Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Derajat Konformitas Pada Siswa Kelas II dan III Terhadap Perilaku Negatif Teman Sebaya di SMU "X", di Kota Sukabumi.
Universitas Kristen Maranatha
Abstrak
Penelitian ini dilandaskan untuk mengetahui derajat konformitas yang dimiliki oleh siswa kelas 2 dan 3 terhadap perilaku negatif teman sebaya di SMU “X”, di kota Sukabumi. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari siswa kelas 2 dan 3 baik laki-laki maupun perempuan. Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.
Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek dari konformitas dari Robert A. Baron dan Donn Byrne (1977) dan terdiri dari 36 item. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji validitas dengan korelasi Spearman, dan uji reabilitas dilakukan dengan Split Half Realibility.
Berdasarkan pengolahan data secara statistik, diperoleh hasil yaitu sebagian besar siswa (78%) memiliki derajat konformitas rendah dan (22%) siswa memiliki derajat konformitas tinggi. Sejalan dengan aspek-aspek dari konformitas, siswa yang memiliki derajat konformitas rendah memiliki aspek social comparison, attribution, the value of independence, dan social support yang rendah juga. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat konformitas seperti reinforcement, self esteem, dan berusaha untuk disayangi, mempunyai pengaruh terhadap derajat konformitas responden, sedangkan faktor attraction tidak mempunyai pengaruh terhadap siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”, Sukabumi.
Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian mengenai pengaruh faktor attraction terhadap derajat konformitas pada siswa, dan untuk siswa yang memiliki derajat konformitas tinggi agar mengarahkan perilaku konformitasnya kepada hal-hal yang positif. Kepada siswa yang memiliki derajat konformitas rendah, diberikan informasi tentang perilaku sosial dalam kelompok. Selain itu, disarankan pula kepada pihak sekolah di SMU “X”, Sukabumi agar memberikan pembinaan bagi siswa yang memiliki derajat konformitas yang tinggi agar siswa siswa lebih berani untuk mengambil keputusan dan perilaku siswa tidak terlalu dipengaruhi oleh kelompoknya.
(2)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……… i
DAFTAR ISI……… ii
DAFTAR TABEL ……….. v
DAFTAR DIAGRAM ……… vi
DAFTAR LAMPIRAN ……… vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1
1.2. Identifikasi Masalah……… 9
1.3. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian……… 9
1.4. Kegunaan Penelitian ……….. 10
1.4.1 Kegunaan Ilmiah……… 10
1.4.2 Kegunaan Praktis……….. ……... 10
1.5. Kerangka Pikir………. 17
1.6. Asumsi……… 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konformitas ……….. 19
2.1.1 Definisi konformitas ……….. 20
(3)
Universitas Kristen Maranatha
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas …….. 22
2.1.4 Individu yang melakukan konformitas ………. 22
2.1.5 Alasan dilakukannya konformitas ……… 23
2.2 Remaja ……… 24
2.2.1 Definisi remaja menurut Erikson ……… 24
2.2.2 Karakteristik Perilaku dan Pribadi pada Masa Remaja ... 24
2.2.2.1 Remaja awal ……… 24
2.2.2.2 Remaja akhir ……… 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian……….. 25
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 24
3.2.1 Variabel penelitian ……… 24
3.2.2 Definisi operasional ……….. 25
3.3. Alat Ukur……… 26
3.3.1 Spesifikasi alat ukur ……….. 26
3.3.2 Pengujian Validitas Alat Ukur ………. 28
3.3.3 Pengujian Reliabilitas Alat Ukur ……… 28
3.3.4 Data Penunjang ……… 29
3.4. Populasi dan Karakteristik Populasi ……… 30
3.4.1 Populasi ……….. 30
(4)
Universitas Kristen Maranatha
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ……….. 32
3.5. Teknik Analisis………. 32
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ……… 33
4.2 Hasil Penelitian ……….. 33
4.2.1 Gambaran Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3…. 34 4.2.2 Gambaran Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Aspek-aspek Konformitas ………. 35
4.2.3 Gambaran Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konformitas ……… 36
4.3 Pembahasan ……… 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 49
5.2 Saran ……… 50
5.2.1 Saran Teoritis ……….. 50
5.2.2 Saran Praktis ……… 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(5)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase Siswa SMU Berdasarkan Kelas ………. 32
Tabel 4.2 Persentase Siswa SMU Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 32 Tabel 4.3.Persentase Derajat Konformitas Pada Siswa Kelas 2 dan 3 ……. 33 Tabel 4.4 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Aspek
Social Comparison ... 33 Tabel 4.5 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Aspek
Attribution... 34 Tabel 4.6 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Aspek
The Value Of Independence... 34 Tabel 4.7 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Aspek
Social Support ... 35 Tabel 4.8 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Faktor
Reinforcement ... 35 Tabel 4.9 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Faktor
Self Esteem ... 36 Tabel 4.10 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Faktor
Berusaha untuk disayangi ... 36 Tabel 4.11 Derajat Konformitas Siswa Kelas 2 dan 3 Berdasarkan Faktor
(6)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM
Bagan 1.1 Kerangka Pikir ……… 16
(7)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Kuesioner Lampiran 2 Tabel Alat Ukur
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 Hasil SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Tabel Hasil Pengambilan Data
(8)
(9)
LAMPIRAN 1 : CONTOH KUESIONER
IDENTITAS
Kelas :
Jenis kelamin :
PETUNJUK PENGISIAN
Dibalik halaman ini terdapat beberapa pernyataan mengenai persepsi saudara terhadap atasan saudara. Masing-masing pernyataan terdapat 4 pilihan jawaban, yaitu:
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Bacalah pernyataan tersebut dengan baik. Tugas saudara adalah memilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan diri saudara. Caranya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. Semua jawaban saudara adalah benar jika sesuai dengan diri saudara. Oleh karena itu, jawablah pernyataan-pernyataan tersebut dengan sungguh-sungguh dan sejujur-jujurnya.
(10)
Saya ucapkan terimakasih atas kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini.
DATA PENUNJANG
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Adanya dukungan dari teman-teman saya menjadikan saya lebih berani untuk membolos, merokok,
mencontek, berkelahi, dan tidak mengikuti aturan sekolah bersama dengan teman-teman saya 2. Adanya ejekan dan hinaan dari teman-teman saya
menjadikan saya mau untuk mengikuti perilaku teman-teman saya seperti membolos, merokok, mencontek, berkelahi, dan tidak mengikuti aturan sekolah.
