OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN WISHNU WARDHANA (Analisis Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran Wishnu Wardhana Di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 22, 23, dan 24 April 2013).

OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN
WISHNU WARDHANA
(Analisis Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran
Wishnu Wardhana Di Sur at Kabar J awa Pos Edisi 22, 23, dan 24 April 2013)
SKRIPSI

OLEH :

CHATRIN NENGSIH MANURUNG
0743010339

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

OBJ EKTIVITAS PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN

WISHNU WARDHANA
(Analisis Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran
Wishnu Wardhana Di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 22, 23, dan 24 April 2013)
Disusun Oleh :
CHATRIN NENGSIH MANURUNG
NPM. 0743010339
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji
Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Pada Tanggal 19 Juli 2013
Menyetujui,
Pembimbing:

Tim Penguji :
1. Ketua

Dra. Diana Amalia M.Si
NIP. 1630907 199103 2001

Dra. Sumardjijati, M.Si

NIP. 19020323 1999309 2001
2. Sekretaris

Dr s. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351
3. Anggota

Dra. Diana Amalia M.Si
NIP. 1630907 199103 2001
Mengetahui,
Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi
NIP. 195507.1819.8302.2001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat TUHAN YESUS, atas berkat
rahmat dan hidayatNya sehingga Skripsi dengan judul “OBJ EKTIVITAS
PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN WISHNU WARDHANA” dapat
terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarta MP, selaku rektor UPN “Veteran” Jatim.
2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3. Juwito S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Bu. Diana Amalia selaku Dosen Pembimbing Skripsi Penulis, Terima Kasih
atas segala waktu, masukan, bimbingan ibu terkait penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
7. Kedua orang tua penulis yang sangat berjasa bagi penulis. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya papa dan mami.

8. Teman-teman terbaik yang selama ini sangat membantu dan memotivasi
penulis sebelum hingga selesainya penulisan skripsi ini.

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9. Sahabat seperjuangan yang bersedia menjadi tempat berkeluh kesah.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya
hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak.
Amin.

Surabaya, 19 Juli 2013

Penulis

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL ..................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................

iii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

v


DAFTAR TABEL .......................................................................................

viii

ABSTRAKSI .. ...........................................................................................

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ..........................................................

9


1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................

9

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................

10

KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ......................................................................

11

2.1.1. Komunikasi Massa ..................................................

11

2.1.2. Media Cetak................................................................


16

2.1.3. Surat Kabar ............................................................

16

2.1.4. Karakteristik Surat Kabar .......................................

19

2.1.5. Pengertian dan Fungsi Pers ......................................

20

2.1.6. Teori Kebebasan Pers .............................................

24

2.1.7. Berita .....................................................................


35

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III

2.2. Objektivitas Berita ..............................................................

44

2.3. Kerangka Berpikir .................................................................

50

METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional ..........................................................

53


3.1.1. Wishnu Wardhana ..................................................

53

3.1.2. Berita Upaya Pelengseran Wishnu Wardhana .........

55

3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita .........................................

56

3.2.1. Akurasi Pemberitaan ................................................

56

3.2.2. Fairness Dan Ketidak Berpihakan Pemberitaan ........

57


3.2.3. Validitas Keabsahan Pemberitaan ............................

58

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ...............

59

3.3.1. Populasi ................................................................

59

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel .....................

59

3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................

60

3.5. Teknik Analisis Data ..............................................................

60

3.6. Unit Analisis Data...................................................................

61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Perusahaan................................................ 62
4.1.1. Gambaran Singkat Surat Kabar Jawa Pos.................... 62
4.2.Penyajian Data dan Analisis Data .......................................... 68
4.2.1. Objektifitas Pemberitaan ………..................................68

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3. Analisis Berita.........................................................................73
4.3.1. Analisa Berita 1………................................................ 73
4.3.2. Analisa Berita 2………................................................ 76
4.3.3. Analisa Berita 3………................................................ 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ............................................................................ 84
5.2.Saran....................................................................................... 85

Daftar Pustaka ........................................................................................... .

