KREDIBILITAS AKUMASSA DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI MENGENAI ISU LOKAL DI SURABAYA.

KREDIBILITAS AKUMASSA DALAM MENYAMPAIKAN
INFORMASI MENGENAI ISU LOKAL DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN “Veteran”
J awa Timur

oleh :
ADITYA ADINEGORO
NPM. 0643010222

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI
KREDIBILITAS AKUMASSA DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI
MENGENAI ISU LOKAL DI SURABAYA

Disusun Oleh :
Aditya Adinegoro
NPM. 0643010222
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 13 J uni 2012
PEMBIMBING

TIM PENGUJ I :.
1. Ketua

Dra. Dyva Clar etta, MSi
NPT. 366019400251

Ir . H. Didiek Tranggono, MSi

NIP. 195812251990011001
2. Seker tar is

Dr a. Her lina Suksmawati, MSi
NIP. 196412251993092001
3. Anggota

Dr a. Dyva Claretta, MSi
NPT. 366019400251
Mengetahui,
DEKAN

Dr a. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NPT.195507181983022001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

KREDIBILITAS AKUMASSA DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI
MENGENAI ISU LOKAL DI SURABAYA

Disusun Oleh :
ADITYA ADINEGORO
NPM : 0643010222

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing

Dra. Dyva Claretta, Msi
NPT: 3 6601 94 0025 1

Mengetahui,

DEK AN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si
NPT: 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

ABSTRAK
ADITYA
ADINEGORO,
KREDIBILITAS
AKUMASSA
DALAM
MENYAMPAIKAN INFORMASI MENGENAI ISU LOKAL DI
SURABAYA
Penelitian ini didasarkan pada kerja partisipatif jurnalisme warga dari
berbagai komunitas di Indonesia yang terhubung satu sama lain, dalam

menyampaikan informasi lokal yang terjadi di daerah mereka masing-masing.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada lingkup pemberian informasi
tentang isu lokal di Surabaya.
Metode yang digunakan untuk mengetahui kredibilitas yang dimiliki
adalah wawancara mendalam yang termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif,
dengan menggunakan informan para pembaca Akumassa di Surabaya. Disini
peneliti menggunakan teori krediblitas dalam berkomunikasi dari Sasa Duarsa
Sendjaja dan Onong U. Effendy.
Hasil dari penelitian ini, menurut peneliti adalah, kredibilitas yang dimiliki
oleh Akumassa dalam menyampaikan informasi lokal tentang Surabaya,
mempunyai hasil yang positif di mata para pembacanya di Surabaya.
Kata kunci : Kredibilitas, Jurnalisme Warga, Isu Lokal, Media Online,
Akumassa
ABSTRACT
ADITYA ADINEGORO, THE CREDIBILITY OF AKUMASSA IN ORDER
TO GIVE THE INFORMATION ABOUT LOCAL ISSUE IN SURABAYA
This research is based on participatory works of citizen journalism from
numerous community in Indonesia which is linked together, in order to share
about local information which is happened in their each regions. In this research,
the writer had focusing to the section of giving information about local issue in

Surabaya.
The method used to determine the credibility, are the in-depth interview
method, which is included in qualitative descriptive study. Which are using the
informant of the Akumassa’s readers in Surabaya. Here, the writer using the theory of
credibility in communication by Sasa Duarsa Sendjaja and Onong U. Effendy.
Result of this study, in writer opinion is, the credibility of Akumassa is
having a positive way from their readers in Surabaya.
Keywor d : Credibility, Citizen Journalism, Local Issue, Online Media, Akumassa

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis tujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
ijin dan karuniaNya, penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan penelitian
yang berjudul “KREDIBILITAS AKUMASSA DALAM MENYAMPAIKAN
INFORMASI MENGENAI ISU LOKAL DI SURABAYA”. Tujuan penulis
meneliti sejauh mana kredibilitas Akumassa dalam menyampaikan informasi

mengenai isu lokal di Surabaya.
Selama

melakukan

penulisan

penelitian

ini,

tak

lupa

penulis

menyampaikan rasa terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:

1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga
penulis mendapatkan kemudahan selama proses penyusunan laporan.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Saifuddin Zuhri. Msi. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
5. Ibu Dra. Dyva Clareta, Msi. sebagai dosen pembimbing yang banyak
membantu dan memberikan dukungan penuh atas penyusunan laporan ini.
6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
dorongan dalam menyelesaikan laporan praktek magang ini.
Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

a. Bapak, Ibu dan kakakku, yang telah memberikan dorongan, semangat, dan
pengertiannya bagi penulis baik secara moril dan materiil.

b. Sahabat-sahabat terbaik dari Kinetik yang tak pernah berhenti berjuang
(Yoyo, Yanche, Rombs, Fibri, Eko, Sigit, Amak, Juve, Pijar, Jaya, Soni,
Marko).
c. Sahabat seperjuangan dalam menempuh skripsi: Panji ”Ses”, Wahyu Piloto,
Wahyu ”Umbel”, Tito, Maul, Joko, Nizwan ”Baweh”, Yopie, Agung
”Bendoel”, Pijar, Dory, Ratih, Momo, Rio, Benny dsb.
d. Bantuan yang tak terlupakan dari Jakarta oleh Mere.
e. Seluruh teman-teman kampus dari segala lini (Kinne Komunikasi, X-Phose,
AK Radio, UPN TV, dan juga rekan-rekan tercinta dari Himakruk).
f. Seluruh teman-teman seperjuangan dari berbagai kampus yang bersamasama menempuh skripsi dan tugas akhir (Ryan Ka. dari Unesa, Otis dan
Bintang dari ITS, Nia dari Unair, Mirna dari Ubaya dsb.)
g. Seluruh teman-teman komunitas di Surabaya yang memberikan dukungan
moril kepada penulis. (Eri, Yogie, Zaldi, Farris, Tebo, Tinta, Kat, Andrew,
Ari K., Benny Wicaksono, Jajang, Gunte, dsb.)
h. Serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Kalian
adalah yang terbaik.
.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Surabaya, Mei 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

...................................................................................... iv

...................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
ABSTRAKSI ............................................................................................................. xi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

............................................................................. 1

1.2.

Masalah Pokok ............................................................................................. 12

1.3.

Tujuan Penelitian ......................................................................................... 13

1.4.

Kegunaan Penelitian .................................................................................... 13

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1.

Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 14
2.2.1. Media Online ..................................................................................... 14
2.2.2. Karakteristik Jurnalisme Warga ........................................................ 17
2.2.3. Isu Lokal ............................................................................................. 23
2.2.4. Pengertian Kredibilitas ........................................................................ 25

2.2.

Kerangka Berfikir .......................................................................................... 29

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Pendekatan Penelitian ................................................................................... 31

3.2.

Definisi Operasional ...................................................................................... 31

3.3.

Penentuan Informan ...................................................................................... 36

3.4.

Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 36

3.5.

Tahap-Tahap Penelitian ................................................................................. 38

3.6.

Alat Bantu Pengumpulan Data ..................................................................... 39

3.7.

Keabsahan dan Keajegan Penelitian .............................................................. 40

3.8.

Teknis Analisis Data ...................................................................................... 43

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 46
4.1.1. Kredibilitas Media Online Akumassa Dalam Menyampaikan Informasi
Mengenai Isu Lokal di Surabaya ......................................................... 46

4.2.

Identitas Informan .......................................................................................... 49

4.3.

Penyajian Data ............................................................................................... 51
4.3.1. Tanggapan Pembaca Media Online Akumassa Terhadap Kredibilitas
Media Online Akumassa Dalam Menyampaikan Informasi Mengenai
Isu Lokal di Surabaya .......................................................................... 51

4.4.

Analisis Data .................................................................................................. 60
4.4.1. Tanggapan Pembaca Media Online Akumassa Terhadap Kredibilitas
Media Online Akumassa Dalam Menyampaikan Informasi Mengenai
Isu Lokal di Surabaya .......................................................................... 60

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan .................................................................................................... 73

5.2.

Saran .............................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 ...................................................................................................... 75
2. Lampiran 2 ...................................................................................................... 77
3. Lampiran 3 ...................................................................................................... 80
4. Lampiran 4 ...................................................................................................... 83
5. Lampiran 5 ...................................................................................................... 86
6. Lampiran 6 ...................................................................................................... 89

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Semenjak runtuhnya rezim orde batu pada tahun 1998, Indonesia tengah

memasuki babak selanjutnya, yaitu masa reformasi. Masa yang ditandai dengan
begitu banyak perubahan aspek di segala lini, salah satunya adalah demokratisasi
media dan informasi. Hal ini didasari atas pengalaman selama puluhan tahun dimana
sebagian

besar

pengetahuan

masyarakat

tercerai

berai

oleh

praktik

developmentalisme dan penyeragaman sosial-politik, serta kontrol yang ketat
terhadap media massa oleh pemerintahan orde baru kala itu.
Di masa reformasi ini pula, produksi dan distribusi media, baik yang
komersial maupun non-komersial, semakin membludak. Ini disebabkan karena
semakin mudahnya akses dalam mendapatkan dan menyebarkan informasi. Seperti
yang dipaparkan oleh kelompok KUNCI Cultural Studies & Engage Media melalui
studi risetnya (2009), “Seiring dengan merebaknya tuntutan otonomi dari daerahdaerah, desakan untuk desentralisasi dan demokratisasi informasi juga semakin
menyebar. Seturut dengan meningkatnya akses melalui saluran televisi kabel,
komputer, internet, dan telepon seluler, ditambah lagi dengan semakin ramainya
siaran televisi lokal semakin banyak peristiwa yang termediasi ke dalam kehidupan
orang banyak. Dalam perspektif gerakan sosial, ia dipandang sebagai media yang
berpotensi untuk mendorong partisipasi dan meluaskan agenda perubahan sosial.”
Namun, keterbukaan yang telah melahirkan ‘perayaan’ bermedia dengan
bebas di Indonesia hanya dapat diikuti dan diprakarsai oleh para pemilik modal dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

masih terpusat di kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar
dan lain-lain). Sehingga arus informasi itu, tetap saja masih dikuasai oleh sebagian
kecil lembaga atau perusahaan media dan terpusat di kota-kota besar, yang pada
akhirnya memunculkan ketimpangan produksi dan arus infomasi di tingkat bawah.
Dengan demikian, media arus utama mampu mengontrol informasi yang
sesuai dengan kepentingan media tersebut. Sehingga, kebutuhan masyarakat akan
informasi yang mereka butuhkan kian sulit untuk didapatkan. Media besar justru
memperlebar jarak dengan publik dengan menempatkan mereka sebagai objek
pemberitaan, kemudian hal ini menyebabkan terjadinya hegemoni media dan
anomali informasi dalam iklim bermedia saat ini.
Di sisi lain, dengan semakin pesatnya inovasi di bidang teknologi informasi
dan komunikasi, serta kemudahan dalam mendapatakan aksesnya, semakin
memengaruhi pula kebutuhan masyarakat akan informasi. Tingginya penggunaan
internet dalam setiap tahunnya, merupakan contoh yang dapat dilihat dari kesadaran
masyarakat dalam menggunakan media untuk mendapatkan, memproduksi, serta
mendistribusikan informasi. Sehingga, kini internet mampu dijadikan sebagai salah
satu tawaran alternatif dalam menumbuhkan semangat demokratisasi dalam
bermedia.
Seperti yang dijelaskan oleh David T. Hill (www.library.ohio.edu.net),
“Berbeda dari sumber alternatif sebelumnya (seperti radio gelombang pendek atau
televisi luar negeri), internet benar-benar interaktif. Artinya, orang tidak hanya
"membaca", tapi juga boleh "menulis" di internet. Mereka ikut serta dalam proses
penukaran informasi yang berjalan dua arah, sehingga betul-betul merupakan
"alternatif" dari struktur pemberitaan lain yang hanya memungkinkan arus informasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

