ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP PMA DI JAWA TIMUR.

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP
PMA DI J AWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
Febrianto Efrat Pasambe
0912010126/FE/EM

Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP
PMA DI J AWA TIMUR


SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen

Diajukan oleh :
Febrianto Efrat Pasambe
0912010126/FE/EM

Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP

PMA DI J AWA TIMUR
Disusun Oleh :
Febrianto Efrat Pasambe
0912010126/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 03 Mei 2013

Pembimbing :
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
Ketua

Dr. Ali Maskun, MS
NIP. 195405091983031001

Dr. Ali Maskun, MS

NIP. 195405091983031001
Sekertaris

Sugeng Purwanto, SE,MM
NIP. 196801081989031001
Anggota

Dra. Ec. Siti Aminah, MM
NIP. 196107121988032001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasinal “Veteran”
Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM
NIP. 196309241989031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkatnya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“ANALISIS

PENGARUH

FAKTOR

EKONOMI

TERHADAP

PMA

(PENANAMAN MODAL ASING) DI JAWA TIMUR”. Skripsi ini disusun guna
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.

Dalam kesempatan yang baik ini, penulis dengan ketulusan dan
kerendahan hati ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
telah dengan ikhlas memberikan masukan dan kontribusi berarti dalam proses
penyusunan skripsi ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto,MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM . selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dr. Ali Maskun, Ms selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Dosen-dosen Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan
Nasional


“Veteran”

Jawa

Timur

yang

telah

memberikan

ilmu

pengetahuannya dan segala jasa-jasanya selama perkuliahan.
6. Papa dan Mama tercinta, terimakasih atas segala doa yang dipanjatkan,
serta perjuangan dan pengorbanan yang tak pernah dikeluhkan, semoga
kesehatan akan selalu mengiringi mereka.
7. Untuk kakak dan adikku terimakasih telah sudi meluangkan waktunya

untuk mendengarkan, mendukung dan memberikan semangat.
8. Sahabat-sahabatku yang telah setia menemani, menyayangi, selalu
memberikan semangat dan selalu membantu ketika mengalami kesulitan.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang menjadi
bagian dari setiap peristiwa yang penulis alami.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, sehingga dimasa mendatang penulis bisa
membuat yang lebih baik dari sekarang.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga Tuhan
selalu bersama kita dan memberikan berkatnya setiap saat. Amin.

Surabaya, 14 Maret 2013

Febrianto Efrat Pasambe
ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN


x

ABSTRAKSI

xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

7

1.3 Tujuan Penelitian

7


1.4 Manfaat Penelitian

8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

9

2.2 Landasan Teori

11

2.2.1 Penanaman Modal Asing
2.2.1.1 Pengertian PMA
2.2.2 Investasi

11
11
12


2.2.2.1 Pengertian Investasi

12

2.2.2.2 Fungsi Investasi

12

2.2.3 Inflasi

13

2.2.3.1 Pengertian Inflasi
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.2.3.2 Macam-macam Inflasi

14

2.2.3.3 Efek buruk Inflasi

15

2.2.3.4 Pengaruh Inflasi terhadap Investasi

16

2.2.3.5 Inflasi dan perkembangan Ekonomi

17

2.2.4 Tingkat Suku Bunga

18

2.2.4.1 Pengertian Tingkat suku bunga

18

2.2.4.2 Unsur-unsur Tingkat suku bunga

18

2.2.4.3 Keseimbangan Tingkat suku bunga

19

2.2.4.4 Hubungan Tingkat bunga dan Investasi

20
21

2.2.5 Kurs Valuta Asing
2.2.5.1 Pengertian Kurs valuta asing

21

2.2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
Nilai tukar mata uang
2.2.5.3 Sistem Kurs Valuta Asing