3. Saya merasa lebih berharga jika saya dapat menyenangkan teman-teman saya dengan ikut mereka membolos, merokok, mencontek, berkelahi, dan tidak mengikuti aturan sekolah.
4. Saya merasa lebih berharga jika saya mendapat persetujuan dari teman-teman saya jika ingin melakukan sesuatu
5. Saya berusaha menyenangkan teman-teman saya tanpa mempedulikan perasaan dan keinginan saya sendiri
(11)
6. Saya berusaha disukai oleh teman-teman saya dengan mengikuti apa yang mereka inginkan dari saya 7. Saya berada dalam kelompok yang membuat saya
tertarik dan bangga
8. Saya memilih kelompok dimana para anggotanya adalah teman-teman dekat saya
KUESIONER DERAJAT KONFORMITAS
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. saya menganggap bahwa membolos itu adalah tindakan yang benar jika teman-teman saya banyak yang mengangap bahwa membolos itu tindakan yang benar 2. saya menjadi merasa bersalah karena tidak merokok,
jika teman-teman saya menganggap saya
mengecewakan kelompok jika saya tidak ikut merokok 3. saya ikut untuk tidak mentaati aturan sekolah bersama
teman-teman saya karena saya tahu bahwa mereka akan bangga jika kami melakukannya bersama
4. saya akan berkelahi bersama teman-teman saya karena berkelahi bersama-sama akan menyenangkan
5. saya tidak mengikuti pelajaran jika saya tidak bersama dengan anggota kelompok yang lain
6. saya tidak nyaman jika teman-teman saya merokok sedangkan saya tidak merokok
7. saya membutuhkan dukungan dari teman-teman saya untuk memutuskan apakah saya harus mengikuti aturan
(12)
atau tidak
8. saya akan ikut berkelahi jika kebanyakan teman-teman saya berkelahi, agar saya tidak dijauhi oleh kelompok 9. saya akan tetap menganggap bahwa merokok itu tidak
baik, walaupun teman-teman saya berpendapat bahwa merokok itu dapat meningkatkan rasa percaya diri 10. saya yakin untuk tetap mengikuti aturan sekolah
walaupun mayoritas teman-teman saya menyarankan untuk tidak mengikuti aturan sekolah
11. saya tidak akan ikut berkelahi walaupun saya tahu bahwa teman-teman saya mengharapkan agar
kelompok kami bisa dianggap hebat dengan berkelahi 12. saya tidak akan ikut mencontek walaupun saya tahu
bahwa teman-teman saya akan menjauhi saya jika saya tidak ikut mencontek bersama mereka
13. saya tidak akan mengajak teman-teman saya untuk merokok bersama-sama jika saya ingin merokok 14. saya merasa tidak perlu ikut untuk tidak mentataati
peraturan sekolah seperti yang teman-teman saya lakukan
15. saya tidak membutuhkan pendapat teman-teman saya ketika ingin memutuskan apakah harus berkelahi atau tidak
16. saya tidak takut untuk dijauhi oleh teman-teman saya karena tidak ikut mencontek walaupun hampir seluruh teman-teman saya mengajak untuk mencontek
17. saya merasa bahwa melanggar aturan sekolah tidak menjadi masalah jika teman-teman saya berpendapat begitu
(13)
18. saya merasa bersalah jika teman-teman saya
mengatakan bahwa saya salah jika berkelahi dengan teman saya
19. saya ikut mencontek bersama-sama dengan kelompok saya karena pasti menyenangkan jika kami bersama-sama bisa mendapatkan nilai yang bagus tanpa harus belajar
20. saya merasa prilaku membolos yang dilakukan teman-teman saya itu menyenangkan bagi mereka, maka saya ikut membolos bersama mereka
21. saya tidak mengikuti aturan sekolah bersama teman-teman saya karena saya tidak ingin terlihat berbeda dengan teman-teman saya
22. saya merasa bebas untuk tidak ikut berkelahi walaupun teman-teman kelompok saya mengharapkan saya ikut berkelahi
23. saya menanyakan terlebih dahulu pendapat teman saya sebelum memutuskan untuk mencontek
24. saya ikut membolos jika mayoritas teman-teman saya sepakat untuk membolos agar saya tetap kompak dengan teman-teman saya
25. saya merasa tidak harus berkelahi walaupun teman-teman saya menganggap berkelahi itu penting untuk mempertahankan keberadaan kelompok saya
26. saya tetap merasa yakin untuk tidak ikut mencontek walaupun teman-teman saya akan menilai saya takut untuk mencontek
(14)
27. saya ikut membolos dengan teman-teman saya karena saya mengetahui bahwa teman-teman saya membolos untuk rasa setia kawan
28. saya tidak ikut merokok dengan teman-teman saya walaupun perilaku merokok tersebut membuat kelompok kami lebih kompak
29. saya tidak akan melibatkan teman saya jika ingin berkelahi
30. saya merasa bebas memilih untuk tidak mencontek walaupun teman-teman saya bersepakat untuk mencontek
31. saya membolos jika teman-teman saya mendukung saya untuk membolos
32. saya akan setuju untuk ikut merokok jika semua teman-teman saya berpendapat bahwa saya harus ikut
merokok, agar saya tidak dijauhi oleh teman-teman saya
33. saya menganggap bahwa mencontek itu
menguntungkan jika teman-teman saya beranggapan seperti itu
34. saya tetap yakin untuk tidak membolos walaupun teman-teman saya mengatakan bahwa saya tidak setia kawan jika tidak ikut membolos
35. saya tidak akan ikut merokok dengan kelompok saya walaupun saya tau bahwa mereka ingin semua anggota kelompoknya merokok
36. saya tetap mengikuti aturan sekolah walaupun teman-teman saya memaksa untuk tidak mengikuti aturan sekolah karena saya merasa perilaku tersebut tidak bai 37. saya akan mencontek jika semua anggota kelompok
(15)
saya mencontek
38. saya merasa bebas untuk tidak ikut membolos walaupun teman-teman saya membolos
39. saya tidak akan ikut merokok walaupun teman-teman saya mendukung saya untuk merokok
40. saya tidak akan mengikuti mayoritas teman-teman saya yang melanggar aturan sekolah walaupun saya tidak mendapat dukungan untuk tetap mengikuti aturan sekolah
(16)
LAMPIRAN 2 : KISI-KISI ALAT UKUR
VARIABEL ASPEK INDIKATOR ITEM
Derajat Konformitas Social comparison Membandingkan yang kelompok anggap benar dan apa yang individu anggap
benar.