satu arah. Di internet, orang bisa dapat langsung mengarang berita, tanpa disaring
dulu oleh perusahaan pers ataupun pemerintah.”
Hal ini turut menggeser minat masyarakat terhadap bentuk jurnaslisme baru,
yaitu jurnalisme online dengan berbasis teknolgi internet, Menurut Pavlik yang
dikutip oleh Septiawan Santana (2005), “Jurnalisme online merupakan jurnalisme
konstektual (contextualized journalism), dikarenakan mampu menggabungkan
kemampuan multimedia digital, interaksi online, dan tata rupa fiturnya.”
Internet mengubah komunikasi dengan beberapa cara fundamental. Media
massa tradisional pada dasarnya menawarkan model komunikasi “satu-untukbanyak”. Sedangkan Internet memberikan model-model tambahan: “banyak-untuksatu” (e-mail ke alamat sentral, atau banyaknya pengguna yang berinteraksi dengan
satu website) dan “banyak-untuk-banyak” (e-mail, milis, dsb.). Internet menawarkan
potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih demokratis dibandingkan
yang ditawarkan oleh media massa sebelumnya. (Severin & Tankard, 2009)
Banyak pihak meramalkan media online dapat mengakhiri kejayaan media
cetak, karena dinilai lebih efisien, aktual, dan mudah diakses di era digital saat ini.
Namun, sejatinya sebuah teknologi yang baru tidak pernah menghilangkan teknologi
yang lama, tetapi mensubstitusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun
menjadi media massa alternatif dan menciptakan khalayak baru. Begitu pula dengan
televisi, walaupun memiliki kekuatan audio visual, tetap saja tidak mengeliminasi
radio yang tetap punya khalayaknya sendiri. Hal ini berlaku pula pada media online,
bahwa kematian media tradisional tak akan terjadi karena berkembangnya media
online.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Septiawan Santana K.
(2005): “Jurnalisme online tidak akan menghapus jurnalisme tradisional, namun
meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi
internet dengan media tradisional.”
Sifat media online yang aktual, global, dan interaktif membuat masyarakat
menjadi tertarik untuk masuk ke dalam cyber world. Dengan sistem hypertext dan
hyperlink yang diterapkan pada internet, penyebaran informasi di media online
menjadi lebih efektif dan cepat dibandingkan media lainnya. Berita tidak lagi diukur
dengan kualitas konten, namun dihadirkan dengan kecepatan dan informasi secara
langsung. Kehadiran cyber world memprakarsai masyarakat untuk memproduksi dan
mendistribusikan informasi secara mandiri. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya
pengguna blog (halaman web yang diupload secara terus-menerus) pribadi dan
komunitas yang diwadahi oleh situs blog seperti; blogspot, wordpess, tumblr, dan
sebagainya.
Sejalan dengan hal tersebut, Roger Fidler (2003) menyatakan, mereka yang
melihat aspek-aspek positif media cyber mengatakan bahwa kendali individu yang
semakin besar atas pilihan dan arus informasi akan menghasilkan lebih banyak warga
negara yang lebih terinformasi dan terlibat.
Hal ini kemudian mengubah konsep dasar jurnalisme yang sebelumnya
diproduksi dan didistribusikan oleh kekuatan modal dan kepentingan institusi besar,
bergeser ke konsep jurnalisme yang dihadirkan oleh masyarakat sendiri. Hal inilah
yang kemudian disebut citizen journalism (jurnalisme warga).
Shayne Bowman dan Chris Willis (2003) menjelaskan, Partisipatory
journalism atau jurnalisme warga merupakan tindakan seorang warga negara, atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

kelompok warga negara, yang memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan,
pelaporan, menganalisis dan menyebarluaskan berita dan informasi. Tujuan dari
partisipasi ini adalah untuk memberikan informasi yang independen, dapat
diandalkan, akurat, luas dan relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh demokrasi.
Partisipasi masyarakat dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi
menjadi salah satu cerminan bahwa demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik,
karena informasi tidak bersumber dari satu saluran atau dari media arus besar yang
memiliki kepentingan komersil saja. Dengan hadirmya partisipasi warga dalam
memproduksi dan mendistribusikan informasi, maka masyarakat bisa melihat sebuah
persoalan dari berbagai perspektif.
Dan Gillmor (2003) berpendapat, “Jurnalisme partisipatif atau jurnalisme
warga adalah bagian besar masa depan informasi kita.”
Teknologi

