EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

i

ABSTRAK

Muliani. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media
Phet Dan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: keterampilan proses sains siswa
dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet dan
pembelajaran direct instruction, keterampilan proses sains siswa yang memiliki
berpikir kritis di atas rata-rata dan berpikir kritis di bawah rata-rata serta interaksi
model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet dan berpikir kritis
dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimen
menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel penelitian ini yaitu
sebagai kelas eksperimen dan kelas
sebagai kelas kontrol yang dipilih
kelas
secara cluster random sampling. Data dalam penelitian ini dilakukan uji
normalitas dan homogenitas kemudian data dianalisis dengan menggunakan anava
dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterampilan proses sains siswa dengan
model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet lebih baik dari
pada pembelajaran direct instruction, (2) keterampilan proses sains siswa yang
memiliki berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik daripada keterampilan proses
sains siswa yang memiliki berpikir kritis di bawah rata-rata dan (3) terdapat
interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet dan
Direct Instruction dan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan proses
sains fisika.
Kata Kunci: Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains, Berpikir Kritis.

ii

ABSTRACT

Muliani. Effects Of Inquiry Training Learning Model Using Media Phet
And Think Critical On Students Science Process Skill in Senior High School

This research aimed to determine: science process skills of students with learning
model inquiry training using media Phet and direct instruction learning, science
process skills of students who have critical thinking above average and critical

thinking in the below average and the interaction of inquiry training learning
model using media Phet and critical thinking in influencing students' science
process skills.
The method used in the research is quasi experiment with pretest-posttest control
as experiment
group design. The Samples of this research were the student of
group and
as control group that established by cluster random sampling. The
data in this research normality and homogeneity test then it was analysed by using
two-way analysis of varians.
The results showed that: (1) science process skills of students with inquiry
training learning model using media Phet better than direct instruction learning,
(2) science process skills of students who have critical thinking above average
better than science process skills of students who have critical thinking below
average and (3) there is interaction between the inquiry training learning model
using media Phet and and Direct Instruction with critical thinking skills in
influencing sciences process skill of the physical.
Keywords: Inquiry Training, Science Process Skills, Critical Thinking.

iii


KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang
berjudul “Efek Model pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media
Phet dan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA”
ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam penyusunan tugas akhir tesis
ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan
membimbing dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M selaku ketua program studi pendidikan
Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi
perhatian pada penyempurnaan tesis ini.
2. Bapak Prof. Nurdin Bukit, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr.
Eva Marlina Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik,
saran dan motivasi sehinga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si

dan bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun pada penulisan tesis ini.

iv

4. Bapak Drs Salan Daulay,M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 3
Medan, Ibu Sri Wahyuni M.Si selaku guru fisika, kak midah selaku staff
laboran dan segenap dewan guru di SMA Negeri 3 Medan yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai. Dan juga kepada
siswa-siswi kelas X6 dan X7 SMA Negeri 3 Medan tahun ajaran 2015/2016
atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.
5. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Edy Purwanto dan Ibunda Rafiah
Napitupulu, serta kakak-kakak penulis Karmila Sari, Ririn Anggraini Amd
dan juga kepada adik-adik penulis Sri Hajijah S.Fil, Ayu Wulandari ST
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semanagat, dukungan, dan
motivasi kepada penulis. Serta kepada keluarga penulis yang telah
membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.
6. Kepada teman-teman kak Nazilla Ramadhani, Kak Dela, Anggi, dan Riska
kak fatma, sinta, bang bakti, jefri, andri, bang sumihar dan preti yang telah
mewarnai kehidupan penulis selama dikampus tercinta.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari
bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Medan, 10 Juni 2016

Muliani
NIM. 8146175021

v

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ....................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................... v
Daftar Tabel ...............................................................................................ix

Daftar Gambar ..........................................................................................xi
Daftar Lampiran ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah .............................................................................. 9
1.3. Batasan Masalah .................................................................................. 10
1.4. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
1.7. Defenisi Operasional ............................................................................ 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 14
2.1. Kerangka Teoritis ................................................................................. 14
2.1.1. Model pembelajaran Inquiry.............................................................. 14
2.1.2. Model pembelajaran Inquiry Training ............................................... 18
2.1.3. Teori belajar yang mendukung model pembelajaran
inquiry training .................................................................................. 27
2.1.4 Model Pengajaran langsung (Direct Instruction) ................................ 30
2.1.5. Media Animasi Software Phet ........................................................... 32

2.1.6. Kemampuan berpikir Kritis ............................................................... 34
2.1.7. Keterampilan Proses Sains ................................................................ 44
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 47

vi

2.3. Kerangka Konseptual ........................................................................... 50
2.4. Hipotesis .............................................................................................. 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 53
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 53
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................ 53
3.3. Variabel Penelitian ............................................................................... 53
3.3.1 Variabel bebas .................................................................................... 53
3.3.2 Variabel terikat................................................................................... 53
3.3.3 Variabel moderator............................................................................. 54
3.4. Jenis dan Desain Instrumen .................................................................. 54
3.4.1 Jenis penelitian ................................................................................... 54
3.4.2 Desain penelitian ................................................................................ 54
3.5. Prosedur Penelitian .............................................................................. 57

3.6 Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian .............................. 59
3.6.1 Teknik pengumpulan data .................................................................. 59
3.6.2 Instrumen Penelitian .......................................................................... 59
3.6.2.1 Tes keterampilan proses sains .......................................................... 59
3.6.2.2 Tes keterampilan berpikir kritis ....................................................... 60
3.6.3 uji coba instrumen .............................................................................. 61
3.6.3.1 Validitas .......................................................................................... 62
3.6.3.2 Realibilitas tes ................................................................................. 65
3.6.3.3 Tingkat kesukaran tes ...................................................................... 66
3.6.3.4 Daya pembeda soal.......................................................................... 67
3.7. Teknik Analisis Data ............................................................................ 69
3.7.1 Analisis secara deskriptif .................................................................... 69
3.7.2 Analisis secara inferensial .................................................................. 69
3.7.2.1 Menghitung hasil keterampilan proses sains .................................... 69
3.7.2.2 Uji normalitas .................................................................................. 70
3.7.2.3 Uji homogenitas .............................................................................. 71
3.7.2.4 Pengujian hipotesis penelitian.......................................................... 72

vii


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 76
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 76
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 76
4.1.2 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes ................................... 76
4.1.2.1 Deskripsi Data Pretes ...................................................................... 76
4.1.2.2 Uji Normalitas Data Pretes .............................................................. 79
4.1.2.3 Uji Homogenitas Data Pretes........................................................... 80
4.1.2.4 Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes ............................................... 81
4.1.3 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes .................................. 82
4.1.3.1 Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian ......................................... 82
4.1.3.2 Deskripsi Nilai Keterampilan Proses Sains ...................................... 85
4.1.3.3 Deskripsi Data Postes Keterampilan Proses Sains ............................ 89
4.1.3.4 Uji Normalitas ................................................................................. 91
4.1.3.5 Uji Homogenitas ............................................................................. 91
4.1.4 Hasil Instrumen Berpikir Kritis ......................................................... 92
4.1.5 Analisis Hasil Penelitian..................................................................... 95
4.1.5.1 Analisis Data Postes Ketreampilan Proses Sains .............................. 95
4.1.5.2 Analisis Hasil Keterampilan Proses Sains Berdasarkan
Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis ........................................................... 96
4.1.6 Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains .......................... 100

4.2 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 101
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 111
4.3.1 Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Antara Kelas yang
Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training Mengunakan
Media Phet lebih baik dibandingkan dengan Kelas yang Menggunakan
Pembelajaran Direct Instruction ................................................................. 111
4.3.2 Keterampilan Proses Sains Siwa Yang Memiliki Kemampuan
Berpikir Kritis Diatas Rata-Rata Lebih Baik Dari Keterampilan Proses
Sains Yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kritis Dibawah Rata-Rata ...... 115

viii

4.3.3 Interaksi antara model pembelajaran Inquiry training
menggunakan media Phet dan berpikir kritis Terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa ..................................................................................... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 122
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 122
5.2 Saran.................................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 125
LAMPIRAN ............................................................................................. 129


ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri ......................................................... 18
Tabel 2.2 Sintaks Inquiry Training Latihan Penelitian ................................. 21
Tabel 2.3 Sintaks Model Pengajaran Langsung .......................................... 32
Tabel 2.4 keterampilan berpikir kritis dan perinciannya .............................. 37
Tabel 2.5. Aspek Keterampilan Proses Sains ............................................... 46
Tabel 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................... 47
Tabel 3.1 Rancang penelitian ...................................................................... 55
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 2 Jalur .............................................. 55
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains .................................... 60
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ................................... 61
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ...................... 64
Tabel 3.6 Realiabelitas Keterampilan Proses Sains ...................................... 66
Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Soal............................................................... 67
Tabel 3.8 Daya Pembeda............................................................................. 68
Tabel 3.9 Rumus Persiapan Anava dua jalur .............................................. 72
Tabel 4.1 Data Pretes Keterampilan Proses Sains ........................................ 77
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................... 79
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ....................................................... 80
Tabel 4.4 Uji Kesamaan kemampuan Awal Pretes Keterampilan
Proses Sians Kelas Eksperirmen dan Kelas Kontrol .................................... 81
Tabel 4.5 Nilai Tes Keterampilan Proses Sains ........................................... 85
Tabel 4.6 Nilai KPS Berdasarkan Observasi................................................ 87
Tabel 4.7 Hasil Rata-Rata Keseluruhan Instrumen KPS .............................. 88
Tabel 4.8 Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas
Kontrol dan Eksperimen ............................................................................. 89
Tabel 4.9 Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol.............................................................................................. 91
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Postes .................................................... 91

x

Tabel 4.11 Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ............................... 92
Tabel 4.12 Data Kemampuan Berpikir Kritis Di atas Rata-Rata dan
Di bawah Rata-Rata Pada Kelas Kontrol Dan Eksperimen ......................... 93
Tabel 4.13 Data kemampuan Berpikir Kritis Diatas Rata-rata dan
dibawah rata-rata pada kelas kontrol dan eksperimen ................................. 94
Tabel 4.14 Data kemampuan Berpikir Kritis Diatas Rata-rata dan
dibawah rata-rata pada kelas kontrol dan eksperimen .................................. 94
Tabel 4.15 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Kemampuan
Berpikir Kritis ............................................................................................. 97
Tabel 4.16 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Kemampuan
Berpikir Kritis Diatas Rata-Rata Pada Masing-Masing Kelas ...................... 98
Tabel 4.17 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Kemampuan
Berpikir Kritis Dibawah Rata-Rata Pada Masing-Masing Kelas .................. 98
Tabel 4.18 Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur ...................................... 102
Tabel 4.19 Data Faktor antar Subjek .......................................................... 103
Tabel 4.20 Uji homogenitas Antar Kelompok ........................................... 103
Tabel 4.21 Hasil Uji Anava Dua Jalur ........................................................ 104
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Uji Scheffe ................................................... 109

xi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gamabr 3.1 Bagan Alur Penelitian ............................................................. 58
Gambar 4.1 Histogram Data Pretes kelas Kontrol........................................ 78
Gambar 4.2 Histogram Data Pretes kelas Eksperimen ................................. 78
Gambar 4.3 Hasil Data Observasi Keterampilan Proses Sains ..................... 83
Gambar 4.4 Histogram Data Postes kelas Kontrol ....................................... 90
Gambar 4.5 Histogram Data Postes kelas eksperimen ................................. 90
Gambar 4.6 Grafik Nilai Postes Dan Pretes Kelas Eksperimen Dan
Kontrol ....................................................................................................... 95
Gambar 4.7 Hubungan nilai rata-rata keterampilan proses sains
terhadap model pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan
berpikir kritis .............................................................................................. 99
Gambar 4.8 Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan media Phet dan pembelajaran Direct Instruction
dengan denan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan proses Sains ............ 107

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan sains diarahkan pada pengembangan keterampilan dan
kemampuan siswa untuk pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, berpikir
kritis, dan juga meyakinkan bahwa semua siswa memperoleh pengetahuan yang
diperlukan untuk latihan tanggung jawab sosial serta mengatasi masalah
kehidupan dalam masyarakat yang selalu mengalami perubahan yang kompleks
dan dinamis. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari sains yang
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:136)
IPA Fisika bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan
yaitu proses, produk, dan sikap. Aspek produk terdiri dari fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori. Fisika bukan hanya produk berupa pengetahuan tetapi juga
sebagai proses dalam memperoleh pengetahuan tersebut. Proses yang dimaksud
disini adalah proses kegiatan ilmiah yaitu : kritis terhadap masalah, sehingga
peserta didik mampu merasakan adanya masalah,mengembangkan hipotesis atau

1

2

pertanyaan-pertanyaan, merancang percobaan, atau melakukan pengamatan untuk
menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan.(Zakiyah Naeli,2011:4)
Proses kegiatan ilmiah dapat dikembangkan antara lain melalui
keterampilan proses sain. Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh
setiap individu sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah
hidupnya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:148). KPS melibatkan
keterampilan intelektual, manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun
pemahaman terhadap suatu konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau
menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk (Dimyati dan Mudjiono,
2013:142), sehingga siswa yang memiliki keterampilan ini mampu untuk
menemukan suatu konsep, prinsip atau teori baru sebagai pengembangan dari
konsep yang telah ada ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap
penemuan.
Keterampilan Proses Sains harus dilatih agar siswa dapat berpikir kritis
dalam memahami sains. Pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada
diri siswa sangat berkaitan dengan pengembangan keterampilan berpikir kritis
siswa. IPA-Fisika juga mendidik siswa di dalam pembelajarannya untuk bertindak
atas dasar pemikiran kritis, analitis, logis, rasional, cermat dan sistematis, serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan
mandiri.

