and posttest after gives classic music on late adolescence.

2. There is difference between pretest and posttest after gives pop music on late adolescence

3. There is increase achievement in mathematic subject between pretest dan posttest both with Mozart and pop music.

4. Mozart music more effective than pop music.

We advices in order to use music not only for mere pleasure, but for learning processes to get optimum goal.


(2)

Liyana Syanty (2008) “Perbandingan Efektivitas Antara Musik Mozart dan Musik Pop Terhadap Peningkatan Prestasi di Bidang Pelajaran Matematika Pada Remaja Akhir di Sekolah SMA “X” Bandung”. Tesis Sarjana Strata II. Bandung: Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

ABSTRAKSI

Terbentuk kesan umum bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan juga menakutkan. Kenyataannya banyak sekali siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika, sehingga akibatnya banyak sekali siswa yang memperoleh prestasi yang rendah untuk pelajaran matematika.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan efektivitas antara musik Mozart dan musik pop terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika pada remaja akhir di sekolah SMA “X” Bandung. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA “X”, Bandung, kelas X. Pengambilan data dilakukan dengan mengadakan ulangan matematika. Untuk pretest tidak diberi treatment. Untuk posttest diberi treatment dengan musik yang mana kelompoknya terbagi menjadi dua kelompok, untuk kelompok pertama diberi dengan musik Mozart, dan untuk kelompok kedua diberi dengan musik pop. Teknik analisis yang digunakan adalah statistic nonparametric Wilcoxon untuk data ordinal berpasangan.

Dari 140 responden yang diperoleh, setelah data dianalisis, maka diperoleh hasil bahwa:

1. Ada perbedaan antara pretest dan posttest setelah diberi musik Mozart pada remaja akhir

2. Ada perbedaan antara pretest dan posttest setelah diberi musik pop pada remaja akhir

3. Ada peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika antara pretest dan posttest baik dengan musik Mozart maupun dengan musik pop.

4. Musik Mozart lebih efektif dibandingkan dengan musik pop.

Disarankan agar dapat menggunakan musik bukan hanya untuk kesenangan semata, tetapi untuk proses belajar untuk memperoleh hasil yang optimal.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul………..i

Lembar Pengesahan…..………...ii

Halaman Filosofi Hidup………..iii

Halaman Persembahan..………..iv

Halaman Pernyataan………...v

Abstract………...vi

Abstraksi………vii

Kata Pengantar………..viii

Daftar Isi……….xi

Daftar Tabel………..xiv

Daftar Lampiran……….xv

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1. Latar Belakang Masalah………1

1.2. Identifikasi Masalah…..………7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……….……….7

1.4. Kegunaan Penelitian………..8

BAB II TINJAUAN TEORITIS.………...10

2.1. Teori………10

2.1.1. Masa Remaja…….………...10

2.1.1.1. Karakteristik Masa Remaja………10

2.1.1.2. Perkembangan Kognisi Masa Remaja………...13

2.1.1.3. Hakekat Sekolah Pada Remaja………...18

2.1.1.4. Transisi Ke Sekolah Menengah Lanjutan atau Sekolah Menengah Pertama……….20

2.1.1.5. Sekolah Yang Efektif Bagi Remaja Muda……….22


(4)

2.1.1.6. Perkembangan Sosioemosional Masa Remaja………...22

2.1.1.7. Hakekat Tekanan Teman Sebaya dan Tuntutan Konformitas………32

2.1.1.8. Hakekat Berkencan………33

2.1.2. Musik………34

2.1.2.1. Pengertian Musik………...34

2.1.2.2. Pengaruh Musik Dalam Kehidupan Manusia………35

2.1.2.3. Pengaruh Musik Sebagai Proses Pembelajaran Yang Selaras……...39

2.1.3. Prestasi.………40

2.1.3.1. Pengertian Prestasi………...40

2.1.3.2. Efek Musik Pada Pikiran dan Tubuh……….40

2.1.3.3. Meningkatkan Prestasi Belajar dengan Menggunakan Musik…..….41

2.1.3.4. Cara menggunakan Musik Untuk Membantu Proses Pembelajaran..42

2.1.4. Matematika………...46

2.1.4.1. Perkembangan Kompetensi Matematika………46

2.1.4.2. Kesulitan Belajar Pada Pelajaran Matematika Dasar……….49

2.1.4.3. Sejarah Singkat Pendidikan Matematika Amerika (American K-12 Mathematics Education) Di Abad 20………49

2.2. Kerangka Pemikiran………....55

2.3. Hipotesa………...59

BAB III METODE PENELITIAN……….60

3.1. Desain Penelitian……….……60

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….………62

3.2.1. Variabel Penelitian………...62


(5)

3.2.2. Definisi Operasional………62

3.2.2.1. Musik……….62

3.2.2.2. Musik Mozart…..………...63

3.2.2.3. Prestasi………...63

3.3. Alat Ukur………..………..64

3.4. Populasi dan Sampel………...65

3.5. Prosedur Pengumpulan Data………...65

3.6. Validitas………..65

3.7. Metode Analisis…..………....66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...67

4.1. Orientasi Kancah Penelitian………67

4.2. Profil Responden……….68

4.2.1. Tabel Jenis kelamin………..68

4.2.2. Tabel Taraf Kecerdasan………...69

4.2.3. Tabel Gaya Belajar………..70

4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan………...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………93

5.1. Kesimpulan……….93

5.2. Saran………...94

DAFTAR PUSTAKA………96


(6)