digital

yang

semakin

berkembang

tentunya

akan

sulit

membendung informasi dari khalayak umum, karena mereka tak ingin hanya menjadi
pengguna teknologi, namun juga memanfaatkannya untuk kepentingan yang lebih
besar, yaitu memproduksi informasi mereka sendiri.
Lebih lanjut Shayne Bowman dan Chris Willis (2003) menjelaskan,
perbedaan paling jelas antara participatory journalism dan jurnalisme tradisional
adalah struktur yang berbeda dan organisasi yang memproduksinya. Media
tradisional diciptakan oleh organisasi hirarki yang dibangun untuk tujuan komersil.
Model bisnis mereka adalah penyiaran dan iklan. Mereka memiliki nilai editorial alur
kerja yang ketat, profitabilitas dan integritas. Sedangkan participatory journalism
dibuat oleh jaringan komunitasyang menghargai nilai-nilai percakapan, kolaborasi
dan egalitarianisme atas profitabilitas.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Berbeda dengan struktur media arus besar yang menerapkan sistem organisasi
dan redaksional yang terukur, struktur redaksional media jurnalisme warga lebih
bersifat horizontal. Hal ini dikarenakan struktur organisasi yang memproduksi media
jurnalisme warga terdiri dari jaringan komunitas yang melakukan kerja kolaboratif
dan bersifat egaliter. Prakarsa masyarakat dalam memproduksi beritanya sendiri,
tanpa kepentingan komersil, menjadi perlawanan secara tidak langsung terhadap
dominasi informasi dari media arus utama (mainstream) yang dikelola untuk
kepentingan komersil (kapital).
Shayne Bowman dan Chris Willis (2003) menjelaskan, “Menurut sebuah
laporan dari Pew Center for Civic Journalism, setidaknya 20 persen dari 1.500 surat
kabar harian Amerika Serikat mempraktekkan beberapa bentuk jurnalisme warga
antara 1994 dan 2001. Hampir semua mengatakan itu memiliki dampak positif pada
masyarakat.”
Fenomena jurnalisme warga yang kian berkembang sedemikian rupa, ternyata
menarik perhatian para pemilik media arus besar untuk menerapkan mekanisme
redaksi yang dilakukan oleh media jurnalisme warga. Media arus besar mulai
menghadirkan rubrik khusus ‘warga’ di dalam redaksionalnya.
Seperti dikatakan Steve Outing (2005), “Jurnalisme warga merupakan salah
satu istilah yang berkembang di bisnis media saat ini. Banyak pemilik media yang
mulai berpikir untuk memberikan ruang untuk jurnalisme warga dalam medianya,
secara perlahan namun terus berkembang.”
Jurnalisme warga yang awalnya berkembang melalui media online, secara
perlahan merambah ke berbagai media massa lainnya. Akhirnya, jurnalisme
wargapun dipertanyakan kaidahnya dalam dunia jurnalistik. Seseorang yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

memiliki blog pribadi dan memproduksi informasi bisa jadi menghiraukan syaratsyarat penulisan yang baik dalam kaidah jurnalistik karena tak ada pengetahuan
tentang hal itu. Di sisi lain, pembaca justru mendapat perspektif dan gaya
penyampaian informasi yang baru melalui hadirnya blog-blog tersebut. Namun,
untuk dapat memandang jurnalisme lewat kacamata jurnalistik, tentunya penulisan
yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut tetap perlu merujuk kepada kaidah
penulisan jurnalistik yang baik.
Shayne Bowman dan Chris Willis (2003) berpendapat, “Perbedaan yang
paling jelas antara jurnalisme warga dengan jurnalisme tradisional terdapat pada
struktur organisasi yang memproduksinya. Media tradisional dibuat oleh organisasi
hirarki yang bertujuan komersil. Sementara itu, jurnalisme warga dibuat oleh
jaringan komunitas yang bernilai percakapan, kolaborasi dan egaliter.”
Peran komunitas merupakan kunci dalam hal ini. Dengan memakai media
yang menggunakan praktik jurnalisme warga secara mandiri, komunitas mampu
menggerakkan wilayah yang selama ini tidak terjangkau oleh media besar. Wilayah
tersebut dapat diartikan sebagai peristiwa, kejadian, maupun isu lokal yang luput dari
pemberitaan media arus utama. Dengan menggunakan media komunitas, suatu
komunitas dapat menyampaikan informasi mengenai segala bentuk informasi dan
pengetahuan yang terdapat di wilayah di mana komunitas itu berada untuk
disampaikan secara meluas.
Praktik yang dilakukan oleh komunitas dalam menggunakan media untuk
menyebarkan informasi, lazimnya bersifat independen dan berdasarkan kebutuhan
serta inisiatif komunitas itu sendiri. Sehingga terbebas dari segala bentuk
kepentingan yang ada di belakangnya. Hal ini menyangkut media komunitas sebagai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

media yang memfokuskan diri pada program dan pelayanan bagi masyarakat dan
melibatkan anggota komunitasnya dalam sistem operasionalnya
Media komunitas tidak tersentral seperti grup media, tetapi bersifat
partisipatif. Perbedaan yang mencolok adalah group media dikendalikan oleh
kepemilikan dan akumulasi modal dan media komunitas dihidupi, dikelola, serta
berorientasi pada kebutuhan basis (individu maupun masyarakat) dalam komunitas.
Media komunitas juga merupakan bentuk perlawanan (ideologi tandingan)
terhadap hegemoni informasi dan komunikasi yang diera reformasi dipraktekkan
oleh koorporasi media. Praktek bermedia yang tersentralisasi pada kepentingan
modal merupakan sasaran perlawanan media komunitas. Perlawanan lainya adalah
kritik terhadap pola pengembangan komunitas yang cenderung top down tanpa
memperhatikan energi dan sumber daya komunitas.
Morissan (2010) menyebutkan, dalam mengemukakan ideologi tandingan,
orang menggunakan sumber daya dan strategi yang sama sebagaimana yang
digunakan kelompok sosial dominan sebagai ‘pemilik’ ideologi dominan, misalnya
melalui media massa. Sejumlah individu akan melakukan tindakan sebagaimana
yang dilakukan kelompok dominan, namun dengan tujuan untuk menentang
dominasi ideologi kelompok dominan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendekatan komunikasi yang
dilakukan oleh media komunitas maupun bentuk jurnalisme warga, adalah
komunikasi partisipatif yang digunakan sebagai alternatif untuk membendung
paradigima dominan (top down) atau dengan kata lain mengedepankan partisispasi
berbasis komunitas dalam proses komunikasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Komunikasi partisispatif setidaknya mampu mengembangkan identitas
kultural, bertindak sebagai wahana ekspresi diri komunitas, menyediakan alat untuk
mendiagnosa masalah, serta memfasilitasi artikulasi problem komunitas.
Prinsip yang khas dari komunikasi partisipatif seperti yang dirilis Asian
Institute of Journalism (1998) adalah:
1. Akses. Diartikan sebagai kesempatan untuk menikmati sistem komunikasi
yang ada dengan memilih dan memperoleh umpan balik
2. Partisipasi.