86

Lampiran........................................................................................................... 87

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Chatrin Nengsih Manurung. Objektivitas Pemberitaan Upaya
Pelengseran Wishnu Wardhana. (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Upaya
Pelengseran Wishnu Wardhana di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 22, 23, dan 24
April 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada
surat kabar Jawa Pos dalam berita upaya pelengseran Wishnu Wardhana.
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar,
Karakteristik Surat Kabar, Pengertian Dan Fungsi Pers, teori kebebasan pers,
objektifitas berita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
riset kuantitatif, yang menggunakan analisis isi dari Rachma Ida. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh berita yang berada di halaman depan seksi Metropolis
surat kabar Jawa Pos tentang upaya pelengseran Wishnu Wardhana pada tanggal
22, 23 dan 24 April 2013.
Hasil dari penelitian ini adalah pemberitaan di Jawa Pos mengenai upaya
pelengseran Wishnu Wardhana tidak objektif, hanya ada satu unsur objektivitas
yang belum terpenuhi yaitu dimensi Ketidakberpihakkan, sedangkan hal ini hanya
bisa menyatakan bahwa berita ini akurat dan valid namun tidak objektif karena
berpihak ke salah satu pihak dari dua pihak yang berseteru.
Kata Kunci : analisis isi berita, objektifitas, Rachma Ida, Wishnu Wardhana, Jawa
Pos
ABSTRACT
Chatrin Nengsih Manurung. Objectivity Preaching ouster effort Wishnu
Wardhana. (Content Analysis Reporting Objectivity ouster effort Wishnu
Wardhana in Jawa Pos Newspaper Edition 22, 23, and 24 April 2013).
The purpose of this study was to determine the objectivity of news in the
newspaper Jawa Pos in the news Wishnu Wardhana ouster attempt. Theoretical
basis used in this study is Newspaper, Newspapers Characteristics, Definition And
Function Press, theory of press freedom, news objectivity. The method used in
this study is a quantitative research method, which uses content analysis of
Rachma Ida. The population is all the news on the front page section of
Metropolis newspaper Jawa Pos on Wishnu Wardhana ouster attempt on 22, 23
and 24 April 2013.
The results of this study are in the Java Post news about the ouster effort
Wishnu Wardhana is not objective, there is only one element of objectivity that is
unmet fairness dimension, whereas it can only be stated that the news accurately
and objectively as valid but not aligned to any of the parties of the two warring
factions.
Keywords: content analysis of news, objectivity, Rachma Ida, Wishnu
Wardhana, Jawa Pos

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan

yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan
informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan
juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi
mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum
bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)
Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak
adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam
proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada saat ini banyak korankoran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing
media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih
terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda dengan
penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus berada di depan
televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat kabar masih tetap

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka efek negatifnya akan
lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.
Semakin banyaknya jumlah dan beragamnya jenis surat kabar yang beredar di
masyarakat saat ini dapat memberi dampak maupun pengaruh pada penerbit surat
kabar maupun pembaca. Pengaruh akan banyaknya penerbit adalah konsumen /
pembaca akan lebih selektif dalam pemilihan surat kabar, sedangkan untuk penerbit
mereka harus selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan penyajian beritaberitanya.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers
dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan
informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya
aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar
yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat
memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu
menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut
menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama
sekali.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda
yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media
dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan
informasi kepada masyarakat.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu
berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat
atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,
dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini
sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki
power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus
memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat
2006 : 47)
Akhir-akhir ini banyak berita mengenai kasus mengenai pemecatan Ketua
DPRD Surabaya Wishnu Wardhana. Upaya ini bermula dari langkah Wishnu
Wardhana yang melakukan pemakzulan kepada Walikota Surabaya Tri Risma Harini.
Pemakzulan tersebut mendapatkan kecaman dari berbagai pihak termasuk
didalamnya petinggi Partai Demokrat yang menaunginya.
Berawal dari kasus tersebut, Partai Demokrat akhirnya menurunkan
jabatannya sebagai ketua DPP Demokrat Surabaya. Tidak hanya itu, menyusul kasus
tersebut surat resmi pemecatan Wishnu Wardhana dari keanggotaan Partai Demokrat
dari DPP PD Pusat telah diterima DPD PD Jatim. Ketua DPRD Surabaya dan Ketua
Badan Kehormatan DPRD Surabaya dari F-PD itu bakal lengser, karena Partai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Demokrat akan segera mengajukan surat Pergantian Antar Waktu kepemimpinan
DPRD Surabaya.
Selain mengajukan surat PAW, DPP Partai Demokrat juga menerbitkan surat
pemberhentian Ketua DPRD Kota Surabaya, atas nama Ir Wishnu Wardhana dari
unsur pimpinan DPRD Kota Surabaya dan merekomendasikan Ketua Komisi B M.
Machmud. S.Sos sebagai penggantinya.
Wishnu Wardhana merupakan salah seorang politikus kontroversial.
Disamping terkait langsung dengan upaya pemakzulan Walikota Surabaya Tri Risma
Harini, Wishnu Wardhana juga tersandung dengan kasus dugaan korupsi bimbingan
teknis (Bimtek) DPRD Surabaya yang mengakibatkan kerugian Negara sebesar 2,7
miliar rupiah. Pada kasus yang terjadi pada tahun 2011 tersebut, Wishnu akhirnya
ditetapkan menjadi tersangka oleh Polrestabes Surabaya.
Tidak hanya kasus tersebut, Wishnu juga menjadi perbincangan kala
membentuk tim Persebaya DU. Sejatinya tim Persebaya Surabaya hanya ada satu,
namun karena memutuskan untuk keluar dari liga yang dikelola oleh PSSI dan
mengikuti liga diluar yuridiksi PSSI, Wishnu akhirnya membentu Tim Sepak bola
Persebaya Divisi Utama yang dia yakini sebagai tim Persebaya yang asli.
Seiring perkembangan waktu, kasus Wishnu mengalami babak baru yang
hangat diperbincangkan di media – media pemberitaan. Setelah melakukan maneuver
politik dengan bergabung Partai Hanura kursi Wishnu sebagai Ketua DPRD Surabaya
juga digoyang. Kasus mengenai upaya pelengseran wishnu dari posisi ketua DPRD

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

dan keanggotaan dirinya di partai demokrat banyak sekali di beritakan. Berbagai
macam desakan digelontorkan oleh banyak pihak termasuk Pemprov agar wishnu
dicopot dari jabatannya.
Salah satu topik yang banyak disorot adalah upaya pendongkelan wisnu dari
ketua DPRD Surabaya, yang terus dilakukan oleh sejumlah anggota fraksi yang
berniat untuk melengserkan Wishnu. Mereka berencana mengadukan masalah
pelengseran tersebut ke Walikota Surabaya Tri Risma Harini. Sejumlah fraksi di
DPRD Surabaya berharap orang nomer satu di Pemkot Surabaya tersebut bisa
memuluskan pemberhentian Wishnu di DPRD Surabaya melalui mekanisme
pergantian antar waktu. Hal tersebut merupakan kasus yang sering menjadi bahan
berita bagi suatu media termasuk di dalamnya Jawa Pos.
Kasus ini banyak mendapat perhatian publik karena bagaimana pencopotan
jabatan seorang Ketua DPRD sekaligus anggota Partai Politik menjadi menarik dan
seringkali menjadi berita utama dalam suatu pemberitaan di suatu media termasuk
Jawa Pos.
Banyaknya media massa yang memberitakan mengenai usaha dari beberapa
pihak yang ingin melengserkan jabatan wishnu makin menjadi sorotan publik,
dimana upaya yang dilakukan untuk pelengseran wishnu semakin memuncak,
sejumlah fraksi membuktikan janjinya untuk menemui walikota Surabaya Tri
Rismaharini guna untuk melengserkan wishnu dan mengganti sekretaris dewan
karena dinilai tidak netral, hasilnya, menurut pengakuan anggota dewan, wali kota

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

setuju untuk memuluskan pencopotan anggota wishnu dan akan memberikan sanksi
kepada Sekwan Hari Sulistyowati. (Sumber : Jawa Pos)
Buntut permasalahan pelengseran jabatan Wishnu Wardhana masih terus
bergulir, puncak dari usaha pelengseran tersebut akhirnya terjadi kisruh di gedung
DPRD Surabaya pada tanggal 23-04-2013, para anggota fraksi Partai Demokrat tibatiba menggedor-gedor pintu dan mengusir wishnu dari ruang ketua dewan. Setelah
berhasil masuk, mereka juga mencopot foto-foto wishnu lantaran sudah dianggap
bukan lagi ketua DPRD Surabaya. (Sumber : Jawa Pos)
Beberapa usaha yang dilakukan untuk melengserkan wishnu dari jabatannya
masih terkesan alot dan banyak mengalami hambatan. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan mengadakan Paripurna Istimewa yang khusus membahas pencopotan
wishnu, melalui paripurna istimewa tersebut pun hasilnya masih menggantung, sebab,
hingga kemarin belum ada kejelasan siapa wakil ketua dewan yang bakal memimpin
keputusan tertinggi di DPRD Surabaya itu. Dua pimpinan dewan yang tersisa masih
terkesan saling lempar terkait tugas tersebut. (Sumber : Jawa Pos)
Berita di atas merupakan kutipan dari surat kabar Jawa Pos, selama empat hari
yaitu pada tanggal 22, 23, dan 24 April 2013. Dalam penulisan berita tersebut judul
berita dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita yang
ditulis dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau berita
istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan
redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