DAFTAR TABEL

TABEL

2.1. Bagan Kerangka Pikir……….………...58 3.1. Tabel Disain penelitian…………..………....61 4.1. Tabel Jenis Kelamin Responden Untuk Kelompok Eksperimen 1.….……..68 4.2. Tabel Jenis Kelamin Responden Untuk Kelompok Eksperimen 2…………69 4.3. Tabel Rata-rata Taraf Kecerdasan Untuk Kelompok Eksperimen 1 dan

Kelompok Eksperimen 2………..………69 4.4. Tabel Gaya Belajar Untuk Kelompok Eksperimen 1……….70 4.5. Tabel Gaya Belajar Untuk Kelompok Eksperimen 2……….70 4.6. Tabel Rata-rata Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok

Eksperimen 2………..71


(7)

LAMPIRAN

1. Uji Paired Sample T-test untuk Pretest dan Posttest Musik

Klasik ………77

2. Uji Paired Sample T-test untuk pretest dan Posttest Musik Pop ………81

3. Uji Independent Sample untuk musik Pop dan Musik Klasik………...87

4. Angket Gaya Belajar………..………..102

5. Daftar Taraf Kecerdasan Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2………...104

6. Daftar Persentase Taraf Kecerdasan Responden………...………...106

7. Daftar Nilai Ulangan Matematika Kelompok Eksperimen 1………...107

8. Daftar Nilai Ulangan Matematika Kelompok Eksperimen 2………...108

7. Surat Ijin Penelitian………..110


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di dalam dunia pendidikan formal, para siswa diwajibkan untuk mengikuti berbagai mata pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum sekolah. Ada mata pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang rendah, ada yang sedang dan ada yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Salah satu mata pelajaran yang sering dianggap sebagai pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi adalah matematika.

Selama ini terbentuk kesan umum bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan juga menakutkan. Kenyataannya memang demikian banyak sekali siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Padahal, sesungguhnya unsur-unsur matematika itu menyertai kita dalam kehidupan sehari-hari. (Heruman, 2007).

Telah dilakukan observasi pada siswa-siswi di SMA, terutama untuk pelajaran matematika. Pada saat guru matematika tersebut memberikan ulangan harian ataupun tugas-tugas matematika di kelas, guru memutarkan musik dengan bermacam-macam musik, baik itu musik barat, pop Indonesia ataupun lagu rohani. Dengan melihat hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika tersebut menanyakan apa yang membuatnya tertarik untuk memutarkan musik saat siswa-siswi mengerjakan ulangan ataupun tugas-tugas matematika dan menanyakan bagaimana hasilnya. Guru tersebut mengatakan


(9)

2

kalau dia tahu bahwa dengan musik dapat membantu siswa-siswi lebih berkonsentrasi. Dan setelah diputarkan kenyataannya, suasana kelas menjadi lebih tenang, siswa-siswi nampak lebih konsentrasi dalam mengerjakan ulangan ataupun tugas-tugas matematika. Dan ketika dilihat hasilnya ternyata terjadi peningkatan prestasi untuk pelajaran matematika. Peneliti juga melihat langsung kondisi kelas yang diputarkan musik, siswa-siswi mengerjakan tugas ataupun ulangan matematika dengan kondisi tenang sekalipun siswa-siswi tersebut diberikan persoalan-persoalan matematika yang cukup sulit.

Dari hasil observasi dan wawancara ini, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah musik mempengaruhi hasil prestasi dan dapat meningkatkan prestasi terutama untuk pelajaran matematika. Dalam penelitian ini menggunakan musik pop (Indonesia, barat dan rohani) dan musik Mozart. Untuk musik pop telah dipilihkan lagu-lagu yang berirama tenang, karena getaran musik yang masuk melalui telinga yang terkirim ke otak dan dihantarkan ke area sistem limbik, yang mana area tersebut merupakan area yang mengatur emosi, sehingga musik dengan irama sedih dapat membut kita menjadi sedih, musik yang berirama semangat dapat membuat kita bersemangat. (Putra, Y.P., 2008). Dengan demikian diharapkan dapat membantu siswa-siswi mengerjakan tugas-tugas dan ulangan dengan tenang dan lebih berkonsentrasi. Dan alasan mengapa menggunakan musik Mozart adalah karena menurut Dan Campbell, komposisi Mozart memiliki kandungan emosi yang netral dari jenis Baroque dan romantis. Tomatis menambahkan , komposisi Mozart memiliki frekuensi tinggi. Eksperimen pengujian terhadap pengaruh dari yang diberikan oleh berbagai komponis pada


(10)

3

Western Art Tradition menemukan bahwa komposisi Mozart menghasilkan mood netral, berbeda dengan komposisi Beethoven yang cenderung depresif dan positif pada komposisi Aaron Copland, demikian yang diuraikan oleh Stratton dan Zalanowski (1991). (Putra, Y.P., 2008). Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Boettcher dan rekan peneliti (1994) yang membuat 3 kondisi: Mozart, kombinasi (termasuk menari) dan keheningan, selama 10 menit. Komposisi Mozart yang dipilih adalah Sonata for Two Pianos in D major K448. hanya pada komposisi mendengarkan Mozart partisipan mendapatkan peningkatan ingatan singkat sebanyak 9 poin berkenaan dengan spatial IQ reasoning test, bagian dari test IQ Stanford-Binet. (Putra, Y. P., 2008).

Ada beberapa contoh penelitian lain yang berkaitan dengan musik yang dapat mendukung diadakannya penelitian ini. Apabila musik dapat mempengaruhi molekul-molekul air dan makhluk hidup seperti tanaman dan hewan, maka dapat dipastikan bahwa musik dapat mempengaruhi jiwa manusia, yang menurut Plato manusia memiliki tingkatan lebih tinggi daripada makhluk hidup lainnya. (Natalia, 2000).