Partisipasi

mengandung

pengertian

keterlibatan

anggota

komunitas dalam proses pembuatan dan pengelolahan sistem komunikasi
yang ada. Dalam praksisnya keterlibatannya dimulai dari tingkatan
perencanaan, pengambilan keputusan serta produksi.
3. Swakelola atau swadaya. Merupakan partisipasi tingkat lanjut dimana
anggota komunitas mempunyai kekuasaan penuh mulai dari akses, partisipasi
sampai pada pengelolaan komunitas, sistem komunikasi serta kebijakannya.
Dengan demikian, media yang dikelola oleh komunitas juga mempunyai
sistem operasional yang teroganisir, dimana melibatkan komunitas sebagai sumber
daya utamanya. Selain itu, media produksi informasi dan komunikasi ini juga
memiliki peluang yang cukup besar sebagai media yang dikelola oleh masyarakat itu
sendiri untuk memberikan informasi dan pandangan yang dimilikinya atas sejarah
dan peristiwa yang terjadi, baik dalam lingkup terkecil (komunitas) hingga
hubungannya dengan negara.
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti salah satu media online
jurnalisme warga di Indonesia yang berbasis komunitas dan bersifat egaliter, yaitu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Akumassa (www.akumassa.org). Dari amatan awal penulis, Akumassa aktif
mengaplikasikan jurnalisme warga dalam kontennya. Akumassa dibentuk oleh
jaringan komunitas yang berlandaskan kerja kolaborasi serta memiliki kedudukan
yang egaliter antar komunitasnya.
Menurut editor senior Online Journalism Review, J.D. Lasica (www.ojr.org),
terdapat enam klasifikasi media jurnalisme warga, yaitu:
1. Partisipasi audiens (komentar user yang di-attach pada kisah-kisah berita,
blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam
pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
2. Situs berita dan informasi yang independen
3. Situs berita partisipatoris murni
4. Situs media kolaboratif dan kontributoris
5. “Thin media” (mailing list, newsletter e-mail)
6. Situs penyiaran pribadi
Dari keenam klasifikasi tersebut, melalui amatan penulis, Akumassa termasuk
ke dalam empat klasifikasi media jurnalisme warga, yaitu; (1) sebagai media yang
memuat partisipasi audiens; (2) sebagai situs berita dan informasi yang independen;
(3) sebagai situs berita partisipatoris murni; (4) sebagai situs media kolaboratif dan
kontributoris.
Akumassa merupakan bagian dari program pengembangan komunitas di
berbagai daerah di Indonesia. Akumassa digagas oleh Forum Lenteng sebagai sebuah
program pemberdayaan komunitas dengan berbagai media komunikasi, antara lain:
video, teks, dan suara (www.akumassa.org).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Akumassa adalah jurnal online berbasis komunitas yang dikembangkan oleh
Forum Lenteng sejak 2008. Berawal dari alat mekanisme pelaporan aktivitas
program, jurnal ini kemudian berkembang menjadi jurnal yang secara independen
dikelola oleh komunitas; www.akumassa.org.
Hingga saat ini, www.akumassa.org dikelola oleh 10 sub-redaksi yaitu;
Forum Lenteng (Jakarta), Gardu Unik (Cirebon), Anak Seribupulau (Blora),
Saidjahforum (Rangkasbitung), Komunitas Sebumi (Serang), Komunitas Djuanda
(Tangerang Selatan), Komunitas Kinetik (Surabaya), Komunitas Pasir Putih
(Lombok Utara) dan Komunitas Suburbia (Depok-Jawa Barat). Selain itu juga ada
kontributor-kontributor dari berbagai daerah yang tidak menjadi bagian dari Program
akumassa. Mereka berasal dari; Bandung, Bogor, Tangerang, Depok, Indramayu,
Klaten, Malang, Padang, Pamulang, Purworejo, Solo, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
Seluruh kontribusi komunitas dan kontributor dilakukan secara mandiri tanpa
bayaran dan dapat didistribusikan ulang secara gratis atau open source.
(www.akumassa.org)
Sebagai media massa berbasis komunitas yang hadir dengan tujuan memberi
informasi alternatif, penulis menilai Akumassa cukup berpengaruh dalam
masyarakat. Asumsi ini penulis ambil setelah melakukan pengamatan terhadap
jumlah pengunjung harian yang berjumlah sekitar 600-700 orang setiap harinya, dan
jumlah konten lebih dari 500 (mencakup teks, audio dan visual) sejak Desember
2008.
Sebagai media yang menyampaikan informasi kepada masyrakat, tentunya
media tersebut harus memiliki kredibiltas yang baik dalam setiap praktiknya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Kredibilitas dalam menyampaikan informasi, merupakan syarat mutlak sebagai
seorang komunikator dalam menyampaikan pesannya agar dapat diterima secara
efektif oleh komunikannya. Istilah kredibilitas itu sendiri merujuk pada nilai terpadu
dari keahlian dan kelayakan untuk dipercaya dari seorang komunikator.
Seperti yang dijelaskan oleh Sendjaja (1993): “Kredibilitas menunjuk pada
kondisi dimana si sumber dinilai punya pengetahuan, keahlian, atau pengalaman
yang relevan dengan topik yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi
percaya bahwa pesan yang disampaikan itu bersifat objektif.”
Oleh sebab itu, bila dikaitkan dengan penelitian ini, penulis tertarik untuk
meneliti kredibiltas suatu media online yang menggunakan praktik jurnalisme warga,
dimana dalam fokus penelitian ini adalah Akumassa, dalam memproduksi dan
menyampaikan informasi tentang isu lokal melalui di Surabaya.