pada saat itu. Dalam sebuah berita bisa terbentuk opini publik yang kuat, sehingga
dalam penulisan berita wartawan harus obyektif dalam penulisannya, apalagi berita
ini merupakan headline dalam Jawa Pos.
Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta,
tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut
mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam
sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan
untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing
dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun
demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.
Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh
dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi
informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita
yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur
objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian
sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak
ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada
sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers
juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta
bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert
tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Sebuah berita bisa dikatakan obyektif bila memenuhi beberapa unsur,
diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada
tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang
disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita
tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan
menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain. Dimensi-dimensi
objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas
pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada kesesuaian
judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154155).
Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih
surat kabar Jawa Pos. Surat kabar Jawa Pos dipilih sebagai obyek penelitian karena
Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar besar Nasional yang berbasis di Surabaya
dan mempunyai jaringan yang sangat besar di Indonesia, sehingga dampak dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

berita yang dikeluarkan oleh Jawa Pos akan luas membentuk opini publik baik secara
Nasional maupun regional Surabaya. Alasan kedua penulis memilih koran Jawa Pos
karena pemberitaan upaya pelengseran Wishnu Wardhana ini menjadi sebuah berita
yang istimewa, berita ini menggunakan font dengan size besar pada judulnya menjadi
berita utama di Seksi Metropolis surat kabar ini.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga
diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat
kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy,
1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat
implementasi di lapangan atas objektivitas pemberitaan dari surat kabar yang menjadi
subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).
1.2.

Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian

ini, maka judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah
Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran Wishnu Wardhana di surat kabar Jawa
Pos.”
1.3.

Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui objektivitas pemberitaan upaya pelengseran Wishnu Wardhana di
surat kabar Jawa Pos.”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.4.

Manfaat penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan
penelitian objektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa
menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi
redaksi Jawa Pos dalam memberitakan Objektivitas berita upaya pelengseran
Wishnu Wardhana di surat kabar Jawa Pos tidak memihak, transparan, dan
sumber berita yang jelas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi Massa
Didalam mengarungi kehidupan, manusia tidak lepas dari berkomunikasi
baik dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan media massa. Komunikasi
telah mencapai tingkat dimana orang berbicara secara serempak dan serentak
dengan jutaan manusia, hal itu dilakukan melalui media massa atau disebut
komunikasi massa. Komunikasi masa menurut Bittner (dalam Rakhmat, 2001 ).
“mass Communication is message communication through a mass medium to
large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Sedangkan

menurut

Devito

yang

dikutip

dari

Effendy

(2001)

mendefinisikan komunikassi massa sebagai “First mass Comunication is
communication addressed to the masses to an extremely large audience. This does
not mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone
who whatches television, rather it means am audience that is large an generally
rather people defined. Second, mass communication isperhap most easilu
logically defined by its forms : television, radio, newspaper, magazine, film,
books, and tapes.” ( pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

