ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP PMA DI INDONESIA.

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI

TERHADAP PMA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembanguanan

Oleh:

GERY PERDANA PUTRA PASAMBE 0611010090/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, Petunjuk serta PertolonganNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap PMA

di Indonesia” sebagai salah satu persyaratan akademik pada Perrguruan Tinggi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi.

Penulis menyadari sepenuhnya bhawa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini dikarenakan karena masih trebatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs.Suwarno, ME selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan di dalam perkuliahan dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril dan materiil baik secara langsung maupun tidak secara langsung dalam penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Dr.Ir. Teguh Sudarto,MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.Dhani Ichsanuddin Nur,SE,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Ec.Marseto D.S,Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.


(3)

4. Bapak Drs.Ec.M Usman Ali.M,KES selaku dosen wali saya yang telaj memberikan bimbingan selama ini kepada penulis.

5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Papa dan Mama tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual, dan juga untuk adik dan orang terdekat peneliti, atas semua perhatian dan dukungan kalian, penulis tidak akan pernah melupakannya.

Akhir kata yang terucapkan semoga penusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang mebutuhkan, semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal.

Surabaya, Mei 2010


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pengertian PMA ... 12

2.2.2 Pengertian Investasi ... 12

2.2.2.1 Bentuk-Bentuk Investasi ... 14

2.2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi 14 2.2.2.3 Fungsi Investasi ... 17


(5)

2.2.2.4 Dampak Investasi melalui PMA ... 18

2.2.3 Kurs Valuta Asing ... 18

2.2.3.1 Pengertian Kurs Valuta Asing ... 18

2.2.3.2 Penentuan Kurs Pertukaran Oleh Pemerintah 19 2.2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Niai Tukar Mata Uang ... 20

2.2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs ... 21

2.2.3.5 Sistem Kurs Valuta Asing ... 23

2.2.3.5.1 Hubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Investasi... 24

2.2.4 Inflasi .... ... 25

2.2.4.1 Pengertian Inflasi ... 25

2.2.4.2 Jenis-Jenis Inflasi ... 26

2.2.4.3 Inflasi Merayap dan Hiperinflasi ... 28

2.2.4.4 Laju Inflasi ... 28

2.2.4.5 Pengaruh Inflasi ... 29

2.2.4.6 Efek Buruk Inflasi ... 30

2.2.4.6.1 Hubungan Inflasi Terhadap Investasi 31 2.2.4.6.2 Inflasi dan Perkembangan Ekonomi 32 2.2.4.6.3 Inflasi dan Kemakmuran Rakyat ... 33

2.2.5 Tingkat Suku Bunga ... 33

2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 33


(6)

2.2.5.3 Keseimbangan Tingkat Suku Bunga ... 36

2.2.5.4 Hubungan Tingkat Suku Bunga Terhadap Investasi ... 37

2.2.6 Indeks Harga Saham Gabungan ... 38

2.2.6.1 Pengertian Indeks Harga Saham ... 38

2.2.6.2 Indeks Harga Saham Gabungan ... 39

2.2.6.3 Teknis Analisis dan Penelitian Investasi Saham 42 2.2.6.4 Teori Portofolio ... 44

2.2.6.5 Tujuan Investor ... 47

2.3 Kerangka Pemikiran ... 47

2.4 Hipotesis ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 52

3.2 Teknik Pengumpulan Sampel ... 53

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia... 62

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 63

4.2.1 Perkembangan Penanaman Modal Asing... 63

4.2.2 Perkembangan Tingkat Inflasi……… 64

4.2.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga ……….. 65


(7)

4.2.5 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan………. 67

4.3 Hasil Analisis Asumís Regresi Klasik ... 68

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 73

4.3.2 Uji Hipótesis Secara Simultan………. 74

4.3.3 Uji Hipótesis Secara Parcial………. 76

4.3.4 Pembahasan……….. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Fungsi Investasi dan Perubahannya ... 17

2. Sistem Kurs Tetap ... 23

3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi ... 37

4. Kerangka Pikir ... 50

5. Distribusi Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 56

6. Distribusi Peneriamaan dan Penolaka Hipotesis ... 57

7. Kurva Statistik Durbin Watson ... 59

8. Kurva Statistik Durbin Watson ... 70

9. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan Atau Keseluruhan ... 75

10. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Inflasi (X1) Terhadap Penanaman Modal Asing (Y) ... 77

11. Kurva Distribusi Analisis Secara Parsial Faktor Suku Bunga (X2) Terhadap Penanaman Modal Asing (Y) ... 78

12. Kurva Distribusi Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas (X3) Terhadap Penanaman Modal Asing (Y) ... 79

13. Kurva Distribusi Analisis Secara Parsial Faktor Indeks Harga Saham Gabungan (X4) Terhadap Penanaman Modal Asing (Y) ... 81


(9)

DAFTAR TABEL

1. Kriteria Pengujian Durbin Watson ... 60

2. Perkembangan Penanaman Modal Asing Tahun 2000-2009 ... 64

3. Perkembangan Tingkat Inflasi 2000-2009 ... 65

4. Perkembangan Suku Bunga 2000-2009 ... 66

5. Perkembangan Kurs Valuta Asing 2000-2009 ... 67

6. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan 2000-2009 ... 68

7. Tes Multikolinier ... 71

8. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 72

9. Analisis Varian (ANOVA) ... 74

10. Hasil Analisis Variabel Inflasi (X1), Suku Bunga (X2), Kurs Valas (X3), dan Indeks Harga Saham Gabungan (X4) Terhadapa Penanaman Modal Asing (Y) ... 76


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Output

Lampiran 2 : Regression : Variables entered/removed, Model summary, ANOVA. Lmapiran 3 : Coefficients, Collinearety Diagnostics


(11)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP PMA DI INDONESIA

Oleh :

GERY PERDANA PUTRA PASAMBE ABSTRAKSI

Semenjak berlakunya undang-undang menurut UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. . Walaupun demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi kalangan masyarakat tetapi PMA, namun juga pananaman modal oleh pemerintah. Ini berarti pembentukan modal domestik bruto meningkat dari tahun ke tahun.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi mana yang paling berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing (PMA). Analisa yang digunakan adalah analisa kuantitatif, yaitu analisa yang sifatnya menjelaskan secara uraian atau dalam bentuk kalimat-kalimat dan data sekunder dimana penulis menggunakan data-data yang diperoleh dari buku-buku yang dipublikasikan oleh lembaga atau instansi yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Inflasi (X1), Suku Bunga (X2), Kurs Valas (X3)

dan Indeks Harga Saham Gabungan (X4) terhadap variabel terikatnya Penanaman

Modal Asing (Y) yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penanaman Modal Asing.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Masih tertinggalnya perekonomian indonesia pada awal orde baru, mendorong pemerintah untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Investasi asing bagi indonesia merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan dalam proses pembangunan di indonesia. (Situmorang, 2008:2)

Sejak terjadinya krisis ekonomi yang diikuti oleh krisis kepercayaan berkembang, menjadi krisis sosial bahkan mendorong terjadinya reformasi politik, ekonomi dan hukum maka sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar, yang ditandai dengan pergantian rezim pemerintah. Kondisi domestik ini jelas membawa dampak perubahan sikap dunia usaha baik di dalam maupun di luar negeri terhadap Indonesia.(Situmorang, 2008:20)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dan negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber


(13)

pembiayaan luar negeri salah satunya adalah Penanaman Modal Asing (PMA). (Prasetio, 2009:1)

Semenjak berlakunya undang-undang NO.2/tahun 1967 JO. NO 11/tahun 1970 tentang PMA (penanaman modal asing), investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi kalangan masyarakat tetapi PMA, namun juga pananaman modal oleh pemerintah. Ini berarti pembentukan modal domestik bruto meningkat dari tahun ke tahun.(Dumairy, 1997:132)

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu dalam memacu laju pertumbuhan ekonomian, negara memiliki keterbatasan dana investasi guna melaksanakan pembangunan dan diharapkan sebagian terbesar bersumber dari swasta, serta pasar modal adalah salah satu lembaga keuangan yang diharapkan besar peranannya dalam memobilisasi dana investasi tersebut.(Situmorang, 2008:11)

Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.dari satu periode ke periode lainnya kemampuan sesuatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat


(14)

perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan mereka.(Sukirno, 2004:9)

Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Menurut Sukirno (2000) dalam prasojo (2009:2), kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi. Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran dengan demikian terjadi penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi.

Di samping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara berkembang lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program investasi negara dalam jumlah yang besar, namun dengan munculnya barang konsumsi penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan inflasi tersebut dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak pernah menghendaki, Friedman dalam murni (2006:202), mengatakan inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil.


(15)

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya PMA (penanaman modal asing) di indonesia yaitu antara lain dapat dilihat dari tingkat inflasi, kurs valas, tingkat suku bunga dan pergerakan harga-harga saham.

Tingkat inflasi di indonesia mengalami kejolak inflasi yang cukup tinggi sebesar 10.5 %, ditahun 2006 meningkat 2,6% atau menjadi 13,1%. Dari tahun 2007 hingga 2010 tingkat inflasi di indonesia mengalami naik turun secara tidak stabil. Pada tahun 2007 tingkat inflasi merosot tajam sebesar 7,1% atau menjadi 6,0%, pada tahun 2008 meningkat 3,8% dibandingkan pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2010 tingkat inflasi di indonesia sebesar 6,2% atau menurun 1,2% dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 5,0%.( anonim, 2009:1 )

Untuk kurs valuta asing, penguatan rupiah terhadap dollar di indonesia pada tahun 2007 sebesar Rp 9.236,00 sedangkan pada pertengahan tahun 2008 sebesar Rp 9.375,00 namun pada akhir tahun 2008 meningkat menjadi Rp 11.500,00. Pada tahun 2009 menurun Rp 1.500,00 atau menjadi Rp 10.000,00. (anonim, 2009:26)

Tingkat suku bunga di indonesia pada tahun 2007 sebesar 9,8% pada akhir 2008 meningkat 0,5% dibandingkan dengan pertengahan tahun 2008 yakni sebesar 9%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat suku bunga yang berlaku di indonesia turun 1% dibandingkan pada akhir tahun 2008. (anonim, 2009:26).


(16)

Berdasarkan laporan Erdhika Elit Sekuritas, EPS pada IHSG tahun 2007 sebesar 7,829. Pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan 23% yaitu sebesar 10,181 sedangkan pada tahun 2009 meningkat 11% dibandingkan tahun lalu, tahun 2009 sebesar 11,409 (anonim, 2009:33).

Kestabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian indonesia. Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat indonesia mengingat bahwa kejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, diharapkan dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing.(Boediono, 2008:140)

Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak lepas dari konsekuensi yang pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap tahunnya dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalan dengan pertambahnya harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik. Sehingga dari permasalahan ini peneliti mengambil judul penelitian Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap PMA di Indonesia. (Sukirno, 2004:423)


(17)

1.1PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian ini, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan :

a. Apakah Inflasi, Suku Bunga, Kurs Valuta Asing, dan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) dan seberapa besar pengaruhnya ?

b. Manakah variabel yang paling berpengaruh secara dominan terhadap Penanaman Modal Asing (PMA)?

1.2TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah Inflasi, Suku Bunga, Kurs Valuta Asing, dan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) dan seberapa besar pengaruhnya.

b. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh secara dominan terhadap Penanaman Modal Asing (PMA)


(18)

7

1.3MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang terdapat manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Dengan penilitian ini dapat diketahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap tingkat inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, dan Indeks Harga Saham Gabungan.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Investasi atau Penanaman Modal Asing (PMA).

c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan acuan dan masukan, serta pengkajian dalam penelitian ini dilakukan oleh :

1. Nusantara & Astutik (2001:6), Jurnal ekonomi dengan judul “Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia“. Analisis Metode Estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel utang luar negeri (AID), penanaman modal asing (FDI) dan tabungan domestik (S) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil uji t pada tabel diatas menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai t-hitung yang lebih besar daripada t-tabel derajat signifikan 0,025% yaitu ( ± 0,201). Dari nilai tersebut kita tidak bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau variabel utang luar negeri, penanaman modal asing dan tabungan domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.


(20)

2. Ruane & Sutherland (2004:12), Jurnal ekonomi Dengan Judul “Penanaman Modal Asing Secara Langsung dan Peluapan Eksport”.Pada penelitian ini sample data manfutakturer Irlandia tingkatan perusahaan diantara tahun 1991 -1998, sebuah periode pertumbuhan FDI yang signifikan dan terkonsentrasi dalam manufaktur Irlandia. Analisis yang digunakan adalah (1) analisis kuantitatif,(2) analisis deskriptif, dan (3) analisis regresi linier berganda. Hasilnya memastikan kemungkinan DOE Irlandia menjadi eksporter dan mengeksport lebih intensif. Lagipula, konsentrasi FOE-Amerika Serikat dalam manufaktur Irlandia menghasilkan sebagian besar disekitar peluapan eksport ini, menyarankan keberadaan yang kuat dan meningkat FOE-Amerika Serikat tersebut mempunyai dampak yang positif pada sifat dasar persaingan DOE, secara tidak langsung akan meningkatkan kecenderungan eksport mereka.

3. Hutasoit & Safuan (2007:12) Jurnal ekonomi dengan judul “China, Apakah Berdampak Negatif Terhadap Aliran FDI ke Indonesia?”. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berdasarkan bentuk umum panel data dengan fixed effect dan menggunakan metode GLS (General Least Square). Hasil pengolahan regresi data panel berdasarkan

fixed effect, memperlihatkan: aliran FDI terbesar ke Indonesia adalah berasal dari negara Jepang, sedangkan yang terkecil adalah berasal dari negara Amerika Serikat.


(21)

4. Helpman et, all (hal: 23) Jurnal Ekonomi dengan judul “Eksport vs FDI”. Penggunaan sampel data publik untuk perusahaan di US, hasil sensus tahun 1997. Bureau van Dijck Electronik Publishing menyediakan suatu himpunan data yang besar dari data perusahaan Eropa, yang terdiri dari 260.000 perusahaan dalam sampelnya. Analisis yang digunakan adalah (1) analisis kuantitatif (2) analisis deskriptif, dan (3) analisis regresi linier berganda. Model ini mewujudkan standar elemen kedekatan teori penjualan dari investasi asing secara langsung. Hasilnya, di prediksikan bahwa pasar asing di layani melalui sales FDI bilamana bagian penjualan lebih minim atau skala ekonomisnya lebih tinggi. Efesiensi adalah kuncinya.

5. Ekholm et,al (2000:13) jurnal ekonomi dengan judul “Export-Platform FDI”. Sampel menggunakan data MNC-AS,suatu peningkatan yang subtansiil di Kanada dan Mexico setelah pembentukan NAFTA. Analisis yang digunakan (1)analisis deskriptif dan (2) analisis kuantitatif. WWEE: nasional, perusahaan melayani pasar dengan barang ekspor WWE,EEW: horizontal, masing-masing perusahaan melayani pasar dengan pabrik local WWS,EES : platform-ekspor EES perusahaan masing-masing melayani pasar nya dari suatu pabrik di S. WS ES : platform-ekspor ES yang global perusahaan masing-masing melayani pasar saingan nya dan pasar yang sendiri dari pabrik yang tunggal di S.

6. Singh & Jun (2000) Jurnal ekonomi dengan judul “Faktor Penentuan Beberapa Bukti Baru Pada Investasi Asing Langsung (FDI) di Negara


(22)

Berkembang”. Data yang digunakan adalah hasil yang empiris didasarkan pada suatu model yang disatukan. Analisa meliputi 1970-1993 untuk tiga puluh negeri, Negara-negara terpilih didasarkan pada ketersediaan dari data konsisten. Hasil empiris yang didasarkan pada Leamers’s (1985) pendekatan: bidang spesifikasi yang diperkirakan untuk menilai kepekaan dari koefisien menyangkut variable yang dihipotesakan itu, pengujian hipotesis dapat diwakili oleh suatu penyamaan sederhana: RFDI=F(HV,CV). Hasil dugaan yang mendukung mengekspor orientasi adalah suatu factor penentu FDI penting mengalir untuk negara-negara FDI yang lebih tinggi.

Perbedaan antara hasil penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah: Pada penelitian terdahulu, sebagian besar penulis mengunakan metode analisis deskriptif dan analisis estimasi. Sedangkan dalam penelitian saat ini, penulis menggunakan data sekunder dan menggunakan metode analisis kuantitatif. Disitulah letak perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian-penelitian yang terdahulu. Selain itu penilitian yang terdahulu banyak membahas mengenai tiap sektornya, sedangkan penelitian saat ini lebih menitik beratkan pada Penanaman Modal Asing (PMA) dan pengaruhnya terhadap inflasi, suku bunga, dan kurs valuta asing. Sehingga dari ketiga faktor tersebut yang digunakan akan diketahui terhadap yang manakah Penanaman Modal Asing (PMA) akan lebih berpengaruh dibandingkan dengan yang lain.


(23)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian PMA

Terdapat beberapa pengertian tentang Penanaman Modal Asing, yaitu : 1. Yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) hanyalah

meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.1 Tahun 1967 dan yang digunaan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.(Widjaya, 2005:25)

2. Penanaman modal asing (PMA) adalah investasi yang dilakukan oleh Investor luar negeri dalam penanaman modal asing, resiko dari kegagalan Investasi di tanggung oleh Investor luar negeri.(Prasetio, 2009:12)

Sedangkan pengertian modal asing disini adalah:

Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia.(Widjaya, 2005:25)

2.2.2. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, Investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang. Investasi dapat berkaitan


(24)

dengan penanaman sejumlah dana pada aset real seperti: tanah, emas, rumah dan aset real lainnya atau pada aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.(Tandelilin, 2010:1)

Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.(Anonim, 2010:1)

Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang di lakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/ pengeluaran yang berikut :

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stock barang-barang yang belum terjual, barang mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.(Soekirno,2004:121)


(25)

Pengertian Investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa investasi atau penanaman modal itu merupakan penanam modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas sistem produksi atau peningkatan aset dengan harapan modal yang ditanamkan dan akan memperolah keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang.

2.2.2.1Bentuk-Bentuk Investasi

Dalam analisis perhitungan pendapatan nasional, investasi dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut :

1. Investasi perusahaan-perusahaan swasta (private Investment) yang dilakukan masyarakat pengusaha (RTP) untuk membeli barang-barang modal, penambahan inventory, dan mendirikan industri-industri.

2. Investasi berupa pengeluaran masyarakat untuk pembelian atau mendirikan rumah-rumah tempat tinggal.

3. Investasi yang dilakukan pemerintah (public Investment). Investasi ini biasa juga disebut investasi sosial (social overhead capital), seperti membuat jalan raya, pelabuhan, irigasi, dal lain sebagainya yang bersifat barang-barang publik (publicgoods).(Murni, 2006:62)

2.2.2.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka


(26)

untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, penanaman-penanaman modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian, banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Faktor-faktor utama yang akan sangat menentukan atuapun mempengaruhi tingkat investasi antara lain :

a. Tingkat Keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.

Tingkat keuntungan yang akan diramalkan dapat diperoleh dengan memperhitungkan tingkat keuntungan periode sebelum-sebelumnya. Dari hal tersebut dapat diprediksikan bagaimana tingkat keuntungan di masa depan. Dengan melihat poin ini investor dapat mengambil keputusan dalam investasinya.

b. Suku bunga

Tingkat suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan para pengusaha dan dapat dilaksanakan para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang di bayar) modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga.


(27)

c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal baru dinamakan kegiatan memakan wakt, dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi hasil produksinya, maka pemilik modal akan melakukan kegiatan terus selam beberapa tahun.

d. Kemajuan Teknologi

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan pengeluaran yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha.

e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling berkaitan dimana Investasi itu pada umumnya cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional. f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungan atau modal kas, maka perusahaan yang dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya.(Sukirno, 2004:122)


(28)

2.2.2.3Fungsi Investasi

Bentuk Fungsi Investasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu (i) Ia sejajar dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya naik keatas kesebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.

GAMBAR 1.

Fungsi Investasi dan Perubahannya Investasi

Akibat suku bunga turun (dari ro ke r1)

Akibat suku bunga naik (dari ro ke r1)

0 Pendapatan nasional Sumber : Soekirno, 2004, Teori Makro Ekonomi, Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada, jakarta, hal. 127

Berdasarkan kepada pandangan ini maka kurva investasi berbentuk sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti digambarkan oleh kurva I0, I1 dan I2. Dalam analisis itu bahwa investasi terutama ditentukan


(29)

oleh suku bunga. Apabila suku bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya suku bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi. Akibat dari perubahan suku bunga kepada investasi digambarkan oleh kurva I1 dan I2. Misalkan apabila suku bunga adalah r0

jumlah investasi adalah I0. Seterusnya misalkan suku bunga turun ke r2, ini

akan menyebabkan pertambahan investasi, misalnya menjadi I2.

Sebaliknya apabila suku bunga naik menjadi r1 akan terjadi kemerosotan

investasi, yaitu menjadi I1.

2.2.2.4Dampak Investasi Melalui PMA

Pertimbangan pemerintah Indonesia menerima masukan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah :

a. Tujuan memperoleh pendapatan negara (dalam bentuk pemasukan pajak, baik pajak langsung maupun tidak langsung)

b. Memberikan development effect terhadap kegiatan industri dalam negeri di sekitar modal asing.

c. Dan juga memperluas dan menambah kesempatan kerja bagi

penduduk lokal.(Prasetio,2009:20)

2.2.3. Kurs Valuta Asing

2.2.3.1.Pengertian Kurs Valuta asing

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang


(30)

negara lain. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Nilai kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan.(Sukirno, 2004:397)

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang dari negara tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Nilai tukar mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang negara lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh pemerintah.(Murni, 2006:244)

2.2.3.2.Penentuan Kurs Pertukaran Oleh Pemerintah

Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukan kurs valuta asing. Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang tidak akan menimbulkan efek yang buruk pada perekonomian. Kurs pertukaran yang ditentukan pemerintah adalah berbeda dengan kurs yang ditentukan pasar bebas. Sejauh mana perbedaannya, itu tergantung pada kebijakan dan keputusan pemerintah mngenai kurs yang paling sesuai untuk


(31)

tujuan-tujuan pemerintah dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian.(Sukirno,2004:399)

2.2.3.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang negara lain adalah :

1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantisa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat.

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktivadalam negeri lebih menarik bagi penanam modal bagi dari dalm maupun luar negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri. 3. Tingkat Pendapatan

Bila pendapatn riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan


(32)

nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.

4. Faktor spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual amat uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.(Prasetio, 2009:27)

2.2.3.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran adalah :

1. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat

Citra masyarakat akan suatu barang atau jasa, akan mempengaruhi cara memilih mereka akan kebutuhan mereka. Apabila masyarakat lebih menyukai barang produksi luar negeri, maka nilai impor akan meningkat sehingga permintaan atas nilai mata uang tersebut juga akan meningkat, dan juga sebaliknya.

2. Perubahan Harga Barang ekspor dan Impor

Harga sebuah barang akan sangat berpengaruh terhadap proses ekspor maupun impor. Bila harga barang dalam negeri murah, maka ekspor akan menaiki kenaikan dan sebaliknya. Sehingga jika harga


(33)

barang impornaik, maka akan mengurangi jumlah impor. Hal inilah yang berpengaruh terhadap nilai mata uang suatu negara.

3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs valuta asing. Dengan berlakunya inflasi di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Disatu pihak kenaikan harga-harga itu akan menyebabkan permintaan akan impor mengalami kenaikan, sehingga permintaan atas nilai mata uang asingpun juga akan meningkat, dan berlaku sebaliknya.

4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran atas barang-barang yang diperdagangkan di antara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut.

5. Pertumbuhan Ekonomi.

Bentuk dari pengaruh pertumbuhan ekonomi kepada kurs valuta asing tergantung kepada corak dari perkembangan ekonomi. Apabila perkembangannya terjadi dalam ekspor maka permintaan atas nilai


(34)

mata uang tersebut akan cepat meningkat dari penawarannya, dan terjadi sebaliknya.(Sukirno,2004:402)

2.2.3.5.Sistem Kurs Valuta Asing 1. Sistem Kurs Tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi atau tetap, tetapi kurs tetap lebih merupakan sistem yang diperkenankan untuk berfluktuasi dalam batas (Bans) sempit yang mengelilingi nilai prioritas di mana keduanya tetap tetapi tidak abadi atau kekal. Sistem kurs tetap ini diperkenalkan setelah Perang Dunia lt yang diadakan di Bretton Woods pada tahun 1994, sistem ini bertahan selama hampir 30 tahun yaitu sejak 1944-1997, sehingga periode itu disebut Era Bretton Wood.(Jamli, 2001 : 189).

Gambar 2. Sistem Kurs Tetap Harga Dollar AS

dalam Rupiah Ket:

£1 = $ 2.82 £1 = $ 2.80

Sumber : Jamli, Ahmad, 2001, dasar-dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 192.

Dari gambar 2, menunjukkan bahwa peningkatan terus menerus permintaan Dollar A.S. (D0  D1), yang disebabkan oleh peningkatan

ekspor A.S. ke Indonesia atau aliran modal masuk dari Indonesia menaikkan kurs dari titik a ke titik b. Sehingga diperlukan bantuan


(35)

pemerintah berupa peningkatan penawaran Dollar A.S. Hal tersebut berperan untuk mempertahankan kurs pada titik c.

2. Sistem Kurs Mengambang

Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu kurs yang berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi terhadap perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Penyesuaian neraca pembayaran terutama melalui perubahan kurs dan tingkat bunga dan tidak adanya Cadangan Internasional Emas dan Valuta Asing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. Sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetitif di mana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Implikasi adalah bahwa sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi daripada sistem kurs tetap.(Jamli, 2001 : 209).

2.2.3.5.1. Hubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Investasi :

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Nilai mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga


(36)

tukar suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang ditetapkan dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara.(Abimanyu, 2004:8)

Pada Tingkat kurs valuta asing mengalami penurunan maka nilai mata uang rupiah akan mengalami kenaikan. Dengan adanya kenaikan nilai mata uang maka pertumbuhan ekonomi positif sehingga investasi swasta PMA & PMDN akan mengalami kenaikan. (Sukirno, 2004:397)

2.2.4. Inflasi

2.2.4.1.Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak pernah menghendaki. Milton Friedman mengatakan inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang berlebihan dan tidak stabil.(Dornbusch & Fischer,2001)

Jika didefinisikan, inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus dengan rentang waktu minimal selama satu bulan.(Murni, 2006: 203)


(37)

2.2.4.2.Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan antara lain :

a. Berdasarkan Keada Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga-Harga Yang Berlaku:

1) Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan inilah yang antinya akan menimbulkan Inflasi.

2) Inflasi Desakan Biaya

Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha meningkatkan produktivitas dengan cara memberikan upah atau gaji yang lebih kepada para pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran gaji yang lebih tinggi. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan inflasi. Karena akan mengakibatkan biaya produksi naik sehingga menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.


(38)

3) Inflasi Diimpor

Inflasi juga dapat bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang di impor. Hal ini akan terjadi bila barang-barang yang diimpor tersebut mempunyai peranan yang penting terhadap barang-barang dalam negeri. Sebagai contoh seperti bahan baku suatu produk. Bila bahan baku yang diimpor mengalami kenaikan harga, maka produk yang diproduksi di dalam negeripun juga akan mengalami kenaikan harga yang nantinya dapat menyebabkan inflasi.(Sukirno, 2004:333)

b. Penggolongan Inflasi Menurut Parah Tidaknya Inflasi

tersebut(Boediono, 2008:156), antara lain :

1) Inflasi Ringan : Adalah laju Inflasi dibawah 10% setahun 2) Inflasi Sedang : Adalah laju Inflasi antara 10-30% setahun. 3) Inflasi Berat : Adalah laju Inflasi antara 30-100% setahun. 4) Hiperinflasi : Adalah laju Inflasi diatas 100%.

c. Penggolongan Inflasi Menurut Asal Dari Inflasi :

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Adalah Inflasi yang timbul karena adanya devisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal, dan sebagainya.

2) Inflasi Yang berasal dari luar negeri (imported Inflation)

Adalah Inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau kenaikan harga langganan berdagang. Kenaikan


(39)

harga yang kita impor mengakibatkan adanya keniakna index biaya hidup. Karena sebagian dari barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, selain itu juga secara tidak langsung akan menaikkan index harga melalui kenaikan biaya produksi atas bahan mentahnya yang diperoleh dari impor.(Murni, 2006:205)

2.2.4.3.Inflasi Merayap dan Hiperinflasi

Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan dalam Inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkat kenaikannya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.(Sukirno,2004:337)

Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat. Yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat(Sukirno, 2004:337)

2.2.4.4.Laju Inflasi

Laju Inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya pertahun, per triwulan, ataupun perbulan. Indikator untuk menghitung laju inflasi adalah indeks harga konsumen, indeks harga produsen atau perdagangan besra, dan indeks harga implisit.(Murni,2006:203)


(40)

2.2.4.5.Pengaruh Inflasi

Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal-hal seperti distribusi pendapatan, alokasi produksi, dan produksi nasional, ketika pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengaruh terhadap pendapatan (equity effect)

Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang dirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang dengan bunga yang lebih rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan golongan yang diuntungkan adalah yang memperoleh pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi yang terjadi, hal ini semua engan asumsi bahwa out putnya tetap.

b. Pengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi (efficiency effect) Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan produksi akan mempengaruhi pola alokasi dari faktor-faktor produksi yang sudah ada dan menjadi tidak efisien lagi.

c. Pengaruh inflasi produksi nasional (output effect)

Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan naik


(41)

yang mengakibatkan kenaikan produksi, namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mengakibatkan sebaliknya. (Prasetio,2009:36)

2.2.4.6.Efek Buruk Inflasi

Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara. Hal-hal yang mungkin timbul antara lain sebagai berikut :

a. Ketika biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini akan

sangatmerugikan pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan yang kurang mendorong produk nasional, seperti tindakan para spekulan ingin mencari keuntungan sesaat. b. Pada saat kondisi harga tidak menentu (inflasi) para pemilik modal

lebih cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian tanah, rumah, dan bangunan. Pengalihan Investasi seperti ini akan menyebabkan investasi produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.

c. Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangan dan

mematikan pengusaha dalam negeri. Hal ini dikarenakan kenaikan harga menyebabkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk negara lain sehingga kegiatan ekspor turun dari impor meningkat.

d. Inflasi menimbulkan dampak yang buruk pula pada neraca


(42)

menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran dana yang masuk dan ke luar negeri. Kondisi neraca pembayaran akan memburuk.(Sukirno, 2004:339)

Dampak Inflasi dapat pula ditinjau dari tingkat kesejahteraan masyarakat, yakni sebagai berikut :

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima masyarakat, dan ini sangat merugikan orang-orang berpenghasilan tetap. Pada saat inflasi, kenaikan tingkat upah tidak secepat kenaikan harga barang yang diperlukan dan di jual di pasar.

b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Seperti tabungan masyarakat di bank dan nilai riilnya akan menurun.

c. Inflasi akan memperburuk pembagian kekayaan, karena bagi

masyarakat yang berpenghasilan tetap dan mempunyai kekayaan dalam bentuk uang bisa-bisa jatuh miskin. Tetapi bagi masyarakat yang menyimpan kekayaan dalam bentuk tanah dan rumah akan terjadi peningkatan kekayaan, baik secara riil maupun secara nominal. Demikian pula bagi pedagang, pendapatan riil mereka akan dapat bertahan dan mungkin meningkat pada saat terjadi Inflasi. (Sukirno, 2004:339)

2.2.4.6.1. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi

Yang dimaksud dengan inflasi itu adalah “kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara terus menerus. (Boediono, 2008 : 161)


(43)

Dengan menurunnya tingkat inflasi di suatu negara maka kegiatan daya beli masyarakat akan mengalami peningkatan karena selalu diiringi dengan turunnya harga-harga barang dan jasa di dalam negeri sehingga membuat Investor tertarik untuk menanamkan modalnya. (Boediono, 2008 : 155)

2.2.4.6.2. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta seperti tanah, rumah, dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun, yang akan mengakibatkan naiknya jumlah pengangguran.(Sukirno, 2004:339)

2.2.4.6.3. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat

Di samping menimbulkan efek buruk pada kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu dan masyarakat :

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah


(44)

secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.

b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap-tanah, bangunan dan rumah- dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan atau menambah nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.(Sukirno, 2004:339)

2.2.5. Tingkat Suku Bunga

2.2.5.1.Pengertian Tingkat Suku Bunga

Pengertian dasar tingkat bunga menurut (Nopirin, 2008 : 94), adalah perbandingan atau interaksi antara tabungan dan Investasi. Namun


(45)

menurut Keynes, tingkat bunga merupakan fenomena moneter yang artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank peminjam lainnya atas pemanfaatan uang selama jangka panjang, waktu pinjaman (misalnya 1 tahun) ada bunga yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat variabel. Ada bunga yang aman karena berasal dari obligasi yang terjamin (seperti obligasi pemerintah) dan ada pula bunga dari obligasi “rongsokan” yang berasal dari perusahaan yang hampir bangkrut (Samuelson & Nordhaus, 1993 : 332).

Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (loanable fund). (Boediono, 2008 : 76)

Tingkat bunga adalah biaya peminjam atau pendapatan dari perkreditan yang dinyatakan dalam prosentase tahunan. Tingkat bunga memaiankan peran penting bagi kalangan rumah tangga dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang-barang tahan lama dan berpengaruh terhadap pembangunan fasilitas produksi dan bangunan komersil baru.(Sunariyah, 2006:80)

Suku bunga memainkan perasaan yang sangat penting dalam pasar valas mengungat simpanan-simpanan berjumlah besar yang diperdagangkan di pasar tersebut menghasilkan bunga. Dalam hal initingkat bunganya masing-masing berlainan sesuai dengan mata uang yang menjadi satuannya. (Krugman, 1995 : 59)


(46)

2.2.5.2.Unsur-Unsur Tingkat Suku Bunga

Suku bunga sangatlah tergantung pada jenis pinjaman atau pemberi pinjaman yang didasarkan pada :

a. Syarat atau jatuh tempo

Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Sedangkan surat-surat berharga berjangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek, karena masyarakat ingin mengorbankan lebih cepat dana-dana mereka hanya jika mereka dapat meningkatkan hasilnya.

b. Resiko

Adalah pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki resiko, sementara lainnya sangat bersifat spekulatif.

c. Likuiditas

Aset juga dapat dibeda-bedakan atas dasar besar kecilnya biaya dan kecepatan pemanfaatan oleh pemiliknya.

d. Biaya-Biaya Administrasi

Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai pinjaman sangatlah berbeda. Beberapa pinjaman ada yang memerlukan pemeriksaan secara periodik, bahkan ada yang mengharuskan jaminan atas dibayar secara tepat waktu. (Krugman, 1995: 198-199).


(47)

2.2.5.3.Keseimbangan Tingkat Suku Bunga

Pada dasarnya suku bunga terbentuk oleh keseimbangan pasar uang, Yakni:

Ms = Md

Keterangan :

Ms = Money Supply (Penawaran Uang) Md = money Demand (Permintaan Uang)

Penurunan penawaran uang (Ms) mengakibatkan kelebihan permintaan uang (Md) pada tingkat bunga. Selain itu, kenaikan penawaran uang pada suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi dalam pasar valuta asing, sedangkan penurunan penawaran uang akan mendorong mata uang akan mengalami apresiasi. (Krugman,1995:103)

Dalam analisis jangka panjang mengenai pegaruh faktor – faktor moneter baik terhadap penawaran dan permintaan uang maupun terhadap kurs dan tingkat harga suatu negara. Maka suatu kenaikan penawaran dalam penawaran uang dapat menimbulkan kenaikan proporsial atas jangka panjang semua tingkat harga. Apabila perekonomian yang sejak semula sudah mencapai full employment.(Boediono, 2008:117)

Salah satu sifat tingkat suku bunga sangat mudah berubah – ubah, turun naik. Fluktuasi ini sering terjadi dalam kurva waktu singkat terutama tingkat bunga jangka pendek. Meskipun tingkat bunga jangka panjang relative kurang berfluktuasi dibandingkan dengan tingkat bunga


(48)

jangka pendek, kedua – duanya cenderung bergerak naik turun dalam waktu yang sama.(Sunariyah, 2006:81)

2.2.5.4.Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Investasi

Pengertian dasar tingkat suku bunga menurut (Nopirin, 1992:182) adalah perbandingan atau interaksi antara tabungan dan Investasi, jika tingkat suku bunga internasional mengalami penurunan maka akan mengakibatkan meningkatnya minat investor asing sehingga berdampak pada kenaikan Investasi (PMA dan PMDN). (Sunariyah, 2006:99) Gambar 3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi

Sumber : Sukirno, Sadono, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, PT. Raja Garfindo Persada, Jakarta hal : 126.

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada tingkat bunga sebesar r0. terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai tingkat

pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada tingkat bunga Tingkat bunga

r0

r1

r2

I

Investasi


(49)

sebanyak r0 investasi yang akan dilakukan perusahaan adalah I0.

Apabila tingkat bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk

mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1

atau lebih. Dengan demikian pada tibngkat bunga sebanyak r1 investasi

yang akan dilakukan adalah sebanyak I1. (Sukirno, 2004:125).

Investasi merupakan pengeluaran atas tambahan terhadap persediaan modal (mesin, bangunan, persediaanm). Investasi dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan dikemudian hari melalui pengoprasian mesin dan pabrik. Jika suatu perusahaan meminjam modal (mesin dan pabrik) yang dipergunakan, maka semakin tinggi suku bunga, semakin kecil keuntungan perusahaan itu setelah membayar bunga, dan semakin kecil pula keinginannya untuk menginvestasi. Sebaliknya, suku bunga yang rendah membuat pengeluaran investasi menguntungkan dan karena itu tercermin pada tingkat yang tinggi dari investasi yang direncanakan. (Dornbusch dan Fischer, 1991 : 108).

2.2.6. Indeks Harga Saham Gabungan

2.2.6.1.Pengertian Indeks Harga Saham

Indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Dengan demikian, indeks harga saham dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu Negara


(50)

dan berbagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (Halim, 2005 : 12)

Keputusan investor memilih suatu saham sebagai objek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang yang beredar di bursa baik secara individual, kelompok maupun gabungan. Mengingat transaksi investasi saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit dan berbeda-beda.

Pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi dan bersifat spesifik sehingga investor dapat membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di masa akan datang. (Sunariyah, 2006 :138)

2.2.6.2.Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG )

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seluruh saham menggambarkan satu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu, Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa saham.(Sunariyah, 2006:142)

Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang


(51)

tercatat di suatu bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimaksudkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut. ( Sunariyah, 2006 : 142 )

Ada dua metode perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ), yaitu :

a. Metode Rata - rata ( Average Method )

Metode ini, harga pasar saham-saham yang dimaksudkan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian di bagi dengan faktor pembagi tertentu. Rumus Indeks Harga Saham Gabungan dengan metode rata-rata adalah :

IHSG =

Ps

Pbase (Sunariyah, 2006:144)

Keterangan :

IHSG = Indeks arga Saham Gabungan Ps = Harga Pasar Saham

Pbase = Suatu Nilai Pembagi

Pbase merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor

pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis, karena ada akan emiten seperti right issue, deviden saham, saham bonus, dan sebagainya. Seperti pada perhitungan indeks yang lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditentukan hari dasar untuk perhitungan indeks. Pada hari dasar saham dengan harga pasar, sehingga indeksnya adalah 100 %.(Sunariyah, 2006:144)


(52)

b. Metode Rata - rata Tertimbang ( Weight Average Method )

Pada metode ini, dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan disamping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli yang menggunakan metode ini :

1) Metode Paasche Rumus :

IHSG =

) ( ) ( s base s s S x P S x P

Dimana :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ps = Harga Pasar Saham

Ss = Jumlah Saham yang dikeluarkan ( Outstanding Share )

Pbase = Harga Dasar Saham

Dalam rumus diatas, ( Ps x Ss ) adalah jumlah nilai kapitalisasi

pasar (Market Capitalisazion) seluruh saham yang tergantung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi, makin besar kapitalisasi suatu saham maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.(Sunariyah, 2006:144)


(53)

2) Metode Laspeyres Rumus :

IHSG =

) ( ) ( o base o s S x P S x P

Dimana :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ps = Harga Pasar Saham

So = Jumlah Saham yang dikeluarkan pada hari-hari besar

Pbase = Harga Dasar Satuan

Pada metode Laspeyres diatas, jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak bisa berubah selama walaupun ada pengeluaran saham baru, sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru.

3) Metode Drobish

Menurut Drobish, rata-rata dari kedua metode tersebut merupakan pendekatan yang terbaik.

Rumus :

IHSG =

2 laspeyres paasche IHSG IHSG

Rumus Living Fisher =

IHSGpaascheIHSGlaspeyres


(54)

2.2.6.3.Teknis Analisis dan Penilaian Investasi Saham

Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar yang harus diketahui para investor untuk pembentukan berapa perkiraan harga saham yang wajar, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham diatas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi nilai-nilai perkiraan suatu saham di bawah harga pasar.(Sunariyah, 2006:168)

Dalam penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (Value) dan harga (Price). Nilai yang dimaksud adalah nilai intrinsik (Intrinsik Value). Nilai intrinsik merupakan nilai nyata (True Value) suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Pengertian nilai intrinsik adalah nilai yang tercerminkan pada fakta (Justified by the

fact) seperti aktiva, pendapatan, deviden, dan prospek

perusahaan.sedangkan harga (Price) diartikan sebagai harga pasar (Market Value). Harga pasar yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada saat itu.(Sunariyah,2006:168)

Untuk menentukan nilai saham, investor harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar modal (Bursa Efek) guna menentukan saham-saham atau melakukan portofolio yang dapat memberikan return paling optimal. Tujuan analisis saham suatu perusahaan ditawarkan secara wajar atau tidak. (Sunariyah,2006: 168)


(55)

2.2.6.4.Teori Portofolio

Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva di investasi dan dipegang oleh investor, baik perorangan ataupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva financial, ataupun keduanya. ( Sunariyah, 2006 : 194)

Harry M. Morkowitz, seorang yang pertama kali mengembangkan teori portofolio menyatakan bahwa sebagian besar investor termasuk dalam risk arverter (menghindari resiko). Hal ini berarti bahwa investor akan selalu berusaha untuk menghindari resiko. Untuk menghindarinya, maka investor mencoba untuk melakukan diversifikasi investasi. (Pandji, 2001 : 106)

Dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko investasi yang terdiri dari dua komponen, yaitu :

a. Resiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)

Resiko tidak sistematik merupakan resiko yang terkait dengan saham tertentu yang umumnya dapat dihindari (Avoilable) dan diperkecil melalui (Diversifiable).

b. Resiko Sistematic (Systematic Risk)

Resiko sistematic merupakan resiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Resiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun (Sunariyah, 2000 : 180)


(56)

Teori pemilihan portofolio oleh Harry M. Morkowitz dengan beberapa asumsi sebagai berikut :

1) Seorang investor yang mempunyai sejumlah uang tertentu.

2) Sejumlah uang tersebut diinvestasikan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut Holding Period.

3) Investor akan selalu mencoba menghindari resiko (Risk averter). Pada akhir masa tertentu (Holding Period) investor akan menjual sahamnya.

4) Untuk menghindari resiko, investor mencoba melakukan

deversifikasi investasinya.

5) Investor menjumpai beberapa portofolio dengan harga yang sudah pasti, masalahnya adalah bagaimana mengalokasikan uang mereka diantara berbagai portofolio untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan.

6) Semua portofolio secara sempurna dapat dibagi.

7) Investor mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari masing-masing portofolio.

8) Pilihan untuk investasi tidak tergantung pada investor.

Asumsi tersebut diatas dapat dipakai sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan dalam merumuskan kebijakan portofolio investasi. Ini berarti apabila asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka kesimpulan yang harus diambil dengan hati-hati. (Sunariyah, 2006 : 195)


(57)

Untuk dapat melakukan kegiatan portofolio ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar resiko minimal dapat dicapai. Salah satunya adalah langkah portofolio yang dikemukakan oleh John Dickonsen. Langkah-langkah ini meliputi:

1) Placement Analysis

Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang berhubugan dengan data investasi yang akan dijadikan portofolio. 2) Portofolio Construction

Pengumpulan data investasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan investor.

3) Portofolio Selection

Melakukan kombinasi dari berbagai data investasi yang sudah dipilih sehingga didapat portofolio yang efisien.

Langkah lain yang ditempuh dalam melakukan pemilihan instrument investasi menurut Robert Ang (Pandji, 2001 : 106) adalah sebagai berikut :

1) Melalui analisis yang cermat, dipilih instrument investasi yang diinginkan.

2) Melakukan pembobolan masing-masing instrument terhadap nilai portofolio secara keseluruhan.

3) Masing-masing instrument investasi ditentukan expected return-nya sesuai dengan horison investasireturn-nya.


(58)

2.2.6.5.Tujuan Investor

Investor melakukan diversifikasi investasi dalam berbagai portofolio dikarenakan hasil yang diharapkan dari tiap jenis sekuritas dapat saling menutup. Lebih dari itu, dengan portofolio investasi mengestimasikan hasil investasi yang tertinggi, karena investor tidak mengetahui secara pasti return yang diharapkan dengan memakai batas kemungkinan bahwa hasil tidak dapat dicapai disebut dengan resiko. Tujuan pembentukan portofolio adalah sebagai berikut :

a. Pada tingkat resiko tertentu berusaha mencapai keuntungan

semaksimal mungkin.

b. Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai resiko yang minimal.(Sunariyah, 2006:195)

2.2.6.6.Hubungan IHSG terhadap Invetasi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seluruh saham menggambarkan satu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu, Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa saham.(Sunariyah, 2006:142)


(59)

Telaah teori mengungkapkan bahwa inflasi akan cenderung meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Berarti margin keuntungan dari perusahaan menjadi lebih rendah dan dampak lebih lanjut menjadikan harga sahamnya di bursa efek menjadi menurun. Dilihat dari sisi investor, tingginya inflasi akan mengurangi nilai keuntungan dan juga mengurangi daya beli modal investasinya. Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka IHSG akan menurun dan demikian sebaliknya. (Anonim, 2005:1)

Sehingga, bila IHSG mengalami penurunan, dapat disimpulkan tingkat investasinyapun akan mengalami kenaikan. Ini dikarenakan pada saat posisi tersebut para investor dapat lebih menjangkau harga yang ditawarkan. Sehingga para investor dapat melakukan investasi dengan kemmpuan yang mereka miliki tersebut.(Anonim, 2008:1)

2.3. Kerangka Pemikiran

Investasi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan kinerja ekonomi suatu negara. Dengan investasi yang dialokasikan secara optimal akan dapat meningkatkan nilai tambah yakni berupa peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain ketetapan dan alokasi yang optimal tersebut maka mekanisme Investasi akan mewujudkan nilai tambah juga tergantung pada beberapa kondisi ekonomi yang ada di suatu negara.

Diketahui kondisi tersebut berupa faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja Investasi. Faktor tersebut adalah Inflasi, kurs valuta asing, dan suku bunga. Intesitas dan dinamika faktor-faktor tersebut dapat


(60)

dijadikan kekuatan namun juga bisa menjadi histori dalam mengalokasi Investasi pada suatu perekonomian.

Inflasi dapat pula mengubah alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan harga faktor produksi akan mendorong kenaikan permintaan akan berbagai macam barang. Faktor produksi pengganti yang harganya relatif lebih rendah akan mengurangi tingkat biaya produksi yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi dan adanya peningkatan permintaan suatu barang. Kenaikan produksi barang ini pada akhirnya akan meningkatkan tingkat penanaman modal asing.(Gunadarma, 2008:85)

Tingkat bunga bukanlah suatu hal yang bersifat umum. Tingkat bunga bervariasi berdasarkan jenis sekuritas. Oleh karena itu, tingkat bunga suatu sekuritas dapat meningkat atau menurun sewaktu-waktu. Jika Tingkat suku bunga Internasional mengalami penurunan maka akan mengakibatkan meningkatnya minat Investor Asing sehingga berdampak pada kenaikan Investasi (PMA & PMDN).(Sunariyah, 2006:101)

Pada kurs valuta asing, apabila kurs valuta asing mengalami penurunan, maka nilai mata uang rupiah akan mengalami kenaikan. Dengan naiknya nilai mata uang maka pertumbuhan ekonomi positif, sehingga Investasi swasta (PMA & PMDN) akan mengalami kenaikan.(Sukirno, 2004:397)

Pada tingkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan maka mengakibatkan investor asing membeli saham atau melakukan investasi, sehingga investasi Penanaman Modal asing (PMA) akan


(61)

mengalami peningkatan.(Tandelilin, 2010:86)

Dalam penanaman modal tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi saja melainkan dipengaruhi juga oleh faktor-faktor non ekonomi antara lain: Stabilitas politik, perang, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, dan teknologi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dibuat skema paradigma sebagai berikut: Kerangka pikir “Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) Di Indonesia “.

Gambar 4. Kerangka Pikir

Inflasi

Sumber : Penulis X1

Suku Bunga X2

Kurs Valas X3

Jumlah

Investasi Produksi

PMA (Y1)

IHSG X4

Pertumbuhan Ekonomi


(62)

51

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahn penelitian yang harus dibuktikan secara empiris sebagai berikut :

a. Diduga bahwa Inflasi, Suku Bunga, Kurs Valuta Asing, dan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh dan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap Penanaman Modal Asing (PMA).

b. Diduga inflasi merupakan faktor yang dominan terhadap Penanaman Modal Asing (PMA).


(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan konsep yang akan dioperasionalkan ke dalam penelitian baik berdasarkan teori yang ada ataupun pengertian empiris. Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Penanaman Modal Asing (PMA) (Y)

Investasi yang berasal dari swasta yang berada di luar negeri tujuannya untuk memperluas usaha dan mengembangkan perekonomian negara, dinyatakan dalam juta Dollar US

2. Inflasi (X1)

Merupakan kenaikan harga umum barang-barang secara terus-menerus selama periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan prosentase (%)

3. Tingkat Suku Bunga (X3)

Pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang didasarkan perubahan nilai uang dan kemungkinan perubahan kurs. Suku bunga memainkan peranan penting dalam pasar valuta asing, mengingat simpanan-simpanan berjumlah yang diperdagangkan di pasar tersebut menghasilkan bunga.


(64)

Dalam hal ini tingkat bunganya masing-masing berlainan sesuai dengan mata uang yang menjadi satuannya (%).

4. Kurs Valas (X2)

Nilai tukar suatu mata uang asing terhadap mata uang dari negara lain. Nilai tukar US$ (Dolar Amerika Serikat) terhadap Rp (Dlm satuan Rp).

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X4)

Suatu rangakaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu. IHSG mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Pengukurannya dinyatakan dalam point.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Data-data yang dibutuhkan dieroleh dari Bank Indonesia (BI) cabang Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Bursa Efek Surabaya (BES), dan Badan penanaman Modal (BPM) Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data berkala (time series) periode tahunan dari tahun 2000-2009 (9 tahun).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui buku-buku yang dipublikasikan oleh lembaga atau instansi yang terkait. Lembaga atau instansi tersebut antara lain Bank Indonesia (BI) cabang


(65)

Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Bursa Efek Surabaya (BES), dan Badan Penanaman Modal (BPM) Jawa Timur.

Sedangkan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan

Mengadakan penelitian secara teoritis ke perpustakaan untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

2. Dokumentasi

Studi ini dikaitkan dengan cara pengumpulan dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencatat atau mengutip data-data yang ada pada dokumen instansi-instansi terkait dengan masalah yang dibahas.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantitatif (perhitungan) dan juga dengan dengan metode kualitatif (analisa berdasarkan teori), sedangkan regresi linier digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Y =

β

o +

β

1 X1 +

β

2 X2 +

β

3 X3 +

β

4 X4 + e

(Sudrajad, 1998:79) Keterangan :

Y = Penanaman Modal Asing


(66)

X2 = Suku Bunga

X3 = Kurs Valas

X4 = IHSG

βo = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

e = Variabel Pengganggu

3.4.1. Uji F

Untuk menguji pengaruh simultan antar variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan uji F yang mempunyai kriteria sebagai berikut : a. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh /non significant)

H1 : β1 ≠β2≠β3≠β4 ≠ 0 (ada pengaruh /significant)

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (df) pembilang = k; (df) penyebut = n - k -1, dimana :

n = jumlah sample

k = jumlah parameter regresi c. Dengan nilai F hitung

F

hitung

=

Galat KT

gresi KTRe

(Sudrajad, 1998: 79)

Dimana :

KT = Kuadrat tengah KT Galat = Residual

Kaidah keputusannya :

1) Fhitung Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada


(67)

2) Fhitung Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Gambar 5. Distribusi Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

Daerah Penerimaan Ho

- t

- ttab tab

Sumber : Sudrajad , MSW, 1998, ekonometrika pemula, cetakan kedua, CV Armico, Bandung hal :91

3.4.2. Uji t

Selain uji F uji statistik lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah parsial test dengan menggunakan uji t. pengujian ini untuk menguji seberapa besar pengaruh dan variabel bebas terhadap variabel terikat, yang mempunyai kriteria, sebagai berikut :

H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh/non significant)

H1 : βi ≠ 0 (ada pengaruh/significant)

t

hitung

=

)

( i

i

Se

(Sudrajad, 1998 : 91)

dengan derajat kebebasan = (k, n – k - 1) keterangan :

β = koefisien regresi Se = standar error n = jumlah sampel


(68)

k = parameter regresi i = variabel bebas

Kaidah keputusannya :

a. t hitung ttabel , maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. t hitung ttabel , maka Ho diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada pngaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Gambar 6. Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

Daerah Penerimaan Ho

- t

- ttab tab

Sumber : Sudrajad MSW, 1998, mengenal ekonometrika pemula, cetakan kedua, CV Armico, Bandung hal :94

3.4.3. Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya.


(69)

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak biasa (Blue Best Linier Unblased Estimator) sifat dari Best Linier Unblased Estimator (BLUE) itu sendiri adalah :

a. Best : pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam penaksiran signifikan buku terhadap α dan β .

b. Linier : sifat ini untuk memudahkan dalam penaksiran

c. Unbiased : nilai jumlah sampel sangat besar penaksiran parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

d. Estimasi : e diharapkan sekecil mungkin.

Untuk melakukan suatu regresi linier perlu memperhatikan beberapa hal antara lain tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi heterokedastisitas, tidak terjadi multikolinieritas.

1. Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu (jika datanya time series) atau korelasi antara tempat yang berderet atau berdekatan kalau datanya cross sectional. (Sudrajad, 1998 : 213)

Asumsi pertama dalam regresi linier adalah ada atau tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson, untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel


(70)

kriteria pengujian Durbin Watson (uji DW)

Gambar 7. Kurva Statistik Durbin Watson Kurva Statistik Durbin Watson

Daerah Kritis Daerah Daerah

Daerah Kritis

Ketidakpastian

Ketidakpastian

Terima Ho

T ak Hool Tidak ada Tolak Ho

0 dL dU (4-dU) (4—dL)

um

S ber : Gujarati, 2002 Ekonometrika Dasar, cetakan pertama, PT. Gelora 16

Ad

. A : Durbin Watson < dL, tolak Ho autokorelasi

. < Durbin Watson < dU, terima Ho, non

– dL, tolak Ho autokorelasi negatif. (Gujarati, 2002: 217)

Aksar Pratama, Bandung, hal 2 anya autokorelasi didasarkan atas :

1 Daerah

positif.

2. Daerah B : dL < Durbin Watson < dU, ragu-ragu.

3 Daerah C : dU

autokorelasi.

4. Daerah D : 4 – dU < Durbin Watson < 4 – dU, ragu-ragu. 5. Daerah E : Durbin Watson < 4


(71)

Pendekteksian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan besaran Durbin Watson. Panduan mengenai angka D – W ( Durbin Watson ) untuk mendeteksi autokorelasi adalah:

1. Angka D – W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D – W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3. Angka D – W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.

Tabel 1. Kriteria pengujian Durbin Watson

DW Kesimpulan

Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi

1,08 dan 1,66 Tanpa kesimpulan

1,66 dan 2,34

Tidak ada autokorelasi

2,34 dan 2,92 Tanpa kesimpulan

Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi

Sumber : Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Penerbit : BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 89.

2. Heteroskedatisitas

Heteroskedastisitas adalah gejala dimana varians tidak sama atau tidak homogen. Hal ini bisa diketahui berdasarkan pengujian korelasi Rank Spearman.


(72)

61

Koefisien Rank Spearman :

Rs = 1 – 6 =

) 1 ( 2 

N N

di

(Sudrajad, 1998 : 198)

Keterangan :

d = selisih dalam waktu antara residual dengan variabel bebas ke 1 N = jumlah pengamatan (Sudrajad, 1998 : 198)

3. Multikolineritas

Multikolineritas adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variabel eksplanatori dalam model regresi yang dikemukakan untuk mengetahui adanya multikolineritas dapat dilihat dengan kolineriti sering ditandai dengan ciri-ciri :

a. Kolineriti sering ditandai dengan nilai R2 yang tinggi b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi


(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia

Perkembangan investasi, baik investasi penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN),pada tahun 2007 sampai dengan 2009 secara komulatif pada tahun 2007 adalah sebagai berikut; jumlah proyek baru yang disetujui PMDN berjumlah 22 buah dengan investasi senilai Rp. 16.705.091 sedangkan proyek dalam bentuk PMA berjumlah 84 buah dengan jumlah investasi senilai US$ 851.292. Pada tahun 2008 secara komulatif jumlah proyek baru yang disetujui PMDN sejumlah 35 buah dengan investasi senilai Rp. 19.933.800 sedangkan proyek dalam bentuk PMA berjumlah 93 buah dengan jumlah investasi senilai US$ 2.585.906. Pada tahun 2009 secara komulatif jumlah proyek baru yang disetujui PMDN berjumlah 36 buah dengan investasi senilai Rp. 25.405.226 sedangkan proyek dalam bentuk PMA berjumlah 96 buah dengan jumlah investasi senilai US$ 1.561.787. Bila dilihat dari perbandingan diatas peranan PMDN sangat dominan dibandingkan dengan PMA yang juga sangat mendukung dalam meningkatkan investasi.(Anonim,2005:451).

Hal ini terjadi seiring dengan gejolak politik dan sosial yang seakan akan tanpa ada akhirnya, dan cenderung semakin memanas saja, selain itu salah satu pemicu memburuknya iklim investasi ini semakin diperberat dengan masuknya otonomi daerah (OTODA) yang ternyata dalam


(1)

Modal Asing. Hal ini disebabkan karena meningkatnya Indeks Harga

Saham Gabungan akan meningkatkan kemampuan perusahan yang go

publik di bursa saham untuk meningkatkan pembelian, perbelanjaan

dan pertambahan stok barang – barang yang belum terjual, sehingga

mencerminkan aktivitas ekonomi yang semakin meningkat dan

berkembang yang berarti kemauan investor untuk menanamkan

modalnya semakin meningkat. Sejalan dengan penelitian terdahulu

yang pernah dilakukan oleh Tia (2007:102), adapun hasilnya adalah

Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh secara nyata (signifikan)

terhadap Investasi Swasta. Hal ini disebabkan karena Indeks Harga

Saham Gabungan mengalami kenaikan maka investor asing banyak

membeli saham atau melakukan investasi sehingga Penanaman Modal

Asing (PMA) akan mengalami peningkatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.

Pengujian secara simultan atau bersama sama variabel bebas Inflasi (X

1

),

Suku Bunga (X

2

), Kurs Valas (X

3

) dan Indeks Harga Saham Gabungan

(X

4

) terhadap variabel terikatnya Penanaman Modal Asing (Y).

2.

Pengujian secara parsial atau individu Inflasi (X

1

) terhadap Penanaman

Modal Asing (Y) tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap

Penanaman Modal Asing (Y).

3.

Pengujian secara parsial atau individu Suku Bunga (X

2

) terhadap

Penanaman Modal Asing (Y) tidak berpengaruh secara nyata positif

terhadap Penanaman Modal Asing (Y).

4.

Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valas (X

3

) terhadap

Penanaman Modal Asing (Y) tidak berpengaruh secara nyata positif

terhadap Penanaman Modal Asing (Y).

5.

Pengujian secara parsial atau individu Indeks Harga Saham Gabungan

(X

4

) terhadap Penanaman Modal Asing (Y) berpengaruh secara nyata

terhadap Penanaman Modal Asing (Y).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui

beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1.

Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan

ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk

menanamkan modalnya.

2.

Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan peraturan

atau kebijakaan agar tidak mempersulit perizinan dan menetapkan Tingkat

Suku Bunga agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk

menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori,Kasus dan Solusi,BPFE UGM : Yogyakarta.

Anonim. 2005. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia. http://www.openpdf.com

Anonim. 2009. Erdhika, Elit Sukuritas. Challenging Year The 2009 Strategic View.

Artikel. http://www.erdikha.com/data/files/marketoutlook2009.pdf

Anonim. 2009.

International Monetary Fund, World Economic Outlook

Database, October 2009. Artikel. http://

www.imf.org/external/index.htm 

Anonim. 2010. Wikipedia, Ensiklopedia. Investasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Investasi Boediono. 2008. Ekonomi Moneter. BPFE : Yogyakarta.

Boediono. 2008. Ekonomi Makro. BPFE : Yogyakarta.

Gujarati. 2002. Ekonometrika Dasar, PT. Gelora Aksar Pratama: Bandung. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. PT. Salemba Emban Patria : Jakarta.

Jamli, Ahmad. 2001. Dasar-Dasar Keuangan Internasional. PT. BPFE : Yogyakarta. Kraugman, Paul R, dan Obstfeld Mourice. 1995. Ekonomi Internasional. Manajemen PT.

Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama: Bandung. Nopirin. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro. BPFE-Yogyakarta. Situmorang, Paulus. 2008. Pengantar Pasar Modal. Mitra Wacana Media: Jakarta. Sudrajad MSW, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, CV Armico: Bandung. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo: Jakarta. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Unit Penerbit dan Percetakan

Sekolah Tinggi Ilmu Manajeman YKPN: Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Kanisius (Anggota IKAPI): Yogyakarta.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Wahyudi,Moh.2005.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Indonesia Periode1992-2002.