1.2.

Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jabarkan sebelumnya,

persoalan jurnalisme warga adalah bagian penting dalam dunia jurnalistik. Sebagai
jurnalisme yang mengandalkan komunitas sebagai sumber daya utamanya, perlu
diperhatikan sejauh mana peran dan kredibilitas komunitas dalam melakukan praktik
penyebaran informasinya. Untuk itu penulis merasa perlu melakukan penelitian
mengenai dua poin pertanyaan di bawah ini, yaitu:
1. Sejauh mana kredibilitas yang dimiliki oleh Akumassa dalam menyampaikan
informasi mengenai isu lokal di Surabaya?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2. Sejauh mana tanggapan dari para pembaca mengenai tulisan yang terdapat
pada Akumassa yang berkaitan dengan

informasi tentang isu lokal di

Surabaya?
Berdasarkan

poin-poin

tersebut,

penulis

merangkumnya

dan

menjadikan judul penelitian sebagai berikut:
KREDIBILITAS

AKUMASSA

DALAM

MENYAMPAIKAN

INFORMASI MENGENAI ISU LOKAL DI SURABAYA

1.3.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini penulis tujukan untuk mengetahui sejauh mana penerapan

karakteristik jurnalisme warga, serta kredibilitas Akumassa dalam memproduksi
informasi mengenai isu lokal di Surabaya melalui tanggapan dari para pembaca dan
pengguna Akumassa.

1.4.

Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini penulis harapkan dapat menjadi masukan

bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik.
Secara praktis, hasil penelitian ini penulis harapkan dapat memberi saran dan
kritik bagi kemajuan media alternatif yang berbasis jurnalisme warga dalam
mengedepankan isu lokal sebagai tema utamanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1.

Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian penulis mengenai mengetahui sejauh mana penerapan

karakteristik jurnalisme warga, kemampuan, peran, serta kredibilitas Komunitas
Kinetik dalam memproduksi informasi mengenai isu lokal (Kota Surabaya) melalui
media online Akumassa, berdasarkan tanggapan dari berbagai pihak dan para ahli
yang mempunyai kepedulian mengenai lokalitas di Surabaya, penulis akan
menjelaskan beberapa konsep dan teori yang relevan untuk menjawab permasalahan
penelitian. Berikut konsep yang dapat penulis jelaskan:
2.1.1. Media Online
Media online merupakan perkembangan terkini dari media massa.
Sebelumnya, saluran informasi massa hanya terdiri dari media cetak dan media
elektronik saja. Kehadiran media online memiliki pengaruh yang besar dalam dunia
jurnalistik dan perkembangan jurnalisme baru.
Menurut Paul D. Driscoll (2005), “Sebagai media komunikasi massa terbaru,
media online memiliki kemiripan dengan media cetak.“
Kemiripan media online dengan media tradisional atau media cetak membuat
beberapa kalangan meramalkan bahwa eksistensi media cetak akan segera
tergantikan oleh media online.
Namun, Septiawan Santana K. (2005) berpendapat, “Jurnalisme online tidak
akan menghapus jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya. Dengan
menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional.”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Dari pendapat di atas, ramalan banyak orang mengenai ‘kematian’ jurnalisme
tradisonal atau media cetak tidak akan terjadi. Karena pada dasarnya, media online
hanya meningkatkan intensitas dari gabungan teknologi internet dan media
tradisional.
Media online terdiri dari dua kata, yaitu ‘media’ dan ‘online’. Menurut
www.kamusbahasaindonesia.org, media adalah [n] (1) alat; (2) alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; (3) yg
terletak di antara dua pihak (orang, golongan).
Penulis memahami bahwa media dapat diartikan sebagai sarana yang terletak
di antara dua pihak. Dapat pula diartikan sebagai alat (sarana) komunikasi seperti
Koran, majalah, radio, televisi, film poster dan spanduk. Dalam perkembangannya
media-media ini juga berkembang dengan hadirnya media komunitas (radio
komunitas, koran komunitas, dan sebagainya).
Sedangkan pengertian online merupakan sistem komputerisasi yang saling
terhubung satu sama lain. Sistem ini sebagai kemudahan untuk sebuah transaksi yang
bisa langsung diproses saat itu juga secara otomatis (Dudy Misky, 2005)
Pengertian lain mengenai online juga dipaparkan oleh Priyono Dwi Widodo
(2003), “istilah yang digunakan untuk menyatakan sambungan secara langsung suatu
komputer dengan beberapa komputer dalam jaringan yang disebut internet.”
Berdasarkan dua pengertian di atas penulis memahami online ialah sebuah
istilah untuk menyatakan sistem komputerisasi yang saling terhubung antara satu
komputer dengan lainnya menggunakan jaringan internet.
Menurut Hilf yang dikutip oleh Septiawan Santana K. (2005), “internet
adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karaktesitik dari bentuk-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

