OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII RIAU 2012 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue PON XVII Riau 2012 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September 2012).

OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII RIAU 2012
(Analisis Isi Objektivitas Pember itaan Kasus Carut Marut Venue
PON XVII Riau 2012 di Surat Kabar J awa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14
September 2012)

Skripsi

OLEH :

FIBRI SHABIRIN
0643010015

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII RIAU 2012
(Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue
PON XVII Riau 2012 di Surat Kabar J awa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September
2012)

Disusun Oleh :

FIBRI SHABIRIN
0643010015
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skripsi

Menyetujui,
PEMBIMBING

J uwito S.sos, Msi
NPT. 3.6704.95.0036.1
Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi

NIP 195507.1819.8302.2001

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

“OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII

RIAU 2012

(Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue PON XVII Riau
2012 di Surat Kabar J awa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September 2012)”
Disusun Oleh :
FIBRI SHABIRIN
0643010015
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 31 J anuari 2013

PEMBIMBING

TIM PENGUJ I :
1. Ketua

J uwito S.sos, Msi
NPT. 3.6704.95.0036.1

J uwito, S.Sos,M.Si
NPT. 3.6704.95.0036.1

2. Sekertaris

Dr s. Saifudin Zuhri Msi
NPT. 370069400351
3. Anggota

Zainal Abidin A.S.sos, Msi, M.Ed
NPT. 3.7305.99.0170.1


Mengetahui,
DEKAN

Dra. Hj. Suparwati M.Si
NIP 195507.1819.8302.2001

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti tujukan kepada ALLAH SWT. Karena karuniaNya,
peneliti bisa melaksanakan dan menyelesaikan penelitian yang berjudul
“OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVII RIAU
2012”. (Analisi Isi Obyektifitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue Pon XVII
Di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5, 11, 13, Dan 14 September 2012). Sesuai dengan
perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
objektivitas objektivitas berita carut marut venue PON XVIII Riau 2012 di surat
kabar Jawa Pos.”

Selama melakukan penelitian ini, tak lupa peneliti menyampaikan rasa
terima kasih pada pihak-pihak yang telah

membantu peneliti selama

menyelesaikan skripsi ini.
Adapun peneliti sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga
peneliti mendapatkan kemudahan selama proses penyusunan laporan.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Saifuddin Zuhri. Msi. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
5. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. sebagai dosen pembimbing.
6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
dorongan dalam menyelesaikan penelitian ini.

iii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Serta tak lupa peneliti memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada:
a. Ayah, Ibu, kakak Lucky, Luluk Sadira, Mas Ferry, Fahri ku yang paling
lincah telah memberikan dorongan, semangat, dan pengertiannya bagi
peneliti baik secara moril dan materiil.
b. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada Nugroho, Amak, Pijar, Septian,
Aditya.A, Yanche, Eko, Juventius, Sigit, Risky Juniartama, Jaya, Andy R,
Sonny, Syasa, ageung, Nita yang selalu memenani imaji esok, serta masih
banyak teman-teman yang lain.
c. Seluruh Keluarga KINNE KOMUNIKASI (seluruh angkatan), KINETIK,
Ruang Rupa, Forum Lenteng, terimah kasih atas dukungannya dan Doanya.
d. Dan Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh peneliti, yang
telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman-teman di Program Studi Ilmu Komunikasi.


Surabaya, 23 Januari 2013

Peneliti

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL .........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN SIDANG ..................................................

ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

viii

ABSTRAK .. ........................................................................................................

ix

BAB I

1


BAB II

PENDAHULUAN....................................................................
1.1. Latar Belakang......................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah…………………………………….…..

11

1.3. Tujuan Penelitian……………………………………….…..

12

1.4. Manfaat Penelitian………………………………………...

12

KAJ IAN PUSTAKA ...................................................................


13

2.1. Landasan Teori.......................................................................

13

2.1.1. Media Cetak..................................................................

13

2.1.2. Surat Kabar...................................................................

13

2.1.3. Karakteristik Surat Kabar............................................

16

2.1.4. Pengertian Dan Fungsi Pers.........................................


17

2.1.5. Teori Kebebasan Pers...................................................

20

2.1.6. Berita............................................................................

31

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III

2.2. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik...............................................

39

2.3. Objektifitas Berita .................................................................

43

2.3.1. Konsep Penyajian Berita……………………………

49

2.5. Kerangka Berpikir…………………………………………

51

METODE PENELITIAN…………………………………….

54

3.1. Definisi Operasional………………………………………

54

3.1.1. PON (Pekan Olahraga Nasional) …………....…….

54

3.1.2. Berita Kasus Carut Marut Venue PON XVIII Riau
2012………………………………………………………
3.2. Kategorisasi Obyektivitas Berita……………………………

BAB IV

56
59

3.2.1. Akurasi pemberitaan………………………………..

60

3.2.2. Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan………

61

3.2.3. Validitas keabsahan pemberitaan……………………

62

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel…………

63

3.3.1. Populasi…………………………………………….

63

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel……………..

63

3.4. Teknik Pengumpulan Data…………………………….….

64

3.5. Teknik Analisis Data……………………………………...

65

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................

66

4.1.Gambaran Umum Perusahaan................................................

66

4.1.1. Gambaran Singkat Surat Kabar Jawa Pos....................

66

4.2.Penyajian Data dan Analisis Data ..........................................

73

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

95

5.1.Kesimpulan ............................................................................

95

5.2.Saran.......................................................................................

97

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

98

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

99

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Fibri Shabir in. Objektivitas Pember itaan Kasus Venue Pon XVIII Riau 2012
(Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue PON XVII Riau
2012 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September 2012)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada
surat kabar Jawa Pos dalam berita kasus carut marut venue PON XVII Riau 2012.
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar,
Karakteristik Surat Kabar, Pengertian Dan Fungsi Pers, teori kebebasan pers,
objektifitas berita.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset kuantitatif,
yang menggunakan analisis isi dari Rachma Ida. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh berita yang berada di halaman depan surat kabar Jawa Pos tentang kasus carut
marut venue PON XVIII Riau 2012 pada tanggal 5, 11, 13, dan 14 September 2012.
Hasil dari penelitian ini adalah pemberitaan di Jawa Pos mengenai kasus carut
marut venue PON 2012 sudah objektif namun belum sepenuhnya, masih ada opini
wartawan yang dimaksudkan kedalam isi berita dan juga lemahnya akurasi dalam
pencatuman waktu kejadian peristiwa.
Kata Kunci : analisis isi berita, objektifitas, venue, PON 2012, Jawa Pos,

ABSTRACT
Fibri shabirin. Objectivity Coverage Case Venue Pon Riau XVIII, 2012 (Case
Reporting Content Analysis Objectivity messy Venue PON XVII Riau 2012 in Jawa
Pos Newspaper Issue 5, 11, 13, and 14 September 2012).
The purpose of this study was to determine the objectivity of news in the
newspaper Jawa Pos in the news messy case PON XVII venue Riau 2012.
The method used in this research is a quantitative research method, which uses
content analysis of Rachma Ida. The population is all the news on the front page of
the newspaper Jawa Pos messy case PON XVIII venue Riau in 2012 on the 5th, 11th,
13th, and 14th September 2012.
The results of this study are in Java news post about this messy case of PON
2012 venue is yet not fully objective, there are journalists who are meant opinions
into news content as well as the inclusion of a lack of accuracy in the crime scene.
Keywords:The Framing of PSSI Inflexible news by the Government, Kompas, Jawa
pos

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan

yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan
informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan
juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi
mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum
bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)
Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak
adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam
proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada saat ini banyak korankoran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing
media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih
terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda dengan
penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus berada di depan
televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat kabar masih tetap

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka efek negatifnya akan
lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.
Semakin banyaknya jumlah dan beragamnya jenis surat kabar yang beredar di
masyarakat saat ini dapat memberi dampak maupun pengaruh pada penerbit surat
kabar maupun pembaca. Pengaruh akan banyaknya penerbit adalah konsumen /
pembaca akan lebih selektif dalam pemilihan surat kabar, sedangkan untuk penerbit
mereka harus selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan penyajian beritaberitanya.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers
dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan
informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya
aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar
yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat
memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu
menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut
menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama
sekali.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda
yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media
dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan
informasi kepada masyarakat.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu
berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat
atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,
dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini
sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki
power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus
memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat
2006 : 47)
Akhir-akhir ini banyak berita tentang olahraga Indonesia yang menjadi
perhatian khalayak. Mulai dari gagalnya kontingen Tim Merah Putih di Olimpiade
London dalam mempertahankan tradisi memperoleh medali emas. Kisrh dualisme
kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang hingga kini
belum terselesaikan selama kurun setahun terakhir, hingga yang paling hangat adalah
kisruh penyelenggaraan hajatan olahraga 4 tahunan Pekan Olah Raga Nasional (PON)
XVIII 2012 Riau.
Pekan Olahraga Nasional (disingkat PON) adalah pesta olahraga nasional di
Indonesia yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di
Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Penyelenggaraan PON I Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik
Indonesia (KORI) - keduanya telah dilebur dan saat ini menjadiKONI mempersiapkan para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas
XIV di London pada tahun 1948.
Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak
kesulitan. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui
dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet
yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga
sedunia tersebut.
Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum
diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London.
Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan
kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan
memakai paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia
hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia. Alasan yang disebut
terakhir ini menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI
ke London menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat
PORI pada tanggal 1 Mei 1948 diSolo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota
pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang
diharapkan semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang
direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo. Pada
saat itu PORI ingin menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI
pada tahun 1938 (yang terkenal dengan nama ISI Sportweek atau Pekan Olahraga
ISI). ( ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Pekan_Olahraga_Nasional )
Tahun ini penyelenggaraan PON telah mencapai angka 18. Sebagai tuan
rumah di dapuk Provinsi Riau untuk penyelenggaraan PON XVIII ini. Event olah
raga ini diadakan selama sepuluh hari mulai 11-20 September 2012 dengan
melibatkan 11.276 atlet dari 33 kontingen provinsi. Pada PON kali ini para atlet
memperebutkan 1.399 medali dari 43 cabang olah raga dengan 10 kota dan 53 venue
menjadi tempat diselenggarakannya kegiatan tersebut. (Jawa Pos, 11 September
2012)
Salah satu topik yang menarik dalam kegiatan PON kali ini adalah
pemberitaan kisruhnya persiapan venue PON dan juga wisma atlet. Kasus carut
marutnya persiapan penyelenggaraan PON Riau 2012 merupakan kasus yang sering
menjadi bahan berita bagi suatu media termasuk di dalamnya Jawa Pos. Kasus ini
banyak mendapat perhatian publik karena bagaimana event olah raga multi cabang
yang dijadwalkan setiap 4 tahun sekali dan menyedot dana lebih dari 4,6 Triliun
Rupiah dari APBN dan APBD ini kesiapan venuenya carut marut padahal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

penyelenggaraan PON sudah di depan mata. Dengan adanya hal tersebut kasus carut
marut kesiapan venue PON XVIII Riau 2012 menjadi menarik dan seringkali menjadi
berita utama dalam suatu pemberitaan di suatu media termasuk Jawa Pos.
Banyaknya media massa yang memberitakan mengenai carut marutnya
kesiapan venue PON XVIII Riau 2012 terutama wisma atlet membuat ketua umum
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) buka suara. Menurutnya bangunan
tersebut (wisma atlet) sudah siap digunakan. Beberapa fasilitas pendukung juga
selesai dipasang diantaranya AC dan air. Dengan begitu para atlet sudah bisa
beristirahat di tempat tersebut setelah menjalani latihan maupun pertandingan.
“Wisma atlet itu sudah jadi, tapi tidak sempurna. Bagian luarnya hanya perlu
pengaspalan. Meski begitu, sudah bias digunanakan. Saya kan ada di Riau, jadi tahu
kondisinya,” ungkap Tono. “KONI tidak hanya menerima masukan, tapi juga
langsung turun ke bawah untuk memantau perkembangannya dan bekerja sama,”
sambung dia. (Sumber : Jawa Pos)
Pembangunan wisma atlet ini sudah dimulai Januari lalu oleh PT Adhi Karya.
Sesuai kontrak awal, pengerjaan proyek ini seharusnya selesai pada 2 Juli. Namun,
batas waktu diperpanjang hingga 26 Agustus dan kemudian diperpanjang lagi sampai
tanggal 30 September. Berarti, ketika PON 2012 berlangsung, kondisi wisma atlet
masih dalam pengerjaan. (Sumber : Jawa Pos)
Tidak hanya wisma atlet, kondisi venue pertandingan juga mendapatkan suara
miring. Contohnya cabang selam. Kontingen dari sejumlah daerah menilai kondisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

peraiaran Dumai yang akan digunakan sebagai venue selam tidak sesuai dengan
harapan. Airnya keruh. Jawawi pelatih selam Sulawesi Selatan mengatakan, kondisi
tersebut sangat menggangu performa atlet. “Selain airnya keruh, arusnya cukup deras.
Jarak pandang waktu menyelam nol kilometer,” tuturnya. Dari sisi standard dan
tingkat kejernihan air, perairan di terminal Dumai yang menjadi venue selam memang
tidak ideal. Hal itu menimbulkan kesulitan dalam jarak pandang. Begitu juga arus
yang sangat tidak normal. (Sumber : Jawa Pos)
Namun kondisi tersebut tak menghentikan pelaksanaan penyelengaraan PON
XVIII ini. Presiden SBY yang baru pulang selepas mengikuti KTT APEC di Rusia
akan tetap membuka pelaksanaan yang akan di fokuskan di Stadion Utama Riau,
Pekanbaru. Presiden mendapat laporan mengenai persiapan PON langsung oleh
Wapres Budiono. “Dilaporkan wapres bahwa semua sesungguhnya baik, dari segi
fasilitas, infrastruktur maupun kesiapan keseluruhan penyelenggaraan PON,” ujar
Juru bicara keprisidenan Julian Aldrian Pasha. (Sumber : Jawa Pos)
Menpora Andi Malaranggeng juga menegaskan kesiapan penyelenggaraan
PON. Kendala yang sempat ada seperti masalah air dan listrik di wisma atlet sudah
diatasi. Dari 54 venue, hanya dua yang dia sebut minimalis yaitu menembak dan
futsal. “Minimalis tapi fungsional. Yang 52 venue lainya tidak ada masalah,” kata
Andi. (Sumber : Jawa Pos)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Di sisi lain, kondisi venue untuk cross country juga tak sesuai dengan standar.
Seharusnya panjang lintasaan 4-6 km. Namun lintasan di Siak MTB hanya 3,4 km.
(Sumber : Jawa Pos)
Kualitas venue PON 2012 Riau pantas dipertanyakan. Setelah insiden
robohnya kanopi venue tenis beberapa waktu lalu, kali ini giliran dinding venue
menembak yang bermasalah. Tembok di belakang sasaran nomor 25 meter bolong
karena ditembus peluru dalam sesi latihan di Rumbai Sports Center, Pekanbaru,
Kemarin (12/9). Lubang itu cukup besar. Kondisi tersebut sangat berbahaya. Betapa
tidak, peluru bisa sampai tembus ke luar venue. (Sumber : Jawa Pos)
Jika venue menembak jembol, fasilitas di beberapa arena lain sejatinya juga
memperhatikan. Di venue basket dan renang, misalnya, kondisi toiletnya belum bisa
dibilang layak. Tidak ada air. Akibatnya, bau toilet sangat menusuk hidung. (Sumber
: Jawa Pos)
Pada edisi 14 September 2012 Jawa Pos malah menjabarkan insiden-inseiden
yang terjadi pada pelaksanaan PON XVIII Riau 2012 dalam sebuah tabel.
Diantaranya venue menembak di Rumbai sports center berdebu. Atlet, official, dan
penonton terpaksa memakai tersebut. Lalu Atlet pingsan di duga karena sengatan
panas. Media center cabang basket di Rumbai sports center ditutup karena atap jebol.
(Sumber : Jawa Pos)
Berita di atas merupakan kutipan dari surat kabar Jawa Pos, selama empat hari
yaitu pada tanggal 5, 11, 13, dan 14 September 2012. Dalam penulisan berita tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

judul berita dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita
yang ditulis dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau
berita istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan
kebijaksanaan redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui
oleh masyarakat pada saat itu. Dalam sebuah berita bisa terbentuk opini publik yang
kuat, sehingga dalam penulisan berita wartawan harus obyektif dalam penulisannya,
apalagi berita ini merupakan headline dalam Jawa Pos.
Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta,
tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut
mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam
sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan
untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing
dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun
demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.
Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh
dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi
informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita
yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur
objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian
sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada
sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa
pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers
juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta
bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert
tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Sebuah berita bisa dikatakan obyetif bila memenuhi beberapa unsur,
diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada
tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang
disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita
tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan
menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain. Dimensi-dimensi
objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas
pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada kesesuaian
judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154155).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih
surat kabar Jawa Pos. Surat kabar Jawa Pos dipilih sebagai obyek penelitian karena
Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar besar Nasional yang mempunyai jaringan
yang sangat besar di Indonesia, sehingga dampak dari berita yang dikeluarkan oleh
Jawa Pos akan luas membentuk opini publik secara Nasional. Alasan kedua penulis
memilih koran Jawa Pos karena pemberitaan kisruhnya kegaiatan PON XVIII Riau
2012 ini menjadi sebuah berita yang istimewa, berita ini menggunakan font dengan
size besar pada judulnya dan 3 berita menjadi headline di surat kabar ini.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga
diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat
kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy,
1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat
implementasi di lapangan atas obyektivitas pemberitaan dari surat kabar yang
menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).

