ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR.

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI

JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

BERRY KURNIAWAN 0611010005 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTRA TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

DAFTAR LAMPIRAN ...v

ABSTRAKSI ...vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian ...1

1.2. Perumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.4. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ...7

2.2. Landasan Teori ...10

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi ...10

2.2.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...11

2.2.3. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi ...12

2.2.4. TeoriPertumbuhan Ekonomi ...16

2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Adam Smith...16 2.2.4.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi


(3)

Menurt R. M Solow ...17

2.2.4.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurt Harrod-Domar ...19

2.2.4.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurt Kaldor ...21

2.2.4.5. Tahap-tahap Perumbuhan Ekonomi Menurut W. W. Rostow...22

2.2.5. Faktor-faktor pertumbuhan Ekonomi...24

2.2.6. Pengertian Pertanian...27

2.2.6.1. Definisi pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian ...27

2.2.6.1. Ciri-ciri Umum Pertanian ...27

2.2.7. Pengertian Industri...29

2.2.7.1. Definisi pertumbuhan Ekonomi di Sektor Industri... 29

2.2.8. Investasi...30

2.2.8.1. Pengertian Investasi ...30

2.2.8.2. Teori Investasi ...31

2.2.8.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi ...33

2.2.8.4. Jenis-jenis Investasi ...35

2.2.8.5. Hubungan antara Investasi dengan Pertumbuhan ekonomi ...36


(4)

2.2.9.1. Pengertan Tenaga Kerja ...37

2.2.9.2. Pengertian angkatan Kerja ...39

2.2.9.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja ...40

2.2.9.4. Permintaan Tenaga Kerja ...42

2.2.9.5. Penawaran Tenaga Kerja ...44

2.2.9.6. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 46

2.3. Inflasi ...46

2.3.1.Pengertian Inflasi ...46

2.3.2. Jenis Inflasi ...47

2.3.3. Pengaruh Inflasi ...50

2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...51

2.4. Ekspor ...52

2.4.1. Pengertian Ekspor ...52

2.4.2. Tujuan Ekspor ...53

2.4.3. Manfaat ekspor ...53

2.4.4. Cara Ekspor ...54

2.4.5. Strategi Ekspor ...56

2.4.6. Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi ...56

2.5. Kerangka Pikir ...57


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...62

3.2. Teknik Penentuan Sampel...63

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...63

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 64

3.4.1. Teknik Analisis ...64

3.4.2. Uji Hipotesis ...66

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...71

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ...71

4.1.2. Kondisi Perkembangan Investasi di Jawa Timur ...72

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian. ...74

4.2.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Industri ...74

4.2.2. Perkembangan Investasi ...75

4.2.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja ...76

4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi ...77

4.2.5. Perkembangan Ekspor ...77

4.3.

Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator)………....….78


(6)

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ………...…85 4.3.3. Pembahasan ………...….86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...88 5.2. Saran ...90

DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Industri

...75

2. Perkembangan Invstasi ...75

3. Perkembangan Tenaga Kerja ...76

4. Perkembangan Tingkat Inflasi ...77

5. Perkembangan Ekspor ...78

6. Tes Autokorelasi ...80

7. Tes Multikolinier ...81

8. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Sperman ...82

9. Analisis Varian (Anova) ...84

10. Hasil Analisis Variabel Investasi, Tenaga Kerja, Inflasi, dan Ekspor Berpengruh Secara Partial dan Nyata Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor pertanian dan Sektor Industri ...85

11. Hasil Koefisiensi Variabel Independen ...86


(8)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Makro yang Seimbang ...13

2.2. Penawaran Agregat di dalam Posisi Makro yang Seimbang ...15

2.3. Kurva Pertumbuhan Menurut R. M Solow ...18

2.4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harood-Domar …...20

2.5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor...21

2.6. Hubungan antara Suku Bunga dengan Pengeluaran Investasi ...68

2.7. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ...41

2.8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ...43

2.9. Kurva Penawaran Tenaga Kerja ...44

2.10. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja ……….………45

2.11. Demand Full Inflation ………...………..49

2.12. Cost Push Inflation ………...………..50

2.13. Kerangka Pikir ……….………..………60

3.1. Kurva Distribusi Penerimaan Hipotesis Secara Simultan…...66

3.2. Kurva Distribusi Penolakan Hipotesis Secara Simultan ...68

3.3. Daerah Keputusan Uji Durbin Watson ……….…………69

4.1. Kurva ststistik Durbin Watson ...80


(9)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR

Oleh Berry Kurniawan

ABSTRAKSI

Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.

Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial dan menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Produk Domestik Regional Bruto tersebut di 2 sektor (Pertanian, dan Industri) maka dapat diketahui bahwa Variabel inflasi merupakan Variabel yang paling dominan.

Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), Inflasi (X3) dan Ekspor (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y).

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi sektor Pertanian (Y1), Pertumbuhan Ekonomi Sektor industri (Y2), Investasi (X1), Tenaga Kerja (X2), Inflasi (X3), Ekspor (X4).


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional diselenggarakan secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahun dan jangka pendek 5 tahun dengan mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik meteriil maupun spirituil (Anonim, 1998 : 17).

Untuk mempercepat pembangunan, kebutuhan akan modal bermanfaat bagi perkembangan ekonomi. Sementara pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Paham pertumbuhan digunakan dalam teori dinamika sebagaimana hal itu dikembangkan oleh pemikir Neo-keynes dan Neo-klasik. Pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan (Djojohadikusumo, 1994 : 1).


(11)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah penanaman modal asing langsung (foeign direct Invesment : FDI) penanaman modal (Investasi) baik Investasi dalam negeri maupun Investasi asing, perlu di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam pembangunan.(Anonim,2002 : 18).

Dalam rangka mempercepat pemulihan perekonomian nasional, semua pemanfaatan potensi sumber daya, baik yang di miliki oleh pemerintah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta dalam bentuk kegiatan Investasi, memegang peranan penting keberhasilan Investasi tentunya juga tergantung dari sejauh mana dan berapa lama berbagai kendala yang menimpa perekonomian nasional dapat diatasi.

Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.


(12)

Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian, banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi (Rosyidi 1991 : 10).

Di samping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara berkembang lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program Investasi negara dalam jumlah yang besar, namun dengan munculnya barang konsumsi penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan inflasi tersebut dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.(M.L Jhingan,2002 :482).

Disini tidak lepas dengan adanya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat penting diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari modal yang dapat diwujudkan dalam bentuk investasi. Investasi tersebut dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan perluasan tenaga kerja yang diperoleh dari pemerintah, swasta dan pinjaman luar negeri. Oleh karena itu pemerintah harus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif serta sarana yang memadai.

Kestabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian Indonesia. Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, diharapkan dapat


(13)

dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing.

Maslah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang menjadi pertimbangan para Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, karena hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi yang mesti dikeluarkan terutama bagi Investor. Sementara itu nilai kurs yang rendah akan mempengaruhi Investor asing, berarti harga-harga di Indonesia akan mengalami penurunan dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku.

Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak bisa lepas dari konsekuensi pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap tahunnya dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalannya dengan bertambahnya harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik.

Dengan begitu pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan produksi, meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang efektif dan efisien, sehingga perlu adanya pengembangan-pengembangan dibidang faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian adalah :


(14)

1. Apakah investasi, tenaga kerja, inflasi, dan ekspor berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian dan Sektor Industri di Jawa Timur ?

2. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi sektor Pertanian dan Sektor Industri di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk digunakan :

1. Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian dan sektor Industri di Jawa Timur. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian

berkaitan dengan masalah tersebut.

3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian yang akan datang.


(15)

  6

4. Sebagai bahan referensi perpustakaan FE UPN “VETERAN” Jawa Timur pada khususnya dan perpustakaan pada umumnya.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian terdahulu tersebut dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengajian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Soeryani (1999 : 62). Dengan skripsinya

Mengenai “Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”, menyatakan bahwa secara simultan ada pengaruh antara variabel sektor pertanian (X1), sektor industri pengolahan (X2), dan sektor

perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) (X3) di

Jawa Timur. Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh dari Fhitung 6169,016 >

Ftabel 4,76. sedangkan secara parsial, variabel sektor pertanian berpengaruh

terhadap PDRB di jwa Timur dimana thitung 3,478 > ttabel 2,447. variabel

sektor perdagangan tidak berpengaruh terhadap PDRB di Jwa Timur karena thitung -1,269 > ttabel -2,337 dan penyebabnya adalah berfluktuasinya nilai

upiahterhadap dollar Amerika. Ketiga faktor di atas memberikan pengaruh pada konstribusi PDRB di Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.


(17)

b. Rakhman (2003 : 95). Dengan skripsinya

Mengenai “Analisis pengaruh tingkat inflasi, investasi dalam negeri, kurs valas dan penerimaan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh secara simultan uji Fhitung > Ftabel, yang

menyatakan bahwa secara keseluruhan indikator tingkat iflasi (X1), investasi

dalam negeri (X2), kurs valuta asing (X3), dan penerimaan devisa (X4)

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y). dan secara parsial pada tingkat inflasi (X1), dalam pengujian hipotesis

diperoleh thitung sebesar -6,556 < ttabel sebesar -2,571 yang menyatakan

bahwa variabel (X1) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y), pada variabel (X2)

berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif terhadap variabel (Y). dan variabel (X3) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi di Jwawa Timur. Pada variabel (X4) secara parsial

berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif ter4hadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y).

c. Agung Bhayangkara (1999 : 64). Dengan skripsinya

Mengenai “ pengaruh tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(18)

Hasil analisis secara parsial, hanya tingkat pengeluaran konsumsi masyarat saja yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tingkat pengeluaran pemerintah dan tingkat investasi ternyata tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

d. Yukanti Sriyatiningsih (1999 : 85). Dengan skripsinya

Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan penerimaan pajak daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil hipotesis secara parsial penerimaan pajak daerah dan pengeluaran pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan diantara ketiga variabel bebas, variabel yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek : adalah tingkat inflasi. e. Aprianto Dwi H (2001 : 21). Dengan skripsinya

Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta. Hasil uji parsial Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta. Sedangkan


(19)

Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secra nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang diteliti sekarang berbeda dengan penelitian yang terdahulu dimana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Persamaan tersebut terletak pada variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi, sedangkan perbedaanya adalah waktu, tempat, masalah, dan beberapa variabel yang menjadi obyek penelitian. Perbedaan antara variabel sebagai berikut:

a) Penelitian sekarang menggunakan variabel investasi, tenaga kerja, inflasi, dan ekspor

b) Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu antara lain inflasi, tingkat suku bunga kredit, penerimaan pajak daerah, tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat, dan sektor pertanian.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2002 : 10).

Para ahli-ahli ekonomi membedakan pengertian antara perkembangan ekonomi (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi adalah peningkatan dalam pendapatan perkapita


(20)

masyarakat yaitu tingkat pertambahan GDP (Gross Domestic Product) atau GNP (Gross National Product) pada suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat pertambahan penduduk. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam GDP (Gross Domestic Product), tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999 : 13).

2.2.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau produk domestic bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah (cara1)

PN riil 1 – PN riil 0

g = x 100%...(Sukirno, 2002 :56 ) PN riil 0

Dimana :

g = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)

PN riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung

PN riil 0 = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya

Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menturut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap :


(21)

1. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini.

2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :

100

PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56)

HI 1

Dimana :

PN riil = paendapatan nasional tahun I

HI 1 = indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional

PN masa kini i = pendapatan nasional pada harga masa tahun 1

Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik Regional Brutu) yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu (regional) dalam waktu satu tahun.

2.2.3. Sumber-Sumber Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) atau /dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva AD dengan kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu. Output


(22)

agregat yang dihasilkan di dalam suatu ekonomi (atau negara) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode awal (t=0) output adalah Y0, maka yang

dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila pada period berikutnya output = Y1, yang mana Y1 > Y0. Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa

pertumbuhan ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)

sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan (AD1),

sepanjang kurva penawaran (bagian B). a. Sisi Permintaan Agregat

Gambar 2.1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang

Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri dari permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat.


(23)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan stok), konsumsi/pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa). Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut:

Y = C + I + G + X – M (2.8') G = Cy + Ca (2.9)

I = -ir + Ia (2.10)

G = Ga (2.11)

X = Xa (2.12)

M = mY + Ma (2.13)

Persamaan (2.8') menggambarkan keseimbangan antara AS (total output/PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut. Persamaan (2.9) adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan faktor otonom (tidak tergantung pada tingkat/perubahan pendapatan); ‘c’ adalah koefisien konsumsi (marginal propensity to consume;MPC) dengan nilai positif antara 0 dan 1, yang artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau jumlah investasi (misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat suku bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang bersifat otonom (Ia). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap


(24)

jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh tanda negatif di depan koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran pemerintah yang sifatnya otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh faktor-faktor lain (diantaranya faktor politik) di luar modal tersebut. Demikian juga dengan persamaan (2.12). Karena Indonesia adalah negara kecil, dilihat dari pangsa perdagangan negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka pertumbuhan ekspor Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor eksternal di luar pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor. Persamaan (2.13) menggambarkan bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di dalam negeri, selain juga oleh faktor otonom. Semakin tinggi pendapatan masyarakat Indonesia, semakin besar permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang terdiri dari barang dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalam negeri.

b. Sisi Penawaran Agregat

Gambar 2.2. Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang

Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43. Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja (L), modal (K), dan tanah (Tn). Faktor produksi terakhir ini khususnya penting bagi


(25)

sektor pertanian dan energi (E). Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut. Jadi, relasi atau output dengan faktor-faktor produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut:

Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14)

dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah volume dari

faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan hubungan antara setiap faktor produksi tersebut dengan output adalah positif jika jumlah X1 meningkat, output

juga meningkat.

2.2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Menurut Adam Smith

Mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis debedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan yaitu: 1. Pertumbuhan output total

Unsur pokok dari system produksi di suatu Negara ada 3 yaitu sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), jumlah penduduk dan stock barang modal yang tersedia, dengan faktor penunjang penting proses akumulasi modal yaitu tersedia, dengan faktor penujang penting proses akumulasi modal yaitu : makin meluasnya pasar (eksport) dan adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.


(26)

Penduduk meningkatkan jika tingkat upah untuk hidup tinggi. Tingkat upah ditentukan oleh kenaikan permintaan dan penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh laju pertumbuhan stock modal dan laju pertumbuhan output masyarakat (Arsyad, 1997 : 51-53).

2.2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut R.M Solow

Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi (Arsyad, 1997 : 64).

Fungsi produksi yang mendasari model Solow dapat dinyatakan dalam rumus Y = f (K.L.N,t) dimana K adalah modal, L adalah tenaga kerja, N adalah sumber daya alam, sedangkan t adalah mencerminkan perkembangan teknologi dalam perjalanan waktu. Perubahan (pertambangan) pada suatu faktor atau pad kombinasi faktor-faktor produksi akan membawa perubahan pada hasil produksi. Solow mnganggap output di dalam perekonomian sebagai suatu keseluruhan, sebagai satu-satu nya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai Y(t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian dari padanya dikonsumsi dan sisanya ditabung dan diinvestasikan. Bagian yang ditabung (S) adalah konstan, dan laju tabungan adalah SY (t). K (t) adalah stock modal, jadi investasi netto adalah luju kenaikkan stok modal (K). dengan demikian persamaan pokoknya adalah : K = SY, karena output diproduksi dengan menggunakan modal dan buruh, maka kemungkinan teknologi dinyatakan dengan fungsi produksi : Y = f(K,L) yang menunjukkan return to scale yang konstan.


(27)

Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan perimbangan-perimbangan diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga tenaga kerja (Tingkat Upah) akan menurun. Sebaliknya jika pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah meningkat, hal ini akan dapat membatasi kemungkinan terjadi penyimpangan dari ekuilibrium (Jhingan, 1993 : 344 – 350).

Gambar 2.3. Kurva Pertumbuhan Menurut R.M Solow r

nr

sF (r, 1)

0 r ¹ r

Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers,Jakarta, hal. 347.

Garis lurus yang melalui titik origin adalah fungsi nr. Sedang kuva lainnya menggambarkan fungsi sF (r,1). Garis ini ditarik sedemikian rupa sehingga menunjukkan produktifitas marginal yang semakin menurun. Pada titik pertemuan dua kurva itu nr = sF (r,1), dan r = 0. pada waktu r = 0, rasio modal buruh adalah


(28)

konstan dan stock capital harus diperluas sama besar dengan laju tenaga kerja yaitu n.

2.2.4.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Harrod-Domar

Istilah pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan pembangunan ekonomi sering dengan secara bergantian maksud yang sama, terutama dalam pembicaraan mengenai masalah yang berkaitan dengan ekonomi apabila terdapat lebih banyak output yang dihasilkan sedangkan untuk pembangunan ekonomi tidak hanya menyangkut banyaknya output yang dihasilkan tetapi juga perubahan-perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak dan lebih bervariasi. Oleh karena itu perkembangan ekonomi selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2002 : 433).

Teori harrod- Domar mencoba menelaah syarat-syarat diperlukan agar perekonomian biar tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap (Steady Growth) (Arsyad, 1997 : 59).

Agar bisa tumbuh, maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat ditabung dan kemudian ditanamkan maka akan lebih cepat lagi perekonomian itu tumbuhnya. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung kepada produkfitas investasi tersebut. produktifitas investasi adalah banyaknya tambahan output yang di dapat dari suatu unit investasi (Todaro, 1994 : 65-66)


(29)

Gambar 2.4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harood – Domar

S 1+ ∆ 1

∆ 1 I

S0

0

Ys0 = Y0 Ys1 Y

Sumber : Sadono Sukirno, 2000, Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan DasarKebijaksanaan, Penerbit LPFE dan Bima Grafika, Jakarta.

Syarat untuk menciptakan pertumbuhan teguh yang dikemukakan oleh Harrod – Domar (Sukirno, 1994 : 433) ada dua hal yang perlu diketahui :

Pertambahan kapasitas barang modal tergantung dua faktor, yaitu rasio modal produksi (bernilai COR), investasi yang dilakukan (bernilai I), pertambahan kapasitas barang modal (∆c) :

I ∆c = COR

Pertambahan pendapatan nasional (∆Y) yang sama dengan paertambahan kapasitas barang modal (∆c). teori Harrod–Domar adalah perluasan dari analisis Keynes. Dengan demikian teori berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan cukup besar sehingga tercapai keadaan : ∆c = ∆Y


(30)

2.2.4.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kaldor

Salah satu cirri penting model kaldor adalah bahwa ia memperkenalkan “fungsi kemajuan teknik” sebagai pengganti fungsi produksi biasa mengaitkan output perkepala dengan modal perkepala. Dalam hal ini kaldor memasukkan peranan pendapatan, upah, keuntungan, modal, tabungan, dan investasi.

Fungsi kemajuan teknik dapat juga diterapkan pada perekonomian terbelakang yang kurang mempunyai kapasitas menyerap perubahan teknologoi akibat kelangkaan modal dan sumber-sumber lain. Akan tetapi dengan adanya berbagai penemuan baru dan meningkatnya kemampuan perekonomian Negara terbelakang dalam menerapkan perubahan teknologi, fungsi kemajuan teknik dapat secara perlahan meningkat naik (Jhingan, 1993 : 360 – 361).

Gambar 2.5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor y nr

p

r r

0 K x

Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 353.

Dalam gambar di atas TT¹ adalah fungsi kemajuan teknikal yang cembung ke atas tetapi mendatar setelah titik tertentu, seperti P, apabila modal per pekerja mulai turun. x adalah pertumbuhan prosentase tahunan di dalam modal perkerja


(31)

1 dk

pada tahun t ( . ) yang digambarkan secara horizontal dan y adalah kt dt

1 do

prosentase tahunan per pekerja pada tahun t( . ) yang diukur secara Ot dt

vertikal. Pada titik P, laju prosentase pertumbuhan modal sama dengan laju pertumbuhan output (pendapatan).

2.2.4.5 Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Menurut W.W. Rostow 1. Masyarakat tradisional

Pada tahap ini kegiatan produksi masyarakat relatif masih primitive yang didasarkan pada ilmu dan teknologi serta cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan kebiasaan turun-temurun.