Pada manusia, musik memiliki beberapa pengaruh di dalam kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah bahwa musik berpengaruh dalam proses pembelajaran. Seperti di Amerika Serikat, bunyi dan musik digunakan untuk mengajar bahasa, ejaan, dan bahkan ketrampilan-ketrampilan bergaul dasariah.

Dalam sebuah studi terhadap lebih kurang 7500 mahasiswa pada universitas ukuran sedang antara1983 dan1988, mahasiswa yang mengambil jurusan musik dan pendidikan musik mempunyai skor bacaan tertinggi di antara setiap


(11)

4

mahasiswa di kampus, termasuk mahasiswa jurusan bahasa Inggris, biologi, kimia, dan matematika. Penelitian lain mengatakan bahwa di College Entrance Examination Board melaporkan pada tahun 1996 bahwa mahasiswa-mahasiswa dengan pengalaman mengadakan pertunjukkan musik mendapatkan angka 39 poin lebih tinggi pada bagian matematika daripada rata-rata nasional. “Studi dalam musik dan seni-seni lain umumnya tampak mempunyai efek kumulatif dan tak dapat disangkal berkaitan dengan perbaikan perolehan tes standar mahasiswa-mahasiswa itu sepanjang waktu,” begitu kesimpulan Edward, J. Kvet, direktur School of Music di Central Michigan University di Mount Pleasant.( Campbell, 2002).

Dalam bukunya yang berjudul “Genius Learning Strategy” karangan Adi W. Gunawan ada satu penelitian yang mengatakan bahwa musik merupakan satu teknik pembelajaran yang bagus, dan dapat membantu meningkatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Dikatakan bahwa musik dapat membantu membawa otak kita ke kondisi alfa, suatu kondisi yang baik untuk proses belajar.

Studi-studi lain menunjukkan bahwa memainkan musik mengurangi perilaku nakal anak-anak di bis sekolah, dan bahwa menjadwalkan kegiatan-kegiatan seni, termasuk musik, pada hari-hari Senin dan Jumat mengurangi tingkat membolos pada hari-hari itu. Peneliti-peneliti melaporkan bahwa musik pop ringan, terutama lagu-lagu karangan Beatles, mengurangi angka perilaku kurang ajar atau mengganggu pada anak-anak kecil di sebuah taman kanak-kanak khusus. (Campbell, 2002).


(12)

5

Menurut Jiminy Cricket dalam buku yang berjudul “Efek Mozart” mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya sebagai guru yang mengajar di Guggenheim Education Project di wilayah perkampungan menyadari bahwa banyak murid yang tidak mampu mengeja dengan baik yang disebabkan rangsangan pendengaran yang diberikan oleh sang guru dan kemampuan mereka untuk melacak informasi itu cacat. Namun Cricket menemukan bahwa alat-alat ritmik, bila digabungkan dengan gerakan, hampir dengan segera meningkatkan ingatan mereka.

Beberapa ahli mempercayai bahwa musik memiliki pengaruh terhadap perkembangan kepribadian, fisik, dan psikis individu. Ada sebagian orang yang memiliki kepribadian riang akan memilih belajar dengan menggunakan musik. Dan musik yang paling banyak digunakan adalah musik klasik, karena musik klasik memiliki sifat yang netral. (Pikiran Rakyat, 2004). Selain itu musik klasik merupakan musik yang tanpa lirik. Ini akan lebih baik dibanding jika belajar dengan lagu yang menggunakan lirik, hal yang menjadi kekhawatirannya jika belajar dengan lagu yang ber lirik, pikiran kita akan ikut menyanyikan lagu tersebut. Dan dalam pemilihan instrumen pun sebaiknya menggunakan instrumen yang bukan berasal dari lagu yang berlirik. (Gunawan, A.W., 2003). Selain itu tidak akan berhasil baik jika menggunakan musik jenis rock. Jenis musik ini sifatnya terlalu keras, sehingga kurang tepat digunakan untuk proses belajar. (Pikiran Rakyat, 2004).

Menurut Gardner dalam bukunya yang berjudul “Introduction to the Musical Brain” (dalam buku Efek Mozart), dikatakan bahwa semakin seorang anak


(13)

6

mendapat perangsangan melalui musik, gerakan, dan kesenian, semakin cerdaslah dia nantinya.

Claussen & Thaut (1997) menyebutkan, penelitian tentang berbagai latihan untuk menggali memori sudah banyak dilakukan. Lagu dapat mengembalikan ingatan subjek pada informasi penting seputar kehidupan klien.

Baik dari observasi, maupun beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang tersebut diatas dan juga dari beberapa teori yang mendukung yang mengatakan bahwa musik sangat baik untuk memaksimalkan hasil belajar, maka peneliti ingin mencoba untuk meneliti mengenai pengaruh musik terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan musik Mozart dan musik pop (Indonesia, barat dan rohani). Penelitian dilakukan dengan membandingkan keefektivan antara musik Mozart dan musik pop terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika pada remaja akhir di sekolah SMA “X” Bandung. Dari permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kaitannya dengan perolehan nilai-nilai ulangan matematika mereka yang kurang memuaskan, diharapkan dengan menggunakan musik Mozart yang dibandingkan dengan musik pop (Indonesia, rohani dan barat) yang akan diujicobakan pada para siswa dalam proses belajar, akan membawa dampak yang positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi di bidang pelajaran matematika serta mau dengan senang belajar terutama pelajaran matematika. Dengan demikian diharapkan pula dapat meningkatkan nilai-nilai ulangan yang kurang memuaskan.


