PENERAPAN MEDIA SIMULASI PHET (PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA FASE PENGUMPULAN DATA PERCOBAAN DAN MENGOLAH SERTA MERUMUSKAN SUATU PENJELASAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DI SMA NEGERI 5 TAKENGON.

(1)

PENERAPAN MEDIA SIMULASI PhET (PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA FASE PENGUMPULAN

DATA PERCOBAAN DAN MENGOLAH SERTA MERUMUSKAN SUATU PENJELASAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING

DI SMA NEGERI 5 TAKENGON

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Fisika

Oleh : KOMYADI NIM : 8126175009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pengumpulan data percobaan dan mengolah serta merumuskan penjelasan dalam mode pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media simulasi PhET. Indikator keberhasilan tindakan ini adalah meningkatnya aktivitas dan keterampilan proses sains (KPS) dengan ketuntasan klasikal lebih besar dari 85%. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Takengon kelas XI.IPA-1 yang terdiri dari 25 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah catatan lapangan, tes, observasi, dan angket. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 66,38 dan pada siklus II 81,74 dengan N-gain 45,69% (sedang). Nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa (aspek psikomotor ) pada siklus I adalah 66,18 dengan ketuntasan klasikal 36% dan pada siklus II 77,77 dengan ketuntasan klasikal 92% dengan N-gain 47,81% (sedang). Nilai rata-rata keterampilan proses sains (aspek kognitif) siswa pada siklus I adalah 61,87 dengan ketuntasan klasikal 48%, sedangkan pada siklus II 78,15 dan ketuntasan klasikal 88% dengan N-gain 69% (sedang). Hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus I positif dan pada siklus II sangat positif. Dengan demikian penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET dapat meningkatkan keterampilan proses sains (aspek psikomotor dan kognitif).


(6)

ABSTRACT

The aim of this study were to improve student activity in experimental data collection and processing and formulating explanations and science process skills (skill and cognitive aspects) by implementation PhET simulation media in inquiry training learning model. The method used Classroom Action Research (CAR), which consists of two cycles with each cycle has four phases: planning activity, action, observation and reflection. This research was conducted at SMAN 5 Takengon XI.IPA-1 class consisting of 25 students in the second semester of academic year 2013/2014. Data collection techniques used field notes, tests, observations, and questionnaires. The results were obtained an average value of students' science process skills (skill aspects) in the first cycle was 66.18 with classical completeness 36% and the second cycle 77.77 and classical completeness 92% with N-gain 47.81% (moderate). The average value of science process skills (cognitive aspect) of students in the first cycle was 61.87 with classical completeness 48%, while in the second cycle 78.15 and classical completeness 88% with N-gain of 69% (moderate). The results of student questionnaire responses to a positive learning in the first cycle and the second cycle is very positive. Thus the application of inquiry training learning model using PhET simulation media to increase the science process skills (skills and cognitive aspects).


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Penerapan Media Simulasi PhET (Physics Education Technology) Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Pada Fase Pengumpulan Data Percobaan Dan Mengolah Serta Merumuskan Suatu Penjelasan Dalam Model Pembelajaran Inquiry Training Di SMA Negeri 5 Takengon” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed..

2. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana Unimed..

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed. sekaligus narasumber ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga tesis ini dapat selesai.

4. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed, yang telah membatu tugas-tugas kesekretariatan. 5. Ibu Dr. Derlina, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing,

memberikan arahan, masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Ridwan. A. Sani, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan, masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.


(8)

7. Bapak Drs. Khalidin, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Takengon, Ibu Sany Kurnia Dewi, S. Pd sebagai observer dan kolaborator dalam melakukan penelitian, beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan bantuan dalam melakukan penelitian.

8. Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dalam hal ini kepada Bapak Bupati Kabupaten Aceh Tengah, Bapak kepala BKPP Kabupaten Aceh Tengah dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah yang telah memberikan tugas belajar di Program Pasca Sarjana Unimed.

9. Bapak dan ibu dosen Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis.

10. Teristimewa untuk istriku Nurul Atikah, S. Pd dan anakku Alfi Saffana Qurratul A’yun yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan tesis.

11. Ayahanda Mujiran, Ibunda Pujiyem serta adik-adikku Pian, Ikah, Udin, Mukminah, dan Muslimah yang terus memberi dukungan moril maupun materil, doa, motivasi serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di Unimed.

12. Teman seperjuangan terkhusus angkatan XXII Prodi Fisika (Dikfis Angkatan ke-3) yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan kepada penulis 13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2014 Penulis,

Komyadi


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .. ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 11

2.1.1 Hakikat aktivitas siswa ... 11

2.1.2 Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 13

2.1.2.1 Jenis-Jenis Keterampilan Proses sains ... 15

2.1.2.2 Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 26

2.1.3 Hakikat Model Pembelajaran Inquiry ... 27

2.1.3.1 Keunggulan Model Pembelajaran Inquiry ... 31

2.1.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry ... 32

2.1.4 Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 33

2.1.4.1. Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training ... 35

2.1.5 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 40

2.1.5.1 Teori Belajar Konstruktivis ... 40

2.1.5.2 Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget ... 41

2.1.5.3 Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 44


(10)

2.1.5.5 Teori Belajar Bermakna David Ausubel ... 45

2.1.6 Hakikat Media Pembelajaran ... 46

2.1.6.1 Pentingnya Media Pembelajaran ... 48

2.1.6.2 Klasifikasi Media Pembelajaran ... 48

2.1.6.3 Manfaat Media Pembelajaran ... 49

2.1.6.4 Media Simulasi PhET ... 50

2.1.7 Penelitian yang Relevan ... 52

2.2. Kerangka Konseptual ... 58

2.2.1 Peningkatan Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Simulasi PhET ... 58

2.2.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa (Psikomotordan Kognitif) Dengan Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Simulasi PhET ... 59

