PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:

ANTONINA MEILANI ASTA SARI NINGSIH

Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat yang diketahui dari hasil observasi yaitu hanya sebanyak 8 siswa atau 33,33% dari 24 siswa yang mencapai KKM yaitu 66 dengan kategori “sedang”. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat melalui penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi dan tes tertulis. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar afektif klasikal pada siklus I mendapat 50% dengan kategori “sedang” dan meningkat 37,50 sehingga pada siklus II mencapai 87,50% dengan kategori “sangat tinggi”. Ketuntasan hasil belajar kognitif klasikal pada siklus I mencapai 62.50% dengan kategori “tinggi” dan meningkat 20,83 sehingga pada siklus II mencapai 83.33% dengan kategori “sangat tinggi”. Ketuntasan hasil belajar psikomotor klasikal pada siklus I mencapai 54.16% kategori “sedang” dan meningkat 29,17 sehingga pada siklus II mencapai 83.33% dengan kategori “sangat tinggi”.


(2)

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

ANTONINA MEILANI ASTA SARI NINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 10 Mei 1992, sebagai anak ketiga dari 4 bersaudara pasangan Bapak C.Suhartadi dan Ibu D.Rusminingsih.

Pendidikan peneliti dimulai dari TK Bhina Putra dan selesai pada tahun 1998. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Metro dan selesai pada tahun 2004. Setelah itu, peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2007. Selanjutnya, peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Metro dan selesai pada tahun 2010. Setelah itu, pada tahun 2011 peneliti melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

MOTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah


(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai bentuk terima kasih kepada:

Ayahandaku C. Suhartadi dan Ibundaku D. Rusminingsih

Kedua orang tua yang selalu memberiku dukungan dan semangat luar biasa untuk mewujudkan impianku, orang tua yang telah mendidik dan merawatku dengan penuh kasih sayang, orang tua yang dari kedua bibirnya

tak pernah berhenti mengalir doa luar biasa agar aku menjadi anak yang mampu membanggakan orang tua, serta orang tua yang selalu memberikan

pelajaran penuh makna dalam tiap langkahku melewati hidup.

Kakakku tercinta,

Priska Ria Y. M. N

dan Adikku tercinta,

P. D. Audray Fandriawan

Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik hingga dapat menyelesaikan studi.


(9)

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan YME atas segala limpahan rahmat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “penerapan mapping

dalam model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih ada kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberikan legalitas pada skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi. 3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.


(10)

dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa Kampus B FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Unila yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti, memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa Kampus B FKIP Unila. 6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama peneliti menjadi mahasiswa bimbingan akademik di Kampus B FKIP Unila.

7. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi.

8. Ibu Dra. Nelly Astuti, M.Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang luar biasa dalam proses pembuatan skripsi.

9. Bapak Basiran, S.Pd.SD., Kepala Sekolah SDN 11 Metro Pusat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.


(11)

dalam pelaksanaan penelitian.

11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada peneliti selama kuliah.

12. Sahabat-sahabatku yang luar biasa, Forman Silaban, Anyta MJ, Aldona Meylina M, Adi Prasetyo, Aditya Pratama, Monica Shendy, Astri Indriyani, Lita Yulianti, Dewi Renita Sari, Tri Mei Adi S, Debi Apriyani, Fitri Yani, Melina Budiawati, Asep Kurniawan.

13. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2011 khususnya Kelas “B” Nanda, Riyani, Septi, Yuyun, Ana, Heny, Fitri, Nila, Eriya, Ria, Yuli, Rois, Riyan, Putu, Bowo, Isnaini, Desi Resti, Desi Ayu, Dianti, Nur, Dapat, Oktavi, Hendri, yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi. 14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih ada kekurangan, tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, Mei 2015

Peneliti


(12)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mapping ... 9

1. Pengertian Mapping ... 9

2. Kelebihan dan Kelemahan Mapping ... 10

3. Langkah-langkah dalam Membuat Mapping ... 12

4. Unsur Pembentuk Mapping ... 13

B. Pengertian Model Pembelajaran ... 14

C. Model Pembelajaran Inkuiri ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri ... 15

2. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ... 17

3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri ... 18

D.Penerapan Mapping dalam Model Pembelajaran Inkuiri ... 18

E. Belajar ... 19

1. Pengertian Belajar ... 19

2. Pengertian Hasil Belajar ... 21

F. Pembelajaran Tematik ... 22

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 22

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 25

3. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik ... 25

4. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik ... 28


(13)

viii

B. Setting Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Alat Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Prosedur Penelitian... 47

H. Indikator Keberhasilan ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Profil SD Negeri 11 Metro Pusat ... 54

2. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penelitian ... 55

a. Siklus I ... 55

1. Perencanaan ... 55

2. Pelaksanaan Pertemuan 1 ... 56

3. Pelaksanaan Pertemuan 2 ... 60

4. Temuan Data Siklus 1 ... 64

a) Kinerja Guru ... 64

b) Hasil Belajar Siklus 1 ... 66

1. Hasil Belajar Afektif Siswa ... 66

2. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 69

3. Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 70

5. Refleksi ... 72

b. Siklus II ... 76

1. Perencanaan ... 76

2. Pelaksanaan Pertemuan 1 ... 77

3. Pelaksanaan Pertemuan 2 ... 82

4. Temuan Data Siklus II ... 86

a) Kinerja Guru ... 86

b) Hasil Belajar Siklus II ... 88

1. Hasil Belajar Afektif Siswa ... 88

2. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 91

3. Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 92

5. Refleksi ... 94

B. Pembahasan ... 96

1. Kinerja Guru ... 96

2. Hasil Belajar Siswa ... 98

a. Hasil Belajar Afektif ... 98

b. Hasil Belajar Kognitif ... 100


(14)

ix B.Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN ... 111


(15)

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Lembar observasi instrumen penilaian kinerja guru ... 39

3.2 Rubrik kinerja guru ... 40

3.3 Lembar observasi penilaian apek sikap siswa ... 41

3.4 Lembar observasi penilaian aspek psikomotor siswa ... 42

3.5 Hasil belajar kognitif siswa setiap siklus ... 43

3.6 Kualifikasi tingkat keberhasilan kinerja guru ... 44

3.7 Kategori sikap siswa ... 44

3.8 Kategori keterampilan siswa ... 45

3.9 Kategori ketuntasan belajar siswa ... 46

3.10 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa ... 46

4.1 Rekapitulasi kinerja guru siklus I ... 65

4.2 Hasil belajar afektif siswa siklus I ... 66

4.3 Persentase klasikal hasil belajar siswa siklus I ... 68

4.4 Hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 69

4.5 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 70

4.6 Persentase klasikal hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I ... 72

4.7 Rekapitulasi kinerja guru siklus II ... 87

4.8 Hasil belajar afektif siswa siklus II ... 88

4.9 Persentase klasikal hasil belajar afektif siswa pada siklus II ... 90

4.10 Hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 91

4.11 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 92

4.12 Presentase klasikal hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 94

4.13 Rekapitulasi kinerja guru siklus I dan II ... 97


(16)

(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 111

2. Perangkat pembelajaran ... 119

3. Kinerja guru ... 148

4. Hasil belajar afektif siswa ... 155

5. Hasil belajar kognitif siswa ... 163

6. Hasil belajar psikomotor siswa ... 167

7. Lembar evaluasi siswa ... 175


(18)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus PTK ... 36

4.1 Diagram kinerja guru ... 97

4.2 Diagram peningkatan hasil belajar afektif siswa ... 99

4.3 Diagram peningkatan hasil belajar kognitif siswa ... 101


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting di dalam kehidupan. Kehidupan setiap manusia tidak akan pernah terlepas dari pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencetak seseorang menjadi generasi yang berkualitas dan berdaya saing. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar yang tidak hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran saja, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak yang mulia. Hal ini tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.

Pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila adanya sebuah landasan dalam pelaksanaanya. Landasan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan adalah kurikulum, karena di dalam kurikulum berisi acuan sebagai tuntunan dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan


(20)

perubahan kurikulum tersebut tidak terlepas dari perkembangan zaman, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam bidang kebudayaan. Diberlakukannya perubahan kurikulum tersebut dikarenakan perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan mampu dalam menghadapi perubahan sesuai dengan tuntutan zaman.

Memasuki tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru, yakni kurikulum 2013. Diberlakukannya kurikulum 2013, diharapkan dapat membenahi kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Permendikbud No. 67 Tahun 2013 menyatakan bahwa kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan aktif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Sehingga pada akhirnya keberhasilan kurikulum 2013 dalam pembentukan kompetensi dan karakter siswa dapat dilihat dari segi proses dan hasil (Mulyasa, 2013: 131).

Selain dilihat dari segi proses dan hasil, keberhasilan implementasi kurikulum 2013 juga ditentukan oleh guru. Guru SD harus memiliki pemahaman, kesadaran, kemampuan, kreativitas, kesabaran, dan keuletan. Pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema (Kunandar, 2013: 46). Beberapa mata pelajaran tersebut


(21)

dilibatkan dan dikemas dalam satu tema untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang dipandu dengan langkah-langkah saintis yang membelajarkan siswa untuk aktif dan kreatif terlibat dalam mengenal masalah, melakukan penyelidikan untuk menemukan fakta dan mencari solusi dalam pemecahan masalah. Pendekatan yang telah dijelaskan di atas adalah pendekatan ilmiah (scientific approach).

Tidak hanya dalam proses pembelajarannya saja, penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2013 juga berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013, penilaian dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, meliputi: ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian autentik. Melalui penilaian autentik ini, guru dapat mengetahui perkembangan siswa dengan baik dalam proses hingga hasil belajar secara utuh.

Sebagai pengajar yang profesional dan bertanggung jawab, guru di dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, sehingga tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen siswa dan wawancara dengan guru kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat diperoleh keterangan bahwa SD Negeri 11 Metro Pusat sudah menerapkan kurikulum 2013, namun guru belum menerapkan model pembelajaran tematik yang melibatkan


(22)

keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga peningkatan proses belajar dan berpikir pada siswa belum optimal. Guru belum menggunakan variasi metode pembelajaran yang menarik minat dan perhatian siswa. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Siswa terkadang masih malu, ragu-ragu, dan takut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya ketika diminta guru untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Cara siswa mencatat dibuat berbentuk kalimat-kalimat yang disusun linear ke bawah atau yang disebut linear note. Cara mencatat seperti ini memiliki berbagai kelemahan diantaranya:

1. Monoton, membosankan, dan kaku. 2. Sulit untuk melihatnya secara utuh.

3. Sukar untuk mencari kata kunci dan melihat hubungan antar sub-subbagian.

Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah, dan terlihat pada pengamatan di SD tersebut nilai ulangan semester ganjil masih rendah, yakni diperoleh 33,33% atau hanya 8 dari 24 siswa yang sudah mencapai standar keberhasilan yang ditentukan, yaitu 66.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, perlu diadakan perbaikan kualitas pembelajaran yang mampu menjadikan siswa lebih aktif dalam menggali pengetahuan dan dapat memahami konsep yang telah dipelajari. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai akan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang tentunya juga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu


(23)

alternatif yang dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat adalah dengan menerapkan

mapping dalam model pembelajaran inkuiri.

Menurut Swadarma (2013: 2) mapping adalah metode efektif untuk menuangkan semua gagasan yang ada di dalam pikiran. Selain itu cara penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip manajemen otak, sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi. Oleh sebab itu, mapping dapat digunakan untuk meningkatkan belajar dan kemampuan berpikir pada siswa secara optimal.

Model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Hal ini selaras dengan pendapat Sanjaya (2010: 197) ciri model pembelajaran inkuiri yaitu seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mengangkat judul “penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015”


(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan variasi metode pembelajaran tematik yang menarik, hanya menggunakan metode ceramah.

2. Guru belum menggunakan model pembelajaran tematik yang melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan kurangnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Siswa cenderung pasif dan belum berani mengemukakan gagasannya. 4. Pembelajaran masih bersifat teacher centered.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015?


(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015 dengan menerapkan mapping dalam model pembelajaran

inkuiri.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Siswa

Dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif di dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa melalui penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri.

2. Bagi Guru

Dapat memperluas pengetahuan dan keterampilan guru pada pembelajaran tematik mengenai penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan dan memberikan kontribusi yang berguna bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran


(26)

di SD Negeri 11 Metro Pusat, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan

mapping dalam model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran tematik, sehingga kelak dapat menjadi guru yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mapping

1. Pengertian Mapping

Mapping merupakan sebuah cara menanamkan pemahaman konsep pembelajaran pada siswa agar bermakna dan mudah diingat oleh siswa. Trianto (2009 (b): 159) menyatakan bahwa mapping sebaiknya disusun secara hirarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Buzan (Huda, 2013: 307) yang menyatakan bahwa mapping adalah sebuah gagasan utama yang ditulis di tengah halaman dan selanjutnya dari situlah dibentangkan ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.

Menurut Martin (Trianto, 2009 (b): 158) mapping adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Sedangkan menurut Swadarma (2013: 2) mapping adalah metode efektif untuk menuangkan semua gagasan yang ada dalam pikiran. Lebih lanjut Swadarma (2013: 3) menyatakan bahwa mapping adalah:


(28)

a. Cara mencatat yang efektif, efisien, kreatif, menarik, mudah, dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita.

b. Sistem berpikir yang terpancar (radiant thinking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang.

c. Alat organisasional informasi yang bekerja sesuai dengan mekanisme kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari dan ke dalam otak dengan mudah. d. Metode penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip

manajemen otak sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

mapping merupakan sebuah cara efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan pada siswa melalui rangkaian peta-peta yang disusun, sehingga

mapping dapat digunakan untuk membentuk, menvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan mengklarifikasi topik utama, dengan begitu maka dapat memaksimalkan daya ingat siswa dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki dan tersimpan dalam otak.

2. Kelebihan dan Kelemahan Mapping

Penggunaan mapping dalam pembelajaran memiliki beberapa keunggulan, menurut Swadarma (2013: 9) keunggulan-keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan. b. Memaksimalkan sistem kerja otak.

c. Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan.

d. Memacu kreativitas, sederhana dan mudah dikerjakan.

e. Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah. f. Menarik dan mudah tertangkap mata.


(29)

Stita (http://stitattaqwa.blogspot.com) menyatakan bahwa mapping

memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:

a. Kelebihan Mapping

Di dalam kegiatan pembelajaran mapping memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan mapping dalam pembelajaran adalah:

1) dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena mapping merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna;

2) dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siswa; 3) akan memudahkan siswa dalam belajar;

4) sebagai sarana untuk membiasakan otak berfikir terkonsep dalam segala hal;

5) dapat digunakan sebagai pengganti ringkasan yang lebih fleksibel; 6) dapat mempermudah pemahaman siswa dan guru;

7) dapat menyatukan satu persepsi antara guru dan siswa dan 8) dapat digunakan dalam berbagai hal.

b. Kekurangan Mapping

Selain memiliki kelebihan dan keunggulan, mapping juga memiliki beberapa kekurangan antara lain adalah:

1) pemahaman mapping dapat dicapai dengan syarat siswa sudah memahami pokok bahasan;

2) siswa sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat dalam materi yang dipelajari;

3) siswa sulit menentukan kata penghubung untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain


(30)

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan mapping

memiliki kelebihan yaitu untuk memudahkan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran, pola pikir siswa akan lebih terstruktur sehingga membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar. Sementara kekurangannya, siswa yang kurang memahami materi akan kesulitan membuat mapping.

3. Langkah-langkah dalam Membuat Mapping

Pembuatan mapping dilakukan dengan membuat suatu sajian atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain.

Menurut Buzan (2010: 20) langkah-langkah dalam membuat mapping

adalah sebagai berikut:

a. Ambilah selembar kertas putih polos. Putarlah kertas agar sisi panjangnya terletak mendatar.

b. Ambillah beberapa spidol berwarna cerah. Pilih warna kesukaanmu.

c. Buatlah sebuah gambar di tengah halaman yang berhubungan dengan konsep/ide utama. Dengan menempatakan ide utama di bagian tengah halaman, maka pikiran akan terpusat dan lebih bebas menyebarkan ide ke segala arah.

d. Pilihlah sebuah warna dan gambarlah sebuah cabang utama yang memancar dari gambar sentral.

e. Tebalkan gambar cabang yang menempel ke gambar sentral lalu semakin menipis ke arah ujungnya.

f. Tulislah ide utama dengan menggunakan satu kata saja dan ditulis dengan huruf kapital.

g. Tambahkan cabang-cabang utama lain ke gambar tengah dengan menggunakan warna yang berbeda.