bentuk terdahulu. Karena itu, apa yang berubah bukanlah substansinya, melainkan
mode-mode produksi dan perangkatnya.”
Penulis memahami bahwa internet memiliki kekuatan dalam penyebaran
informasi kepada publik. Teknologi internet mengkonvergensikan karakteristik dari
teknologi-teknologi sebelumnya, sehingga media online pun menjadi lebih canggih
dari media-media sebelumnya, yaitu cetak dan elektronik.
Lebih jauh mengenai konvergensi, Septiawan Santana K. (2005) juga
menjelaskan tentang perkembangan internet

dan kaitannya

dengan Teori

Konvergensi, “Teori Konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan
bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap
model media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi, dari
model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet bukanlah suatu pengecualian”.
Walaupun media online merupakan sebuah bentuk perpanjangan dari media
tradisional, namun terdapat beberapa perbedaan antara kedua jenis media ini.
Menurut Rafaeli dan Newhagen yang dikutip oleh Seprtiawan Santana K. (2005) ada
lima perbedaan utama yang ada di antara media online dan media massa tradisional,
yaitu:
1.

Kemampuan internet untuk mengombinasikan sejumlah media

2.

Kurangnya tirani penulis atas pembaca

3.

Tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak

4.

Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung

5.

Interaktifitas web
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa media online lebih

bersifat demokratis dibandingkan media tradisional. Hal ini dikarenakan media

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

online didukung oleh teknologi yang mampu menggabungkan beberapa fungsi media
tradisional dan elektronik. Selain itu, pada media online juga memungkinkan terjadi
komunikasi yang interaktif dan berkesinambungan.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka Akumassa termasuk ke dalam
media online, karena berfungsi sebagai sarana komunikasi dengan sistem
komputerisasi yang saling terhubung satu dengan yang lainnya dalam jaringan yang
disebut internet. Selain itu, akumassa juga mengombinasikan sejumlah media; teks,
audio, dan visual, serta memungkinkan terjadi interaktifitas antara penulis dengan
pembaca, maupun pembaca dengan pembaca.

2.1.2. Karakter istik J ur nalisme Warga
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa teknologi, khususnya internet, telah
membawa jurnalisme ke dalam bentuk baru, yaitu jurnalisme warga atau dikenal juga
dengan citizen journalism, grassroot journalism, dan partisipatory journalism.
Jurnalisme warga terdiri dari dua kata yaitu “jurnalisme” dan “warga”.
Menurut Nurudin (2009) jurnalisme adalah “Kegiatan yang berhubungan dengan
proses mencari, mengolah, dan menyiarkan informasi kepada khalayak dan
disebarkan melalui media massa (cetak dan elektronik).”
Sementara itu Dedy Nur Hidayat (2006) menilai, “Jurnalisme adalah
kartografi modern, ia menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengambil
keputusan tentang kehidupan mereka sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, penulis memahami bahwa jurnalisme atau
kewartawanan dapat dikatakan sebagai ilmu pemetaan yang moderen, karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

berpengaruh

terhadap

pengambilan

keputusan

masyarakat

terkait

dengan

kehidupannya sendiri.
Berdasarkan kedua pendapat mengenai jurnalisme di atas, penulis memahami
bahwa jurnalisme merupakan proses jurnalistik dan kewartawanan yang merupakan
sebuah pemetaan baru dalam kehidupan karena perannya yang penting dan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan masyarakat.
Sedangkan

definisi

warga

menurut

KBBI

Online

(www.kamusbesarbahasaindonesia.org) adalah, “anggota (keluarga, perkumpulan,
dsb)”.
Dari beberapa pendapat mengenai “jurnalisme” dan “warga” tersebut penulis
memahami bahwa jurnalisme warga merupakan kegiatan mencari, mengolah, dan
menyiarkan informasi melalui media massa yang dilakukan oleh anggota masyarakat
dan berperan penting bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.
Nurudin (2009) juga berpendapat mengenai definisi jurnalisme warga yaitu,
“Keterlibatan warga negara dalam memberitakan sesuatu.”
Lebih lanjut, Nurudin (2009) berpendapat, “Citizen journalist menuliskan
pandangannya atas suatu peristiwa karena didorong oleh keinginan untuk membagi
apa yang dilihat dan diketahuinya.”
Dari pendapat Nurudin di atas, penulis memahami bahwa jurnalisme warga
erat kaitannya dengan partisipasi warga negara dalam memberitakan suatu peristiwa
yang didorong oleh keinginannya untuk membagi apa yang ia lihat dan diketahuinya.
Senada dengan pendapat di atas, Shayne Bowman dan Chris Willis (2003),
berpendapat, “Partisipatory journalism atau jurnalisme warga merupakan tindakan
seorang warga negara, atau kelompok warga negara, yang memainkan peran aktif