2.2.3 Peningkatan Respon Siswa Pada Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Simulasi PhET ... 60

2.3 Hipotesis Tindakan ... 61

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 63

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 63

3.2.1 Waktu Penelitian ... 64

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 65

3.4 Metode dan Desain Penelitian ... 65

3.4.1 Tahap Perencanaan ... 67

3.4.2 Tahap Pelaksanaan ... 67

3.4.3 Tahap Pengamatan ... 67

3.4.4 Tahap Refleksi ... 68

3.5 Instrumen Penelitian ... 68

3.6 Validitas Data dan Instrumen ... 70

3.6.1 Validitas Data ... 70

3.6.1.1 Validitas Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 70

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 78

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 78

3.7.2 Teknik Analisis Data ... 79

3.7.2.1 Analisis Data Kualitatif ... 79

3.7.2.2 Analisis Data Kuantitatif ... 80

3.8 Indikator Keberhasilan Tindakan ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 85

4.1.1 Hasil Penelitian siklus I ... 85


(11)

vii

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 86

4.1.1.3 Pengamatan (Observasi) ... 87

4.1.1.4 Refleksi ... 93

4.1.2 Hasil Penelitian siklus II ... 96

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan ... 96

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan ... 97

4.1.2.3 Pengamatan (Observasi) ... 97

4.1.2.4 Refleksi ... 102

4.1.1.1 Perencanaan ... 85

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 86

4.1.1.3 Pengamatan (Observasi) ... 87

4.1.1.4 Refleksi ... 93

4.2. Pembahasan ... 104

4.2.1 Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 105

4.2.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains (Aspek Skill) ... 106

4.2.3 Peningkatan Keterampilan Proses Sains (Aspek Kognitif) ... 109

4.2.4 Peningkatan Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 111

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 114


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Menghubungkan Keterampilan Proses Dengan Penggunaan

Teknologi ... 13

Tabel 2.2. Perbandingan Jenis Keterampilan Proses Sains Siswa dari berbagai sumber ... 14

Tabel 2.3. Pengembangan Indikator Keterampilan Proses Sains ... 24

Tabel 2.4. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 35

Tabel. 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 63

Tabel 3.2 Deskripsi Kategori Validitas Butir Soal ... 72

Tabel 3.3 Hasil Validitas Tiap Butir Tes ... 72

Tabel 3.4 Deskripsi Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 73

Tabel 3.5 Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains ... 73

Tabel 3.6 Kategori Taraf Kesukaran ... 74

Tabel 3.7 Taraf Kesukaran Item Tes Keterampilan Proses Sains ... 74

Tabel 3.8 Deskripsi Kategori Daya Pembeda... 76

Tabel 3.9 Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains ... 76

Tabel 3.10 Deskripsi Ketuntasan KPS Secara Klasikal ... 81

Tabel 3.11 Deskripsi Peningkatan (Gain Ternormalisasi) Rata-rata ... 82

Tabel 3.12 Deskripsi Kategori Persentase Aktivitas Guru ... 83

Tabel 3.13 Deskripsi Kategori Persentase Respon Siswa ... 83

Tabel 4.1 Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru pada Siklus I ... 88

Tabel 4. 2 Analisis Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains (Aspek Skill) Pada Siklus I ... 89

Tabel 4. 3 Analisis Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains (Aspek Skill) Pada Siklus I ... 89

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa (Aspek Skill) Pada Siklus I ... 90

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa (Kognitif) Pada Siklus I ... 91

Tabel 4.5 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Pada Siklus I ... 91

Tabel 4.6 Rencana Tindakan Perbaikan Pada Siklus II ... 95

Tabel 4.7 Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru Pada Siklus II ... 98

Tabel 4.8 Rekapitulasi Observasi Keterampilan Proses Sains (Aspek Skill) Pada Siklus II ... 99

Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa (Aspek Skill) Pada Siklus II ... 100

Tabel 4.10 Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa (Aspek Kognitif) Pada Siklus II ... 100


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Inquiry Training ... 39 Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale ... 47 Gambar. 3.1 Modifikasi Skema PTK Kemmis dan Mc. Taggart ... 65


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1-a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .. ... 126

Lampiran 1-b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .. ... 143

Lampiran 2-a Bahan Ajar 1 Pengertian Fluida Statis dan Massa Jenis Benda 159 Lampiran 2-b Bahan Ajar 2 Tekanan Hidrostatis dan Prinsip Pascal ... 163

Lampiran 2-c Bahan Ajar 3 Prinsip Archimedes ... 169

Lampiran 2-d Bahan Ajar 4 Fluida Ideal dan Persamaan Kontinuitas ... 174

Lampiran 2-e Bahan Ajar 5 Prinsip Bernoulli ... 178

Lampiran 2-f Bahan Ajar 5 Prinsip Toricelli ... 187

Lampiran 3-a LKS Percobaan Riil Menghitung Massa Jenis Benda ... 191

Lampiran 3-b LKS Menghitung Massa Jenis Menggunakan Simulasi PhET ... 193

Lampiran 3-c LKS Percobaan Rill Tekanan Hidrostatis ... 196

Lampiran 3-d LKS Percobaan Menggunakan Simulasi PhET Tekanan Hidrostatis ... 200

Lampiran 3-e LKS Percobaan Riil Prinsip Archimedes ... 206

Lampiran 3-f LKS Percobaan Menggunakan Simulasi PhET Prinsip Archimedes ... 210

Lampiran 3-g LKS Percobaan Riil Persamaan Kontinuitas ... 216

Lampiran 3-h LKS Percobaan Menggunakan Simulasi PhET Fluida Ideal Dan Persamaan Kontinuitas ... 219

Lampiran 3-i LKS Percobaan Riil Prinsip Bernoulli ... 224

Lampiran 3-j LKS Percobaan Menggunakan Simulasi PhET Prinsip Bernoulli ... 229

Lampiran 3-k LKS Percobaan Rill Prinsip Toricelli ... 233

Lampiran 3-l LKS Percobaan Rill Prinsip Toricelli ... 235

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains... 239

Lampiran 5 Rubrik Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ... 259

Lampiran 6 Rubrik Lembar Aktivitas Siswa ... 266

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Berdasarkan RPP ... 289

Lampiran 8-a Lembar Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 291

Lampiran 8-b Angket Respon Siswa ... 293

Lampiran 9-a Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Tes KPS Siklus I ... 311

Lampiran 9-b Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Tes KPS Siklus II ... 312

Lampiran 10-a Uji Taraf Kesukaran dan Daya Beda Instrumen Tes KPS Siklus I ... 313

Lampiran 10-b Uji Taraf Kesukaran dan Daya Beda Instrumen Tes KPS Siklus I ... 314

Lampiran 11-a Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 315

Lampiran 11-b Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 316

Lampiran 12-a Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains (KPS) Siklus I ... 319


(15)

xi

Lampiran 12-c Rekapitulasi Hasil Observasi KPS (Aspek Skill) Siklus I... 323 Lampiran 12-d Rekapitulasi Hasil Observasi KPS (Aspek Skill) Siklus II ...324 Lampiran 13-a Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains (Aspek Kognitif)

Siswa Siklus I ...325 Lampiran 13-b Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains (Aspek Kognitif)

Siswa Siklus II ...326 Lampiran 13-c Hasil Postes Keterampilan Proses Sains (Aspek Kognitif)

Siswa Siklus I ...327 Lampiran 13-d Hasil Postes Keterampilan Proses Sains (Aspek Kognitif)

Siswa Siklus II ... 328 Lampiran 14-a Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I ... 328 Lampiran 14-b Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus II.. 329 Lampiran 15 Dokumentasi Selama Kegiatan Penelitian ... 331


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tujuan belajar ilmu pengetahuan (science) adalah agar siswa dapat memiliki penguasaan konsep, keterampilan proses dan sikap. Hal ini berlaku secara universal. Kegiatan pembelajaran harus dirancang atau dipilih sehingga dapat berhubungan dengan kebutuhan dan pengalaman sehari-hari siswa, untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dengan melibatkan mereka aktif dalam pembelajaran dan berusaha untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada kehidupan nyata (Harlen dan Elstgeest, 1992: 25).

Untuk mencapai tujuan pendidikan sains tersebut, berbagai kebijakan pada bidang pendidikan telah diambil dan dilaksanakanoleh pemerintah antara lain desentralisasi, standardisasi, peningkatan anggaran, perubahan kurikulum dan lain sebagainya. Perubahan kurikulum terbaru adalah perubahan dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 yang telah diterapkan secara terbatas pada tahun pelajaran 2013/2014.

Kurikulum 2013 menekankan adanya penyempurnaan pola pikir diantaranya yang tertuang dalam Permendikbud No. 69 tahun 2013 antara lain:

1. Perubahan pembelajaran teacher centered menjadi pembelajaran student centered dengan penekanan pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran interaktif.


(17)

2

2. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

3. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

4. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.

Penyempurnaan mind set tersebut juga berlaku pada pelajaran fisika. Di Sekolah Menengah Atas (SMA) pelajaran fisika termasuk pada kelompok peminatan matematika dan sains (Permendikbud. No 69, 2013: 12). Pelajaran fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (BSNP: 2006).

Sudah menjadi tugas guru untuk melakukan perbaikan atau memilih model pembelajaran yang sesuai dengan memadukan strategi dan media pembelajaran


(18)

3

yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran fisika dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mereka.

Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif memproses informasi dan bekerja ilmiah adalah model pembelajaran inquiry training (Joyce, et al: 2009). Model pembelajaran ini telah diterapkan oleh peneliti sebagai guru di SMA Negeri 5 Takengon pada beberapa pokok bahasan tertentu yang disesuaikan dengan kompetensi yang ingin di capai. Model pembelajaran inquiry training memiliki lima fase, dimulai dari menghadapkan siswa pada masalah, mengumpulkan data verifikasi, mengumpulkan data eksperimen, mengolah dan merumuskan penjelasan, dan menganalisis proses inkuiri. Model pembelajaran ini apabila diterapkan dengan benar, seharusnya memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring yang menawarkan strategi-strategi penelitian, dan sikap yang penting dalam penelitian yang meliputi: keterampilan Proses sains, dan beberapa komponen sikap ilmiah (Joyce, et al: 2009: 213).

Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri secara signifikan lebih efektif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dibandingkan pembelajaran konvensional (Sirait: 2010; Pandey, et al: 2011; Akpullukçu: 2011; Sani,. dkk.. : 2011 ; Ashiq,. et al : 2011; Vaishnav, 2013). Disamping dapat meningkatkan prestasi akademik siswa model pembelajaran inkuiri juga secara efektif dapat meningkatkan keterampilan proses sains (Ergul, et al:, 2011; Khan dan Iqbal, 2011).


(19)

4

Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training yang peneliti lakukan di SMA Negeri 5 Takengon, terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, kendala tersebut terlihat ketika siswa akan mulai melakukan pengujian hipotesis untuk mengumpulkan data melalui eksperimen (fase ketiga), mengolah data, serta merumuskan penjelasan (fase keempat). Pada fase ketiga seharusnya siswa dapat memilih alat dan bahan secara tepat dalam melakukan percobaan, mengidentifikasi variabel pengubah, variabel kontrol variabel yang di ukur dengan tepat, dan menentukan langkah yang harus dilakukan dalam penyelidikan.

Setelah diperoleh data melalui eksperimen seharusnya siswa dapat mengolah data dan merumuskan penjelasan untuk membuat pola dan hubungan berdasarkan data yang diperoleh, membuat laporan yang sistematis dan dapat menarik kesimpulan dengan benar. Pada kenyataannya berdasarkan laporan yang dikumpulkan ternyata isinya sangat mengecewakan dan tidak sesuai dengan teori dalam pelaksanaan eksperimen. Siswa tidak dapat mengolah dan merumuskan penjelasan berdasarkan data hasil percobaan dengan tepat. Beberapa kemungkinan yang terjadi siswa tidak diberikan kesempatan untuk menelaah petunjuk pada Lembar Kerja Siswa (LKS), tetapi siswa langsung bekerja. Hal ini dikarenakan siswa terburu-buru ingin segera menyelesaikan percobaan karena waktu pembelajaran yang terlalu singkat untuk melakukan percobaan dan merumuskan penjelasan (fase ketiga dan keempat model pembelajaran inquiry training).

Berdasarkan permasalahan tersebut kemungkinan itulah yang menyebabkan dampak instruksional dan pengiring dari model pembelajaran


(20)

5

inquiry training tidak tercapai yaitu rendahnya keterampilan proses sains siswa, terlihat dari pengamatan dalam pembelajaran, siswa tidak mampu merencanakan dan melakukan penyelidikan, berkomunikasi secara efektif, memanipulasi alat dan bahan praktikum secara efektif dan menarik kesimpulan.

Untuk mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan proses sains siswa perlu dicari solusi agar model pembelajaran inquiry training dapat berlangsung dengan lancar. Salah satu cara untuk mengatasi singkatnya waktu dalam pelaksanaan percobaan model pembelajaran inquiry training perlu adanya media pembelajaran yang dapat menunjang dalam kegiatan percobaan (eksplorasi), media pembelajaran yang digunakan hendaknya media simulasi yang dapat memvisualisasikan fenomena yang abstrak dan mikroskopik yang tidak dapat di pahami melalui laboratorium nyata, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta melalui simulasi-simulasi dengan komputer. Salah satu media simulasi yang dapat digunakan adalah simulasi PhET. Dengan menggunakan simulasi ini siswa layaknya dapat melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan data dan fakta seperti pada laboratorium real, sehingga dengan data dan fakta tersebut peserta didik dapat mengambil kesimpulan tentang konsep-konsep fisika (Başer & Durmuş: 2010).

Simulasi PhET tersedia di situs resmi PhET (http://phet.colorado.edu) yang menyediakan berbagai simulasi dalam pelajaran sains yang dapat digunakan dengan gratis baik dengan cara online maupun offline. Simulasi PhET sangat interaktif dimana pada simulasi ini siswa dapat menggunakan secara mandiri ataupun di bantu oleh guru dalam penggunaannya (McKagan, 2008: 1-2, Perkins,, 2013: 1).


(21)

6

Melakukan penyelidikan menggunakan media simulasi PhET waktu yang dibutuhkan akan lebih singkat dibandingkan dengan percobaan yang dilakukan di laboratorium real (Tarekegn, 2009). Simulasi PhET juga berguna untuk penyelidikan materi-materi yang abstrak yang sulit dilakukan dengan menggunakan laboratorium real sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa baik pada ranah kognitif dan keterampilan proses sains siswa. Penelitian terdahulu yang dilakukan Prihatiningtyas, dkk.. (2013) menyimpulkan bahwa simulasi PhET dan KIT dapat menuntaskan hasil belajar psikomotor siswa. Simulasi komputer juga berguna untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa terutama pada keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan interpretasi grafis dan keterampilan memprediksi (Sahin, 2006; Lavoie dan Good, 1988). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mulsalin (2013) menyimpulkan bahwa simulasi PhET berbantuan lembar kerja, dapat meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa calon guru fisika dalam rangkaian listrik.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti sebagai guru di SMA Negeri 5 Takengon berkeinginan mengatasi rendahnya aktivitas siswa dalam pengumpulan data percobaan dan mengolah, memformulasikan suatu penjelasan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diberi judul Penerapan Media Simulasi Phet (Physics Education Technology) Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Pada Fase Pengumpulan Data Percobaan Dan Mengolah Serta Merumuskan Suatu Penjelasan Dalam Model Pembelajaran Inquiry Training Di SMA Negeri 5 Takengon”.


(22)

7

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training, pada fase ketiga siswa kesulitan dalam merumuskan hipotesis dari permasalahan yang disajikan, memilih alat dan bahan untuk melakukan percobaan, mengidentifikasi variabel pengubah, variabel kontrol, dan variabel yang di ukur sehingga langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyelidikan menjadi tidak tepat.

2. Pada fase keempat model pembelajaran inquiry training siswa kesulitan dalam merumuskan penjelasan dan membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan percobaan, hal ini ditandai dengan laporan hasil praktikum yang tidak sesuai dengan kegiatan percobaan yang telah dilakukan.

3. Rendahnya keterampilan proses sains siswa di SMA Negeri 5 Takengon, yang terlihat dari hasil observasi dalam pembelajaran pada saat dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training.

4. Guru belum merencanakan pembelajaran dengan baik dan belum memanfaatkan media penunjang dalam pembelajaran seperti media simulasi PhET.


(23)

8

1.3Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, maka perlu dibuat batasan penelitian agar penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah. Adapun batasan penelitian ini adalah:

1. Media simulasi PhET adalah media simulasi yang hanya digunakan dalam pembelajaran dan tidak membahas tentang pembuatan media simulasi tersebut

2. Aktivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa pada saat melakukan pengumpulan data percobaan (fase 3) dan mengolah, memformulasikan serta merumuskan suatu penjelasan (fase 4) dalam model pembelajaran inquiry training.

3. Materi pelajaran dibatasi pada fluida statis dan fluida dinamis. 1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah dalam penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada peningkatan (gain) aktivitas siswa dalam pengumpulan data percobaan (fase 3) dan mengolah, memformulasikan serta merumuskan penjelasan (fase 4) dalam model pembelajaran inquiry training.

2. Apakah ada peningkatan (gain) keterlaksanaan penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET.

3. Apakah ada peningkatan (gain) keterampilan proses sains (psikomotor dan kognitif) pada penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET


(24)

9

4. Apakah ada peningkatan (gain) respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan (gain) aktivitas siswa dalam pengumpulan data percobaan

(fase 3) dan mengolah data, memformulasikan serta merumuskan penjelasan (fase 4) dalam model pembelajaran inquiry training.

2. Peningkatan (gain) keterlaksanaan penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET di kelas XI. IPA-1 SMA Negeri 5 Takengon.

3. Peningkatan (gain) keterampilan proses sains (psikomotor dan kognitif) siswa setelah diterapkan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET di kelas XI. IPA-1 SMA Negeri 5 Takengon.

4. Peningkatan (gain) respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET.

1.6Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan PTK ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Guru, dapat memperbaiki kualitas pembelajaran guna meningkatkan keterampilan proses sains siswa (psikomotor dan kognitif).

2. Siswa, dapat meningkatkan keterampilan proses sains (psikomotor dan kognitif) melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET.


(25)

10

3. Sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam hal peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran fisika.

1.7Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini sehingga tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan definisi operasional:

1. Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang berdasarkan atas konfrontasi intelektual, yang di dalamnya siswa dibawa pada situasi teka-teki pada suatu permasalahan untuk diselesaikan atau dicari solusinya (Joyce, et al: 2009).

2. Sintaks model pembelajaran inquiry training adalah: (1) menghadapkan pada masalah, (2) pengumpulan data untuk verifikasi, (3) pengumpulan data percobaan, (4) mengolah, merumuskan dan penjelasan, (5) analisis proses inkuiri (Joyce, et al.: 2009).

3. Media simulasi PhET adalah media simulasi interaktif yang tersedia di situs web PhET (http://phet.colorado.edu). Media simulasi ini dapat di download secara gratis dan diinstal dalam komputer siswa, sehingga dapat digunakan secara offline untuk kegiatan percobaan secara virtual yang dapat menggambarkan seperti pada percobaan dengan menggunakan alat real (Perkins : 2008).

4. Aktivitas adalah serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

5. Keterampilan proses sains adalah serangkaian tindakan yang kontinyu yang dihasilkan dari pengalaman, sehingga terjadi perubahan yang berlangsung secara internal dan biasanya dapat ditunjukkan secara eksternal (Yadav dan Mishra: 2013).


(26)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan media simulasi PhET yang dilakukan di SMA Negeri 5 Takengon dapat di simpulkan sebagai berikut:

a. Ada peningkatan aktivitas siswa dalam pengumpulan data percobaan (fase 3) dan mengolah, memformulasikan serta merumuskan suatu penjelasan (fase 4) model pembelajaran inquiry training. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa 66,38 sedangkan pada siklus II 81,74 dengan N-gain 45,69 % (kategori sedang).

b. Ada peningkatan keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran 64,44% berada pada kategori cukup. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran 86,22% atau pada kategori sangat baik dengan N-gain 61% berada pada kategori sedang.

c. Ada peningkatan keterampilan proses sains siswa (aspek psikomotor) dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata KPS siswa aspek psikomotor pada siklus I adalah 66,18 dengan ketuntasan klasikal 36%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata KPS pada aspek psikomotor adalah 77,77 dengan ketuntasan klasikal 92% dengan N-gain sebesar 34% yang berada pada kategori sedang.


(27)

118

d. Ada peningkatan keterampilan proses sains siswa (aspek kognitif) pada setiap siklus berdasarkan hasil pretes dan postes, pada siklus I nilai rata-rata pretes 26,93, postes 61,87 dan ketuntasan klasikal 12 (48%) siswa dengan N-gain 47,81% (kategori sedang). Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata pretes 28,00, postes 78,15 dan ketuntasan klasikal 22 (88%) siswa dengan N-gain sebesar 69% (kategori sedang).

e. Ada peningkatan respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus II dibandingkan pada siklus I, pada siklus I persentase respon siswa terhadap pembelajaran adalah 78,88% kategori positif. sedangkan pada siklus II respon siswa terhadap pembelajaran sebesar 88,14 % pada kategori sangat positif dengan N-gain 43,92 % yang tergolong pada kategori sedang.

5.2 Saran

Setelah selesai melakukan penelitian ini peneliti merasakan ada perubahan siswa dalam keterampilan proses sains (aspek psikomotor dan kognitif) untuk itu peneliti perlu memberikan masukan kepada guru agar terus melakukan perbaikan kualitas pembelajaran, untuk itu peneliti menyarankan:

a. Bagi Guru dan Dosen

1. Hendaknya lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan memanfaatkan media pembelajaran sehingga aktivitas, kemampuan dan keterampilan siswa dapat berkembang dengan baik sehingga mendapatkan respon yang positif bagi siswa


(28)

119

2. Pada saat penerapan model pembelajaran inquiry training sebaiknya memperhatikan pembagian kelompok secara merata berdasarkan tingkat prestasi dan keaktifan siswa.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penerapan media simulasi PhET dalam model inquiry training dapat diteliti lebih lanjut pada materi yang berbeda untuk melihat peningkatan aspek yang lebih luas seperti hasil belajar pada aspek kognitif, psikomotor dan sikap.


(29)

120

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. (2008). The Effect of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws. Eurasia Journal of Mathematic, Science & Technology. (online) Tersedia: http://www.ejmste.com/. diakses pada tanggal 20 November 2013.

Ango, M.L. (2002). Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Educology, 2002, Vol 16, No . (online, tersedia di: http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED494901.pdf, diakses, 15 Februari 2014).

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (ed:2). Jakarta : Bumi Aksara

Başer, M & Durmuş, S. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 6(1). (Online), tersedia di: http://www.ejmste.com, diakses pada 10 November 2013.

Chabalengula, V. M., Mbewe, S., & Mumba, F. (2012). How Pre-service Teachers’ Understand and Perform Science Process Skills. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012, 8(3), 167-176. (online: tersedia di: http://www.ejmste.com, diakses, 15 Februari 2014).

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga. Depdiknas. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta : BSNP.

Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajarn. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djamarah, S.A dan Zain A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Dyer, J,. Gregersen, H. & Christensen, C.M,. (2011). The Innovator’s DNA. Mastering The Five Skills of Disruptive Innovators. Boston. Harvard Business Review Press.


(30)

121

Ergül, R,. Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z. Gocmencelebi, S, & Sanli M (2011)

“The effects of inquiry-based science teaching on elementary school

students’ science process skills and science attitudes,” Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol5(1). (Online, tersedia di :

http://bjsep.org/getfile.php?id=88, diakses 14 Februari 2014)

Feyzioğlu, B (2007). Developing a Science Process Skills Test for Secondary Students: Validity and Reliability Study. Educational Sciences: Theory & Practice - 12(3). Educational Consultancy and Research Center. (online, tersedia di: www.edam.com.tr/estp, diakses 14 Februari 2014).

Finkelstein,. Perkins, K.K., Adam, W, Kohl,. & Pololefsky, N. (2005). When learning about the real world is better done virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment. Physical Review Special Topics - Physics Education Research. (online, tersedia di: http://www.colorado.edu/physics/ EducationIssues/papers/CCK_final.pdf, diakses 10 November 2013).

______________. (2006). HighTech Tools for Teaching Physics: The Physics Education Technology Project. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching.Vol. 2, No. 3, (online, tersedia di :http://www.colorado.edu/physics/ EducationIssues/papers/CCK_final.pdf, diakses 30 November 2013). Hake, R.R. (2007). Design-Based Research in Physics Education Research: A

Review" in A.E. Kelly, R.A. Lesh, & J.Y. Baek, eds. (in press), Handbook of Design Research Methods in Mathematics, Science, and Technology Education. Erlbaum; (online, tersedia: (http://www.physics.indiana.edu, diakses 24 November 2013).

Harlen, W. (2000). Teaching, Learning and Assessing Science 5-12. 3rd ed. London, England: Paul Chapman Publishing.

Harlen, W & Elstgeest, J. (1992), “UNESCO Source Book for Science Teaching in the Primary School”, NBT, New Delhi

Harlen, W. & Qualter, A. (2004) The Teaching Of Science In Primary Schools (4th edn). London : David Fulton.

Hergenhahn, B.R. & Olson M.H. (2008). Theories of Learning (Teori Belajar) (ed:7). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Hopkin, D. (2008 ). A Teacher’s Guide To Classroom Research. (ed: 4). New York: Open University Press.

Hussain, A,. Azzem, M., & Shakoor, A. (2011). Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 19. (online, tersedia di; http://www.ijhssnet.com, diakses 3 November 2013).


(31)

122

Juniadi. (2013). Pengembangan Perangkat Penilaian Kinerja Praktik Perawatan Mesin Penggerak Utama Kapal Pada Siswa Kelas XI TKPI SMK Negeri 3 Tarakan. Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori dan Praktek . ISS Vol.1 No.1 N : 2302-285X. (online, tersedia di : http://ejournal.unesa.ac.id, diakses 21 Februari 2014)

Joyce, B & Weil. (2003). Model of Teaching ( fifth edition). New Delhi: India. Prentice-Hall.

Joyce, B,. Weil, M & Calhoun, E,.. (2009). Model of Teaching: Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karamustafaoğlu, S. (2011). “Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams”, Eurasian J. Phys. Chem. Educ. 3 (1): 26-38, 2011. journal homepage: (online, tersedia di: http://www.eurasianjournals.com, diakses 24 November 2013)

Khan, M. & Iqbal, M.Z. (2011). Effect of Inquiry Lab Teaching Method on the Development of Scientific Skills Through the Teaching of Biology in Pakistan. LANGUAGE IN INDIA. Strength for Today and Bright Hope for Tomorrow Volume 11 : 1 ISSN 1930-2940. (online : tersedia di :

http://www.languageinindia.com, diakses 14 Februari 2014).

Lavoe, D. R., & Good. R. (1988). The nature and use of prediction skills in a biological computer simulation. Journal of Research in Science Teaching, 25, 335-60. (online, tersedia di:

http://onlinelibrary.wiley.com, diakses: 14 Februari 2014).

Moeloek, F.A. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Versi 1.0. BSNP.

McKagan, S.B. Perkins, K. K.,. Dubson, M., Malley, C,. Reid, S., LeMaster R,. & Wieman,. C. E.(2008). Developing and Researching PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Technology Journal. McNiff, J & Whitehead, J. (2006). All You Need To Know About Action Research.

London : Sage Publication.

Mursalin. (2013). Model Remediasi Miskonsepsi Materi Rangkaian Listrik Dengan Pendekatan Simulasi Phet. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. (online, tersedia : http://journal.unnes.ac.id, diakses 20 November 2013). NRC. (2000). Inquiry and The National Science Education Standarts. A Guide for

Teaching and Learning. Washington DC : National Acdemic Press.

Ongowo, R.O. (2013). Science Process Skills in the Kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examinations. Published Online


(32)

123

November 2013 in SciRes Vol.4, No.11, 713-717 (online, tersedia di : http://www.scirp.org , di akses pada 15 Februari 2014)

Padilla, M. J. (1990). The Science Process Skills, Research Matters-to the Science Teacher. No. 9004. (online, tersedia di: http://www.narst.org/ publications/research/skill.cfm, diakses :15 Februari 2014).

Pandey,.A, Nanda, G.K.. & Ranjan V. (2011). Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education 1(1). Global Research Publishing. (online, tersedia di: http://www.grpjournal.org diakses 10 November 2013).

Pastore, R. S. (2003). Principle of Teaching. (online, tersedia di: http://teacherworld.com/potdale.html, diakses 20 November 2013).

Permendikbud No. 81A.(2013). Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : BSNP. (online, tersedia di: http://www.puskurbuk.net, diakses pada tanggal 22 November 2013).

___________ No. 65. (2013). Tentang Standar Proses dan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

___________ No. 69 . (2013). Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta : BSNP.

Perkins, K,. (2006). PhET: Interactive Simulations for Teaching and Learning Physics. The Physic Teacher Journal. Vol. 44. (online, tersedia di: http://phet.colorado.edu, diakses 25 November 2013).

___________(2013). “About PhET” (online), tersedia di: http://phet.colorado.edu, diakses pada 25 November 2013.

Prihatiningtyas, S,. Prastowo,T., Jatmiko., (2013). Imlementasi Simulasi Phet Dan Kit Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. (online, tersedia : http://journal.unnes.ac.id, diakses 24 November 2013).

Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. (cetakan ke-3) Jakarta. Kharisma Putra Utama.

Rustaman, N.Y (2004). Asesmen Pendidikan IPA. (online: tersedia di:

http://file.upi.edu, diakses 15 Februari 2014).

Sani, R.A. (2012). Pengembangan laboratorium fisika. Unimed Press. Medan _________ (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sani, R.A. & Syihab, ZA (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa


(33)

124

Kelas X Sma Negeri 1 Tanjung Beringin, Jurnal pendidikan inovasi pembelajaran fisika Vol 2.

_______ R.A (2011). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Mata Pelajaran Fisika. Jurnal penelitian inovasi pendidikan Fisika. Vol. 3. ISSN 2085-5281.

________ & Sudiran (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas

Sahin, S. (2006). Computer Simulations In Science Education: Implications For Distance Education. Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE ISSN 1302-6488 Volume: 7 Number: 4 Article: 12. (online, tersedia di : http://files.eric.ed.gov, diakses 14 Februari 2014).

Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajarn Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta. PT. Rajawali Pres Grafindo Persada.

Siddiqul, M.H. (2013). Inquiry Training Model of Teaching: A search of Learning. IJSR-International Journal Of Scientific Research, Vol : 2, ISSN No. 2277-8179. (online Tersedia :http://theglobaljournals.com, diakses 25 November 2013).

Sirait, R. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil belajar siswa pada materi pokok bahasan usaha dan energi kelas VIII MTS N-3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika, ISSN 2252 732X

Sudjana N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sund, R.B. & Trowbridge, L.B. (1973). Teaching Science By Inquiry In The Secondary School. Columbus, Ohio: C.E Merill Publishing Company. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas, Implementasi Dan Pengembangannya. Jakarta : Bumi Aksara

Suparno, P (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius.

Tarekegn, G. (2009). Can Computer Simulations Substitute Real Laboratory Apparatus?. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 3, No. 3. (online, tersedia: http://www.journal.lapen.org.mx, diakses 20 November 2013).


(34)

125

Tek, O.E.,Tuang W.Y,. Yassin,S.M,. Baharom, S,. & Yahaya, A., (2011). The Development and Validation of an All Encompassing Malaysian-Based Science Process Skills Test for Secondary Schools. Journal of Science And Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. 34 No. 2. 203 – 236. (online, tersedia di : http://www.recsam.edu diakses 14 Februari 2014). Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (cetakan

ke-6). Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Vaishnav, R.S. (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly. Research Journal for Interdisciplinary Studies. Vol-1, issue-V. ISSN.2278-8808, (online, tersedia di: http://www.grpjournal.org, diakses 25 November 2013).

Wenning, C.J & Khan, M.A (2011). Sample Learning Sequences Based On The Level Of Inquiry Model Of Science Teaching. Journal of physics teacher education online, 6(2), 17-30. (online, tersedia di: http://www.phy.ilstu.edu/jpteo/issues/jpteo6(2)sum11a.pdf, diakses 2 November 2013).

Yadav, B. & Mishra, S.K. (2013). A Study of the impact Laboratory Approach on Achievement and Process Skills in Science among is standar student. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, Issue 1. (online, tersedia di: diakses 14 Februari 2014)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. (2008). The Effect of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws. Eurasia Journal of Mathematic, Science & Technology. (online) Tersedia: http://www.ejmste.com/. diakses pada tanggal 20 November 2013.

Ango, M.L. (2002). Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Educology, 2002, Vol 16, No . (online, tersedia di: http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED494901.pdf, diakses, 15 Februari 2014).

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (ed:2). Jakarta : Bumi Aksara

Başer, M & Durmuş, S. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 6(1). (Online), tersedia di: http://www.ejmste.com, diakses pada 10 November 2013.

Chabalengula, V. M., Mbewe, S., & Mumba, F. (2012). How Pre-service Teachers’ Understand and Perform Science Process Skills. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012, 8(3), 167-176. (online: tersedia di: http://www.ejmste.com, diakses, 15 Februari 2014).

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga. Depdiknas. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta : BSNP.

Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajarn. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djamarah, S.A dan Zain A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Dyer, J,. Gregersen, H. & Christensen, C.M,. (2011). The Innovator’s DNA. Mastering The Five Skills of Disruptive Innovators. Boston. Harvard Business Review Press.


(2)

Ergül, R,. Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z. Gocmencelebi, S, & Sanli M (2011) “The effects of inquiry-based science teaching on elementary school students’ science process skills and science attitudes,” Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol5(1). (Online, tersedia di :

http://bjsep.org/getfile.php?id=88, diakses 14 Februari 2014)

Feyzioğlu, B (2007). Developing a Science Process Skills Test for Secondary Students: Validity and Reliability Study. Educational Sciences: Theory & Practice - 12(3). Educational Consultancy and Research Center. (online, tersedia di: www.edam.com.tr/estp, diakses 14 Februari 2014).

Finkelstein,. Perkins, K.K., Adam, W, Kohl,. & Pololefsky, N. (2005). When learning about the real world is better done virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment. Physical Review Special Topics - Physics Education Research. (online, tersedia di: http://www.colorado.edu/physics/ EducationIssues/papers/CCK_final.pdf, diakses 10 November 2013).

______________. (2006). HighTech Tools for Teaching Physics: The Physics Education Technology Project. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching.Vol. 2, No. 3, (online, tersedia di :http://www.colorado.edu/physics/

EducationIssues/papers/CCK_final.pdf, diakses 30 November 2013). Hake, R.R. (2007). Design-Based Research in Physics Education Research: A

Review" in A.E. Kelly, R.A. Lesh, & J.Y. Baek, eds. (in press), Handbook of Design Research Methods in Mathematics, Science, and Technology Education. Erlbaum; (online, tersedia: (http://www.physics.indiana.edu, diakses 24 November 2013).

Harlen, W. (2000). Teaching, Learning and Assessing Science 5-12. 3rd ed. London, England: Paul Chapman Publishing.

Harlen, W & Elstgeest, J. (1992), “UNESCO Source Book for Science Teaching in the Primary School”, NBT, New Delhi

Harlen, W. & Qualter, A. (2004) The Teaching Of Science In Primary Schools (4th edn). London : David Fulton.

Hergenhahn, B.R. & Olson M.H. (2008). Theories of Learning (Teori Belajar) (ed:7). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Hopkin, D. (2008 ). A Teacher’s Guide To Classroom Research. (ed: 4). New York: Open University Press.

Hussain, A,. Azzem, M., & Shakoor, A. (2011). Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 19. (online, tersedia di;


(3)

Juniadi. (2013). Pengembangan Perangkat Penilaian Kinerja Praktik Perawatan Mesin Penggerak Utama Kapal Pada Siswa Kelas XI TKPI SMK Negeri 3 Tarakan. Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori dan Praktek . ISS Vol.1 No.1 N : 2302-285X. (online, tersedia di : http://ejournal.unesa.ac.id, diakses 21 Februari 2014)

Joyce, B & Weil. (2003). Model of Teaching ( fifth edition). New Delhi: India. Prentice-Hall.

Joyce, B,. Weil, M & Calhoun, E,.. (2009). Model of Teaching: Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karamustafaoğlu, S. (2011). “Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams”, Eurasian J. Phys. Chem. Educ. 3 (1): 26-38, 2011. journal homepage: (online, tersedia di:

http://www.eurasianjournals.com, diakses 24 November 2013)

Khan, M. & Iqbal, M.Z. (2011). Effect of Inquiry Lab Teaching Method on the Development of Scientific Skills Through the Teaching of Biology in Pakistan. LANGUAGE IN INDIA. Strength for Today and Bright Hope for Tomorrow Volume 11 : 1 ISSN 1930-2940. (online : tersedia di :

http://www.languageinindia.com, diakses 14 Februari 2014).

Lavoe, D. R., & Good. R. (1988). The nature and use of prediction skills in a biological computer simulation. Journal of Research in Science

Teaching, 25, 335-60. (online, tersedia di:

http://onlinelibrary.wiley.com, diakses: 14 Februari 2014).

Moeloek, F.A. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Versi 1.0. BSNP.

McKagan, S.B. Perkins, K. K.,. Dubson, M., Malley, C,. Reid, S., LeMaster R,. & Wieman,. C. E.(2008). Developing and Researching PhET Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Technology Journal. McNiff, J & Whitehead, J. (2006). All You Need To Know About Action Research.

London : Sage Publication.

Mursalin. (2013). Model Remediasi Miskonsepsi Materi Rangkaian Listrik Dengan Pendekatan Simulasi Phet. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. (online, tersedia : http://journal.unnes.ac.id, diakses 20 November 2013). NRC. (2000). Inquiry and The National Science Education Standarts. A Guide for

Teaching and Learning. Washington DC : National Acdemic Press.

Ongowo, R.O. (2013). Science Process Skills in the Kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examinations. Published Online


(4)

November 2013 in SciRes Vol.4, No.11, 713-717 (online, tersedia di :

http://www.scirp.org , di akses pada 15 Februari 2014)

Padilla, M. J. (1990). The Science Process Skills, Research Matters-to the Science Teacher. No. 9004. (online, tersedia di: http://www.narst.org/

publications/research/skill.cfm, diakses :15 Februari 2014).

Pandey,.A, Nanda, G.K.. & Ranjan V. (2011). Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education 1(1). Global Research Publishing. (online, tersedia di: http://www.grpjournal.org diakses 10 November 2013).

Pastore, R. S. (2003). Principle of Teaching. (online, tersedia di:

http://teacherworld.com/potdale.html, diakses 20 November 2013).

Permendikbud No. 81A.(2013). Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : BSNP. (online, tersedia di: http://www.puskurbuk.net, diakses pada tanggal 22 November 2013).

___________ No. 65. (2013). Tentang Standar Proses dan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

___________ No. 69 . (2013). Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta : BSNP.

Perkins, K,. (2006). PhET: Interactive Simulations for Teaching and Learning Physics. The Physic Teacher Journal. Vol. 44. (online, tersedia di: http://phet.colorado.edu, diakses 25 November 2013).

___________(2013). “About PhET” (online), tersedia di: http://phet.colorado.edu, diakses pada 25 November 2013.

Prihatiningtyas, S,. Prastowo,T., Jatmiko., (2013). Imlementasi Simulasi Phet Dan Kit Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. (online, tersedia : http://journal.unnes.ac.id, diakses 24 November 2013).

Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. (cetakan ke-3) Jakarta. Kharisma Putra Utama.

Rustaman, N.Y (2004). Asesmen Pendidikan IPA. (online: tersedia di:

http://file.upi.edu, diakses 15 Februari 2014).

Sani, R.A. (2012). Pengembangan laboratorium fisika. Unimed Press. Medan _________ (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sani, R.A. & Syihab, ZA (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa


(5)

Kelas X Sma Negeri 1 Tanjung Beringin, Jurnal pendidikan inovasi pembelajaran fisika Vol 2.

_______ R.A (2011). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Mata Pelajaran Fisika. Jurnal penelitian inovasi pendidikan Fisika. Vol. 3. ISSN 2085-5281.

________ & Sudiran (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas

Sahin, S. (2006). Computer Simulations In Science Education: Implications For Distance Education. Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE ISSN 1302-6488 Volume: 7 Number: 4 Article: 12. (online, tersedia di : http://files.eric.ed.gov, diakses 14 Februari 2014).

Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajarn Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta. PT. Rajawali Pres Grafindo Persada.

Siddiqul, M.H. (2013). Inquiry Training Model of Teaching: A search of Learning. IJSR-International Journal Of Scientific Research, Vol : 2, ISSN No. 2277-8179. (online Tersedia :http://theglobaljournals.com, diakses 25 November 2013).

Sirait, R. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil belajar siswa pada materi pokok bahasan usaha dan energi kelas VIII MTS N-3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika, ISSN 2252 732X

Sudjana N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sund, R.B. & Trowbridge, L.B. (1973). Teaching Science By Inquiry In The Secondary School. Columbus, Ohio: C.E Merill Publishing Company. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas, Implementasi Dan Pengembangannya. Jakarta : Bumi Aksara

Suparno, P (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius.

Tarekegn, G. (2009). Can Computer Simulations Substitute Real Laboratory Apparatus?. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 3, No. 3. (online, tersedia: http://www.journal.lapen.org.mx, diakses 20 November 2013).


(6)

Tek, O.E.,Tuang W.Y,. Yassin,S.M,. Baharom, S,. & Yahaya, A., (2011). The Development and Validation of an All Encompassing Malaysian-Based Science Process Skills Test for Secondary Schools. Journal of Science And Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. 34 No. 2. 203 – 236. (online, tersedia di : http://www.recsam.edu diakses 14 Februari 2014). Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (cetakan

ke-6). Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Vaishnav, R.S. (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly. Research Journal for Interdisciplinary Studies. Vol-1, issue-V. ISSN.2278-8808, (online, tersedia di: http://www.grpjournal.org, diakses 25 November 2013).

Wenning, C.J & Khan, M.A (2011). Sample Learning Sequences Based On The Level Of Inquiry Model Of Science Teaching. Journal of physics teacher education online, 6(2), 17-30. (online, tersedia di:

http://www.phy.ilstu.edu/jpteo/issues/jpteo6(2)sum11a.pdf, diakses 2 November 2013).

Yadav, B. & Mishra, S.K. (2013). A Study of the impact Laboratory Approach on Achievement and Process Skills in Science among is standar student. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, Issue 1. (online, tersedia di: diakses 14 Februari 2014)


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTU SIMULASI PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY (PHET) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 3 PADA MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE DI SMAN 12 BANDA ACEH

0 5 1

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 2 34

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

1 15 33

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL SISWA.

0 2 3

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MEDIA PHET TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI IPA.

0 4 34

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 TAKENGON T.P 2012/2013.

0 1 12

Remediasi Miskonsepsi Ipa Materi Kelistrikan Sekolah Dasar Menggunakan Strategi Poe Berbantuan Media Simulasi Physics Education Technology (phet)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Desain Pembelajaran dengan Media Simulasi PhET (Physics Education and Technology) pada Materi Medan Listrik

0 1 1

PENENTUAN KONSTANTA PLANCK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY (PhET)

0 0 7

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MEDIA PHET (PHYSICS EDUCATIONAL TECHNOLOGY) PADA MATERI POKOK PECAHAN MTS SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI

0 0 6