ditunjukan kepada massa kepada khalayak yang luar biasa banyaknya, ini tidak
berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang
menonton televise, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pula
umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah
komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visuak.
Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila
didefinikasikan menurut bentuknya : televise, radio, surat kabar, tabloid, film,
buku dan pita).
Lebih lanjut Efendy (2001) menegaskan tentang pengertian komunikasi
massa yaitu : “Mass communication is process by which a message is transmitted
through one more of the mass media (Newspaper, Radio, television, movies,
magazine, and books) to an audience that is relatively large an animous.”
Jadi komunikasi massa adalah proses menyebarkan pesan melalui salah
satu media massa (Tabloidm radiom televise, bioskop, dan buku-buku) kepada
khalayak luas yang tidak dikenal.
McQuail (2001) dalam bukunya Teori komunikasi Massa. Suatu
pengantar, menjabarkan tentang ciri-ciri komunikasi massa yaitu “ sumber
komunikasi massa bukanlah satu orang tetapi organisasi formal, “sang
pengirim”nya seringkali merupakan komunikator professional. Komunikan
(penerima) adalah bagian dari khalayak luas. Peasanya tidak unik beraneka ragam
dapat diperkirakan. Seringkali diprosses, distadarisasikan dan selalu diperbanyak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komodisi yang mempunyai nilai
tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”.
Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang
sekali bersifat interaktif. Komunikasi massa sering sekali mencakup kontak secara
serentak antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan
pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari
banyak orang serentak.
Senada dengan McQuail, Effendy (2001) memberikan cirri-ciri tentang
komunikasi Massa yaitu :
1. Komunikator pada komunikasi massa
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga
yaitu suatu institusi atau organisasi, maka komunikatornya melembaga
(Institusionalized

Communication

/

Organaized

Communicator).

Komunikator pada komunikasi massa misalnya warttawan tabloid, karena
media yang digunakan adalah suatu lembaga. Dalam menyebarluaskan
pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan
kebijakan (policy) tabloid yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai
kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan pendapat (Freedom
of Expression atau Feredom of Opinion) merupakan kebebasan terbatas
(Restricted Freedom).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2. Komunikan pada komunikasi massa bersifat homogeny
Komunikan bersifaat hetrogen karena didalam keberadaannya secara
terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan
tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal
antara lain jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan,
pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan dari komunikan.
Satu-satunya cara untuk mendekati keinginan selalu khalayak adalah
dengan mengelompokan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama,
pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan lain-lain. Hampir semua
tabloid, surat kabar, radio, televise, menyajikan acara atau rubric tertentu
yang diperuntukan bagi anak-anak, remaja, dewasa, wanita dewasa, remaja
putrid, pedagang, petani, ABRI, AU, pemeluk agama Islam, Kristen,
Budha, Hindu, dan lain-lainnya; para penggemar music, film, sastra; dan
kelompok-kelompok lainya.
3. Pesan pada Komunikasi massa bersifat umum
Pesannya bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai
kepentingan umum. Media massa akan menyiarkan berita seoarng menteri
yang meresmikan proyek pembangunan tetapi tidak menyiarkan berita
seorang mentri yang menyelenggarakan khitanan putranya. Perkucualian
bagi seorang kepala Negara, media massa kadang memberikan perihal
beliau merayakan ulang tahunnya, menikahkan putra-putrinya, hobinya
berburu, walaupun sebetulnya tidak ada hubungannya untuk kepentingan
umum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

4. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada
komunikator. Wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan
pembaca terhadap pesan atau berita yang disiarkan. Yang dimaksudkan
dengan “tidak mengetahui” adalah tidak mengetahui pada waktu proses
komunikasi itu berlangsung. Mungkin saja komunikator mengetahui juga,
misalnya melalui rubrik “suara pembaca” atau “suara pendengar” yang
biasanya terdapat di tabloid, surat kabar maupun radio. Tetapi semua itu
terjadi setelah komunikasi dilancarkan oleh komunikator, sehingga
komunikator tidak bisa memperbaiki gaya komunikasi seperti yang biasa
terjadi pada komunikasi tatap muka. Untuk menghindari hal tersebut maka
komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa
sehingga

pesan

yang

disampaikan

kepada

komunikasi

haruslah

komunikatif.
5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Hal ini merupakan ciri hakiki di music atau penyanyiingkan dengan media
komunikasi yang lain. Poster dan papan pengumuman adalah media
komunikasi tetapi bukan media komunikasi massa karena tidak
mengandung cirri keserempakan. Pesan yang disampaikan tidak diterima
oleh khalayak dengan melihat poster atau papan pengumuman secara
serempak atau bersama-sama. Lain dengan radio, televise, tabloid, surat
kabar, pesan yang disampaikan secara serempak bisa diterima oleh
khalayak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.2 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media
massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas
kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media
massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan
komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat
(Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang
mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali,
1995 : 99).