3

Berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang biasa dilakukan dengan lebih
baik atau sebaliknya, danpemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam
standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi,kecukupan, koherensi, dan lainlain. Berpikir kritis dengan jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap
observasi, komunikasi, dan sumber-sumber informasi lainnya. Ia juga menuntut
keterampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, dalammengajukan pertanyaanpertanyaan yang relevan, dalam menarik implikasi-implikasi singkatnya,
dalammemikirkan dan memperdebatkan isu-isu secara terus menerus. (Fisher
Alec, 2007:2). Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu kemampuan yang
diperlukan bagi siswa untuk menjadi terampil dalam menganalisis, mensintesis,
menyimpulkan dan pengambilan keputusan (Mery Noviyanti, 2013).
Berpikir kritis meliputi berpikir kreatif, keterbukaan pikiran, rasa ingin
tahu, dan tidak dibatasi oleh standar dan tujuan yang telah ditetapkan. Berpikir
kritis tidak menyertakan pengetahuan, keterampilan, dan sikapsaja melainkan
menggabungkan komponen penting dari proses pemecahan masalah, serta untuk
berpikir tingkat tinggi.Berpikir kritis bukanlah cara satu berpikir, tetapi
merupakan proses kognitif yang kompleks multidimensi tergantung pada
pemikiran reflektif dan toleransi untuk pengambilan keputusan (Belgin dan
Sukran, 2011). Berpikir kritis sebagai pembelajaran bagaimana untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari analisis, sintesis dan evaluasi dan
kemampuan untuk mencapai kesimpulan berdasarkan pengamatan dan informasi
(Hashemi Reza dan Afsaneh Ghanizadeh, 2012)

4

Keterkaitan

antara

berpikir

kritis

dan

keterampilan

proses

sainKeterampilan proses sain (KPS) didefinisikan sebagai keterampilan yang
berlaku untuk banyak ilmu dan mencerminkan perilaku ilmuwan. KPS adalah
keterampilan yang dapat memudahkan belajar ilmu fisika, membuatsiswa aktif,
siswa dapat

mengembangkan rasa tanggung jawab dalam pembelajaran,

meningkatkan pembelajaran, dan juga siswa dapat berpikir dan berperilakuseperti
ilmuwan.Untuk alasan ini, merupakan metode penting dalam mengajar pelajaran
sains. KPS dapat membangun siswa berpikir kritis dalam penelitian sains. (R.
Gokul Rajdan S. Nirmala Devi, 2014). Sedangkan menurut (Wichai Lati, et al,
2012) Keterkaitan inkuiri

terhadap KPS yaitu kegiatan inquiry dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa

dan keterampilan proses sains yang

terintegrasi secara efektif.
Saksri Supasorn, (2012) menyatakan bahwa penerapkan eksperimen
inquiry dapat membantu menyelidiki perkembangan siswa dengan penyelidikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan proses. Dalam pembelajaran fisika yang
sering menjadi permasalahan adalah lemahnya proses pembelajaran di kelas.
Dimana dalam pembelajaran siswa lebih banyak dituntut dalam menghapal
rumus-rumus fisika dan menyelesaikan soal-soal fisika. Lemahnya proses
pembelajaran ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan mengalami kesulitan
dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. (Halimatu Sakdiah, 2014)

