TINJAUAN HUKUM PENGGUNAAN MULTI AKAD DAN PENGHITUNGAN BIAYA SEWA PENYIMPANAN (IJARAH) DALAM TRANSAKSI GADAI (RAHN) DI PEGADAIAN SYARIAH MENURUT KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN FATWA DSN MUI.
TINJAUAN HUKUM PENGGUNAAN MULTI AKAD DAN PENGHITUNGAN
BIAYA SEWA PENYIMPANAN (IJARAH) DALAM TRANSAKSI GADAI (RAHN)
DI PEGADAIAN SYARIAH MENURUT PERMA NO. 2 TAHUN 2008 TENTANG
KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA NO. 25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG
RAHN
Yoga Arief Setiawan
110110090068
ABSTRAK
Penggunaan multi akad dan penghitungan biaya sewa penyimpanan
(ijarah) yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah menimbulkan keraguan mengenai
kesyariahan dari akad gadai syariah tersebut. Keraguan tersebut timbul karena
terdapat ketentuan dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN MUI
yang dilanggar. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai
pengaturan dalam praktik penggunaan multi akad dalam akad gadai syariah yang
dilakukan oleh Pegadaian Syariah dihubungkan dengan Perma No. 2 Tahun 2008
tetang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah serta untuk mendapatkan kepastian
mengenai akibat hukum dari Penghitungan Biaya Sewa Penyimpanan (ijarah)
dalam akad gadai yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah dihubungkan dengan
Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan
metode pendekatan yuridis normatif melalui peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dikaitkan teori-teori hukum dan diperkuat dengan studi kepustakaan untuk
memperoleh data sekunder berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh untuk penulisan skripsi kemudian
dianalisis secara yuridis kualitatif yaitu baik hasil penelitian kepustakaan maupun
lapangan diuraikan secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akad gadai syariah yang dilakukan
di Pegadaian Syariah tidak sah sesuai dengan ketentuan pasal 26 KHES yang
menyatakan bahwa akad tidak sah apabila bertentangan dengan salah satunya
syariat Islam. Hal tersebut dikarenakan dalam transaksi gadai yang dilakukan
tidak sesuai dengan salah satu hadist Nabi dan terdapat penggabungan akadakad yang bertentangan sifatnya yang mengubah akad tabarru’ menjadi tijaroh,
sehingga bertentangan dengan syariat Islam. Selain itu penghitungan biaya sewa
penyimpanan (ijarah) yang dilakukan bertentangan dengan Fatwa DSN MUI yang
mengatur tentang rahn sehingga tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
iv
BIAYA SEWA PENYIMPANAN (IJARAH) DALAM TRANSAKSI GADAI (RAHN)
DI PEGADAIAN SYARIAH MENURUT PERMA NO. 2 TAHUN 2008 TENTANG
KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA NO. 25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG
RAHN
Yoga Arief Setiawan
110110090068
ABSTRAK
Penggunaan multi akad dan penghitungan biaya sewa penyimpanan
(ijarah) yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah menimbulkan keraguan mengenai
kesyariahan dari akad gadai syariah tersebut. Keraguan tersebut timbul karena
terdapat ketentuan dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fatwa DSN MUI
yang dilanggar. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai
pengaturan dalam praktik penggunaan multi akad dalam akad gadai syariah yang
dilakukan oleh Pegadaian Syariah dihubungkan dengan Perma No. 2 Tahun 2008
tetang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah serta untuk mendapatkan kepastian
mengenai akibat hukum dari Penghitungan Biaya Sewa Penyimpanan (ijarah)
dalam akad gadai yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah dihubungkan dengan
Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan
metode pendekatan yuridis normatif melalui peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dikaitkan teori-teori hukum dan diperkuat dengan studi kepustakaan untuk
memperoleh data sekunder berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh untuk penulisan skripsi kemudian
dianalisis secara yuridis kualitatif yaitu baik hasil penelitian kepustakaan maupun
lapangan diuraikan secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akad gadai syariah yang dilakukan
di Pegadaian Syariah tidak sah sesuai dengan ketentuan pasal 26 KHES yang
menyatakan bahwa akad tidak sah apabila bertentangan dengan salah satunya
syariat Islam. Hal tersebut dikarenakan dalam transaksi gadai yang dilakukan
tidak sesuai dengan salah satu hadist Nabi dan terdapat penggabungan akadakad yang bertentangan sifatnya yang mengubah akad tabarru’ menjadi tijaroh,
sehingga bertentangan dengan syariat Islam. Selain itu penghitungan biaya sewa
penyimpanan (ijarah) yang dilakukan bertentangan dengan Fatwa DSN MUI yang
mengatur tentang rahn sehingga tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
iv