(31)

Trianto (2009 (b): 160) mengemukakan langkah-langkah dalam membuat mapping sebagai berikut:

a. Memilih suatu bahan bacaan

b. Menentukan konsep-konsep yang relevan

c. Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif

d. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan dibagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”, “menggunakan” dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam membuat mapping harus dimulai dari membaca suatu bahan bacaan, mengidentifikasi ide pokok, mengidentifikasi ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide pokok atau ide utama, dan yang terakhir menghubungkan ide utama dengan konsep-kosep sekunder sehingga konsep-konsep dapat tersusun dari konsep yang inklusif ke konsep yang kurang inklusif, maka dapat terbentuk suatu mapping.

4. Unsur Pembentuk Mapping

Menurut Swadarma (2013: 9) dalam pembuatan mapping diperlukan beberapa unsur pembentuk, yaitu:

a. Tema besar

Topik atau subyek yang akan dijadikan sebagai pokok pembahasan, terletak di tengah-tengah.

b. Sub tema

Cabang dari tema besar yang telah dikelompokkan secara sistematis berdasarkan kategori tertentu. Subtema dpat dikembangkan lagi menjadi sub-subtema yang lebih spesifik. c. Urutan

Hubungan antartema besar, subtema, sub-subtema yang terjalin berdasarkan analisis yang dilakukan.


(32)

d. Garis Hirarki

Garis yang menandakan adanya hubungan sebab-akibat, waktu, tempat atau pelaksanaan.

B. Pengertian Model Pembelajaran

Proses pembelajaran akan menghasilkan interaksi yakni sebagai proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru seringkali menghadapi beragam masalah di kelas, namun seorang guru akan selalu berusaha mengatur lingkungan belajar sebaik mungkin sehingga dapat membuat siswa bergairah dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis dengan tuntunan beberapa teori pengalaman yang sudah dimiliki. Salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran, oleh sebab itu seorang guru hendaknya dapat memahami kedudukan model pembelajaran dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum menerapkan model-model pembelajaran di kelas, maka hendaknya seorang guru memahami terlebih dahulu definisi atau pengertian dari model pembelajaran.

Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce & Weill (Huda, 2013: 73) model pembelajaran adalah sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting

yang berbeda.

Menurut Prastowo (2013: 68) model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola


(33)

pembelajaran tertentu. Sedangkan menurut Amri (2013: 7) model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Sementara itu Suprihatiningrum (2013: 145) menyatakan bahwa model pembelajaran yaitu tiruan atau contoh kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran secara sistematis dalam mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan belajar tertentu yang diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur sistematis yang disajikan secara khas oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

C. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang sangat penting bagi siswa dalam menanamkan konsep pemahaman. Menurut Sanjaya (2010: 196) model pembelajaran inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sedangkan Komalasari (2010: 73) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah


(34)

pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah.

Menurut Gulo (Trianto, 2009 (b): 166) model pembelajaran inkuiri

adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sedangkan Swadarma (2011: 182) menyatakan model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran

inkuiri menurut Sanjaya (2010: 196-197), yaitu:

1. Inkuiri menekankan pada kreativitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

3. Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Menurut Swadarma (2013: 66) karakteristik model pembelajaran

inkuiri, yaitu:

1. Siswa mencari dan menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, tidak hanya pasif menerima melalui penjelasan verbal guru, namun harus aktif menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang diajarkan.

2. Guru bukan sebagai sumber pengetahuan namun sebagai fasilitator dan motivator.

3. Siswa dituntut tidak hanya menguasai materi yang diajarkan tetapi juga dapat berpikir sistematis, kritis, dan logis dalam mengembangkan materi tersebut.


(35)

Berdasarkan beberapa pengertian tentang model pembelajaran

inkuiri yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir kritis, logis, analitis, dan sistematis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan sehingga dapat menanamkan konsep pemahaman dan mengembangkan kreativitas pada siswa.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Setiap model pembelajaran tentu terdapat langkah-langkah yang sudah tersusun secara runtut yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaannya, seperti pada model pembelajaran inkuiri.

Menurut Sanjaya (2010: 201) langkah-langkah proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Orientasi

2. Merumuskan masalah 3. Mengajukan hipotesis 4. Mengumpulkan data 5. Menguji hipotesis

6. Merumuskan kesimpulan

Menurut Swadarma (2013: 67) langkah-langkah pembelajaran

inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi dan rumuskan tujuan yang menjadi fokus pembelajaran dengan jelas.

2. Ajukan satu pertanyaan tentang fakta yang sekiranya dapat meggelitik keingintahuan siswa.

3. Formulasikan hipotesis untuk menjawab pertanyaan tersebut. 4. Berikan informasi dari berbagai sumber yang relevan dengan

hipotesis tersebut lalu uji berdasarkan data yang telah terkumpul tersebut.

5. Rumuskan jawaban atas pertanyaan di awal pembelajaran, jawaban tersebut ada sintesis antara hipotesis yang diuji dengan data yang terkumpul.