1. saya menganggap bahwa membolos itu adalah tindakan yang benar jika teman-teman saya banyak yang mengangap bahwa membolos itu tindakan yang benar (+)
9. saya akan tetep menganggap bahwa merokok itu tidak baik, walaupun teman-teman saya berpendapat bahwa merokok itu dapat
meningkatkan rasa percaya diri (-)
17. saya merasa bahwa melanggar aturan sekolah tidak menjadi masalah jika teman-teman saya
berpendapat begitu (+) 25. saya merasa tidak harus
berkelahi walaupun teman-teman saya menganggap berkelahi itu penting untuk mempertahankan
keberadaan kelompok saya (-)
(17)
Mengevaluasi diri sendiri berdasarkan opini dari orang
lain
34. saya tetap yakin untuk tidak membolos walaupun teman-teman saya mengatakan bahwa saya tidak setia kawan jika tidak ikut membolos (-)
2. saya menjadi merasa bersalah karena tidak merokok, jika teman-teman saya menganggap saya mengecewakan kelompok jika saya tidak ikut merokok (+)
10. saya yakin untuk tetap mengikuti aturan sekolah walaupun teman-teman saya mayoritas berpendapat agar saya tidak usah mengikuti aturan sekolah (-)
26. saya tetap merasa yakin untuk tidak ikut mencontek walaupun teman-teman saya akan menilai saya takut untuk mencontek (-)
Attribution
Membuat penilaian tentang tujuan kelompok
27. saya ikut membolos dengan teman-teman saya karena saya mengetahui bahwa teman-teman saya membolos
(18)
untuk rasa setia kawan (+) 35. saya tidak akan ikut
merokok dengan kelompok saya walaupun saya tau bahwa mereka ingin semua anggota kelompoknya merokok (-)
3. saya ikut untuk tidak mentaati aturan sekolah bersama teman-teman saya karena saya tahu bahwa mereka akan bangga jika kami melakukannya bersama (+)
11. saya tidak akan ikut berkelahi walaupun saya tahu bahwa teman-teman saya mengharapkan agar kelompok kami bisa menjadi populer dengan berkelahi (-) 19. saya ikut mencontek
bersama-sama dengan kelompok saya karena pasti menyenangkan jika kami bersama-sama bisa mendapatkan nilai yang bagus tanpa harus belajar (+) Membuat
penilaian tentang perilaku
20. saya merasa prilaku membolos yang dilakukan teman-teman saya itu
(19)
kelompok menyenangkan bagi mereka, maka saya ikut membolos bersama mereka (+) 28. saya tidak ikut merokok
dengan teman-teman saya walaupun perilaku merokok tersebut membuat kelompok kami lebih kompak (-) 36. saya tetap mengikuti aturan
sekolah walaupun teman-teman saya memaksa untuk tidak mengikuti aturan sekolah karena saya merasa perilaku tersebut tidak baik (-)
4. saya akan berkelahi bersama teman-teman saya karena berkelahi bersama-sama akan menyenangkan (+) 12. tidak akan ikut mencontek
walaupun saya tahu bahwa teman-teman saya akan menjauhi saya jika saya tidak ikut mencontek bersama mereka (-)
The value of Independence
Menunjukkan kemandirian dalam kelompok
13. saya tidak mengikuti pelajaran jika hanya saya sendiri dari kelompok saya yang ingin mengkuti perlajaran (+)
(20)
21. saya tidak akan mengajak teman-teman saya untuk merokok bersama-sama jika saya ingin merokok (-) 29. saya ikut untuk tidak
mengikuti aturan sekolah bersama teman-teman saya karena saya tidak ingin terlihat berbeda dengan teman-teman saya (+) 37. saya tidak akan melibatkan
teman saya jika ingin berkelahi (-)
Menunjukkan kebebasan dalam
kelompok
6. saya merasa bebas untuk tidak ikut membolos walaupun teman-teman saya membolos (-)
14. saya tidak nyaman jika teman-teman saya merokok sedangkan saya tidak merokok (+)
22. saya merasa tidak perlu ikut untuk tidak mentataati peraturan sekolah seperti yang teman-teman saya lakukan (-)
30. saya merasa bebas untuk tidak ikut berkelahi walaupun teman-teman
(21)
kelompok saya
mengharapkan agar saya ikut berkelahi (+)
38. saya merasa bebas memilih untuk tidak mencontek walaupun teman-teman saya bersepakat untuk mencontek (-)
Social support
Membutuhkan dukungan orang
lain pada saat membuat keputusan
39. saya membolos jika teman-teman saya menyemangati saya untuk membolos (+) 7. saya tidak akan ikut
merokok walaupun teman-teman saya mendukung saya untuk merokok (-)
15. saya membutuhkan
dukungan dari teman-teman saya untuk memutuskan apakah saya harus mengikuti aturan atau tidak (+)
31. saya menanyakan terlebih dahulu pendapat teman saya sebelum memutuskan untuk mencontek (+)
Mengikuti pendapat mayoritas karena
takut ditolak
32. saya ikut membolos jika mayoritas teman-teman saya sepakat untuk membolos (-) 40. saya akan setuju untuk ikut
(22)
oleh kelompok. merokok jika semua teman-teman saya berpendapat bahwa saya harus ikut merokok (+)
8. saya tidak akan mengikuti mayoritas teman-teman saya yang melanggar aturan sekolah walaupun saya tidak mendapat dukungan untuk tetap mengikuti aturan sekolah (-)
16. saya akan ikut berkelahi jika kebanyakan teman-teman saya berkelahi, agar saya tidak dijauhi oleh kelompok (+)
24. saya tidak takut untuk dijauhi oleh teman-teman saya karena tidak ikut
mencontek walaupun hampir seluruh teman-teman saya mengajak untuk mencontek
(23)
LAMPIRAN 3 : HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Hasil Uji Validitas
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation (r hitung) r alpha Kesimpulan
Pertanyaan 1 0.790507961 0.954573 Valid-Reliabel
Pertanyaan 2 0.833063263 0.954249 Valid-Reliabel
Pertanyaan 3 0.836760188 0.954298 Valid-Reliabel
Pertanyaan 4 0.812069148 0.954431 Valid-Reliabel
Pertanyaan 5 0.327839406 0.957563 Valid-Reliabel
Pertanyaan 6 0.488250878 0.956446 Valid-Reliabel
Pertanyaan 7 0.734852707 0.955058 Valid-Reliabel
Pertanyaan 8 0.832557546 0.954281 Valid-Reliabel
