ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI (PMA) DI JAWA TIMUR.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh:

M. ALFIAN KHARIS 0611010044/FE/EP

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis beberapa faktor yang memengaruhi investasi (PMA) di jawa timur”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada.Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. EC. Arif Bachtiar, Msi, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.


(3)

ii

5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan iklas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN.

6. Bapak, Ibuku dan adik-adik ku tercinta yang telah memberikan do’a dan semangat, yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual. Dan semua keluarga besar serta teman-teman semuanya Semoga mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 16 Mei 2010,


(4)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Investasi ... 11

2.2.2 Pengertian Investasi ... 11


(5)

2.2.1.3 Faktor – Faktor yang Menentukan Investasi ... 16 2.2.1.4 Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan

Ekonomi ... 19 2.2.1.5 Pengeluaran Investasi ... 19

2.2.1.6 Upaya Pemerintah Daerah untuk Menarik Investasi... 20 2.2.1.7 Hubungan antara Pendapatan Nasional dan Investasi... 21 2.2.1.8 Hal – hal yang Menarik Investasi di Jawa Timur ... 22 2.2.1.9 Fungsi Investasi ... 23 2.3 Penanaman Modal Asing (PMA) ... 24

2.3.1 Penger

tian Modal Asing ... 24

2.3.1.1 Jenis – Jenis Penanaman Modal

... 26 2.3.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Modal Asing.... 26

2.3.1.3 K

ondisi yang Menunjang Penanaman Modal Asing

di Jawa Timur ... 28


(6)

urs Valuta Asing ... 29

2.4.1 Pe

ngertian Kurs Valuta Asing ... 29

2.4.1.1 Si

stem Kurs Valuta Asing ... 30

2.4.1.2 Te

ori Purchasing Power Parity (PP) ... 31

2.4.1.3 F

aktor – Faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Nilai Tukar Mata Uang ... 32

2.4.1.4 Pe

nawaran dan Permintaan Valas ... 33

2.4.1.5 H

ubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Penanaman

Modal Asing (PMA) ... 34

2.5 I

nflasi ... 35


(7)

Jenis Inflasi ... 36

2.5.1.2 Dampak

Negatif Inflasi di antaranya : ... 40

2.5.1.3 Cara

Mengatasi Inflasi ... 41

2.6 Indeks

Harga Saham ... 42

2.6.1 Pengerti

an Indeks Harga Saham ... 42

2.6.1.1 Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 42

2.6.1.2 Tenis

Analisis dan Penilaian Investasi Saham ... 46

2.6.1.3 Teori

Portofolio ... 47

2.6.1.4 Tujuan

Investor ... 50


(8)

an Produk Domestik Regional Bruto ... 50

2.7.1.1 Cara Mengitung PDRB ... 52

2.7.1.2 Pengaru h PDRB ... 54

2.8 Kerangk a Pikir ... 58

2.9 Hipotesi s ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukura Variabel ... 62

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 63

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.4 Teknis Analisis dan Uji Hipotesis ... 64

3.4.1 Uji F ... 65

3.4.2 Uji

t

... 67


(9)

4.1. Deskrips i Obyek Penelitian

4.1.1. Kondisi

Geografis di Jawa Timur ... 73

4.1.2. Kondisi

perkembangan Investasi di Jawa Timur ... 74

4.2. Deskrips

i Hasil Penelitian

4.2.1. Perkemb

angan Penanaman Modal ... 76

4.2.2. Perkemb

angan Kurs Valas ... 77

4.2.3. Perkemb

angan Tingkat Inflasi ... 78

4.2.4. Perkeban

gan Indeks Harga Saham Gabungan ... 78

4.2.5. Perkemb

angan Produk Domestik Regional Bruto ... 79


(10)

4.3.1. A nalisis dan Pengujian Hipotesis ... 84

4.3.2. Uj

i Hipotesis Secara Simultan ... 85

4.3.3. Pe

mbahasan ... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. K

esimpulan ... 96

5.2. Sa

ran ... 98 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria Pengujian Durbin Watson ... 71

Tabel 2. Perkembangan Penanaman Modal Asing Tahun 1994 - 2008... 76

Tabel 3. Perkembangan Kurs Valas Tahun 1994 - 2008... 77

Tabel 4. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1994 – 2008 ……… 78

Tabel 5. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan tahun 1994-2008... 79

Tabel 6. Perkembangan produk Domestik Regional Bruto Tahun 1994-2008.. 80

Tabel 7. Tes Multikolinier ………... 83

Tabel 8. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank spearman Korelasi…... 83

Tabel 9. Tes Analisis Varian (ANOVA)……….... 86

Tabel 10. Hasil Analisis Variabel ... 88


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva Marginal Efficiency of Investment ... 13

Gambar 2. Fungsi Otonom dan Investasi Terimbas ... 15

Gambar 3. Hubungan antara Investasi dan Pendapatan Nasional …. 21 Gambar 4. Kurva Tabungan (S) dan Investasi (I) ………. 23

Gambar 5. Demand Pull Inflation ……….. 38

Gambar 6. Cost Push Inflation ……… 39

Gambar 7. Kerangka Pikir ……….. 60

Gambar 8. Distribusi kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis … 67

Gambar 9. Distribusi penerimaan dan penolakan hipotesis ………… 68

Gambar 10. Kurva Statistik Durbi Watson ………. 71


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Regresi

2. Analisis Multiple Regression

3. Analisis Regresi dengan Program SPSS 4. Tabel Uji F

5. Tabel Uji T

6. Tabel Durbin –Watson


(14)

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INVESTASI (PMA) DI JAWA TIMUR

Oleh :

Muhammad Alfian Kharis

Abstraksi

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur mulai tahun 1994-2008. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program for Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukkan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dan variable terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Investasi Penanaman Modal Asing (Y1), Kurs Valuta Asing (X1), Inflasi (X2) Indeks Harga


(15)

xiv

modal asing (Y) dengan menggunakan Uji t dimana thitung =0,423 < ttabel =2,228, Indeks Harga Saham Gabungan (X3) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap penanaman modal asing (Y) dengan menggunakan Uji t dimana thitung = -0,492< ttabel =2,228, sedangkan produk domestik regional bruto (X4) juga tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap penanaman modal asing (Y) dengan menggunakan Uji t dimana thitung = 1,042< t tabel = 2,228.

Kata Kunci : penanaman modal asing kurs valuta asing, inflasi, indeks harga saham gabungan, produk domestik bruto,


(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengalaman membangun pada masa lalu dan timbulnya krisis yang berkepanjangan dapat digunakan sebagai pelajaran bahwa disamping keberhasilan mencapai tujuan pembangunan ekonomi tersebut tidak kalah pentingnya. Untuk membangun perekonomian yang kuat, sehat, dan berkeadilan, pembangunan ekonomi harus dilaksanakan berdasarkan aturan main yang jelas, etika dan moral yang baik serta nilai-nilai yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta persamaan derajat, hak, dan kewajiban warga Negara serta termasuk persamaan gender. Bagi Indonesia tujuan yang ingin dicapai secara umum dirumuskan dalam Garis Besar Haluan Negara yang kita kenal dengan Trilogi Pembangunan. Sering kali usaha untuk mencapai yang satu terpaksa mengorbankan tujuan yang lain. Dimana untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru diperlukan investasi dalam jumlah besar, akan tetapi investasi yang besar dapat menimbulkan kenaikan suku bunga. ( Rahardja, 1995 : 44)

Tetapi dengan keadaan Indonesia sekarang, tidak dapat lepas dari kebutuhan akan pembentukan modal melalui Penanaman Modal Asing ( PMA ). Hal ini disebabkan oleh semakin menipisnya kemampuan pembiayaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ), utang luar Negeri yang semakin menumpuk, krisis ekonomi yang


(17)

uang Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat sebagai warisan dari pemerintah orde baru. ( Radianto, 2000 : 2 )

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong investasi baik yang berasal dari dalam Negeri maupun dari luar Negeri antara lain melalui Penanaman Modal Asing ( PMA ), sangat dibutuhkan perhatian pemerintah menyangkut pandangan melalui faktor ekonomi (menciptakan peluang pasar yang mendukung investasi) dan faktor non ekonomi (Resiko). (Radianto, 2000 : 10)

Ketika krisis belum melanda Negeri Nusantara ini, prestasi investasi asing sangatlah fantastis misalnya pada tahun 1995 lalu, persetujuan investasi dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) itu mampu mencetak angka 10,71 Millyar Dollar. Hal ini disokong oleh adanya sejumlah mega proyek yang bernilai Trillyunan Rupiah yang masuk Propinsi ini. Ketika arus investasi mulai surut badai krisis ekonomi menerpa Negeri ini pertengahan tahun 1997, tiga tahun terakhir persetujuan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 1,2 Milyar Dollar. (Anonim, 2000)

Tujuan Negara Indonesia adalah memberi kemakmuran sebesar-besarnya pada masyarakat dengan meningkatkan Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) ditinjau dari harga konstanta tri wulan pertama tahun 2002 adalah Rp 15,63 Trillyun sedangkan Produk Domestic Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstanta 2001 mencapai Rp 15,88 Trillyun.


(18)

Investment dan Foreign Investment. Domestic Investment artinya investasi dalam Negeri atau sering disebut sebagai Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ). Investasi yang berasal dari dalam Negeri dapat dihimpun melalui sumber tabungan masyarakat, pajak, dan tabungan pemerintah sedangkan investasi yang berasal dari luar Negeri dapat berupa pinjaman dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. (Rosyidi, 1994 : 163)

Penanaman Modal Asing ( PMA ) didorong bagi kegiatan ekspor dan kegiatan pembangunan yang belum dapat dilakukan oleh modal dan kemampuan teknologi dalam Negeri. Kesadaran akan perlunya Penanaman Modal Asing ( PMA ) didasarkan atas harapan akan dapat memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif masyarakat, serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Kehendak ini telah dibuktikan oleh pemerintah dengan diluncurkannya kebijakan deregulasi, debirokratisasi dalam bidang Penanaman Modal, baik untuk investasi domestic maupun investasi asing, baik di pusat maupun di daerah-daerah melalui Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1994 diluncurkannya kebijakan deregulatif yang memungkinkan pihak asing menanam modal seratus persen di Indonesia. (Dumairy, 1997 : 109)

Penanaman Modal Asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin tetapi juga ketrampilan teknik. Selanjutnya modal asing juga mendorong


(19)

Disamping itu modal asing membantu memodernisasi masyarakat dan memperkuat sektor Negara maupun sektor swasta. Penggunaan ekonomi khususnya di Jawa Timur. ( Jhigan, 1993 :607)

Pembangunan industri dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antar industri dan antar sektor ekonomi lainnya. Terutama dengan sektor ekonomi yang lebih merangsang bagi Penanaman Modal Asing ( PMA ) dan penyebaran pembangunan industri di berbagai daerah terutama di kawasan Timur Indonesia sesuai dengan potensi

masing-masing dan sesuai dengan pola tata ruang nasional. (Anonim, 2004 : 166)

Dengan berdirinya perindustrian di kawasan Jawa Timur Indonesia tersebut, dan disertai dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai diharapkan akan membawa dampak terhadap penyerapan tenaga kerja baik tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, maupun tenaga kerja kasar sehingga mengurangi pengangguran. Berbagai permasalahan ekonomi sebagian Negara dewasa ini sangat terkait dengan soal defisit neraca pembayaran dan utang luar Negeri. Di negara Indonesia sendiri banyak mengalami perubahan dalam perekonomiannya. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada keadaan Penanaman Modal Asing ( PMA ) sebesar 4.866,870 U$ dengan persentase sebesar 75,52 %. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka komulatif tahun sebelumnya antara tahun


(20)

Modal Asing (PMA) sangat dominan dan sangat mendukung dalam meningkatkan investasi terutama industri manufaktur. (Anonim, 2000)

Perbaikan iklim Penanaman Modal asing ( PMA ) tak henti-hentinya dilakukan pemerintah di dalam upaya menarik investor asing menanamkan modalnya di Jawa Timur. Melalui berbagai kebijaksanaan mekanisme perijinan penyederhanaan tata cara impor barang modal, pelunasan syarat-syarat investasi, serta perangsangan investasi untuk sektor-sektor dan daerah-daerah tertentu guna menciptakan iklim penanaman modal yang lebih baik sehingga upah minimum regionalpun mengalami peningkatan dan dapat diharapkan Penanaman Modal khususnya di Jawa Timur. Di samping itu diharapkan investasi asing dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi pada tahun 2002 kelak. (Dumairy, 1997 : 132)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

a) Apakah kurs Rupiah terhadap US Dollar, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Produk Domestik Regional Bruto (PBRB), berpengaruh terhadap investasi (PMA) di Jawa Timur?


(21)

dominan terhadap investasi (PMA) di Jawa Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui kurs Rupiah terhadap Dollar, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dalam mempengaruhi investasi (PMA) di Jawa Timur.

b) Untuk mengetahui variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap investasi (PMA) di Jawa Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi penulis sebagai pengalaman serta tambahan pengetahuan serta wawasan dalam bidang investasi khususnya investasi (PMA) di Jawa Timur.

b) Sebagai masukan serta informasi pada pemerintah dalam penetapan serta pelaksanaan kebijakan peningkatan investasi (PMA) di Jawa Timur.

c) Sebagai acuan bagi mahasiswa dan koleksi perpustakaan yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang investasi (PMA), di Jawa Timur.


(22)

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Idiapinangsih (2003) “Beberapa Komponen yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Swasta di Indonesia”. Secara simultan F hitung sebesar 9,946  tabel yaitu 3,59 berarti variabel bebas inflasi (X1), ekspor (X2), kurs valuta

asing (X3) bersama – sama berpengaruh terhadap investasi swasta di

Indonesia. Secara parsial dengan variabel inflasi (X1) diperoleh t hitung –

0,840  t tabel 2,201 berarti inflasi tidak berpengaruh terhadap investasi swasta di Indonesia (Y). Variabel ekspor (X2) diperoleh hasil t hitung

5,204  t tabel 2,201 dan variabel kurs valuta asing (X3) diperoleh hasil t

hitung –4,867  t tabel –2,201 yang berarti bahwa variabel ekspor dan kurs valuta asing berpengaruh secara nyata terhadap investasi, hal ini disebabkan karena untuk melakukan investasi para investor tidak hanya melihat satu sisi inflasi saja melainkan banyak hal yang dapat dijadikan bahan penting untuk melakukan investasi di suatu daerah maupun di suatu negara.

b. Adriana (2004) “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Swasta di Jawa Timur”. Secara simultan IHSG (X1), PDRB di

Jawa Timur (X2), tingkat suku bunga kredit (X2), dan inflasi (X4) terdapat

F hitung sebesar 7,790  F tabel 3,48 variabel bebas X1, X2, X3, dan X4

berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat investasi swasta (Y).


(23)

3) dan inflasi (X4) tidak

berpengaruh secara nyata terhadap investasi swasta di Jawa Timur.

c. Mastija (2005) “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Timur” dengan variabel bebas Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) (X1), tingkat inflasi (X2), suku bunga kredit (X3), dan total

ekspor (X4) dengan nilai F hitung sebesar 83,628  F tabel 3,48 maka

secara simultan berpengaruh terhadap investasi swasta di Jawa Timur. Secara parsial variabel Produc Domestic Regional Bruto (PDRB) dengan t hitung 2,848 t tabel 2,228 berpengaruh nyata terhadap investasi swasta (Y), inflasi dengan t hitung 1,527  t tabel 2,201 dan tingkat suku bunga kredit diperoleh t hitung 1,758  t tabel 2,228 maka X2 dan X3 tidak

berpengaruh secara nyata terhadap investasi swasta di Jawa Timur (Y). Hal ini berarti Produc Domestic Regional Bruto (PDRB) dan total ekspor berpengaruh nyata terhadap investasi swasta di Jawa Timur, sedangkan suku bunga kredit dan inflasi berpengaruh nyata terhadap investasi swasta di Jawa Timur.


(24)

Indonesia “. Secara simultan dengan hasil F hitung 3,935  F tabel 3,59 dengan demikian tingkat suku bunga kredit (X1), tingkat inflasi (X2), dan

kurs valuta asing (X3) berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia

(Y), secara parsial tingkat bunga diperoleh t hitung 1,789  t tabel 2,201 berarti berpengaruh nyata terhadap investasi swasta di Indonesia (Y), tingkat inflasi diperoleh t hitung 0,828  t tabel 2,201 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia (Y), hal ini berarti bahwa tingkat biaya dan kurs valuta asing berpengaruh secara nyata terhadap investasi di Indonesia. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia.

e. Saksono (1993) “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Investasi di Indonesia” yang menunjukkan bahwa secara simultan terlihat bahwa secara bersama – sama variabel tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi dan neraca pembayaran berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi dengan uji secara parsial variabel tingkat suku bunga kredit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan investasi, sementara tingkat inflasi maupun neraca pembayaran masing – masing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi.

f. Santoso (1999) “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (uji F) diperoleh hasil F hitung 12,201  F tabel 3,48 yang berarti Produc Domestic Bruto (PDB) (X1), tingkat suku bunga internasional


(25)

bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal asing di Indonesia. Sedangkan secara parsial (uji t) t hitung (X1) 5,783  t

tabel 2,228 dan t hitung (X4) –6,957  t tabel –2,228 maka variabel ini

berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal asing di Indonesia sedangkan t hitung (X2) 1,551  t tabel 2,228 maka variabel ini tidak

berpengaruh secara nyata terhadap penanaman modal asing di Indonesia. g. Taufan (2006) “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

Penanaman Modal Asing di Jawa Timur” dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian secara simultan diperoleh hasil F hitung sebesar 11,472  F tabel sebesar 3,48 berarti variabel X1, X2, X3, dan X4 secara

simultan berpengaruh nyata terhadap variabel Y. sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat telah terbukti. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial diperoleh t hitung variabel tenaga kerja (X1) dapat memberikan kontribusi pengaruh

nyata terhadap variabel terikat (Y) dengan nilai t hitung sebesar 2,429  t tabel sebesar 2,228. untuk variabel kurs valuta asing (X2) dapat

memberikan kontribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat (Y) dengan nilai t hitung sebesar –5,439  t tabel sebesar –2,228. Untuk variabel bunga internasional (X3) dapat memberikan kontribusi pengaruh

yang nyata terhadap variabel terikat (Y) dengan nilai t hitung sebesar 2,414  t tabel sebesar 2,228. Untuk variabel PDRB (X4) dapat

memberikan kontribusi nyata terhadap variabel (Y) dengan nilai t hitung sebesar 3,043  t tabel sebesar 2,228. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah


(26)

tenaga kerja, kurs valuta asing, suku bunga internasional, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempengaruhi penanaman modal asing.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Investasi

2.2.2 Pengertian Investasi

Pengertian investasi menurut Nopirin (2000 : 134) investasi adalah perubahan capital stock, maka teori tentang investasi haruslah dimulai dengan konsep jumlah (Stock) capital yang diinginkan (Desiret Capital Stock).

Sedangkan menurut Dorbucsch dan Fischer (1991 : 268) investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan maupun mempertahankan stok barang-barang modal.

Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang diperlukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut :


(27)

peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b.Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertumbuhan nilai stok barang-barang yang belum terjual bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan Pendapatan Nasional. (Sukirno, 2002 : 107) Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Financial Assets, dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat

deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, opsi, dan lainnya.

2. Real Asset, diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, penelitian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya. (Halim, 2003 : 2)

Pengertian investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa investasi atau penanaman modal itu merupakan penanaman modal atau penggunaan uang bagi peningkatan kapasitas system produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang.


(28)

2.2.2.1 Teori Investasi

Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga (interest). Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.

Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment 3 Tingkat Pengembalian

Sumber : Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112

Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu data menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada


(29)

kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa

dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk

mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0.

Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan mod al yang diperlukan

adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang

menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2.

2.2.1.2 Macam-macam Investasi

Investasi menurut macamnya dibagi menjadi delapan macam yang terkelompok menjadi empat kelompok, sehingga masing-masing berisi dua. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa suatu produk barang investasi mungkin sekali memiliki atau menempati lebih dari satu macam. Di bawah ini uraian pembagian macam-macam investasi :

1.Autonamous Investment dan Induced Investment

Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, misalnya : teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan


(30)

sebagainya. Induced Investment (Investasi Terimbas) adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat investasi terimbas dalam hubungan searah atau positif.

Gambar 2 :

Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terimbas

0 Pendapatan 0 Pendapatan

Investasi

(Y)

Investasi

I

Sumber : Rosyidi, Suherman, 1996, Pengantar Teori Ekonomi , Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 170.

2.Publik Investment dan Private Investment

Public Investment adalah investasi yang digunakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Sedangkan Private Investment adalah kebalikannya yaitu investasi yang dilakukan oleh swasta.

3.Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic Investment adalah penanaman modal dalam Negeri sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.


(31)

Sebuah Negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam (Natural Resources) dan Sumber Daya Manusia (SDM) namun tidak memiliki cukup modal (Capital) sebagai faktor produksi sumber-sumber di dalam Negeri yang belum termanfaatkan sepenuhnya bias digali sehingga tidak mubazir.

4.Groos Investment dan Net Investment

Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika, dengan kata lain bahwa seluruh investasi yang dilakukan di suatu Negara atau di daerah pada periode tertentu. Sedangkan Net Investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. ( Rosyidi, 1996 : 168 – 173 )

2.2.1.3 Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi

Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan, yaitu :

a. Perubahan Fungsi Produksi

Perubahan fungsi produksi dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi. Jika teknologi tersebut mengubah komposisi barang-barang capital yang diinginkan memproduksi output tersebut.


(32)

b. Perubahan Harga Relatif

Perubahan harga relative menyangkut perubahan upah relative atau bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam tenaga kerja, perubahan harga relatif, misalnya listrik atau gas. Perubahan harga riil rasio-rasio lain untuk barang-barang dan jasa saat ini dengan harga yang diharapkan dimasa depan.

c. Peranan Tingkat Bunga

Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih besar pada kategori investasi dengan menyangkut kekayaan (Asset) tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap investasi persediaan mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya perubahan tingkat suku bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya.

d. Resiko

Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya memperlihatkan harapan matematika dari hasil yang harapkan tetapi juga masalah maksimalisasi beberapa fungsi utilitas sehingga dalam komponen biaya pasti terkandung unsur resiko. Dengan demikian permintaan investasi mungkin dapat dirancang melalui aktifitas pemerintah. Di dalam suatu sistim ekonomi sebagian besar pemerintah, investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan motivasi bisnis (mencari keuntungan) pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan untuk


(33)

mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor. e. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diharapkan

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dengan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

f. Perubahan dan Perkembangan Teknologi

Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru dikembangkan didalam kegiatan produksi atau usaha-usaha lain dinamakan inovasi. Makin banyak perkembangan teknologi yang di buat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh pengusaha. Semakin tinggi tingkat inovasi yang akan dicapai. g. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perundang-undangan

Tingkat Pendapatan Nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, dengan kata lain apabila Pendapatan Nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.