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

dalam proses pengumpulan, pelaporan, menganalisis dan menyebarluaskan berita
dan informasi. “
Penulis memahami bahwa jurnalisme warga merupakan tindakan seorang
atau kelompok warga negara yang memainkan peran aktif dalam proses jurnalistik,
yaitu pengumpulan, pelaporan, analisa, dan menyebarluaskan berita dan informasi.
Menurut Edward M. Fouhy (www.cpn.org), “Jurnalisme warga adalah
tentang menyediakan berita dan informasi yang dibutuhkan masyarakat untuk
memungkinkan mereka berfungsi sebagai warga negara, untuk membuat keputusan
mereka didengar, serta untuk mencipatakan masyarakat yang demokratis.”
Dari pendapat di atas, penulis memahami bahwa jurnalisme warga menjadi
cara untuk masyarakat menyuarakan pendapatnya dan berperan dalam membuat
keputusan di negara yang menganut sistem demokrasi, termasuk di Indonesia.
Kebebasan menyampaikan informasi tentunya menghadirkan persoalan baru
dalam jurnalisme warga, terutama di media online. Karena teknologi internet sangat
memungkinkan seseorang untuk berbohong atas identitasnya, atau memakai
anonimitas. Hal ini kemudian terkait dengan pertanggungjawaban kebenaran
informasi yang disajikan oleh penulis.
Dan Gillmor (2004) berpendapat mengenai anonimitas dan pentingnya
pencantuman nama penulis dalam jurnalisme warga, “Saya pikir semua pihak harus,
dengan beberapa pengecualian, baiknya bersedia untuk memverifikasi siapa mereka,
agar dapat menanggung risiko jika kontribusi mereka dipertanyakan dan, dalam
beberapa kasus, diabaikan.”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Lebih jauh mengenai akurasi sebuah tulisan jurnalisme warga Dan Gillmor
(2004), berpendapat, “Fakta merupakan salah satu cara agar jurnalisme warga dapat
bertahan di dunia jurnalistik.”
Penulis memahami bahwa tulisan jurnalisme warga yang kredibel dan
memiliki akurasi tinggi ialah yang mengandung fakta. Jika tidak, maka jurnalisme
warga akan sulit diakui sebagai produk jurnalistik dalam bentuk baru.
Menurut Ken Layne, yang dikutip oleh Dan Gillmor (2004), “Ketika ada
banyak jurnalis warga menyimak apa yang orang lain katakan, mereka memiliki cara
untuk mendapatkan kebenaran, atau setidaknya dapat menghindari inkonsistensi
penulis.”
Penulis memahami bahwa untuk melihat fakta yang ada pada sebuah tulisan
jurnalisme warga, maka dapat dilihat dari kutipan pernyataan orang lain yang
dicantumkan penulis dalam tulisannya. Hal ini dapat menambah kepercayaan
pembaca terhadap informasi tersebut serta menghindari terjadinya informasi palsu.
Dan Gillmor (2004), menjelaskan mengenai topik tulisan jurnalisme warga,
“Warga dapat membuat laporan berita mereka sendiri dari berbagai sumber, bukan
hanya yang ada di daerah asal mereka, yang biasanya telah didominasi oleh sebuah
koran lokal dan stasiun televisi yang harus menggali lebih dalam untuk jadi
dangkal.”
Sebuah tulisan jurnalisme warga tidak terpaku dengan topik tertentu. Namun
biasanya memiliki topik berbeda dari yang biasa disajikan oleh koran dan televisi.
Sebuah blog atau situs publik dapat dikatakan sebagai jurnalisme warga bila
memiliki esensi sebagai ruang diskusi publik, termasuk situs komunitas kolaboratif
yang terlibat dalam sebuah diskusi komprehensif dengan topik spesifik. Seperti yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

dipaparkan oleh Christopher H. Sterling (2009), “Blog dan situs publik dapat
dikatakan sebagai jurnalisme warga apabila esensinya adalah sebagai ruang diskusi
publik, termasuk situs komunitas kolaboratif yang terlibat dalam sebuah diskusi
komprehensif dengan topik spesifik.”
Lebih lanjut mengenai jurnalisme warga, Steve Outing (2005) berpendapat
mengenai karakteristik jurnalisme warga, “Percakapan dua arah adalah salah satu
karakteristik jurnalisme warga.”
Penulis memahami salah satu karakteristik jurnalisme warga adalah
percakapan dua arah yang hadir dalam tulisan dan juga medianya.
Menurut Steve Outing, yang dikutip oleh Nurudin (2009), bentuk-bentuk
jurnalisme warga adalah sebagai berikut:
1.

Citizen journalism membuka ruang untuk komentar publik.

2.

Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis.

3.

Kolaborasi antara jurnalisme professional dengan nonjurnalis yang memiliki
kemampuan dalam materi yang dibahas.

4.

Bloghouse warga. Bentuknya blog-blog gratisan yang dikenal, misalnya ada
wordpress, blogger, atau multiply.

5.

Newsroom citizen transparency blogs.

6.

Stand-alone citizen journalism site, yang melalui proses editing.

7.

Stand-alone citizen journalism, yang tidak melalui proses editing.

8.

Gabungan stand-alone citizen journalism website dan edisi cetak.

9.

Hybrid: pro + citizen journalism.

10.

Penggabungan antara jurnalisme professional dengan jurnalisme warga dalam
satu atap.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

11.

Model Wiki.
Dari poin-poin klasifikasi jurnalisme warga di atas, penulis memahami bahwa

ada banyak bentuk jurnalisme warga yang dapat dilihat karakteristiknya melalui
media maupun artikelnya.
Salah satu teori yang relevan mengenai keterlibatan khalayak dalam dunia
jurnalistik yaitu Teori Khalayak Aktif.
Stanley J. Baran dan Dennis K. Davis (2010) menjelaskan tentang Teori
Khalayak Aktif sebagai berikut, “Teori ini berpendapat bahwa rata-rata khalayak
selalu melawan pengaruh muatan media dan menyesuaikannya dengan kepentingan
mereka sendiri.”
Kecenderungan khalayak untuk melawan pengaruh muatan media dan
menyesuaikan dengan kepentingan mereka sangat relevan dengan jurnalisme warga.
Keinginan khalayak untuk berpartisipasi secara aktif menjadi salah satu pendorong
berkembangnya jurnalisme warga. Ditambah pula dengan semakin tingginya
pengetahuan khalayak terhadap tekonologi yang memungkinkan mereka ikut serta
memproduksi informasi lewat blog, forum diskusi online, situs publik kolaboratif,
dan sebagainya.
Dari poin-poin klasifikasi jurnalisme warga di ata