(14)

7

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari berbagai macam masalah yang muncul, peneliti ingin menyoroti masalah yang nampaknya sering dialami oleh para siswa yang berhubungan dengan masalah belajar di sekolah, dimana siswa sering mengalami kesulitan dalam mempelajari materi terutama bidang pelajaran matematika yang membawa dampak terhadap perolehan nilai-nilai ulangan matematika di sekolah, yaitu:

- “Apakah Musik Mozart lebih efektif dibandingkan dengan jenis musik pop (Indonesia, barat dan rohani) terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika pada remaja akhir di sekolah SMA “X” Bandung?”

1.3. TUJUAN DAN MAKSUD PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini dirancang adalah:

- Untuk mengetahui apakah musik Mozart lebih efektif dibandingkan dengan jenis musik pop (Indonesia, barat dan rohani) terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika pada remaja akhir di sekolah SMA “X” Bandung

Maksud dari penelitian ini dirancang adalah untuk: mengetahui apakah musik Mozart lebih efektif dibandingkan dengan jenis musik pop (Indonesia, barat dan rohani) terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika pada remaja akhir di sekolah atau apakah musik pop (Indonesia, rohani dan barat) lebih efektif dibandingkan dengan musik klasik terhadap peningkatan prestasi di bidang pelajaran matematika pada remaja akhir di sekolah, sehingga mereka yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi di bidang pelajaran matematika


(15)

8

yang menyebabkan nilai-nilai ulangan matematika-nya kurang memuaskan, dapat mengalami perubahan dengan meningkatnya prestasi. Dampak positif yang diperoleh pada akhirnya adalah mereka bisa meningkatkan nilai untuk semua bidang pelajaran.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan diharapkan dapat berguna bagi mereka yang bekerja di berbagai bidang, terutama bidang pendidikan dan berbagai bidang lainnya. Beberapa kegunaan yang dapat diambil dengan dilakukannya penelitian ini, antara lain:

1. Kegunaan Ilmiah

- Memberikan informasi empiris bagi bidang psikologi klinis, khususnya mengenai cara memperbaiki cara belajar.

- Memberikan informasi empiris bagi bidang psikologi klinis, khususnya mengenai pengaruh musik dalam kehidupan manusia. - Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama

di bidang Psikologi klinis terutama yang berkaitan dengan cara belajar yang lebih kreatif yaitu bahwa musik bukan hanya untuk kesenangan semata, tapi dapat digunakan untuk membantu pembelajaran yang maksimal.

- Digunakan sebagai bahan masukan oleh peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian yang serupa


(16)

9

- Menjadi bahan masukan bagi para siswa mengenai pentingnya untuk berusaha memperbaiki cara belajar terutama belajar di dalam kelas.

- Menjadi bahan masukan bagi para siswa agar mau memanfaatkan musik sebagai sarana untuk meningkatkan pembelajaran ke arah yang lebih baik.

- Menjadi bahan masukan bagi para ahli untuk mempertimbangkan musik sebagai salah satu alternatif metode meningkatkan pembelajaran yang maksimal.


(17)

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data terhadap responden yang diintervensi baik dengan musik Mozart ataupun dengan musik pop, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Ada perbedaan yang signifikan hasil prestasi untuk ulangan matematika

antara sebelum diberi treatment dengan musik dengan sesudah diberi treatment dengan musik, baik dengan musik Mozart ataupun dengan musik pop

2. Ada peningkatan yang signifikan hasil prestasi untuk ulangan matematika antara sebelum diberi treatment dengan musik dengan sesudah diberi treatment dengan musik, baik dengan musik Mozart ataupun dengan musik pop, hal ini terjadi karena musik dapat mengontrol emosi seperti perasaan sedih, marah, jengkel atau perasaan-perasaan negatif lainnya. (Mahari, 2005). Selain itu musik dapat mengontrol mood dan bersifat menenangkan perasaan. (Santrock, J.W., 1998). Dengan terkontrolnya emosi, maka hal ini dapat membantu proses pembelajaran dan dapat membantu untuk menghasilkan prestasi yang lebih optimal.

3. Ada perbedaan yang signifikan hasil prestasi untuk ulangan matematika


(18)

94

4. Musik Mozart dapat membantu proses belajar yang lebih optimal dan

meningkatkan prestasi lebih optimal dibandingkan dengan pemberian musik pop. Hal ini terjadi karena musik klasik merupakan jenis musik yang memiliki interval musik yang konstan dan merupakan instrumen musik yang memiliki nada tala yang berarti ketika didengar oleh telinga. Musik klasik untuk jenis musik klasik Mozart memiliki kandungan emosi yang bersifat netral dan hasil mood yang netral. Sementara untuk musik yang ada liriknya, secara otomatis, energi yang seharusnya untuk belajar ternyata terbagi sebagian untuk mengikuti lirik lagu, sehingga menyebabkan hasil belajar yang tidak optimal.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat berguna baik bagi masyarakat, para pendidik, orangtua dan siswa, dan bagi peneliti. Beberapa saran yang diajukan, antara lain:

1. Dapat menjadi bahan masukan agar masyarakat dapat mencoba

menggunakan musik tidak hanya sebagai kesenangan semata, tetapi menggunakan musik sebagai salah satu sarana untuk membantu proses belajar

2. Disarankan bagi para pendidik di sekolah agar dapat menggunakan musik

sebagai salah satu sarana untuk membantu mengoptimalkan hasil prestasi siswa-siswi di sekolah pada saat jam pelajaran


(19)

95

3. Dapat menjadi bahan masukan agar orangtua mau memberikan

dukungannya dalam proses pembelajaran di rumah bagi anak-anaknya dengan menggunakan musik

4. Dapat menjadi bahan masukan bagi para peneliti yang ingin melakukan

penelitian yang sama.