(34)

2.2.1.4 Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan ekonomi

Modal bukan satu-satunya faktor yang diperlukan dalam pembangunan, namun demikian hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal sebagai penentu utama yang nampak seperti pendidikan, kesehatan, dan penelitian. Kenaikan laju pembentukan modal akan membantu kenaikan Pendapatan Nasional, dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama Negara terbelakang menuju pembangunan ekonomi. ( Jhigan, 1998 : 419-423 )

2.2.1.5 Pengeluaran Investasi

Pengeluaran investasi secara khusus kurang dari 20 % dari Gross National Produc (GNP). Tetapi investasi berfluktuasi jauh lebih besar dari pada konsumsi. Konsumsi naik meskipun GNP turun dan pembelian-pembelian pemerintah untuk barang-barang dan jasa meningkat. Meskipun GNP menurun dengan tajam sebagian besar disebabkan oleh pengeluaran investasi bruto maupun menurun jauh lebih besar dari pada keseluruhan GNP yang menurun. Permintaan investasi akan turun oleh karena kenaikan tingkat suku bunga, peranan output juga pajak menentukan investasi. Banyak alasan untuk menelaah pengeluaran investasi adalah fluktuasi-fluktuasinya membantu menyebabkan gelombang usaha (business cycle), alasan lainnya adalah bahwa pengeluaran investasi dapat dipengaruhi secara berarti melalui kebijaksanaan.( Dorcbusch & Fischer,1984 : 236 )


(35)

2.2.1.6 Upaya Pemerintah Daerah untuk Menarik Investasi Upaya pemerintahan untuk menarik investasi antara lain :

a) Pemerataan atau Mappily tentang wilayah yang akan dikembangkan berdasarkan potensi sumber daya yang dimiliki sesuai dengan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA).

b) Identifikasi berbagai peluang usaha yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif sesuai dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki untuk kemudian dituangkan dalam bentuk profil-profil investasi yang menarik sebagai bahan promosi.

c) Memberikan pelayanan prima, cepat, mudah, murah, transparan, dan memiliki akuntabilitas dengan prinsip pelayanan satu atap.

d) Melakukan deregulasi untuk menghapuskan hambatan-hambatan dalam kegiatan investasi atau usaha, bahkan jika mungkin memberikan fasilitas atau alternative tambahan dan kemudahan lain kepada investor. e) Mengembangkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia

(SDM) daerah, baik aparatur daerah maupun pelaku bisnis.

f) Secara proaktif membantu memecahkan masalah yang dicapai investor dalam melaksanakan investasinya.

g) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antar daerah kabupaten atau kota dan Negara atau antar Propinsi atau dengan pusat serta antar badan atau dinas di daerah, dalam rangka mempermudah pelayanan investasi, pengumpulan dana investasi.


(36)

h) Meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan promosi investasi.

i) Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana fisik yang diperlukan untuk menjamin kelancaran usaha-usaha di daerah.

j) Melakukan deregulasi untuk menghapuskan hambatan-hambatan dalam kegiatan investasi atau usaha, bahkan jika mungkin memberikan fasilitas atau intensif tambahan dan kemudahan lain kepada investor.

2.2.1.7 Hubungan antara pendapatan Nasional dan Investasi

Perlukah disadari bahwa tingkat Pendapatan Nasional yang tinggi akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa, maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, dengan kata lain apabila Pendapatan Nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. ( Sukirno, 1995 : 155 )

Gambar 3 :

Hubungan antara Investasi dan Pendapatan Nasional

I1

I0

Yo→ Y1

I1


(37)

Sumber : Sukirno, 2002, EK. LPFE – UI, Jakarta, Hal 116.

2.2.1.8 Hal-hal yang Menarik Investasi Swasta di Jawa Timur

Suatu masalah klasik yang selalu menimpa pemerintah daerah ( Pemda ) di Jawa Timur saat ini adalah bagaimana meningkatkan investasi di daerahnya sebesar mungkin. Mereka menempuh berbagai cara supaya investor tertarik menanamkan modalnya.

Hal-hal yang menarik investasi swasta di Jawa Timur antara lain: 1. Sarana dan Infrastruktur di Lokasi

Dengan adanya sarana infrastruktur di lokasi investasi seperti pemberian akses jalan dapat menarik investasi untuk menginvestasikan dananya di Jawa Timur karena dengan adanya akses jalan ini dapat mempermudah investor untuk melakukan usahanya.

2. Jumlah Penduduk

Investor berpikir dengan jumlah penduduk di Jatim yang tinggi akan berpengaruh terhadap kegiatan investasi karena semakin tinggi jumlah penduduk akan mempengaruhi permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh investor.

3. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja di Jatim besar sehingga dengan tingginya jumlah tenaga kerja otomatis berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja yang tinggi akan


(38)

berpengaruh terhadap rendahnya upah yang diberikan.

4. Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu daya tarik investor untuk berinvestasi di suatu daerah. Apabila di suatu daerah penduduknya berkecukupan otomatis investor tertarik untuk menginvestasikan lahannya di Jatim.

2.2.1.9 Fungsi Investasi

Dalam menentukan Pendapatan Nasional, investasi dan tabungan mempunyai peranan yang sangat penting. Keynes menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidaklah merupakan media untuk menyamakan keduanya.

(Nopirin, 1998 : 78)

Pada kondisi produksi total ( Y ) equilibrium keinginan menabung oleh sektor rumah tangga sama dengan equilibrium investasi oleh perusahaan. Pada pendapatan yang lebih besar dari ( Y ) equilibrium, maka keinginan menabung lebih besar dari pada keinginan investasi dan sebaliknya pada pendapatan di bawah ( Y ) equilibrium.

Gambar 4 :


(39)

0

S = -a + (1 - b) Y

I

Y Y

S, I

-a

Sumber : Nopirin, 1998, Ekonomi Moneter BPFE, Yogyakarta, Hal 82

Dalam Grafik untuk sementara pengeluaran pemerintah ditiadakan. Pendapatan Nasional dalam keseimbangan apabila pengeluaran total (C + I) sama dengan produksi total (Y). Keseimbangan ini ditunjukkan dengan Y equilibrium. Pada Y equililbium ini maka keinginan menabung (S) sama dengan investasi (I) seperti tertera pada gambar besarnya keinginan menabung ditunjukkan dengan selisih antara Pendapatan dan konsumsi (S = Y-C). Dalam gambar ditunjukkan dengan selisih atau perbedaan vertikal antara garis 45° dengan fungsi konsumsi gambar diatas adalah gambar fungsi tabungan diperoleh dengan ditunjukkan garis S = - a + ( 1 + b ) Y. Garis ini diperoleh dengan menggunakan C pada Y, dimana C = a – b Y.

2.3 Penanaman Modal Asing ( PMA ) 2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Asing

Dalam usaha meningkatkan laju Pembangunan Nasional sumber pembiayaan dari luar Negeri harus ditingkatkan dan didukung dengan


(40)

pembiayaan dari luar Negeri dalam bentuk investasi langsung atau Penanaman Modal Asing ( PMA ) yang diharapkan dapat dilakukan oleh kemampuan teknologi dalam Negeri.

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Pasal 1 pengertian Penanaman Modal Asing ( PMA ) di dalam Undang-Undang ini hanyalah meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal asing secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. ( Anonim, 1967 : 2 )

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing ( PMA ) Pasal 2 pengertian Penanaman Modal Asing adalah:

a) Alat pembayaran luar Negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Negara, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

b) Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang ini diperkenankan ditransfer tapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

c) Penanaman Modal Asing langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh swasta asing ke suatu Negara tertentu, bentuknya dapat berupa cabang perusahaan Multinasional, lisensi atau lainnya. Manfaat yang dapat diharapkan dari Penanaman Modal Asing langsung yaitu penyerapan tenaga kerja ( employment ), ahli


(41)

teknologi, pelatihan managerial, dan akses ke pasar nasional melalui ekspor. ( Kustituanto dan Istikol, 1995 : 5 )

2.3.1.1 Jenis – Jenis Penanaman Modal Asing

Modal asing dapat memasuki suatu Negara dalam bentuk modal swasta atau modal Negara. Modal asing swasta dapat mengambil bentuk investasi langsung atau investasi tidak langsung.

a) Investasi Langsung

Investasi Langsung adalah perusahaan dari Penanaman Modal secara de facto ataupun de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di Negara pengimpor modal dengan cara investasi itu.

b) Investasi tidak Langsung

Investasi tidak langsung lebih dikenal dengan investasi portofolio yang sebagian besar terdiri penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh Negara pengimpor modal), atas saham atau surat hutang oleh beberapa Negara lain ( Jhigan, 1954 : 608 )

2.3.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Asing

Faktor yang mempengaruhi modal asing dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor dalam Negeri dan faktor dari luar Negeri.


(42)

dalam Negeri antara lain :

a. Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang secara terus-menerus telah diambil pemerintah untuk menggairahkan iklim investasi.

b. Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif memberikan pengaruh terhadap minat investor pada proyek-proyek yang bersifat padat karya seperti industri tekstil, industri sepatu, dan mainan anak-anak. c. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti

minyak bumi, gas, bahan tambang dan hasil hutan maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam Indonesia tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.

2. Faktor-faktor luar Negeri yang mempunyai perkembangan investasi antara lain :

a. Meningkatnya biaya produksi luar Negeri, terutama di Negara Nic’s.

b. Apresiasi mata uang di negara – negara yang jumlah investasinya di Indonesia yang cukup tinggi yaitu Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan.


(43)

2.3.1.3 Kondisi yang Menunjang Penanaman Modal Asing di Jawa Timur 1. Kebijakan Penanaman Modal di daerah bertujuan untuk :

a) Memperluas penyebaran penanaman modal di daerah sampai tingkat daerah tinggi.

b) Memperlancar arus penanaman modal di daerah dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada penanaman modal. 2. Adanya keunggulan-keunggulan komperatif yang ada di daerah antara

lain :

a) Sarana dan prasarana di daerah yang cukup memadai. b) Stabilitas politik dan keamanan di daerah terjamin. c) Sumber Daya Alam (SDM) yang cukup potensial. 2.3.1.4 Penanaman Modal asing dalam Pembangunan

Bagi Negara sedang berkembang seperti Indonesia, impor modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestic melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, sehingga dengan demikian dapat menaikkan laju tabungan dan pembentukan modal. Jhigan ( 1994 : 605 ) mengemukakan bahwa penggunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal saja tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta ketrampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, tekni-teknik produksi maju dan pembaharuan produk. Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini akan dapat mempercepat pembangunan ekonomi.


(44)

2.4 Kurs Valuta Asing

2.4.1 Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs Valas yaitu harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. (Samuelson dan Nordhaus, 1997:450)

Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan untuk membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, 2001:15).

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara tertentu yang ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa / posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Nilai tukar mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang negara lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara.

Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap nilainya, dalam arti mengalami perubahan dari waktu ke waktu dalam periode tersebut, akan tetapi pada umumnya kurs mata uang mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami guncangan atau gejolak yang besar (Boediono, 1981)


(45)

Pasar valuta asing adalah organisasi (pasar) yang didalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau devisa sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer daya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi pembatasan resiko (Ledging) valuta asing.

2.4.1.1 Sistem Kurs Valuta Asing 1. Sistem Kurs Tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal.

Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :

a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang jarang

b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga dan pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental melalui perubahan nilai paritas.

c. Kurs yang stabil dipertahankan melalui intervensi pemerintah, dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan jelas. (Jamli, 1993:191)


(46)

2. Sistem Kurs Mengambang

Karakteristik dalam kurs mengambang yaitu kurs berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Sistem kurs mengambang tercipta tahun 1973. sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan kurs mengambang akan lebih berfluktuasi daripada sistem kurs tetap. (Suparmoko, 2000:370)

3. Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating system) adalah suatu sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.

2.4.1.2 Teori Purchasing Power Parity (PP)

Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai suatu mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara. Pada dasarnya ada dua versi teori purchasing power parity, yakni interpretasi absolut dan relatif.


(47)

Menurut interpretasi absolut purchasing power parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain (kurs tetap) ditentukan oleh tingkat harga (the law of one price). Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs tersebut haruslah mengalami perubahan pula. Kurs (power parity) yang didasarkan pada perubahan inilah yang sering disebut kurs PP dalam arti relatif (Nopirin, 1996:157).

2.4.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainnya atau negara lain :

1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar dimasyarakat.

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanaman modal, baik dari dalam maupun luar Negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam Negeri.


(48)

3. Tingkat Pendapatan

Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam Negeri akan mengalami depresiasi.

4. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai tukar mata uang dalam Negeri.

5. Keadaan Politik dan Ekonomi Moneter

Keadaan politik dan ekonomi moneter suatu negara yang stabil cenderung mengakibatkan lebih kuat nilai mata uang negara tersebut. (Nopirin, 1988:174)

2.4.1.4 Penawaran dan Permintaan Valas

Pada dasarnya modal penawaran dan permintaan valas sama dengan penawaran dan permintaan komoditi kedua-duanya akan menghasilkan keseimbangan, tetapi disini keseimbangan valas sekaligus menggambarkan kurs dimana jumlah valas yang ditawarkan modalnya di luar negeri, sehingga memperbanyak pelarian modal ke luar negeri, akibatnya semakin melemahnya mata uang yang bersangkutan. (Kamaludin, 1987:105)


(49)

2.4.1.5 Hubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Penanaman Modal asing (PMA)

Suatu hal yang melatarbelakangi penetapan kurs adalah kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan akan valuta asing untuk membeli (mengimport) barang dan jasa luar Negeri atau aktiva luar negeri yang dinilai dengan valuta asing. Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari orang asing atau pihak luar Negeri yang hendak membeli barang dan jasa dalam Negeri (ekspor) atau aktiva domestik yang dinilai atau dibayarkan dalam mata uang dalam Negeri.

Dua hal membicarakan komponen investasi seorang investor mereka dalam memahami kondisi ekonomi makro. Diantaranya yaitu hubungan daripada kurs valuta asing, inflasi dan investasi dimana dengan menurunnya kurs valuta asing akan menguatkan kurs rupiah (apresiasi) terhadap mata uang asing dimana akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi disamping itu juga merupakan sinyal positif bagi perekonomian untuk menurunkan laju inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated) , artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas barang produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang, disamping itu inflasi yang tinggi juga akan bisa mempengaruhi tingkat pendapatan riil yang diperoleh


(50)

investor dari investasinya, sebaliknya jika inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal positif bagi investor seiring dengan turunnya resiko daya beli orang dan resiko penurunan pendapatan riil (Tandelilin, 2001:212)

Adapun hubungan kurs valuta asing terhadap penanaman modal asing meliputi :

1. Valuta asing ini dibutuhkan untuk membayar barang dan jasa yang dibeli dari dalam Negeri serta asset di luar Negeri yang mungkin berbentuk investasi langsung.

2. Naik turunnya kurs dalam jangka pendek mempunyai pengaruh langsung berupa fluktuasi harga barang ekspor maupun barang-barang impor didalam negeri, yaitu bila harga tersebut dinyatakan dengan mata uang dalam Negeri misalnya rupiah.

3. Kurs valuta asing berfungsi untuk mempermudah perdagangan dan investasi internasional (Nopirin, 1990:101)

2.5 Inflasi

2.5.1 Pengertian Inflasi

Beberapa pengertian tentang inflasi antara lain :

1. Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus ( Boediono, 1988 : 161 )

2. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus ( Nopirin, 1987 : 25 )


(51)

kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase ang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat, kenaikan harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya. (Boediono, 1988 : 161)

2.5.1.1 Jenis-Jenis Inflasi

a) Penggolongan inflasi yang kedua adalah berdasarkan asal dari inflasi : 1. Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri

timbul karena :

- Meningkatkan permintaan efektif dari masyarakat terhadap orang-orang di pasar, sedangkan kenaikan penawaran dari orang-orang tersebut tidak mampu mengimbangi laju permintaannya.

- Defisit anggaran belanja dibiayai dengan percetakan uang baru. - Meningkatnya biaya produksi barang dalam negeri yang


(52)

2. Foreign inflation adalah inflasi yang berasal dari luar negeri : secara langsung menaikkan Indeks Biaya Hidup (IBH) karena barang-barang impor yang berusaha mengimbangi pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga barang impor tersebut. (Nopirin, 1990: 26).

Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan antara lain (Boediono, 2001: 156-159).

a. Penggolongan Inflasi menurut parah tidaknya inflasi : 1. Inflasi Ringan

Adalah laju inflasi di bawah 10% setahun. 2. Inflasi Sedang

Adalah laju inflasi antara 10%-30% setahun. 3. Inflasi Berat

Adalah laju inflasi antara 30%-100% setahun. 4. Hiperinflasi

Adalah laju inflasi diatas 100% setahun. b. Penggolongan inflasi menurut asal dari inflasi :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena adanya deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.


(53)

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau kenaikan harga langganan berdagang, kenaikan harga yang kita impor mengakibatkan adanya kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagian dari barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, selain itu juga secara tidak langsung akan menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi atas bahan mentahnya yang harus diimpor.

c. Penggolongan inflasi menurut mekanisme timbulnya inflasi : 1. Inflasi Permintaan (Demand Pull Inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan akan barang-barang konsumsi oleh masyarakat.Karena permintaan masyarakat (Agregat Demand) bertambah, maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2 akibatnya tingkat kurva umum naik dari P1 ke P2.

Gambar 4. Demand Pull Inflation

Sumber: Boediono, 1985, Moneter Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 5 Edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal : 163.

P

Q1 Q2

Output 0

D D

S

H H


(54)

Peningkatan pendapatan agregat menyebabkan permintaan meningkat. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kanan kurva permintaan dari D1 ke D2. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari

penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2

dan jumlah equilibrium barang meningkat dari Q1 ke Q2.

2. Inflasi Penawaran (Cost Push Inflation)

Adalah inflasi yang terjadi karena biaya produksi (Cost Inflation). Gambar 5. Cost Push Inflation

S2

S1

H2

H3 D

Output

Sumber : Boediono, 1985, moneter syinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal 163.

Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang. Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga memilih memproduksi lebih sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kiri kurva penawaran dari S1 ke S2. Pasar bergerak ke

perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium Q4 Q3


(55)

meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah equilibrium menurun dari Q1 ke Q2.

2.5.1.2 Dampak Negatif Inflasi diantaranya : a) Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)

Sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. b) Efek Efisiensi

Pengaruh inflasi dapat terjadi pada perubahan pola alokasi factor produksi dengan inflasi. Permintaan akan suatu barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dan barang lain yang juga dapat berakibat pada kenaikan yang lebih besar dari barang-barang yang juga dapat mengubah alokasi faktor produksi yang ada.

c) Efek terhadap output

Pada efek ini masih dipertanyakan tentang bagaimana pengaruh inflasi terhadap output. Apakah akan mengakibatkan kenaikan atau menurunkan output inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi, alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa dibarengi dengan penurunan output (Nopirin, 1990:32-33) secara rasional dapat menurunkan pendapatan nasional. Turunnya pendapatan nasional suatu negara menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi negara tersebut mengalami penurunan


(56)

oleh karena itu, pada saat inflasi tinggi, maka pemerintah harus cepat tanggap dalam menentukan kebijakan dalam melakukan pengendalian tingkat inflasi.

2.5.1.3 Cara Mengatasi Inflasi

Cara mengatasi inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan antara lain :

a) Kebijaksanaan Moneter

Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui jumlah yang beredar. Uang diatur oleh bank sentral melalui cadangan minimum yang dinaikkan agen jumlah uang menjadi lebih kecil sehingga dapat menekan laju inflasi.

b) Kebijaksanaan Fiskal

Menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

c) Kebijaksanaan dan yang berkaitan dengan output

Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk dengan impor harga cenderung meningkat dan menurunkan harga, dengan demikian kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi.


(57)

d) Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing

Kebijaksanaan ini dilakukan dengan celling harga serta berdasarkan pada index harga tertentu untuk gaji atau upah.

2.6 Indeks Harga Saham

2.6.1 Pengertian Indeks Harga Saham

Indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kopleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Dengan demikian, indeks harga saham dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu Negara dan berbagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (Halim, 2003 : 8)

Keputusan investor memilih suatu saham sebagai objek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang yang beredar di bursa baik secara individual, kelompok maupun gabungan. Mengingat transaksi investasi saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit dan berbeda-beda. Pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi dan bersifat spesifik sehingga investor dapat membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di masa akan datang. ( Sunariyah, 2003 : 122 )

2.6.1.1 Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG )


(58)

menggambarkan satu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu, biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa saham.

Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimaksudkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut. ( Sunariyah, 2003 : 126 )

Ada dua metode perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ), yaitu :

1. Metode Rata – rata ( Average Method )

Metode ini, harga pasar saham-saham yang dimaksudkan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian di bagi dengan faktor pembagi tertentu. Rumus Indeks Harga Saham Gabungan dengan metode rata-rata adalah :

IHSG =

IPbase IPs

(Sunariyah, 2000:129) Keterangan :


(59)

IPs = Harga Pasar Saham

IP base = Suatu Nilai Pembagi

IPbase merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor pembagi ini

harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis, karena ada akan emiten seperti right issue, deviden saham, saham bonus, dan sebagainya. Seperti pada perhitungan indeks yang lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditentukan hari dasar untuk perhitungan indeks. Pada hari dasar saham dengan harga pasar, sehingga indeksnya adalah 100 %.

2. Metode Rata – rata Tertimbang ( Weight Average Method )

Pada metode ini, dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan disamping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli yang menggunakan metode ini :

1) Metode Paasche Rumus : IHSG = ) ( ) ( s base s s S x P I S x P I

(Sunariyah, 2000 : 129)

Dimana :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ps = Harga Pasar Saham

Ss = Jumlah Saham yang dikeluarkan ( Outstanding Share )

Pbase = Harga Dasar Saham


(60)

kapitalisasi pasar ( Market Capitalisazion ) seluruh saham yang tergantung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi, makin besar kapitalisasi suatu saham maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

2) Metode Laspeyres Rumus : IHSG = ) ( ) ( o base o s S x P I S x P I Dimana :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ps = Harga Pasar Saham

So = Jumlah Saham yang dikeluarkan pada hari-hari besar

Pbase = Harga Dasar Satuan

Pada metode Laspeyres diatas, jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak bisa berubah selama walaupun ada pengeluaran saham baru, sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru.

3) Metode Drobish


(61)

pendekatan yang terbaik.

Rumus :

IHSG =

2

Laspeyres Paasche IHSG

IHSG

Rumus Living Fisher = IHSGPaascheIHSGLaspeyres

2.6.1.2 Teknis Analisis dan Penilaian Investasi Saham

Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar yang harus diketahui para investor untuk pembentukan berapa perkiraan harga saham yang wajar, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham diatas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi nilai-nilai perkiraan suatu saham di bawah harga pasar.

Dalam penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (Value) dan harga (Price). Nilai yang dimaksud adalah nilai intrinsik (Intrinsik Value). Nilai intrinsik merupakan nilai nyata (True Value) suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Pengertian nilai intrinsik adalah nilai yang tercerminkan pada fakta (Justified by the fact) seperti aktiva, pendapatan, deviden, dan prospek perusahaan.sedangkan harga (Price) diartikan sebagai harga pasar (Market Value). Harga pasar yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada saat itu.


(62)

terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar modal (BusaEfek) guna menentukan saham-saham atau melakukan portofolio yang dapat memberikan return paling optimal. Tujuan analisis saham suatu perusahaan ditawarkan secara wajar atau tidak. ( Sunariyah, 2000 : 154 )

2.6.1.3 Teori Portofolio

Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva di investasi dan dipegang oleh investor, baik perorangan ataupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva financial, ataupun keduanya. ( Sunariyah, 2000 : 180 )

Harry M. Morkowitz, seorang yang pertama kali mengembangkan teori portofolio menyatakan bahwa sebagian besar investor termasuk dalam risk arverter (menghindari resiko). Hal ini berarti bahwa investor akan selalu berusaha untuk menghindari resiko. Untuk menghindarinya, maka investor mencoba untuk melakukan diversifikasi investasi. ( Pandji, 2001 : 106 )

Dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko investasi yang terdiri dari dua komponen, yaitu :

a) Resiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)

Resiko tidak sistematik merupakan resiko yang terkait dengan saham tertentu yang umumnya dapat dihindari (Avoilable) dan diperkecil melalui (Diversifiable).


(63)

Resiko sistematic merupakan resiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Resiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun ( Sunariyah, 2000 : 180 )

Teori pemilihan portofolio oleh Harry M. Morkowitz dengan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Seorang investor yang mempunyai sejumlah uang tertentu. 2. Sejumlah uang tersebut diinvestasikan dalam jangka waktu

tertentu, yang disebut Holding Period.

3. Investor akan selalu mencoba menghindari resiko (Risk averter).

4. pada akhir masa tertentu (Holding Period) investor akan menjual sahamnya.

5. Untuk menghindari resiko, investor mencoba melakukan deversifikasi investasinya.

6. Investor menjumpai beberapa portofolio dengan harga yang sudah pasti, masalahnya adalah bagaimana mengalokasikan uang mereka diantara berbagai portofolio untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan.

7. Semua portofolio secara sempurna dapat dibagi.

8. Investor mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari masing-masing portofolio.


(64)

Asumsi tersebut diatas dapat dipakai sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan dalam merumuskan kebijakan portofolio investasi. Ini berarti apabila asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka kesimpulan yang harus diambil dengan hati-hati. ( Sunariyah, 2000 : 181 )

Untuk dapat melakukan kegiatan portofolio ini ada beberapa langkah yang harus dilakukanagar resiko minimal dapat dicapai. Salah satunya adalah langkah portofolio yang dikemukakan oleh John Dickonsen. Langkah-langkah ini meliputi:

1. Placement Analysis

Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang berhubugan dengan data investasi yang akan dijadikan portofolio.

2. Portofolio Construction

Pengumpulan data investasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan investor.

3. Portofolio Selection

Melakukan kombinasi dari berbagai data investasi yang sudah dipilih sehingga didapat portofolio yang efisien.

Langkah lain yang ditempuh dalam melakukan pemilihan instrument investasi menurut Robert Ang ( Pandji, 2001 : 106 ) adalah sebagai berikut :

 Melalui analisis yang cermat, dipilih instrument investasi yang diinginkan.


(65)

portofolio secara keseluruhan.

Masing-masing instrument investasi ditentukan expected return-nya sesuai dengan horison invesasireturn-nya.

2.6.1.4 Tujuan Investor

Investor melakukan diversifikasi investasi dalam berbagai portofolio dikarenakan hasil yang diharapkan dari tiap jenis sekuritas dapat saling menutup. Lebih dari itu, dengan portofolio investasi mengestimasikan hasil investasi yang tertinggi, karena investor tidak mengetahui secara pasti return yang diharapkan dengan memakai batas kemungkinan bahwa hasil tidak dapat dicapai disebut dengan resiko. Tujuan pembentukan portofolio adalah sebagai berikut :

a) Pada tingkat resiko tertentu berusaha mencapai keuntungan semaksimal mungkin.

b) Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai resiko yang minimal.

2.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.7.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah produksi yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah atau regional tanpa pemilihan atau dengan pemilihan faktor


(66)

produksi ( Anwar, dkk ; 1992:163 ).

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pengawas Statistik (BPS) yaitu total nilai produksi disuatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu, dan biasanya dalam jangka waktu satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu indikator pembangunan regional, juga berfungsi sebagai tolak ukur dalam melihat tingkat kemakmuran suatu daerah tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor yang ikut berperan serta dalam proses didaerah setempat ( Dumairy, 1997:38 ).

Pengertian produk Domestik Regional bruto (PDRB) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam satu tahun. Besarnya PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular (Circular Flow) dalam pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga cara :

1. Metode total keluaran (the total output method) atau pendekatan produksi.

2. Metode pengeluaran (the spending on output method) atau pendekatan pengeluaran.

3. Metode pendapatan dari produksi (the income from production method) atau pendekatan pendapatan (Anonim, 1998:3)

Karena ketersediaan data mentah (row data) di Indonesia yang belum terlalu rinci, pendekatan yang ketiga belum dapat diterapkan baik di Jawa Timur maupun dalam lingkup nasional.


(67)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan jumlah produksi total dari suatu daerah dalam jangka waktu satu tahun PDRB disini dihitung atas harga konstan (jumlah nilai tambah yang dinilai atas dasar harga tetap dalam satu tahun) dari atas dasar harga pasar.

2.7.1.1 Cara menghitung PDRB

Cara menghitung PDRB dapat diperoleh melalui 4 Pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan dari segi produksi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 11 sektor lapangan usaha yaitu :

a. Sektor pertanian

b. Pertambangan dan penggalian c. Sektor industri dan pengolahan d. Sektor listrik, gas dan air minum e. Sektor bangunan dan kontruksi

f. Sektor perdagangan, hotel dan restoran g. Sektor transportasi dan komunikasi

h. Sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya i. Sektor pariwisata


(68)

j. Sektor pemerintah

k. Sektor jasa (Anonim, 1998:3) 2. Pendekatan dari segi pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa dalam jangka waktu satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah atau gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor berbagai nilai tambah nilai-nilai bruto sektoral. PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha. (Anonim, 1998:3).

3. Pendapatan dari segi pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu :

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung

b. Konsumsi pemerintah

c. Pembentukan modal tetap domestic bruto d. Perubahan stok, dan pendapatan


(69)

e. Ekspor netto, jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. (Anonim, 1998:3)

4. Pendekatan dari segi alokasi

Segi alokasi dikenal dengan apa yang disebut alokasi dengan metode alokasi akan diketahui hasil bagi pendapatan nasional menjadi perdagangan regional dengan indikator rasio tertentu. ( Dumairy, 1997 : 38 ).

2.7.1.2 Pengaruh PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh nyata terhadap investasi, kenaikan PDRB yang berarti kenaikan permintaan agregat rupanya merangsang kalangan pengusaha untuk melakukan investasi yang lebih besar. (Dumairy, 1997:155).

Alasan kuat untuk menambah persediaan modal tetap yang ada kenaikan permintaan barang-barang dan jasa akhir. Jika permintaan akan produk bertambah melampaui kapasitas yang ada, maka akan dibutuhkan pabrik-pabrik dan mesin-mesin baru. Karena itu salah satu sumber kesempatan investasi baru adalah pertambahan permintaan akan barang-barang akhir. ( Partadivedja, 1982:118 )

Bila laju pertumbuhan ekonomi tinggi, produksi barang dan jasa tinggi, sehingga memungkinkan bagi kenaikan standar hidup. Laju pertumbuhan yang tinggi biasanya akan menurunkan tingkat pengangguran dan memperluas kesempatan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi yang


(70)

tinggi merupakan tujuan dan harapan dari kebanyakan masyarakat.

Perubahan PDRB dari waktu ke waktu terutama disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah sumber daya yang dapat digunakan, pertambahan jumlah penduduk dan pembelian mesin ataupun pembangunan pabrik oleh pengusaha peningkatan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa, sehingga tingkat output mempunyai kecenderungan yang menarik. ( Dorn Busc dan Fischer, 1991:8-9 )

Pembangunan perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran strategis dalam rangka pengembangan konsep kepulauan

.

Pengembangan perdagangan adalah sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.

Dalam jangka panjang pengembangan kedua (PJP II), GBHN (Broad Online Arah Nasional) menginstruksikan bahwa layanan, serta pelayanan infrastruktur dan jasa keuangan, harus dikembangkan untuk menciptakan jaringan informasi, komunikasi, perdagangan dan jasa keuangan yang mendukung industrialisasi dan pemerataan.

Luas Online Nasional Direction) tanda bahwa perdagangan nasional dan distribusi dalam Lima Tahun Rencana Pembangunan (Repelita VI)


(71)

diarahkan untuk mempercepat arus goods_ dan jasa serta melindungi kepentingan produsen dan konsumen dalam rangka menempatkan pada pondasi yang kokoh stabilitas ekonomi , mempercepat, mendistribusikan hasil pembangunan ke seluruh wilayah Indonesia.

Peningkatan ekspor barang dan jasa serta jasa konstruksi diarahkan ke berbagai komoditas ekspor dan meningkatkan jumlah barang dan mutu layanan dan meningkatkan daya saing melalui perluasan pasar, distribusi informasi, dan peningkatan produksi yang didukung oleh telekomunikasi prasarana, transportasi dan lembaga keuangan.

Pelaksanaan pembangunan perdagangan di Jawa timur termasuk sebagai untuk Tahun Rencana Pembangunan Lima-Jawa Timur dengan kebijakan sebagai berikut:

1. Perdagangan Nasional

perdagangan nasional di Jawa Timur seperti yang diperintahkan dalam pola dasar pembangunan daerah dalam Lima Tahun Rencana

Pembangunan memiliki tujuan sebagai berikut:

 Peningkatan efisiensi perdagangan nasional melalui distribusi nasional yang efektif dan efisien, dalam rangka meningkatkan daya saing produk ekspor, mempertahankan harga yang tepat dengan menyebarkan pemasaran produk nasional dan


(72)

meningkatkan peran pengusaha nasional khususnya pada kelompok ekonomi lemah.

 Meningkatkan peran bisnis, di antaranya, melakukan kebijakan, menghilangkan peraturan yang dianggap mengganggu pelaksanaan bisnis, sehingga bisnis regional akan lebih berkembang.

 Menyediakan kebutuhan utama dan kebutuhan masyarakat lain disesuaikan dengan jenis produksi dan konsumsi masyarakat didukung oleh sistem keuangan dan layanan transportasi dan jaringan distribusi.

2. Perdagangan Internasional

Dalam Lima Tahun Keenam Rencana Pembangunan, tujuan pembangunan internasional di Jawa Timur yang bersama-sama dengan pola dasar

pembangunan daerah meliputi

 Ekspor

Untuk memberikan motivasi pada ekspor non minyak dan gas alam, dengan mengembangkan daya saing dan memperluas pasar internasional melalui produk-produk efisiensi, mutu komoditi, jaminan berkelanjutan dan tepat memberikan waktu dan berbagai produk dan pasar.

 Impor


(73)

membantu hal-hal yang diarahkan untuk mengembangkan industri nasional.

 Kualitas

Situasi ekonomi dan perdagangan internasional cenderung jaminan kualitas produk tertentu melalui hasil uji dokumen, dan jaminan mutu dari perusahaan pemasok dengan jaminan menerapkan sistem terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.8 Kerangka Pikir

Investasi merupakan unsur yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja ekonomi suatu negara dengan investasi yang dialokasikan secara optimal akan dapat meningkatkan nilai tambah yakni berupa peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain kesepatan dan alokasi yang optimal tersebut maka mekanisme investasi akan mewujudkan nilai tambah juga tergantung pada beberapa kondisi ekonomi yang ada di suatu negara. Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dengan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

Diketahui kondisi tersebut berupa faktor-faktor yang dapat meningkat kinerja investasi faktor tersebut adalah kurs valuta asing, inflasi, IHSG, PDRB. Intensitas dan dinamika faktor-faktor tersebut bisa


(74)

menjadi kekuatan, namun juga bisa menjadi distorsi dalam mengalokasikan investasi pada suatu perekonomian.

Pada tingkat kurs valas, apabila kurs valas mengalami penurunan, maka nilai mata uang rupiah akan mengalami kenaikan. Dengan naiknya nilai mata uang maka pertumbuhan ekonomi positif sehingga investasi PMA akan mengalami kenaikan. Dalam penanaman modal asing tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonekonomis antara lain : stabilitas politik, perang, rendahnya kualitas sumber daya manusia, tidak terkelolanya sumber daya alam baik dan teknologi.

Dengan menurunnya tingkat inflasi di suatu negara maka kegiatan daya beli masyarakatnya akan mengalami peningkatan karena selalu diiringi dengan turunnya harga-harga barang dan jasa didalam negeri sehingga membuat investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya.

Pada tingkat IHSG mengalami penurunan maka mengakibatkan investor asing membeli saham atau melakukan investasi, sehingga investasi PMA akan mengalami peningkatan. Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih besar pada kategori investasi dengan menyangkut kekayaan (Asset) tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap investasi persediaan mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya perubahan tingkat suku bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya.


(1)

Produk Domestik Regional Bruto tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Penanaman Modal Asing . Hal ini disebabkan karena meningkat atau turunnya Penanaman Modal Asing tidak melihat dari segi faktor ekonomi khususnya Produk Domestik Regional Bruto melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing yakni perizinan untuk berinvestasi yang lebih di permudah, sosial, politik, keamanan dan kepastian hukum.


(2)

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Kurs Valas (X1), Inflasi (X2), Indeks Harga Saham

Gabungan (X3) dan Produk Domestik Regional Bruto (X4) terhadap variabel

terikatnya Penanaman Modal Asing (Y) yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penanaman Modal Asing.

2. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valas (X1) terhadap Penanaman

Modal Asing (Y) berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing (Y). Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan nilai mata uang Rupiah terhadap kurs valas maka pertumbuhan ekonomi positif sehingga investasi Penanaman Modal Asing akan mengalami kenaikan, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan kurs rupiah mengalami kenaikan yakni faktor non ekonomis yaitu : stabilitas politik, keamanan.

3. Pengujian secara parsial atau individu Inflasi (X2) terhadap Penanaman Modal

Asing (Y) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Penanaman Modal Asing (Y). Hal ini disebabkan biaya produksi yang harganya relatif lebih tinggi maka kegiatan daya beli masyarakat akan mengalami penurunan karena selalu


(3)

diiringi dengan kenaikan harga barang dan jasa di dalam negeri sehingga membuat investor mengurungkan niatnya untuk menanamkan modalnya.

4. Pengujian secara parsial atau individu Indeks Harga Saham Gabungan (X3)

terhadap Penanaman Modal Asing (Y) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Penanaman Modal Asing (Y). Hal ini disebabakan karena menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan akan menurunkan kemampuan perusahan yang go publik di bursa saham untuk meningkatkan pembelian, perbelanjaan dan pertambahan stok barang – barang yang belum terjual yang diakibatkan adanya perizinan yang sulit, sehingga mencerminkan aktivitas ekonomi yang semakin menurun dan tidak berkembang yang berarti kemauan investor untuk menanamkan modalnya semakin sedikit.

5. Pengujian secara parsial atau individu Produk Domestik Regional Bruto (X4)

terhadap Penanaman Modal Asing (Y) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing (Y). Hal ini disebabkan karena meningkat atau turunnya Penanaman Modal Asing tidak melihat dari segi faktor ekonomi khususnya Produk Domestik Regional Bruto melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing yakni perizinan untuk berinvestasi yang lebih di permudah, sosial, politik, keamanan dan kepastian hukum.


(4)

98

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan peraturan atau kebijakaan agar tidak mempersulit perizinan dan menetapkan Tingkat Suku Bunga agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.


(5)

Anonim , 2000, Badan Penanaman Modal Jawa Timur, Surabaya _______, 2004, Badan Penanaman Modal Jawa Timur, Surabaya _______, 2000, Badan Penanaman Modal Jawa Timur, Surabaya

_______, 2001, Produk Domestik Regional Bruto, Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Surabaya.

Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi), Edisi Revisi, FE UI,

Jakarta.

Rahardja pratama, 1995,Pengantar Ekonomi I, Edisi Pertama, Penerbit PT. Intan Pariwara, Jakarta

Rosyidi, Suherman, 2004, Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

Rosyidi , 1994, Pengantar Teori makro ekonomi, Edisi 6, Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

Dumairy , 1997, Perekonomian Indonesia, Airlangga, Jakarta

Jhigan , 1993, Ekonomi pembangunan dan Perencanaan, Penerbit Raja Gravindo Persada, Jakarta

Gujarati, Damodar,1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan Kempat, Penerbit Erlangga, Jakarata


(6)

Irawan dan Suparmoko,M. 2002. Ekonomika Pembangunan, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Harnes Destia , 2005, Skripsi “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI INVESTASI SWASTA (PMA) DI JAWA TIMUR”.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2004, Ilmu Makro Ekonomi, Edisi Ketujuh belas, PT. Media Globa Edukasi, Jakarta.

Sudrajat. 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Amico, Bandung.

Sukirno, Sadono. 2002, Makro Ekonomi, Edisi Kesatu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

________ .2004, Teori Pengantar Makro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nopirin , 2000, Ekonomi Moneter, buku kedua edisi kedua, penerbit BPFE, Yogyakarta.

Nopirin,1999,Ekonomi Internasional, Edisi Ketiga,Penerbit BPFEN Universitas Gajah Mada , Yogyakarta.

Dornbusch R dan Ficher, 1991, Makro Ekonomi, Edisi keempat Terjemah Julius A. Mulyadi, Penerbit Airlangga, Jakarta.