1.2.

Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian

ini, maka judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah
Objektivitas berita carut marut venue PON XVIII Riau 2012 di surat kabar Jawa
Pos.”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.3.

Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui objektivitas berita carut marut venue PON XVIII Riau 2012 di
surat kabar Jawa Pos.

1.4.

Manfaat penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan
penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa
menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi
redaksi Jawa Pos dalam memberitakan Objektivitas berita carut marut venue
PON XVIII Riau 2012 di surat kabar Jawa Pos tidak memihak, transparan,
dan sumber berita yang jelas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media
massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas
kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media
massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan
komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat
(Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang
mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali,
1995 : 99).
2.1.2 Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai

13

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman (Ardianto &
Erdinaya, 2005:99).
Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan
panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zamana orde lama, serta orde baru. Surat kabar sebagai
media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. (Deppen,
2002:46)
Setelah itu perkembangan surat kabar bralih ke era reformasi. Era ini adalah
era kebebasan pers. Presiden ketiga Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus
Dur, membubarkan Departemen Penerangan, biang pembatasan pers pada orde
baru yang dipimpin Harmoko. Surat kabar dan majalah kemudian dibiarkan
tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio.
Tanpa tekanan; tanpa batasan. “Informasi adalah urusan masyarakat,” kata Gus
Dur.
Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut
raksasa karena hampir semua lini media digeluti: surat kabar, majalah, televisi,
radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama),
Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra
(Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Luar biasanya, media
mereka

sampai

ke

daerah-daerah

di

seluruh

Indonesia.

(http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/) Dari empat
fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang
paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara
periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada
umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada
pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan
dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubrik olahraga, berita local, nasional, maupun internasional, terdapat
media cetak terkini bila dibandingkan dengan media cetak lainya karena nilai
kebaruannya. Adanya rubric-rubrik tersebut membuat isi surat kabar lebih variatif,
mulai dari berita-berita nasional hingga internasional. Namun secara sederhana isi
surat kabar dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising).
Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyrakat
(seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun
semua fenomena atau peristiwa dalam realitas yang dilaporkan (Effendy,
2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan
karikartunis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.3 Karakteristik Surat Kabar

Surat kabar mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Sam Abede
Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : Berita
merupakan unsure utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa,
dan memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama.

Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :
1.

Publisitas (Publicity)

Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena
diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini
terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu,
penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai
surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan.
2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali
sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai
keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan
sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak
disebarkan secara periodik dan berkala.
3. Universalitas (universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru
dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri
pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa
berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala,
namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak
dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Keduaduanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar.
Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain
laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus
benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah
pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran
berita (Effendy, 1993:119-121).
2.1.4. Pengertian dan Fungsi Pers
Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press
mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang
cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua
kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun
berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak
(kusumaningrat, 2006 : 17).
Pers mengandung dua arti, arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers
hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, majalah, dan tabloid,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

sedangkan pers dalam arti luas pers bukan hanya menunjuk pada media cetak
berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik
audivisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media on line internet. Pers
dalam arti luas berarti media massa. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah
pers dalam arti sempit, khususnya surat kabar. Surat kabar adalah media massa
paling tua dan merupakan media yang paling banyak dan luas penyebarannya
(Sumadiria 2005 : 31).
Secara yuridis formal, seperti dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) UU pokok
pers no. 40/1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, elektronik, dan segala jenis media yang tersedia
(Sumadiria 2005 : 32).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari
sistem kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem
lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan
menyesuaikan kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya.
Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan
situasi lingkungan maka ia akan mati ( Efendy, 2002 : 62 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Fungsi pers menurut Kusumaningrat (2006 : 27) :
1. Fungsi Informatif, yaitu memberikan informasi atau berita kepada
khalayak ramai dengan cara yang teratur . pers menghimpun berita yang
dianggap

berguna

dan

penting

bagi

orang

banyak

mekudian

menuliskannya dengan kata-kata.
2. Fungsi Kontrol, yaitu pers masuk ke balik panggung kejadian untuk
menyelidiki

pekerjaan

pemerintah

atau

perusahaan,

pers

harus

memberitakan apa yang berjalan baik maupun yang berjalan tidak baik.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu pers harus menceritakan kepada
masyarakat tentang arti suatu kejadian, biasanya dilakukan pers melalui
tajuk rencana atau tulisan-tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, yaitu para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial
kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang
sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi Pengawalan Hak-hak Warga Negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi.
7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa
radio, televisi, majalah, dan surat kabar, maka beratlah untuk dapat
mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekarang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruhpengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.
Lebih lanjut Sumadiria ( 2005 : 32-35 ) menjelaskan bahwa ada lima
fungsi pers yang unversal, kerena fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negara di
dunia yang menganut paham demokrasi, kelima fungsi tersebut adalah :
1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada
masyarakat yang seluas-luasnya.
2. Edukasi ( to educate ), apapun informasi yang disampaikan oleh pers
hendaknya dalam kerangka mendidik.
3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat
berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya
sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan
bagi semua lapisan masyarakat.
5. Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut
sebagai mediator atau fasilitator.
2.1.5. Teori Kebebasan Pers
Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya
berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat teori pers, yaitu;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet
Communist perss. Khusus teori yang terakhir, Soviet Communist Press,
sebenarnya

pengembangan

dari

Authoritarian

Press,

sedangan

Social

Responsibility Press merupakan perkembangan dari Libertarian Press. Berikut ini
merupakan penjelasan dari keempat teori itu yang dikutip dari berbagai sumber
{(Effendi, 2004:62-63),(Bungin, 2007:289-292),(Nurudin, 2004:72-76),(Tankard
& Severin, 2005:373-383),(Ardianto, 2005:54-60)}.
1. Authoritarian Press (per s otoriter)
Teori otoriter adalah pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Teori ini muncul setelah mesin cetak ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan pers komunis soviet. Dikenal sebagai sistem tertua yang
lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa
yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa
saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.

Ketika dasar dan teori pers pertama mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Mesin cetak harus memiliki izin dan dalam beberapa kondisi harus
mendapat hak ijin pemakaian khusus dari kerajaan atau pemerintah agar
bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi,
sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh
serikat pemilik mesin cetak, indvidu dijauhkan dari kemungkinan
mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers bisa
dimiliki baik secara publik maupun perorangan, namun demikian, tetap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah. Pers
lebih digunakan untuk memberi informasi kepada rakyat mengenai apa
yang penguasa pikirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang harus
didukung oleh rakyat. Berbagai kejadian yang akan diberitakan dikontrol
oleh pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja
sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu
tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir
individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua
penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.

Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup
dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan
yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi
antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan
kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor
atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall
Street Journal, Far Eastern Economic Review, dan International Herald
Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan pemerintah
Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang
ketat.
2. Libertarian Press (pers liberal)

Sistem pers liberal (libertarian) berkembang pada abad ke 17-18 sebagai
akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan
pemikiran di negara barat yang disebut aufklarung (pencerahan). Teori ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum
tentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan
pandangan yang otoriter. Esensi dasar sistem ini memandang manusia
mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.

Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan
bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah
hal yang utama untuk mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan control
pemerintah dipandang sebagai menifestasi “pemerkosaan” kebebasan
berpikir. Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya
untuk mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi
kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak
bebas yang dimiliki oleh manusia.

Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory,
dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan
posisi manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk
dipimpin dan diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan
pers dianggap partner dalam mencari kebenaran. Untuk selama dua ratus
tahun, pers Amerika dan Inggris menganut teori liberal ini, bebas dari
pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fourth Estate (kekuasaan
keempat) dalam proses pemerintahan, setelah kekuasaan pertama lembaga
eksekutif, kekuasaan kedua lembaga legislatif, dan kekuasaan ketiga
lembaga yudikatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Teori liberal pers berkembang di Inggris selama abad ke 18 tetapi tidak
diperbolehkan dijalankan di koloni Inggris di Amerika Utara sampai
putusnya hubungan dengan Negara induk tersebut. Setelah tahun 1776,
teori

ini

diimplementasikan

diseluruh

wilayah

yang

lepas

dari

pemerintahan colonial dan secara resmi diadopsi dengan adanya
Amandemen pertama pada piagam Hak Asasi Manusia baru yang
ditambahkan ke dalam Undang-undang dasar. Dari tulisan Milton, Locke,
dan Mill dapat dimunculkan sebagai pemahaman bahwa pers harus
mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi,
menghibur, dan mencari keuntungan. Di bawah teori liberal, pers bersifat
swasta, dan siapaun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan
media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat
“proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan
memungkinkan individu membedakan mana yang benar dan yang salah.
Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki ketentuan untuk
menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan
dalam masa peperangan.

On Liberty, perwujudan terbaik dan ringkas dari gagasan mendukung
”pers bebas”, diterbitkan pada pertengahan abad 19 oleh John Stuart Mill.
Pada bab 2 buku ini, Mill berpendapat bahwa kalau kita mematikan opini,
maka mati pula kebenaran. Teori liberal mengatakan bahwa manusia dapat
membetulkan kesalahannya, namun hanya bila ada kemungkinan atau
kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat agar fakta dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

kebenaran akhirnya bisa terlihat. Mill berpendapat bahwa satu-satunya
cara manusia agar bisa memahami segala sesuatu secara utuh adalah
dengan mendengar berbagai pendapat orang tentang hal tersebut. Teori
liberal dengan paham kebenarannya yang diterima secara luas, berguna
dan

terus

berkembang

sampai

akhirnya

revolusi

industri

juga

mempengaruhi dunia penerbitan dan penyiaran. Ketika teknologi
memungkinkan distribusi koran dengan luas dan cepat, nilai ekonomi
produksi masal menjadi sangat penting.

Perusahaan penerbit koran mulai membeli atau bergabung dengan penerbit
yang kecilsampai akhirnya kini banyak kota yang memiliki lebih dari satu
surat kabar yang bersaing satu sama lain. Hal ini menyebabkan banyak
orang, baik di dalam maupun luar media, mulai mempertanyakan manfaat
teori liberal dalam masyarakat yang demokratis. Saat ini pandangan yang
tidak populer walaupun penting sulit untuk diterima. Selain itu, psikologi
abad 20 telah menunjukkan bahwa manusia tidak selalu berhubungan
dengan informasi dengan

Dokumen yang terkait

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN PEMERASAN BUMN ( Analisis Isi pada Harian Kompas edisi 02 sampai 14 November 2012 )

0 3 38

PEMBERITAAN KASUS KECELAKAAN BUS SUMBER KENCONO PEMBERITAAN KASUS KECELAKAAN BUS SUMBER KENCONO DI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS (Analisis Framing Pemberitaan Kasus Kecelakaan Bus Sumber Kencono di Surat Kabar Harian Jawa Pos pada Edisi 13 September 2011).

0 2 21

PENDAHULUAN PEMBERITAAN KASUS KECELAKAAN BUS SUMBER KENCONO DI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS (Analisis Framing Pemberitaan Kasus Kecelakaan Bus Sumber Kencono di Surat Kabar Harian Jawa Pos pada Edisi 13 September 2011).

0 4 24

PENUTUP PEMBERITAAN KASUS KECELAKAAN BUS SUMBER KENCONO DI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS (Analisis Framing Pemberitaan Kasus Kecelakaan Bus Sumber Kencono di Surat Kabar Harian Jawa Pos pada Edisi 13 September 2011).

0 2 89

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN WISHNU WARDHANA (Analisis Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran Wishnu Wardhana Di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 22, 23, dan 24 April 2013).

0 0 94

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEMATIAN SATWA KEBUN BINATANG SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kematian Satwa Kebun Binatang Surabaya di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 13 Agustus 2010 – 17 Agustus 2010).

0 0 98

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PAD

0 0 15

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEMATIAN SATWA KEBUN BINATANG SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kematian Satwa Kebun Binatang Surabaya di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 13 Agustus 2010 – 17 Agustus 2010)

0 0 19

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN WISHNU WARDHANA (Analisis Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran Wishnu Wardhana Di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 22, 23, dan 24 April 2013)

0 0 18

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII RIAU 2012 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue PON XVII Riau 2012 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September 2012)

0 0 21