22
23

2.2.5.4 Hubungan Kurs Valuta asing
terhadap Investasi
2.2.6 Hubungan Kausalitas antar Variabel

25
25

2.2.6.1 Pengaruh Inflasi terhadap Penanaman Modal
Asing

26

2.2.6.2 Pengaruh Tingkat suku bunga terhadap
Penanaman Modal Asing

27

2.2.6.3 Pengaruh Kurs Valuta Asing terhadap
Penanaman Modal Asing

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

2.2.7 Hipotesis

29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

30

3.2 Teknik Penentuan Sampel

31

3.2.1 Populasi

31

3.2.2 Sampel

31

3.3 Teknik Pengumpulan Data

32

3.3.1 Jenis Data

32

3.3.2 Sumber Data

32

3.3.3 Pengumpulan Data

33

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

33

3.4.1 Tekinik Analisis

33

3.4.2 Uji Hipotesis

37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian

39

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

42

4.2.1 Perkembangan Investasi PMA

42

4.2.2 Perkembangan Tingkat Inflasi

43

4.2.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga

44

4.2.4 Perkembangan Kurs Valuta Asing

45

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Asumsi Klasik

46
46

a. Multikolinieritas

46
v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

b. Heterokedastisitas

47

c. Autokorelasi

47

d. Normalitas

48

4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda

50

4.3.3 Pengujian Hipotesis

51

a. Uji t

51

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

53

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

56

5.2. Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

xiii

LAMPIRAN

xv

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP
PMA DI J AWA TIMUR

FEBRIANTO EFRAT PASAMBE

ABSTRAKSI

Tertinggalnya perekonomian Indonesia pada awal orde baru, mendorong pemerintah
untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan, salah satunya dengan investasi asing .
Investasi asing bagi Indonesia merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang diperoleh dari luar negeri dapat berupa pinjaman dan penanaman modal asing di
Indonesia. Demikian halnya dengan iklim investasi di Jawa Timur khususnya
Penanaman Modal Asing (PMA). Jumlah nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA)
di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat
fluktuatif. Hal ini tidak lepas dari kondisi ekonomi global, dimana tingkat perekonomian
dunia akan sangat berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi yang dilakukan oleh
negara-negara maju. Sehingga dengan demikian pemerintah sebaiknya memperhatikan
faktor-faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi Penanaman Modal Asing. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Suku bunga, Kurs valuta asing
terhadap PMA serta variabel yang paling berpengaruh secara dominan.
Populasi dalam penelitian adalah PMA di Jawa Timur dengan jumlah 42 negara yang
terdaftar dalam Badan Pusat Statistik selama periode 2003 - 2011. Sampel yang diteliti
sebanyak 7 negara yang memenuhi kriteria dengan cara purposive sampling. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dimana data yang digunakan
merupakan data sekunder. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis
regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Inflasi dan Tingkat Suku
Bunga tidak berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing. Sedangkan untuk Kurs
Valuta Asing berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing. Serta secara bersama-sama
Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Kurs Valuta Asing mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan terhadap Penanaman Modal Asing yaitu sebesar 76,6 % sedangkan sisanya
23,4 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

Kata kunci : Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Kurs Valuta Asing, Penanaman Modal Asing
xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masih tertinggalnya perekonomian Indonesia pada awal orde baru,
mendorong pemerintah untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Investasi asing bagi Indonesia
merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan dalam proses
pembangunan di Indonesia.(Situmorang, 2008:2)
Dengan dikeluarkan berbagai kebijaksanaan regulasi, pasar modal
Indonesia berkembang dengan pesat yang mencerminkan dari bertambahnya
jumlah perusahaan yang go publik meningkat drastis dan meningkatnya
volume perdagangan efek di bursa. Kebijaksanaan pemerintah ini berpuncak
dengan di tetapkannya undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar
modal beserta berbagai peraturan pelaksanaannya pada saat bersamaan, yang
merupakan suatu momentum penting bagi pasar modal.
Pemerintah bermaksud menggunakan momentum ini dengan sebaikbaiknya untuk membangun suatu pasar modal yang handal dan kompetitif.
Oleh karena itu sampai sekarang Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang
dari 130 peraturan Bapepam sebagai petunjuk teknis dari undang-undang dan
peraturan pelaksanaannya.Dengan di keluarkannya berbagai peraturan diatas,
maka pada saat ini pasar modal Indonesia telah mempunyai perangakt
peraturan yang komprehensif yang dapat memberikan peluang untuk

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

menciptakan suatu pasar modal yang tangguh, kompetitif dan dapat di
percaya. Salah satu kebijaksanaan yang penting dikemukakan

adalah

keluarnya keputusan menteri keuangan nomor 455/KMK.01/1997 yang
mencabut keputusan menteri keuangan nomor 1055/KMK.013/1989 tentang
Pembelian Saham oleh pemodal asing melalui pasar modal. Melalui
keputusan tersebut, pemerintah membuka kesempatan bagi investor asing
untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham
perusahaan sampai dengan maksimum 100% saham yang tercatat di Bursa
efek dan Bursa parallel.(Situmorang, 2008: 20).
Penurunan Inflasi mempengaruhi harga dan jasa relatif stabil yang
mengakibatkan daya beli masyarakat bertambah besar sehingga para investor
asing tertarik untuk menanamkan modalnya yang lebih besar.(Suwarno,2008)
Nilai valuta asing yang tinggi akan mempengaruhi investor asing. Apabila
terjadi depresiasi rupiah terhadap mata uang asing, bagi para investor asing
menganggap harga – harga di jawa timur akan mengalami penurunan, dalam
hal ini yang di perhatikan adalah harga bahan baku impor untuk produksi,
maka dapat mendorong proses industrialisasi dalam menghasilkan barang dan
jasa. Dengan komdisi tersebut pihak investor asing tertarik untuk
menanamkan modalnya.(Suwarno, 2008)
Tingkat bunga bukanlah suatu hal yang bersifat umum. Tingkat bunga
bervariasi berdasarkan jenis sekuritas. Oleh karena itu, tingkat bunga suatu
sekuritas dapat meningkat atau menurun sewaktu – waktu. Jika tingkat suku
bunga internasional mengalami penurunan maka akan mengakibatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

meningkatnya minat Investor asing sehingga berdampak pada kenaikan
Investasi.(Sunariyah,2006:101)
Berdasarkan data laju tingkat inflasi, tahun 2003 merupakan inflasi
yang

terendah dibandingkan

inflasi yang

terjadi pada tahun-tahun

sebelumnya yaitu sebesar 5,06%. Hal ini dikarenakan membaiknya kondisi
perekonomian di Indonesia yang dipengaruhi oleh membaiknya sektor rill dan
adanya kepercayaan dari para investor terhadap Indonesia. Namun laju inflasi
mengalami peningkatan di tahun 2004 dan 2005 yaitu sebesar 6,4% dan
17,1% yang disebabkan musibah Tsunami di Aceh dan sebagian Sumatra
pada bulan desember 2004.
Sedangkan Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2006 mengalami
penurunan menjadi sebesar 6,6%. Dari tahun 2007 hingga 2010 tingkat inflasi
di Indonesia mengalami naik turun secara tidak stabil. Pada tahun 2007
tingkat inflasi naik sebesar 0,1% atau menjadi 6,7% pada tahun 2008
meningkat 5,36% dibandingkan pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2010
tingkat inflasi di Indonesia sebesar 6,96% atau meningkat 4,18%
dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 2,78%.(anonim, 2010)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Tabel 1.1 : Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi
Tahun
(% )
2003

5,06

2004

6,4

2005

17,1

2006

6,6

2007

6,7

2008

11,06

2009

2,78

2010

6,96

Tingkat suku bunga di Indonesia juga mengalami fluktuasi pada kurun
waktu 2003 hingga 2010. Pada tahun 2003 tingkat suku bunga berada pada
posisi 8,31% sedangkan 2010 tingkat suku bunga berada pada posisi 6,50%.
(anonim,2010)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Tabel 1.2 : Tingkat Suku Bunga
Tingkat Suku
Tahun
Bunga(% )
2003

8,31

2004

7,43

2005

12,75

2006

9,75

2007

8,00

2008

9,25

2009

6,50

2010

6,50

Pejelasan Tabel diatas dapat dilihat tingkat suku bunga tertinggi terjadi
pada tahun 2005 yaitu sebesar 12,75%. Sedangkan tingkat suku bunga
terendah terjadi pada tahun 2009 dan 2010, yaitu sebesar 6,50%.
Nilai tukar (kurs) merupakan harga mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam mata uang negara lain, dimana akan terdapat perbandingan
nilai (harga) antara kedua mata uang tersebut. Mata uang asing atau yang
sering disebut dengan istilah valuta asing bukan saja berfungsi sebagai alat
pebayaran, alat nilai dan alat satuan hitung sebagaimana fungsi uang pada
umumnya, tapi valuta asing juga menjadi salah satu komoditi yang dapat
diperjualbelikan. Di bursa asing juga dinyatakan dalam dua macam harga
(kurs) yaitu kurs beli dan kurs jual. Selisih yang timbul dari kedua harga ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

disebut bidatau ask spread yang tidak lain merupakan keuntungan bagi
pedagang valuta asing.(Sinrem I, 2002)
Sedangkan untuk kurs valuta asing, penguatan rupiah terhadap dollar di
Indonesia pada tahun 2003 sebesar Rp 8.465,00. Namun pada tahun 2004 dan
2005 rupiah melemah senilai Rp. 9.290,00 dan Rp. 9.830,00.
Tabel 1.3 : Kurs Valuta Asing
Kurs Valuta Asing
Tahun
(Rp)
2003

8.465

2004

9.290

2005

9.830

2006

9.020

2007

9.419

2008

10.950

2009

8.900

2010

8.946

Berdasarkan tabel diatas, rupiah melemah tertinggi pada tahun 2009
senilai Rp. 10.950,00 terhadap dollar. Namun posisi terkuat rupiah terjadi
pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 8.465,00. (Anonim, 2010)
Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak lepas dari
konsekuensi yang semakin meningkat, sejalan dengan bertambahnya harapan
dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik.(Sukirno, 2004:423) Hasil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

dalam permasalahan ini peniliti mengambil judul ANALISIS PENGARUH
FAKTOR EKONOMI TERHADAP PMA DI JAWA TIMUR.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian ini, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan :
a. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap PMA (Penanaman Modal Asing) dan
besar pengaruhnya.
b. Apakah Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap PMA (Penanaman
Modal Asing) dan besar pengaruhnya.
c. Apakah Kurs Valuta Asing berpengaruh terhadap PMA (Penanaman
Modal Asing) dan besar pengaruhnya.
d. Manakah variabel yang paling berpengaruh secara dominan terhadap PMA
(Penanaman Modal Asing).

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap PMA (Penanaman Modal
Asing).
b. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap PMA
(Penanaman Modal Asing).
c. Untuk mengetahui pengaruh Kurs Valuta Asing terhadap PMA
(Penanaman Modal Asing)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang terdapat manfaat penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Penelitian ini dapat diketahui pengaruh PMA (Penanaman Modal Asing)
terhadap tingkat Inflasi, Suku bunga, Kurs valuta asing.
b. Sebagai