(36)

3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Setiap model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran

inkuiri. Sanjaya (2010: 208-209) menyatakan bahwa keunggulan model pembelajaran inkuiri, diantaranya:

a) Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna. b) Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada

siswa untuk belajar sesuai gaya belajar mereka.

c) Model pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d) Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Disamping keunggulan, model pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a) Jika menggunakan model pembelajaran ini, akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

D. Penerapan Mapping dalam Model Pembelajaran Inkuiri

Mapping dapat diterapkan dalam berbagai model pembelajaran, salah satunya dalam model pembelajaran inkuiri. Menurut Swadarma (2013: 68)


(37)

langkah-langkah penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri

adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Guru memberikan suatu topik yang berkaitan dengan tema.

3. Guru menunjukkan gambar (media) yang berkaitan dengan tema dan meminta siswa untuk mengamatinya.

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 5. Guru memberi pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu siswa. 6. Guru membimbing kelompok diskusi dalam mengumpulkan

informasi yang relevan.

7. Dalam setiap kelompok guru memberikan (buku/artikel/majalah/ koran) yang berhubungan dengan topik untuk mencari informasi yang sedang dibahas dalam pembelajaran.

8. Setiap siswa dalam kelompoknya membuat mapping berdasarkan informasi yang diperoleh.

9. Hasil mapping masing-masing siswa “dilebur” menjadi satu

mapping besar.

10.Dengan bimbingan guru, setiap kelompok mempresentasikan hasil

mapping kelompoknya.

11.Siswa menanggapi presentasi dengan guru sebagai moderatornya (untuk siswa kelas tinggi sudah bisa menjadi moderator)

12.Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil belajar.

E. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan hal yang paling utama dalam pendidikan. Melalui proses belajar diharapkan adanya suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya ketika terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Thobroni & Mustofa (2011: 16) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya.


(38)

Menurut Komalasari (2010: 2) belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang baik secara aktual maupun potensial. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu.

Sedangkan menurut Trianto (2009 (b): 17) belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Suprihatiningrum (2013: 15) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsungsebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan paparan pengertian belajar dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas seseorang secara sadar untuk memperoleh pengetahuan dan membangun perubahan tingkah laku baik perubahan dalam aspek pengetahuan afektif maupun psikomotorik, sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.


(39)

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada umumnya digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi atau bahan ajar yang telah diajarkan ataupun telah dipelajari. Perubahan tingkah laku yang terjadi dari proses belajar akan terlihat pada hasil belajar. Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013: 37) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 381) mengartikan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Suprijono (2011: 7) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara terpisah, melainkan komprehensif, sehingga hasil belajar meliputi berbagai aspek perkembangan.

Sementara Staton (Nabisi, 2008: 112) menyatakan bahwa hasil belajar diukur berdasarkan ada tidaknya perubahan tingkah laku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku yang baru. Sedangkan Kunandar (2013: 62) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.


(40)

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan perubahan dibidang kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh setelah melakukan proses belajar melalui evaluasi. Evaluasi dapat dijadikan sebagai alat ukur atau pertimbangan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa.

F. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa agar terjadinya interaksi optimal baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa.

Model pembelajaran yang dilakukan di kelas pada kurikulum 2013 juga berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yakni beberapa mata pelajaran dikaitkan dan disatukan dalam satu tema (tematik). Jika dalam kurikulum sebelumnya pembelajaran tematik hanya diterapkan untuk kelas rendah sekolah dasar, maka dengan diberlakukannya kurikulum 2013 ini pembelajaran tematik akan diterapkan di setiap kelas tingkat sekolah dasar.

Menurut Depdiknas (Trianto, 2009 (a): 79) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Perlu dipahami bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu jenis dari pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada


(41)

dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Model pembelajaran tematik di SD memiliki beberapa tahapan yaitu: pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari standar isi. Ketiga membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema. Keempat membuat jaringan KD dan indikator. Kelima menyusun silabus tematik dan yang keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengkondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik.

Menurut Kemendikbud (2013 (b): 193), pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Karena siswa dalam memahami berbagai konsep yang dipelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Selanjutnya Trianto (2009 (a): 84) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar


(42)

kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan hal ini Suryosubroto (2009: 133) berpendapat bahwa pembelajaran tematik diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.

Depdikbud (Trianto, 2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran tematik mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, antara lain:

a. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak dan pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.

b. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari dan rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep-konsep yang dipelajari.

c. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Guru lebih banyak sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan.

d. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik yaitu suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan


(43)

kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran dalam satu tema yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Menurut Suryosubroto (2009: 136-137) pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

a) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

b) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

c) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

d) Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Selain memiliki keunggulan, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik juga memiliki kelemahan seperti yang diungkapkan oleh Indrawati (Trianto, 2009 (a): 90) yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.

3. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik

Menurut Kemendikbud (2013 (b): 201) menyatakan bahwa pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,


(44)

penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Sehingga, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

a) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Saat kondisi seperti ini, tentu saja proses


(45)

pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

Kemendikbud (2013 (b): 9) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut:

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan mencoba. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. 2) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

3) Mengumpulkan informasi/eksperimen

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Anak perlu dibiasakan untuk menghubung-hubungkan antara informasi satu dengan yang lain, untuk mengambil kesimpulan.

4) Mengasosiasi/mengolah informasi

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan kepada yang bertentangan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.


(46)

Pendekatan saintifik biasanya tampak jelas ketika siswa terlibat dalam pembelajaran tertentu, yaitu: pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran penemuan.

Berdasarkan berbagai pengertian pendekatan saintifik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran tematik.

4. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik a) Pengertian Penilaian Autentik

Penilaian merupakan tahapan yang terakhir dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian di dalam kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah assesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Sedangkan istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliable.

Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.


(47)

Sedangkan menurut Komalasari (2010: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan keterampilan siswa baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan cara menerapkan pengetahuan tersebut dalam dunia nyata.

b) Metode Penilaian Autentik

Metode penilaian autentik sangat berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang akan berpengaruh pada hasil pembelajaran. Semakin banyak aktivitas pembelajaran yang mampu dinilai, semakin baik pula hasil pembelajaran tersebut.

Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam metode penilaian autentik adalah (Chatib, 2009: 166):

a. Dalam penilaian autentik, kemajuan siswa dilihat dari kempetensi siwa tersebut dalam menerima pembelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari keseluruhan proses pembelajaran

b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, saat itulah waktu yang sangat pas untuk mengambil penilaian. Dengan demikian pada saat mengajar, guru tersebut sudah


(48)

mendapatkan nilai dari proses pengajaran. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran, bukan pada akhir pembelajaran.

c. Dengan paradigma baru ini, penilaian siswa dilakukan setelah proses pembelajaran sehari-harinya. Pada saat sebuah sistem sekolah ingin mengetahui bagaimana penilaian siswa pada tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun maka dipakai metode

average (rata-rata) dari kompetensi yang terangkum. Model pelaporan menggunakan penilaian autentik dapat dilakukan sewaktu-waktu, tidak harus menunggu 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun.

c) Teknik Penilaian Autentik

Menurut Kemendikbud (2013 (b): 5) beberapa jenis penilaian autentik meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Penilaian Sikap

a. Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.


(49)

b. Penilaian Diri

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian Antarteman

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian siswa. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarsiswa.

d. Jurnal Catatan Guru

Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

2. Penilaian Pengetahuan

a. Tes Tulis

Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban


(50)

terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

b. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan (oral) sehingga siswa merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang diucapkan.

c. Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh guru yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

3. Penilaian Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut: a. Penilaian Kinerja

Asessmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi siswa, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para siswa menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas.


(51)

Menurut Kemendikbud (2013 (b): 244) Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik siswa memenuhi standar yang ditetapkan.

3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.

4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati siswa ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah siswa sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

b. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh siswa menurut periode/waktu tertentu.

c. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja siswa secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok.


(52)

Kemendikbud (2013 (b): 247) penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini:

1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

2) Guru atau guru bersama siswa menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

3) Siswa, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio siswa pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.

5) Guru menilai portofolio siswa dengan kriteria tertentu.

6) Jika memungkinkan, guru bersama siswa membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.

7) Guru memberi umpan balik kepada siswa atas hasil penilaian portofolio.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut “Apabila pada pembelajaran menerapkan mapping dalam model pembelajaran inkuiri dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015”.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal juga dengan Classroom Action Research (CAR). Wardhani (2008: 14) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Melalui penelitian ini, peneliti memperoleh gambaran dari penerapan

mapping dalam model pembelajaran inkuiri di kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian ini adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan

(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Sesudah siklus I dilaksanakan dan diobservasi, terdapat masalah yang belum terselesaikan, dengan demikian siklus II dilakukan sehingga masalah menjadi terselesaikan. Adapun siklus dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:


(54)

Gambar 3.1 Siklus PTK (Adopsi dari Arikunto 2006: 16).

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan di SD Negeri 11 Metro Pusat Jl. Veteran No.50 Kelurahan Hadimulyo Barat Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama kurang lebih 5 bulan yaitu dari bulan

Pelaksanaan

Refleksi Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan


(55)

Desember sampai dengan bulan April. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan hasil penelitian.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru SD Negeri 11 Metro Pusat. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan seorang guru kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa sebanyak 24 orang siswa, dengan rincian 15 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu teknik non tes dan tes. 1. Teknik Non Tes

Teknik non tes yang digunakan yaitu observasi. Observasi digunakan oleh observer dengan cara melingkari skor untuk mengamati kinerja guru, dan memberi tanda ceklis ( √ ) untuk mengamati hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor siswa selama pembelajaran dengan menerapkan

mapping dalam model pembelajaran inkuiri melalui lembar observasi. Peneliti bertindak sebagai guru dan teman sejawat sebagai observer.


(56)

2. Teknik Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individual atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan mapping dalam model pembelajaran

inkuiri. Teknik ini berupa tes formatif yang diberikan pada akhir pembelajaran.

E. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komperhensif dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain:

1. Lembar observasi, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru, sikap dan keterampilan siswa dalam proses belajar selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

a) Lembar Observasi Kinerja Guru

Lembar observasi kegiatan mengajar atau instrumen penilaian aktivitas kinerja guru (IPKG), instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas dan kinerja guru selama proses pembelajaran.


(57)

Tabel 3.1 Lembar observasi instrumen penilaian kinerja guru.

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3 Menyampaikan tujuan pembelajaran. 1 2 3 4

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema. 1 2 3 4

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai siswa. 1 2 3 4

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja 1 2 3 4

kelompok, dan melakukan observasi Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. 1 2 3 4

2 Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek, dan kehidupan nyata.

1 2 3 4

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)

1 2 3 4 Penerapan Mapping dalam model pembelajaran Inkuiri

1 Memberikan suatu topik yang berkaitan dengan tema 1 2 3 4

2 Memfasilitasi siswa untuk mengamati media pembelajaran yang disajikan

1 2 3 4

3 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 1 2 3 4

4 Memancing rasa ingin tahu siswa 1 2 3 4

5 Membimbing kelompok diskusi dalam mengumpulkan informasi yang relevan

1 2 3 4

6 Memfasilitasi siswa dalam membuat mapping berdasarkan

informasi yang diperoleh

1 2 3 4 7 Membimbing siswa pada saat presentasi atau

mengkomunikasikan hasil kerja

1 2 3 4

8 Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil belajar 1 2 3 4

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema 1 2 3 4

2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu proses belajar mengajar

1 2 3 4 3 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik

terpadu

1 2 3 4 4 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan

menyenangkan.

1 2 3 4 Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran.

1 2 3 4 2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

pembelajaran


(58)

Aspek yang Diamati Skor

3 Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4

4 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran

1 2 3 4

5 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran 1 2 3 4

Pelibatan Siswa dalam Pembelajaran

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, sumber belajar.

1 2 3 4

2 Merespon positif partisipasi siswa. 1 2 3 4

3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa. 1 2 3 4

4 Menunjukkan hubungan antara pribadi yang kondusif. 1 2 3 4

5 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme siswa dalam belajar. 1 2 3 4

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4

Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.

1 2 3 4

2 Memberikan tes lisan atau tulisan. 1 2 3 4

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 1 2 3 4

4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

1 2 3 4 Jumlah

Nilai Kinerja Guru Kategori

(Modifikasi dari Kemendikbud, 2013 (a) ) Tabel 3.2 Rubrik kinerja guru.

Nilai Angka

Nilai Mutu

Indikator

4 Sangat

baik

Jika aspek yang diamati terlaksana dengan baik dan guru terlihat sangat menguasai/profesional.

3 Baik Jika aspek yang diamati terlaksana dan guru melakukannya

tanpa ada kesalahan.

2 Cukup

baik

Jika aspek yang diamati terlaksana namun saat guru melakukannya masih terdapat kesalahan.

1 Kurang

baik

Jika aspek yang diamati tidak dilaksanakan oleh guru. (Modifikasi dari Kemendikbud, 2013 (a): 36)

b) Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa

Lembar penilaian afektif ini digunakan untuk mengetahui karakter setiap siswa selama proses pembelajaran.


(59)

Tabel 3.3 Lembar observasi penilaian aspek sikap (percaya diri dan tanggung jawab).

Keterangan:

1. Indikator sikap percaya diri

A. Berani presentasi di depan kelas

B. Berani bertanya atau menjawab pertanyaan

C. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu D. Mampu membuat keputusan dengan cepat

E. Tidak mudah putus asa/pantang menyerah 2. Indikator sikap tanggung jawab

A. Melaksanakan tugas individu dengan baik B. Menerima resiko saat tidak mengerjakan tugas C. Menyelesaikan tugas tepat waktu

D. Menjaga kebersihan kelas E. Memelihara fasilitas kelas

(Sumber: Adaptasi dari Modul Implementasi Kurikulum 2013 (a) )

No Nama

Siswa

Aspek sikap yang diamati Jumlah

Skor

Nilai Kategori Predikat Percaya Diri Tanggung Jawab

A B C D E A B C D E 1

2 3 4 5 Jumlah

Nilai rata-rata kelas Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa belum tuntas


(60)

c) Lembar Observasi Psikomotor Siswa

Lembar penilaian psikomotor ini digunakan untuk mengetahui keterampilan setiap siswa selama proses pembelajaran.

Tabel 3.4 Lembar observasi penilaian pada aspek psikomotor siswa.

No Nama

Siswa

Indikator Jumlah Skor Nilai Kategori Predikat

A B C D E 1

2 3 4 5 Jumlah

Nilai rata-rata kelas Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa belum tuntas

Indikator Penilaian Psikomotor Siswa:

a. Mencatat bahan pelajaran dengan sistematis

b. Melakukan interaksi dengan teman saat kegiatan diskusi

c. Mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide

d. Mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan e. Melakukan komunikasi antara siswa dan guru

(Sumber: Adaptasi Sudjana 2010: 32)

2. Tes formatif, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang diajarkan dengan menerapkan mapping dalam model pembelajaran inkuiri.


(61)

Tabel 3.5 Hasil belajar kognitif siswa setiap siklus.

No. Nama

Nilai Pengetahuan

Siklus I Siklus II

Nilai Ket. Nilai Ket.

1. 2. 3. 4. 5. dst. Jumlah

Nilai Rata-Rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa belum tuntas

Persentase ketuntasan belajar klasikal

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif untuk menganalisis data yang menunjukan dinamika proses belajar, sasarannya adalah data hasil belajar afektif dan psikomotor siswa serta kinerja guru yang bersumber dari lembar pengamatan.

a) Kinerja Guru

Nilai kinerja guru diperoleh melalui rumus: R

N = X 100

SM

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh


(62)

100 = bilangan tetap

(Adopsi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.6 Kualifikasi tingkat keberhasilan kinerja guru.

PERINGKAT NILAI

Amat Baik ( A ) 90 < A ≤ 100

Baik ( B ) 75 < B ≤ 90

Cukup ( C ) 60 < C ≤ 75

Kurang ( K ) ≤ 60

(Sumber: Adopsi dari Kemendikbud, 2013 (a): 311-313) b) Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

R

N = X 100

SM Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Diadopsi dari Purwanto 2008: 102) Tabel 3.7 Kategori sikap siswa.