5

Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan dengan salah satu
guru fisika di SMANegeri 3 mengatakan pelaksanaan pembelajaran fisika pada
umumnyadilakukan dengan pembelajaran cenderung dilakukan dengan model
pengajaran lansung (Direct instruction), sehingga pembelajaran hanya berpusat
pada guru (teacher center learning) dengan berbetuk

ceramah, demonstrasi,

latihan, penugasan, dan diskusi serta siswa ditekankan pada aspek menghapal
konsep-konsep dan rumus fisika tanpa melalui eksperimen terlebih dahulu.
Sehingga membuat siswa memiliki rasa jenuh dan bosan saat mengikuti pelajaran.
Guru kurang memberikan metode atau model pembelajaran yang bervariasi.
Penggunaan model pembelajaran Direct Instruction kurang efektif dalam
pembelajaran fisika. Sebagai akibatnya siswa menjadi pasif dan menyebabkan
lemahnya siswa dalam memahami konsep fisika.
Penguasaan konsep fisika oleh siswa akan lebih berhasil jika diterapkan
model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menemukan dan
memahami fisika itu sendiri. Sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep
fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau mungkin
diperbaiki oleh guru yang mengajar.Selain itu pembelajaran fisika belum
memperhatikan aspek keterampilan proses sains siswa. Praktikum fisika yang
dilakukan oleh guru selama ini belum memperhatikan aspek-aspek keterampilan
proses sains.

6

Permasalahan ini disebabkan jarangnya siswa melakukan eksperimen di
laboratorium sekolah. Dampaknya dapat dilihat saat siswa melakukan praktikum,
siswa terlihat bingung dalam mengikuti langkah-langkah dalam lembar kerja
siswa yang diberikan guru. Sehingga indikator dalam keterampilan proses sains
masih rendah karena belum tercapainya indikator pada keterampilan proses sains
pada saat melakukan praktikum.
Permasalahan lainnya yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan
berpikir kritis siswa yang rendah terlihat dari kualitas pertanyaan dan jawaban
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang mampu
menggunakan daya nalar dalam menanggapi informasi yang diterimanya. Pada
proses pembelajaran fisika siswa juga kurang mampu mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dalam melakukan praktikum yang dapat menuntut
siswa untuk memecahkan suatu permasahan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zhou Qing, et al
(2010) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis yang menunjukkan bahwa pelaksanaan model inkuiri
dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara signifikan. Penelitian

yang dilakukan Awg Kasmurie Awg Kitot et al (2010) menyatakan bahwa ada
perbedaan yang

signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil

menunjukkan bahwa kelompok perlakuan menghasilkan peningkatan yang lebih
tinggi dalam berpikir kritis dibandingkan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pengajaran inquiry efektif dan harus ditekankan dalam sekolah.

7

Penelitian yang dilakukan oleh Rajshree S. Vaishnav (2013) menyatakan
bahwa ada dampak yang signifikan dengan menggunakan model inquiry training
dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional terhadap prestasi akademik
siswa. Reginalda Rumentauli (2015) menyatakan bahwa

terjadi peningkatan

peningkatan kemampuan berpikir kritis sehingga meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training.
Untuk

mengatasi

memecahkan permasalahan

pembelajaran,

perlu

dilakukan perbaikan strategi pembelajaran, yaitu dengan mengubah model
pembelajaran yang dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi antar siswa dengan
siswa, serta antar guru dengan siswa guna menumbuhkan dan mengembangkan
berbagai keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa dalam tugasnya sebagai
pembelajar, serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa secara langsung
untuk

menemukan,

meningatkan

pemahaman

ilmu

pengetahuannnya,

meningkatkan produktivitas dalam belajar dan berpikir kritis yang mendatangkan
stimulus dalam diri siswa dengan rasa ingin tahu yang besar dan memungkinkan
sisa tersebut untuk dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya
adalah model inquiry training.
Model pembelajaran inquiry training dirancang membawa siswa secara
langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan
proses ilmiah tersebut kedalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah
membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan
intelektual yang dapat diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan
jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya. (Joyce Bruce, dkk, 2011).

8

Model Inquiry training memiliki dampak langsung terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa sehingga sangat
tepat diterapkan dalam pembelajaran sain (Andar, 2013). Inti dari model inquiry
training adalah untuk melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah dengan luas,
membantu siswa mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam
penyelidikan, mengajak siswa untuk merancang cara untuk mengatasi masalah
(Singh, Vandanadan Chirayu K.C, 2013).
Selain penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, pemilihan media
pembelajaran juga diperhatikan. Dalam penelitian ini media yang digunakan
berupa simulasi virtual. Salah satu contoh simulasi virtual adalah simulasi Physics
Education Technology (PhET). PhET adalah simulasi yang dibuat oleh University
of Colorado yang berisi simulasi pembelajaran fisika, biologi, dan kimia untuk
kepentingan pengajaran di kelas atau belajar individu. Simulasi PhET
menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang
mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan konstruktivis, memberikan
umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif (Finkelstein, 2006).
Salah satu materi fisika yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari
adalah suhu dan kalor. Suhu dan kalor merupakan salah satu konsep fisika yang
sesuai dengan karakteristik pendekatan KPS. Pada konsep suhu dan kalor siswa
dituntut untuk dapat mengamati perubahan suhu pada termometer, membuat
hipotesis mengenai perpindahan kalor, menginterpretasi data antara suhu dan
waktu yang meyebabkan perubahan wujud, mengkomunikasikan grafik perubahan
wujud (Dewi Riska Sartika, 2011). Oleh karena itu, memerlukan media untuk

9

memudahkan dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah pada diri siswa
secara mandiri.Untuk dapat mengembangkan keterampilan proses

sains pada

pembelajaran konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak perlu bantuan teknologi
informasi. Teknologi informasi dalam pendidikan diaplikasikan dalam bentuk
multimedia berupa perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada
siswa untuk mempelajari suatu materi.
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

yang

telah

dikemukakakan

diatas.Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Efek Model
Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan MediaPhet dan Berpikir
Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah
yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Lemahnya siswa dalam memahami konsep fisika.
2. Penggunaan Model pembelajaran Direct Instruction yang kurang efektif
dalam pembelajaran Fisika.
3. Keterampilan proses

sains

sebagai

kemampuan

dasar

siswa

pada

pembelajaran Fisika tidak mejadi penilaian utama dalam evaluasi praktikum
di sekolah.
4. Kondisi pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk
lebih mengembangkan kebiasaan berpikir kritis.
5. Salah satu materi Fisika yang mengunakan pendekatan KPS adalah suhu dan
kalor.

10

1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan di sekolah SMA
N 3 Medan pada materi suhu dan kalor yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inquiry training.
2. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir kritis.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan model Inquiry Training
menggunakan media Phet lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
proses sains siswa dengan menggunakan Direct Instruction?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat berpikir
kritis diatas rata-rata

lebih baik

dibandingkan dengan keterampilan

proses sains siswa yang memiliki tingkat berpikir kritis dibawah rata-rata.
3. Apakah adainteraksi antara model pembelajaran Inquiry Training
menggunakan mediaPhetdan Direct Instruction dengan berpikir kritis
terhadap keterampilan proses sains siswa?

11

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah adalah:
1. Untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa model Inquiry
Training

menggunakan media Phet dengan keterampilan proses sains

siswa menggunakan Direct Instruction?
2. Untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa yang memiliki
tingkat berpikir kritis diatas rata-rata dengan keterampilan proses sains
siswa tingkat berpikir kritis dibawah rata-rata
3.

Untuk mengetahui terdapat interaksi antara model pembelajaran
InquiryTraining menggunakan media Phet dan Direct Instruction dengan
berpikir kritis terhadap keterampilan proses sains siswa?

1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang model
pembelajaran

Inquiry Training untuk meningkatkan keterampilan proses

sains dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik suhu dan kalor yang
berguna bagi siapa saja yang berkepentingan.
2. Model pembelajaran Inquiry Training ini dapat menjadi pertimbangan bagi
guru-guru fisika dalam upaya perbaikan proses belajar mengajar, karena
model ini mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai
upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir
kritis siswa.

12

3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran Inquiry Training

ini

dapat memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan
keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan
mereka, yang dikemukakan oleh Joyce Bruce, dkk, (2011:202).
Penggunaan media PhET dapat menjadi bantuan dalam fase Inquiry
Training.
2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan
penelitian, dan mengkonunikasikan. (Dimyati, Mudjiono, 2013:141)
3. Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu kemampuan yang diperlukan
bagi siswa untuk menjadi terampil dalam interpretasi dan evaluasi serta
aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi
(Fisher Alec, 2007:2)

13

4. Direct Instruction adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher
center. Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah. (Trianto, 2009:42)
5. Media pembelajaran adalah media

yang penggunaanya diintegrasikan

dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk mempertinggi
kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. (Hosnan, M, 2014:111)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Keterampilan proses sains fisika siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet lebih baik
dibandingkan dengan keterampilan proses sains fisika siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran direct instruction. Hasil ini menunjukkan
ada efek model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet
terhadap keterampilan proses sains siswa.
2. Keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok berpikir kritis
diatas rata-rata lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains fisika
siswa pada kelompok berpikir kritis dibawah rata-rata. Hasil ini
menunjukkan ada efek berpikir kritis terhadap keterampilan proses sains
siswa.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan berpikir kritis dalam
mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Hasil ini ditunjukkan
adanya

interaksi

bahwa

model

pembelajaran

inquiry

training

menggunakan media Phet dengan berpikir kritis diatas rata-rata maupun
dibawah rata-rata memiliki keterampilan proses sains lebih baik daripada
pembelajaran dengan direct instruction. Ini berati bahwa model

122

123

pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet dengan berpikir
kritis berpengaruh terhadap keterampilan proses sains. Sedangkan
pembelajaran dengan

direct instruction

dengan berpikir kritis tidak

berpengaruh terhadap keterampilan proses sains.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian peneliti memiliki beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi guru mata pelajaran fisika disarankan untuk mencoba menerapkan
model pembelajaran yang bervariatif agar siswa tidak merasa jenuh dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Salah satu model pembelajaran yang bisa
diterapkan adalah model inquiry training mengunkan media Phet.
2. Bagi siswa yang belum terbiasa menggunkan model pembelajaran inquiry
training menggunkan media Phet, sebaiknya siswa sering dilatih untuk
melaksanakan kegiatan praktikum supaya siswa dapat melihat secara
langsung fenomena yang terjadi pada kegiatan praktikum dan dapat
menstimulasi siswa untuk lebih meningkatkan keterampilan proses sains
yang dimilikinya.
3. Dalam penilaian observasi atau pengamatan dalam kegiatan praktikum
untuk menilai keterampilan proses sains siwa sebaiknya dipelukan
beberapa observer atau pengamat didalam kelas.

124

4. Pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training menggunakan media Phet merupakan salah satu alternatif model
yang dapat diterapkan di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.
5. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang model
pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet ditinjau dari
variabel lain selain kemampuan berpikir kritis.
6. Perencanaan waktu dalam pembelajaran harus direncanakan sebaik
mungkin karena merupakan salah satu hal yang harus diatur secara matang
oleh peneliti selanjutnya mengingat banyak hal yang tak terduga yang
dapat muncul dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Andar, (2013), Efek Model Pembelajran Inquiry Tranning Berbasis Mediakomputer
Terhadap Keterampilan Proses Sainsdan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa, Tesis diterbitkan. Medan : Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Medan
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
-------------- (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------- (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Awg Kasmurie Awg Kitot, Abdul Razak Ahmad, Ahmad Ali Seman, (2010), The
Effectiveness of Inquiry Teaching in Enhancing Students’ Critical
Thinking, Elsevier Procedia - Social And Behavioral Sciences, 7(C) : 264–
273
Belgin dan Şükran, (2011), Critical Thinking in Nursing Process and Education,
International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1(13): 257262
Costa, Arthur L, (1991), Developing Minds a Resources Book Fot Teaching
Thinking, Association for Supervision and CurriculumDevelopment,
Alexandria, Va.
Dahar, (2006), Teori – teori Dan Pembelajaran Belajar. Jakarta: Erlangga
Devi, Poppy Kamalia, (2010), Keterampilan proses Dalam pemebelajaran IPA,
Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
Dewi Riska Sartika, (2011), Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Suhu dan Kalor,
Skripsi diterbitkan, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

125

126

Dyah,(2013),kemampuanberpikirkritis,(online),(http://diyahpgsd.blogspot.co.id/2013/
01/kemampuan berpikir-kritis.htm, diakses pada tanggal 14 November
2015)
Dimyati dan Mudjiono, (2002), Belajar Dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Egul Remziye, Yeter Simsekli, Sevgul Calis, Zehra Ozdilek, Sirin Gocmenzelebi,
Meral Sanli (2011), The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On
Elementary School Students’ Science Process Skills And Science
Attitudes, Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP),
Vol 5, ( 1) : 48-68
Ennis,(1995).BerpikirKritis.(online), (http://silviez89.blogspot.co.id/2013/12/normal0-false-false-false-in-x-none-ar.html, diakses pada tanggal 14 november
2015)
Fisher, Alec, (2009), Berpikir Kritis, Jakarta: Erlangga
Finkelstein, N. (2006), “Hightech Tools For Teaching Physics:The Physics Education
Technology Project”. Merlot journal of online learning and teaching. Vol.
2 (3): 110-121
Halimatus sakdiah, (2014), Efekmodel Pembelajran Inquiry Trainning Berbantukan
Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Pengetahuan Siswa Berbasis
Keterampilan Proses Sains, Tesis tidak diterbitkan, Medan : Program
Pasca Sarjan universitas Negeri Medan
Harlen, W. Elsgeest.J, (1992), UNESCO Sourcebook for Science in the Primmary
School. France. Imprimerie de la Manutention
Hosnan, M, (2014), Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pemebelajaran abad
21, Jakarta : Ghalia Indonesia
Joyce Bruce, Marshall Weil, Emily Calhiun, (2011), Models of Teaching ModelModel pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mery Noviyanti, (2013), Critical Thinking Skills of Students in Online Tutorials
Based on Problem-based Learning for Mathematics Curriculum Analysis,
Malaysian Journal of Distance Education 15(1): 29−42
Michaela Kostelníkováa, Miroslava Ožvoldováb (2013), Inquiry In Physics Classes
By Means Of Remote Experiments, Journal elsevier Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 89: 133 – 138