Diharapkan dengan adanya beberapa saran diatas, dengan penggunaan musik dalam proses belajar dapat mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan hasil belajar dan prestasi yang optimal.


(20)

96

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, J.P., Hauser, S.T., Bell, K.L., & O’Connor, T.G. (1994).

Longitudinal Assesment of Autonomy and Relatedness in Adolescent-family Interactions as Predictors of Adolescent Ego Development and Self-Esteem. Child Development, 65, 179-194.

2. Armsden, G.C., & Greenberg, M.T. (1987). The Inventory of Parent and Peer Attachment: Individual Differences and Their Relationship to Psychological Well-being in Adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 16, 427-454.

3. Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi Pertama. Cetakan

Pertama. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

4. Beth-Marom, R., Austin, L., Fischoff, B., Palmgren, C., & Quadrel, M. J. (dalam penerbitan). Preceived Consequences of Risky Behaviors: Adolescents and Adult. Development Psychology. Dalam J. W. Santrock, Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

5. Blos, P. (1989). The Inner World of the Adolescent. Dalam A.H. Esman

(Ed.), International Annals of Adolescent Psychiatry. Chicago Press.

6. Brook, J.S., Brook, D.W., Gordon, A.S., Whiteman, M., & Cohen P.

(1990). The Psychological Etiology of Adolescent Drug Use: A Family Interactional Approach. Genetic, Social, and General Psychology Monograph, 116, 110-267.

7. Brown, F. (1973). The Reform of Secondary Education: Report of The

National Comission On The Reform of Secondary Education. New York: McGraw-Hill.

8. Byrnes, J. P. (1988). Formal Operations: A Systematic Reformulation.

Developmental Review, 8, 66-87.

9. Camarena, P. M. (1991). Conformity In Adolescence. Dalam R.M. Lerner,

A. C. Petersen, & J. Brook-Gunn (Eds.). Encyclopedia of Adolescence (Vol.1). New York: Garland.

10. Campbell, D. (2002). Efek Mozart memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(21)

97

11. Coleman, J. S., & other. (1974). Youth: Transition To Adulthood. Laporan Panel pada Youth of the President’s Science Advisory Committee. Chicago: University of Chicago Press.

12. Collins, W.A., & Luebker, C. (1993). Parental Behavior During Adolescence: Individual and Relational Significance. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

13. Collins, W.A. (1990). Parent-child Relationship in the Transition to Adolescence: Continuity and Change in Interaction, Affect, and Cognition. Dalam R. Montemayor, G.R. Adams, & T.P. Gellota (Eds.), From Childhood to Adolescence: A Transitional Period? Newbury Park, CA: Sage.

14. Conant, J. B. (1959). The American High School Today. New York:McGraw-Hill.

15. Connoly, J.A., & Johnson, A.M. (1993). The Psychosocial Context of Adolescent Romatic Relationship. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

16. Cooper, C. R., & Grotevant, H. D., Moorc, M.S., & Condon, S.M. (1982). Individuality and Connectedness in the Family and Adolescents’ Self and Relational Competence. Makalah dipresentasikan pada pertemuan American Psychological Association, Washington, DC.

17. Danner, F. (1989). Cognitive Development In Adolescence. Dalam J. Worrell & F. Danner (Eds.). The Adolescent As Decision Maker. New York: Academic Press.

18. Deutsch, D. (1999). The Psychology of Music. Second Edition. United States of America: Academic Press Series in Cognition and Perception. 19. Dowdy, B.B., & Howard, C.W. (1993). The Effects of Dating

Parent-adolescent Consultant Pre-ferences During Adolescence. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

20. Duck, S.W. (1975). Personality Similarity and Friendship Choice by Adolescent. European Journal of Social Psychology, 5, 351-365.

21. Dyk, P.K. (1993). Anatomy, Physiology, and Gender Issues In Adolescence. Dalam T.P. Gullota, G.R. Adams, & R. Montemayor (Eds.) Adolescent Sexuality. Newbury Park, CA: Sage.


(22)

98

22. Eccles, J. S., & Midgely, C. (1990). Change in Academic Motivation and Self-perception During Early Adolescence. Dalam R. Montemayor, G. R. Adams, & T. P. Gullota (Eds.) From Childhood to Adolescence: A Transitional Period? Newbury Park, CA; Sage.

23. Elkind, D. (1976). Child Development and Education: A Piagetion perspective. New York: Oxford University Press.

24. Foster-Clark, F.S., & Blyth, D.A. (1991).Peer Relations and Influences. Dalam R.M. Lerner. A.C. Petersen, & J. Brookks-Gunn (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol.2). New York: Garland.

25. Ganzel, A. K., & Jacobs, J. E (1992). Everyday Decision-making by Familities: A Comparison of Outcomes and Processes. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, Washington, DC.

26. Gunawan, A.W., 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

27. Hall, C.S. & Gardner, L. (1993). Psikologi Kepribadian 1. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.

28. Hargreaves, D.J. & Adrian C. N., (1997). The Social Psychology Of Music. Oxford. University Press.

29. Hawkins, J.A., & Berndt, T.J. (1985). Adjusment Following the Transition to Junior High School. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research in Child Development, Toronto.

30. Hill, J. P. (1980). The Early Adolescence and the family. Dalam M. Johnson (Ed.), the 79th yearbook of the national Society for the Study of the Education. Chicago: University Chicago Press.

31. Hirsch, B.J. (1989). School Transition and Psychological well-being in Adolescence: Comparative Longitudinal Analyses. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, Kansas City.

32. Jacobs, J. E., & Potenza, M. (1990). The Use of Decision Making Strategies In Late Adolescence. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, Atlanta.

33. Keating, D. P., Menna, R., & Matthews, S.J. (1992). Adolescent Cognitive Development in Everyday Life: Dealing With Stress. Makalah


(23)

99

dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, Wasington, DC.

34. Keating, D. P. (1990). Adolescent thinking. Dalam S. S. Feldman & G.R. Elliott (Eds.), At the threshold: the developing adolescent. Cambridge, MA: Harvard University Press.

35. Kobak, R., Cole, C., Fleming, W., Ferenz-Gilles, R., & Bamble, W. (1993). Attachment and Emotional Regulation During Mother-teen Problem-solving: A Control Theory Analysis. Child Development, 64, 231-245.

36. Kuhn, D. (1991). Education for thinking: What Can Psychology Contribute? In M. Schwebel, C. A. Maher & N. S. Fagley (Eds.), Promoting Cognitive Growth Over The Life Span. Hillsdale, NJ: Erlbaum

37. Lapsley, D.G. (1989). Cotinuity and Discontinuity In Adolescence Social Cognitive Development. Dalam R. Montemayor, G. Adams & T. Gullota (Eds.), Advances In Adolescence Research (Vol.2). Orlando, FL: Academic Press.

38. Lewis, C.G. (1981). How Adolescents Approach decisions: Changes over grades seven to twelve and policy implications. Child Development, 52, 538-554.

39. Malina, R.M. (1991). Growth Spurt, Adolescence (II). Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

40. Martin, J. (1976). The Education of Adolescents. Washington, DC: U. S. Office of Education.

41. McCormick, N. B., & Jessor, C.J. (1983). The Courtship Game. Dalam E.R. Allgeier & N.B. Mccormick (Eds.), Changing Boundaries: Gender Roles and Behavior. Palo Alto, CA: Mayfield.

42. McLellan, J.A., Haynie, D., & Strouse, D. (1993). Membership in High School Crowd Clusters and Relationship With Family and Friends. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

43. Montemayor, R. (1982). The Relationship Between Parent-adolescent Conflict and The Amount of Time Adolescents Spend With Parent, Peers, and Alone. Child Development, 53, 1512-1519.


(24)

100

44. Natalia, J. (2000). Pengaruh Musik Gamelan Terhadap Emosi Bayi Baru Lahir. Anima. Indonesian Psychological Journal. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

45. Onishi, M., & Gjerde, P.F. (1994). Attachment Styles: A Multi-method Examination of Concurrent and Prospective Personality Characteristics. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, San Diego, CA.

46. Overton, W.F., & Byrnes J.P. (1991). Cognitive Development. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

47. Overton, W.F., & Montangero, J. (1991). Piaget, Jean. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Brooks-Gunn (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 2). New York: Garland.

48. Papini, D.R., Roggman, L.A., & Anderson, J. (1990). Early Adolescent Perceptions of Attachment to Mother and Father: A Test of the Emotional Distancing Hypothesis. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research in Adolescence, Atlanta.

49. Pearl, R., Bryan, T., & Herzog, A. (1990). Resisting or Acquiescing to Peer Pressure to Engage in Misconduct: Adolescents’ Expectation of Probable Consequences. Journal of Youth Adolescence, 19, 43-55.

50. Perkinson, H. J. (1991). The Imperfect Panacea: America faith in Education, 1865-1990. (Edisi ketiga). New York: McGraw-Hill.

51. Putra, Y.P., (2008). Memori dan Pembelajaran Efektif. Cetakan Pertama. Bandung: CV. Yrama Widya.

52. Quardel, M. J., Fischoff, B., & Davis, W. (1993). Adolescent (in) Vulnerability. American Psychologist, 48, 102-106.

53. Rabin, D.S., & Chrousos, G.P. (1991). Androgens, gonadal. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

54. Rose, S., & Frieze, I.R. (1993). Young Singles’ Contemporary dating Scripts. Sex Role, 28, 499-509.

55. Royer, J.M., (2003). Mathematical Cognition. A Volume in Current Perspectives on Cognition, Learning, and Instruction. USA: Information Age Publishing.


(25)

101

56. Ryan, R.M., & Lynch, J.H. (1989). Emotional Autonomy Versus Detachment: Revisting the Vicissitudes of Adolescence and Young Adulthood. Child Development, 60, 340-356.

57. Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

58. Santrock, J.W. (1998). Adolescence. Seventh Edition. USA: McGraw-Hill. 59. Simmons, R.G., & Blyth, D.A. (1987). Moving into Adolescence.

Hawthorne, NY: Aldine.

60. Steinberg, L.D., & Levine, A. (1990). You and Your Adolescent. New York: Harper.

61. Steinberg, L. (1993). Adolescence (Edisi ketiga). New York McGraw-Hill. 62. Sullivan, K., & Sullivan, A. (1980). Adolescent- Parent Separation.

Development Psychology, 16, 93-99.

63. Susman, E.J., & Dorn, L. (1991). Hormones and Behavior In Adolescence. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Brook-Gunn (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol.1). New York: Garland.

64. Tanner, J.M. (1991). Growth Spurt, Adolescence (II). Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

65. Tyack, D. (1976). Ways of seeing: An essay on the history of compulsory schooling. Harvard Educational Review, 46, 355-389.

