PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE
TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI ALJABAR DI KELAS
VII SMP NEGERI 1 1 MEDAN
TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh :
Laila Fadzila
NIM 409311022
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN


2014

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE
TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI ALJABAR DI KELAS
VII SMP NEGERI 1 1 MEDAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
Laila Fadzila (409311022)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
(Team Assisted Individualization) pada materi Aljabar di kelas VII SMP Negeri
11 Medan tahun ajaran 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VII-1 dan VII-3 di SMP
Negeri 11 Medan yang masing-masing berjumlah 35 orang. Objek penelitian ini
adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada pada materi Aljabar melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization). Prosedur dalam penelitian ini dimulai dari pelaksanaan siklus I
dikelas VII-1 dan dilanjutkan dengan siklus II di kelas VII-3 untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa pada materi Aljabar.
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I di kelas VII-1 sebanyak 35
orang siswa, terdapat 15 siswa (42,86%) telah mencapai ketuntasan belajar
sedangkan 20 siswa (57,14%) belum tuntas dengan rata-rata kelas 61,14. Pada
siklus II di kelas VII-3 sebanyak 35 orang siswa, terdapat 30 siswa (85,71%) telah
mencapai ketuntasan belajar sedangkan 5 siswa (14,29%) belum tuntas dengan
rata-rata kelas 73,43. Tingkat penguasaan siswa dari tes belajar II mencapai
kriteria sedang, maka pembelajaran ini dikatakan telah tercapai.
Dari tindakan, pengamatan dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi Aljabar.

i

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Batasan Masalah

1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
1.7 Definisi Operasional

1
6
6
6
7
7
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.4 Pembelajaran kooperatif tipe TAI
2.1.5 Skenario pembelajaran berdasarkan sintaks TAI

2.1.6 Aljabar
2.2 Kerangka Konseptual
2.3 Hipotesis Tindakan

9
9
12
13
18
21
21
25
26

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2 Subjek Penelitian
3.3 Objek Penelitian
3.4 Jenis Penelitian dan Pendekatan
3.5 Prosedur Penelitian

3.6 Alat Pengumpulan Data
3.6.1 Tes
3.6.2 Wawancara dan Angket
3.6.3 Observasi
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Reduksi Data
3.7.2 Paparan Data

27
27
27
27
28
33
33
34
35
36
36
37


ii

3.7.2.1 Analisis Proses Pembelajaran
3.7.2.2 Analisis Angket Respon Siswa
3.7.3 Simpulan Data
3.8 Indikator Keberhasilan

38
39
40
41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
4.1.1.1 Permasalahan I
4.1.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
4.1.1.4 Observasi I

4.1.1.5 Analisis Data I
4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi I
4.1.1.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar I
4.1.1.5.3 Hasil Responsi Siswa I
4.1.1.6 Refleksi I
4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II
4.1.2.1 Permasalahan II
4.1.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah II
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
4.1.2.4 Observasi II
4.1.2.5 Analisis Data II
4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi II
4.1.1.5.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar II
4.1.1.5.3 Hasil Responsi Siswa II
4.1.2.6 Refleksi II
4.2 Temuan Penelitian
4.3 Pembahasan Penelitian

42
42

42
43
44
47
48
48
49
50
50
51
51
52
53
57
58
58
59
60
60
61

62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

65
66

DAFTAR PUSTAKA

67

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok
Belajar Konvensional

15


Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif

17

Tabel 3.1 Siklus Penelitian

28

Tabel 3.2 Indikator Penyusunan Instrument Tes

34

Tabel 3.3 Indilkator Penyusunan Observasi Kegiatan Pembelajaran

35

Tabel 3.4 Tingkat penguasaan siswa

37

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Tes Awal Siswa

42

Tabel 4.2.Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus I

48

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Siklus I

49

Tabel 4.4 Gambaran Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB I

50

Tabel 4.5.Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus II

58

Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Siklus II

59

Tabel 4.7 Gambaran Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB II

60

Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Setiap Siklus

63

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I)

69

Lampiran 2

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I)

73

Lampiran 3

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II)

77

Lampiran 4

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II)

81

Lampiran 5

: Kisi – kisi Penyusunan Tes

85

Lampiran 6

: Tes Awal (Pre Test)

86 Lampiran 7 : Kunci

Jawaban Tes Awal (Pre Test)

87

Lampiran 8

: Tes Hasil Belajar I

88

Lampiran 9

: Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar I

89

Lampiran 10 : Tes Hasil Belajar II

90

Lampiran 11 : Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar II

91

Lampiran 12 : Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I)