2.1.3 Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman (Ardianto &
Erdinaya, 2005:99).
Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan
panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

menjelang kemerdekaan, zamana orde lama, serta orde baru. Surat kabar sebagai
media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. (Deppen,
2002:46)
Setelah itu perkembangan surat kabar bralih ke era reformasi. Era ini adalah
era kebebasan pers. Presiden ketiga Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus
Dur, membubarkan Departemen Penerangan, biang pembatasan pers pada orde
baru yang dipimpin Harmoko. Surat kabar dan majalah kemudian dibiarkan
tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio.
Tanpa tekanan; tanpa batasan. “Informasi adalah urusan masyarakat,” kata Gus
Dur.
Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut
raksasa karena hampir semua lini media digeluti: surat kabar, majalah, televisi,
radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama),
Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra
(Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Luar biasanya, media
mereka

sampai

ke

daerah-daerah

di

seluruh

Indonesia.

(http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/) Dari empat
fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang
paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104).

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada
umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada
pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan
dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubrik olahraga, berita local, nasional, maupun internasional, terdapat
media cetak terkini bila dibandingkan dengan media cetak lainya karena nilai
kebaruannya. Adanya rubric-rubrik tersebut membuat isi surat kabar lebih variatif,
mulai dari berita-berita nasional hingga internasional. Namun secara sederhana isi
surat kabar dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising).
Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyrakat
(seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun
semua fenomena atau peristiwa dalam realitas yang dilaporkan (Effendy,
2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan
karikartunis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.1.4 Karakteristik Surat Kabar

Surat kabar mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Sam Abede
Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : Berita
merupakan unsure utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa,
dan memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama.

Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :
1.

Publisitas (Publicity)

Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena
diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini
terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu,
penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai
surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan.
2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali
sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai
keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan
sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak
disebarkan secara periodik dan berkala.
3. Universalitas (universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru
dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur,
koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa
berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala,
namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak
dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Keduaduanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar.
Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain
laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus
benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah
pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran
berita (Effendy, 1993:119-121).
2.1.5. Pengertian dan Fungsi Pers
Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press
mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang
cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua
kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun
berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak
(kusumaningrat, 2006 : 17).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Pers mengandung dua arti, arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers
hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, majalah, dan tabloid,
sedangkan pers dalam arti luas pers bukan hanya menunjuk pada media cetak
berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik
audivisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media on line internet. Pers
dalam arti luas berarti media massa. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah
pers dalam arti sempit, khususnya surat kabar. Surat kabar adalah media massa
paling tua dan merupakan media yang paling banyak dan luas penyebarannya
(Sumadiria 2005 : 31).
Secara yuridis formal, seperti dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) UU pokok
pers no. 40/1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, elektronik, dan segala jenis media yang tersedia
(Sumadiria 2005 : 32).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari
sistem kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem
lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan
menyesuaikan kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan
situasi lingkungan maka ia akan mati ( Efendy, 2002 : 62 ).
Fungsi pers menurut Kusumaningrat (2006 : 27) :
1. Fungsi Informatif, yaitu memberikan informasi atau berita kepada
khalayak ramai dengan cara yang teratur . pers menghimpun berita yang
dianggap

berguna

dan

penting

bagi

orang

banyak

mekudian

menuliskannya dengan kata-kata.
2. Fungsi Kontrol, yaitu pers masuk ke balik panggung kejadian untuk
menyelidiki

pekerjaan

pemerintah

atau

perusahaan,

pers

harus

memberitakan apa yang berjalan baik maupun yang berjalan tidak baik.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu pers harus menceritakan kepada
masyarakat tentang arti suatu kejadian, biasanya dilakukan pers melalui
tajuk rencana atau tulisan-tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, yaitu para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial
kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang
sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi Pengawalan Hak-hak Warga Negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa
radio, televisi, majalah, dan surat kabar, maka beratlah untuk dapat
mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekarang.
8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruhpengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.
Lebih lanjut Sumadiria ( 2005 : 32-35 ) menjelaskan bahwa ada lima
fungsi pers yang unversal, kerena fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negara di
dunia yang menganut paham demokrasi, kelima fungsi tersebut adalah :
1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada
masyarakat yang seluas-luasnya.
2. Edukasi ( to educate ), apapun informasi yang disampaikan oleh pers
hendaknya dalam kerangka mendidik.
3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat
berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya
sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan
bagi semua lapisan masyarakat.
5. Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut
sebagai mediator atau fasilitator.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.1.6. Teori Kebebasan Pers
Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya
berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat teori pers, yaitu;
Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet
Communist perss. Khusus teori yang terakhir, Soviet Communist Press,
sebenarnya

pengembangan

dari

Authoritarian

Press,

sedangan

Social

Responsibility Press merupakan perkembangan dari Libertarian Press. Berikut ini
merupakan penjelasan dari keempat teori itu yang dikutip dari berbagai sumber
{(Effendi, 2004:62-63),(Bungin, 2007:289-292),(Nurudin, 2004:72-76),(Tankard
& Severin, 2005:373-383),(Ardianto, 2005:54-60)}.
1. Authoritarian Press (per s otoriter)
Teori otoriter adalah pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Teori ini muncul setelah mesin cetak ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan pers komunis soviet. Dikenal sebagai sistem tertua yang
lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa
yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa
saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.

Ketika dasar dan teori pers pertama mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Mesin cetak harus memiliki izin dan dalam beberapa kondisi harus
mendapat hak ijin pemakaian khusus dari kerajaan atau pemerintah agar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi,
sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh
serikat pemilik mesin cetak, indvidu dijauhkan dari kemungkinan
mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers bisa
dimiliki baik secara publik maupun perorangan, namun demikian, tetap
dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah. Pers
lebih digunakan untuk memberi informasi kepada rakyat mengenai apa
yang penguasa pikirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang harus
didukung oleh rakyat. Berbagai kejadian yang akan diberitakan dikontrol
oleh pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja
sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu
tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir
individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua
penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.

Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup
dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan
yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi
antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan
kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor
atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall
Street Journal, Far Eastern Economic Review, dan International Herald
Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan pemerintah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang
ketat.
2. Libertarian Press (pers liberal)

Sistem pers liberal (libertarian) berkembang pada abad ke 17-18 sebagai
akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan
pemikiran di negara barat yang disebut aufklarung (pencerahan). Teori ini
berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum
tentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan
pandangan yang otoriter. Esensi dasar sistem ini memandang manusia
mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.

Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan
bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah
hal yang utama untuk mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan control
pemerintah dipandang sebagai menifestasi “pemerkosaan” kebebasan
berpikir. Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya
untuk mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi
kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak
bebas yang dimiliki oleh manusia.

Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory,
dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan
posisi manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap

Dokumen yang terkait

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII RIAU 2012 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue PON XVII Riau 2012 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September 2012).

0 0 107

OBJEKTIFITAS JAWA POS DALAM PEMBERITAAN BONEK (Analisis isi tentang objektivitas berita bonek di harian jawa pos edisi 24 januari sampai 30 januari 2010).

0 1 82

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEMATIAN SATWA KEBUN BINATANG SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kematian Satwa Kebun Binatang Surabaya di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 13 Agustus 2010 – 17 Agustus 2010).

0 0 98

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEKALAHAN TIMNAS INDONESIA MELAWAN MALAYSIA PADA FINAL AFF 2010 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kekalahan Timnas Indonesia Melawan Malaysia Pada Final AFF 2010 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 27 Desember 2010 – 30 Desember 20

0 0 94

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PAD

0 0 15

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEMATIAN SATWA KEBUN BINATANG SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kematian Satwa Kebun Binatang Surabaya di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 13 Agustus 2010 – 17 Agustus 2010)

0 0 19

OBJEKTIFITAS JAWA POS DALAM PEMBERITAAN BONEK (Analisis isi tentang objektivitas berita bonek di harian jawa pos edisi 24 januari sampai 30 januari 2010)

1 5 19

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN UPAYA PELENGSERAN WISHNU WARDHANA (Analisis Objektivitas Pemberitaan Upaya Pelengseran Wishnu Wardhana Di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 22, 23, dan 24 April 2013)

0 0 18

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS VENUE PON XVIII RIAU 2012 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kasus Carut Marut Venue PON XVII Riau 2012 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5, 11, 13, dan 14 September 2012)

0 0 21

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG JATUHNYA PESAWAT AIRASIA QZ8501 PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN JAWA POS SKRIPSI

0 0 18