2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masa misalnya perubahan keadaan system politik, kultur social, system nilai dalam suatu masyarakat dan struktur ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi maka proses pertumbuhan ekonomi sudah terjadi dan masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang demikian dapat dianggap sudah berada pada tahap ini.

3. Tahap Tinggal Landas

Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastic dalam masyarakat antara lain perubahan kerangka dasar politik, social dan kelembagaan, terbukanya pasar baru


(32)

sebagai akibat dari perubahan secara teratur sehingga akan tercapai inovasi dan peningkatan investasi. Perkembangan investasi dari 5% - 10% dari produk nasional bersih akan mempercepat pertumbuhan sector industri modern dan laju pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan penduduk, berarti pendapatan perkapita semakin meningkat.

4. Tahap Menuju Kedewasaan

Diartikan oleh Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif menggunakan karakteristik non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap menuju kedewasaan sebagai berikut :

Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, peranan sector industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi.

a. Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan peranmanajer proposal semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha atau pemilik.

b. Kritik–kritik industrialisasi mulai muncul sebagai akibat adanya industrialisasi.

5. Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada produksi. Pada tahap ini ada 3 macam tujuan :

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh keluar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir penjajahan terhadap bangsa lain.


(33)

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui system pajak yang progresif.

c. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok (papan, sandang, dan pangan) menjadi barang konsumsi tahap lama dan barang mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).

Jadi pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang–barang ekonomi kepada penduduk kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dari ideology yang diperlukan.

2.2.5. Faktor-faktor Pertumbuhan ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah Sumber Daya Manusia, modal usaha, teknologi, dsb. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, non politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa. Faktor-faktor ini menunjang pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor ekonomi dan faktor non ekonomi harus dapat menumbuhkan kemajuan ekonomi dan melakukan usaha untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznuts (Todaro 1994 : 122) 3 komponen pertumbuhan ekonomi dipisahkan lagi menjadi 6 karakteristik dalam proses pertumbuhan ekonomi yaitu :


(34)

2. Tingginya tingkat penambahan jumlah faktor produktivitas, terutama produktivitas tenaga kerja.

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi. 4. Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi.

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke segala pelosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan baku.

6. Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada 3 segi populasi dunia.

Keenam karakteristik ini saling memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya nanti akan membawa penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

Unsur utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu stok modal yang secara terus menerus berkembang serta mengalami kenaikan kualitas, angkatan kerja yang sehat dan cukup terdidik, dan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup rendah sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan modal perkapita.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pendapatan perkapita menuntut adanya kenaikan Product Domestic Bruto (PDB) atau pendapatan nasional. PDB (Product Domestic Bruto) sangat ditentukan oleh digunakannya faktor-faktor produksi, tenaga kerja, sumber daya manusia, teknologi, dan kondisi sosial di negara yang bersangkutan.

Dengan sumber daya alam dapat mempermudah pembangunan perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan dan masa proses pertumbuhan ekonomi. Faktor jumlah dan perkembangan penduduk juga


(35)

mempunyai pengaruh yang tidak kecil. Jumlah penduduk yang bertambah dapat memberikan adanya 2 kemungkinan yaitu mendorong perkembangan atau malah sebaliknya menghambat pertumbuhan ekonomi. Kelebihan penduduk akan membawa masyarakat kembali pada taraf pembangunan yang rendah akibat angka pembagi pendapatan nasional yang tinggi. Selain itu penduduk dapat memberikan sumbangan positif karena perkembangannya akan memperluas pasar bagi out put yang dihasilkan dan dapat melakukan perbaikan dalam kemahiran dan mutu yang dapat menciptakan berbagai akibat negatif bagi pembangunan serta penduduk menyediakan pengusaha yang inovatif yang menjadi unsur penting dalam penciptaan akumulasi modal ( Sukirno 1985 : 299 ).

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Malthus ( Jhingan : 78 ) menyatakan bahwa proses pembangunan ekonomi tidak berjalan dengan sendirinya, melainkan suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih dari sekedar lancar tidaknya aktivitas yang memerlukan segala usaha yang konsisten dari berbagai pihak dengan titik perhatian pada peningkatan kesejahteraan suatu usaha negara.

Pada teori ini pertumbuhan penduduk merupakan akibat dari proses pembangunan pembangunan dengan meningkatnya kesejahteraan dengan catatan pertambahan penduduk meningkatkan permintaan efektif dengan 2 unsur kesejahteraan yakni peranan produksi dan peranan distribusi yang ditopang oleh penambahan secara terus menerus yang berasal dari laba atau keuntungan para pemilik modal


(36)

2.2.6. Pengertian Pertanian

2.2.6.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian

Pengertian pertanian adalah suatu proses produksi yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan.(Sorma, 1990 : 41)

Pertanian merupakan industi primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya tanah, air, mineral dan modal dalam berbagai bentuk pengolahan dari tenaga kerja untuk memproduksi dan memasarkan berbagai orang yang diperlukan oleh manusia.

Pertanian tanaman budidaya sering disebut dengan pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga, dimana memproduksi bahan makanan utama serti beras, palawija dan tanaman hortikultura seperti sayur mayur dan buah-buahan. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah lading dan pekarangan, sedangkan pertanian besar dikelolah oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), suatu PTP (Perseroan Terbatas Perkebunan) mempunyai lahan yang cukup luas dan mempunyai system managemen yang baik.(Anonim, 2005 : 9)

2.2.6.2. Ciri-ciri Umum Pertanian

Dari sudut pandang yang luas sesungguhnya sektor pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Ciri sektor pertanian di Indonesia barangkali dapat dikategorikan berdasarkan ciri spesifik sektor pertanian dalam perkonomian Indonesia. Ciri ini antara lain :

a. Pertanian Indonesia merupakan pertanian tropis, dalam artian bahwa sepanjang tahun tanaman pertanian mendapatkan sinar matahari. Oleh


(37)

karenanya iklim di Indonesia tidak mengenal iklim dingin atau musim dingin, musim gugur atau musim semi. Tipe iklim yang berbeda ini akan menentukan tipe tanaman yang diusahakan oleh petani-petani di Indonesia.

b. Pertanian di Indonesia hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau. Biasanya musim hujan diawali pada September-Oktober dan diakhiri pada Maret-April. Di awal musim hujan biasanya petani mengusahakan tanaman padi, karena irigasinya tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebaliknya di daerah yang irigasinya tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, diusahakan tanaman palawija, seperti kedelai, jagung, atau lainnya.

c. Pertanian di Indonesia dicirikan oleh pengusahaannya dalam luas usaha yang relatif sempit, kurang dari satu hektar. Luas usaha yang demikian dicirikan oleh adanya tanaman bahan makanan. Sebaliknya di daerah yang usaha pertaniannya dilakukan dalam jumlah yang luas, maka disitu diusahakan tanaman perkebunan seperti kopi, karet, dan sebagainya.

d. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh luasnya lahan kering dibandingkan dengan lahan sawah. Lahan kering dapat berupa tegalan, tanah dipegunungan atau padang alang-alang. Khususya di Indonesia bagian timur, persentase luas lahan kering malah lebih luas. Hal ini disebabkan karena kurangnya curah hujan didaerah itu.

e. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh banyaknya penggunaan tenaga kerja manusia dan relatif sedikit penggunaan tenaga kerja mesin.

f. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh kontribusinya yang relatif besar terhadap perekonomian di Indonesia. Situasi seperti ini yang mencirikan


(38)

Indonesia sebagai negara agraris pada tahun-tahun yang lalu hingga sekarang.(Soekarwati, 1993 : 96). 

 

2.2.7. Pengertian Industri

2.2.7.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Industri

Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan peralatan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah relatif besar. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 181)

Industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat barang atau yang mengerjakan sesuatu barang atau bahan untuk masyarakat disuatu tempat tertentu. (Arsyad, 1992 : 57)

Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1984 pasal 1 tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang yang bernilai lebih tinggi, untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasa industri. (Anonim, 1994 : 21)

Dalam usaha untuk menanggulangi kesulitan dan masalah ekonomi guna mensukseskan program pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, maka sector industri merupakan salah satu tulang punggung kejayaan negara. Jadi indusrti adalah suatu lokasi dimana aktifitas pengolahan bahan produk hingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi baik didalam kawasan yang sama atau tidak. Untuk mengetahui macam-macam


(39)

industri ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu pengelompokan industri secara nasional dan dibagi 3 kelompok besar yaitu : 

1. Kelompok industi dasar yang dibagi dua bagian, antara lain : 

a. Kelompok industri mesin dan logam dasar, seperti besi, baja, dan   lain-lain 

b. Kelompok industri kimia dasar  

Kelompok ini mempunyai misi pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang digunakan adalah teknologi maju dan teruji yang bersifat tidak padat karya.

2. Kelompok industri hilir 

Yaitu aneka industri dengan misi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam memperluas kesempatan kerja dan bersifat tidak padat modal. Sedangkan teknologi yang digunakan teknologi menengah dan teknologi maju.

3. Kelompok Industri Kecil 

Yaitu kelompok industri dengan nilai pemerataan dan menggunakan teknologi sederhana serta bersifat padat karya.(Arsyad,1999 : 366)

2.2.8. Investasi

2.2.8.1. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian ( Sukirno, 2002 : 107 ).


(40)

Pengertian yang lain dalam investasi yaitu merupakan modal yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output dan dibutuhkan sebagai penggerak sektor ekonomi dengan meningkatnya kemampuan memproduksi barang dan jasa. Investasi pada dasarnya digolongkan menjadi 3 meliputi : (1) pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin, peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. (2) pengeluaran untuk pembangunan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya. (3) pertambahan nilai stok barang-barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional ( Rusdiansyah, 1998 : 73 ).

2.2.8.2. Teori Investasi

Masalah investasi adalah masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal di masa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting untuk menentukan besarnya investasi.

Menurut ( Soeparmoko, 1992 : 84 ) terdapat teori tentang investasi yaitu : 1. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi pada pokonya didasarkan pada teori prodiktivitas batas (Marginal Produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunganya. Sehingga


(41)

investasi itu akan terus dilakukan bila mana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diinvestasikan. Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan individu. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasikan labanya dalam suatu persaingan sempurna, bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produk marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, teori klasik dapat disempurnakan sebagai berikut :

a. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi itu akan lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah yang akan diterima setiap akhir tahun, selama barang modal digunakan dalam produksi.

b. Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan apabila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan investasi itu.

2. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan oleh konsep MEI (Marginal Efficiency of Investment) ini antara lain disebabkan oleh dua hal :

a. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efficiency marginal investasi itu.


(42)

Sebab semakin banyak investasi itu yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi, mak semakin sengitlah persaingan investor sehingga MEI (Marginal Efficiency of nvesment) menurun.

b. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi.

2.2.8.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi (Rusdiansyah, 1998 : 74) antara lain :

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh, keuntungan investasi merupakan tujuan utama dalam invesatsi karena invesatsi tidak akan dilakukan apabila secara ekonomis tidak menguntungkan.

2. Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investasi apabila tingkat bunga naik maka investasi akan turun, hal ini terkait antara tingkat bunga yang dianggap sebagai sewa modal dengan keuntungan yang diperoleh.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan, keadaan yang memperhatikan masa yang akan datang dilihat dari fundamental ekonomi dan sosial politik.

4. Kemajuan teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi akan membantu terhadap peningkatan ekonomi dengan sistem dan alat yang mendukung. 5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, akan tercipta mekanisme


(43)

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan sebagai gambaran dari studi banding bahwa suatu investasi perusahaan menguntungkan atau tidak.

Gambar 2.6. Hubungan antara Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi

   

   

    r2    A 

       

    r1       B     

 

       Kurva Investasi   

 

         I2       I1       Pengeluaran Investasi

Sumber : Sudarman, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, hal 47.

   

Keterangan :

Pada saat Tingkat suku Bunga sebesar r1, pengeluaran konsumsi ádalah I1. tingkat Suku Bunga mengalami kenaikan menjadi r2, maka pengeluaran investasi akan mengalami penurunan sebesar I2. Tingkat Suku Bunga perbankan disuatu negara merupakan salah satu cerminan baiknya sistem perbankan di negara yang bersangkutan. Dengan tingginya tingkat suku bunga akan berdampak pada rendahnya minat investor untuk melakukan investasi sehingga akan


(44)

mengakibatkan kelesuan disector riil yang pada akhirnya mengurangi jumlah barang dan jasa yang dihasilkan.

2.2.8.4. Jenis-Jenis Investasi

(Rosyidi, 1993 : 161) membagi investasi menurut jenisnya menjadi 4 yaitu :

a. Autonomous Investment dan Induced Investment.

Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak terpengaruh oleh pendapatan, tapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan. Faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment (Investasi Berimbas) adalah investasi yang sangatdipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

b. Public Investment dan Private Investment.

Public Investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta. c. Domestic Investment dan Foreign Investment.

Domestic Investment adalah penanaman modal didalam negeri sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal diluar negeri atau asing.

d. Gross Investment dan Net Investment.

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan pada suatu ketika sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan


(45)

Dari keempat unsur-unsur di atas akan semakin nyata bahwa investasi memegang peranan penting dalam perekonomian, sebab tidak lain dan tidak bukan adalah karena investasi merupakan cermin daripada produksi, sehingga tanpa adanya investasi yang memadai produksi akan macet. Jika investasi tidak ada sama sekali maka produksi juga tidak ada.

Manfaat investasi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Untuk keperluan konstruksi

Konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali baru.

2. Untuk keperluan rehabilitasi atau perbaikan

Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak, entah apa sebabnya dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk keperluan rehabilitasi.

3. Untuk keperluan ekspansi atau perluasan

Apabila bangunan tadi perlu diperluas, maka perluasan ini yang disebut dengan ekspansi.( Rosyidi, 1993 : 158-160 )

2.2.8.5. Hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi

Investasi dalam pertumbuhan ekonomi memegang peranan sangat penting dan dominan. Investasi bagi negara sedang berkembang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Pada tahap awal pembangunan, suatu negara perlu adanya pembentukan modal yang sangat banyak, karena untuk pembangunan segala sektor yang nantinya dapat


(46)

memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara. Akumulasi modal yang cukup besar dalam tingkat pertumbuhan ekonomi yang mantap dan kuat dalam jangka panjang hanya bisa terjadi jika masyarakat mampu mempertahankan proporsi investasi yang cukup besar dari GDPnya, proporsi tersebut tergantung daripada lingkungan dimana akumulasi modal terjadi dan tergantung pada beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan pokok masyarakat (Arsyad, 1999 : 139).

Di tengah lingkungan ekonomi politik dunia usaha yang cenderung memburuk, minat sektor swasta dan PMDN untuk melakukan investasi menjadi menurun. Karena itu dibutuhkan suatu ekonomi politik yang baik dan tepat untuk meningkatkan investasi di bidang dunia usaha. Penurunan kinerja investasi banyak dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang terjadi dalam ekonomi politik. Ada dua faktor utama yang membawa keterpurukan bagi kinerja investasi yaitu pertama, perbankan enggan meminjamkan dananya ditengah permintaan dana yang mulai meningkat. Kedua , resiko ketidakpastian usaha. Lingkungan politik dunia usaha yang tidak kondusif bagi penanaman modal biasa menjadi stagnasi investasi.

2.2.9. Tenaga Kerja

2.2.9.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain. Batas usia


(47)

yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. (Dumairy, 1997 : 74).

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 1992 : 114).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga) walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 1995 : 2).


(48)

2.2.9.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu : a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak

mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.


(49)

2.2.9.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah. b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus

rumah tangga tanpa memperoleh upah. c. Golongan lain-lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO). (Dumairy, 1997 : 74)


(50)

Gambar 2.7. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan Mengurus Rumah

Tangga Sekolah

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh Bekerja

Pengangguran

Penghasilan Rendah Tidak Kentara

Kentara

Produktifitas Rendah

Penduduk

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.


(51)

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).

2.2.9.4. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21)


(52)

Gambar 2.8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Upah

VMPPL

D w1

w w2

D = MPPL X P

0 A N B Penempatan

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya

jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan :

MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W).

Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan


(53)

orang hingga ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL

X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.9.5. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 1992 : 22).

Gambar 2.9. Kurva Penawaran Tenaga kerja

Upah  

Ns (Pe = 1.0)

Ns (Pe = 2.0) W2

W1

0

N1 Tenaga kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka jumlah

tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan naik menjadi Pe =

2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah


(54)

akan naik apabila upah riilnya naik, yakni apabila upah nominal naik menjadi W2

sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada Pe = 1.0

Gambar 2.10. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja

Upah Nominal

WL NS (P1)

W1

W2 ND (P1)

N2 N1 N3 L Tenaga

Kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonom erbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

i Moneter, Pen

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah (nominal) W1 dengan jumlah

tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah nominal turun menjadi W2, dengan

harga tetap P1 berarti upah riil turun, jumlah tenaga kerja yang diminta (N3)


(55)

akan mendorong tingkat upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah

riil juga

ksi dan tingkat kegiatan ekonomi. Hal ini nantinya akan berimbas pada kenaikan pendapatan nasional dan

pak positif pada pertumbuhan ekonomi.

2.3. I

yang dimaksud dengan Inflasi itu adalah “kecend

kembali.

2.2.9.6. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tenaga kerja yang bertambah tinnggi akan memungkinkan untuk menambah jumlah produksi barang dan jasa, karena perkembangan tenaga kerja dapat menimbulkan dorongan kepada pertambahan produ

memberikan dam nflasi

2.3.1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan ditentukan hampir di semua negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk dikendalikan. Inflasi dimaksudkan keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga–harga pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya turunya nilai mata uang. Kemudian menurut Boediono

erungan dari harga–harga untuk naik secara umum dan secara terus– menerus“. (Boediono, 1993 : 97).

Laju Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting untuk nilai keadaan perekonomian pada suatu periode wakyu tertentu dan menilai pertumbuhan ekonomi selama suatu jangka waktu tertentu. bila sebagian besar harga diukur oleh pemerintah, maka harga–harga yang di subsidi pemerintah dan


(56)

ditetapkan oleh badan statistik adalah harga–harga resmi pemerintah tapi mungkin dalam realita ada kecenderungan harga terus naik . Inflasi yang ditutupi akan sering m

g continue ini bias terjadi pada saat– saat leba

perubahan harga karena adanya gangguan terhadap keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut

tu keseimbangan baru.

penggolongan antara lain

A.

uncul jika pemerintah terus–menerus mensubsidi harga–harga tertentu, misalnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak).

Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal 1970an mulai dipisahkan antara inflasi dan tingkat harga. suatu kenaikan dalam tingkat harga atau perubahan positif dimana index harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan itu tidak berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yan

ran, natal atau sehari–hari raya yang lain. Kenaikan harga seperti ini tidak dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.

Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga–harga disebabkan oleh berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa harga merupakan benturan antara kekuatan supply dan kekuatan demand. adanya

berinteraksi mencari sua

2.3.2. Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam (Boediono, 2001).


(57)

1. Inflasi Ringan : Adalah laju inflasi di bawah 10% setahun. %. %-100%.

B. Pe 1.

garan belanja yang

2.

i impor, selain itu juga i kenaikan biaya iimpor.

. Pe

1. ll Inflasion)

Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan akan barang– barang konsumsi masyarakat.

2. Inflasi Sedang : Adalah laju inflasi antara 10%-30 3. Inflasi berat : Adalah laju inflasi antara 30 4. Hiperinflasi : Adalah laju inflasi diatas 100%.

nggolongan inflasi menurut asal dari inflasi :

Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Adalah inflasi yang timbul Karena adanya devisit ang

dibiayai dengan pencentakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga–harga diluar negeri atau kenaikan harga langganan berdagang, kenaikan harga yang kita impor mengakibatkan adanya kenaikan index biaya hidup, karena sebagian dari barang–barang yang tercakup didalamnya berasal dar

secara tidak langsung akan menaikkan index harga melalu produksi atas bahan mentahnya yang harus d

C nggolongan inflasi menurut mekanisme timbulnya inflasi : Inflasi Permintaan (Demand Fu


(58)

perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah equilibrium barang

meningkat dari Q1 ke Q2.

Gambar 2.11. Demand full inflation

OUTPUT D2.

D1

S

Q2 Q1

P

P2 

P1

0

Sumb

Yogyakarta.

er : Boediono, 1991, “Ekonomi Internasional”.penerbit fakultas ekonomi,

Peningkatan pendapatan agregat menyababkan permintaan meningkat. perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kanan kurva permintaan dari D1


(59)

. Inflasi Penawaran (Cost Push Inflation)

Adalah inflasi yang ost Inflation).

ti

ke perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium

e P2 dan jumlah equilibrium menurun dari Q1 ke Q2.

2

terjadi karena biaya produksi (C

on Gambar 2.12. Cost Push Infla

Sumber : Boediono, 1991, “Ekonomi Internasional” penerbit fakultas ekonomi,Yogyakarta.

Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang . Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga memilih memproduksi lebih sedikit barang. perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kiri kurva penawaran dari S1 ke S2 . Pasar bergerak

m ningkat dari P1 ke

2.3.3. Pengaruh Inflasi

OUTPUT 

Q 1 Q 2

0

D P

P2

P1

S2


(60)

Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal–hal seperti dis

ter 1.

lebih kan adalah

2.

apat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai oduksi akan mempengaruhi

3.

arga barang lebih besar dari tingkat upah, ehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan naik yang

g i itu cukup tinggi

dapat

tribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi nasional, ketika pengaruh sebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengaruh terhadap pendapatan (equity effect)

Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang dirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang dengan bunga yang rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan golongan yang diuntung

yang memperoleh pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi yang terjadi, hal ini semua dengan asumsi bahwa out putnya tetap.

Pengaruh terhadap alokasi faktor–faktor produksi (efficiency effect) Keadaan ini d

barang yang dapat mengakibatkan perubahan pr

pola alokasi dari faktor–faktor produksi yang sudah ada dan menjadi tidak efisiensi lagi.

Pengaruh inflasi produksi nasional (output effect)

Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan h

s

men akibatkan kenaikan produksi. namun apabila laju inflas mengakibatkan sebaliknya.


(61)

2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

ini d a.

a nilai uang yang semakin turun menyebabkan

. Inflasi menimbulkan tingkat bunga meningkat dan mengurangi investasi. inflasi, maka tingkat bunga meningkat, sehingga akan n an ekonomi akan menurun.

ngkan menurut Amir M. S (1995; 209), ekspor adalah suatu proses mengeluarkan barang–barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan dilakukan pembayaran dalam valuta asing.

Inflasi mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal isebabkan oleh faktor penting berikut ini :

Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif. Kepercayaan masyarakat pad

masyarakat pemilik modal menanamkan uangnya pada investasi yang bersifat spekulatif, misalnya tanah, bangunan, benda berharga, dan lain sebagainya. (Sukirno, 1999 : 368 – 369).

b

Dengan adanya

me yebabkan pertumbuh

2.4. Ekspor

2.4.1 Pengertian ekspor

Menurut pasal 1 ayat 9, Bab 1 UU No. 32/1964, ekspor adalah pengiriman komoditi ke luar wilayah Indonesia dari peredaran. Berdasarkan ketentuan di atas bahwa hal ini berarti ekspor dapat dilakukan oleh suatu badan atau perorangan dalam bentuk barang–barang ke luar negeri untuk diperdagangkan.(Halwani, 2005; 468) seda


(62)

2.4.2. Tujuan Ekspor

Adapun tujuan dilakukannya ekspor adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan keuntungan atau laba perusahaan melalui perluasan pasar

negeri sebagai perluasan pasar domestik

asitas terpasang ( idle capacity ) dalam

evisa atau valuta asing yang diperlukan untuk embiayai pembelian – pembelian ( impor ) di luar negeri guna memenuhi

dan pembangunan bangsa. (Amir, 1995; 209), (

m hal ini manfaat ekspor adalah :

laba.

serta memperoleh harga jual yang lebih baik ( optimalisasi laba ). 2. Membuka pasar baru di luar

(membuka pasar ekspor ). 3. Memanfaatkan kelebihan kap

Sumber Daya Alam yang ada.

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat.

5. Dapat menghasilkan d m

kebutuhan rakyat Halwani, 2005; 468)

2.4.3. Manfaat Ekspor Dala

1. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global, sehingga memungkinkan produksi optimal dan dapat mengoptimalkan


(63)

2. Dapat memanfaatkan ”idle capacity” dari kapasitas terpasang suatu industri pada saat pasaran dalam negeri melemah sehingga dapat

g tingkat efisiensi, inovasi, produktivitas,

sosial pengusaha tinggi karena dapat menjadi anggota dari club

menikmati fasilitas dan insentif yang diberikan oleh p perti fasilitas promosi, kredit, draw

ntah antara lain:

i, tenaga kerja dan industri.

endapatkan hutang luar negeri. (Amir, 1995)

mencegah pengangguran, modal dan tenaga kerja atau untuk mengisi kebutuhan musiman.

3. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di dalam pasar internasional sehingga akan sangat meolon

pengembangan dan restrukturisasi tekhnologi yang dikarenakan dapat bersaing di area internasional.

4. Status

bisnis yang terpandang di dunia seperti ceo’s club, rotary club, dan iyon’s club.

5. Lebih dapat

emerintah terhadap komoditi ekspor se back system.

Manfaat bagi Pemeri

1. Meningkatkan devisa negara yang akan memperlancar arus barang ekspor dan roda pemerintah.

2. Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya alam

3. Lebih mudah m


(64)

Menurut (Amir M. S. , 1995; 49) pelaksanaan ekspor luar negeri dapat dilakuk

1.

ar negeri setelah terjadi atan jual – beli sesuai peraturan devisa dan eksportir menerima

2.

n dalam negeri spor barang ke luar negeri dengan sistem pembayaran tidak

3.

ang sebelumnya sudah ilakukan seperti ekspor biasa. Dalam hal pengiriman barang dengan stem konsinyasi adalah belum adanya pembeli tertentu atau dapat juga engan sistem pelelangan (Komoditas Exchange)

an dengan beberapa cara, yaitu :

Ekspor Biasa

Adalah dengan cara barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi permintaan yang dibutuhkan importir lu

kesepak

pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai kurs valas yang telah ditetapkan yang berpatokan pada Bank Indonesia.

Barter

Adalah suatu cara perdagangan dengan melihat kebutuha dan mengek

dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk barang yang dijual di dalam negeri dan menghasilkan uang dalam mata uang domestik.

Konsinyasi

Adalah dengan cara pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual dan hasil penjualannya diberlakukan sama dengan hasil biasa. Sehingga dalam hal ini sistem pertukaran barang dengan yang lainnya seperti dalam barter dan bukan untuk memenuhi suatu transaksi y

d si d


(65)

adal 1.

peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader melalui

2. n

l.

4. ization Strategy (PMRS), yaitu strategy yang memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader karena

lalui pendekatan loka

2.4.5. Strategi Ekspor

Strategi ekspor pada umumnya (Four Generic International Strategic) ah :

Dynamic High Technology Strategy (DHTS), yaitu strategi yang dapat memberikan

inovasi teknologi yang tepat dan dilakukan secara terus menerus dengan memberikan perhatian dan prioritas yang tinggi dan melakukan Strategi partnership.

Low of Stable Technology Strategy (LSTS), yaitu strategi yang memberika peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader karena kemampuan memelihara brand identity economic of scale, manufacturing know how, standar produksi, dan penyediaan suku cadang yang terdapat secara globa 3. Advanced Management Skill Strategy (AMSS), yaitu strategi yang memberikan

peluang kepada perusahaan menjadi market leader karena kemampuan managemen yang tepat, khususnya dalam hal pemasaran dan koordinasi. Production Market Rational

kemampuannya menekan biaya produksi me si.(Halwani, 2005; 347)


(66)

2.4.6. Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan ekspor dan pertumbuhan ekonomi yang diangkat dari hasil penelitian Jung dan Marshall (1985), khususnya untuk negara berkembang, bahwa pengembangan industri yang berorientasi ekspor yakni dalam proses pengembangan ekonomi mampu menimbulkan situasi bahwa pertumbuhan ekonomi

g meningkat dalam sumber keuangan yang diberikan oleh sektor m nyak bumi sehingga mempunyai efek yang jauh lebih besar terhadap komponen–komponen jika dibandingkan sektor-sektor non minyak bumi.

yang diproduksikan dalam asyar

n merupakan industi primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya tanah, air, mineral dan modal dalam berbagai bentuk pengolahan dari

mendorong ekspor. Ekspor merupakan ujung proses pertumbuhan. Proses perkembangan ekonomi yang mendukung pertumbuhan intern mendorong pertumbuhan ekspor di negara-negara berkembang. (Halwani, 2005; 355)

Hubungan antara ekspor migas dengan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa pertumbuhan ekspor dikorelasikan dengan pertumbuhan PDB dan menunjukkan jumlah yan

i

(Arief, 1986; 89)

2.5. Kerangka Pikir

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

m akat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2004 : 9). Pengertian pertanian adalah suatu proses produksi yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan.(Sorma, 1990 : 41)


(1)

Jumlah Tenaga Kerja (X2), Inflasi (X3), dan Ekspor (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri, (Y).

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), Inflasi (X3) dan Ekspor (X4) berpengaruh secara parsial dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y). Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Analisis Variabel Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2),

dan Inflasi (X3), dan Ekspor (X4) berpengaruh secara partial dan nyata

terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y). Variabel Y/X Tingkat Signifikan (X1) Keteranganα = 0,05 Tingkat Signifikan (X2) Keteranga n α = 0,05

Tingkat Signifikan

(X3)

Keterangan α = 0,05

Tingkat Signifikan

(X4)

Keterangan α = 0,05 Sektor

Pertanian (Y1)

0,031 Signifikan 0,000 Signifikan 0,059 Signifikan Tidak 0,004 Signifikan Sektor

Industri

(Y2) 0,020 Signifikan 0,000 Signifikan 0,019 Signifikan 0,005 Signifikan Sumber : pada output Coefficient


(2)

Tabel 11. Hasil Koefisien Variabel Independen Koefesien Variabel Independen Variabel

Dependent

β0 βx1 βx2 βx3 βx4

Sektor Pertanian -172130462 -1,450 80,061 69125,818 0,007

Sektor Industri -386802081,6 -3,477 167,891 203929,985 0,015

Sumber : pada output Coefficient

4.3.3. Pembahasan

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Produk Domestik Regional Bruto tersebut di 2 sektor ( Pertanian, dan Industri) maka dapat diketahui bahwa Variabel inflasi merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto hal ini disebabkan karena dengan turunnya inflasi maka harga barang–barang dan jasa akan turun yang mengakibatkan daya beli masyarakat meningkat karena secara riil pendapatan masyarakat akan meningkat, sehingga permintaan barang dan jasa meningkat yang akan mengakibatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar atau meningkat.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Investasi yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor pertanian yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada sector industri, hal ini menunjukan bahwa sektor Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi sektoral di Jawa Timurhal ini disebabkan karena penduduk di Jawa Timur mata pencahariaanya sebagai petani selain itu banyak pembinaan dan penyuluhan terhadap para pelaku petani sehingga sektor


(3)

 

87

pertanian memiliki kontribusi yang bagus untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Tenaga Kerja yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Tenaga Kerja di Jawa Timur hal ini disebabkan karena di Jawa Timur sudah mengalami perubahan aktivitas yang dulunya sebagai petani sekarang menjadi buruh di perusahaan khususnya penduduk desa berpindah yang dulunya buruh sekarang bkerja di perusahaan di kota–kota besar.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Ekspor yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan ekspor di Jawa Timur hal ini disebabkan karena di Jawa Timur sudah mengalami perubahan cara pengelolahan sumber daya alam yang dulunya secara tradisional dan sekarang lebih modern sehingga lebih cepat, efesien dan lebih banyak barang yang akan di ekspor sehingga akan meningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan

antara variabel bebas Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), Inflasi

(X3) dan Ekspor (X4) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap

Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto persektor Pertanian, dan Industri (Y) .

2. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Produk

Domestik Regional Bruto tersebut di 2 sektor ( Pertanian, dan Industri) maka dapat diketahui bahwa Variabel inflasi merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto hal ini disebabkan karena dengan turunnya inflasi maka harga barang – barang dan jasa akan turun yang mengakibatkan daya beli masyarakat meningkat karena secara riil pendapatan masyarakat akan meningkat, sehingga permintaan barang dan jasa meningkat yang akan mengakibatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar atau meningkat.


(5)

3. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Investasi yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor pertanian yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada sector industri, hal ini menunjukan bahwa sektor Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi sektoral di Jawa Timurhal ini disebabkan karena penduduk di Jawa Timur mata pencahariaanya sebagai petani selain itu banyak pembinaan dan penyuluhan terhadap para pelaku petani sehingga sektor pertanian memiliki kontribusi yang bagus untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

4. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Tenaga Kerja yang

didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Tenaga Kerja di Jawa Timur hal ini disebabkan karena di Jawa Timur sudah mengalami perubahan aktivitas yang dulunya sebagai petani sekarang menjadi buruh di perusahaan khususnya penduduk desa berpindah yang dulunya buruh sekarang bkerja di perusahaan di kota – kota besar.

5. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Ekspor yang didapat

di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan ekspor di Jawa Timur hal ini disebabkan karena di Jawa Timur sudah mengalami perubahan cara pengelolahan sumber daya alam yang dulunya


(6)

 

90

secara tradisional dan sekarang lebih modern sehingga lebih cepat, efesien dan lebih banyak barang yang akan di ekspor sehingga akan meningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan proses

perizinan agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.

2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan

ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.