92

Lampiran 13 : Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I

94

Lampiran 14 : Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II)

95

Lampiran 15 : Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II

97

Lampiran 16 : Pedoman Penskoran

98

Lampiran 17 : Lembar Validasi Tes Awal (Pre Test)

99

Lampiran 18 : Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I

101

Lampiran 19 : Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II

103

Lampiran 20 : Lembar Validator

105

Lampiran 21 : Lembar observasi kegiatan pembelajaran I (Siklus I)

106

Lampiran 22 : Lembar observasi kegiatan pembelajaran II (Siklus I)

108

Lampiran 23 : Lembar observasi kegiatan pembelajaran I (Siklus II)

110

Lampiran 24 : Lembar observasi kegiatan pembelajaran II (Siklus II)

112

Lampiran 25 : Kisi – kisi Responsi Siswa

114

Lampiran 26 : Angket Respon Siswa

115

Lampiran 27 : Data Nilai Tes Awal Siswa

117

Lampiran 28 : Analisis Evaluasi Tes Hasil Belajar I

119

Lampiran 29 : Analisis Evaluasi Tes Hasil Belajar II

121

Lampiran 30 : Data Kesalahan Jawaban Siswa Pada Tes Awal

123

Lampiran 31 : Data Kesalahan Jawaban Siswa Pada THB I

125

Lampiran 32 : Jadwal Kegiatan Penelitian

127

Lampiran 33 : Dokumentasi Penelitian

128

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu negara, pendidikan merupakan salah satu aspek yang
memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu dan berkualitas yang dapat membangun dan memajukan
negara sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi.
Pendidikan dapat juga dikatakan sebagai investasi jangka panjang yang
memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang
atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan
Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa
depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai penerus
generasi dibentuk. Seperti yang tertulis dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I :
“ Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Pendidikan juga adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan syarat perkembangan, oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus – menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di
masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta
didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. ( dalam Trianto, 2009:1)
Matematika merupakan salah satu dari ilmu pendidikan yang secara
mendasar berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat dibutuhkan dalam

2

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang dikemukakan oleh
Cockroft ( dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa
“ Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
ketrampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran, keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Abdul Halim Hathani ( dalam http/
sahabatguru.wordpress.com ) menyatakan bahwa :
“Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh
siswa karena matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
sehari-hari. Matematika selalu mengalami perubahan perkembangan yang
berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi.”
Oleh karena itu, pendidikan matematika di Indonesia diupayakan agar
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Namun meski diakui pendidikan
adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan
sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi
saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika klasik, dalam hal ini yaitu
kualitas pendidikan. Pada kenyataannya, negara Indonesia memiliki kualitas
pendidikan yang sangat memprihatinkan, jika dibandingkan dengan negara-negara
lainnya, khususnya pada bidang studi matematika. Seperti yang dipaparkan (
dalam http/www.kompascetak.com ) :
“Dari hasil kajian Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2003, Indonesia berada di urutan 34 dari 45 negara. Untuk
matematika, siswa-siswi Indonesia hanya mencapai skor 411, dengan
kisaran (range) skor 400-625. Dan pada survei Program of International
Student Assessment (PISA) tahun 2006, peringkat Indonesia untuk
matematika turun dari 38 dari 40 negara (tahun 2003) menjadi urutan 52
dari 57 negara, dengan skor rata-rata turun dari 411 (tahun 2003) menjadi
hanya 391 (tahun 2006).”

3

Pemerintah sendiri telah menetapkan matematika sebagai salah pelajaran
yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional. Hal ini juga merupakan salah satu
faktor penyebab pelajaran matematika ditakuti, sehingga sulit dimengerti. Seperti
yang diungkapkan oleh Handayani (dalam http/ sahabatguru. wordpress.com) :
“Dalam Ujian Nasional, ataupun ujian-ujian lain yang menghadirkan
matematika sebagai salah satu bahan uji, matematika acap menjadi
momok. Hal ini disebabkan sugesti yang tertanam dalam benak seorang
anak bahwa matematika itu sulit”.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurarafah sebagai guru bidang studi
matematika di SMP Negeri 11 Medan (dalam wawancara Senin, 1 april 2013) :
“Siswa-siswi di SMP Negeri 11 Medan masih kesulitan mempelajari dan
memahami konsep dari materi pelajaran matematika yang diajarkan. Salah
satu materi yang sulit untuk dipahami adalah operasi aljabar. Siswa-siswi
masih sulit membedakan pengolahan variabel, koefisien, maupun
konstanta dalam operasi bentuk aljabar. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya penguasaan konsep dasar materi pelajaran pada saat disekolah
dasar, sehingga pada saat akan mempelajari materi lanjut harus kembali
mengulang sedikit materi sebelumnya.”
Pernyataan tersebut didukung oleh Dali S.Naga ( dalam Abdurrahman,
2009:253) bahwa :
“ Dalam aljabar, penggunaan abjad digunakan sebagai lambang bilangan
yang diketahui atau yang belum diketahui. Hal ini yang kurang dipahami
oleh siswa. Sebagai contoh, dalam soal cerita seorang anak membeli
sebuah buku dan dua buah pensil dengan harga yang ditentukan, kemudian
anak yang lain membeli barang yang sejenis di toko yang sama hanya saja
jumlah yang berbeda dengan harga yang tertentu, maka dengan aljabar,
siswa dapat menentukan berapa harga untuk masing-masing barang per
buahnya.”
Banyak hal yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika. Salah satunya adalah, banyak orang yang berpikir bahwa matematika
tidak memiliki makna penting dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran tersebut
disebabkan karena pembelajaran matematika tidak bermakna bagi siswa, karena
hampir semua guru hanya menjadikan siswa sebagai objek bukan subjek yang
aktif. Menurut Buzan (dalam http/educare.e-fkipunla.net) menyatakan :

4

“Dalam belajar, semestinya bermakna. Belajar tidak cukup dengan hanya
mendengar dan melihat tetapi juga dengan melakukan aktivitas (membaca,
bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan,
presentase, diskusi)”.
Pendidikan akan terasa penting jika pendidikan itu bermakna bagi siswa.
Untuk menimbulkan rasa bermakna dalam belajar matematika maka guru harus
menerapakan pembelajaran aktif pada siswa. Pembelajaran aktif mempunyai
pengaruh besar terhadap peningkatan kualitas atau potensi manusia.
Menurut

Dasim

Budimansyah

dkk

(

dalam

http/pandisuryadi-

berbagiilmu.blogspot.com/penerapan-pembelajaran-aktif-kreatif.html ) bahwa :
“ Model pembelajaran aktif dapat menciptakan ketertarikan bagi siswa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan bekerja.
Pembelajaran aktif digunakan dalam proses pembelajaran untuk membuat
siswa lebih banyak melakukan sesuatu daripada hanya sekedar mendengar
. Siswa harus membaca, menulis, mendiskusikan, atau terlibat secara aktif
dalam pemecahan masalah, dengan tujuan agar pembelajaran tersebut
menjadi bermakna daripada siswa hanya mendengar saja atau siswa
bersifat pasif.”
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dikatakan
berhasil bila mencapai tujuan yang optimal. Kualitas proses pembelajaran sangat
berkaitan dengan hasil belajar yang ingin dicapai, hasil belajar yang memuaskan
tentunya bersumber dari proses pembelajaran yang memaksimalkan seluruh faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran . Hasil belajar setiap siswa akan
berbeda, sesuai dengan proses pembelajaran yang dialaminya, karena siswa
memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda pula. Proses pembelajaran
dapat membuat siswa aktif apabila siswa termotivasi dalam belajar.
Namun pada kenyataannya aktivitas siswa masih rendah dalam pelajaran
matematika hal ini dikarenakan siswa tidak berperan aktif selama proses
pembelajaran matematika karena hampir semua guru menjadikan siswa sebagai
objek yang menerima pelajaran matematika bukanlah sebagai subjek yang aktif
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan pemikiran Catur

5

Supatmono

(

dalam

http/pandisuryadi-berbagiilmu.blogspot.com/penerapan-

pembelajaran-aktif-kreatif.html ) faktor penyebab rendahnya aktivitas siswa
terhadap pelajaran matematika adalah:
1. Guru sebagai subjek aktif sedangkan murid sebagai objek pasif yang
hanya mendengar materi yang disampaikan guru. 2. Guru memilih dan
memaksakan pilihannya sedangkan murid menuruti,akibatnya murid tidak
bisa berpikir kreatif karena murid tidak diberi kesempatan untuk memilih
apa yang harus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. 3.
Guru menilai siswa dari hasil akhir, sistem penilaian di sekolah cenderung
hanya menilai hasil akhir pekerjaan siswa dan bukan menilai proses
pekerjaan siswa. Akibatnya siswa yang sudah berusaha keras pun jika
hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang jelek.
Untuk itu dipilih model pembelajaran aktif yang bermakna bagi siswa
adalah pembelajaran kooperatif yang merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa aktif bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif telah dikembangkan metode PTS (
pembelajaran tim siswa ), diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas
tertentu yaitu Team Accelerated Instruction (TAI) (percepatan pengajaran tim)
untuk pelajaran matematika. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual
berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat
kemampuan mereka sendiri. Secara umum anggota kelompok bekerja pada unit
pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masingmasing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan
berbagai masalah. Unit tes terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman satu tim
dan skornya dihitung dengan monitor siswa. (dalam Slavin, 2005: 4,11,&15)
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe TAI (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Aljabar Di Kelas VII SMP Negeri 11 Medan Tahun Ajaran
2013/2014.”

6

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

uraian

pada

latar

belakang

masalah,

maka

dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Peringkat hasil belajar matematika siswa masih rendah ..
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan sulit
dimengerti .
3. Siswa masih kesulitan mempelajari dan memahami konsep dari materi
pelajaran matematika yang diajarkan yaitu salah satunya materi operasi
aljabar .
4. Pembelajaran matematika yang tidak bermakna bagi siswa .
5. Rendahnya aktivitas siswa terhadap pelajaran matematika .

1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, keterbatasan waktu dan kemampuan
penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe TAI sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi aljabar di kelas VII SMP Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi bentuk
aljabar ?
2. Bagaimana ketuntasan belajar siswa yang diajarkan dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi bentuk aljabar ?
3. Bagaimana respon siswa yang diajarkan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi bentuk aljabar ?

7

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk aljabar di kelas VII
SMP Negeri 11 Medan .
2. Mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa pada materi bentuk aljabar di
kelas VII SMP Negeri 11 Medan .
3. Mendeskripsikan respon siswa kelas VII SMP Negeri 11 Medan yang
diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI .

1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
1. Bahan pertimbangan dan masukan bagi guru bidang studi matematika
untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi
aljabar.
2. Bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan
aktivitas mereka terhadap pelajaran matematika .
3. Informasi dan bahan rujukan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan
masalah penelitian ini.
4. Bagi peneliti akan mengetahui gambaran kemampuan dan kesulitan yang
dialami

oleh

siswa

yang

diajarkan

dengan

menerapkan

model

pembelajaran kooperatif tipe TAI.
5. Tambahan wawasan dan pengalaman bagi peneliti sendiri sebagai calon
guru di masa yang akan datang.

8

1.7 Definisi Operasional
1. Hasil belajar adalah pencapaian tujuan belajar yang meliputi perubahan
tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman materi.
Hasil belajar merupakan tolak ukur bagi seseorang guna untuk
mengambil langkah baru untuk materi yang berikutnya.
2. Aljabar adalah bagian dari matematika yang mempelajari hubungan dan
sifat-sifat dari bilangan dengan menggunakan simbol-simbol. Aljabar juga
dapat dikatakan sebagai kajian matematika untuk menyelesaikan masalah
secara sistematis dengan menggunakan huruf atau simbol.
3. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes
penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan
mereka sendiri. Secara umum anggota kelompok bekerja pada unit
pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja
masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu
dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes terakhir akan dilakukan
tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa.

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2009), Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, (2005), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, (2006), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta.
Arikunto, dkk, (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Bey, Anwar, (2001), Cara Belajar Yang Efektif, ____________, Medan.
Budimansyah,
Dasim,dkk,
(2013),
http://pandisuryadiberbagiilmu.blogspot.com/2013/02/penerapan-pembelajaran-aktifkreatif.html(accessed februari 2013).
Buzan,

(1993), http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content
(accessed februari 2013)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.
Handayani, (2013), http://sahabatguru.wordpress.com(accessed februari 2013).
Hathani, Abdul H, (2013), http://sahabatguru.wordpress.com(accessed februari
2013).
Kunandar, (2008), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Slavin, R. E, (2005), Cooperative Learning, Penerbit Nusa Media, Bandung.
Sudjana, (1992), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit
Rosdakarya, Bandung.

66

Supatmono,
Catur,
(2013),
http://pandisuryadiberbagiilmu.blogspot.com/2013/02/penerapan-pembelajaran-aktifkreatif.html(accessed februari 2013).
Suryosubroto, B, (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta,
Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 2 DAWARBLANDONG MOJOKERTO TAHUN AJARAN 2013-2014

0 5 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 UNGGUL DARUL IMARAH PADA MATERI LAJU REAKSI

0 2 1

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “7E” BERBANTUAN PERTANYAAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 SUKSA

0 1 18

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

0 0 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 NGLIPAR TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE CIRC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 3 KUNINGAN

0 1 20

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14