bahan

pertimbangan

bagi

penelitian

selanjutnya

yang

berhubungan dengan investasi atau PMA (Penanaman Modal Asing).
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan
perpustakaan Fakultas ekonomi Univesitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak-pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bagan acuan dan masukan, serta pengkajian dalam
penelitian ini dilakukan oleh :
1. Suwarno (2008) jurnal dengan judul “Analisis beberapa faktor yang
mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) pada industri manufaktur
di Jawa Timur” Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh jumlah industri,
Produk Domestik Regional Bruto, Kurs Valuta Asing, dan Inflasi.
Variabel yang di gunakan adalah analisis regresi berganda. Dari hasil
penelitiannya adalah bahwa secara parsial (uji t) jumlah industri
manufaktur dan produk domestik regional bruto tidak berpengaruh secara
nyata terhadap penanaman modal asing sedangkan variabel kurs valuta
asing dan inflasi berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal
asing pada industri manufaktut, dan secara simultan (uji F) bahwa Produk
domestik regional bruto, Kurs valuta asing dan inflasi berpengaruh secara
nyata terhadap Penanaman modal asing pada industri manufaktur di Jawa
timur.
2. Ningrum (2008) jurnal dengan judul “Penanaman Modal Asing dan
Peyerapan Tenaga Kerja di Sektor Industri” Adanya kecenderungan yang
menurun pada nilai PMA setelah tahun 1998 menunjukkan bahwa daya

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

tarik investasi asing di Indonesia terus melemah, hal ini terlihat dari arus
investasi asing langsung yang keluar melebihi arus investasi asing
langsung yang masuk ke Indonesia. Walaupun secara proporsi, besarnya
PMA melebihi PMDN karena adanya depresiasi rupiah. Selama periode
2002 hingga 2007, industri kimia dan farmasi merupakan industri yang
paling memberikan kontribusi terbesar terhadap total investasi asing.
Indusri yang paling memberikan kontribusi terbesar terhadap total
investasi asing industri ini mampu mencapai 26,88% dari total nilai PMA.
Besarnya pasar dalam negeri merupakan faktor penarik investor asing
untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
3. M. Soekarni, Agus syarip hidayat (2009) jurnal dengan judul “Peta
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) di Indonesia” Secara rata-rata, tren realisasi PMA dan PMDN
mengalami peningkatan yang cukup singnifikan selama periode 2002 –
2008. Akan tetapi, jika diperhatikan tahun per tahun, nilai PMA dan
PMDN tersebut cenderung berfluktuasi relatif tajam. Dari aspek lokasi,
sebagian besar PMA dan PMDN masih terkonsentrasinya di jawa dan
Sumatra. Hal ini disebabkan pleh berbagai faktor, antara lain ketersediaan
infrastruktur yang lebih memadai, potensi pasar yang relatif lebih besar,
dan pasokan tenaga kerja berkualitas lebih banyak di kedua pulau tersebut.

Perbedaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu
Pada penelitian terdahulu sebagian besar besar penulis menggunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

metode analisis deskriptif dan estimasi. Sedangkan penelitian saat ini
menggunakan data sekunder dan menggunakan metode analisis kuantitatif.
Di situ letak perbedaanya. Penelitian saat ini lebih menitik beratkan pada
PMA (Penanaman Modal Asing) dan pengaruhnya terhadap Inflasi, Suku
Bunga, Kurs Valuta Asing, sehingga ketiga faktor tersebut yang di
gunakan terhadap manakah PMA (Penanaman Modal Asing) akan lebih
berpengaruh.

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Penanaman Modal Asing (PMA)
2.2.1.1 Pengertian PMA
Beberapa pengertian tentang

PMA (Penanaman Modal Asing),

adalah sebagai berikut:
1. PMA (Penanaman Modal Asing) adalah investasi yang dilakukan oleh
investor luar negeri dalam penanaman modal asing, resiko dari
kegagalan investasi adalah di tanggung oleh investor luar negeri.
(Prasetio, 2009:12)
2. PMA (Penanaman Modal Asing) merupakan investasi yang dilakukan
oleh investor luar negeri dalam penanaman modal asing ini resiko
kegagalan yang ditanggung oleh investor luar negeri.
3. PMA (Penanaman Modal Asing) adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.

2.2.2 Investasi
2.2.2.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmena atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang di lakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang. (Tandelilin, 2001:3)
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal
atau pembentukan modal merupakan komponen yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan
sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasajasa yang tersedia dalam perekonomian. (Anonim, 2010:1)
Dari pengertian diatas dapat diberi kesimpulan bahwa investasi
merupakan penempatan sejumlah dana atau sumber daya lainnya
kemudian menggunakan untuk membeli barang modal pada saat sekarang
ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.
2.2.2.2 Fungsi investasi
Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu (i) ia sejajar
dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas kesebelah kanan
(yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan
investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila
pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam
analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan
bersifat otonomi.
Berdasarkan kepada pandangan ini maka kurva investasi berbentuk
sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti digambarkan oleh kurva I0, I1,
dan I2. Dalam analisis itu bahwa investasi terutama dintentukan oleh suku
bunga, apabila suku bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang,
sebaliknya suku bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak
investasi.

Akibat

dari

perubahan

suku

bunga

kepada

investasi

digambarkan oleh kurva I1 dan I2. Misalkan apabila suku bunga adalah r0
jumlah investasi adalah I0. Seterusnya misalkan suku bunga turun ke r2,
ini akan menyebabkan pertambahan investasi, misalnya menjadi I2.
Sebaliknya apabila suku bunga naik menjadi r1 akan terjadi kemerosotan
investasi, yaitu menjadi I1.

2.2.3 Inflasi
2.2.3.1 Pengertian inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu
di ingat.(Boediono, 2008:155)
Tetapi mungkin dalam realita ada kecenderungan bagi harga-harga
untuk terus menaik. Keadaan seperti ini tercermin dari, misalnya adanya
harga-harga “bebas” atau harga-harga “tidak resmi” yang lebig tinggi dari
harga-harga “resmi” dan yang cenderung menaik. Dalam hal ini masalah
inflasi sebetulnya ada, tetapi tidak diperkenankan untuk menunjukkan
dirinya. Keadaan seperti ini disebut “suppressed inflation” atau “inflasi
yang ditutupi”, yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan
dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan bagi kenyataan.
(Boediono,2008:155)
Jadi didefinisikan, inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan
kenaikan tingkat secara umum dan berlangsung secara terus menerus
dengan rentang waktu minimal selama satu bulan.(Murni,2006:203)
2.2.3.2 Macam-macam inflasi
Ada bebagai cara untuk menggolongkan macam inflasi:
a. Penggolongan pertama didasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tersebut.
Disini kita bedakan beberapa macam inflasi:
1.

inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

2.

inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun)

3.

inflasi berat (antara 30 – 100% setahun)

4.

Hiperinflasi (di atas 100% setahun).(boediono, 2008:162)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

b. Berdasarkan tingkat atau laju inflasi:
1. Moderat inflation (laju inflasi antara 7-10%) adalah inflasi yang
ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat
2. Galloping inflation adalah inflasi ganas (tingkat laju inflasi antara 20
– 100%) yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius
terhadap perekonomian dan timbulnya distori-distori besar dalam
perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang kehilangan nilainya
dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih
baik memegang barang. Kredit jangka panjang didasarkan para
indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti dollar.
3. Hyper inflation merupakan inflasi yang tingkat inflasinya sangat
tinggi (diatas 100%). Inflasi in sangat mematikan kegiatan
perekonomian masyarakat.
2.2.3.3. Efek buruk Inflasi
Dampak inflasi dapat pula ditinjau dari tingkat kesejahteraan
masyarakat, yakni sebagai berikut:
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill yang diterima masyarakat,
dan ini sangat merugikan orang-orang berpenghasilan tetap. Pada saat
inflasi, kenaikan tingkat upah tidak secepat kenaikan harga barang
yang diperlukan dan dijual dipasar.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan berbentuk uang. Seperti
tabungan masyarakat dibank dan nilai rillnya akan menurun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

c. Inflasi akan memperburuk pembagian kekayaan, karena bagi
masyarakat yang berpenghasilan tetap dan mempunyai kekayaan
dalam bentuk uang bisa-bisa jatuh miskin. Tetapi bagi masyarakat
yang menyimpan kekayaan dalam bentuk tanah dan rumah akan
terjadi peningkatan kekayaan, baik secara rill maupun secara nominal.
Demikian pedagangn pendapatan rill mereka akan dapat bertahan dan
mungkin meningkat pada saat terjadi inflasi.(sukirno, 2008:339)
2.2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi
Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal-hal
seperti distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi nasional,
ketika pengaruh tersebut juga dijelaskan sebagi berikut:
1. Pengaruh terhadap pendapatan (equity effect)
Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula
yang di untungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang di rugikan
adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang
memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang
dengan bunga yang lebih rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan
golongan yang diuntungkan adalah yang memperoleh pendapatan
dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi yang terjadi.
2. Pengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi (efficiency effect)
Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap
berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan dalam produksi
berbagai barang-barang tertentu, sehingga adanya inflasi maka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

permintaan akan barang-barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang lainnya yang pada kelanjutannya akan
mendorong kenaikan produksi barang-barang tersebut dengan akibat
akan mempengaruhi pola alokasi dari faktor-faktor produksi yang
sudah ada dan menjadi tidak efisien lagi.
3. Pengaruh inflasi produksi nasional (output effect)
Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan
timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar
dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan
akan naik yang akan mengakibatkan kenaikan produksi. Namun
apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mengakibatkan sebaliknya.
Dengan menurunnya tingkat inflasi disuatu negara maka kegiatan
daya beli masyarakatnya akan mengalami peningkatan karena selalu di
iringi dengan turunnya harga-harga barang dan jasa di dalam negeri
sehingga membuat investor swasta tertarik untuk menanamkan
modalnya.(boediono, 2001:155)
2.2.3.5. Inflasi dan perkembangan Ekonomi
Inflasi

yang

tinggi

tingkatannya

tidak

akan

menggalakkan

perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta seperti tanah,
rumah, dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun,

yang akan

mengakibatkan naiknya jumlah pengangguran.(Sukirno, 2004:33)

2.2.4. Tingkat Suku bunga
2.2.4.1. Pengertian Tingkat suku bunga
Tingkat bunga adalah biaya pemimnjam (atau pendapatan dari
perkreditan) yang dinyatakan dalam persentase tahunan. Tingkat bunga
memainkan peran penting bagi kalangan rumah tangga dalam membuat
keputusan

mengenai pembelian

barang-barang

tahan lama,

dan

berpengaruh terhadap pembangunan fasilitas produksi dan bangunan
komersil baru.(Sunariyah, 2006:80)
Pengertian dasar tingkat bunga adalah perbandingan atau interaksi
antara tabungan dan investasi.(nopirin, 2008:94)
2.2.4.2. Unsur-unsur Tingkat suku bunga
Suku bunga sangatlah tergantung pada jenis pinjaman atau pemberi
pinjaman yang didasarkan pada:
a. Syarat atau jatuh tempo
Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode
sampai dengan satu tahun. Sedangkan surat-surat berharga berjangka
panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jangka pendek, karena masyarakat ingin

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

mengorbankan lebih cepat dana-dana mereka hanya jika mereka dapat
meningkatkan hasilanya.
b. Resiko
Pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki resiko, sementara
lainnya sangat bersifat spekulatif.
c. Likuiditas
Aset juga dapat dibeda-bedakan atas dasar-dasar kecilnya biaya dan
kecepatan pemanfaatan oleh pemiliknya.
d. Biaya-biaya administrasi
Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagi
pinjaman sangatlah berbeda. Beberapa pinjaman ada yang memerlukan
pemeriksaan secara periodic, bahkan ada yang mengharuskan jaminan
atas dibayar secara tepat waktu.(Krugman, 1995:198-199)
2.2.4.3. Keseimbangan Tingkat suku bunga
Pada dasarnya suku bunga terbentuk oleh keseimbangan pasar uang,
yakni : Ms = Md
Keterangan :
Ms : Money supply (penawaran uang)
Md : Money demand (permintaan uang)
Penurunan

penawaran

uang

(Ms)

mengakibatkan

kelebihan

permintaan uang (Md) pada tingkat bunga. Selain itu kenaikan penawaran
uang pada suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami
depresiasi dalam valuta asing, sedangkan penurunan penawaran uang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

akan mendorong mata uang akan mengalami apresiasi.(Krugman,
1995:103)
Dalam analisis jangka panjang mengenai pengaruh faktor-faktor
moneter baik terhadap penawaran dan permintaan uang maupun terhadap
kurs dan tingkat harga suatu negara. Maka suatu kenaikan penawaran
dalam penawaran uang dapat menimbulkan kenaikan proporsional atas
jangka panjang semua tingkat harga. Apabila perekonomian yang sejak
semula sudah mencapai full employment.
Salah satu sifat tingkat bunga sangat mudah berubah-ubah, turun naik.
Fluktuasi ini sering terjadi dalam kurva waktu singkat terutama tingkat
bunga jangka pendek. Meskipun tingkat bunga jangka panjang relative
kurang berfluktuasi dibandingkan dengan tingkat bunga jangka pendek,
kedua-duanya cenderung bergerak naik turun dalam waktu yang
sama.(Sunariyah, 2006:81)
2.2.4.4. Hubungan Tingkat bunga dan investasi
Dalam hal memperbincangan komponen investasi dari permintaan
agregat, suku bunga dianggap sebagai sebuah faktor-faktor penting yang
mendeterminasi tingkat investasi sewaktu suku bunga meningkat, maka
tingkat investasi dapat diekspektasi akan menurun, karena kurang begitu
menguntungkan lagi untuk melakukan investasi.
Begitu pula halnya, apabila kredit makin sulit dicapai, situasi mana
biasanya menyertai suku bunga yang lebih tinggi, maka investasi
cenderung menyusut dan sebaliknya.(Sunariyah, 2006:99)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Gambar 2.1 Hubungan Tingkat bunga dan Investasi

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada tingkat bunga sebesar r0
terdapat investasi bernilai I0 yang mempuyai tingkat pengembalian modal
sebanyak r0 atau lebih. Maka tingkat bunga sebanyak r0 investasi yang
akan dilakukan perusahaan adalah I0. Apabila tingkat bunga adalah r1
diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang
mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian
pada tingkat bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah
sebanyak I1.(Sukirno, 2004:125)

2.2.5. Kurs Valuta Asing
2.2.5.1. Pengertian Kurs valuta asing
Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang dari negara tertentu
yang telah ditetapakan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

cadangan devisa posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara
lainnya. Nilai tukar mata uang internasional atau kurs valuta asing
merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang
negara lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan lalu lintas
perdagangan dan moneter antar negara. Perubahan-perubahan tersebut
dapat terjadi sebagi akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran
dalam

pasar

valuta

asing

dan

juga

dapat

ditentukan

oleh

pemerintah.(Murni, 2006:244)
2.2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan Nilai tukar Mata uang
Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi nilai mata uang antara
mata uang dengan negara lain adalah:
1. Tingkat inflasi
Inflasi adalah siatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan
harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa
terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya
jumlah uang beredar di masyarakat.
2. Tingkat bunga
Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar
negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi
penanaman modal bagi dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan
menyebabkan

terjadinya

pemasukan

modal

yang

cenderung

menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

3. Tingkat peningkatan
Bila pendapatan rill masyarakat dalam negeri meningkta, maka
permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti
peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini mengakibatkan nilai
tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam
negeri akan mengalami depresiasi.
4. Faktor spekulasi
Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing
dengan

tujuan

memperoleh

keuntungan

dari

penurunan

atau

peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.(Prasetio, 2009:27)
2.2.5.3. Sistem Kurs valuta asing
1. Sistem Kurs tetap
Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi atau
tetap, tetapi kurs tetap lebih merupakan sistem yang diperkenankan
untuk berfluktuasi dalam batas (bans) sempit yang mengelilingi nilai
prioritas dimana keduanya tetap tetapi tidak abadi atau kekal. Sistem
kurs tetap ini diperkenalkan setelah perang dunia 1 yang diadakan di
Bretton Woods pada tahun 1994, sistem ini bertahan selama hampir
30 tahun yaitu sejak 1994-1997, sehingga periode itu disebut era
Bretton Wodds.(Jamli, 2001:1989)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Gambar 2.2 Sistem kurs tetap

Dari gambar 2.2, menunjukkan bahwa peningkatan terus menerus
permintaan dollar A.S (D0 -> D1), yang disebabkan oleh peningkatan
ekspor A.S ke Indonesia atau aliran modal masuk ke Indonesia
menaikkan kurs dari titik a ke titik b. sehingga diperlukan bantuan
pemerintah

penawaran

dollar

A.S

hal

ini

berperan

untuk

mempertahankan kurs pada titik c.
2. Sistem Kurs mengambang
Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu kurs yang
berfluktuasi dengan bebas sebagi reaksi terhadap perubahan
permintaan dan penawaran valuta asing. Penyesuaian neraca
pembayaran terutama melalui perubahan kurs dan tingkat bunga dan
tidak adanya cadangan internasional Emas dan Valuta asing. Sistem
kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. Sistem kurs ini
merupakan sistem kurs yang paling tidak rumit dan amat sesuai
dengan model persaingan kompetitif dimana terdapat campur tangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap
perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari
permintaan dan penawaran valuta asing. Implikasi adalah bahwa
sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi daripada sistem kurs
tetap.(Jamli, 2001:209)
2.2.5.4. Hubungan Kurs valuta asing terhadap investasi
Kurs valuta asing merupakan nilai tukar mata uang suatu negara
terhadap mata uang dari negara tertentu yang telah ditetapkan
berdasarkan faktor-faktor

ekonomi seperti cadangan devisa posisi

neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Nilai mata
uang internasional atau kurs valuta asing adalah nilai atau harga tukar
suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang ditetapkan dalam
hubungan

lalu

lintas

perdagangan

dan

moneter

antar

negara.(Abimayu, 2004:8)
Pada tingkat kurs valuta asing mengalami penurunan maka nilai
mata uang rupiah akan mengalami kenaikan. Dengan adanya kenaikan
nilai mata uang maka pertumbuhan ekonomi positif sehingga investasi
swasta PMA dan PMDN akan mengalami kenaikan.(Sukirno,
2004:397)

2.2.6. Hubungan Kausalitas antar Variabel
Investasi adalah unsur yang sangat penting dalam peningkatan
kinerja ekonomi suatu negara. Dengan investasi yang dialokasikan secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

optimal akan dapat meningkatkan nilai tambah yaitu berupa peningkatan
pertumbuhan ekonomi, selain ketetapan dan alokasi yang optimal tersebut
maka mekanisme investasi akan mewujudkan nilai tambah juga tergantung
pada beberapa kondisi ekonomi yang ada di suatu negara. Diketahui
kondisi tersebut berupa faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja
investasi, faktor tersebut yakni Inflasi, suku bunga, dan kurs valuta asing.
Dinamika faktor-faktor tersebut dapat menjadikan kekuatan namun juga
bisa menjadi histori dalam mengalokasikan investasi pada suatu
perekonomian.
2.2.6.1. Pengaruh Inflasi terhadap Penanaman Modal Asing (PMA)
Hasil penelitian terdahulu menurut (Suwarno, 2008) Penurunan inflasi
mempengaruhi harga barang dan jasa relatif stabil yang mengakibatkan
daya beli masyarakat bertambah besar sehingga para investor asing
tertarik untuk menanamkan modalnya lebih besar. Sehingga dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap penanaman modal asing.
Hasil

penelitian

terdahulu

menurut

(Gerry,

2010)

Dengan

menurunnya tingkat inflasi di suatu negara maka kegiatan daya beli oleh
masyarakat akan mengalami peningkatan karena selalu diiringi dengan
turunnya harga – harga barang dan jasa di dalam negeri sehingga investor
asing tertarik untuk menanamkan modalnya. Dari penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap PMA .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

2.2.6.2. Pengaruh Tingkat suku bunga terhadap Penanaman Modal Asing
(PMA)
Penelitian terdahulu menurut (Gerry, 2010) Pengertian Tingkat suku
bunga adalah interaksi antara tabungan dan investasi, jika tingkat suku
bunga internasional mengalami penurunan maka akan mengakibatkan
minat investor asing sehingga berdampak pada kenaikan investasi pada
Penanaman modal asing (PMA). Sehingga dari penjelasan tersebut dapat
di ketahui Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap Penanaman
modal asing.
Penelitian terdahulu menurut (Aliyatul, 2010) Hubungan antara suku
bunga dengan investasi adalah tingkat bunga merupakan faktor yang
sangat penting di dalam menentukan tingkat investasi yang akan
dilakukan para pengusaha pada suatu waktu tertentu. Jadi jika tingkat
suku bunga indonesia rendah maka hal ini biasanya diikuti dengan
pulihnya kondisi ekonomi, sehingga mendorong para investor untuk
menambahk modalnya. Sehingga hal tersebut dapat di ketahui tingkat
suku bunga berpengaruh negatif terhadap PMA.
2.2.6.3. Pengaruh Kur s Valuta Asing terhadap Penanaman Modal Asing
(PMA)
Penelitian terdahulu menurut (Suwarno, 2008) Nilai valuta asing
yang tinggi akan mempengaruhi investor asing. Apabila terjadi
depresiasi rupiah terhadap mata uang asing, bagi para investor asing
menganggap harga-harga di Jawa timur akan mengalami penurunan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku import untuk
produksi,

maka

dapat

mendorong

proses

industrialisasi

dalam

menghasilakan dalam menghasilkan barang dan jasa. Dengan kondisi
tersebut pihak investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya.
Sehingga dari penjelasan tersebut dapat diketahui Kurs valuta asing
berpengaruh negatif terhadap Penanaman modal asing.
Penelitian terdahulu menurut (Kharis, 2010) Hubungan dari pada
kurs valuta asingn inflasi dan investasi dimana dengan menurunnya
biaya impor bahan baku untuk produksi disamping itu juga merupakan
sinyal positif bagi perekonomian untuk menurunkan laju inflasi dan
Investasi di jawa timur. Dari penjelasan tersebut diketahui kurs valuta
asing berpengaruh negatif terhadap Penanaman modal asing.

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Inflasi
X1

Suku Bunga
X2

Kurs Valas
X3

Sumber : Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PMA (Y1)

29

2.2.7. Hipotesis
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan,
maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan
sementara terhadap permasalahan penelitian yang harus dibuktikan secara
empiris adalah sebagai berikut:
a. Diduga bahwa Inflasi berpengaruh negatif terhadap PMA (Penanaman
Modal Asing).
b. Diduga bahwa Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap PMA
(Penanaman Modal Asing).
c. Diduga bahwa Kurs Valuta Asing berpengaruh negatif terhadap PMA
(Penanaman Modal Asing).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengkuran Variabel
Definisi

operasional

adalah

mendefinisikan

konsep

yang

akan

dioperasionalkan ke dalam penelitian baik berdasarkan teori yang ada ataupun
pengertian empiris. Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. PMA (Penanaman Modal Asing) (Y)
Investasi berasal dari swasta yang berada di luar negeri tujuannya untuk
memperluas usaha dan mengembangkan perekonomian negara, di
nyatakan dalam juta dollar US
2. Inflasi (X1)
Merupakan kenaikan harga umum barang – barang secara terus – menerus
selama periode tertentu yang di nyatakan dalam satuan prosentase (%)
3. Tingkat suku bunga (X2)
Pembayaran yang di lakukan untuk penggunaan uang merupakan jumlah
bunga yang dibayarkan per unit waktu yang di dasarkan perubahan nilai
uang dan kemungkinan perubahan kurs. Suku bunga memainkan peranan
penting dalam pasar valuta asing, mengingat simpanan – simpanan
berjumlah yang diperdagangkan dipasar tersebut menghasilkan bunga.
Hal ini tingkat bunga masing-masing sesuai dengan mata uang yang
menjadi satuannya (%).

30
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

4. Kurs Valas (X3)
Nilai tukar suatu mata uang asing terhadap mata uang dari negara lain.
Nilai tukar US$ (dollar amerika serikat) terhadap Rp ( dalam satuan
rupiah)

3.2 Teknik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memilki ciriciri atau karakteristik-karakteristik yang lain, dan kelompok tersebut akan
dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44). Populasi
yang menjadi obyek penelitian adalah PMA di Jawa Timur dengan jumlah
42 negara 39.249.536 proyek yang terdaftar dalam Badan Pusat Statistik
selama periode 2003 – 2011.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004:44).
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
purposive sampling. Teknik purposive sampling digunakan pada
penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada
sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2006:115).
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil dari populasi dilakukan dengan
purposive sampling didasarkan pada beberapa kriteria yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

1. PMA yang menanamkan modalnya di Jawa Timur selama periode 2003
– 2011.
2. PMA yang terdaftar di Badan Pusat Statistik selama periode 2003 –
2011.
3. PMA yang terdaftar berturut – berturut dalam jumlah nilai proyek di
Badan Pusat Statistik selama periode 2003 – 2011.
Berdasarkan populasi PMA dari 42 negara yang terdaftar di Badan
Pusat Statistik, diperoleh 7 negara yang memenuhi kriteria sebagai sampel
dengan rincian sebagai berikut : Australia dengan jumlah 2.089.213
proyek, Jepang dengan jumlah 2.390.407, Singapura dengan jumlah
2.329.606 proyek,

Korea selatan dengan jumlah 1.529.622 proyek,

Taiwan dengan jumlah 878.924 proyek, Belanda dengan jumlah 876.876
proyek, Malaysia dengan jumlah 942.366 proyek.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 J enis data
Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data
sekunder yang berupa data PMA yang terdaftar pada Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2003 – 2011.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah d