ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS KABUT ASAP RIAU.

DAFTAR ISI
PERNYATAAN…………………………………………………………………… …..
ABSTRAK……………………………………………………………………………...
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………...

i
ii
iii
vi
viii
ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian………………………………………………………….
1.2. Pertanyaan Penelitian………………………………………………………………
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………..
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………
1.4.1. Manfaat Teoretis……………………………………………………………

1.4.2. Manfaat Praktis……………………………………………………………..
1.5. Struktur Organisasi Tesis…………………………………………………………..

1
3
4
4
4
5
5

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pragmatik………………………………………………………………
2.2. Tindak Tutur……………………………………………………………………….
2.3. Tindak Tutur Permintaan Maaf……………………………………………………
2.4. Permintaan Maaf Politik…………………………………………………………...
2.5. Ciri-ciri Linguistik Tindak Tutur Permintaan Maaf……………………………….
2.6. Strategi Permintaan Maaf………………………………………………………….
2.7. Kesantunan Berbahasa……………………………………………………………..
2.6.1. Kesantunan Brown&Levinson……………………………………………….

2.6.2. Kesantunan Geoffrey Leech………………………………………………....
2.6.3. Kesantunan E. Aminudin Aziz………………………………………………
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Tuturan Permintaan Maaf…………
2.9. Komunikasi Lintas Budaya……………………………………………………….
2.10. Penelitian Sebelumnya…………………………………………………………….

6
7
10
13
14
15
18
20
21
23
24
26
27


BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Permasalahan Penelitian……………………………………………………………
3.2. Jenis Penelitian……………………………………………………………………..
3.3. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………
3.4. Teknik Analisis Data……………………………………………………………….

32
33
33
34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data……………………………………………………………………..
4.2. Hasil Analisis dan Pembahasan……………………………………………………
4.2.1.Ciri-Ciri Linguistik Tindak Tutur Permintaan Maaf………………………..
4.2.2.Strategi Permintaan Maaf……………………………………………………
4.2.3.Realisasi Kesantunan Tindak Tutur Permintaan Maaf………………………

39
43

43
52
63

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS KABUT
ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Tuturan Permintan Maaf ……

70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………………….
5.2. Saran……………………………………………………………………………...

73
75


DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………

76
80

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS KABUT
ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab kesatu dari lima bab penulisan tesis ini akan dimulai dengan
pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan. Berikut ini adalah uraiannya.

1.1.Latar Belakang

Pada tahun 2013, berbagai media di Indonesia gencar mengabarkan tentang
kasus kabut asap yang terjadi di hutan Riau. Salah satu media online yakni
tempo.co memberitakan bahwa kabut asap tersebut dianggap terburuk dalam lima
tahun terakhir. Tidak hanya masyarakat Indonesia saja yang terkena dampak kabut
asap tersebut tetapi juga sampai ke negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia.
Kedua negara tersebut melayangkan protes kepada pemerintah Indonesia terkait
kerugian yang dialami akibat kabut asap hutan Riau. Hal inilah yang kemudian
menjadi sorotan dari berbagai pihak dan juga menjadi perhatian dari pemerintah
Indonesia sehingga Presiden SBY – Presiden Republik Indonesia pada saat itu akhirnya meminta maaf kepada pihak Singapura dan Malaysia.
Permintaan maaf mantan Presiden SBY disampaikan dalam konferensi pers
diadakan di Istana Presiden, Jakarta pada senin 24 Juni 2013. Beragam tanggapan
bermunculan baik dari media dan masyarakat Indonesia maupun media dan
masyarakat Singapura dan juga Malaysia. Tanggapan tersebut berupa tanggapan
yang pro dan kontra. Tanggapan yang pro dari permintaan maaf yang dilontarkan
Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh mantan Presiden SBY dapat dipahami bahwa permintaan maaf itu

memunculkan maksud adanya itikad baik dari pihak Indonesia untuk segera
mencari solusi dari permasalahan asap riau. Adapun respon yang kontra terhadap
permintaan maaf mantan Presiden SBY kepada Negara menunjukkan bahwa
rakyat Indonesia mempunyai penilaian yang tidak sejalan dengan penilaian SBY.
Rakyat Indonesia lebih memandang bahwa kesalahan tersebut atau munculnya
permasalahan tersebut tidak murni kesalahan Indonesia menyangkut adanya
oknum-oknum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa meskipun seorang presiden
memiliki kekuasan dan pengaruh tetapi tidak menjamin akan mendapatkan
tanggapan positif terkait permintaan maaf tersebut.
Permintaan maaf presiden dipandang sebagai fenomena bahasa karena hal
tersebut sesuai dengan beberapa fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi, alat
untuk untuk mengungkapkan perasaan, pengalaman dan bertukar pikiran sehingga
bisa memahami satu sama lain. Di dalam kajian bahasa tepatnya di dalam kajian
pragmatic, permintaan maaf dikaji di dalam teori tindak tutur. Beberapa penelitian
lain terkait tindak tutur permintaan maaf telah diteliti oleh beberapa peneliti
(Hatfield & Won Hahn, 2011; Kimoga, 2010; Kim, 2007; Nureddeen, 2007). Pada
penelitian dengan judul What Korean Apologies Require of Politeness Theory,
Hatfield & Won Hahn membahas tentang bentuk dan strategi permintaan maaf
pada bahasa Korea dan alasan penggunaannya. Model kesantunan yang digunakan
bukan dari Brown & Levinson yang berdasarkan tingkat FTA tetapi model

kesantunan berupa harapan berperilaku dalam suatu hubungan sosial, yang mana
sebagian menyerupai gagasan wajah positif dan negatif sedangkan sebagian lain

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih mengacu pada peranan budaya spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lazim.
Penelitian lainnya dari Kimoga dengan judul Remorsless Apology: Analyzing a
Political Letter membahas dan mengungkap makna tersembunyi dan implikasi
bahasa pada pernyataan politis Presiden Uganda kepada Kepala Peradilan
Pengadilan Tinggi. Ungkapan permintaan maaf politis disampaikan untuk
menurunkan posisi ataupun kekuatan Yudisial dan sebaliknya menonjolkan
kekuatan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran
pembaca terhadap penggunaan bahasa yang digunakan dalam permintaan maaf
politis agar bisa mengetahui dan memastikan apakah permintaan maaf politis itu
tulus ataukah sebaliknya. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti
permintaan maaf yang terinspirasi dari beberapa penelitian sebelumnya yang telah
disebutkan di atas dan khususnya dari penelitian Kimoga (2010) yang berjudul

Remorsless Apology: Analyzing a Political Letter. Oleh karena itu penulis
mengambil tuturan pada pidato permintaan maaf mantan Presiden SBY terkait
kasus kabut asap Riau sebagai objek penelitian ini.

1.2.Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa ciri-ciri linguistik tindak tutur meminta maaf dalam pidato
permintaan maaf SBY terkait kasus asap Riau?
2. Strategi

permintaan

maaf

apa

yang

digunakan


SBY

dalam

merealisasikan tuturan meminta maaf dalam pidatonya terkait kasus
asap Riau?

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana realisasi kesantunan tindak tutur permintaan maaf SBY
dalam pidatonya terkait kasus asap Riau?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi tuturan meminta
maaf SBY dalam pidatonya terkait kasus asap Riau?

1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkap:
1. Ciri-ciri linguistik tindak tutur meminta maaf dalam pidato permintaan

maaf SBY terkait kasus asap Riau?
2. Strategi permintaan maaf yang digunakan SBY dalam merealisasikan
tuturan meminta maaf dalam pidatonya terkait kasus asap Riau?
3. Realisasi kesantunan tindak tutur permintaan maaf SBY dalam
pidatonya terkait kasus asap Riau?
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi tuturan meminta maaf
SBY dalam pidatonya terkait kasus asap Riau?

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoretis sebagai
berikut:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan informasi mengenai teori
pragmatik mengenai tindak tutur.
2. Sebagai penguatan teori linguistik mengenai kesantunan berbahasa

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4.2. Manfaat praktis
Manfaat secara praktis yang bisa diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai
referensi untuk peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji tindak tutur dan juga
kesantunan berbahasa sertamemberikan bukti empiris kepada masyarakat bahwa
kesantunan bahasa merupakan sesuatu yang melekat dalam komunikasi.

1.5.Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini terdiri dari 5 bab.
Bab 1, Pendahuluan yang terbagi atas 9 bagian yaitu Latar Belakang Masalah,
Pertanyaan

Peneltian,

Tujuan

Penelitian,

Manfaat

Penelitian,

Definisi

Operasional, dan Sistematika Penulisan.
Bab 2, Landasan teoretis yang mencakup pengertian Pragmatik, Tindak Tutur,
Tindak Tutur Ekspressif Permintaan Maaf, Permintaan Maaf Politik, Strategi
Permintaan Maaf, Kesantunan, dan beberapa penelitian sebelumnya.
Bab 3, Metodologi penelitian yang terdiri dari Metode Penelitian, Sumber Data
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.
Bab 4, Analisis dan Pembahasan
Bab 5, Simpulan dan Saran

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab kelima ini berisi simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis
dan pembahasan sebelumnya. Berikut ini adalah uraiannya.

5.1. Simpulan
Penelitian ini terfokus pada realisasi tuturan meminta maaf pada pidato
mantan Presiden SBY terkait bencana asap Riau. Beberapa permasalahan pada
penelitian ini yaitu mengenai ciri-ciri linguistik, strategi permintaan maaf,
realisasi kesantunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi tuturan.
Simpulan pertama mengenai ciri-ciri linguistik tuturan permintaan maaf
dalam pidato mantan Presiden SBY terkait bencana asap Riau. Ciri-ciri linguistik
permintaan

maaf

pada

umumnya

ditandai

dengan

klausa-klausa

yang

menunjukkan penyesalan, pengakuan pertanggungjawaban dan juga yang
memenuhi harapan sosial.
Simpulan kedua pada penelitian ini mengacu pada penggunaan strategi
permintaan maaf dalam pidato mantan Presiden SBY terkait bencana asap Riau.
Dalam mengungkapkan permintaan maafnya, penutur memakai satu strategi atau
lebih, bisa yang bersifat langsung atau eksplisit dan juga yang bersifat tidak
langsung atau implisit. Dari beberapa strategi permintaan maaf yang
teridentifikasi dari data, strategi permintaan maaf dengan menyalahkan pihak lain
menjadi strategi yang banyak dipakai oleh penutur. Hal tersebut menyiratkan
Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa penutur memiliki keyakinan masalah asap yang terjadi tersebut bukan
disebabkan oleh tindakan yang disengaja. Pertama, karena berdasarkan data di
lapangan bahwa pihak-pihak yang disebut lalai tersebut selain memang terdiri atas
perusahaan Indonesia namun sebagian besar merupakan perusahaan asing
termasuk Malaysia. Kedua, faktor alam mempengaruhi pergerakan asap sehingga
tidak bisa dicegah.
Simpulan ketiga terkait realisasi kesantunan tuturan permintaan maaf.
Penutur memakai Strategi Kesantunan Positif (Brown&Levinson, 1978), Prinsip
Kesantunan (Leech, 1983) dan Prinsip Saling Tenggang Rasa (Aziz, 2010).
Tindak tutur permintaan maaf akan menjadi tindakan yang mengancam wajah
mitra tutur apabila penutur tidak mengindahkan wajah positif mitra tutur. Maka
dari itu untuk mengurangi keterancaman wajah diperlukan kesantunan berbahasa
dengan strategi kesantunan positif. Begitu pula sebuah interaksi komunikasi dapat
dikatakan santun apabila memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan dari Leech.
Namun mengingat tuturan-tuturan pidato pada penelitian ini dituturkan oleh
penutur yang lekat dengan budaya timur, maka Prinsip Saling Tenggang Rasa
dirasa lebih komprehensif untuk diterapkan pada penelitian ini.
Kemudian simpulan terakhir pada penelitian ini berupa faktor-faktor yang
mempengaruhi realisasi tuturan permintaan maaf. Terdapat sejumlah faktor yang
berpengaruh pada pemilihan strategi permintaan maaf. Namun ada dua faktor
yang lebih signifikan yaitu tingkat pelanggaran/kerugian dan status pihak yang
dirugikan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kesantunan yaitu
variabel sosial seperti kuasa relatif, jarak sosial dan tingkat imposisi.

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2. Saran
Penulis menyadari bahwa penelitian ini banyak memiliki keterbatasan.
Supaya penelitian selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini dapat lebih
komprehensif, kiranya disarankan supaya penulis lain yang tertarik pada kajian
tindak tutur dapat mendeskripsikan dan mengeksplorasikan tidak hanya satu
pidato permintaan maaf tetapi lebih diperbanyak lagi jumlahnya dan tentunya
kemungkinan akan menjadi lebih menarik dengan mengambil pidato dari
beberapa pemimpin negara di dunia. Dengan membandingkan realisasi tuturan
meminta maaf sejumlah pemimpin negara, pengetahuan budaya yang menjadi ciri
khas pada masing-masing negara akan diperoleh.

Erma Istiqomah, 2015
ANALISIS PRAGMATIK UNTUK TUTURAN PERMINTAAN MAAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM
KASUS KABUT ASAP RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu