Coping Stress Isteri dalam Perkawinan Poligini di Kota Banjarmasin.

DAFTAR PUSTAKA
Chalpin, J.P., Kamus Lengkap Psikologi, terj.
Kartini Kartono, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama
Islam
Departemen
Agama,
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,
Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan
Peradilan Agama, 1991/1992.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus
Inggeris Indonesia, cet. xxi, Jakarta: PT.
Gramedia, 1995.
Hasbi, Indra. dkk, Potret Wanita Shalehah, cet.2,
Jakarta: Penamadani, 2004.
Indra, Hasbi. Dkk. Potret Wanita Shalehah. Cet.
2. Jakarta: PENAMADANI, 2004.
Kertamuda, Fatchiah E. Konseling Pernikahan
untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba

Humaika, 2009.
King , Laura. A. Psikologi Umum; sebuah
aspresiatif. Jakarta: Salemba Humanika,
2010.
70

71

Kolibonso, Rita Serena. Pemahaman BentukBentuk
Tindak
Kekerasan
terhadap
Perempuan dan Alternatif Pemecahannya.
Jakarta: PT Alumni, 2000.
Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Cet. 1.
Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakir. Nuansanuansa Psikologi Islam. Cet. 2. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002.
Mustofa, Agus, Poligami Yuuk!?, Surabaya:
Padma Press, t. th.

An-Najar, Amir. Ilmu Jiwa dalam Tasawuf.
Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2000.
Nurhayati, Eti, Psikologi Perempuan, Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2012
Papalia, Diane E., Human Development
(Psikologi Perkembangan), cet. 1, Jakarta:
Kencana, 2008
Paradnya,
Paramida,
Undang-Undang
Perkawinan di Indonesia dengan Peraturan

72

dan Pelaksanaannya, cet. 8, Jakarta: Prima
Karsa Utama, 1983.
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian,
cet.1, Banjarmasin: Antasari Press, 2011.
Sadli, Saparinah. Psikologi Perkawinan dalam
Buku Membina Keluarga Bahagia. Cet. 4.

Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
Sahrazad, Sara, Stres dan Coping Stres pada
Pecandu Narkoba Dewasa Awal yang
sedang menjalani Rehabilitasi, Skripsi,
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanagara, Jakarta, 2007.
http://www.scribd.com/doc/61982306/33/Co
ping-Stress-yang-Dipakai, 09 Maret 2015.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah pesan,
kesan dan keserasian Al-Qur’an, volume 11,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
--------------, Tafsir al-Mishbah pesan, kesan dan
keserasian Al-Qur’an, volume 2, Jakarta:
Lentera Hati, 2002.

73

Subhan,
Zaitunah,
Menggagas

Fiqh
Pemberdayaan Perempuan, cet.II, Jakarta:
el-Kahfi, 2008.
Summa, Muhammad Amin, Hukum Keluarga
Islam di Dunia Islam, Jakarta: Rajawali
Press, 2004.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ketiga,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Tri Rahayu, Iin. Psikoterapi Perspektif Islam &
Psikologi Kontemporer. Malang: UINMalang Press, 2009.
Qarni, Aidh. Tafsir Muyassar. jilid.4, Jakarta:
Qisthi Press, 2007.
Wibawanti, Ratna Sari, Pengaruh Coping Stres
terhadap Penyesuaian diri Pecandu narkoba
yang sedang menjalani proses Rehabilitas,
Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga,
Surabaya,

2011.
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/87428
36710_abs.pdf , 09 Maret 2015.

74

Yuliantini, Fitri, Zainal Abidin dan Retno
Setyaningsih,
Konflik
Marital
pada
Perempuan dalam Pernikahan Poligami
yang Dilakukan Karena Alasan Agama
dalam Jurnal Psikologi, volume I, Nomor
2,Yogyakarta: Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Sunan Kalijaga, 2008.
Dscape/bitstream/123456789/4496/BADRU%20
ZAMAN-FPS.PDF.(09 Mei 2014).
Keajaiban

Air,
https://votreesprit.wordpress.com/2011/12/27
. keajaiban-air/ (04-01-2015).
Komnas
perempuan,
Catatan
Tahunan
Kekerasan
terhadap
Perempuan.
http://www.slideshare.net/vdikamilanisti/cata
tantahunankekerasanterhadapperempuan2007
-6726807( 29 November 2014).
Nasution, Hasan Maksum. Membentuk Keluarga
Sakinah,
Mawaddah
Warahmah.
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISA
NISLAM/fbig1405409155.pdf ( 04-12-2014).


75

Sahrazad, Sara. Stres dan Coping Stres pada
Pecandu Narkoba Dewasa Awal yang sedang
Menjalani Rehabilitasi. Skripsi, Jurusan
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanagara,
Jakarta,
2007.
http://www.scribd.com/doc/61982306/33/Co
ping-Stress-yang-Dipakai. (09 Mei 2014).
Wangsadjaja,Reina“Stres”http://rumahbelajarpsi
kologi.com/index.php/stres.html.(03-122014).
Wibiksono, Dio. Membangun Komitmen.
http://rmdio.blogspot.com/2012/05/psikologikeluarga-membangun komitmen.html.(15 12-2014).

76

Coping Stress Istri
Pertama dalam Pernikahan Poligami

Yesi Sevien Marita

ABSTRAK

Marita, Yesi Sevien. 2010. Coping Stress Istri Pertama dalam Pernikahan Poligami. Skripsi,
Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi FIP Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Drs. Fattah Hidayat,S.Psi, M.Si, (II) Ninik Setyowati S.Psi, M.Psi.

Kata Kunci : coping stress, istri pertama, pernikahan poligami

Poligami di indonesia akhir-akhir ini membuat kaum wanita semakin khawatir. Belum lagi
pemberitaan mengenai masyarakat penganut poligami, mulai dari selebritis, pejabat
pemerintah, hingga pemuka agama. Hal ini menyebabkan kasus poligami semakin banyak
bermunculan.
Bird dan Melville (1994) juga mempertegasnya dengan mengatakan bahwa wanita lebih
memiliki kecenderungan dibanding pria untuk mengalami stres akibat permasalahan pada
pernikahan atau pengasuhan anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model penelitian basic and
generic study yakni bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan makna, kedudukan pen
eliti

sebagai pengumpul data utama dan instrumen analisis, menggunakan catatan lapangan,
menggunakan analisis induktif, dan menghasilkan temuan deskripif yang sangat jelas.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode snowball sampling. Partisipan dalamp
enelitian ini berjumlah tiga orang, dengan kriteria 1.) Berstatus istri pertama dalam pernika
hanpoligami 2.) Menyadari atau mengetahui bahwa suaminya memiliki istri selain dirinya da
n
menimbulkan stres atau tekanan bagi partisipan3.) Telah menjalani kehidupan berpoligami
minimal satu tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara mendalam da
n
observasi. Keseluruhan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif, dan disusun menjadi kesimpulan penelitian.
Hasil temuan penelitian ini mendapatkan jenis coping stress yang dilakukan oleh
partisipan bertahap yakni pada awal suaminya akan menikah lagi partisipan cenderung
melakukan problem focused coping, sedangkan setelah pernikahan poligami, partisipan
cenderung melakukan jenis emotion focused coping. Dari ketiga partisipan penelitian, copin
gstress sangat dipengaruhi oleh faktor keyakinan dari para partisipan itu sendiri yakni ajara
n-ajaran agama islam yang memperbolehkan poligami.

77


Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan (1) Kepada penelitian selanjutnya untuk
melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif agar dapat memperoleh
data
yang lebih kaya mengenai topik penelitian, (2) Untuk hal yang sensitif seperti ini, peneliti
menyarankan agar pembinaan rapport tidak hanya dengan partisipan saja, tetapi juga deng
an keluarga agar wawancara dapat berjalan lancar (3) sebagai saran praktis, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran coping stress istri pertama pa
da
pernikahan poligami agar bagi pelaku poligami dapat lebih serius dalam mengatasi stres ya
ng mungkin terjadi.

Oleh karena itu, remaja akan menghadapi stresnya dengan strategi coping yang
berbeda-beda, ada yang menggunakan strategi coping yang berfokus pada
permasalahan yang sedang dihadapi (problem – focused coping), misalnya, mencoba
merubah

pikiran

seseorang,


merencanakan

tindakan

dan

melaksanakannya,

menceritakan masalahnya kepada orang lain dan sebagainya. Namun sebagian remaja
menggunakan strategi coping dengan cara yang berorientasi pada emosi (emotional – 5
focused coping), seperti menyembunyikan perasaan, melarikan diri dengan cara
merokok, minuman-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang, merasa diri
semakin dewasa dan merasa diri menjadi lebih baik. Selain itu, ada juga remaja yang
menggunakan kedua coping tersebut, yakni coping secara emosional sekaligus
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (emotional – focused coping dan problem
– focused coping), misalnya menceritakan masalah kepada orang lain dan meminta
saran dari mereka. Strategi yang digunakan bergantung pada kepribadian dan
karakteristik remaja tersebut.
Perkawinan yang sudah berjalan bertahun-tahun tidak menjamin bahwa rumah tangga
akan terus berjalan lancar, karena setiap rumah tangga memiliki masalahmasalah yang
berbeda-beda. Dalam hubungan antara suami dan istri yang terlihat harmonis, bisa
mempunyai masalah didalam rumah tangga, seperti masalah ekonomi, masalah dalam

78

perbedaan pendapat dan prinsip, kurangnya waktu bersama dengan keluarga, bahkan
sampai masalah sulitnya pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan menjadi
kendala didalam perkawinan. Bagi sebagian suami masalahmasalah didalam rumah
tangga tersebut dijadikan sebagai alasan untuk menikah lagi. Hadirnya orang ketiga,
dalam hal ini adalah perempuan lain dalam kehidupan suami yang berakhir dengan
sebuah perkawinan baru bagi suami yang disebut dengan 8 poligami. Poligami yang
dilakukan oleh suami tentunya akan membawa dampak tertentu terhadap istri
sebelumnya beserta anak-anak dari hasil hubungan suami dengan istri pertamanya.
Terlebih jika anak sedang dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa
dewasa yang disebut sebagai masa remaja. Dampak perkawinan poligami bagi sebagian
remaja dapat menjadi sumber stres (stressor) yang dapat mengganggu kondisi psikologis
remaja, karena terganggunya kehidupan didalam keluarga dalam segala aspek
kehidupan. Stressor tersebut dapat menimbulkan tekanan dalam hal ekonomi,
psikologis, sosial maupun fisik. Stressor dalam hal ekonomi dapat membuat remaja
merasa bahwa dengan kondisi Ayah menikah lagi, keadaan keuangan dalam keluarga
juga akan berkurang, karena Ayah harus menafkahi lebih dari satu keluarga. Dampak
langsung yang dirasakan oleh remaja, yaitu berkurangnya uang jajan, uang untuk jalanjalan bersama teman-teman, dana untuk pendidikan serta berkurangnya jatah untuk
memenuhi semua kebutuhan remaja. Selain itu, dampak terhadap lingkungan sosial pun
akan dirasakan oleh remaja, karena remaja akan merasa khawatir akan penilaian serta
respon negative dari lingkungan sosialnya seperti kekhawatiran akan dikucilkan, dijauhi
serta mendapat kata-kata yang tidak menyenangkan dari lingkungannya. Remaja juga
cenderung merasa bahwa keluarganya yang menjalani kehidupan poligami berbeda
dengan keluarga lain pada umumnya yang hanya memiliki satu keluarga inti. Kemudian

79

dampak yang dirasakan cukup berat untuk dihadapi adalah masalah psikologis remaja
itu sendiri. Remaja merasa bahwa waktu untuk bersama-sama 9 dengan Ayah akan
berkurang, karena Ayah harus membagi waktunya dengan keluarga Ayah yang lain.
Remaja bisa saja merasa kehilangan Ayah secara fisik, karena Ayah akan sering tidak
berada di rumah, begitupun dalam hal komunikasi dengan Ayah juga relatif akan
berkurang. Pada akhirnya stressor tersebut menimbulkan tekanan-tekanan bagi remaja,
sehingga remaja menjadi stres. Pada sebagian remaja, stres yang dialami dapat diatasi
dengan menggunakan strategi-strategi coping yang tepat. Misalnya, remaja bisa
menggunakan strategi problem-focused coping (mencari penyelesaian masalah dengan
mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi), atau bisa juga menggunakan
emotion-focused coping (mengatasi masalah dengan cara menceritakan permasalahan
yang sedang dihadapi kepada orang lain), remaja bisa juga menggunakan gabungan dari
kedua strategi coping tersebut, yakni dengan cara menceritakan permsalahannya
kepada orang lain sekaligus mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang
dihadapi. Setiap remaja akan menggunakan berbagai strategi coping yang berbeda-beda
sesuai dengan karakteristik dan kepribadian remaja tersebut. Sebagian remaja yang
memiliki karakteristik mental yang relatif stabil akan lebih mampu dan berhasil bagi
subjek dalam mengatasi setiap permasalahan yang sedang dihadapinya. Namun
sebaliknya, jika karakteristik mental atau kepribadian remaja tidak stabil, maka ia akan
cenderung tidak berhasil dalam melakukan copingnya. Maka dari itu, remaja diharapkan
bisa menggunakan strategi coping yang tepat dan mengarah pada coping 10 yang positif,
sehingga remaja akan mampu menerima keadaan Ayah yang berpoligami dengan tanpa
beban.

80

Skema Kerangka Berfikir PERKAWINAN 1 PERKAWINAN 1 IBU AYAH IBU TIRI REMAJA
STESSOR oPsikologis oSosial oFisik STRESS o Reasi fisik (pusing, sakit, mual-mual ) o
Reaksi psikologis (merasa sedih, merasa kesepian, depresi, marah, kesal dsb.) o Reaksi
terhadap sosial (khawatir dengan penilaian negatif dari lingkungan sosial) COPING STRES
Emotion - Focused Coping - Seeking social support (mencari dukungan sosial) - Self control (menyembunyikan perasaan) - Escape - avoidance (minum-minuman keras,
merokok dll) - Positive appraisal (banyak beribadah dan berdoa) - Distancing (tidak
memikirkan masalah) Problem - Focused Coping - Confrontive coping (mencoba
mengubah pikiran seseorang) - Planful problem solving (merencanakan tindakan dan
melaksanakannya) - Accepting responsibility (mengkritik diri, diiringi upaya memperbaiki
keadaan) - Seeking social support (mencari informasi, bertanya, menceritakan masalah)