Pertanyaan 9 0.752573817 0.955018 Valid-Reliabel
Pertanyaan 10 0.563888115 0.95605 Valid-Reliabel
Pertanyaan 11 0.509118508 0.956352 Valid-Reliabel
Pertanyaan 12 0.490956663 0.956487 Valid-Reliabel
Pertanyaan 13 0.557632505 0.956091 Valid-Reliabel
Pertanyaan 14 0.414284653 0.956827 Valid-Reliabel
Pertanyaan 15 0.587975305 0.955987 Valid-Reliabel
Pertanyaan 16 0.624915422 0.9558 Valid-Reliabel
Pertanyaan 17 0.399717346 0.956929 Valid-Reliabel
Pertanyaan 18 0.858684451 0.954195 Valid-Reliabel
Pertanyaan 19 0.793851846 0.954694 Valid-Reliabel
Pertanyaan 20 0.680569077 0.955424 Valid-Reliabel
Pertanyaan 21 0.657994091 0.955503 Valid-Reliabel
Pertanyaan 22 0.561735923 0.956063 Valid-Reliabel
Pertanyaan 23 0.613683918 0.955772 Valid-Reliabel
Pertanyaan 24 0.727780304 0.955092 Valid-Reliabel
Pertanyaan 25 0.699899159 0.955208 Valid-Reliabel
Pertanyaan 26 0.589753856 0.955968 Valid-Reliabel
Pertanyaan 27 0.777924584 0.95494 Valid-Reliabel
Pertanyaan 28 0.832263224 0.954539 Valid-Reliabel
Pertanyaan 29 0.771012854 0.954801 Valid-Reliabel
(24)
Pertanyaan 31 0.757274537 0.954868 Valid-Reliabel
Pertanyaan 32 0.805765607 0.954672 Valid-Reliabel
Pertanyaan 33 0.498565923 0.956417 Valid-Reliabel
Pertanyaan 34 0.727570008 0.955144 Valid-Reliabel
Pertanyaan 35 0.765512123 0.95475 Valid-Reliabel
Pertanyaan 36 0.755234907 0.954962 Valid-Reliabel
Sumber: Hasil pengolahan data uji validitas dengan SPSS 15.0
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel r alpha Kesimpulan
Derajat Konformitas 0.957 Valid-Reliabel
(25)
(26)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian waktunya. Remaja berada di sekolah dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore, bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sekolah mempunyai peranan penting bagi perkembangan diri remaja, mulai dari pengetahuan sampai dengan sosialisasi remaja. Sekolah mempunyai manfaat bagi siswa yaitu, dapat melatih kemampuan akademis siswa, menggembleng dan memperkuat mental, fisik dan disiplin siswa, memperkenalkan rasa tanggung jawab pada siswa, membangun jiwa sosial dan jaringan pertemanan, memberikan identitas diri bagi siswa, dan sebagai sarana bagi siswa untuk mengembangkan diri (Adib asrori. 2008). Salah satu sekolah yang menerapkan manfaat sekolah ini pada siswa adalah SMU ”X”, di kota Sukabumi.
SMU “X” didirikan pada tanggal 11 September 1950. Dari tahun ke tahun
sekolah ini berkembang dengan pesat diiringi jumlah siswa yang semakin meningkat pula. Ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa eksistensi sekolah ini diterima baik oleh masyarakat kota Sukabumi. Visi dari SMU ini adalah terbentuknya komunitas edukasi yang reflektif dan kreatif dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip Kristiani. Misi SMU ini adalah bekerja secara professional dan mandiri, disiplin dalam profesi, serta melaksanakan profesi yang dilandasi cinta kasih. Dalam rumusan visi dan misi tersebut, terkandung makna
(27)
2
bahwa SMU “X” mempunyai niat untuk mengembangkan manusia secara utuh
baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan maupun dalam pengembangan moral dan kepribadiannya. Di SMU “X”, cukup banyak kegiatan positif yang bisa di lakukan bersama dengan teman sebayanya seperti, belajar kelompok, mengikuti pelajaran tambahan seperti komputer, bahasa inggris, matematika dan praktek kimia, berorganisasi seperti OSIS, koperasi, MPK, dan lain-lain, juga ekstrakulikuler seperti pramuka, paduan suara, cheerleader, marching band, pasukan inti, dan pecinta alam. Dalam kelompok teman sebaya, remaja menemukan sesuatu yang tidak mereka ketemukan di rumah. Hubungan yang bersifat pribadi itu menyebabkan remaja dapat mencurahkan isi hatinya kepada teman-temannya baik sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang menyedihkan (WFConnell, 1972). Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991). Pada masa remaja, mereka membutuhkan kelompok pertemanan atau “geng” yang akan membantu dirinya dalam membangun rasa percaya dirinya di lingkungan. Remaja tidak keberatan dengan konsekuensi yang ada untuk masuk dalam kelompok tertentu. Konsekuensi ini antara lain mengikuti segala kebiasaannya dengan kebiasaan kelompok, bersedia mengalah kepada kepentingan dan pendapat
(28)
3 mayoritas anggota kelompok, serta mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompok. Pada masa remaja, mereka dapat mengekspresikan keinginannya, juga melakukan banyak aktivitas sosial yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group).
Kebersamaan dengan teman sebaya yang berlangsung lama ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti berkumpul untuk merokok bersama, tawuran, membolos, mementingkan penampilan daripada nilai-nilai pelajarannya, mencontek, menentang aturan sekolah, melawan guru, bahkan menyalahi ketentuan-ketentuan yang ada didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), seperti pencurian, pencopetan, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan atau penyalahgunaan obat terlarang (Susilowati, 2001). Hal-hal negatif yang dilakukan ini dapat menghambat prestasi siswa dan merusak masa depannya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BP di SMU “X”, beliau mengatakan bahwa di SMU tersebut banyak sekali pelanggaran yang dilakukan siswa-siswa SMU antara lain membolos, melawan guru, keluar kelas pada jam pelajaran, merokok, menentang aturan sekolah, dan kebanyakan dari perilaku-perilaku tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan teman-teman geng nya.
Pada wawancara yang dilakukan terhadap 20 orang siswa di SMU “X”, 70% siswa kelas 2 dan 3 dipengaruhi teman-temannya baik dalam mengambil keputusan maupun berperilaku. Siswa merokok, membolos, melawan aturan sekolah, mencontek, dan bertengkar dengan teman sebayanya karena dipengaruhi teman-temannya. Para siswa mencoba membandingkan apa yang menjadi pemikiran anggota kelompok mereka yang lain dengan pemikirannya misalnya,
(29)
4 jika teman-temannya mengatakan bahwa mencontek merupakan tindakan yang wajar bagi siswa, walaupun sebelumnya ia sudah mempunyai tekad untuk tidak mencontek, maka ia akan mempertimbangkan kembali untuk mencontek, dan akhirnya ia akan mengikuti perilaku teman-temannya yang mencontek. Para siswa yang merokok juga seperti itu, siswa merokok karena teman-teman kelompoknya yang merokok mengatakan bahwa ia tidak setia kawan dan tidak “gaul” kalau tidak ikut merokok, maka ia akan ikut merokok. Para siswa menandai motif dan tujuan kelompok saat mereka berada didalam kelompoknya. Mereka mengamati, hal apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh kelompoknya, maka siswa akan melakukan hal-hal yang disukai oleh kelompoknya. Misalnya pada siswa yang mayoritas temannya adalah perokok, siswa menilai tujuan dari kelompok tersebut adalah merokok dan kelompok menyukai apabila siswa ikut merokok. Maka siswa akan ikut merokok bersama dengan kelompoknya. Dalam hal kemandirian dan kebebasan, 70% siswa ini tergantung dengan kelompoknya. Misalnya dalam hal membolos, jika kelompoknya membolos, maka siswa juga akan ikut membolos. Biasanya siswa tidak membolos sendirian. Demikian dengan mencontek, pada saat siswa ingin mencontek, ia mengajak kelompoknya untuk mencontek bersama-sama. Selain itu siswa juga membutuhkan dukungan sosial dari kelompoknya. Dukungan-dukungan yang diberikan berupa ajakan seperti, siswa diajak untuk berkelahi bersama-sama untuk mempertahankan kelompoknya, atau misalnya pada saat ada ujian, siswa diberikan soal bocoran oleh teman-temannya agar siswa bisa ikut mencontek bersama-sama dengan kelompoknya.
(30)
5 Perilaku-perilaku ini merupakan hasil dari dipengaruhinya perilaku siswa oleh perilaku kelompoknya. Siswa yang tadinya tidak ingin melakukan perilaku negatif tersebut, namun karena adanya ajakan oleh kelompoknya, ataupun karena adanya rasa takut untuk ditolak oleh kelompok, maka siswa ikut melakukan perilaku-perilaku seperti yang teman-temannya lakukan. Perilaku-perilaku ini bukan karena siswa ingin ikut membolos, mencontek, melawan aturan sekolah, merokok, atau berkelahi, namun karena perilaku siswa ini dipengaruhi oleh perilaku kelompoknya. Perilaku-perilaku siswa yang dipengaruhi oleh perilaku kelompok ini merupakan perilaku konformitas.
Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1977), Konformitas adalah proses dimana individu dipengaruhi oleh orang lain dalam bertingkahlaku agar sesuai dengan norma sosial yang berlaku dalam kelompok. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja. Saat orang lain mengerjakan atau mengatakan hal yang sama, di dalam diri individu terdapat dorongan yang kuat untuk mengikuti atau mengerjakan apa yang mereka lakukan. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif, dan efek dari konformitas bergantung pada kelompok yang menjadi model (Camarena, 1991). Efek positif akan membuat remaja punya kemampuan dan keterampilan yang positif juga. Jika kelompok memiliki sikap, pendapat, dan perilaku positif, maka remaja cenderung berperilaku dan berpandangan positif. Konformitas dikatakan positif apabila siswa mengikuti perilaku positif teman
(31)
6 sebaya nya. Contoh konformitas yang positif pada remaja adalah mengikuti belajar kelompok yang di lakukan oleh teman gengnya, atau mengikuti organisasi sekolah seperti OSIS karena teman gengnya mengikuti organisasi tersebut. Sebaliknya, jika kelompok memiliki sikap, pendapat, dan perilaku negatif, maka remaja cenderung berperilaku dan berpandangan negatif. Konformitas dikatakan negatif apabila siswa mengikuti perilaku negatif teman sebaya nya. Contoh konformitas terhadap perilaku negatif pada remaja adalah perilaku merokok karena remaja meniru sikap atau tingkah laku teman sebayanya yang merokok. Atau contoh lainnya misalnya, membolos ketika teman gengnya membolos. Dalam situasi ini, ketika remaja mendapat dukungan dari anggota kelompok lain untuk ikut membolos, maka individu akan melakukan penyesuaian diri dengan mengikuti perilaku membolos tersebut.
Perilaku konformitas juga dapat dilihat dari bagaimana individu menyeragamkan perilakunya dengan perilaku orang lain (Crutchfield, 1955). Remaja dengan derajat konformitas yang tinggi akan menyeragamkan semua perilaku dan pandangannya dengan perilaku negatif kelompok teman sebayanya. Misalnya, saat siswa melihat gengnya merokok maka dia akan ikut merokok juga sama seperti gengnya. Tanpa memikirkan dampak dari perilakunya tersebut, ia melakukan apa yang gengnya lakukan. Akibat yang akan timbul apabila remaja memiliki derajat konformitas yang tinggi adalah remaja tersebut selalu bergantung kepada kelompoknya, tidak dapat mengambil keputusan sendiri, dan tidak dapat menilai mana yang baik dan sesusai dengan dirinya. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
(32)
7 kemungkinan teman-temannya perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut terpengaruh oleh remaja tadi yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Sedangkan remaja dengan derajat konformitas yang rendah, cenderung tidak melalukan usaha apapun untuk menyeragamkan perilakunya dengan kelompoknya. Misalkan jika kelompoknya merokok maka siswa tersebut tidak ikut merokok karena ia menganggap bahwa ia tidak perlu mengikuti perilaku negatif temannya tesebut. Selain itu, derajat konformitas yang rendah dapat berpengaruh pada penyesuaian diri remaja dengan lingkungan dan cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya jika tidak sesuai dengan dirinya.
Robert A. Baron dan Donn Byrne (1977) menjelaskan beberapa aspek
dari konformitas yaitu, social comparison, kecenderungan remaja untuk membandingkan perilakunya dengan perilaku kelompok. Ketika remaja telah menjadi anggota suatu kelompok tertentu, perbedaan perilaku dengan kelompok akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman dalam diri remaja, sehingga remaja akan berusaha menyesuaikan perilakunya dengan perilaku kelompok. Alasan yang kedua yaitu, attribution, di dalam kelompok sering terjadi konflik antara informasi yang diterima individu dengan informasi yang diterima oleh kelompok. Oleh karena itu remaja berusaha mencari alasan yang tepat mengapa kelmpok memiliki perbedaan cara bertingkah laku dan apa yang mereka percayai. Remaja akan semakin tertekan bila dia tidak dapat menemukan alasan yang tepat menjelaskan perbedaan tersebut. Alasan yang ketiga yaitu, the value of independence,
(33)
8 bagaimana seorang remaja memiliki kemandirian dan kebebasan saat berada dalam kelompoknya. Remaja bukan berarti tidak menunjukan perilaku konformitas sama sekali dengan kelompoknya atau selalu menentang kelompok, namun kebebasan untuk menjadi berbeda dengan kelompok misalnya ketika individu menolak ajakan dari teman-teman sekelompoknya untuk pergi ke suatu tempat karena dia harus belajar untuk ujian di sekolahnya esok hari, anggota kelompoknya tidak memberikan respon yang negatif seperti mengucilkannya. Alasan yang keempat yaitu, social support, remaja melakukan konformitas ketika meraka menghadapi hal atau situasi yang tidak jelas. Bisa terjadi karena remaja ragu akan pendapat pribadinya maupun remaja merasa takut akan penolakan kelompok terhadap dirinya.
Selain itu, terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk melakukan perilaku konformitas. Misalnya ketika siswa tidak ingin mencontek, namun ia mendapat ejekan seperti penakut atau tidak setia kawan dari teman-temannya karena tidak ikut mencontek, maka siswa akan mengikuti perilaku mencontek temannya tersebut. Ataupun ketika siswa merasa lebih berharga jika ia ikut berkelahi dengan teman-temannya, juga ketika siswa berusaha agar ia disayangi oleh teman-temannya tanpa mempedulikan perasaannya sendiri seperti ikut berkelahi dengan kelompok untuk membela kelompoknya, walaupun ia tidak ingin berkelahi. Selain itu, siswa akan memilih kelompok berdasarkan kelompok yang para anggotanya adalah orang-orang yang ia sukai. Misalnya jika siswa suka dengan kelompok yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang popular di sekolahnya, walaupun mereka merokok, maka siswa tetap ingin menjadi anggota
(34)
9 kelompok tersebut. Faktor-faktor seperti ejekan yang merupakan salah satu dari reinforcement, lebih berharga jika mengikuti perilaku temannya, berusaha disayangi oleh kelompoknya, dan memilih kelompok berdasarkan orang-orang yang disukai merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat konformitas. Faktor-faktor ini akan membuat derajat konformitas siswa menjadi berbeda-beda.
Dengan melihat fakta-fakta tentang siswa kelas 2 dan 3 di SMU ”X”, Sukabumi yaitu, adanya perbedaan derajat konformitas yang ditampilkan oleh siswa, maka hal ini menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih lanjut
mengenai derajat konformitas pada siswa SMU kelas 2 dan kelas 3 di SMU ”X”,
Sukabumi.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana derajat konformitas siswa SMU kelas 2 dan kelas 3 terhadap perilaku negatif di SMU “X”, Sukabumi.
1.3Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh data tentang derajat konformitas siswa SMU kelas 2 dan kelas 3 terhadap perilaku negatif di SMU ”X”, Sukabumi.
(35)
10 Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat konformitas yang dimiliki oleh siswa SMU kelas 2 dan kelas 3 terhadap perilaku negatif di SMU
”X”, Sukabumi berdasarkan aspek-aspek dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
1. Sebagai bahan referensi bagi bidang Psikologi khususnya bidang Psikologi Sosial mengenai konformitas.
2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai konformitas pada siswa SMU.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi bagi siswa SMU “X” mengenai konformitas
2. Memberikan informasi bagi pihak sekolah mengenai derajat konformitas
yang dimiliki para siswa SMU ”X” di kota Sukabumi.
1.5Kerangka Pikir
Siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”, merupakan remaja akhir yang usianya
berkisar antara 15 sampai dengan 17 tahun. Menurut Erikson, remaja adalah periode antara pubertas dan kedewasaan yang terbentang dari berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa, yaitu rentang usia 10 sampai dengan 20 tahun.
(36)
11 Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, salah satunya adalah kecenderungan remaja untuk membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991). Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan remaja frustrasi dan menjadikan merasa terisolasi dan rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Kebutuhan siswa untuk diterima oleh teman sebayanya ini akan menyebabkan siswa mengikuti pendapat dan perilaku teman sebayanya, yang disebut dengan perilaku konformitas.
(37)
12 Konformitas adalah proses dimana individu dipengaruhi oleh orang lain dalam bertingkahlaku agar sesuai dengan norma sosial yang berlaku dalam kelompok (Robert A. Baron & Dohn Byrne). Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (John W. Santrock). Derajat konformitas setiap orang berbeda-beda, dan dibagi kedalam kategori yaitu tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki derajat konformitas tinggi akan mengikuti sikap, pendapat, dan perilaku orang lain, dan siswa yang memiliki derajat konformitas rendah jika remaja tidak melakukan usaha untuk mengikuti sikap, pendapat, dan perilaku lingkungan atau kelompok dimana ia berada. Konformitas terhadap perilaku negatif merupakan proses dimana siswa dipengaruhi oleh perilaku-perilaku negatif teman sebayanya seperti merokok, membolos, menyontek, berkelahi, dan melanggar aturan sekolah. Para siswa yang dipengaruhi oleh perilaku negatif temannya untuk ikut merokok, membolos, mencontek, berkelahi, melanggar aturan sekolah, termasuk dalam derajat konformitas yang tinggi, sedangkan siswi yang tidak mau mengikuti perilaku negatif temannya tersebut memiliki derajat konformitas yang rendah.
Konformitas mempunyai 4 aspek yaitu social comparison, attribution, the velue of independence, dan social support. Social comparison adalah bagaimana siswa melakukan penyesuaian dirinya dengan cara membandingkan apa yang kelompok anggap benar dan apa yang ia anggap benar kemudian menganggap bahwa perbedaan dengan kelompok merupakan suatu ancaman. Siswa di SMU
(38)
13 kelompoknya terlebih dahulu, apakah mereka harus berkelahi atau tidak. Mereka membandingkan pendapat individu dengan pendapat kelompok, apakah perlu berkelahi atau tidak. Jika kelompok mendukung pendapat siswa, maka ia akan berkelahi. Aspek yang kedua adalah Attribution, dimana siswa menandai (idem, sama dgn diatas, lgs dikaitkan dgn sampel) motif kelompok sehingga tidak terjadi konflik dalam kelompok, dan dapat diterima menjadi anggota kelompok. Pada salah satu geng siswa di SMU “X”, mereka berkumpul setiap jam pulang sekolah
untuk bermain, “ngobrol”, atau sekedar “nongkrong”, dan salah satu ciri dari geng ini adalah merokok. Beberapa angota geng ini ikut merokok karena ingin ikut berkumpul dengan anggota geng lain. Maka siswwa menandai motif kelompok yaitu dengan ikut merokok, maka siswa akan lebih diterima oleh kelompok tersebut. Aspek berikutnya adalah The value of Independence, dimana siswa menunjukkan kemandirian dan kebebasannya saat berada di dalam kelompok. Semakin tinggi The value of Independence yang dimiliki siswa, maka derajat konformitasnya akan semakin rendah. Remaja akhir mempunyai salah satu karakteristik yaitu lebih bisa menentukan pilihannya sendiri. Siswa di SMU “X” ada yang tidak ikut membolos saat teman-temanya sepakat untuk membolos. Hal ini di karenakan adanya the value of independence yang tinggi pada siswa tersebut. Siswa menunjukkan kebebasannya untuk tidak ikut membolos sedangkan teman-temannya membolos. Aspek terakhir adalah Social support, dimana siswa membutuhkan dukungan sosial pada saat menyesuaikan diri. Semua
siswa di SMU “X” ini pasti membutuhkan dukungan sosial pada saat
(39)
14 pada siswa yang mencontek mendapat dukungan dari kelompoknya seperti diberikan contekan oleh anggota kelompoknya.
Selain keempat aspek konformitas, terdapat pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya derajat konformitas yaitu, Reinforcement dimana konformitas sebagai fungsi dari reward dan punishment. Perilaku konformitas akan bertambah kuat apabila siswa mendapatkan penguat setiap kali mereka menyesuaikan perilakunya dengan perilaku kelompok. Penguat (reinforcement) tersebut bisa berupa penghargaan (reward) ataupun hukuman (punishment).
Beberapa siswa di SMU “X” tidak mengikuti pelajaran saat jam belajar mengajar
berlangsung. Beberapa siswa mengikuti temannya untuk tidak mengikuti pelajaran, dan mereka mendapat reward berupa pujian dari teman-temannya karena berani untuk tidak mengikuti pelajaran, maka siswa akan terus mengikuti perilaku negatif temannya tersebut. Namun ada juga beberapa siswa yang tidak mau mengikuti temannya, dan mereka mendapat punishment berupa celaan. Hal ini juga dapat membuat siswa mengikuti temannya untuk tidak mengikuti pelajaran, atau ia tetap pada pendiriannya untuk tidak melakukan konformitas terhadap perilaku teman-temannya. Didalam kehidupannya, siswa harus mendapatkan penghargaan apabila mereka melakukan tindakan konformitas dengan lingkungannya. Apabila siswa mendapat respon positif atas perilaku yang sesuai dengan kelompoknya maka derajat konformitas akan semakin tinggi. Karena adanya kebutuhan siswa untuk diterima oleh kelompoknya, maka akan timbul perasaan takut di tolak, di kucilkan, dan mendapat hukuman dari anggota kelompoknya jika siswa melakukan perilaku yang berbeda dengan kelompoknya.
(40)
15 Faktor kedua adalah Self esteem. Ketika individu meyakini bahwa ia tidak berguna, self esteemnya akan cenderung menurun. Beberapa siswa menjadi berharga dengan menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, sedangkan yang lain menjadi berharga dengan bertindak sesuai keinginannya sendiri. Ketika siswa meyakini bahwa ia lebih berharga jika ia mengikuti perilaku teman sebayanya, maka derajat konformitas siswa ini akan tinggi. Namun sebaliknya jika siswa merasa lebih berharga jika ia tidak mengikuti perilaku teman sebayanya, maka derajat konformitas akan rendah. Misalnya pada saat siswa diajak oleh kelompoknya untuk berkelahi melawan kelompok lain, jika siswa merasa lebih berharga jika ia ikut berkelahi membela kelompoknya, maka self esteem nya akan meningkat sehingga derajat konformitasnya juga akan tinggi.
Faktor yang ketiga adalah berusaha untuk disayangi dengan mendapatkan persetujuan dari orang lain. Hal ini merupakan suatu teknik mempengaruhi kelompok agar dipandang baik, mendapat perhatian dan disukai oleh kelompoknya. Konformitas akan tinggi apabila siswa tersebut selalu berusaha menyenangkan anggota kelompoknya tanpa mempedulikan perasaannya, dan sebaliknya konfomitas rendah apabila siswa hanya kurang mempedulikan perasaan kelompoknya. Siswa SMU “X” yang berada dalam tahap remaja akhir diharapkan sudah dapat mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat persetujuan dari teman sebayanya. Salah satu keputusan yang positif adalah tidak ikut menjadi merokok walaupun kelompoknya merupakan perokok.
Faktor keempat yang mempengaruhi konformitas adalah attraction, dimana siswa memilih kelompok acuannya berdasarkan orang-orang yang ia sukai
(41)
16 atau terdiri dari orang-orang dimana ia berharap untuk menjadi anggota kelompok tersebut. Apabila siswa dapat menjadi anggota kelompok yang disukainya maka derajat konformitas akan semakin tinggi, dan siswa akan senang dan bangga menjadi anggota kelompok tersebut. Sebaliknya siswa akan melakukan konformitas yang rendah terhadap kelompok yang tidak disukainya.
(42)
17 Faktor-faktor yang mempengaruhi
konformitas : - Reinforcement - Self esteem
- Berusaha untuk disayangi - Attraction
SKEMA KERANGKA PIKIR :
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
SMU “X” Konformitas
Tinggi
Rendah
Aspek-aspek konformitas : 1. Social comparison 2. Attribution
3. The value of Independence 4. Social support
(43)
18
1.6Asumsi
1. Remaja memiliki derajat konformitas yang berbeda-beda
2. Derajat konformitas yang berbeda ini akan menunjukkan perilaku yang berbeda sesuai dengan kebutuhan remaja untuk menyeragamkan perilakuknya dengan kelompok teman sebaya
(44)
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki derajat konformitas rendah sebanyak 78%
2. Sebanyak 75% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki social comparison yang rendah pula, sebanyak 76% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki attribution yang rendah, sebanyak 75% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki the value of independence tinggi, dan sebanyak 57% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki social support yang rendah
3. Sebanyak 78% siswa yang memiliki derajat konformitas rendah tidak dipengaruhi oleh faktor reinforcement untuk berperilaku, sebanyak 76% Siswa yang memiliki derajat konformitas yang rendah, tidak dipengaruhi oleh faktor self esteem, dan siswa yang memiliki derajat konformitas rendah sebanyak 66% tidak dipengaruhi oleh faktor berusaha untuk di sayangi,
4. Siswa yang memiliki derajat konformitas rendah sebanyak 57% memiliki attraction yang tinggi.
5. Siswa perempuan kelas 2 dan 3 di SMU “X” lebih mudah melakukan perilaku konformitas dibandingkan dengan siswa laki-laki. Sebanyak 80%
(45)
48 siswa laki-laki memiliki derajat konformitas rendah, sedangkan 76% perempuan memiliki derajat konformitas rendah.
5.2. SARAN
5.2.1 Saran Teoritis
1. Bagi peneliti bidang psikologi sosial disarankan untuk lebih meneliti mengenai kontribusi faktor attraction dalam mempengaruhi derajat konformitas siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”.
5.2.1 Saran Praktis
1. Bagi siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”, Sukabumi yang memiliki derajat konformitas rendah, disarankan agar diberikan informasi tentang perilaku sosial dalam kelompok terutama untuk memahami bagaimana berinteraksi dalam kelompok dengan memahami aspek-aspek dalam konformitas. 2. Bagi pihak sekolah, disarankan agar memberikan pembinaan bagi siswa
yang memiliki derajat konformitas tinggi, sehingga siswa lebih berani untuk mengambil keputusan dan perilaku siswa tidak terlalu dipengaruhi oleh kelompoknya.
3. Bagi siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”, Sukabumi disarankan agar siswa mengarahkan derajat konformitas yang tinggi lebih ke hal-hal yang positif.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. Social Psychology, 2nd edition. Boston: Allyn & Bacon
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo
Gunarsa, S. D. 1989. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia
Santrock, John.W. Adolesence, 6th edition. Jakarta : Grasindo
Santrock, John.W. Life span development, 9th edition. Amerika Serikat : Mc Graw Hill Company
(1)
16 atau terdiri dari orang-orang dimana ia berharap untuk menjadi anggota kelompok tersebut. Apabila siswa dapat menjadi anggota kelompok yang disukainya maka derajat konformitas akan semakin tinggi, dan siswa akan senang dan bangga menjadi anggota kelompok tersebut. Sebaliknya siswa akan melakukan konformitas yang rendah terhadap kelompok yang tidak disukainya.
(2)
17 Faktor-faktor yang mempengaruhi
konformitas : - Reinforcement - Self esteem
- Berusaha untuk disayangi - Attraction
SKEMA KERANGKA PIKIR :
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
SMU “X” Konformitas
Tinggi
Rendah
Aspek-aspek konformitas : 1. Social comparison 2. Attribution
3. The value of Independence 4. Social support
(3)
18 1.6Asumsi
1. Remaja memiliki derajat konformitas yang berbeda-beda
2. Derajat konformitas yang berbeda ini akan menunjukkan perilaku yang berbeda sesuai dengan kebutuhan remaja untuk menyeragamkan perilakuknya dengan kelompok teman sebaya
(4)
47 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki derajat konformitas rendah sebanyak 78%
2. Sebanyak 75% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki social comparison yang rendah pula, sebanyak 76% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki attribution yang rendah, sebanyak 75% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki the value of independence tinggi, dan sebanyak 57% siswa memiliki derajat konformitas rendah memiliki social support yang rendah
3. Sebanyak 78% siswa yang memiliki derajat konformitas rendah tidak dipengaruhi oleh faktor reinforcement untuk berperilaku, sebanyak 76% Siswa yang memiliki derajat konformitas yang rendah, tidak dipengaruhi oleh faktor self esteem, dan siswa yang memiliki derajat konformitas rendah sebanyak 66% tidak dipengaruhi oleh faktor berusaha untuk di sayangi,
4. Siswa yang memiliki derajat konformitas rendah sebanyak 57% memiliki attraction yang tinggi.
5. Siswa perempuan kelas 2 dan 3 di SMU “X” lebih mudah melakukan perilaku konformitas dibandingkan dengan siswa laki-laki. Sebanyak 80%
(5)
48 siswa laki-laki memiliki derajat konformitas rendah, sedangkan 76% perempuan memiliki derajat konformitas rendah.
5.2. SARAN
5.2.1 Saran Teoritis
1. Bagi peneliti bidang psikologi sosial disarankan untuk lebih meneliti mengenai kontribusi faktor attraction dalam mempengaruhi derajat
konformitas siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”. 5.2.1 Saran Praktis
1. Bagi siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”, Sukabumi yang memiliki derajat konformitas rendah, disarankan agar diberikan informasi tentang perilaku sosial dalam kelompok terutama untuk memahami bagaimana berinteraksi dalam kelompok dengan memahami aspek-aspek dalam konformitas. 2. Bagi pihak sekolah, disarankan agar memberikan pembinaan bagi siswa
yang memiliki derajat konformitas tinggi, sehingga siswa lebih berani untuk mengambil keputusan dan perilaku siswa tidak terlalu dipengaruhi oleh kelompoknya.
3. Bagi siswa kelas 2 dan 3 di SMU “X”, Sukabumi disarankan agar siswa mengarahkan derajat konformitas yang tinggi lebih ke hal-hal yang positif.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. Social Psychology, 2nd edition. Boston: Allyn & Bacon
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo
Gunarsa, S. D. 1989. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia
Santrock, John.W. Adolesence, 6th edition. Jakarta : Grasindo
Santrock, John.W. Life span development, 9th edition. Amerika Serikat : Mc Graw Hill Company