Konversi Nilai Kategori Predikat Angka Skala 1-4 Huruf Mutu

86-100 4 A Sangat

Baik

Membudaya

81-85 3,66 A-

76-80 3,33 B+

Baik

Mulai Berkembang

71-75 3 B

66-70 2,66 B-

61-65 2,33 C+ Cukup

Baik

Mulai Terlihat

56-60 2 C

51-55 1,66 C-

46-50 1,33 D+ Kurang

Baik

Belum Terlihat

0-45 1 D

(Sumber: Modifikasi Kemendikbud, 2013 (a): 131) c) Nilai psikomotor siswa diperoleh dengan rumus:

R

N = X 100


(63)

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Diadopsi dari Purwanto 2008: 102) Tabel 3.8 Kategori keterampilan siswa.

Konversi Nilai Kategori Predikat Angka Skala 1-4 Huruf Mutu

86-100 4 A Sangat

Baik

Sangat Terampil

81-85 3,66 A-

76-80 3,33 B+

Baik Terampil

71-75 3 B

66-70 2,66 B-

61-65 2,33 C+ Cukup

Baik

Cukup Terampil

56-60 2 C

51-55 1,66 C-

46-50 1,33 D+ Kurang

Baik

Kurang Terampil

0-45 1 D

(Sumber: Modifikasi Kemendikbud, 2013 (a): 131)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajari sebagai kesimpulan keberhasilan penelitian. Nilai tes hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada setiap siklus.

a) Nilai ketuntasan hasil belajar siswa secara individual diperoleh dengan rumus:

R

S = X 100

N

Keterangan:

S = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

N = skor maksimum dari tes 100 = bilangan tetap


(64)

Tabel 3.9 Kategori ketuntasan belajar siswa.

Nilai

Predikat Kategori

Skala 0 – 100

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Baik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013 (a): 131) b) Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh dengan rumus:

̅

=

Keterangan :

̅

= rata-rata hitung N = banyaknya siswa X = nilai siswa

(Sumber: Muncarno, 2009: 15) c) Nilai Klasikal

P = ∑

∑ x 100%

Tabel 3.10 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam persen (%)

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1 > 80 % Sangat Tinggi

2 60 - 79 % Tinggi

3 40 – 59 % Sedang

4 20 – 39 % Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang didapatkan pada penelitian tindakan kelas melalui penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat dapat disimpulkan bahwa:

Penerapan mapping dalam model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase klasikal hasil belajar siswa yang mencakup 3 ranah yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotor. Hasil belajar afektif klasikal pada siklus I mendapat 50% dengan kategori “sedang” dan meningkat 37,50 sehingga pada siklus II mencapai 87,50% dengan kategori “sangat tinggi”. Pada ranah kognitif ketuntasan hasil belajar secara klasikal pada siklus I mencapai 62.50% dengan kategori “tinggi” dan meningkat 20,83 sehingga pada siklus II mencapai 83.33% dengan kategori “sangat tinggi”, dan hasil belajar psikomotor secara klasikal pada siklus I mencapai 54.16% kategori “sedang” dan meningkat 29,17 sehingga pada siklus II mencapai 83.33% dengan kategori “sangat tinggi”.


(2)

B. Saran

1. Kepada Siswa

Siswa diharapkan dapat selalu mengikuti pembelajaran di kelas dengan penuh tanggungjawab serta lebih percaya diri. Dengan begitu diharapkan siswa akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan. Siswa juga diharapkan meningkatkan intensitas belajar dengan menerapkan mapping dalam model pembelajaran inkuiri.

2. Kepada Guru

Diharapkan guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif dan menginovasi pembelajaran serta dapat memahami dan mencoba terlebih dahulu dalam penggunaan mapping dalam model pembelajaran

inkuiri atau model pembelajaran yang lain dalam pembelajaran. Selain itu

guru juga diharapkan berani berinovasi untuk menerapkan metode serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik sehingga menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga dapat memotivasi siswa agar lebih bertanggungjawab dan percaya diri sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan agar sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana untuk mengembangkan mapping dalam model pembelajaran inkuiri sebagai inovasi dalam pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua pembelajaran tematik terpadu sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


(3)

4. Kepada Peneliti Lanjutan

Diharapkan dengan menerapkan mapping dalam model pembelajaran inkuiri dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya pada kelas atau pelajaran yang lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta

Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Buzan, Tony. 2010. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple

Intelligences di Indonesia. Kaifa. Bandung

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013 (a). Materi Pelatihan Guru

Implementasi Kurikulum 2013 Semester II Sekolah Dasar. Badan

PSDMPK-PMP. Jakarta.

. 2013 (b). Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan

Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta.

. 2013 (c). Tema 7 Cita-citaku Buku Guru. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

. 2013 (d). Tema 7 Cita-citaku Buku Siswa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.


(5)

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Nabisi, Lapono dkk. 2008. Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Dikjen Dikti. Jakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prastowo, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Yogyakarta. Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosda. Bandung.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.

Stita, Taqwa. 2011. Urgensi Peta Konsep. (di poskan pada Minggu, 10 Juli 2011 ) http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/urgensi-peta-konsep.html.(Di Akses pada Minggu, 7 Desember 2014 @ 10.15 WIB).

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum

Pembelajaran. Gramedia. Jakarta.

Thobroni, M & Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-ruzz Media. Yogyakarta.

Trianto. 2009 (a). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.


(6)

. 2009 (b). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Wardhani, I.G.A.K dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 53

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V B SD NEGERI 11 METRO PUSAT

7 55 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV B SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 63

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 3 65

PENERAPAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 03 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 45 78

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 10 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 71