66. Wall, J.A. (1993). Susceptibility to Antisocial Peer Pressure in Mexican-American adolescents and its Relation to Acculturation. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

67. Wright, M.R. (1989). Body Image Satisfaction In Adolescence Girls and Boys. Journal of Youth and Adolescence, 18, 71-84.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, J.P., Hauser, S.T., Bell, K.L., & O’Connor, T.G. (1994). Longitudinal Assesment of Autonomy and Relatedness in Adolescent-family Interactions as Predictors of Adolescent Ego Development and Self-Esteem. Child Development, 65, 179-194.

2. Armsden, G.C., & Greenberg, M.T. (1987). The Inventory of Parent and Peer Attachment: Individual Differences and Their Relationship to Psychological Well-being in Adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 16, 427-454.

3. Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

4. Beth-Marom, R., Austin, L., Fischoff, B., Palmgren, C., & Quadrel, M. J. (dalam penerbitan). Preceived Consequences of Risky Behaviors: Adolescents and Adult. Development Psychology. Dalam J. W. Santrock, Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

5. Blos, P. (1989). The Inner World of the Adolescent. Dalam A.H. Esman (Ed.), International Annals of Adolescent Psychiatry. Chicago Press. 6. Brook, J.S., Brook, D.W., Gordon, A.S., Whiteman, M., & Cohen P.

(1990). The Psychological Etiology of Adolescent Drug Use: A Family Interactional Approach. Genetic, Social, and General Psychology Monograph, 116, 110-267.

7. Brown, F. (1973). The Reform of Secondary Education: Report of The National Comission On The Reform of Secondary Education. New York: McGraw-Hill.

8. Byrnes, J. P. (1988). Formal Operations: A Systematic Reformulation. Developmental Review, 8, 66-87.

9. Camarena, P. M. (1991). Conformity In Adolescence. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Brook-Gunn (Eds.). Encyclopedia of Adolescence (Vol.1). New York: Garland.

10. Campbell, D. (2002). Efek Mozart memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(2)

11. Coleman, J. S., & other. (1974). Youth: Transition To Adulthood. Laporan Panel pada Youth of the President’s Science Advisory Committee. Chicago: University of Chicago Press.

12. Collins, W.A., & Luebker, C. (1993). Parental Behavior During Adolescence: Individual and Relational Significance. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

13. Collins, W.A. (1990). Parent-child Relationship in the Transition to Adolescence: Continuity and Change in Interaction, Affect, and Cognition. Dalam R. Montemayor, G.R. Adams, & T.P. Gellota (Eds.), From Childhood to Adolescence: A Transitional Period? Newbury Park, CA: Sage.

14. Conant, J. B. (1959). The American High School Today. New York:McGraw-Hill.

15. Connoly, J.A., & Johnson, A.M. (1993). The Psychosocial Context of Adolescent Romatic Relationship. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

16. Cooper, C. R., & Grotevant, H. D., Moorc, M.S., & Condon, S.M. (1982). Individuality and Connectedness in the Family and Adolescents’ Self and Relational Competence. Makalah dipresentasikan pada pertemuan American Psychological Association, Washington, DC.

17. Danner, F. (1989). Cognitive Development In Adolescence. Dalam J. Worrell & F. Danner (Eds.). The Adolescent As Decision Maker. New York: Academic Press.

18. Deutsch, D. (1999). The Psychology of Music. Second Edition. United States of America: Academic Press Series in Cognition and Perception. 19. Dowdy, B.B., & Howard, C.W. (1993). The Effects of Dating

Parent-adolescent Consultant Pre-ferences During Adolescence. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

20. Duck, S.W. (1975). Personality Similarity and Friendship Choice by Adolescent. European Journal of Social Psychology, 5, 351-365.

21. Dyk, P.K. (1993). Anatomy, Physiology, and Gender Issues In Adolescence. Dalam T.P. Gullota, G.R. Adams, & R. Montemayor (Eds.) Adolescent Sexuality. Newbury Park, CA: Sage.


(3)

22. Eccles, J. S., & Midgely, C. (1990). Change in Academic Motivation and Self-perception During Early Adolescence. Dalam R. Montemayor, G. R. Adams, & T. P. Gullota (Eds.) From Childhood to Adolescence: A Transitional Period? Newbury Park, CA; Sage.

23. Elkind, D. (1976). Child Development and Education: A Piagetion perspective. New York: Oxford University Press.

24. Foster-Clark, F.S., & Blyth, D.A. (1991).Peer Relations and Influences. Dalam R.M. Lerner. A.C. Petersen, & J. Brookks-Gunn (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol.2). New York: Garland.

25. Ganzel, A. K., & Jacobs, J. E (1992). Everyday Decision-making by Familities: A Comparison of Outcomes and Processes. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, Washington, DC.

26. Gunawan, A.W., 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

27. Hall, C.S. & Gardner, L. (1993). Psikologi Kepribadian 1. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.

28. Hargreaves, D.J. & Adrian C. N., (1997). The Social Psychology Of Music. Oxford. University Press.

29. Hawkins, J.A., & Berndt, T.J. (1985). Adjusment Following the Transition to Junior High School. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research in Child Development, Toronto.

30. Hill, J. P. (1980). The Early Adolescence and the family. Dalam M. Johnson (Ed.), the 79th yearbook of the national Society for the Study of the Education. Chicago: University Chicago Press.

31. Hirsch, B.J. (1989). School Transition and Psychological well-being in Adolescence: Comparative Longitudinal Analyses. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, Kansas City.

32. Jacobs, J. E., & Potenza, M. (1990). The Use of Decision Making Strategies In Late Adolescence. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, Atlanta.

33. Keating, D. P., Menna, R., & Matthews, S.J. (1992). Adolescent Cognitive Development in Everyday Life: Dealing With Stress. Makalah


(4)

dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, Wasington, DC.

34. Keating, D. P. (1990). Adolescent thinking. Dalam S. S. Feldman & G.R. Elliott (Eds.), At the threshold: the developing adolescent. Cambridge, MA: Harvard University Press.

35. Kobak, R., Cole, C., Fleming, W., Ferenz-Gilles, R., & Bamble, W. (1993). Attachment and Emotional Regulation During Mother-teen Problem-solving: A Control Theory Analysis. Child Development, 64, 231-245.

36. Kuhn, D. (1991). Education for thinking: What Can Psychology Contribute? In M. Schwebel, C. A. Maher & N. S. Fagley (Eds.), Promoting Cognitive Growth Over The Life Span. Hillsdale, NJ: Erlbaum

37. Lapsley, D.G. (1989). Cotinuity and Discontinuity In Adolescence Social Cognitive Development. Dalam R. Montemayor, G. Adams & T. Gullota (Eds.), Advances In Adolescence Research (Vol.2). Orlando, FL: Academic Press.

38. Lewis, C.G. (1981). How Adolescents Approach decisions: Changes over grades seven to twelve and policy implications. Child Development, 52, 538-554.

39. Malina, R.M. (1991). Growth Spurt, Adolescence (II). Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

40. Martin, J. (1976). The Education of Adolescents. Washington, DC: U. S. Office of Education.

41. McCormick, N. B., & Jessor, C.J. (1983). The Courtship Game. Dalam E.R. Allgeier & N.B. Mccormick (Eds.), Changing Boundaries: Gender Roles and Behavior. Palo Alto, CA: Mayfield.

42. McLellan, J.A., Haynie, D., & Strouse, D. (1993). Membership in High School Crowd Clusters and Relationship With Family and Friends. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

43. Montemayor, R. (1982). The Relationship Between Parent-adolescent Conflict and The Amount of Time Adolescents Spend With Parent, Peers, and Alone. Child Development, 53, 1512-1519.


(5)

44. Natalia, J. (2000). Pengaruh Musik Gamelan Terhadap Emosi Bayi Baru Lahir. Anima. Indonesian Psychological Journal. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

45. Onishi, M., & Gjerde, P.F. (1994). Attachment Styles: A Multi-method Examination of Concurrent and Prospective Personality Characteristics. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research on Adolescence, San Diego, CA.

46. Overton, W.F., & Byrnes J.P. (1991). Cognitive Development. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

47. Overton, W.F., & Montangero, J. (1991). Piaget, Jean. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Brooks-Gunn (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 2). New York: Garland.

48. Papini, D.R., Roggman, L.A., & Anderson, J. (1990). Early Adolescent Perceptions of Attachment to Mother and Father: A Test of the Emotional Distancing Hypothesis. Makalah dipresentasikan pada pertemuan Society for Research in Adolescence, Atlanta.

49. Pearl, R., Bryan, T., & Herzog, A. (1990). Resisting or Acquiescing to Peer Pressure to Engage in Misconduct: Adolescents’ Expectation of Probable Consequences. Journal of Youth Adolescence, 19, 43-55.

50. Perkinson, H. J. (1991). The Imperfect Panacea: America faith in Education, 1865-1990. (Edisi ketiga). New York: McGraw-Hill.

51. Putra, Y.P., (2008). Memori dan Pembelajaran Efektif. Cetakan Pertama. Bandung: CV. Yrama Widya.

52. Quardel, M. J., Fischoff, B., & Davis, W. (1993). Adolescent (in) Vulnerability. American Psychologist, 48, 102-106.

53. Rabin, D.S., & Chrousos, G.P. (1991). Androgens, gonadal. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

54. Rose, S., & Frieze, I.R. (1993). Young Singles’ Contemporary dating Scripts. Sex Role, 28, 499-509.

55. Royer, J.M., (2003). Mathematical Cognition. A Volume in Current Perspectives on Cognition, Learning, and Instruction. USA: Information Age Publishing.


(6)

56. Ryan, R.M., & Lynch, J.H. (1989). Emotional Autonomy Versus Detachment: Revisting the Vicissitudes of Adolescence and Young Adulthood. Child Development, 60, 340-356.

57. Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

58. Santrock, J.W. (1998). Adolescence. Seventh Edition. USA: McGraw-Hill. 59. Simmons, R.G., & Blyth, D.A. (1987). Moving into Adolescence.

Hawthorne, NY: Aldine.

60. Steinberg, L.D., & Levine, A. (1990). You and Your Adolescent. New York: Harper.

61. Steinberg, L. (1993). Adolescence (Edisi ketiga). New York McGraw-Hill. 62. Sullivan, K., & Sullivan, A. (1980). Adolescent- Parent Separation.

Development Psychology, 16, 93-99.

63. Susman, E.J., & Dorn, L. (1991). Hormones and Behavior In Adolescence. Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Brook-Gunn (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol.1). New York: Garland.

64. Tanner, J.M. (1991). Growth Spurt, Adolescence (II). Dalam R.M. Lerner, A. C. Petersen, & J. Books-Gunn. (Eds.), Encyclopedia of Adolescence (Vol. 1). New York: Garland.

65. Tyack, D. (1976). Ways of seeing: An essay on the history of compulsory schooling. Harvard Educational Review, 46, 355-389.

66. Wall, J.A. (1993). Susceptibility to Antisocial Peer Pressure in Mexican-American adolescents and its Relation to Acculturation. Makalah dipresentasikan pada pertemuan dua tahunan Society for Research in Child Development, New Orleans.

67. Wright, M.R. (1989). Body Image Satisfaction In Adolescence Girls and Boys. Journal of Youth and Adolescence, 18, 71-84.