127

M, Taher, (2014), Media Yang Relevan Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013,
(online),
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/levk14047153
23.pd, dikases pada tanggal 03 desember 2015)
Nurhayati, Syarifah Fadilah, Mutmainnah,(2014), Penerapan Metode Demonstrasi
Berbantu Media Animasi Software Phet Terhadap Hasil Belajar Siswa
Dalam Materi Listrik Dinamis Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1
Pontianak, Pendidikan Fisika , Vol 4 (2) : 2087-9946
Rajshree S. Vaishnav,(2013), Effectiveness Of Inquiry Training Model For Teaching
Science, Jurnal Scholary Research, Jornal For Interdisciplinary Studies,
VOL-I, ISSUE (V): 1216-1220
Reza Hashemi dan Afsaneh Ghanizadeh, (2012), Critical Discourse Analysis And
Critical Thinking: An Experimental Study In An EFL Context, Journal
elsevier, 40 : 37-47
R. Gokul Raj, Dan S. Nirmala Devi, (2014), Science Process Skills And
Achievement In Science Among High School Students, Jurnal Scholary
Research Jornal For Interdisciplinary Studies , Vol-II/XV: 37-47
Reginada, Rumentauli, (2015), Efek Model Pembelajran Inkuiri Training Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA,
Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program pasca sarjana universitas negeri
medan
Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Jakarta : Rajawali Pers
Sanjaya, Wina, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana
Saksri Supasorn, (2012), Enhancing undergraduates’ conceptual understanding of
organic acid-base-neutral extraction using inquiry-based experiments,
Journal elsevier Procedia - Social and Behavioral Sciences 46: 4643 –
4650
SilvianiNurAzizah,(2013),AsessmenBerpikirKritis,(http://silviez89.blogspot.co.id/201
3/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html, diakses pada tanggal 17
Oktober 2015)

128

Singh, Vandana dan Chirayu K.C, (2013), Effectiveness Of Inquiry Training Model
For Teaching Chemistry, Jornal Scholary Research Jornal For
Interdisciplinary Studies, VOL-II/X : 2344-2349
S. Prihatiningtyas, T. Prastowo, B. Jatmiko, (2013). Imlementasi Simulasi Phet Dan
Kit Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada
Pokok Bahasan Alat Optik, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol 2 (1) :
18-22
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif, Jakarta:
Kencana
Trianto,

(2010), Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam kurikkulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara

Wibawa,Adi,(2013),TeoribelajarKonstruktivisme,(http://wiare.blogspot.co.id/2013/0
2/teori-belajar-konstruktivisme.html, diakses pada tanggal 17 Oktober
2015)
Wichai Lati, Saksri Supasorn, Vinich Promarak, (2012), Enhancement of learning
achievement and integrated science process skills using science inquiry
learning activities of chemical reaction rates, Journal elsevier Procedia Social and Behavioral Sciences 46 : 4471 – 4475
Wilson(2000),Perlunyabudayaberpikirkritis,(Online),(http://thabilkharisma.blogspot.
co.id/2012/01/kemampuan-berpikir-analitis-dan-kritis.html, diakses pada
tanggal 14 november 2015)
Zainul, Asmawi dan Noeh, (1997), Program Pengenbangan Keterampilan Teknik
Instruksional Untuk Dosen Muda Penilaian Hasil Belajar, Jakarta : PAUPPAI Universitas Terbuka
Zakiyah,Naeli, (2011), Pengaruh Pendekatan Inkuiri terstruktur terhadap
Keterampilan proses Sains Siswa Pada Konsep Pernapasan Pada
Manusia, Skripsi diterbitkan, Jakarta : Fakulatas Imu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Syarih Hidayatullah
Zhou Qing, Guo Jinga, Wang Yan, (2010), Promoting preservice teachers’ critical
thinking skills by inquiry-based chemical experiment, Journal elsevier
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 2 : 4597–4603